Masih ingat saya pembaca? Ya, saya Andi, umur 33 tahun, tinggi 160 cm, berat 50 kg, kulit sawo matang dan pernah mengirimkan pengalaman pribadi saya dengan judul "Rental Internet Favoritku". Terima kasih sebelumnya pada pengelola website RumahSeks atas termuatnya cerita saya itu.
*****
Kali ini adalah pengalaman sex saya dengan ABG yang masih SMU bernama Linda. Setelah saya mengirimkan cerita saya tersebut, saya mendapat email dari Linda yang katanya tertarik dengan pengalaman saya dan kebetulan dia sedang di Lombok dalam rangka liburan bersama keluarganya. Kami janjian lewat email bertemu pada bulan Oktober di sebuah rental internet di Mataram. Tentu saja pembaca, saya yang menentukan lokasinya di rental internet tersebut, karena hari itu saya masih harus membalas beberapa email yang ingin berkenalan denganku dan mencari tahu tentang pariwisata di Lombok.
Pada hari Kamis, saya sudah stand by di rental tersebut, berdebar-debar juga rasanya saya menunggu Linda, seperti apa rupanya ya.
"Selamat pagi, Om namanya Andi khan?"
"Ya, betul.. Ini Linda ya!" tanya saya kembali padanya.
Di hadapan saya sekarang adalah seorang ABG keturunan tionghoa yang cantik. Saya perkirakan umurnya baru 16 tahun, tinggi 160 cm, berat 47 kg dan berkulit putih mulus khas cina dengan rambut lurus sebahu, memakai baju hem ketat warna krem, celana jins hitam tiga perempat yang pas. Duduk di samping saya tampak mengintip CD-nya yang berwarna putih. Kontol saya langsung tegak bagaikan Monas melihat cewek cantik ini.
"Gimana khabarnya?" tanyaku membuka percakapan sambil mempersilakannya duduk.
"Baik Om, senang rasanya liburan ke Lombok"
"Oh ya? Udah kemana aja Linda?"
"Ke pantai Senggigi, terus Suranadi dan tempat gerabah itu"
"Terus Linda sekarang sama siapa?"
"Sama Papa, Mama dan sepupu, Linda tinggal di Senggigi Beach Hotel"
"Wah, asyik dong.."
"So pasti, tapi lebih asyik kalo diantar sama tour guide seperti Om"
"Itu sich gampang Lin, yang penting ada komisinya lho" canda saya.
"Tenang Om, dijamin nggak nyesel dech nganterin Linda"
Linda orangnya supel dengan senyumnya yang manis mirip artis mandarin dan aroma tubuhnya yang sangat wangi. 'Adik' saya sudah nggak bisa diam nich.
"Ceritanya Om Andi tuch asli khan?"
"Tentu saja asli lho, dari pengalaman pribadi"
"Enak dong"
"Enak apanya Lin?" pancing saya mulai memepetkan tempat duduk.
Ini baru kesempatan namanya. Asik khan pembaca, bisa berduaan sama abg yang tentu saja masih seger-segernya..
"Gituannya lho.." jawabnya tersipu malu.
"Emangnya Linda pernah gituan sama pacar?"
"Ya.. Hampir pernah"
"Hampir pernah gimana, nggak usah malu dech, ceritain dong"
"Siapa tahu Om bisa bantu" ujarku sambil tangan kiri saya merangkul pundaknya.
Wah, Linda tampaknya nggak marah nich saya pegang pundaknya, berarti ada lampu hijau dong.
"Janji ya Om, nggak bilang siapa-siapa"
"Janji dech" saya menunjukkan tanda victory padanya.
"Gini Om, Tony pacar saya itu kalo udah nafsu cepat keluarnya, padahal Linda belum apa-apa"
"Maksudnya.." tanyaku pura-pura blo'on padahal tahu maksudnya.
"Iya, pas kontolnya Tony nempel di anunya Linda, udah keluar duluan"
"Oh gitu, itu istilah kedokterannya ejakulasi dini"
"Terus ngatasinya gimana dong Om"
"Ya, Linda harus bisa foreplay dulu, maksudnya pemanasan gitu"
"Ya udah Om, tapi Tony maunya terburu-buru en lagian mainnya kasar sich"
"Linda mau Om bantuin?" tanya saya yang sudah tidak lagi melihat isi layar monitor sejak tadi.
"Maksud Om..?"
"Ya.. Gimana caranya foreplay"
"Hus.. Om ini ngaco, Linda khan pacarnya orang"
"Bukannya ngaco, Linda ya tetap pacarnya Tony, Om khan cuma memberikan petunjuk" jawab saya sungguh-sungguh membujuknya agar mau foreplay, habis potongan tubuhnya itu, alamak geboy abis, mungkin rajin fitnes ya atau aerobic.
"Tapi.. Ada orang lho di sini Om, Linda khan malu"
"Nggak ada orang di sini kok, sini Om pangku" rayuku sambil menarik pinggangnya untuk duduk di pangkuan saya menghadap monitor komputer.
"Om.. Jangan.." celetuknya ragu dan canggung.
"Udah.. Atasnya doang kok, gimana?" tanya saya sambil membuka dua kancing atas hemnya hingga kelihatan BH merahnya, tangan kanan saya langsung masuk meremas payudaranya.
"Ja.. Ngan.. Om.. Geli.."
"Gimana rasanya Lin.."
"En.. Ak.. Sst.. Mmh"
Linda kelihatannya sudah agak terangsang dengan permainan tangan saya, ditambah lagi ciuman saya yang mendarat secara tiba-tiba pada lehernya. Tangan kiri saya juga mulai aktif meremas payudaranya yang sebelah. Ciuman pada lehernya saya ubah jadi menjilat, jadi kedua tangan meremas dan kadang-kadang memelintir kedua putingnya itu yang makin lama makin mengeras.
"Mmh.. Mmh.." gumam Linda. Beberapa menit kemudian..
"Udah.. Om.. Sst.. Udah.." tahan Linda sambil melepaskan saya dan merapikan bajunya.
"Ada apa Lin, contoh foreplay belum abis lho" goda saya tersenyum.
"Mmh.. Iya sich Om, cuman nggak leluasa di sini"
"Maunya Linda dimana?"
"Tempat yang sepi orangnya gitu"
Saya lihat tempat rental internet itu sudah mulai ramai kedatangan pengunjung, mungkin Linda agak terganggu juga konsentrasinya.
"Gimana kalo di hotel aja Lin, di sana lebih tenang" usulku.
"Iya dech.. Tapi jangan di Senggigi ya Om", jawabnya sambil tangannya mengandeng saya mesra.
"Oke, nanti OM cariin yang agak jauh dari Senggigi"
Dan kami pun check in di salah satu hotel yang agak jauh dari Senggigi, karena saya tahu Linda tidak mau ketahuan keluarganya, katanya dia bilang sama keluarganya mau ke rental internet selama 3 jam. Karena itu kami pergunakan kesempatan ini sebaik-baiknya.
"Wah, di sini baru tenang nich" kata Linda sambil memperhatikan hotel yang lumayan tenang karena tempatnya agak jauh dari Senggigi dan kota.
"Nah, sekarang gimana? Mau nerusin caranya foreplay?"
"Mmh.. Gimana ya" Linda agak ragu kelihatannya.
Wah, anak ini harus dirangsang lagi supaya mau foreplay, soalnya si 'buyung' sudah tegak seperti pentungan pak satpam. Kemudian saya membuka kaos atas saya dan celana panjang jins hingga tinggal CD, sengaja saya membuka baju menghadap ke Linda.
"Wow.. Apaan tuch Om, kok kembung" kata Linda sambil menunjuk ke kontol saya.
"Linda mau lihat punya Om ya" Kutanggalkan semua celana dalam saya hingga saya bugil dan kelihatan kontol yang tegak itu.
"Wow.. Kontol Om bengkok dikit ya.." terheran-heran Linda melihat bentuk kontol saya.
"Ini baru asli lho Lin, tanpa pembesaran" ujarku sambil mendekatinya.
Tangan saya aktif membuka hem kremnya dan celana jins hitam tiga perempatnya. Sekarang tampak jelas BH merahnya dan CD putihnya yang cantik, pemandangan yang indah. Saya gendong Linda dan menaruhnya dengan lembut di sofa itu, kemudian saya mencium dan menjilat bibirnya serta tangan saya meremas payudara dan mencopot pengait BH-nya.
"Om.. isep.. sst.. susu.. nya.. Linda.." rengeknya meminta saya menghentikan ciuman dan beralih ke payudaranya, ciuman dan hisapan saya giatkan, kemudian puting itu saya gigit perlahan.
"Terr.. us.. Om.. sst.. sst.." rintihnya sambil memindahkan kepala saya pada payudaranya.
Tangan kiriku mengusap payudara sebelah kiri dan tangan kanan saya masuk dalam CD-nya dan mengusap-usap vaginanya yang ditumbuhi bulu halus, kemudian saya masukkan jari keluar-masuk dengan lancar.
"Ouh.. Mmh.. Enak.. Om.. Nah.. Gitu.." Saya turun lagi mencium perutnya yang putih bersih, turun lagi mencium CD-nya yang mulai basah.
"Buka.. Aja.. Om.. Cepet.. Sst" celotehnya yang sudah bernafsu sekali sambil membuka CD-nya. Sekarang terlihat jelas sekali vaginanya yang masih kencang dan saya jilat dengan pelan dan semakin ke dalam lidah saya menari-nari.
"Sst.. Terr.. Us.. Om.. Mmh.." rintihnya tak karuan sambil menjepit kepala saya.
Beberapa menit saya permainkan vaginanya dan paha bagian dalam Linda yang sudah sangat basah sekali.
"Om.. Mmhmm.. Ganti.. Om.. Sstss"
"Gantian gimana Lin.." goda saya sambil telentang.
"Gantian Linda isep kontolnya Om, tapi jangan keluar dulu ya"
"Beres, nanti Om pakai kondom kok"
"Mmh.." Linda tidak menjawab, soalnya sudah mulai menghisap kontol saya, pertama-tama cuma masuk setengah tapi lama-kelamaan masuklah semua kontol saya.
"Terr.. Us.. Lin.. Jilat.." perintah saya sambil memegang kepalanya dan mendorong pelan supaya kontol saya masuk semua ke mulutnya.
Beberapa menit kami melakukan oral sex, Linda ternyata menikmati permainan itu.
"U.. Dah.. Lin.. Om.. Nggak tahan.. Nich"
"Iya Om, Linda juga pengin ngerasain senggama gaya kuda ama kontolnya Om yang bengkok itu hi.. hi.." celotehnya tertawa sambil mengambil posisi menungging.
"Sabar ya Lin, Om pasang kondom dulu"
Kemudian setelah saya pasang kondom, saya masukkan ke vaginanya, tenyata meleset.
"Aduh.. Om.. Pelan.. Dong" rintihnya kesakitan. Memang vagina Linda masih sempit kelihatannya dan posisi tersebut agak susah sich.
"Lin tolong bantuin pegangin kontol Om"
"Sini Linda bantuin masukin tapi pelan ya"
Linda kemudian memegang kontol saya dan mengarahkan ke vaginanya dan saya dorong pelan, pelan tapi pasti dan bless.. masuk seluruhnya dengan dorongan saya yang terakhir agak keras.
"Aduh Om sakit"
"Nggak apa-apa kok Lin, udah masuk kok"
"Sst.. Om.. Gini rasanya ya.. Sst.."
"Gi.. Mana.. Lin.."
"E.. Nak.. Sst.. Agak cepetan Om.. Sst"
"Nahh.. Sst.. Gitu.."
Genjotan demi genjotan saya giatkan sambil tangan kiri memegang perutnya dan tangan kanan memegang payudaranya. Plok.. Plok.. Plok.. Demikian kira-kira bunyinya. Kira-kira beberapa menit saya ngentot dengan Linda dengan posisi doggy style. Dan semakin lama semakin cepat.
"Ce.. Pat.. Sst.. Sst.. Om.. Aah.. Linda mau keluar nich" rintihnya tertahan.
"Sa.. ma.. an.. Lin.. keluarnya.. sst.. yess.." jawab saya sambil mempercepat sodokan kontol saya.
"Sst.. Lin.. Da.. Sst.. Kel.. Uar.. Om.. Argh.." jerit Linda.
Tiba-tiba tubuh Linda mengejang dan saya pun juga, akhirnya crot.. crot.. crot.. Keluar cairan putih dalam kondom saya, bersamaan dengan muncratnya cairan di vagina Linda. Tubuh kami pun lemas menikmati sensasi yang luar biasa itu.
"Trim's ya Lin, rasanya gimana?" tanya saya sambil mengecup pipinya.
"Enak sekali Om, baru kali ini Linda puas"
"Gimana ML ama Om Andi Lin?" tanya saya sambil mencium pipinya.
"Puas rasanya ke Lombok, dapat plusnya lagi" katanya sambil ke kamar mandi dan beberapa menit sehabis mandi kemudian Linda sudah merapikan bajunya.
"Sampe besok ya, sehari lagi Linda pulang lho"
"Okey, kapan ketemu lagi?"
"Terserah Om dech, tapi jangan terlalu malam ya, nanti Papa curiga lho"
"Gimana kalo jam 19.20 Om jemput?"
"Okey dech, seperti biasa ya" Maksudnya seperti biasa adalah, Linda kujemput pakai mobil sewaan di Senggigi, tapi agak jauhan. Karena jika ketahuan bapaknya khan bisa berabe.
Pukul 19.30 Linda sudah berada dalam mobil bersama saya, dengan memakai rok jins span warna biru dipadu dengan kaos ketat warna putih selaras dengan warna kulitnya. Aduh mak, makin cantik aja nich ABG, pikirku.
"Kita kemana Om?"
"Bandara Selaparang"
"Ngapain ke sana?" tanyanya heran.
"Udah nggak usah banyak tanya, nanti juga tahu"
"Linda ama Papa cuma dikasih ijin satu jam lho Om"
"Maka itu, Om mau kasih hadiah buat Linda"
"Wah, terima kasih Om" jawabnya sambil mencium pipi saya mesra. Saya pilih bandara itu agar bisa romantis dan bisa lebih pribadi, tahu khan pembaca maksud saya, he.. he.. he...
Setelah sampai di bandara, saya parkir mobil di tempat yang agak sepi, kebetulan juga kacanya hitam pekat. Saya ajak Linda pindah ke tempat duduk belakang mobil Kijang itu agar lebih leluasa kalau mepet-mepetan.
"Mana hadiahnya Om?" tanya Linda tidak sabaran, karena tidak tahu apa hadiahnya.
"Om cuma mau kasih hadiah seperti kemaren" selidik saya menunggu tanggapannya.
"Maksud Om?"
"Iya, seperti yang Om ajarkan kemarin, nah itu hadiahnya, tapi Linda mau nggak?"
"Idih, si Om maunya.." jawab Linda sambil tersipu.
Bagi saya itu sudah cukup merupakan tanda setuju dari Linda hingga tanpa menunggu jawaban dari Linda, saya langsung mencium bibirnya dan tangan saya sudah mendarat pada pahanya. Saya elus-elus pahanya yang putih dan masih terbalut oleh jins biru yang sangat seksi hingga memperlihatkan lekuk-lekuk bodinya. Linda juga kelihatannya ingin menghabiskan malam terakhirnya bersama saya dengan tergesa-gesa membuka celana saya sampai separuh dan melahap kontol saya yang sudah kencang dari tadi.
"Teru.. Ss.. Lin.." perintah saya sambil membuka kaos dan BH putihnya yang berenda itu.
"Mmh.. Mmbmnb.." celotehnya tidak jelas karena mulutnya penuh dengan kontol saya yang maju mundur dihisapnya dengan irama yang cepat.
"Ud.. Ahh.. Lin.. Om.. Mau.. Kel.. Uar.. Arghh.."
Tiba-tiba Linda melepaskan kulumannya, dan berganti posisi dengan saya yang berjongkok dan Linda yang duduk sambil membuka rok spannya. Pemandangan yang sangat indah pembaca, Linda memakai CD kuning yang bergambar hati atau cinta.
"Ayo Om, jangan diliatin aja"
"Ya.." jawab saya sambil mencium vaginanya yang masih terbungkus CD kuningnya, jilatan demi jilatan membuatnya geli hingga pinggulnya ke kiri ke kanan tak beraturan.
"Uda.. Hh.. Om.. Buka aja.. Sst.. mmh.." katanya menyuruh saya membuka celana dalamnya.
Dengan dibantu Linda, saya membuka celana dalam beserta sok spannya hingga ia tinggal mengenakan BH saja. Vaginanya yang ditumbuhi bulu halus itu mengeluarkan aroma harum khas wanita, beberapa saat saya cium dan jilat pada bagian dalam vaginanya.
"Sst.. Arggh.. En.. Akk.. Om.. Nah gitu.. Sst"
"Jil.. At.. Om.. Bagian yang itu.. Ya.. Sst.." pintanya pada saya yang membuatnya sangat terangsang.
Sambil menjilat seluruh bagian vaginanya, tangan kanan saya masuk ke dalam BH-nya dan meremas payudaranya dengan lembut dan kadang-kadang memelintir putingnya yang sudah keras sekali.
"Ayo.. Om.. Sst.. Linda.. Nggak.. tahan.. Nih.." rintihnya memohon pada saya.
Saya sudah mengerti maksudnya, Linda sudah sangat terangsang sekali ingin melepaskan hasratnya dengan segera. Kemudian saya berganti posisi dengan Linda saya pangku berhadapan dengan saya sambil membuka penutup payudaranya itu. Maka kami berdua sudah bugil di dalam mobil itu, untung saja keadaan bandara waktu itu belum terlalu ramai karena kedatangan pesawat masih lama.
"Pel.. Lan ya Om" kata Linda sambil menggesek-gesekkan bibir vaginanya sebagai pemanasan dulu.
"Gimana Lin..?"
"Udah Om, sekarang aja" ajak Linda sambil memegang kontolku mengarahkannya pada lubang kemaluannya sambil saya juga menyodoknya pelan, kemudian pada akhirnya bless.. masuklah semua kontol saya.
"Arg.. Sst.. Mmh.." rintih Linda karena masuknya kontol saya yang kemudian maju mundur dengan lembut.
Kontol saya serasa diremas-remas dalam lubang kemaluan Linda yang masih sangat kencang sekali, denyut-denyut yang menimbulkan rasa nikmat bagi saya dan tentunya juga Linda yang menggerakkan pinggulnya ke kiri ke kanan meraih kenikmatannya sendiri.
"Om.. Sst.. kemot su.. sunya Linda.. Sst.. Mmh.."
"Mmh.. Mmh.."
Sambil menyodok vaginanya, saya menjilat, kadang mengulum kedua payudaranya bergantian. Posisi itu menimbulkan bunyi yang saya tirukan kira-kira ceplok.. ceplok.. Beradunya kontolku dalam vaginanya disertai rintihan dan jeritan kecil dari Linda membuat saya ingin segera memuntahkan lahar putih yang sudah dari tadi saya tahan.
"Ce.. Peet.. Sst.. Om.. Linda.. Mau kelu.. Ar.. Sstss.. aahh.." celotehnya meminta saya menyodoknya lebih cepat dan gerakan pinggulnya semakin cepat.
"Ya.. Lin.. Ayo.." jawab saya dengan sodokan yang tak kalah cepatnya dengan pinggulnya dan pada akhirnya muncratlah lahar itu secara bersamaan crot.. crot.. crot..
"Argh.. Ahh.." jerit kecil Linda menyertai muncratnya lahar itu.
"Ahh.." kami berdua duduk dengan lemas dan puas dalam mobil.
"Trim's ya Lin" jawab saya sambil mencium keningnya.
"Sama-sama Om" jawab Linda sambil memeluk saya dengan erat.
Malam itu kami habiskan dengan makan malam dan sebelum pulang ke hotel, Linda meminta sekali lagi 'pelajaran' pada saya di pinggir pantai Senggigi yang berpasir putih dan dalam cahaya bulan yang bersinar terang tapi tidak di dalam mobil. Sampai-sampai saya kewalahan menuruti berbagai macam gaya yang ingin dicobanya. Saya baru tahu bahwa ternyata Linda yang keturunan tionghoa yang masih ABG itu nafsu sexnya juga tinggi.
Selamat jalan Linda, semoga saja kamu puas jalan-jalan ke pulau Lombok. Nanti kalau jadi study tour SMU-nya ke Lombok lagi, bilang Om Andi saja ya, jangan lupa emailku, pasti akan kuantarkan teman-temannya juga.
*****
Bagi pembaca wanita yang ingin jalan-jalan ke pulau Lombok dengan pantai Senggigi yang berpasir putih dan ingin melihat Budaya Bali dan lombok, bisa menghubungi saya via email, nanti saya antarkan kemana saja, pokoknya ditanggung senang. Saya biasanya ke rental internet membaca email pada hari Senin ? Rabu. Ini adalah pengalaman aktual tanpa tambahan dan karangan yang berlebihan.
TAMAT
Program Kejantanan - ULTIMATE DVD
Program kejantanan adalah sebuah program latihan untuk alat vital yang sangat bermanfaat dan berguna untuk pria yang mengalami masalah seksual seperti Ejakulasi dini, Disfungsi ereksi, Lembek/kurang keras, Kurang berotot, Lemah syahwat dan untuk menambah ukuran penis 1-6 cm dalam waktu yang relatif singkat secara cepat, aman, 100% alami tanpa obat-obatan. Manfaat nyata program ini adalah :
Terlihat Lebih Menarik
- Panjang penis anda akan bertambah hingga 6 CM.
- Penis anda akan terlihat berotot dan lebih perkasa.
- Menambah diameter penis anda hingga 3 CM.
- Penis anda akan lebih lurus.
- Kepala penis anda akan terlihat lebih besar dan mengembang.
Terasa Lebih Baik
- Orgasme anda akan lebih panjang dan lebih meningkat.
- Mengobati impotensi dan memperbaiki disfungsi ereksi.
- Meningkatkan sensitivitas dan sensasi selama berhubungan seks.
- Meningkatkan kesehatan penis dan kehidupan seks anda.
- Meningkatkan rasa percaya diri dihadapan pasangan dan setiap wanita.
Menjadi Pecinta Yang Lebih Hebat
- Lebih kuat, ereksi sekeras batu.
- Mampu mengontrol ejakulasi, mampu bercinta berkali-kali.
- Pengembalian ereksi lebih pendek setelah orgasme.
- Meningkatkan kekuatan dan jarak (menyemprotkan sperma) ejakulasi.
- Meningkatkan daya dorong/daya tusuk penis anda.
Kontak/Pertanyaan/SMS Order :
Telp/SMS : 0856 4347 5743 / 0821 3844 4428
Online Support :
Spesifikasi, konten dan bonus paket ULTIMATE adalah sebagai berikut
Terlihat Lebih Menarik
- Panjang penis anda akan bertambah hingga 6 CM.
- Penis anda akan terlihat berotot dan lebih perkasa.
- Menambah diameter penis anda hingga 3 CM.
- Penis anda akan lebih lurus.
- Kepala penis anda akan terlihat lebih besar dan mengembang.
Terasa Lebih Baik
- Orgasme anda akan lebih panjang dan lebih meningkat.
- Mengobati impotensi dan memperbaiki disfungsi ereksi.
- Meningkatkan sensitivitas dan sensasi selama berhubungan seks.
- Meningkatkan kesehatan penis dan kehidupan seks anda.
- Meningkatkan rasa percaya diri dihadapan pasangan dan setiap wanita.
Menjadi Pecinta Yang Lebih Hebat
- Lebih kuat, ereksi sekeras batu.
- Mampu mengontrol ejakulasi, mampu bercinta berkali-kali.
- Pengembalian ereksi lebih pendek setelah orgasme.
- Meningkatkan kekuatan dan jarak (menyemprotkan sperma) ejakulasi.
- Meningkatkan daya dorong/daya tusuk penis anda.
Kontak/Pertanyaan/SMS Order :
Telp/SMS : 0856 4347 5743 / 0821 3844 4428
Online Support :
Spesifikasi, konten dan bonus paket ULTIMATE adalah sebagai berikut
Program Kejantanan - PREMIUM CD
Program kejantanan adalah sebuah program latihan untuk alat vital yang sangat bermanfaat dan berguna untuk pria yang mengalami masalah seksual seperti Ejakulasi dini, Disfungsi ereksi, Lembek/kurang keras, Kurang berotot, Lemah syahwat dan untuk menambah ukuran penis 1-6 cm dalam waktu yang relatif singkat secara cepat, aman, 100% alami tanpa obat-obatan. Manfaat nyata program ini adalah :
Terlihat Lebih Menarik
- Panjang penis anda akan bertambah hingga 6 CM.
- Penis anda akan terlihat berotot dan lebih perkasa.
- Menambah diameter penis anda hingga 3 CM.
- Penis anda akan lebih lurus.
- Kepala penis anda akan terlihat lebih besar dan mengembang.
Terasa Lebih Baik
- Orgasme anda akan lebih panjang dan lebih meningkat.
- Mengobati impotensi dan memperbaiki disfungsi ereksi.
- Meningkatkan sensitivitas dan sensasi selama berhubungan seks.
- Meningkatkan kesehatan penis dan kehidupan seks anda.
- Meningkatkan rasa percaya diri dihadapan pasangan dan setiap wanita.
Menjadi Pecinta Yang Lebih Hebat
- Lebih kuat, ereksi sekeras batu.
- Mampu mengontrol ejakulasi, mampu bercinta berkali-kali.
- Pengembalian ereksi lebih pendek setelah orgasme.
- Meningkatkan kekuatan dan jarak (menyemprotkan sperma) ejakulasi.
- Meningkatkan daya dorong/daya tusuk penis anda.
Kontak/Pertanyaan/SMS Order :
Telp/SMS : 0856 4347 5743 / 0821 3844 4428
Online Support :
Spesifikasi, konten dan bonus paket PREMIUM CD adalah sebagai berikut
Terlihat Lebih Menarik
- Panjang penis anda akan bertambah hingga 6 CM.
- Penis anda akan terlihat berotot dan lebih perkasa.
- Menambah diameter penis anda hingga 3 CM.
- Penis anda akan lebih lurus.
- Kepala penis anda akan terlihat lebih besar dan mengembang.
Terasa Lebih Baik
- Orgasme anda akan lebih panjang dan lebih meningkat.
- Mengobati impotensi dan memperbaiki disfungsi ereksi.
- Meningkatkan sensitivitas dan sensasi selama berhubungan seks.
- Meningkatkan kesehatan penis dan kehidupan seks anda.
- Meningkatkan rasa percaya diri dihadapan pasangan dan setiap wanita.
Menjadi Pecinta Yang Lebih Hebat
- Lebih kuat, ereksi sekeras batu.
- Mampu mengontrol ejakulasi, mampu bercinta berkali-kali.
- Pengembalian ereksi lebih pendek setelah orgasme.
- Meningkatkan kekuatan dan jarak (menyemprotkan sperma) ejakulasi.
- Meningkatkan daya dorong/daya tusuk penis anda.
Kontak/Pertanyaan/SMS Order :
Telp/SMS : 0856 4347 5743 / 0821 3844 4428
Online Support :
Spesifikasi, konten dan bonus paket PREMIUM CD adalah sebagai berikut
Program Kejantanan - DOWNLOAD
Program kejantanan adalah sebuah program latihan untuk alat vital yang sangat bermanfaat dan berguna untuk pria yang mengalami masalah seksual seperti Ejakulasi dini, Disfungsi ereksi, Lembek/kurang keras, Kurang berotot, Lemah syahwat dan untuk menambah ukuran penis 1-6 cm dalam waktu yang relatif singkat secara cepat, aman, 100% alami tanpa obat-obatan. Manfaat nyata program ini adalah :
Terlihat Lebih Menarik
- Panjang penis anda akan bertambah hingga 6 CM.
- Penis anda akan terlihat berotot dan lebih perkasa.
- Menambah diameter penis anda hingga 3 CM.
- Penis anda akan lebih lurus.
- Kepala penis anda akan terlihat lebih besar dan mengembang.
Terasa Lebih Baik
- Orgasme anda akan lebih panjang dan lebih meningkat.
- Mengobati impotensi dan memperbaiki disfungsi ereksi.
- Meningkatkan sensitivitas dan sensasi selama berhubungan seks.
- Meningkatkan kesehatan penis dan kehidupan seks anda.
- Meningkatkan rasa percaya diri dihadapan pasangan dan setiap wanita.
Menjadi Pecinta Yang Lebih Hebat
- Lebih kuat, ereksi sekeras batu.
- Mampu mengontrol ejakulasi, mampu bercinta berkali-kali.
- Pengembalian ereksi lebih pendek setelah orgasme.
- Meningkatkan kekuatan dan jarak (menyemprotkan sperma) ejakulasi.
- Meningkatkan daya dorong/daya tusuk penis anda.
Kontak/Pertanyaan/SMS Order :
Telp/SMS : 0856 4347 5743 / 0821 3844 4428
Online Support :
Spesifikasi, konten dan bonus paket DOWNLOAD adalah sebagai berikut :
Terlihat Lebih Menarik
- Panjang penis anda akan bertambah hingga 6 CM.
- Penis anda akan terlihat berotot dan lebih perkasa.
- Menambah diameter penis anda hingga 3 CM.
- Penis anda akan lebih lurus.
- Kepala penis anda akan terlihat lebih besar dan mengembang.
Terasa Lebih Baik
- Orgasme anda akan lebih panjang dan lebih meningkat.
- Mengobati impotensi dan memperbaiki disfungsi ereksi.
- Meningkatkan sensitivitas dan sensasi selama berhubungan seks.
- Meningkatkan kesehatan penis dan kehidupan seks anda.
- Meningkatkan rasa percaya diri dihadapan pasangan dan setiap wanita.
Menjadi Pecinta Yang Lebih Hebat
- Lebih kuat, ereksi sekeras batu.
- Mampu mengontrol ejakulasi, mampu bercinta berkali-kali.
- Pengembalian ereksi lebih pendek setelah orgasme.
- Meningkatkan kekuatan dan jarak (menyemprotkan sperma) ejakulasi.
- Meningkatkan daya dorong/daya tusuk penis anda.
Kontak/Pertanyaan/SMS Order :
Telp/SMS : 0856 4347 5743 / 0821 3844 4428
Online Support :
Spesifikasi, konten dan bonus paket DOWNLOAD adalah sebagai berikut :
Sentuhan antar perempuan - 2
Dengan bibir yang terus melumat buah dadaku serta menggigit puting susuku, jari-jari Indri mempermainkan kelentitku. Uhh, rasanya aku tenggelam dalam samudra kenikmatan yang tak terhingga.. Geliat-geliat tubuhku menggila disertai dengan rintihan yang disebabkan tak mampunya aku menerima kenikmatan yang datang melanda bak topan di lautan. Kujambak rambut Indri hingga menjadi awut-awutan. Dan Indri sendiri semakin kesetanan. Jari-jarinya berusaha menembus lubang vaginaku. Aku merasakan kegatalan sekaligus kenikmatan yang dahsyat. Bibir lubang vaginaku mengencang.., ingin ditembus tetapi malah merapatkan pintunya. Sungguh suatu ironi yang sangat.
Pada gilirannya dilepasnya kuluman di dadaku. Tangannya membuka lepas celana dalamku. Indri langsung menyorongkan mukanya ke pahaku. Ke selangkanganku. Wajahnya mengendus seluruh permukaan kemaluanku. Hidungnya menyergap aroma yang keluar dai kemaluanku. Dan lidahnya dengan segera menemukan lubang vaginaku. Langsung menjilatinya.
Aku sendiri menjadi mabuk penuh kenikmatan. Aku mengerang dan terus menggeliat. Kali ini aku menginginkan bibir Indri, lidah Indri, mulut Indri seluruhnya menelan kemaluanku. Aku angkat-angkat pantatku agar Indri dapat dengan cepat melahap semuanya. Aku ingin Indri cepat-cepat menghilangkan kegatalan yang menerpaku.
Aku dapat merasakan daerah vaginaku telah membasah. Cairan birahiku mengalir dengan deras sekali. Kudengar bibir Indri yang menjadi sibuk menyedot cairan itu. Kedengaran seperti anak-anak minum es krim dari tempatnya, menjilat-jilat, menyedot dan melahap hingga cangkir-cangkirnya ikut termakan. Aku merasakan Indri sedang 'memakan' kemaluanku.
'Indrii.., aku tidak tahann.., oohh.., gatal sekallii.. Indrii..'.
Kudengar nafas Indri makin memburu. Hh.., hh, hh, hh, hh, hh.. Tangannya meliar. Dia melepas sendiri pakaiannya, dia renggut kancing celana dan menarik resluitingnya dan dengan serta-merta dilemparkannya ke lantai celana jeansnya. Kemudian dia rengkuh kaki kananku, ditarik dan ditungganginya. Dijepitnya kakiku di selangkangannya, diarahkannya jari kakiku. Diarahkannya jari-jari kakiku ke lubang vaginanya, dia desak-desakkan ke lubang vaginanya. Dia merintih, mengaduh, oohh.., hh.., hh..
Saat akhirnya lubang itu melahap ujung-ujung jari kakiku Indri, mulai melakukan gerak memompa. Dijadikannya jari-jari kakiku sebagai pengganti penis lelaki. Pantatnya naik turun menarik dan mendorong kemaluannya melahap jari-jari kakiku. Baru kali ini aku melihat perempuan sedemikian kehausan. Indri tidak lagi mempedulikan penampilannya. Dia tidak lagi merasa perlu menjaga penilaian orang lain terhadap dirinya.
Indri sedang dipacu oleh nafsu birahinya yang bergolak-golak seperti kawah gunung berapi yang hendak memuntahkan laharnya. Pantatnya yang semakin indah di mataku itu terus naik turun bak alun samudra.., terkadang dipercepat terkadang melambat mengikuti alir birahinya yang datangnya juga bergelombang-gelombang..
Hingga.. akhirnya dengan teriakan bak lolong serigala betina, 'Mbak Marinii.. ma'afin akkuu.., oohh.., oohh.., oohh.. Maarriinii..'.
Indri meraih puncak kepuasan birahinya. Orgasmenya. Sesudah itu ia langsung rebah ke lantai. Kulihat keringatnya membasahi seluruh tubuhnya, blusnya, rambutnya, pada tubuhku, bahkan pada karpetku. Aku sedemikian terpana oleh birahi yang baru saja menyerangnya.
Aku menyaksikan kepuasan tak terhingga pada Indri. Kubiarkan dia. Nafasnya tersengal-sengal. Pelan-pelan aku bangkit menuju dapur, pasti akan nikmat jika dalam panas Jakarta serta panasnya permainan birahi Indri yang melelahkan ini disegarkan dengan segelas besar orange juice dingin dari lemari esku.
Di depannya aku meminum beberapa teguk dari gelas itu. Kemudian kuserahkan padanya. Indri dengan penuh kehausan langsung menerima dan meminumnya hingga tandas habis. Kembali senyumannya merebak yang selalu diiringi dengan dekik lesung di pipinya.
'Terima kasih, Mbak Mar, ohh.. thanks bangett.. untuk segala-galanya.. untuk.., nih.., nih.., nih.., nih.., nih.., nih..', sekali lagi senyumnya mengembang dengan disertai gaya humor segarnya dengan tangannya menjamah bibir, leher, dada, paha, jari-jari kaki, jari-jari tangan dan vaginaku dengan kata-kata "nih.., nih.., nih.." itu.
Dan reaksiku sungguh tak kuduga sendiri, rasa ketersanjunganku, rasa kenikmatan yang kuterima darinya serta berbagai macam rasa yang tak mampu kuungkapkan mendorongku untuk kembali memeluk Indri. Kupeluk Indri dan aku menciuminya. Indri menyambut pelukan dan ciumanku. Kembali kami saling melumat.
'Mbak Marini belum orgasme yaa?? Mau yaa..?', dia berbisik ke telingaku.
'He-eehh', aku terlarut dan menjawab dalam gumam.
Indri melepas pelukanku, tangannya meraih kedua bahuku dan memandangku.
'Mbak aku punya dildo. Persis deh mbak. Macam-macam bentuknya. Ada yang mirip punya orang bule, ada china, ada negro, ada coklat, putih. Nanti tinggal pilih saja. Mauu..?? OK, Mbak tunggu ya, biar aku ambil, nanti kita pilih-pilih..', aku tidak menjawab, malu.
Aku malu untuk berterus terang bahwa aku sangat ingin melihat mainan 'perempuan kesepian' itu. Aku sendiri malu untuk mencoba-coba beli. Pertama takut ketahuan suami dam kedua yaa.., malulah datang ke tempat itu untuk membeli itu. Selama ini aku pecahkan saja dengan caraku yang aman dan mudah, ketimun.
Sekitar 10 menit kemudian Indri kembali dengan tas di tangan.
'Nih Mbak, lihat saja. Pilih saja..', aku keheranan saat dia membuka tas itu.
Dia tumpahkan beberapa benda-benda berbentuk penis. Ada yang biru, ada yang kuning, ada yang persis penis negro, hitam lengkap dengan urat-uratnya seperti yang aku pernah tonton di VCD.
'Suamiku senang membawakan ini semua untukku. Oleh-oleh, dia bilang. Mungkin dia sangat tahu aku pasti kesepian sering ditinggalnya'.
Melihat kontol-kontol palsu berserakan di karpet rumahku, aku geli juga. Tetapi saat aku membayangkan bagaimana benda-benda itu bisa memberikan kenikmatan syahwatku, mukaku jadi memerah. Rasanya birahiku naik lagi. Libidoku tergoda.
'Indri mau nggak bantu aku masak dulu. Nanti makan siang saja di sini yaa??', aku mengajak Indri ke dapur.
'Aku nggak tahan melihat dildo Indri tadi. Aku ingin ngerasain yang item gede tadi lhoo', Indri cekikikan mendengar aku berbisik padanya.
'Saya senang Mbak Mar udah mau ngomong gitu.., hi.., hi.., hi..'.
'Khan Indri yang ngajarin..', dengan wajah penuh gairah, kami saling merangkul pinggang menuju dapur.
Kami masak tumis kangkung. Ada sepotong daging ham di chiller lemari es-ku, Indri memasak sambal goreng pedas ala Menado.
'Biar Mbak Marini galak', komentarnya.
Kami makan sepiring berdua. Saling menyuapi. Dia mengunyah daging Menadonya kemudian mencaplok bibirku. Daging kunyahannya berpindah ke mulutku. Demikian pula aku sebaliknya. Kami juga minum dari satu gelas.
Waktu makan itu kami jadikan waktu untuk terus pemanasan untuk memenuhi kehausan seksual wanita-wanita yang sering ditinggal suaminya. Mas Adit suamiku, walaupun tidak merantau tetapi waktuku bersamanya sangat sedikit. Saat pulang larut dari kantornya, aku sudah demikian ngantuknya. Saat bangun pagi, dia langsung terburu-buru mandi untuk kembali ke kantornya. Saat hari-hari Minggu atau hari libur lainnya dia tinggalkan aku bermain golf dengan relasi-relasinya.
Suamiku akhirnya menjadi pria yang sangat egois. Menjadi suami yang hanya berpikir bahwa kebutuhan istrinya hanyalah harta, uang, harta, uang dan seterusnya. Bahkan saat kami sedang melangsungkan senggama tidak jarang terputus oleh HP-nya yang berdering, kemudian dia bangun bergegas memenuhi undangan lah, panggilan proyek lah, rapat mendadak lah atau sejuta alasan lainnya. Dan, bahkan pada saat benar-benar ada kesempatan yang longgar sekalipun ternyata memang dia kurang mampu memberikan kepuasan seksual pada istrinya. Hanya dalam waktu singkat, sebelum birahiku benar-benar hadir dan naik, dia telah muncrat-muncrat. Kontolnya langsung lemas. Saat birahiku datang merambati nafsu libidoku, Mas Adit sudah tidur ngorok di sampingku.
Sesaat setelah habis makan siang itu, bibirku dan bibir Indri langsung saling melumat. Tangan Indri langsung merogoh blusku. Dipeluknya tubuhku. Didorongnya aku bersandar ke dinding. Kali ini lumatan bibir Indri sungguh sangat nikmat. Lidahnya yang merasuki rongga mulutku meruyak, menjilati lidahku dan disusul dengan bibirnya yang menyedot ludahku.
Tanganku juga terbawa aktif. Kupeluk tubuhnya, aroma parfum Indri yang pasti mahal harganya, merangsang hidungku dan mengkatrol nafsu birahiku. Pelan-pelan aku menuntun pelukannya ke peraduan, ke ranjangku. Kemudian kami bergulingan di ranjang empuk itu. Baru kali ini aku gunakan ranjang pengantinku ini untuk berasyik masyuk bukan dengan suamiku atau dengan lelaki, tetapi dengan Indri yang sama-sama sebagai perempuan bersuami.
Aku dan Indri saling melepas pakaian. Aku buka celana jeansnya, dia buka rokku, aku tarik T-shirtnya, dia buka blusku, aku tarik celana dalamnya dia tarik pula celana dalamku. Begitu kami telah sama-sama berbugil ria, Indri langsung merangsek selangkanganku. Bibirnya mencari-cari vaginaku. Dan aku sendiri juga ingin mencoba kemaluan Indri.
Aku yang cukup berpengalaman selingkuh, mencuri kesempatan bercumbu dengan lelaki lain yang bukan suamiku, tidak begitu sulit beradaptasi. Kuraih paha Indri yang 'getas' itu. Aku dekatkan wajahku ke arah selangkangannya pula, kami ber-69. Indri asyik mengenyot vaginaku dan sebaliknya aku menjilati klitorisnya dan kemudian juga mengenyot kemaluannya. Aroma selangkangan Indri yang penuh wewangian sangat berbeda dengan aroma lelaki yang menebarkan aroma alami. Daya rangsang aroma Indri secara lembut dan halus meruntuhkan kesadaranku. Pelan tetapi pasti aku menenggelamkan diri dalam gairah birahi yang hebat. Aku mulai menggosok-gosokkan kemaluanku dan menekankan pada bibir Indri, demikian pula Indri padaku.
Kami saling melumat memek lawan cumbunya. Saat desakan hawa nafsu kami tak lagi terbendung, Indri berbisik, 'Mbak Mar, kamu nungging yaa', yang langsung kupenuhi. Aku ingin tahu kenikmatan macam apa yang akan diberikan oleh Indri padaku. Kurasakan wajahnya dibenamkan ke pantatku. Lidahnya menjilat tepi-tepi analku. Kemudian menusuk lubang anal itu. woowww.. Aku jadi ingat akan seorang partner selingkuhku, yang juga melakukan cara seperti ini.
Aku mengerang penuh nikmat. Kuarahkan tanganku untuk menjangkau kepala Indri. Saat kudapat, kutekan kepala itu agar lebih dalam tenggelam ke pantatku. Aku ingin lidah Indri menusuk lebih dalam ke duburku. Tetapi hanya sesaat.
Indri kemudian bangkit meninggalkan analku. Tangannya ganti meraih pinggulku. Kemudian kurasakan ada sesuatu yang mendorong-dorong bibir vaginaku. Saat kulihat, kusaksikan dildo besar hitam mencuat dari sabuk kulit yang di pakai di pinggang Indri. Kontol palsu itu siap menembus memekku. Rupanya dildo tiruan kontol negro itu sudah dioperasikan oleh Indri. Hatiku tersenyum geli. Selanjutnya aku pasrah..
Aku yakin Indri tahu apa yang akan diperbuatnya. Dia meludah pada dildo tersebut dan kembali menusukkan pada vaginaku. Aku membuka celah kemaluanku. Sedemikian inginnya aku merasakan kontol sebesar itu memenuhi liang surgaku. Sedikit demi sedikit Indri melesakkan dildo itu ke dalam vaginaku. Dan sedikit demi sedikit pula vaginaku menelannya. Rasa kegatalan dan nikmat yang hebat langsung melanda kemaluanku. Aku berteriak dan merintih..
'Sakit mbakk ..??', Indri menghentikan tusukkannya.
'Enaakk Ndrii, teruss.., enaakk.. Terusinn.. masukkin semuanyaa..'.
Akhirnya seluruh panjang dildo yang tidak kurang dari 20 cm itu tertelan seluruhnya ke dalam kemaluanku. Ooohh.., rasanya tidak ada celah yang tersisa.. Dinding kemaluanku mencengkeram seluruh batang dildo itu dengan eratnya.., syaraf-syaraf peka dalam dinding itu berinteraksi.., batang dildo itu dicengkramnya.
Indri menarik sedikit dan kembali memasukkannyak .. dia melakukannya berulang-ulang. Dia memompa seperti lelaki memompakan kontolnya pada wanita. Aku dibuatnya kelimpungan. Nikmat yang tak terhingga menyergapku. Aku mendesah, merintih, meracau..
Indri yang rupanya tidak tahan mendengar racauanku, merunduk untuk menciumi bokongku dan kemudian membenamkan kembali hidungnya ke analku. Dia jilat analku, dia juga menyedoti lubangnya. Dan aku semakin menggila.. Semakin.., semakin, .. semakin..
Akhirnya kuraih orgasmeku.., aku tidak tahu lagi.., rasanya aku berguling saat orgasme itu datang.., kenikmatan dahsyat yang menimpaku membuatku lupa diri.., aku berteriak histeris, meracau histeris.. Caci maki dan umpatan kata-kata kotor penuh birahi keluar dari mulutku.. Belakangan Indri mentertawakanku, dia bilang aku yang cantik, ayu dan lembut ini bisa juga mengeluarkan kata-kata hina, seronok kasar dan kotor seperti itu.. Dia membayangkan betapa kenikmatan telah melandaku hingga kata-kata yang sedemikian kotor itu begitu saja meluncur dari mulut cantikku.., begitu katanya.
Itulah awal diriku mengenal dunia lesbian. Sejak itu aku dan Indri sering bercumbu. Saat suamiku berangkat kerja, tak jarang permainan dilangsungkan di rumahku. Atau di rumahnya, yang rata-rata hari-harinya dilewatkan sendirian.
Lama kelamaan aku semakin banyak melihat perempuan yang cantik. Sesekali kami, aku dan Indri sepakat untuk mencari partner yang ke-3. Kami ingin bercumbu bertiga. Dengan siapaa yaa..?? Kapaann yaa..??
TAMAT
Pada gilirannya dilepasnya kuluman di dadaku. Tangannya membuka lepas celana dalamku. Indri langsung menyorongkan mukanya ke pahaku. Ke selangkanganku. Wajahnya mengendus seluruh permukaan kemaluanku. Hidungnya menyergap aroma yang keluar dai kemaluanku. Dan lidahnya dengan segera menemukan lubang vaginaku. Langsung menjilatinya.
Aku sendiri menjadi mabuk penuh kenikmatan. Aku mengerang dan terus menggeliat. Kali ini aku menginginkan bibir Indri, lidah Indri, mulut Indri seluruhnya menelan kemaluanku. Aku angkat-angkat pantatku agar Indri dapat dengan cepat melahap semuanya. Aku ingin Indri cepat-cepat menghilangkan kegatalan yang menerpaku.
Aku dapat merasakan daerah vaginaku telah membasah. Cairan birahiku mengalir dengan deras sekali. Kudengar bibir Indri yang menjadi sibuk menyedot cairan itu. Kedengaran seperti anak-anak minum es krim dari tempatnya, menjilat-jilat, menyedot dan melahap hingga cangkir-cangkirnya ikut termakan. Aku merasakan Indri sedang 'memakan' kemaluanku.
'Indrii.., aku tidak tahann.., oohh.., gatal sekallii.. Indrii..'.
Kudengar nafas Indri makin memburu. Hh.., hh, hh, hh, hh, hh.. Tangannya meliar. Dia melepas sendiri pakaiannya, dia renggut kancing celana dan menarik resluitingnya dan dengan serta-merta dilemparkannya ke lantai celana jeansnya. Kemudian dia rengkuh kaki kananku, ditarik dan ditungganginya. Dijepitnya kakiku di selangkangannya, diarahkannya jari kakiku. Diarahkannya jari-jari kakiku ke lubang vaginanya, dia desak-desakkan ke lubang vaginanya. Dia merintih, mengaduh, oohh.., hh.., hh..
Saat akhirnya lubang itu melahap ujung-ujung jari kakiku Indri, mulai melakukan gerak memompa. Dijadikannya jari-jari kakiku sebagai pengganti penis lelaki. Pantatnya naik turun menarik dan mendorong kemaluannya melahap jari-jari kakiku. Baru kali ini aku melihat perempuan sedemikian kehausan. Indri tidak lagi mempedulikan penampilannya. Dia tidak lagi merasa perlu menjaga penilaian orang lain terhadap dirinya.
Indri sedang dipacu oleh nafsu birahinya yang bergolak-golak seperti kawah gunung berapi yang hendak memuntahkan laharnya. Pantatnya yang semakin indah di mataku itu terus naik turun bak alun samudra.., terkadang dipercepat terkadang melambat mengikuti alir birahinya yang datangnya juga bergelombang-gelombang..
Hingga.. akhirnya dengan teriakan bak lolong serigala betina, 'Mbak Marinii.. ma'afin akkuu.., oohh.., oohh.., oohh.. Maarriinii..'.
Indri meraih puncak kepuasan birahinya. Orgasmenya. Sesudah itu ia langsung rebah ke lantai. Kulihat keringatnya membasahi seluruh tubuhnya, blusnya, rambutnya, pada tubuhku, bahkan pada karpetku. Aku sedemikian terpana oleh birahi yang baru saja menyerangnya.
Aku menyaksikan kepuasan tak terhingga pada Indri. Kubiarkan dia. Nafasnya tersengal-sengal. Pelan-pelan aku bangkit menuju dapur, pasti akan nikmat jika dalam panas Jakarta serta panasnya permainan birahi Indri yang melelahkan ini disegarkan dengan segelas besar orange juice dingin dari lemari esku.
Di depannya aku meminum beberapa teguk dari gelas itu. Kemudian kuserahkan padanya. Indri dengan penuh kehausan langsung menerima dan meminumnya hingga tandas habis. Kembali senyumannya merebak yang selalu diiringi dengan dekik lesung di pipinya.
'Terima kasih, Mbak Mar, ohh.. thanks bangett.. untuk segala-galanya.. untuk.., nih.., nih.., nih.., nih.., nih.., nih..', sekali lagi senyumnya mengembang dengan disertai gaya humor segarnya dengan tangannya menjamah bibir, leher, dada, paha, jari-jari kaki, jari-jari tangan dan vaginaku dengan kata-kata "nih.., nih.., nih.." itu.
Dan reaksiku sungguh tak kuduga sendiri, rasa ketersanjunganku, rasa kenikmatan yang kuterima darinya serta berbagai macam rasa yang tak mampu kuungkapkan mendorongku untuk kembali memeluk Indri. Kupeluk Indri dan aku menciuminya. Indri menyambut pelukan dan ciumanku. Kembali kami saling melumat.
'Mbak Marini belum orgasme yaa?? Mau yaa..?', dia berbisik ke telingaku.
'He-eehh', aku terlarut dan menjawab dalam gumam.
Indri melepas pelukanku, tangannya meraih kedua bahuku dan memandangku.
'Mbak aku punya dildo. Persis deh mbak. Macam-macam bentuknya. Ada yang mirip punya orang bule, ada china, ada negro, ada coklat, putih. Nanti tinggal pilih saja. Mauu..?? OK, Mbak tunggu ya, biar aku ambil, nanti kita pilih-pilih..', aku tidak menjawab, malu.
Aku malu untuk berterus terang bahwa aku sangat ingin melihat mainan 'perempuan kesepian' itu. Aku sendiri malu untuk mencoba-coba beli. Pertama takut ketahuan suami dam kedua yaa.., malulah datang ke tempat itu untuk membeli itu. Selama ini aku pecahkan saja dengan caraku yang aman dan mudah, ketimun.
Sekitar 10 menit kemudian Indri kembali dengan tas di tangan.
'Nih Mbak, lihat saja. Pilih saja..', aku keheranan saat dia membuka tas itu.
Dia tumpahkan beberapa benda-benda berbentuk penis. Ada yang biru, ada yang kuning, ada yang persis penis negro, hitam lengkap dengan urat-uratnya seperti yang aku pernah tonton di VCD.
'Suamiku senang membawakan ini semua untukku. Oleh-oleh, dia bilang. Mungkin dia sangat tahu aku pasti kesepian sering ditinggalnya'.
Melihat kontol-kontol palsu berserakan di karpet rumahku, aku geli juga. Tetapi saat aku membayangkan bagaimana benda-benda itu bisa memberikan kenikmatan syahwatku, mukaku jadi memerah. Rasanya birahiku naik lagi. Libidoku tergoda.
'Indri mau nggak bantu aku masak dulu. Nanti makan siang saja di sini yaa??', aku mengajak Indri ke dapur.
'Aku nggak tahan melihat dildo Indri tadi. Aku ingin ngerasain yang item gede tadi lhoo', Indri cekikikan mendengar aku berbisik padanya.
'Saya senang Mbak Mar udah mau ngomong gitu.., hi.., hi.., hi..'.
'Khan Indri yang ngajarin..', dengan wajah penuh gairah, kami saling merangkul pinggang menuju dapur.
Kami masak tumis kangkung. Ada sepotong daging ham di chiller lemari es-ku, Indri memasak sambal goreng pedas ala Menado.
'Biar Mbak Marini galak', komentarnya.
Kami makan sepiring berdua. Saling menyuapi. Dia mengunyah daging Menadonya kemudian mencaplok bibirku. Daging kunyahannya berpindah ke mulutku. Demikian pula aku sebaliknya. Kami juga minum dari satu gelas.
Waktu makan itu kami jadikan waktu untuk terus pemanasan untuk memenuhi kehausan seksual wanita-wanita yang sering ditinggal suaminya. Mas Adit suamiku, walaupun tidak merantau tetapi waktuku bersamanya sangat sedikit. Saat pulang larut dari kantornya, aku sudah demikian ngantuknya. Saat bangun pagi, dia langsung terburu-buru mandi untuk kembali ke kantornya. Saat hari-hari Minggu atau hari libur lainnya dia tinggalkan aku bermain golf dengan relasi-relasinya.
Suamiku akhirnya menjadi pria yang sangat egois. Menjadi suami yang hanya berpikir bahwa kebutuhan istrinya hanyalah harta, uang, harta, uang dan seterusnya. Bahkan saat kami sedang melangsungkan senggama tidak jarang terputus oleh HP-nya yang berdering, kemudian dia bangun bergegas memenuhi undangan lah, panggilan proyek lah, rapat mendadak lah atau sejuta alasan lainnya. Dan, bahkan pada saat benar-benar ada kesempatan yang longgar sekalipun ternyata memang dia kurang mampu memberikan kepuasan seksual pada istrinya. Hanya dalam waktu singkat, sebelum birahiku benar-benar hadir dan naik, dia telah muncrat-muncrat. Kontolnya langsung lemas. Saat birahiku datang merambati nafsu libidoku, Mas Adit sudah tidur ngorok di sampingku.
Sesaat setelah habis makan siang itu, bibirku dan bibir Indri langsung saling melumat. Tangan Indri langsung merogoh blusku. Dipeluknya tubuhku. Didorongnya aku bersandar ke dinding. Kali ini lumatan bibir Indri sungguh sangat nikmat. Lidahnya yang merasuki rongga mulutku meruyak, menjilati lidahku dan disusul dengan bibirnya yang menyedot ludahku.
Tanganku juga terbawa aktif. Kupeluk tubuhnya, aroma parfum Indri yang pasti mahal harganya, merangsang hidungku dan mengkatrol nafsu birahiku. Pelan-pelan aku menuntun pelukannya ke peraduan, ke ranjangku. Kemudian kami bergulingan di ranjang empuk itu. Baru kali ini aku gunakan ranjang pengantinku ini untuk berasyik masyuk bukan dengan suamiku atau dengan lelaki, tetapi dengan Indri yang sama-sama sebagai perempuan bersuami.
Aku dan Indri saling melepas pakaian. Aku buka celana jeansnya, dia buka rokku, aku tarik T-shirtnya, dia buka blusku, aku tarik celana dalamnya dia tarik pula celana dalamku. Begitu kami telah sama-sama berbugil ria, Indri langsung merangsek selangkanganku. Bibirnya mencari-cari vaginaku. Dan aku sendiri juga ingin mencoba kemaluan Indri.
Aku yang cukup berpengalaman selingkuh, mencuri kesempatan bercumbu dengan lelaki lain yang bukan suamiku, tidak begitu sulit beradaptasi. Kuraih paha Indri yang 'getas' itu. Aku dekatkan wajahku ke arah selangkangannya pula, kami ber-69. Indri asyik mengenyot vaginaku dan sebaliknya aku menjilati klitorisnya dan kemudian juga mengenyot kemaluannya. Aroma selangkangan Indri yang penuh wewangian sangat berbeda dengan aroma lelaki yang menebarkan aroma alami. Daya rangsang aroma Indri secara lembut dan halus meruntuhkan kesadaranku. Pelan tetapi pasti aku menenggelamkan diri dalam gairah birahi yang hebat. Aku mulai menggosok-gosokkan kemaluanku dan menekankan pada bibir Indri, demikian pula Indri padaku.
Kami saling melumat memek lawan cumbunya. Saat desakan hawa nafsu kami tak lagi terbendung, Indri berbisik, 'Mbak Mar, kamu nungging yaa', yang langsung kupenuhi. Aku ingin tahu kenikmatan macam apa yang akan diberikan oleh Indri padaku. Kurasakan wajahnya dibenamkan ke pantatku. Lidahnya menjilat tepi-tepi analku. Kemudian menusuk lubang anal itu. woowww.. Aku jadi ingat akan seorang partner selingkuhku, yang juga melakukan cara seperti ini.
Aku mengerang penuh nikmat. Kuarahkan tanganku untuk menjangkau kepala Indri. Saat kudapat, kutekan kepala itu agar lebih dalam tenggelam ke pantatku. Aku ingin lidah Indri menusuk lebih dalam ke duburku. Tetapi hanya sesaat.
Indri kemudian bangkit meninggalkan analku. Tangannya ganti meraih pinggulku. Kemudian kurasakan ada sesuatu yang mendorong-dorong bibir vaginaku. Saat kulihat, kusaksikan dildo besar hitam mencuat dari sabuk kulit yang di pakai di pinggang Indri. Kontol palsu itu siap menembus memekku. Rupanya dildo tiruan kontol negro itu sudah dioperasikan oleh Indri. Hatiku tersenyum geli. Selanjutnya aku pasrah..
Aku yakin Indri tahu apa yang akan diperbuatnya. Dia meludah pada dildo tersebut dan kembali menusukkan pada vaginaku. Aku membuka celah kemaluanku. Sedemikian inginnya aku merasakan kontol sebesar itu memenuhi liang surgaku. Sedikit demi sedikit Indri melesakkan dildo itu ke dalam vaginaku. Dan sedikit demi sedikit pula vaginaku menelannya. Rasa kegatalan dan nikmat yang hebat langsung melanda kemaluanku. Aku berteriak dan merintih..
'Sakit mbakk ..??', Indri menghentikan tusukkannya.
'Enaakk Ndrii, teruss.., enaakk.. Terusinn.. masukkin semuanyaa..'.
Akhirnya seluruh panjang dildo yang tidak kurang dari 20 cm itu tertelan seluruhnya ke dalam kemaluanku. Ooohh.., rasanya tidak ada celah yang tersisa.. Dinding kemaluanku mencengkeram seluruh batang dildo itu dengan eratnya.., syaraf-syaraf peka dalam dinding itu berinteraksi.., batang dildo itu dicengkramnya.
Indri menarik sedikit dan kembali memasukkannyak .. dia melakukannya berulang-ulang. Dia memompa seperti lelaki memompakan kontolnya pada wanita. Aku dibuatnya kelimpungan. Nikmat yang tak terhingga menyergapku. Aku mendesah, merintih, meracau..
Indri yang rupanya tidak tahan mendengar racauanku, merunduk untuk menciumi bokongku dan kemudian membenamkan kembali hidungnya ke analku. Dia jilat analku, dia juga menyedoti lubangnya. Dan aku semakin menggila.. Semakin.., semakin, .. semakin..
Akhirnya kuraih orgasmeku.., aku tidak tahu lagi.., rasanya aku berguling saat orgasme itu datang.., kenikmatan dahsyat yang menimpaku membuatku lupa diri.., aku berteriak histeris, meracau histeris.. Caci maki dan umpatan kata-kata kotor penuh birahi keluar dari mulutku.. Belakangan Indri mentertawakanku, dia bilang aku yang cantik, ayu dan lembut ini bisa juga mengeluarkan kata-kata hina, seronok kasar dan kotor seperti itu.. Dia membayangkan betapa kenikmatan telah melandaku hingga kata-kata yang sedemikian kotor itu begitu saja meluncur dari mulut cantikku.., begitu katanya.
Itulah awal diriku mengenal dunia lesbian. Sejak itu aku dan Indri sering bercumbu. Saat suamiku berangkat kerja, tak jarang permainan dilangsungkan di rumahku. Atau di rumahnya, yang rata-rata hari-harinya dilewatkan sendirian.
Lama kelamaan aku semakin banyak melihat perempuan yang cantik. Sesekali kami, aku dan Indri sepakat untuk mencari partner yang ke-3. Kami ingin bercumbu bertiga. Dengan siapaa yaa..?? Kapaann yaa..??
TAMAT
Sepi sendiri
Sambil melemparkan kertas yang sudah lecek itu ke lantai, Fani menghenyakkan tubuhnya dengan kesal ke kasur. Matanya menerawang, wajahnya tampak galau. Sudah 2 bulan berlalu sejak Ema pindah ke Surabaya mengikuti orang tuanya yang dipindah tugas ke sana. Fani, sang siswa kelas 2 SMP berwajah cantik, berambut hitam panjang dan lurus, dengan tinggi 162 cm dan berat 48 kg, seorang anak kecil yang baru memasuki masa puber dan baru mulai menjelajahi seksualitas tubuhnya, merindukan kekasihnya, Ema, sang adik kelas yang berwajah cantik berambut cepak seperti lelaki. Fani merindukan kasih sayang dan kehangatan tubuhnya, serta merindukan sentuhan lembutnya. Namun surat dari Ema yang baru diterimanya siang itu seakan tak menunjukkan Ema juga merindukan dirinya. Segalanya baik-baik saja dan menyenangkan bagi Ema. Kesibukan pindahan dan mengurus sekolah baru dan segala tetek bengek lain membuat Ema tak sempat menulis surat lebih dini. Besok hari pertama liburan sekolah, membuat Fani merasa semakin kesepian dan sendirian. Air mata mulai mengambang di pelupuk mata Fani. Ia menggigit bibir menguatkan hati dan memeluk guling, berusaha melupakan kegalauan di hatinya. Fani jatuh tertidur dengan gelisah.
Esok paginya Fani keluar kamar dalam keadaan yang lebih tenang. Fani turun mendapatkan rumah sepi, hanya Iroh sendirian sedang mengepel lantai. Pembantu rumah tangga keluarga Fani ini baru berusia 22 tahun, belum menikah, namun tak seperti pembantu idaman para lelaki nakal yang umumnya seksi dan cantik. Walau berdada montok, Iroh bertubuh agak gemuk, berkulit hitam dan sama sekali tidak cantik.
"Mbak Iroh, Mama ke mana?"
"Tadi pergi pagi-pagi banget, Neng. Katanya ke rumah Bu Anwar," jawab Iroh.
Setiap ke rumah Bu Anwar pasti Mama pulangnya baru sore banget, adiknya dibawa, berarti aku akan semakin kesepian dan sendirian seharian ini, pikir Fani. Ia pergi ke ruang makan, meninggalkan Iroh melanjutkan tugasnya, duduk dengan pasrah di meja makan, meminum segelas susu. Tak bersemangat, Fani memutuskan untuk pergi mandi, mungkin akan membangkitkan semangatnya.
Fani bermaksud mengatur keran air panas dan air dingin agar kehangatan air sesuai dengan yang ia inginkan. Namun Fani tak memperhatikan bahwa posisi pengatur air sedang ada di kiri, hingga saat membuka keran, air dingin tak mengucur dari keran ke dalam bathtub, melainkan langsung mengucur dengan deras dari shower di atas kepalanya, membasahi Fani yang belum buka pakaian. Dengan terkejut, Fani kontan menutup keran kembali. Fani terpana menatap dasternya yang basah cukup banyak dan melekat di pahanya. Namun kejadian ini memancing pikiran nakal dalam benaknya. Ia tersenyum nakal.
Kali ini Fani memindahkan posisi pengatur air lebih dahulu, lalu mulai mengatur kedua keran hingga puas dengan kehangatan air yang mengucur dari keran. Lalu, tanpa membuka dasternya, Fani memindahkan posisi pengatur air hingga air hangat mengucur dari shower, membasahi seluruh tubuhnya sekaligus seluruh pakaiannya. Fani berdiri di bawah kucuran air, meraba-raba tubuhnya dari balik dasternya yang telah basah kuyup dan melekat di tubuhnya. Ia sabuni tubuh yang masih dibalut daster basah itu dengan sabun cair hingga berbusa melimpah. Fani terkikik geli melihat pemandangan ini. Kenakalan ini membangkitkan semangatnya kembali, membuatnya berani. Sendirian tak berarti tak bisa menikmati suasana, pikirnya. Gesekan tangannya tiba di selangkangannya dan Fani pun menyelipkan tangannya ke balik daster basahnya dan menyabuni selangkangannya yang masih terbalut celana dalam.
"Mmmhh.." Pikiran nakal dan sentuhan pada bagian peka di tubuhnya mulai membangkitkan birahi Fani. Ia melanjutkan sentuhan-sentuhan lembutnya pada selangkangannya, lalu mulai menyelipkan sebelah jarinya ke dalam celana dalamnya, menyentuh bibir vaginanya yang telah basah kuyup, selain oleh air hangat dari shower, mungkin oleh lendir gairahnya juga.
"Mmmhh.." Fani kembali mendesah merasakan setruman rangsangan hangat dan lembut yang disebabkan oleh sentuhan jarinya sendiri itu. Pikirannya semakin nakal dan melayang ke khayalan sensual yang telah lama tertanam dalam benaknya, namun tak pernah benar-benar ia khayalkan. "Mmmhh.." Dengan mata terpejam, jarinya kembali bergerak memberi gesekan lembut pada bibir vaginanya, lagi, lagi, lagi, dan "CLACK!" Tersentak dari khayalannya, Fani membuka mata mendapatkan Iroh di pintu kamar mandi dengan mata terbeliak memandangnya.
"Ehh, ma'ap, Neng! Kok Neng Fani mandi pintunya nggak dikunci?"
Fani sudah tak ingat bahwa ia lupa mengunci pintu karena benaknya terlalu disibukkan dengan khayalan nakalnya untuk mandi tanpa melepas pakaian.
"Lagian kok Neng Fani mandi masih pakai daster sih?" tanya Iroh lagi sambil matanya menyapu seluruh tubuh Fani, dan terhenti dengan terkejut pada tangan Fani yang terselip ke balik dasternya, terjepit selangkangannya.
"Ma'ap, Neng.. ma'ap.." kata Iroh terbata-bata sambil beranjak keluar dan menarik pintu kamar mandi.
"Mbak!" sentak Fani.
Iroh terhenti dalam keadaan pintu setengah tertutup.
"Masuk, Mbak!" kata Fani.
Iroh tak bergerak.
"Sini!" sentak Fani lagi.
Dengan ragu, Iroh pun masuk kembali ke kamar mandi. Fani sendiri baru menyadari bahwa tangannya masih terjepit di selangkangannya, namun tatapan Iroh pada tubuhnya yang terbalut daster basah melekat, penuh busa sabun, dengan tangan di selangkangan, tatapan Iroh pada kenakalannya, tak membuat Fani merasa malu atau takut, sebaliknya hal itu semakin membangkitkan birahi dalam dirinya. Rasa tertangkap basah sedang berbuat nakal membuat dirinya merasa jalang. Fani sangat menyukai perasaan itu dan ia sangat terangsang karenanya. Fani melepas tangannya dari selangkangannya dan menatap Iroh yang tertunduk tak berani menatap majikan mudanya ini.
"Mbak Iroh tutup pintunya dulu, terus duduk di kloset," kata Fani memerintahkan, kali ini dengan lembut dan tak menyentak. Iroh dengan bingung menjalankan perintah majikannya. Ia duduk di kloset duduk yang tertutup itu, namun tetap menunduk tak berani memandang Fani. "Santai aja, Mbak," kata Fani lagi dengan lembut, "Mbak lihat ke sini dong," lanjut Fani dengan nada memohon namun terbersit sedikit nada nakal pada suaranya. Iroh ragu dan tak langsung berani menatap hingga Fani melanjutkan dengan manja, "Mbaak.. ayo dong.. Nggak papa kok."
Iroh akhirnya berani mengangkat kepala mendapatkan Fani tersenyum nakal ke arahnya, lalu menarik dasternya yang telah basah kuyup melekat pada tubuhnya itu secara perlahan dan menggoda. Masih terus terpercik air hangat dari shower, Fani bahkan menggoyang-goyangkan pantatnya perlahan dengan nakal sementara dasternya semakin tertarik ke atas, menampilkan celana dalam yang sama basahnya. Iroh menelan ludah antara canggung dan bingung menyaksikan strip show nakal majikan belianya yang cantik ini. Akhirnya seluruh daster terlepas dan Fani menyabetkan daster basah itu ke arah Iroh sehingga air menciprat deras pada sang pembantu.
"Ah!" pekik Iroh terkejut.
"Neng Fani nakal! Iroh basah nih!" sentak Iroh walaupun tak bernada marah, bahkan ia terkikik geli setelah itu.
Fani tersenyum menyadari Iroh sudah semakin rileks menghadapinya, dan kata-kata "nakal" dari mulut sang pembantu membuat darahnya berdesir dan semakin membangkitkan gairahnya.
Fani menjatuhkan daster ke lantai dan mini set di dada mungilnya mulai dilepas dan segera menyusul sang daster di lantai. Di bawah percikan shower, Fani yang kini tinggal memakai celana dalam mulai meraba-raba buah dada dan puting mungilnya dengan lembut. Kepalanya terdongak ke atas dan bibir tergigit merasakan birahi yang mulai semakin merebak dalam tubuhnya. Mendadak Fani menengok dan menatap Iroh yang tampak menyukai pertunjukan sensual di depannya. Sepenuhnya menyadari ada yang menyaksikan kenakalannya membuat rangsangan dalam diri Fani semakin meledak-ledak. Dengan gerak semakin menggoda, Fani mengangkat kedua tangan ke kepala, mempertontonkan ketiaknya yang putih mulus tanpa bulu, sambil menggoyang-goyang pantat dan dadanya dengan lembut, perlahan dan sensual, di bawah kucuran deras air hangat yang menetes-netes dari tubuhnya. Fani lalu menyibak rambutnya yang panjang hitam dan basah itu hingga tersampir di depan dadanya. Ia menatap mata Iroh lalu menggerakkan bibirnya memberi kecupan jarak jauh sampai berbunyi, "Cup!" Iroh hanya bisa tersenyum kecut melihat ini.
Fani berbalik lalu mulai melorotkan celana dalamnya, juga secara perlahan dengan gerakan pantat yang semakin lama semakin menyembul keluar itu, menggoda Iroh yang menelan ludah menyaksikannya. Fani menungging dan melepas celana dalam dari pergelangan kakinya, namun mempertahankan posisi itu beberapa saat sambil menggoyang pantat mulusnya dengan nakal dan menggoda. Fani kembali berbalik menghadap Iroh, lalu ia melempar celana dalamnya secara asal hingga menceplok keras di cermin, membasahi cermin yang berkabut oleh hawa panas dari air shower, lalu perlahan-lahan celana dalam basah sang gadis nakal merosot hingga mendarat di wastafel. Fani mengangkat sebelah kakinya ke pinggir bathtub sehingga pahanya yang kini mengangkang lebar itu mempertontonkan vaginanya yang telah merekah penuh birahi dan basah kuyup oleh guyuran air hangat dan lelehan lendir gairah. Tidak membuang waktu, Fani langsung mendaratkan jarinya menggesek-gesek vagina mudanya yang berwarna merah muda itu dari bawah ke atas secara perlahan dan menggoda, membuat Iroh menggigit bibir mengkhayalkan kenikmatan nakal yang kini dirasakan sang majikan belia.
"Mmm.. mm.. mm.. oohh.." desah Fani mulai terdengar di sela nafasnya yang tersengal-sengal menahan gairah selagi jarinya menggesek-gesek vaginanya. Gesekan jari Fani berhenti di ujung atas vaginanya dan kini ia mempermainkan klitorisnya yang telah mengacung keras penuh birahi itu dengan ujung jarinya, sementara sebelah tangannya naik kembali meraba-raba puting mungilnya. "Ohh.. ohh.. ohh.. mmhh.." Fani sedikit membuka matanya yang terpejam untuk melihat Iroh menggigit bibir sambil kedua tangannya meremas-remas ujung roknya, sementara kedua pahanya dirapatkan dan saling bergesek-gesek, tanda ia sendiri sudah mulai terangsang dengan pemandangan di depannya ini, dan mungkin ditambah dengan khayalan di benaknya sendiri. Pemandangan itu membuat Fani semakin terangsang dan mulai semakin liar menggesek-gesek klitoris dan vaginanya, sementara tangan satunya mulai meremas-remas buah dadanya dengan kasar. Desah dan rintihan pun mulai semakin sering terlepas dari bibir mungilnya.
"Ngh.. ngh.. ngh.. ohh.. ohh.. ngh.. ngh.." di antara keliaran gesekan jari dan remasan tangannya, dengan birahi yang mulai meledak-ledak, Fani memasukkan jarinya yang telah dibasahi lendir gairah ke dalam mulutnya, menghisap lendir hangat itu dengan penuh kenikmatan, lalu kembali digesek-gesekkan pada vaginanya. Terus Fani mengulangi itu berkali-kali, sementara aliran air hangat meleleh dari kepala melewati dadanya yang terus diremas-remas dengan liar, turun ke vaginanya yang merekah mendapatkan serangan rangsangan hebat dari jarinya.
Semakin liar dan bernafsu, Fani kini menggunakan dua jari untuk menjepit klitorisnya dari atas sambil kedua jarinya itu menggesek-gesek vaginanya yang telah melelehkan lendir panas, sementara tubuhnya mulai bergelinjang tak terkendali dan mulutnya semakin liar merintih dan mendesah. "Ngghh.. gghh.. ohh.. ohh.. Mbak.. Mbak.. Mbakk.. ohh.." Rangsangan dan kenikmatan gairah pada tubuh Fani mulai merebak mencapai klimaksnya. Dengan tubuh bergelinjang semakin liar dan gesekan jari pada vagina yang juga semakin kasar dan bernafsu, serta remasan pada buah dadanya yang juga semakin kasar dan liar, Fani merasakan setruman rangsangan penuh kenikmatan merebak dari vaginanya ke seluruh penjuru tubuhnya secara perlahan namun terasa tak kunjung berakhir. Iroh melotot tegang dengan tubuh panas-dingin melihat Fani menggelinjang hebat. "Ahh.. ahh.. ahh.. ahh!" Fani menjerit-jerit tak terkendali merasakan kenikmatan puncak yang walaupun sebenarnya hanya berlangsung beberapa detik ini, namun terasa seperti berjam-jam meledak-ledak dalam dirinya, sementara kedua tangannya dengan kasar meremas vagina dan buah dadanya yang menjadi pusat kenikmatan terhebat yang pernah ia rasakan selama hidupnya ini.
"Gggaahh.." Dengan lenguhan terakhirnya, Fani melepas ledakan orgasme yang membuat seluruh tubuhnya lemas bagai tak bertulang, lalu ia pun menggelosor di bathtub, duduk telanjang dengan mata terpejam penuh kenikmatan sementara air hangat masih terus mengucur menyiram tubuhnya.
Iroh menghela nafas panjang disusul nafas yang terengah-engah setelah menyaksikan klimaks yang dinikmati majikannya. Tak terasa, ternyata Iroh pun banyak menahan nafas selama pertunjukan nakal penuh gairah ini digelar oleh Fani. "Mbak, tolong ambilin handuk dong," pinta Fani pelan dan lembut di sela nafasnya yang juga tersengal-sengal. Iroh langsung melesat keluar, selain ingin mengambil handuk, juga sangat membutuhkan udara segar untuk paru-parunya yang terasa penuh kabut.
Fani menyelesaikan mandinya, lalu mengeringkan badan dengan handuk. Dengan tubuh dibalut handuk, Fani keluar kamar mandi dan menghampiri Iroh yang masih duduk saja di meja makan, kebingungan, tak tahu harus berbuat apa. Fani mengecup pipi Iroh, lalu tersenyum. "Makasih ya, Mbak Iroh, udah nemenin Fani. Kapan-kapan lagi ya?" tukas Fani ceria, seakan itu hanya kejadian biasa yang setiap hari bisa terjadi di setiap keluarga normal. Iroh hanya bisa mengangguk dan Fani berlenggok meninggalkannya dengan perasaan puas dan ringan.
TAMAT
Esok paginya Fani keluar kamar dalam keadaan yang lebih tenang. Fani turun mendapatkan rumah sepi, hanya Iroh sendirian sedang mengepel lantai. Pembantu rumah tangga keluarga Fani ini baru berusia 22 tahun, belum menikah, namun tak seperti pembantu idaman para lelaki nakal yang umumnya seksi dan cantik. Walau berdada montok, Iroh bertubuh agak gemuk, berkulit hitam dan sama sekali tidak cantik.
"Mbak Iroh, Mama ke mana?"
"Tadi pergi pagi-pagi banget, Neng. Katanya ke rumah Bu Anwar," jawab Iroh.
Setiap ke rumah Bu Anwar pasti Mama pulangnya baru sore banget, adiknya dibawa, berarti aku akan semakin kesepian dan sendirian seharian ini, pikir Fani. Ia pergi ke ruang makan, meninggalkan Iroh melanjutkan tugasnya, duduk dengan pasrah di meja makan, meminum segelas susu. Tak bersemangat, Fani memutuskan untuk pergi mandi, mungkin akan membangkitkan semangatnya.
Fani bermaksud mengatur keran air panas dan air dingin agar kehangatan air sesuai dengan yang ia inginkan. Namun Fani tak memperhatikan bahwa posisi pengatur air sedang ada di kiri, hingga saat membuka keran, air dingin tak mengucur dari keran ke dalam bathtub, melainkan langsung mengucur dengan deras dari shower di atas kepalanya, membasahi Fani yang belum buka pakaian. Dengan terkejut, Fani kontan menutup keran kembali. Fani terpana menatap dasternya yang basah cukup banyak dan melekat di pahanya. Namun kejadian ini memancing pikiran nakal dalam benaknya. Ia tersenyum nakal.
Kali ini Fani memindahkan posisi pengatur air lebih dahulu, lalu mulai mengatur kedua keran hingga puas dengan kehangatan air yang mengucur dari keran. Lalu, tanpa membuka dasternya, Fani memindahkan posisi pengatur air hingga air hangat mengucur dari shower, membasahi seluruh tubuhnya sekaligus seluruh pakaiannya. Fani berdiri di bawah kucuran air, meraba-raba tubuhnya dari balik dasternya yang telah basah kuyup dan melekat di tubuhnya. Ia sabuni tubuh yang masih dibalut daster basah itu dengan sabun cair hingga berbusa melimpah. Fani terkikik geli melihat pemandangan ini. Kenakalan ini membangkitkan semangatnya kembali, membuatnya berani. Sendirian tak berarti tak bisa menikmati suasana, pikirnya. Gesekan tangannya tiba di selangkangannya dan Fani pun menyelipkan tangannya ke balik daster basahnya dan menyabuni selangkangannya yang masih terbalut celana dalam.
"Mmmhh.." Pikiran nakal dan sentuhan pada bagian peka di tubuhnya mulai membangkitkan birahi Fani. Ia melanjutkan sentuhan-sentuhan lembutnya pada selangkangannya, lalu mulai menyelipkan sebelah jarinya ke dalam celana dalamnya, menyentuh bibir vaginanya yang telah basah kuyup, selain oleh air hangat dari shower, mungkin oleh lendir gairahnya juga.
"Mmmhh.." Fani kembali mendesah merasakan setruman rangsangan hangat dan lembut yang disebabkan oleh sentuhan jarinya sendiri itu. Pikirannya semakin nakal dan melayang ke khayalan sensual yang telah lama tertanam dalam benaknya, namun tak pernah benar-benar ia khayalkan. "Mmmhh.." Dengan mata terpejam, jarinya kembali bergerak memberi gesekan lembut pada bibir vaginanya, lagi, lagi, lagi, dan "CLACK!" Tersentak dari khayalannya, Fani membuka mata mendapatkan Iroh di pintu kamar mandi dengan mata terbeliak memandangnya.
"Ehh, ma'ap, Neng! Kok Neng Fani mandi pintunya nggak dikunci?"
Fani sudah tak ingat bahwa ia lupa mengunci pintu karena benaknya terlalu disibukkan dengan khayalan nakalnya untuk mandi tanpa melepas pakaian.
"Lagian kok Neng Fani mandi masih pakai daster sih?" tanya Iroh lagi sambil matanya menyapu seluruh tubuh Fani, dan terhenti dengan terkejut pada tangan Fani yang terselip ke balik dasternya, terjepit selangkangannya.
"Ma'ap, Neng.. ma'ap.." kata Iroh terbata-bata sambil beranjak keluar dan menarik pintu kamar mandi.
"Mbak!" sentak Fani.
Iroh terhenti dalam keadaan pintu setengah tertutup.
"Masuk, Mbak!" kata Fani.
Iroh tak bergerak.
"Sini!" sentak Fani lagi.
Dengan ragu, Iroh pun masuk kembali ke kamar mandi. Fani sendiri baru menyadari bahwa tangannya masih terjepit di selangkangannya, namun tatapan Iroh pada tubuhnya yang terbalut daster basah melekat, penuh busa sabun, dengan tangan di selangkangan, tatapan Iroh pada kenakalannya, tak membuat Fani merasa malu atau takut, sebaliknya hal itu semakin membangkitkan birahi dalam dirinya. Rasa tertangkap basah sedang berbuat nakal membuat dirinya merasa jalang. Fani sangat menyukai perasaan itu dan ia sangat terangsang karenanya. Fani melepas tangannya dari selangkangannya dan menatap Iroh yang tertunduk tak berani menatap majikan mudanya ini.
"Mbak Iroh tutup pintunya dulu, terus duduk di kloset," kata Fani memerintahkan, kali ini dengan lembut dan tak menyentak. Iroh dengan bingung menjalankan perintah majikannya. Ia duduk di kloset duduk yang tertutup itu, namun tetap menunduk tak berani memandang Fani. "Santai aja, Mbak," kata Fani lagi dengan lembut, "Mbak lihat ke sini dong," lanjut Fani dengan nada memohon namun terbersit sedikit nada nakal pada suaranya. Iroh ragu dan tak langsung berani menatap hingga Fani melanjutkan dengan manja, "Mbaak.. ayo dong.. Nggak papa kok."
Iroh akhirnya berani mengangkat kepala mendapatkan Fani tersenyum nakal ke arahnya, lalu menarik dasternya yang telah basah kuyup melekat pada tubuhnya itu secara perlahan dan menggoda. Masih terus terpercik air hangat dari shower, Fani bahkan menggoyang-goyangkan pantatnya perlahan dengan nakal sementara dasternya semakin tertarik ke atas, menampilkan celana dalam yang sama basahnya. Iroh menelan ludah antara canggung dan bingung menyaksikan strip show nakal majikan belianya yang cantik ini. Akhirnya seluruh daster terlepas dan Fani menyabetkan daster basah itu ke arah Iroh sehingga air menciprat deras pada sang pembantu.
"Ah!" pekik Iroh terkejut.
"Neng Fani nakal! Iroh basah nih!" sentak Iroh walaupun tak bernada marah, bahkan ia terkikik geli setelah itu.
Fani tersenyum menyadari Iroh sudah semakin rileks menghadapinya, dan kata-kata "nakal" dari mulut sang pembantu membuat darahnya berdesir dan semakin membangkitkan gairahnya.
Fani menjatuhkan daster ke lantai dan mini set di dada mungilnya mulai dilepas dan segera menyusul sang daster di lantai. Di bawah percikan shower, Fani yang kini tinggal memakai celana dalam mulai meraba-raba buah dada dan puting mungilnya dengan lembut. Kepalanya terdongak ke atas dan bibir tergigit merasakan birahi yang mulai semakin merebak dalam tubuhnya. Mendadak Fani menengok dan menatap Iroh yang tampak menyukai pertunjukan sensual di depannya. Sepenuhnya menyadari ada yang menyaksikan kenakalannya membuat rangsangan dalam diri Fani semakin meledak-ledak. Dengan gerak semakin menggoda, Fani mengangkat kedua tangan ke kepala, mempertontonkan ketiaknya yang putih mulus tanpa bulu, sambil menggoyang-goyang pantat dan dadanya dengan lembut, perlahan dan sensual, di bawah kucuran deras air hangat yang menetes-netes dari tubuhnya. Fani lalu menyibak rambutnya yang panjang hitam dan basah itu hingga tersampir di depan dadanya. Ia menatap mata Iroh lalu menggerakkan bibirnya memberi kecupan jarak jauh sampai berbunyi, "Cup!" Iroh hanya bisa tersenyum kecut melihat ini.
Fani berbalik lalu mulai melorotkan celana dalamnya, juga secara perlahan dengan gerakan pantat yang semakin lama semakin menyembul keluar itu, menggoda Iroh yang menelan ludah menyaksikannya. Fani menungging dan melepas celana dalam dari pergelangan kakinya, namun mempertahankan posisi itu beberapa saat sambil menggoyang pantat mulusnya dengan nakal dan menggoda. Fani kembali berbalik menghadap Iroh, lalu ia melempar celana dalamnya secara asal hingga menceplok keras di cermin, membasahi cermin yang berkabut oleh hawa panas dari air shower, lalu perlahan-lahan celana dalam basah sang gadis nakal merosot hingga mendarat di wastafel. Fani mengangkat sebelah kakinya ke pinggir bathtub sehingga pahanya yang kini mengangkang lebar itu mempertontonkan vaginanya yang telah merekah penuh birahi dan basah kuyup oleh guyuran air hangat dan lelehan lendir gairah. Tidak membuang waktu, Fani langsung mendaratkan jarinya menggesek-gesek vagina mudanya yang berwarna merah muda itu dari bawah ke atas secara perlahan dan menggoda, membuat Iroh menggigit bibir mengkhayalkan kenikmatan nakal yang kini dirasakan sang majikan belia.
"Mmm.. mm.. mm.. oohh.." desah Fani mulai terdengar di sela nafasnya yang tersengal-sengal menahan gairah selagi jarinya menggesek-gesek vaginanya. Gesekan jari Fani berhenti di ujung atas vaginanya dan kini ia mempermainkan klitorisnya yang telah mengacung keras penuh birahi itu dengan ujung jarinya, sementara sebelah tangannya naik kembali meraba-raba puting mungilnya. "Ohh.. ohh.. ohh.. mmhh.." Fani sedikit membuka matanya yang terpejam untuk melihat Iroh menggigit bibir sambil kedua tangannya meremas-remas ujung roknya, sementara kedua pahanya dirapatkan dan saling bergesek-gesek, tanda ia sendiri sudah mulai terangsang dengan pemandangan di depannya ini, dan mungkin ditambah dengan khayalan di benaknya sendiri. Pemandangan itu membuat Fani semakin terangsang dan mulai semakin liar menggesek-gesek klitoris dan vaginanya, sementara tangan satunya mulai meremas-remas buah dadanya dengan kasar. Desah dan rintihan pun mulai semakin sering terlepas dari bibir mungilnya.
"Ngh.. ngh.. ngh.. ohh.. ohh.. ngh.. ngh.." di antara keliaran gesekan jari dan remasan tangannya, dengan birahi yang mulai meledak-ledak, Fani memasukkan jarinya yang telah dibasahi lendir gairah ke dalam mulutnya, menghisap lendir hangat itu dengan penuh kenikmatan, lalu kembali digesek-gesekkan pada vaginanya. Terus Fani mengulangi itu berkali-kali, sementara aliran air hangat meleleh dari kepala melewati dadanya yang terus diremas-remas dengan liar, turun ke vaginanya yang merekah mendapatkan serangan rangsangan hebat dari jarinya.
Semakin liar dan bernafsu, Fani kini menggunakan dua jari untuk menjepit klitorisnya dari atas sambil kedua jarinya itu menggesek-gesek vaginanya yang telah melelehkan lendir panas, sementara tubuhnya mulai bergelinjang tak terkendali dan mulutnya semakin liar merintih dan mendesah. "Ngghh.. gghh.. ohh.. ohh.. Mbak.. Mbak.. Mbakk.. ohh.." Rangsangan dan kenikmatan gairah pada tubuh Fani mulai merebak mencapai klimaksnya. Dengan tubuh bergelinjang semakin liar dan gesekan jari pada vagina yang juga semakin kasar dan bernafsu, serta remasan pada buah dadanya yang juga semakin kasar dan liar, Fani merasakan setruman rangsangan penuh kenikmatan merebak dari vaginanya ke seluruh penjuru tubuhnya secara perlahan namun terasa tak kunjung berakhir. Iroh melotot tegang dengan tubuh panas-dingin melihat Fani menggelinjang hebat. "Ahh.. ahh.. ahh.. ahh!" Fani menjerit-jerit tak terkendali merasakan kenikmatan puncak yang walaupun sebenarnya hanya berlangsung beberapa detik ini, namun terasa seperti berjam-jam meledak-ledak dalam dirinya, sementara kedua tangannya dengan kasar meremas vagina dan buah dadanya yang menjadi pusat kenikmatan terhebat yang pernah ia rasakan selama hidupnya ini.
"Gggaahh.." Dengan lenguhan terakhirnya, Fani melepas ledakan orgasme yang membuat seluruh tubuhnya lemas bagai tak bertulang, lalu ia pun menggelosor di bathtub, duduk telanjang dengan mata terpejam penuh kenikmatan sementara air hangat masih terus mengucur menyiram tubuhnya.
Iroh menghela nafas panjang disusul nafas yang terengah-engah setelah menyaksikan klimaks yang dinikmati majikannya. Tak terasa, ternyata Iroh pun banyak menahan nafas selama pertunjukan nakal penuh gairah ini digelar oleh Fani. "Mbak, tolong ambilin handuk dong," pinta Fani pelan dan lembut di sela nafasnya yang juga tersengal-sengal. Iroh langsung melesat keluar, selain ingin mengambil handuk, juga sangat membutuhkan udara segar untuk paru-parunya yang terasa penuh kabut.
Fani menyelesaikan mandinya, lalu mengeringkan badan dengan handuk. Dengan tubuh dibalut handuk, Fani keluar kamar mandi dan menghampiri Iroh yang masih duduk saja di meja makan, kebingungan, tak tahu harus berbuat apa. Fani mengecup pipi Iroh, lalu tersenyum. "Makasih ya, Mbak Iroh, udah nemenin Fani. Kapan-kapan lagi ya?" tukas Fani ceria, seakan itu hanya kejadian biasa yang setiap hari bisa terjadi di setiap keluarga normal. Iroh hanya bisa mengangguk dan Fani berlenggok meninggalkannya dengan perasaan puas dan ringan.
TAMAT
Sahabatku Levena - 2
Rupanya Fifiani atau yang biasa saya panggil dengan Fifi senang curhat dengan saya, bahkan beberapa kali matanya mengarah pada payudara dan bawah rok jins biru saya yang agak naik ke atas, mungkin celana dalam saya yang berwarna putih polos kelihatan, tapi saya cuek saja. Bahkan saya sengaja beberapa kali menyingkap rok saya hingga paha saya yang putih kelihatan dengan jelas hingga Fifi salah tingkah memperhatikan rok saya.
Malam itu kami sudah melewati kota Probolinggo, saya lihat teman-teman sudah pada tidur karena kelelahan, sementara Levana memperhatikan saya sambil mengedipkan matanya beberapa kali. Di bis wisata itu yang duduk di belakang cuma saya, Levana, seorang teman lain dan beberapa barang bawaan yang menumpuk, sementara yang lain duduk di depan, tentu saja ada yang berpasangan.
Sementara itu Fifi rupanya sudah tertidur pulas dengan kepalanya bersandar pada bahu kanan saya hingga perasaan saya jadi tak enak karena napasnya yang harum dan lembut tercium oleh saya, di samping itu posisi duduknya yang sungguh membuat dada saya berdebar-debar karena kakinya menopang pada paha saya. Dengan perlahan saya menyelimutinya hingga kami berdua tertutup oleh selimut hingga cuma tinggal kepala saja yang kelihatan. Tangan kanan Fifi saya pegang dan saya di tempatkan payudara saya. tiba-tiba Fifi membuka matanya dan menatap saya tajam.
"Eh.. Eh.. Fi.. Belum tidur ya?" tanya saya tergagap-gagap karena kaget melihatnya bangun tiba-tiba.
"Iya Mbak, belum ngantuk nich" jawabnya tersenyum ramah dan tidak melepaskan tangannya dari payudara saya, padahal saya sudah horny.
"Jangan panggil Mbak dong, panggil Tika saja ya"
"Iya dech, Tika udah punya pacar belum?" tanyanya.
"Belum, emangnya kenapa?"
"Masak, cewek secantik kamu belum punya pacar!"
"Emang belum, kamu sendiri?"
"Udah pernah sich, cuma sering putus, lebih suka sahabatan ama cewek"
"Oh gitu ya.."
"Ka, boleh nggak Fifi peluk?" pintanya.
"Boleh saja, terserah Fifi dech" gumam saya pelan karena Fifi dengan pelan meremas payudara saya dengan gemas, bahkan sudah masuk dalam BH saya dan meremasnya dengan lembut.
"Sstss.. Fi.." desisku.
"Gimana Ka?" tanya Fifi yang berusaha membuka BH saya.
"Enak Fi.. Sstss.. Saya boleh.." belum sempat Fifi menjawab, tangan saya sudah masuk ke dalam roknya dan membelai vaginanya yang masih memakai celana dalam.
"Sst.. Ka.. Ayo dong.." ajak Fifi menuntun tangan saya untuk masuk lebih dalam dan menyentuh vaginanya.
Akhirnya saya dan Fifi saling meremas payudara dan menyentuh vagina hingga Fifi duluan orgasme karena tak tahan dengan jari-jari saya yang keluar masuk vaginanya dengan cepat. Levana yang dari tadi memperhatikan saya, juga ikut-ikutan merogoh payudaranya sendiri. Belum sempat saya orgasme, bis itu sampai Denpasar, dan kami memesan kamar masing-masing untuk esok paginya kami lanjutkan dengan pesiar keliling pulau Bali.
"Gimana nich Fi, saya khan belum.."
"Tenang saja Ka, gimana kalau kita tidur berdua?" jawab Fifi santai karena tahu bahwa saya belum puas.
"Iya dech"
"Saya boleh ikut nggak, boleh ya.." rengek Levana tiba-tiba mendekati kami.
"Boleh saja, gimana Fi, Ana boleh ikut nggak!?" tanya saya pada Fifi.
"Okey, pasti tambah asyik ya" jawabnya sambil mengedipkan mata pada saya.
Jadilah saya memesan kamar bertiga dan setelah kami diberi pengarahan dari pemandu wisata agar bangun jam 08.00, maka saya langsung masuk kamar. Setibanya di kamar dan menaruh tas, saya peluk Fifi dan menghimpitnya ke tembok hingga payudara saya yang montok menempel ketat pada payudaranya.
"Udah nggak sabar nich yee.." goda Ana sambil memeluk saya juga dari belakang dan langsung mencium leher saya dengan ganas.
"Fi.. Kamu.."
"Udah ka, ayo kita terusin yang tadi" jawab Fifi sambil melumat bibir saya dengan ganas.
"Mmh.."
Fifi yang mencium saya dengan ganas itu juga tak kalah gesitnya mencoba kembali membuka BH saya yang akhirnya terlepas juga ke bawah, tangannya dengan terampil kembali meremas-remas payudara saya, di samping itu Ana berusaha melepas rok jins dan celana dalam saya hingga saya yang pertama-tama bugil duluan. Entah siapa yang memulai duluan, tahu-tahu saya sudah berada di tempat tidur dengan payudara saya yang dijilati Fifi dengan lincah, bahkan Ana pun juga sudah bugil dan sekarang sedang menjilati vagina saya dengan lahap.
"Sst.. Uuh.. Mmh.." rintih saya keras karena tak tahan diperlakukan oleh dua orang wanita cantik yang menjilati bagian sensitif saya.
Beberapa menit kemudian saya pun tak tahan dan mengalami orgasme yang pertama. Fifi juga minta ganti posisi di bawah untuk kami kerjai yang saya bagi tugas dengan Ana, saya bagian menjilat vaginanya dan Ana bagian payudara dan bibirnya. Beberapa menit permainan itu kami lanjutkan dengan cara saling berganti posisi.
"Ka.. Sstss.. Geli.. Ahh.. Ssts"
"Ssts.. Mmh.. Jilat yang itu.. Ya.." rintih Fifi yang sedang berjongkok karena vaginanya dijilat oleh Ana.
"Sstss.. Go.. Yang.. Na.. Sstss.." desis saya meminta Ana yang vaginanya sedang saya gesek-gesekkan dengan vagina saya untuk menggoyang pinggulnya lebih keras.
Permainan demi permainan kami lewati hingga akhirnya saya meminta Fifi memasang penis plastik yang bisa bergetar itu pada vaginanya. Bentuknya seperti celana dalam yang di tengahnya ada penis plastik.
"Sstss.. Pelan.. Fi.. Argh.." jerit saya karena Fifi memasukkan penis buatan itu terlalu cepat pada vagina saya.
"Mmh.. Gimana Ka, enak..?"
"Ssts.. Ya, ayo.." perintah saya setelah Fifi memasukkan penis plastik itu dan mendorongnya keluar masuk hingga saya merasa nikmat dan menjepit penis plastik itu dengan keras hingga dinding vagina saya berdenyut-denyut.
"Sstt.. Ayo.. Fi.. Lebih cepat lagi.." pintaku.
"Sstss.. Mmh.. Sstss.. Argkk.." jerit saya melengking karena cepatnya Fifi memasukkan penis plastik itu hingga saya orgasme berulang-ulang yang ditambah lagi rangsangan pada payudara saya yang dijilat dan dikulum oleh Levana sambil tangannya tak henti-hentinya juga meremas payudara Fifi. Vagina saya mengeluarkan lendir berwarna putih, sungguh banyak sekali.
"Lega rasanya, nikmat juga pake penis buatan.."
"Enak nggak rasanya Ka?" tanya Levana pada saya dengan mimik heran.
"Lho, kamu belum pernah toh An?" tanyaku.
"Belum tuch, biasanya sich cuma ama cewek saja"
"Nikmat kok rasanya, saya sering pake kalau lagi nggak ada pasangan" jawab Fifi sambil membersihkan penis plastik itu untuk kami gunakan lagi.
"Gimana An, kamu coba dech, sini biar kucobain buat kamu.." bujukku pada Levana yang kelihatan masih ingin mencoba penis buatan ini selain gaya enam sembilan favorit Levana dan saya.
Malam itu kami bertiga menguras habis energi untuk bercinta hingga ke kamar mandi, bahkan dengan senangnya saya bisa memandikan Fifi yang paling muda di antara kami bertiga.
"Pelan-pelan ya masukinnya" pinta Levana cemas.
"Tenang saja, nggak sakit kok" kata saya meyakinkan Levana yang melihat saya sudah memasang kan celana dalam berpenis itu di kemaluan saya.
Permukaan penis plastik itu ada bintik-bintiknya yang tidak beraturan dan saya juga tidak begitu mengerti apa manfaatnya, mungkin saja untuk menambah rasa nikmat jika bersentuhan dengan dinding vagina.
"Sst.. Mmh.. Sstss.. Aduh.." jerit Ana pelan karena penis itu terpeleset keluar bibir vaginanya.
Akhirnya seluruh penis plastik itu masuk ke dalam vagina Ana yang masih sempit itu, mungkin Levana masih perawan karena beberapa saat kemudian sedikit keluar darah. Memang selama saya bersahabat dengan Levana, Ana jarang bergaul dengan teman pria, kebanyakan teman wanita seperti saya dan yang lainnya. Sedangkan Fifi pergaulannya luas termasuk dengan pria hingga vagina Fifi sudah agak melebar dibandingkan dengan vagina saya dan Levana.
"Na, kamu masih perawan ya?" tanya saya serius pada Levana.
"Eh.. Iya.. Berarti kamu yang pertama melakukannya, Sayang" jawabnya mesra sambil mencium saya dengan lembut.
"Mmh.."
Saya berusaha maju mundur mengikuti aksi seperti yang di film BF, para pria memajumundurkan penisnya ke dalam vagina si wanita. Sambil memasukkan penis buatan, saya meremas-remas payudara Ana.
"Sstss.. Ter.. Us.. Sstss.."
"Sst.. Fi.. Ayo.." ajak Ana sambil mengajak Fifi untuk berciuman dengan saya.
"Sstss.. Sstss.. Mmh.."
Sambil berciuman dengan Fifi, saya memasukkan penis plastik itu keluar masuk dengan irama yang teratur hingga pantat Levana bergoyang pelan. Rupanya Ana menikmati permainan penis plastik itu hingga meminta saya agar cepat menaikkan tempo keluar masuknya penis plastik itu dalam vaginanya.
"Ayo fi, isap puting saya"
"Iya, Ka.."
"Sstss.. Mmh.." rintih saya agak keras karena Fifi bukan saja mengisap puting saya, bahkan menggigit puting saya dengan gemas hingga saya merasa nikmat dan mendorong penis plastik itu semakin cepat saja.
"Sstss.. Sstss.. Sstss.. Bagi.. An.. Sstss.. Itu.." desis Ana mengarahkan saya untuk menyodokkan penis itu pada bagian lubang vaginanya.
Permainan dengan Ana membutuhkan waktu yang lama karena ia menahan irama birahinya hingga pinggul saya pegal-pegal, kemudian setelah saya lelah, saya menyuruh Fifi untuk ganti menindih Levana dengan penis plastik itu.
"Fi, gantian ya, saya capek nich"
"Ya, ayo sini" jawab Fifi sambil memasang penis itu dan langsung memasukkannya dalam vagina Levana dan mereka pun bermain dengan bernafsu hingga Fifi melahap bibir Ana dengan ganas.
Saya pun menyelipkan tangan di antara payudara mereka dan meremas-remasnya supaya Ana cepat orgasme. Dan akhirnya Levana melepaskan ciuman Fifi dan memintanya agar lebih cepat.
"Sstss.. Sstss.. Sstss.. Ayo.. Fi.. Cepetan.."
"Saya.. Sstss.. Mau.. Keluar.. Sstss.." rintih Levana hingga Fifi semakin mendorong dengan cepat penis plastik itu hingga Ana bergerak-gerak liar dan menjepit Fifi dengan kuat.
"Sstss.. Arghh.." jerit Levana melengking karena cairan putihnya akhirnya keluar juga untuk terakhir kalinya.
*****
Pada jam empat pagi baru kami tidur bersama, tentu saja dengan keadaan bugil dan kepuasan yang tiada tara. Dan kembali tour kami lanjutkan untuk wisata ke pantai Sanur dan pantai Kuta.
Terima kasih pada Bapak Hartono atas tournya, juga sahabatku Fifi dan Levana atas pengalamannya bersama saya, kasih komentar ya atas cerita saya ini, kalau ada yang kurang, konfirmasikan saja ke email saya.
Pembaca cowok dan cewek bisa curhat atau kenalan pada saya melalui email saya atau memberikan tanggapannya mengenai kelainan saya ini, asalkan disertai foto, terutama bagi cewek-cewek baik yang seksi maupun tidak seksi hi.. hi.. hi.., pasti kubalas dengan foto bugil saya, eh maksud saya foto seksi saya dan kalau ada yang mengajak jalan bersama, saya ingin ikut dong.
Jika tanpa foto, maaf saja, saya tidak bisa membalas surat Anda. Dan buat sohib saya Fifi, Vita, Samantha, Aulia, Febri, dan Levana, salam sayang selalu dan kangen, jangan lupa ya baca cerita saya ini dan kapan nih kita mandi bareng lagi, pasti asyik deh. Sekarang saya lagi fitness untuk mengencangkan payudara lho.
TAMAT
Malam itu kami sudah melewati kota Probolinggo, saya lihat teman-teman sudah pada tidur karena kelelahan, sementara Levana memperhatikan saya sambil mengedipkan matanya beberapa kali. Di bis wisata itu yang duduk di belakang cuma saya, Levana, seorang teman lain dan beberapa barang bawaan yang menumpuk, sementara yang lain duduk di depan, tentu saja ada yang berpasangan.
Sementara itu Fifi rupanya sudah tertidur pulas dengan kepalanya bersandar pada bahu kanan saya hingga perasaan saya jadi tak enak karena napasnya yang harum dan lembut tercium oleh saya, di samping itu posisi duduknya yang sungguh membuat dada saya berdebar-debar karena kakinya menopang pada paha saya. Dengan perlahan saya menyelimutinya hingga kami berdua tertutup oleh selimut hingga cuma tinggal kepala saja yang kelihatan. Tangan kanan Fifi saya pegang dan saya di tempatkan payudara saya. tiba-tiba Fifi membuka matanya dan menatap saya tajam.
"Eh.. Eh.. Fi.. Belum tidur ya?" tanya saya tergagap-gagap karena kaget melihatnya bangun tiba-tiba.
"Iya Mbak, belum ngantuk nich" jawabnya tersenyum ramah dan tidak melepaskan tangannya dari payudara saya, padahal saya sudah horny.
"Jangan panggil Mbak dong, panggil Tika saja ya"
"Iya dech, Tika udah punya pacar belum?" tanyanya.
"Belum, emangnya kenapa?"
"Masak, cewek secantik kamu belum punya pacar!"
"Emang belum, kamu sendiri?"
"Udah pernah sich, cuma sering putus, lebih suka sahabatan ama cewek"
"Oh gitu ya.."
"Ka, boleh nggak Fifi peluk?" pintanya.
"Boleh saja, terserah Fifi dech" gumam saya pelan karena Fifi dengan pelan meremas payudara saya dengan gemas, bahkan sudah masuk dalam BH saya dan meremasnya dengan lembut.
"Sstss.. Fi.." desisku.
"Gimana Ka?" tanya Fifi yang berusaha membuka BH saya.
"Enak Fi.. Sstss.. Saya boleh.." belum sempat Fifi menjawab, tangan saya sudah masuk ke dalam roknya dan membelai vaginanya yang masih memakai celana dalam.
"Sst.. Ka.. Ayo dong.." ajak Fifi menuntun tangan saya untuk masuk lebih dalam dan menyentuh vaginanya.
Akhirnya saya dan Fifi saling meremas payudara dan menyentuh vagina hingga Fifi duluan orgasme karena tak tahan dengan jari-jari saya yang keluar masuk vaginanya dengan cepat. Levana yang dari tadi memperhatikan saya, juga ikut-ikutan merogoh payudaranya sendiri. Belum sempat saya orgasme, bis itu sampai Denpasar, dan kami memesan kamar masing-masing untuk esok paginya kami lanjutkan dengan pesiar keliling pulau Bali.
"Gimana nich Fi, saya khan belum.."
"Tenang saja Ka, gimana kalau kita tidur berdua?" jawab Fifi santai karena tahu bahwa saya belum puas.
"Iya dech"
"Saya boleh ikut nggak, boleh ya.." rengek Levana tiba-tiba mendekati kami.
"Boleh saja, gimana Fi, Ana boleh ikut nggak!?" tanya saya pada Fifi.
"Okey, pasti tambah asyik ya" jawabnya sambil mengedipkan mata pada saya.
Jadilah saya memesan kamar bertiga dan setelah kami diberi pengarahan dari pemandu wisata agar bangun jam 08.00, maka saya langsung masuk kamar. Setibanya di kamar dan menaruh tas, saya peluk Fifi dan menghimpitnya ke tembok hingga payudara saya yang montok menempel ketat pada payudaranya.
"Udah nggak sabar nich yee.." goda Ana sambil memeluk saya juga dari belakang dan langsung mencium leher saya dengan ganas.
"Fi.. Kamu.."
"Udah ka, ayo kita terusin yang tadi" jawab Fifi sambil melumat bibir saya dengan ganas.
"Mmh.."
Fifi yang mencium saya dengan ganas itu juga tak kalah gesitnya mencoba kembali membuka BH saya yang akhirnya terlepas juga ke bawah, tangannya dengan terampil kembali meremas-remas payudara saya, di samping itu Ana berusaha melepas rok jins dan celana dalam saya hingga saya yang pertama-tama bugil duluan. Entah siapa yang memulai duluan, tahu-tahu saya sudah berada di tempat tidur dengan payudara saya yang dijilati Fifi dengan lincah, bahkan Ana pun juga sudah bugil dan sekarang sedang menjilati vagina saya dengan lahap.
"Sst.. Uuh.. Mmh.." rintih saya keras karena tak tahan diperlakukan oleh dua orang wanita cantik yang menjilati bagian sensitif saya.
Beberapa menit kemudian saya pun tak tahan dan mengalami orgasme yang pertama. Fifi juga minta ganti posisi di bawah untuk kami kerjai yang saya bagi tugas dengan Ana, saya bagian menjilat vaginanya dan Ana bagian payudara dan bibirnya. Beberapa menit permainan itu kami lanjutkan dengan cara saling berganti posisi.
"Ka.. Sstss.. Geli.. Ahh.. Ssts"
"Ssts.. Mmh.. Jilat yang itu.. Ya.." rintih Fifi yang sedang berjongkok karena vaginanya dijilat oleh Ana.
"Sstss.. Go.. Yang.. Na.. Sstss.." desis saya meminta Ana yang vaginanya sedang saya gesek-gesekkan dengan vagina saya untuk menggoyang pinggulnya lebih keras.
Permainan demi permainan kami lewati hingga akhirnya saya meminta Fifi memasang penis plastik yang bisa bergetar itu pada vaginanya. Bentuknya seperti celana dalam yang di tengahnya ada penis plastik.
"Sstss.. Pelan.. Fi.. Argh.." jerit saya karena Fifi memasukkan penis buatan itu terlalu cepat pada vagina saya.
"Mmh.. Gimana Ka, enak..?"
"Ssts.. Ya, ayo.." perintah saya setelah Fifi memasukkan penis plastik itu dan mendorongnya keluar masuk hingga saya merasa nikmat dan menjepit penis plastik itu dengan keras hingga dinding vagina saya berdenyut-denyut.
"Sstt.. Ayo.. Fi.. Lebih cepat lagi.." pintaku.
"Sstss.. Mmh.. Sstss.. Argkk.." jerit saya melengking karena cepatnya Fifi memasukkan penis plastik itu hingga saya orgasme berulang-ulang yang ditambah lagi rangsangan pada payudara saya yang dijilat dan dikulum oleh Levana sambil tangannya tak henti-hentinya juga meremas payudara Fifi. Vagina saya mengeluarkan lendir berwarna putih, sungguh banyak sekali.
"Lega rasanya, nikmat juga pake penis buatan.."
"Enak nggak rasanya Ka?" tanya Levana pada saya dengan mimik heran.
"Lho, kamu belum pernah toh An?" tanyaku.
"Belum tuch, biasanya sich cuma ama cewek saja"
"Nikmat kok rasanya, saya sering pake kalau lagi nggak ada pasangan" jawab Fifi sambil membersihkan penis plastik itu untuk kami gunakan lagi.
"Gimana An, kamu coba dech, sini biar kucobain buat kamu.." bujukku pada Levana yang kelihatan masih ingin mencoba penis buatan ini selain gaya enam sembilan favorit Levana dan saya.
Malam itu kami bertiga menguras habis energi untuk bercinta hingga ke kamar mandi, bahkan dengan senangnya saya bisa memandikan Fifi yang paling muda di antara kami bertiga.
"Pelan-pelan ya masukinnya" pinta Levana cemas.
"Tenang saja, nggak sakit kok" kata saya meyakinkan Levana yang melihat saya sudah memasang kan celana dalam berpenis itu di kemaluan saya.
Permukaan penis plastik itu ada bintik-bintiknya yang tidak beraturan dan saya juga tidak begitu mengerti apa manfaatnya, mungkin saja untuk menambah rasa nikmat jika bersentuhan dengan dinding vagina.
"Sst.. Mmh.. Sstss.. Aduh.." jerit Ana pelan karena penis itu terpeleset keluar bibir vaginanya.
Akhirnya seluruh penis plastik itu masuk ke dalam vagina Ana yang masih sempit itu, mungkin Levana masih perawan karena beberapa saat kemudian sedikit keluar darah. Memang selama saya bersahabat dengan Levana, Ana jarang bergaul dengan teman pria, kebanyakan teman wanita seperti saya dan yang lainnya. Sedangkan Fifi pergaulannya luas termasuk dengan pria hingga vagina Fifi sudah agak melebar dibandingkan dengan vagina saya dan Levana.
"Na, kamu masih perawan ya?" tanya saya serius pada Levana.
"Eh.. Iya.. Berarti kamu yang pertama melakukannya, Sayang" jawabnya mesra sambil mencium saya dengan lembut.
"Mmh.."
Saya berusaha maju mundur mengikuti aksi seperti yang di film BF, para pria memajumundurkan penisnya ke dalam vagina si wanita. Sambil memasukkan penis buatan, saya meremas-remas payudara Ana.
"Sstss.. Ter.. Us.. Sstss.."
"Sst.. Fi.. Ayo.." ajak Ana sambil mengajak Fifi untuk berciuman dengan saya.
"Sstss.. Sstss.. Mmh.."
Sambil berciuman dengan Fifi, saya memasukkan penis plastik itu keluar masuk dengan irama yang teratur hingga pantat Levana bergoyang pelan. Rupanya Ana menikmati permainan penis plastik itu hingga meminta saya agar cepat menaikkan tempo keluar masuknya penis plastik itu dalam vaginanya.
"Ayo fi, isap puting saya"
"Iya, Ka.."
"Sstss.. Mmh.." rintih saya agak keras karena Fifi bukan saja mengisap puting saya, bahkan menggigit puting saya dengan gemas hingga saya merasa nikmat dan mendorong penis plastik itu semakin cepat saja.
"Sstss.. Sstss.. Sstss.. Bagi.. An.. Sstss.. Itu.." desis Ana mengarahkan saya untuk menyodokkan penis itu pada bagian lubang vaginanya.
Permainan dengan Ana membutuhkan waktu yang lama karena ia menahan irama birahinya hingga pinggul saya pegal-pegal, kemudian setelah saya lelah, saya menyuruh Fifi untuk ganti menindih Levana dengan penis plastik itu.
"Fi, gantian ya, saya capek nich"
"Ya, ayo sini" jawab Fifi sambil memasang penis itu dan langsung memasukkannya dalam vagina Levana dan mereka pun bermain dengan bernafsu hingga Fifi melahap bibir Ana dengan ganas.
Saya pun menyelipkan tangan di antara payudara mereka dan meremas-remasnya supaya Ana cepat orgasme. Dan akhirnya Levana melepaskan ciuman Fifi dan memintanya agar lebih cepat.
"Sstss.. Sstss.. Sstss.. Ayo.. Fi.. Cepetan.."
"Saya.. Sstss.. Mau.. Keluar.. Sstss.." rintih Levana hingga Fifi semakin mendorong dengan cepat penis plastik itu hingga Ana bergerak-gerak liar dan menjepit Fifi dengan kuat.
"Sstss.. Arghh.." jerit Levana melengking karena cairan putihnya akhirnya keluar juga untuk terakhir kalinya.
*****
Pada jam empat pagi baru kami tidur bersama, tentu saja dengan keadaan bugil dan kepuasan yang tiada tara. Dan kembali tour kami lanjutkan untuk wisata ke pantai Sanur dan pantai Kuta.
Terima kasih pada Bapak Hartono atas tournya, juga sahabatku Fifi dan Levana atas pengalamannya bersama saya, kasih komentar ya atas cerita saya ini, kalau ada yang kurang, konfirmasikan saja ke email saya.
Pembaca cowok dan cewek bisa curhat atau kenalan pada saya melalui email saya atau memberikan tanggapannya mengenai kelainan saya ini, asalkan disertai foto, terutama bagi cewek-cewek baik yang seksi maupun tidak seksi hi.. hi.. hi.., pasti kubalas dengan foto bugil saya, eh maksud saya foto seksi saya dan kalau ada yang mengajak jalan bersama, saya ingin ikut dong.
Jika tanpa foto, maaf saja, saya tidak bisa membalas surat Anda. Dan buat sohib saya Fifi, Vita, Samantha, Aulia, Febri, dan Levana, salam sayang selalu dan kangen, jangan lupa ya baca cerita saya ini dan kapan nih kita mandi bareng lagi, pasti asyik deh. Sekarang saya lagi fitness untuk mengencangkan payudara lho.
TAMAT
Sang pramugariku
Aku adalah mahasiswi disebuah universitas swasta di kota "S", nama initialku Rus, dan aku pernah mengirimkan cerita "Rahasiaku" kepada situs ini.
*****
Awal mula aku mengalami Making Love dengan seorang wanita yang mengubah orientasi seksualku menjadi seorang biseksual, aku mengalami percintaan sesama jenis ketika usiaku 20 tahun dengan seorang wanita berusia 45 tahun, entah mengapa semuanya terjadi begitu saja terjadi mungkin ada dorongan libidoku yang ikut menunjang semua itu dan semua ini telah kuceritakan dalam "Rahasiaku."
Wanita itu adalah Ibu Kos-ku, ia bernama Tante Maria, suaminya seorang pedagang yang sering keluar kota. Dan akibat dari pengalaman bercinta dengannya aku mendapat pelayanan istimewa dari Ibu Kos-ku, tetapi aku tak ingin menjadi lesbian sejati, sehingga aku sering menolak bila diajak bercinta dengannya, walaupun Tante Maria sering merayuku tetapi aku dapat menolaknya dengan cara yang halus, dengan alasan ada laporan yang harus kukumpulkan besok, atau ada test esok hari sehingga aku harus konsentrasi belajar, semula aku ada niat untuk pindah kos tetapi Tante Maria memohon agar aku tidak pindah kos dengan syarat aku tidak diganggu lagi olehnya, dan ia pun setuju. Sehingga walaupun aku pernah bercinta dengannya seperti seorang suami istri tetapi aku tak ingin jatuh cinta kepadanya, kadang aku kasihan kepadanya bila ia sangat memerlukanku tetapi aku harus seolah tidak memperdulikannya. Kadang aku heran juga dengan sikapnya ketika suaminya pulang kerumah mereka seakan tidak akur, sehingga mereka berada pada kamar yang terpisah.
Hingga suatu hari ketika aku pulang malam hari setelah menonton bioskop dengan teman priaku, waktu itu jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam, karena aku mempunyai kunci sendiri maka aku membuka pintu depan, suasana amat sepi lampu depan sudah padam, kulihat lampu menyala dari balik pintu kamar kos pramugari itu,
"Hmm.. ia sudah datang," gumamku, aku langsung menuju kamarku yang letaknya bersebelahan dengan kamar pramugari itu. aku bersihkan wajahku dan berganti pakaian dengan baju piyamaku, lalu aku menuju ke pembaringan, tiba-tiba terdengar rintihan-rintihan yang aneh dari kamar sebelah. Aku jadi penasaran karena suara itu sempat membuatku takut, kucoba memberanikan diri untuk mengintip kamar sebelah karena kebetulan ada celah udara antara kamarku dengan kamar pramugari itu, walaupun ditutup triplek aku mencoba untuk melobanginya, kuambil meja agar aku dapat menjangkau lubang udara yang tertutup triplek itu.
Lalu pelan pelan kutusukan gunting tajam agar triplek itu berlobang, betapa terkejutnya aku ketika kulihat pemandangan di kamar sebelahku. Aku melihat Tante Maria menindih seorang wanita yang kelihatan lebih tinggi, berkulit putih, dan berambut panjang, mereka berdua dalam keadaan bugil, lampu kamarnya tidak dipadamkan sehingga aku dapat melihat jelas Tante Maria sedang berciuman bibir dengan wanita itu yang mungkin pramugari itu. Ketika Tante Maria menciumi lehernya, aku dapat melihat wajah pramugari itu, dan ia sangat cantik wajahnya bersih dan mempunyai ciri khas seorang keturunan ningrat. Ternyata pramugari itu juga terkena rayuan Tante Maria, ia memang sangat mahir membuat wanita takluk kepadanya, dengan sangat hati-hati Tante Maria menjilati leher dan turun terus ke bawah. Bibir pramugari itu menganga dan mengeluarkan desahan-desahan birahi yang khas, wajahnya memerah dan matanya tertutup sayu menikmati kebuasan Tante Maria menikmati tubuhnya itu. Tangan Tante Maria mulai memilin puting payudara pramugari itu, sementara bibirnya menggigit kecil puting payudara sebelahnya. Jantungku berdetak sangat kencang sekali menikmati adegan itu, belum pernah aku melihat adegan lesbianisme secara langsung, walaupun aku pernah merasakannya. Dan ini membuat libidiku naik tinggi sekali, aku tak tahan berdiri lama, kakiku gemetaran, lalu aku turun dari meja tempat aku berpijak, walau aku masih ingin menyaksikan adegan mereka berdua.
Dadaku masih bergemuru. Entah mengapa aku juga ingin mengalami seperti yang mereka lakukan. Kupegangi liang vaginaku, dan kuraba klitorisku, seiring erangan-erangan dari kamar sebelah aku bermasturbasi sendiri. Tangan kananku menjentik-jentikan klitorisku dan tangan kiriku memilin-milin payudaraku sendiri, kubayangkan Tante Maria mencumbuiku dan aku membayangkan juga wajah cantik pramugari itu menciumiku, dan tak terasa cairan membasahi tanganku, walaupun aku belum orgasme tapi tiba-tiba semua gelap dan ketika kubuka mataku, matahari pagi sudah bersinar sangat terang.
Aku mandi membersihkan diriku, karena tadi malam aku tidak sempat membersihkan diriku. Aku keluar kamar dan kulihat mereka berdua sedang bercanda di sofa. Ketika aku datang mereka berdua diam seolah kaget dengan kehadiranku. Tante Maria memperkenalkan pramugari itu kepadaku,
"Rus, kenalkan ini pramugari kamar sebelahmu."
Kusorongkan tangan kepadanya untuk berjabat tangan dan ia membalasnya,
"Hai, cantik namaku Vera, namamu aku sudah tahu dari Ibu Kos, semoga kita dapat menjadi teman yang baik."
Kulihat sinar matanya sangat agresif kepadaku, wajahnya memang sangat cantik, membuatku terpesona sekaligus iri kepadanya, ia memang sempurna. Aku menjawab dengan antusias juga,
"Hai, Kak, kamu juga cantik sekali, baru pulang tadi malam."
Dan ia mengangguk kepala saja, aku tak tahu apa lagi yang diceritakan Tante Maria kepadanya tentang diriku, tapi aku tak peduli kami beranjak ke meja makan. Di meja makan sudah tersedia semua masakan yang dihidangkan oleh Tante Maria, kami bertiga makan bersama. Kurasakan ia sering melirikku walaupun aku juga sesekali meliriknya, entah mengapa dadaku bergetar ketika tatapanku beradu dengan tatapannya.
Tiba-tiba Tante Maria memecahkan kesunyian,
"Hari ini Tante harus menjenguk saudara Tante yang sakit, dan bila ada telpon untuk Tante atau dari suami Tante, tolong katakan Tante ke rumah Tante Diana."
Kami berdua mengangguk tanda mengerti, dan selang beberapa menit kemudian Tante Maria pergi menuju rumah saudaranya. Dan tinggallah aku dan Vera sang pramugari itu, untuk memulai pembicaraan aku mengajukan pertanyaan kepadanya,
"Kak Vera, rupanya sudah kos lama disini."
Dan Vera pun menjawab, "Yah, belum terlalu lama, baru setahun, tapi aku sering bepergian, asalku sendiri dari kota "Y", aku kos disini hanya untuk beristirahat bila perusahaan mengharuskan aku untuk menunggu shift disini."
Aku mengamati gaya bicaranya yang lemah lembut menunjukan ciri khas daerahnya, tubuhnya tinggi semampai. Dari percakapan kami, kutahu ia baru berumur 26 tahun. Tiba-tiba ia menanyakan hubunganku dengan Tante Maria. Aku sempat kaget tetapi kucoba menenangkan diriku bahwa Tante Maria sangat baik kepadaku. Tetapi rasa kagetku tidak berhenti disitu saja, karena Vera mengakui hubungannya dengan Tante Maria sudah merupakan hubungan percintaan.
Aku pura-pura kaget,
"Bagaimana mungkin kakak bercinta dengannya, apakah kakak seorang lesbian," kataku.
Vera menjawab, "Entahlah, aku tak pernah berhasil dengan beberapa pria, aku sering dikhianati pria, untung aku berusaha kuat, dan ketika kos disini aku dapat merasakan kenyamanan dengan Tante Maria, walaupun Tante Maria bukan yang pertama bagiku, karena aku pertama kali bercinta dengan wanita yaitu dengan seniorku."
Kini aku baru mengerti rahasianya, tetapi mengapa ia mau membocorkan rahasianya kepadaku aku masih belum mengerti, sehingga aku mencoba bertanya kepadanya,
"Mengapa kakak membocorkan rahasia kakak kepadaku."
Dan Vera menjawab, "Karena aku mempercayaimu, aku ingin kau lebih dari seorang sahabat."
Aku sedikit kaget walaupun aku tahu isyarat itu, aku tahu ia ingin tidur denganku, tetapi dengan Vera sangat berbeda karena aku juga ingin tidur dengannya. Aku tertunduk dan berpikir untuk menjawabnya, tetapi tiba-tiba tangan kanannya sudah menyentuh daguku.
Ia tersenyum sangat manis sekali, aku membalas senyumannya. Lalu bibirnya mendekat ke bibirku dan aku menunggu saat bibirnya menyentuhku, begitu bibirnya menyentuh bibirku aku rasakan hangat dan basah, aku membalasnya. Lidahnya menyapu bibirku yang sedkit kering, sementara bibirku juga merasakan hangatnya bibirnya. Lidahnya memasuki rongga mulutku dan kami seperti saling memakan satu sama lain. Sementara aku fokus kepada pagutan bibirku, kurasakan tangannya membuka paksa baju kaosku, bahkan ia merobek baju kaosku. Walau terkejut tapi kubiarkan ia melakukan semuanya, dan aku membalasnya kubuka baju dasternya. Ciuman bibir kami tertahan sebentar karena dasternya yang kubuka harus dibuka melewati wajahnya.
Kulihat Bra hitamnya menopang payudaranya yang lumayan besar, hampir seukuran denganku tetapi payudaranya lebih besar. Ketika ia mendongakkan kepalanya tanpa menunggu, aku cium leher jenjangnya yang sexy, sementara tanggannya melepas bra-ku seraya meremas-remas payudaraku. Aku sangat bernafsu saat itu aku ingin juga merasakan kedua puting payudaranya. Kulucuti Bra hitamnya dan tersembul putingnya merah muda tampak menegang, dengan cepat kukulum putingnya yang segar itu. Kudengar ia melenguh kencang seperti seekor sapi, tapi lenguhan itu sangat indah kudengar. Kunikmati lekuk-lekuk tubuhnya, baru kurasakan saat ini seperti seorang pria, dan aku mulai tak dapat menahan diriku lalu kurebahkan Vera di sofa itu. Kujilati semua bagian tubuhnya, kulepas celana dalamnya dan lidahku mulai memainkan perannya seperti yang diajarkan Tante Maria kepadaku. Entah karena nafsuku yang menggebu sehingga aku tidak jijik untuk menjilati semua bagian analnya. Sementara tubuh Vera menegang dan Vera menjambak rambutku, ia seperti menahan kekuatan dasyat yang melingkupinya.
Ketika sedang asyik kurasakan tubuh Vera, tiba-tiba pintu depan berderit terbuka. Spontan kami berdua mengalihkan pandangan ke kamar tamu, dan Tante Maria sudah berdiri di depan pintu. Aku agak kaget tetapi matanya terbelalak melihat kami berdua berbugil. Dijatuhkannya barang bawaannya dan tanpa basa-basi ia membuka semua baju yang dikenakannya, lalu menghampiri Vera yang terbaring disofa. Diciuminya bibirnya, lalu dijilatinya leher Vera secara membabi buta, dan tanggannya yang satu mencoba meraihku. Aku tahu maksud Tante Maria, kudekatkan wajahku kepadanya, tiba-tiba wajahnya beralih ke wajahku dan bibirnya menciumi bibirku. aku membalasnya, dan Vera mencoba berdiri kurasakan payudaraku dikulum oleh lidah Vera. Aku benar-benar merasakan sensasi yang luar biasa kami bercinta bertiga. Untung waktu itu hujan mulai datang sehingga lingkungan mulai berubah menjadi dingin, dan keadaan mulai temaram. Vera kini melampiaskan nafsunya menjarah dan menikmati tubuhku, sementara aku berciuman dengan Tante Maria. Vera menghisap klitorisku, aku tak tahu perasaan apa pada saat itu. Setelah mulut Tante Maria meluncur ke leherku aku berteriak keras seakan tak peduli ada yang mendengar suaraku. Aku sangat tergetar secara jiwa dan raga oleh kenikmatan sensasi saat itu.
Kini giliranku yang dibaringkan di sofa, dan Vera masih meng-oral klitorisku, sementara Tante Maria memutar-mutarkan lidahnya di payudaraku. Akupun menjilati payudara Tante Maria yang sedikit kusut di makan usia, kurasakan lidah-lidah mereka mulai menuruni tubuhku. Lidah Vera menjelejah pahaku dan lidah Tante Maria mulai menjelajah bagian sensitifku. Pahaku dibuka lebar oleh Vera, sementara Tante Maria mengulangi apa yang telah dilakukan Vera tadi, dan kini Vera berdiri dan kulihat ia menikmati tubuh Tante Maria. Dijilatinya punggung Tante Maria yang menindihku dengan posisi 69, dan Vera menelusuri tubuh Tante Maria. Tetapi kemudian ia menatapku dan dalam keadaan setengah terbuai oleh kenikmatan lidah Tante Maria. Vera menciumi bibirku dan aku membalasnya juga, hingga tak terasa kami berjatuhan dilantai yang dingin. Aku sangat lelah sekali dikeroyok oleh mereka berdua, sehingga aku mulai pasif. Tetapi mereka masih sangat agresif sekali, seperti tidak kehabisan akal Vera mengangkatku dan mendudukan tubuhku di kedua pahanya, aku hanya pasrah. Sementara dari belakang Tante Maria menciumi leherku yang berkeringat, dan Vera dalam posisi berhadapan denganku, ia menikmatiku, menjilati leherku, dan mengulum payudaraku. Sementara tangan mereka berdua menggerayangi seluruh tubuhku, sedangkan tanganku kulingkarkan kebelakang untuk menjangkau rambut Tante Maria yang menciumi tengkuk dan seluruh punggungku.
Entah berapa banyak rintihan dan erangan yang keluar dari mulutku, tetapi seakan mereka makin buas melahap diriku. Akhirnya aku menyerah kalah aku tak kuat lagi menahan segalanya aku jatuh tertidur, tetapi sebelum aku jatuh tertidur kudengar lirih mereka masih saling menghamburkan gairahnya. Saat aku terbangun adalah ketika kudengar dentang bel jam berbunyi dua kali, ternyata sudah jam dua malam hari. Masih kurasakan dinginnya lantai dan hangatnya kedua tubuh wanita yang tertidur disampingku. Aku mencoba untuk duduk, kulihat sekelilingku sangat gelap karena tidak ada yang menyalakan lampu, dan kucoba berdiri untuk menyalakan semua lampu. Kulihat baju berserakan dimana-mana, dan tubuh telanjang dua wanita masih terbuai lemas dan tak berdaya. Kuambilkan selimut untuk mereka berdua dan aku sendiri melanjutkan tidurku di lantai bersama mereka. Kulihat wajah cantik Vera, dan wajah anggun Tante Maria, dan aku peluk mereka berdua hingga sinar matahari datang menyelinap di kamar itu.
Pagi datang dan aku harus kembali pergi kuliah, tetapi ketika mandi seseorang mengetuk pintu kamar mandi dan ketika kubuka ternyata Vera dan Tante Maria. Mereka masuk dan di dalam kamar mandi kami melakukan lagi pesta seks ala lesbi. Kini Vera yang dijadikan pusat eksplotasi, seperti biasanya Tante Maria menggarap dari belakang dan aku menggarap Vera dari depan. Semua dilakukan dalam posisi berdiri. Tubuh Vera yang tinggi semampai membuat aku tak lama-lama untuk berciuman dengannya aku lebih memfokuskan untuk melahap buah dadanya yang besar itu. Sementara tangan Tante Maria membelai-belai daerah sensitif Vera. Dan tanganku menikmati lekuk tubuh Vera yang memang sangat aduhai. Percintaan kami dikamar mandi dilanjutkan di ranjang suami Tante Maria yang memang berukuran besar, sehingga kami bertiga bebas untuk berguling, dan melakukan semua kepuasan yang ingin kami rengkuh. Hingga pada hari itu aku benar-benar membolos masuk kuliah.
Hari-hari berlalu dan kami bertiga melakukan secara berganti-ganti. Ketika Vera belum bertugas aku lebih banyak bercinta dengan Vera, tetapi setelah seminggu Vera kembali bertugas ada ketakutan kehilangan akan dia. Mungkin aku sudah jatuh cinta dengan Vera, dan ia pun merasa begitu. Malam sebelum Vera bertugas aku dan Vera menyewa kamar hotel berbintang dan kami melampiaskan perasaan kami dan benar-benar tanpa nafsu. Aku dan Vera telah menjadi kekasih sesama jenis. Malam itu seperti malam pertama bagiku dan bagi Vera, tanpa ada gangguan dari Tante Maria. Kami bercinta seperti perkelahian macan yang lapar akan kasih sayang, dan setelah malam itu Vera bertugas di perusahaan maskapai penerbangannya ke bangkok.
Entah mengapa kepergiannya ke bandara sempat membuatku menitikan air mata, dan mungkin aku telah menjadi lesbian. Karena Vera membuat hatiku dipenuhi kerinduan akan dirinya, dan aku masih menunggu Vera di kos Tante Maria. Walaupun aku selalu menolak untuk bercinta dengan Tante Maria, tetapi saat pembayaran kos, Tante Maria tak ingin dibayar dengan uang tetapi dengan kehangatan tubuhku di ranjang. Sehingga setiap satu bulan sekali aku melayaninya dengan senang hati walaupun kini aku mulai melirik wanita lainnya, dan untuk pengalamanku selanjutnya kuceritakan dalam kesempatan yang lain.
TAMAT
*****
Awal mula aku mengalami Making Love dengan seorang wanita yang mengubah orientasi seksualku menjadi seorang biseksual, aku mengalami percintaan sesama jenis ketika usiaku 20 tahun dengan seorang wanita berusia 45 tahun, entah mengapa semuanya terjadi begitu saja terjadi mungkin ada dorongan libidoku yang ikut menunjang semua itu dan semua ini telah kuceritakan dalam "Rahasiaku."
Wanita itu adalah Ibu Kos-ku, ia bernama Tante Maria, suaminya seorang pedagang yang sering keluar kota. Dan akibat dari pengalaman bercinta dengannya aku mendapat pelayanan istimewa dari Ibu Kos-ku, tetapi aku tak ingin menjadi lesbian sejati, sehingga aku sering menolak bila diajak bercinta dengannya, walaupun Tante Maria sering merayuku tetapi aku dapat menolaknya dengan cara yang halus, dengan alasan ada laporan yang harus kukumpulkan besok, atau ada test esok hari sehingga aku harus konsentrasi belajar, semula aku ada niat untuk pindah kos tetapi Tante Maria memohon agar aku tidak pindah kos dengan syarat aku tidak diganggu lagi olehnya, dan ia pun setuju. Sehingga walaupun aku pernah bercinta dengannya seperti seorang suami istri tetapi aku tak ingin jatuh cinta kepadanya, kadang aku kasihan kepadanya bila ia sangat memerlukanku tetapi aku harus seolah tidak memperdulikannya. Kadang aku heran juga dengan sikapnya ketika suaminya pulang kerumah mereka seakan tidak akur, sehingga mereka berada pada kamar yang terpisah.
Hingga suatu hari ketika aku pulang malam hari setelah menonton bioskop dengan teman priaku, waktu itu jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam, karena aku mempunyai kunci sendiri maka aku membuka pintu depan, suasana amat sepi lampu depan sudah padam, kulihat lampu menyala dari balik pintu kamar kos pramugari itu,
"Hmm.. ia sudah datang," gumamku, aku langsung menuju kamarku yang letaknya bersebelahan dengan kamar pramugari itu. aku bersihkan wajahku dan berganti pakaian dengan baju piyamaku, lalu aku menuju ke pembaringan, tiba-tiba terdengar rintihan-rintihan yang aneh dari kamar sebelah. Aku jadi penasaran karena suara itu sempat membuatku takut, kucoba memberanikan diri untuk mengintip kamar sebelah karena kebetulan ada celah udara antara kamarku dengan kamar pramugari itu, walaupun ditutup triplek aku mencoba untuk melobanginya, kuambil meja agar aku dapat menjangkau lubang udara yang tertutup triplek itu.
Lalu pelan pelan kutusukan gunting tajam agar triplek itu berlobang, betapa terkejutnya aku ketika kulihat pemandangan di kamar sebelahku. Aku melihat Tante Maria menindih seorang wanita yang kelihatan lebih tinggi, berkulit putih, dan berambut panjang, mereka berdua dalam keadaan bugil, lampu kamarnya tidak dipadamkan sehingga aku dapat melihat jelas Tante Maria sedang berciuman bibir dengan wanita itu yang mungkin pramugari itu. Ketika Tante Maria menciumi lehernya, aku dapat melihat wajah pramugari itu, dan ia sangat cantik wajahnya bersih dan mempunyai ciri khas seorang keturunan ningrat. Ternyata pramugari itu juga terkena rayuan Tante Maria, ia memang sangat mahir membuat wanita takluk kepadanya, dengan sangat hati-hati Tante Maria menjilati leher dan turun terus ke bawah. Bibir pramugari itu menganga dan mengeluarkan desahan-desahan birahi yang khas, wajahnya memerah dan matanya tertutup sayu menikmati kebuasan Tante Maria menikmati tubuhnya itu. Tangan Tante Maria mulai memilin puting payudara pramugari itu, sementara bibirnya menggigit kecil puting payudara sebelahnya. Jantungku berdetak sangat kencang sekali menikmati adegan itu, belum pernah aku melihat adegan lesbianisme secara langsung, walaupun aku pernah merasakannya. Dan ini membuat libidiku naik tinggi sekali, aku tak tahan berdiri lama, kakiku gemetaran, lalu aku turun dari meja tempat aku berpijak, walau aku masih ingin menyaksikan adegan mereka berdua.
Dadaku masih bergemuru. Entah mengapa aku juga ingin mengalami seperti yang mereka lakukan. Kupegangi liang vaginaku, dan kuraba klitorisku, seiring erangan-erangan dari kamar sebelah aku bermasturbasi sendiri. Tangan kananku menjentik-jentikan klitorisku dan tangan kiriku memilin-milin payudaraku sendiri, kubayangkan Tante Maria mencumbuiku dan aku membayangkan juga wajah cantik pramugari itu menciumiku, dan tak terasa cairan membasahi tanganku, walaupun aku belum orgasme tapi tiba-tiba semua gelap dan ketika kubuka mataku, matahari pagi sudah bersinar sangat terang.
Aku mandi membersihkan diriku, karena tadi malam aku tidak sempat membersihkan diriku. Aku keluar kamar dan kulihat mereka berdua sedang bercanda di sofa. Ketika aku datang mereka berdua diam seolah kaget dengan kehadiranku. Tante Maria memperkenalkan pramugari itu kepadaku,
"Rus, kenalkan ini pramugari kamar sebelahmu."
Kusorongkan tangan kepadanya untuk berjabat tangan dan ia membalasnya,
"Hai, cantik namaku Vera, namamu aku sudah tahu dari Ibu Kos, semoga kita dapat menjadi teman yang baik."
Kulihat sinar matanya sangat agresif kepadaku, wajahnya memang sangat cantik, membuatku terpesona sekaligus iri kepadanya, ia memang sempurna. Aku menjawab dengan antusias juga,
"Hai, Kak, kamu juga cantik sekali, baru pulang tadi malam."
Dan ia mengangguk kepala saja, aku tak tahu apa lagi yang diceritakan Tante Maria kepadanya tentang diriku, tapi aku tak peduli kami beranjak ke meja makan. Di meja makan sudah tersedia semua masakan yang dihidangkan oleh Tante Maria, kami bertiga makan bersama. Kurasakan ia sering melirikku walaupun aku juga sesekali meliriknya, entah mengapa dadaku bergetar ketika tatapanku beradu dengan tatapannya.
Tiba-tiba Tante Maria memecahkan kesunyian,
"Hari ini Tante harus menjenguk saudara Tante yang sakit, dan bila ada telpon untuk Tante atau dari suami Tante, tolong katakan Tante ke rumah Tante Diana."
Kami berdua mengangguk tanda mengerti, dan selang beberapa menit kemudian Tante Maria pergi menuju rumah saudaranya. Dan tinggallah aku dan Vera sang pramugari itu, untuk memulai pembicaraan aku mengajukan pertanyaan kepadanya,
"Kak Vera, rupanya sudah kos lama disini."
Dan Vera pun menjawab, "Yah, belum terlalu lama, baru setahun, tapi aku sering bepergian, asalku sendiri dari kota "Y", aku kos disini hanya untuk beristirahat bila perusahaan mengharuskan aku untuk menunggu shift disini."
Aku mengamati gaya bicaranya yang lemah lembut menunjukan ciri khas daerahnya, tubuhnya tinggi semampai. Dari percakapan kami, kutahu ia baru berumur 26 tahun. Tiba-tiba ia menanyakan hubunganku dengan Tante Maria. Aku sempat kaget tetapi kucoba menenangkan diriku bahwa Tante Maria sangat baik kepadaku. Tetapi rasa kagetku tidak berhenti disitu saja, karena Vera mengakui hubungannya dengan Tante Maria sudah merupakan hubungan percintaan.
Aku pura-pura kaget,
"Bagaimana mungkin kakak bercinta dengannya, apakah kakak seorang lesbian," kataku.
Vera menjawab, "Entahlah, aku tak pernah berhasil dengan beberapa pria, aku sering dikhianati pria, untung aku berusaha kuat, dan ketika kos disini aku dapat merasakan kenyamanan dengan Tante Maria, walaupun Tante Maria bukan yang pertama bagiku, karena aku pertama kali bercinta dengan wanita yaitu dengan seniorku."
Kini aku baru mengerti rahasianya, tetapi mengapa ia mau membocorkan rahasianya kepadaku aku masih belum mengerti, sehingga aku mencoba bertanya kepadanya,
"Mengapa kakak membocorkan rahasia kakak kepadaku."
Dan Vera menjawab, "Karena aku mempercayaimu, aku ingin kau lebih dari seorang sahabat."
Aku sedikit kaget walaupun aku tahu isyarat itu, aku tahu ia ingin tidur denganku, tetapi dengan Vera sangat berbeda karena aku juga ingin tidur dengannya. Aku tertunduk dan berpikir untuk menjawabnya, tetapi tiba-tiba tangan kanannya sudah menyentuh daguku.
Ia tersenyum sangat manis sekali, aku membalas senyumannya. Lalu bibirnya mendekat ke bibirku dan aku menunggu saat bibirnya menyentuhku, begitu bibirnya menyentuh bibirku aku rasakan hangat dan basah, aku membalasnya. Lidahnya menyapu bibirku yang sedkit kering, sementara bibirku juga merasakan hangatnya bibirnya. Lidahnya memasuki rongga mulutku dan kami seperti saling memakan satu sama lain. Sementara aku fokus kepada pagutan bibirku, kurasakan tangannya membuka paksa baju kaosku, bahkan ia merobek baju kaosku. Walau terkejut tapi kubiarkan ia melakukan semuanya, dan aku membalasnya kubuka baju dasternya. Ciuman bibir kami tertahan sebentar karena dasternya yang kubuka harus dibuka melewati wajahnya.
Kulihat Bra hitamnya menopang payudaranya yang lumayan besar, hampir seukuran denganku tetapi payudaranya lebih besar. Ketika ia mendongakkan kepalanya tanpa menunggu, aku cium leher jenjangnya yang sexy, sementara tanggannya melepas bra-ku seraya meremas-remas payudaraku. Aku sangat bernafsu saat itu aku ingin juga merasakan kedua puting payudaranya. Kulucuti Bra hitamnya dan tersembul putingnya merah muda tampak menegang, dengan cepat kukulum putingnya yang segar itu. Kudengar ia melenguh kencang seperti seekor sapi, tapi lenguhan itu sangat indah kudengar. Kunikmati lekuk-lekuk tubuhnya, baru kurasakan saat ini seperti seorang pria, dan aku mulai tak dapat menahan diriku lalu kurebahkan Vera di sofa itu. Kujilati semua bagian tubuhnya, kulepas celana dalamnya dan lidahku mulai memainkan perannya seperti yang diajarkan Tante Maria kepadaku. Entah karena nafsuku yang menggebu sehingga aku tidak jijik untuk menjilati semua bagian analnya. Sementara tubuh Vera menegang dan Vera menjambak rambutku, ia seperti menahan kekuatan dasyat yang melingkupinya.
Ketika sedang asyik kurasakan tubuh Vera, tiba-tiba pintu depan berderit terbuka. Spontan kami berdua mengalihkan pandangan ke kamar tamu, dan Tante Maria sudah berdiri di depan pintu. Aku agak kaget tetapi matanya terbelalak melihat kami berdua berbugil. Dijatuhkannya barang bawaannya dan tanpa basa-basi ia membuka semua baju yang dikenakannya, lalu menghampiri Vera yang terbaring disofa. Diciuminya bibirnya, lalu dijilatinya leher Vera secara membabi buta, dan tanggannya yang satu mencoba meraihku. Aku tahu maksud Tante Maria, kudekatkan wajahku kepadanya, tiba-tiba wajahnya beralih ke wajahku dan bibirnya menciumi bibirku. aku membalasnya, dan Vera mencoba berdiri kurasakan payudaraku dikulum oleh lidah Vera. Aku benar-benar merasakan sensasi yang luar biasa kami bercinta bertiga. Untung waktu itu hujan mulai datang sehingga lingkungan mulai berubah menjadi dingin, dan keadaan mulai temaram. Vera kini melampiaskan nafsunya menjarah dan menikmati tubuhku, sementara aku berciuman dengan Tante Maria. Vera menghisap klitorisku, aku tak tahu perasaan apa pada saat itu. Setelah mulut Tante Maria meluncur ke leherku aku berteriak keras seakan tak peduli ada yang mendengar suaraku. Aku sangat tergetar secara jiwa dan raga oleh kenikmatan sensasi saat itu.
Kini giliranku yang dibaringkan di sofa, dan Vera masih meng-oral klitorisku, sementara Tante Maria memutar-mutarkan lidahnya di payudaraku. Akupun menjilati payudara Tante Maria yang sedikit kusut di makan usia, kurasakan lidah-lidah mereka mulai menuruni tubuhku. Lidah Vera menjelejah pahaku dan lidah Tante Maria mulai menjelajah bagian sensitifku. Pahaku dibuka lebar oleh Vera, sementara Tante Maria mengulangi apa yang telah dilakukan Vera tadi, dan kini Vera berdiri dan kulihat ia menikmati tubuh Tante Maria. Dijilatinya punggung Tante Maria yang menindihku dengan posisi 69, dan Vera menelusuri tubuh Tante Maria. Tetapi kemudian ia menatapku dan dalam keadaan setengah terbuai oleh kenikmatan lidah Tante Maria. Vera menciumi bibirku dan aku membalasnya juga, hingga tak terasa kami berjatuhan dilantai yang dingin. Aku sangat lelah sekali dikeroyok oleh mereka berdua, sehingga aku mulai pasif. Tetapi mereka masih sangat agresif sekali, seperti tidak kehabisan akal Vera mengangkatku dan mendudukan tubuhku di kedua pahanya, aku hanya pasrah. Sementara dari belakang Tante Maria menciumi leherku yang berkeringat, dan Vera dalam posisi berhadapan denganku, ia menikmatiku, menjilati leherku, dan mengulum payudaraku. Sementara tangan mereka berdua menggerayangi seluruh tubuhku, sedangkan tanganku kulingkarkan kebelakang untuk menjangkau rambut Tante Maria yang menciumi tengkuk dan seluruh punggungku.
Entah berapa banyak rintihan dan erangan yang keluar dari mulutku, tetapi seakan mereka makin buas melahap diriku. Akhirnya aku menyerah kalah aku tak kuat lagi menahan segalanya aku jatuh tertidur, tetapi sebelum aku jatuh tertidur kudengar lirih mereka masih saling menghamburkan gairahnya. Saat aku terbangun adalah ketika kudengar dentang bel jam berbunyi dua kali, ternyata sudah jam dua malam hari. Masih kurasakan dinginnya lantai dan hangatnya kedua tubuh wanita yang tertidur disampingku. Aku mencoba untuk duduk, kulihat sekelilingku sangat gelap karena tidak ada yang menyalakan lampu, dan kucoba berdiri untuk menyalakan semua lampu. Kulihat baju berserakan dimana-mana, dan tubuh telanjang dua wanita masih terbuai lemas dan tak berdaya. Kuambilkan selimut untuk mereka berdua dan aku sendiri melanjutkan tidurku di lantai bersama mereka. Kulihat wajah cantik Vera, dan wajah anggun Tante Maria, dan aku peluk mereka berdua hingga sinar matahari datang menyelinap di kamar itu.
Pagi datang dan aku harus kembali pergi kuliah, tetapi ketika mandi seseorang mengetuk pintu kamar mandi dan ketika kubuka ternyata Vera dan Tante Maria. Mereka masuk dan di dalam kamar mandi kami melakukan lagi pesta seks ala lesbi. Kini Vera yang dijadikan pusat eksplotasi, seperti biasanya Tante Maria menggarap dari belakang dan aku menggarap Vera dari depan. Semua dilakukan dalam posisi berdiri. Tubuh Vera yang tinggi semampai membuat aku tak lama-lama untuk berciuman dengannya aku lebih memfokuskan untuk melahap buah dadanya yang besar itu. Sementara tangan Tante Maria membelai-belai daerah sensitif Vera. Dan tanganku menikmati lekuk tubuh Vera yang memang sangat aduhai. Percintaan kami dikamar mandi dilanjutkan di ranjang suami Tante Maria yang memang berukuran besar, sehingga kami bertiga bebas untuk berguling, dan melakukan semua kepuasan yang ingin kami rengkuh. Hingga pada hari itu aku benar-benar membolos masuk kuliah.
Hari-hari berlalu dan kami bertiga melakukan secara berganti-ganti. Ketika Vera belum bertugas aku lebih banyak bercinta dengan Vera, tetapi setelah seminggu Vera kembali bertugas ada ketakutan kehilangan akan dia. Mungkin aku sudah jatuh cinta dengan Vera, dan ia pun merasa begitu. Malam sebelum Vera bertugas aku dan Vera menyewa kamar hotel berbintang dan kami melampiaskan perasaan kami dan benar-benar tanpa nafsu. Aku dan Vera telah menjadi kekasih sesama jenis. Malam itu seperti malam pertama bagiku dan bagi Vera, tanpa ada gangguan dari Tante Maria. Kami bercinta seperti perkelahian macan yang lapar akan kasih sayang, dan setelah malam itu Vera bertugas di perusahaan maskapai penerbangannya ke bangkok.
Entah mengapa kepergiannya ke bandara sempat membuatku menitikan air mata, dan mungkin aku telah menjadi lesbian. Karena Vera membuat hatiku dipenuhi kerinduan akan dirinya, dan aku masih menunggu Vera di kos Tante Maria. Walaupun aku selalu menolak untuk bercinta dengan Tante Maria, tetapi saat pembayaran kos, Tante Maria tak ingin dibayar dengan uang tetapi dengan kehangatan tubuhku di ranjang. Sehingga setiap satu bulan sekali aku melayaninya dengan senang hati walaupun kini aku mulai melirik wanita lainnya, dan untuk pengalamanku selanjutnya kuceritakan dalam kesempatan yang lain.
TAMAT
Sentuhan antar perempuan - 1
Aku memiliki tetangga baru. Lima rumah dari samping rumahku. Sore ini pada pukul 5, tetangga baru itu mengundang para tetangga di sekitarnya untuk minum teh bersama. Mungkin maksudnya sebagai acara perkenalan sebagai warga baru di kompleks perumahan di mana aku tinggal.
Pada saat aku hadir, sudah hadir beberapa ibu-ibu di sana. Bu Indri, demikian memperkenalkan dirinya padaku, menjemputku di pintu. Dipeluknya aku, mencium pipi kiri dan pipi kanan.
'Terima kasih Bu Marini, ibu telah sudi menghadiri undangan kami. Ohh, ibu cantik sekali dan sangat seksi..', demikian dia ucapkan terimakasihnya atas kedatanganku.
Kalimat yang pertama merupakan ucapan yang biasa dan diucapkan secara biasa pula, dimana para tetamu sebelumnya ikut mendengar ucapan Bu Indri itu. Tetapi pada kalimat berikutnya, Indri, demikian selanjutnya aku dan dia sepakat untuk saling memanggil nama saja, dia ucapkan dengan berbisik dengan lebih melekatkan bibirnya ke telingaku, hingga kurasakan hembusan nafasnya yang menyapu daun telingaku. Kalimat macam itu, walaupun aku berbunga-bunga mendengarnya, tetapi tidak lazim diucapkan dalam pertemuan pertama untuk saling berkenalan.
Aku mengucapkan terima kasih kembali. Dan kami langsung saling pandang. Aku merasakan pandangan Indri yang tajam. Saat itu aku sedikit kagok, tidak tahu mesti bersikap bagaimana, kecuali cara yang sebagaimana lazimnya, menunjukkan perasaan senang bertemu dengan kenalan baru.
Saat duduk, aku perhatikan tetangga baru ini. Indri, suaminya adalah pelaut kapal pesiar milik perusahaan Amerika. Kapalnya 6 bulan sekali merapat di Tanjung Priok. Artinya Indri hanya dapat bertemu dan berkumpul dengan suaminya dua kali setahun setiap 6 bulan sekali. Koq tahan ya ..
Sepintas dengan nada-nada humor yang mudah ditangkap telinga para tamu, Indri menceritakan kehidupannya, keluarganya, suaminya hingga hobbynya. Sebagai wanita yang cukup berpendidikan, S1 Sosial Politik dari UI, dia senang mengatur rumah.
Kuperhatikan, rumahnya yang relatif kecil ini, type 76 BTN, dia atur dengan sangat pas. Artinya tidak berlebihan, tetapi juga tidak kurang. Dia menempatkan ruang makan menyatu dengan dapur. Dan kitchen set pada dapur itu, nampak 'elegan simplicity'. Meja dapurnya yang beralaskan batu oniq, terkesan bukannya memamerkan kekayaan, tetapi lebih menekankan fungsinya sebagai landasan pemotong sayur yang hygienis.
Untuk ruang tamunya dia pilih mebel gaya Raffles dengan kayu jati tanpa politur kecuali cukup dengan semir, hingga terkesan tua dan elegan pula. Tetapi pada dindingnya kulihat reproduksi yang mahal dari lukisan Bunga Matahari karya Van Gogh. Dia bilang itu pembelian suaminya saat mampir ke Paris. Setahuku, walaupun itu reproduksi, harganya tidak kurang dari US$ 5.000,00 atau sekitar 40 juta rupiah. Sungguh menunjukkan selera seni yang cukup hebat bagi keluarga 'awam' seperti keluarga Indri ini. Aku sungguh respek pada seleranya itu.
Indri sendiri menunjukkan pribadinya yang hangat. Usianya kuperkirakan tidak lebih dari 25 tahun, namun nampak matang dan cerdas. Dia selalu tersenyum pada lawan bicaranya. Manis. Pipinya ada cekung kecil saat melepas senyumannya. Dia mendatangi satu persatu tamunya tanpa membeda-membedakan. Dia senang memulai pembicaraan, seakan semua yang hadir telah akrab baginya. Dengan kelincahannya itu, dan ditunjang pula dengan postur tubuhnya yang ideal, tingginya sekitar 170-an dengan postur tubuhnya yang relatif langsing dan nampak sehat, Indri menjadi pribadi yang cukup menarik. Indri sangat manis dan sensual. Aku yakin libido para pria pasti mudah bangkit saat menghadapi perempuan macam Indri ini.
Dalam pertemuan minum teh sore itu, Indri telah menunjukkan dirinya sebagai tetangga yang hangat bagi kami semua. Semua yang hadir terkesan. Pada kesempatan itu beberapa kali kami saling bertemu pandang sebelum pada gilirannya dia mendekat duduk di sebelahku. Saat dia mendekat, dia ulangi lagi pujiannya padaku. Tetapi kali ini dia ucapkan dengan jelas di depan semua yang hadir. Tentu hal ini membuatku bangga.
Dia menanyakan bagaimana aku merawat kecantikanku, apakah dengan minum jamu, olah raga, makan sayur, fitness dan sebagainya. Dia ingin belajar dariku. Dia ingin datang ke rumahku. Silakan saja, jawabku. Dan tentu saja aku akan menyambut dengan senang apabila ia bersungguh-sungguh dengan keinginannya.
'Mbak Marini, aku ingin main nih. tidak ngganggu yaa..', sapanya suatu pagi saat aku ada di teras sedang menunggu tukang sayur lewat.
'Eee.., Indri.., tidak kok.., ayoo masuk..', kuajak dia masuk ke rumah.
Pagi itu Indri mengenakan celana jeans dengan blusnya yang pendek terangkat ke atas hingga menampakkan sedikit pusarnya. Dia ini tidak terlalu cantik sesungguhnya. Tapi.., aku yakin.., itulah yang namanya sensual..
'Mau masak apa mbak?', aku jawab bahwa aku suka sayuran. Setiap hari yang aku cari adalah sayuran, sambal, buah dan yang semacamnya.
'Ooo, barangkali itu yang membikin Mbak Marini cantik sekali yaa..'.
'Aah.., kamu terlalu memujiku'.
Aku agak kikuk juga. Sejak datang Indri terus mengamati diriku, seluruh bagian tubuhku, kakiku, betisku, pinggulku. Koq rasanya dia sedikit berlebihan. Sedemikian menyukai fisikku.
'Aduh Mbak, jari-jari kakimu inii. Indah sekali sihh..', sambil meraih kakiku, dibawa ke pangkuannya.
Dia amati, jari-jari lentiknya mengelus jari-jari kakiku. Oh, lembut sekali.., dimasukkannya jari-jarinya di antara jari-jari kakiku. Kemudian dia sedikit memilin-milin jari kakiku itu. Oohh.., aku jadi merinding. Pilinan jarinya koq halus sekali. Membuatku melayang. Dia dekatkan matanya seakan ingin mengamati kakiku lebih dekat.
'Kuku Mbak kurapikan yaa.., jelek-jelek gini aku ahli manicure lho.., ntar kuambil peralatannya di rumah'.
Tanpa menunggu reaksiku, dia langsung bergegas balik ke rumahnya, mengambil peralatan manicure. Kelembutan sebuah sentuhan dan pilinan terputus. Aku menarik nafas saat melihat Indri melewati ambang pintu. Boleh juga, aku ingin belajar merawat kukuku, dan.., ah.., tidak tahulah aku..
'Mbak Marini tahu Flo Jo khan, itu lho pelari putri Amerika yang menggondol medali emas Olimpiade.., lihat kuku dia mbak, dia rawat dan dia lukis, uh.., indah sekali ..', di ruang tamuku, aku duduk di sofa sementara dia di karpet untuk memudahkan pekerjaannya, Indri nyerocos sambil mengutak-utik kukuku.
Dia mulai dengan jari-jari tanganku.
'Kuku Mbak Mar, uh, serasi sekali sihh..', nadanya seperti anak geregetan.
Aku tersenyum, dia juga tersenyum. Nampak begitu riang hatinya.
Tiba-tiba dicium dan dikulumnya jari-jariku, 'Uuhh, aku tidak tahan kalau lihat jari-jari indah gini, nggak pa-pa ya Mbaakk? Habis indahnya kebangetan siihh..', dia nampak geregetan sambil melepaskan gigitan kecil sebelum mengeluarkan jari-jari tanganku dari mulutnya.
Terus terang aku keheranan akan cara Indri mengungkapkan geregetan dan kekagumannya pada jari-jari tanganku, dan aku merasa merinding saat lidahnya melumat jari-jariku dalam mulutnya. Tetapi aku tidak menariknya, rasanya.., aku.., aku menyenangi perasaan merinding itu..??
Sesudah potongan tersebut dirapikan, alkohol membersihkan celah-celahnya, Indri kemudian mencat kukuku.
'Ini seperti lukisan Jackson Pollock mbak, abstrak dan liar. Biar Mas Adit semakin cinta sama Mbak Mar ..', katanya sambil tersenyum sehingga membuat pipinya 'dekik' itu.
Hebat.., Indri sangat ahli rupanya, tahu Jackson Polock segala. Aku senang dan tersanjung sekali. Apalagi sepanjang melakukannya, setiap kali memulai jari yang lain, selalu dia kecup terlebih dulu dengan bibirnya yang sensual itu.
'Oohh.., kamu menyenangkan bangett..'.
Demikian pula saat Indri melakukan manicure pada jari-jari kakiku. Dia kembali mencium dan sesekali mengulum jari-jari kakiku. Aku jadi menikmati kuluman itu. Aku berlagak tak acuh dengan terus mengamati dan mengagumi "lukisan" Pollocknya di kuku tanganku. Kecupan dan terkadang jilatan dan kuluman Indri yang menikmati gregetannya pada jari-jari kakiku. Terus terang.., dengan sangat halus.., membangkitkan libidoku.., dan kemudian.. pelan-pelan.. merambati nafsu birahiku..
Ooohh rupanya begini rasanya jika perempuan disentuh oleh perempuan lain. Inikah birahi lesbian..? Normalkah Indri..? Atau benar-benar sekedar rasa geregeatan.., sebagaimana perasaan anak-anak perempuan pada boneka Barbie-nya..?? Aku tidak berani mengambil kesimpulan. Aku cenderung tidak berani berkesimpulan. Tetapi, halus sekali, kudengar nafas Indri, lidahnya itu, yang sudah terlalu menyimpang dari tujuannya untuk memanicure kukuku. Lidahnya menari-nari di antara celah-celah jari kakiku. Nafas Indri kudengar dengan halus.., memburu..
'Mbakk.., hheehh.. Mbakk..', kudengar juga desahan yang lembut sekali..
Aku, yang walaupun sudah sering mendengar adanya hubungan seksual sesama wanita atau lesbian itu, sungguh mati belum pernah mengalaminya.. aku benar-benar tidak mengerti beginikah cara hubungan itu. Apakah Indri seorang lesbian? Aku tidak atau belum bereaksi secara nyata, kecuali tetap menampakkan tak acuhku dengan tetap mengesankan bahwa aku mengagumi "lukisan" Pollocknya pada kuku jari-jari tanganku. Aku masih tetap ragu dan walaupun birahiku sendiri terus naik..
Mungkin ekspresi tak acuhku itu justru membuat Indri semakin ngelantur. Tidak lagi mengurus kuku kakiku. Kini aku merasakan tangannya sudah mulai mengelus betisku, dan sesekali meremas atau mencubit kecil. Dan desahannya semakin tak lagi disembunyikan, 'Mbakk.., Mbak Marr.., kakimuu indahh sekalii.., ohh..'.
Pada saat itulah. Birahiku tiba-tiba meledak, ciuman lembut itu, jilatan-jilatan halus itu, remasan dan cubitan halus itu, ohh tak mampu kutahan lagi. Aku menjadi sangat bernafsu. Kuraih tubuh Indri ke tubuhku, menindih tubuhku.., dan untuk pertama kalinya bagiku.., sama-sama perempuan.. kami saling berpagut.. kami saling melumat bibir-bibir dan lidah-lidah kami. Dan saling menghisap dan menyedot ludah-ludah kami, seperti yang kulakukan pada suamiku atau pada suami orang lain yang pernah kulakukan dalam berbagai selingkuh rahasiaku..
Kami langsung berguling ke karpet ruang tamuku, dengan sangat agresif Indri merangsekku, lidahnya merambat ke leherku, ke dadaku. Blusku direnggutnya, wajahnya merangsek dadaku.., lidahnya menari-nari dan bibirnya menggigit-gigit kecil kemudian menyedot puting-puting payudaraku. Woowww.., aku terbakarr..
'Mbak Marr.., Mbak Mar pernah beginii.. Mbakk??'.
'Ooohh.. hheehh.. hhullpp..', dia merintih dan terus meracau..
Aku sendiri tidak mampu lagi berfikir jernih, kuelus-elus kepalanya, rambutnya yang tergerai lepas kuraih agar tidak mengganggunya saat mengusel-usel dadaku yang sangat merangsang nikmat birahiku.. Kusaksikan kepala Indri seperti bergeleng dan bergeleng histeris, sepertinya ingin menekankan lebih dalam kulumannya pada payudaraku yang ranum ini.. Aiihh.., binalnya kamu Indrii..
Aku menikmatinya dalam kepasrahan. Aku tak ingin menggangu badai nafsu yang sedang melanda Indri.. kubiarkan saat-saat tangannya mulai menyibak rok bawahku. Disingsingkannya kain rokku, tangannya menjamah celana dalamku, mengelusnya. Uh, halusnyaa.. aku menggelinjang hebat, dan mulai mengeluarkan desahan yang tak lagi dapat kutahan-tahan. Kegelian dari permukaan vaginaku menjalar ke seluruh tubuhku. Aku menggeliat-geliat. Indri semakin bersemangat. Tangannya merogoh celana dalamku. jari-jarinya mengelus bibir vaginaku.
Bersambung...
Pada saat aku hadir, sudah hadir beberapa ibu-ibu di sana. Bu Indri, demikian memperkenalkan dirinya padaku, menjemputku di pintu. Dipeluknya aku, mencium pipi kiri dan pipi kanan.
'Terima kasih Bu Marini, ibu telah sudi menghadiri undangan kami. Ohh, ibu cantik sekali dan sangat seksi..', demikian dia ucapkan terimakasihnya atas kedatanganku.
Kalimat yang pertama merupakan ucapan yang biasa dan diucapkan secara biasa pula, dimana para tetamu sebelumnya ikut mendengar ucapan Bu Indri itu. Tetapi pada kalimat berikutnya, Indri, demikian selanjutnya aku dan dia sepakat untuk saling memanggil nama saja, dia ucapkan dengan berbisik dengan lebih melekatkan bibirnya ke telingaku, hingga kurasakan hembusan nafasnya yang menyapu daun telingaku. Kalimat macam itu, walaupun aku berbunga-bunga mendengarnya, tetapi tidak lazim diucapkan dalam pertemuan pertama untuk saling berkenalan.
Aku mengucapkan terima kasih kembali. Dan kami langsung saling pandang. Aku merasakan pandangan Indri yang tajam. Saat itu aku sedikit kagok, tidak tahu mesti bersikap bagaimana, kecuali cara yang sebagaimana lazimnya, menunjukkan perasaan senang bertemu dengan kenalan baru.
Saat duduk, aku perhatikan tetangga baru ini. Indri, suaminya adalah pelaut kapal pesiar milik perusahaan Amerika. Kapalnya 6 bulan sekali merapat di Tanjung Priok. Artinya Indri hanya dapat bertemu dan berkumpul dengan suaminya dua kali setahun setiap 6 bulan sekali. Koq tahan ya ..
Sepintas dengan nada-nada humor yang mudah ditangkap telinga para tamu, Indri menceritakan kehidupannya, keluarganya, suaminya hingga hobbynya. Sebagai wanita yang cukup berpendidikan, S1 Sosial Politik dari UI, dia senang mengatur rumah.
Kuperhatikan, rumahnya yang relatif kecil ini, type 76 BTN, dia atur dengan sangat pas. Artinya tidak berlebihan, tetapi juga tidak kurang. Dia menempatkan ruang makan menyatu dengan dapur. Dan kitchen set pada dapur itu, nampak 'elegan simplicity'. Meja dapurnya yang beralaskan batu oniq, terkesan bukannya memamerkan kekayaan, tetapi lebih menekankan fungsinya sebagai landasan pemotong sayur yang hygienis.
Untuk ruang tamunya dia pilih mebel gaya Raffles dengan kayu jati tanpa politur kecuali cukup dengan semir, hingga terkesan tua dan elegan pula. Tetapi pada dindingnya kulihat reproduksi yang mahal dari lukisan Bunga Matahari karya Van Gogh. Dia bilang itu pembelian suaminya saat mampir ke Paris. Setahuku, walaupun itu reproduksi, harganya tidak kurang dari US$ 5.000,00 atau sekitar 40 juta rupiah. Sungguh menunjukkan selera seni yang cukup hebat bagi keluarga 'awam' seperti keluarga Indri ini. Aku sungguh respek pada seleranya itu.
Indri sendiri menunjukkan pribadinya yang hangat. Usianya kuperkirakan tidak lebih dari 25 tahun, namun nampak matang dan cerdas. Dia selalu tersenyum pada lawan bicaranya. Manis. Pipinya ada cekung kecil saat melepas senyumannya. Dia mendatangi satu persatu tamunya tanpa membeda-membedakan. Dia senang memulai pembicaraan, seakan semua yang hadir telah akrab baginya. Dengan kelincahannya itu, dan ditunjang pula dengan postur tubuhnya yang ideal, tingginya sekitar 170-an dengan postur tubuhnya yang relatif langsing dan nampak sehat, Indri menjadi pribadi yang cukup menarik. Indri sangat manis dan sensual. Aku yakin libido para pria pasti mudah bangkit saat menghadapi perempuan macam Indri ini.
Dalam pertemuan minum teh sore itu, Indri telah menunjukkan dirinya sebagai tetangga yang hangat bagi kami semua. Semua yang hadir terkesan. Pada kesempatan itu beberapa kali kami saling bertemu pandang sebelum pada gilirannya dia mendekat duduk di sebelahku. Saat dia mendekat, dia ulangi lagi pujiannya padaku. Tetapi kali ini dia ucapkan dengan jelas di depan semua yang hadir. Tentu hal ini membuatku bangga.
Dia menanyakan bagaimana aku merawat kecantikanku, apakah dengan minum jamu, olah raga, makan sayur, fitness dan sebagainya. Dia ingin belajar dariku. Dia ingin datang ke rumahku. Silakan saja, jawabku. Dan tentu saja aku akan menyambut dengan senang apabila ia bersungguh-sungguh dengan keinginannya.
'Mbak Marini, aku ingin main nih. tidak ngganggu yaa..', sapanya suatu pagi saat aku ada di teras sedang menunggu tukang sayur lewat.
'Eee.., Indri.., tidak kok.., ayoo masuk..', kuajak dia masuk ke rumah.
Pagi itu Indri mengenakan celana jeans dengan blusnya yang pendek terangkat ke atas hingga menampakkan sedikit pusarnya. Dia ini tidak terlalu cantik sesungguhnya. Tapi.., aku yakin.., itulah yang namanya sensual..
'Mau masak apa mbak?', aku jawab bahwa aku suka sayuran. Setiap hari yang aku cari adalah sayuran, sambal, buah dan yang semacamnya.
'Ooo, barangkali itu yang membikin Mbak Marini cantik sekali yaa..'.
'Aah.., kamu terlalu memujiku'.
Aku agak kikuk juga. Sejak datang Indri terus mengamati diriku, seluruh bagian tubuhku, kakiku, betisku, pinggulku. Koq rasanya dia sedikit berlebihan. Sedemikian menyukai fisikku.
'Aduh Mbak, jari-jari kakimu inii. Indah sekali sihh..', sambil meraih kakiku, dibawa ke pangkuannya.
Dia amati, jari-jari lentiknya mengelus jari-jari kakiku. Oh, lembut sekali.., dimasukkannya jari-jarinya di antara jari-jari kakiku. Kemudian dia sedikit memilin-milin jari kakiku itu. Oohh.., aku jadi merinding. Pilinan jarinya koq halus sekali. Membuatku melayang. Dia dekatkan matanya seakan ingin mengamati kakiku lebih dekat.
'Kuku Mbak kurapikan yaa.., jelek-jelek gini aku ahli manicure lho.., ntar kuambil peralatannya di rumah'.
Tanpa menunggu reaksiku, dia langsung bergegas balik ke rumahnya, mengambil peralatan manicure. Kelembutan sebuah sentuhan dan pilinan terputus. Aku menarik nafas saat melihat Indri melewati ambang pintu. Boleh juga, aku ingin belajar merawat kukuku, dan.., ah.., tidak tahulah aku..
'Mbak Marini tahu Flo Jo khan, itu lho pelari putri Amerika yang menggondol medali emas Olimpiade.., lihat kuku dia mbak, dia rawat dan dia lukis, uh.., indah sekali ..', di ruang tamuku, aku duduk di sofa sementara dia di karpet untuk memudahkan pekerjaannya, Indri nyerocos sambil mengutak-utik kukuku.
Dia mulai dengan jari-jari tanganku.
'Kuku Mbak Mar, uh, serasi sekali sihh..', nadanya seperti anak geregetan.
Aku tersenyum, dia juga tersenyum. Nampak begitu riang hatinya.
Tiba-tiba dicium dan dikulumnya jari-jariku, 'Uuhh, aku tidak tahan kalau lihat jari-jari indah gini, nggak pa-pa ya Mbaakk? Habis indahnya kebangetan siihh..', dia nampak geregetan sambil melepaskan gigitan kecil sebelum mengeluarkan jari-jari tanganku dari mulutnya.
Terus terang aku keheranan akan cara Indri mengungkapkan geregetan dan kekagumannya pada jari-jari tanganku, dan aku merasa merinding saat lidahnya melumat jari-jariku dalam mulutnya. Tetapi aku tidak menariknya, rasanya.., aku.., aku menyenangi perasaan merinding itu..??
Sesudah potongan tersebut dirapikan, alkohol membersihkan celah-celahnya, Indri kemudian mencat kukuku.
'Ini seperti lukisan Jackson Pollock mbak, abstrak dan liar. Biar Mas Adit semakin cinta sama Mbak Mar ..', katanya sambil tersenyum sehingga membuat pipinya 'dekik' itu.
Hebat.., Indri sangat ahli rupanya, tahu Jackson Polock segala. Aku senang dan tersanjung sekali. Apalagi sepanjang melakukannya, setiap kali memulai jari yang lain, selalu dia kecup terlebih dulu dengan bibirnya yang sensual itu.
'Oohh.., kamu menyenangkan bangett..'.
Demikian pula saat Indri melakukan manicure pada jari-jari kakiku. Dia kembali mencium dan sesekali mengulum jari-jari kakiku. Aku jadi menikmati kuluman itu. Aku berlagak tak acuh dengan terus mengamati dan mengagumi "lukisan" Pollocknya di kuku tanganku. Kecupan dan terkadang jilatan dan kuluman Indri yang menikmati gregetannya pada jari-jari kakiku. Terus terang.., dengan sangat halus.., membangkitkan libidoku.., dan kemudian.. pelan-pelan.. merambati nafsu birahiku..
Ooohh rupanya begini rasanya jika perempuan disentuh oleh perempuan lain. Inikah birahi lesbian..? Normalkah Indri..? Atau benar-benar sekedar rasa geregeatan.., sebagaimana perasaan anak-anak perempuan pada boneka Barbie-nya..?? Aku tidak berani mengambil kesimpulan. Aku cenderung tidak berani berkesimpulan. Tetapi, halus sekali, kudengar nafas Indri, lidahnya itu, yang sudah terlalu menyimpang dari tujuannya untuk memanicure kukuku. Lidahnya menari-nari di antara celah-celah jari kakiku. Nafas Indri kudengar dengan halus.., memburu..
'Mbakk.., hheehh.. Mbakk..', kudengar juga desahan yang lembut sekali..
Aku, yang walaupun sudah sering mendengar adanya hubungan seksual sesama wanita atau lesbian itu, sungguh mati belum pernah mengalaminya.. aku benar-benar tidak mengerti beginikah cara hubungan itu. Apakah Indri seorang lesbian? Aku tidak atau belum bereaksi secara nyata, kecuali tetap menampakkan tak acuhku dengan tetap mengesankan bahwa aku mengagumi "lukisan" Pollocknya pada kuku jari-jari tanganku. Aku masih tetap ragu dan walaupun birahiku sendiri terus naik..
Mungkin ekspresi tak acuhku itu justru membuat Indri semakin ngelantur. Tidak lagi mengurus kuku kakiku. Kini aku merasakan tangannya sudah mulai mengelus betisku, dan sesekali meremas atau mencubit kecil. Dan desahannya semakin tak lagi disembunyikan, 'Mbakk.., Mbak Marr.., kakimuu indahh sekalii.., ohh..'.
Pada saat itulah. Birahiku tiba-tiba meledak, ciuman lembut itu, jilatan-jilatan halus itu, remasan dan cubitan halus itu, ohh tak mampu kutahan lagi. Aku menjadi sangat bernafsu. Kuraih tubuh Indri ke tubuhku, menindih tubuhku.., dan untuk pertama kalinya bagiku.., sama-sama perempuan.. kami saling berpagut.. kami saling melumat bibir-bibir dan lidah-lidah kami. Dan saling menghisap dan menyedot ludah-ludah kami, seperti yang kulakukan pada suamiku atau pada suami orang lain yang pernah kulakukan dalam berbagai selingkuh rahasiaku..
Kami langsung berguling ke karpet ruang tamuku, dengan sangat agresif Indri merangsekku, lidahnya merambat ke leherku, ke dadaku. Blusku direnggutnya, wajahnya merangsek dadaku.., lidahnya menari-nari dan bibirnya menggigit-gigit kecil kemudian menyedot puting-puting payudaraku. Woowww.., aku terbakarr..
'Mbak Marr.., Mbak Mar pernah beginii.. Mbakk??'.
'Ooohh.. hheehh.. hhullpp..', dia merintih dan terus meracau..
Aku sendiri tidak mampu lagi berfikir jernih, kuelus-elus kepalanya, rambutnya yang tergerai lepas kuraih agar tidak mengganggunya saat mengusel-usel dadaku yang sangat merangsang nikmat birahiku.. Kusaksikan kepala Indri seperti bergeleng dan bergeleng histeris, sepertinya ingin menekankan lebih dalam kulumannya pada payudaraku yang ranum ini.. Aiihh.., binalnya kamu Indrii..
Aku menikmatinya dalam kepasrahan. Aku tak ingin menggangu badai nafsu yang sedang melanda Indri.. kubiarkan saat-saat tangannya mulai menyibak rok bawahku. Disingsingkannya kain rokku, tangannya menjamah celana dalamku, mengelusnya. Uh, halusnyaa.. aku menggelinjang hebat, dan mulai mengeluarkan desahan yang tak lagi dapat kutahan-tahan. Kegelian dari permukaan vaginaku menjalar ke seluruh tubuhku. Aku menggeliat-geliat. Indri semakin bersemangat. Tangannya merogoh celana dalamku. jari-jarinya mengelus bibir vaginaku.
Bersambung...
Rahasiaku
Ketika aku membaca beberapa pengalaman di situs ini ternyata banyak yang mempunyai nasib seperti diriku, kisahku adalah kisah nyata walau aku sendiri tak mempercayainya.
*****
Ceritaku berawal dari tahun 2000 ketika aku berkuliah di Universitas Swasta terkemuka di kota "S". Usiaku saat itu adalah 20 tahun, tapi aku belum mempunyai pacar. Bukan berarti aku tidak laku tapi aku bingung memilih pilihan yang tepat untukku. Semula aku mengontrak sebuah rumah dengan teman-teman sedaerahku, tapi setelah beberapa bulan aku tidak mengalami kecocokan dengan mereka, sehingga aku putuskan untuk mencari kos. Dengan bantuan beberapa teman yang naksir aku, aku mendapatkan kos dengan cepat dan sesuai dengan keinginanku.
Aku merasa betah di kosku yang baru, disamping ada kamar mandi dan dapur di dalam, Ibu Kosnya juga amat baik, di tempat kosku hanya ada dua orang yang kos disitu, seorang pramugari dan aku sendiri. Tempat itu seperti rumah sendiri, karena aku mendapat kebebasan untuk memanfaatkan semua fasilitas di tempat tersebut. Hal ini terjadi karena Ibu Kosku tidak mempunyai anak, dan suaminya seorang pedagang yang sering bepergian keluar kota, sedangkan penghuni kos lainnya sering tidak ada di tempat kos karena seorang pramugari yang sering keluar negeri. Sehingga di tempat tersebut hanya ada aku dan Ibu Kos, Ibu Kosku bernama Tante Maria. Menurut ceritanya ia berusia 45 tahun, walaupun begitu ia terlihat masih anggun dengan sedikit kerutan diwajahnya yang dimakan usia. Ia masih sering melakukan senam kebugaran untuk menjaga otot-ototnya, karena ia sudah mengalami obesitas dan perutnya sudah membuncit, sehingga ia rajin melakukan senam setiap pagi.
Menurutku ia begitu baik padaku, aku sering dibuatkan makanan yang enak-enak dan kebetulan sekali aku dapat mengirit keuanganku. Kami sering menonton TV bersama, bahkan ia sering memuji kecantikanku. Katanya aku mirip sekali dengan Shanen Doherti yang sering ia tonton dalam film berjudul "Charmed" tentang keluarga penyihir. Aku sangat tersanjung dengan pujiannya tetapi lama kelamaam ada suatu keanehan yang kurasakan ketika ia mulai memuji keindahan tubuhku ketika aku memakai baju ketat atau hanya memakai tank top saja. Ia juga sering memandangi tubuhku ketika aku memakai baju santai di rumah. Sering aku merasa diperhatikan ketika aku makan bersama dengannya atau menonton TV bersama dengannya.
Karena aku mulai risih aku mencoba berani bertanya walau aku juga merasa sungkan untuk melakukannya. Ketika itu aku memakai baju senamku yang baru kubeli, aku sengaja untuk memancingnya. Baju senam itu sangat sexy untukku, aku sengaja memakainya tanpa tambahan busana apapun sehingga terlihat lekuk-lekuk tubuhku. Ketika ia melihatku aku sungguh terkejut karena ia memandangku seperti pandangan seorang pria kepada wanitanya. Matanya menjelajah seluruh tubuhku, saat itulah aku ada keberanian untuk bertanya,
"Tante, mengapa memandangiku seperti itu!"
Pertanyaan itu membuatnya kaget, ia pura-pura mengerjakan sesuatu dan seolah tak mendengarkanku. Aku berjalan ke depannya dan sekali lagi ia melihatku dengan terpesona. Tapi kali ini ia mengatakan sesuatu bahwa aku sangat cantik sekali, dan ia sangat kagum dengan kecantikan dan keindahan tubuhku. Saat itu aku merasakan darahku mengumpul semua di kepalaku, entah malu atau risih, aku pun tak tahu. Ketika aku masih terbengong ia berdiri dan menghampiriku sehingga jarak kami sangat dekat sekali. Wajahnya sudah berada hanya beberapa centi di depanku. Tante Maria menatapku, matanya menusuk kedalam jiwaku, kurasakan getaran keibuan dalam matanya. Dan ia berkata,
"Rus, aku membutuhkanmu, aku sangat menginginkanmu."
Kakiku terasa lemah dan bergetar karena aku tak pernah merasakan hal itu dari teman-teman priaku yang mencoba merayuku.
"Tante, mengapa berkata demikian," kucoba sepatah kata untuk menutupi kelemahanku.
Tetapi Tante Maria berbalik bertanya,
"Maukah menjadi orang yang kucintai."
Aku lemas dan tak berdaya aku seperti patung dan tak ada sepatah katapun yang sanggup kukeluarkan. Kurasakan bibirnya menyentuh bibirku. Aku diam saja ketika lidahnya mulai masuk ke dalam mulutku. Kurasakan tangannya yang lembut menyentuh dan membelai diriku. Tante Maria mulai mendekapku dengan caranya yang profesional. Aku merasakan sensasi yang aneh dalam diriku, karena aku memang belum pernah dicium oleh siapapun atau belum pernah bercinta.
Saat itu aku berada dalam dekapan wanita yang jauh lebih tua dariku dan lalu bibirnya mulai menari di bibirku, aku memberontak walau tak terlalu kuat pemberontakanku. Kucoba melepaskan bibirnya dari bibirku, tapi ia semakin mendekapku, mencengkeramku, dan lidahnya makin liar memainkan lidahku, hingga aku sesak dan tak bisa bernapas. Kucoba mendorongnya tapi tangannya makin merajalela meremas semua tubuhku yang sintal, dan akhirnya aku berhenti memberontak. Kucoba merasakan sensasi luar biasa ini, kupejamkan mataku. Entah mengapa keberanianku muncul untuk mencoba hal yang baru. Aku mulai membalas pagutan bibirnya, kuikuti kemana arah lidahnya menari, dan akhirnya aku mulai belajar darinya. Tangannya menjelajah di seluruh tubuhku, dengan baju senam yang kukenakan. Tangan Tante Maria sangat mudah mencapai tempat-tempat sensitifku, aku mulai terbawa dalam kehangatannya.
Aku sandarkan tanganku di bahunya agar aku tidak terjatuh, dan ia mulai meremas-remas kedua daging kenyal dadaku. Aku sangat kelabakan ternyata ia begitu bernafsu, pantatku juga diremas-remas olehnya, aku seperti mainan boneka barunya.
Entah mengapa aku pasrah dan menyerahkan tubuhku padanya, mungkin didukung oleh suasana malam sehabis hujan, dan kesunyian dirumah itu. Lidahnya mulai menciumi leherku yang jenjang, tangan-tanganya berusaha membuka pakaian senam yang aku pakai. Kurasakan pakaian senamku dibuka dengan sangat paksa, hingga kurasakan dingin disekujur tubuhku. Aku tak kuasa menahan beban tubuhku sendiri, ketika lidahnya mulai menari-nari di dadaku. Aku terjatuh tetapi dengan kelihaian Tante Maria aku ditopangnya, kedua tangannya memegang punggungku, sehingga aku mendongakkan wajahku ke belakang membentuk setengah lingkaran. Sehingga dengan leluasa giginya mencabik Bra-ku dengan mudah, dan setelah itu dingin udara malam dan kenikmatan kurasakan ketika lidahnya memilin putingku yang sudah menegang.
"Oh.. Tante, oh.. Tante," hanya kata-kata itulah yang kuucapkan berkali-kali sembari mendesah nikmat, sedangkan Tante Maria menikmati tubuhku seperti gula-gula. Sedangkan tangannya asyik bereksplorasi menjelajah daerah sensitifku, dan ia sangat mahir membuat kejutan-kejutan yang membangkitkan libidoku.
Tiba-tiba Bel berbunyi berkali-kali, sempat Tante Maria berhenti. Aku sempat merasa kesal tetapi juga terselamatkan. Tiba-tiba ia berkata,
"Sayang, apa yang ingin kaulakukan?" wajahnya menyemburatkan pengertian berbagai arti, aku berdiri.
"Tante, sebaiknya melihat ke depan, seandainya itu teman priaku katakan aku pergi entah kemana", dan ia setuju lalu merapikan rambutnya yang acak-acakan dan menuju kamar tamu.
Gairahku masih menyala tapi entah aku ingin menyudahinya. Lalu aku menuju kekamarku, aku sedikit merasa jijik memandangiku di cermin. Tapi sepertinya aku tak ingin melewatkan pengalaman ini dengannya. Aku kekamar mandi untuk membersihkan tubuhku, entah mengapa gairahku menurun lagi.
Aku seperti malu sendiri, lalu kututup dan kukunci pintu kamar mandi. Kusiram seluruh tubuhku dengan air dingin yang menyegarkan. Masih terasa lidahnya yang menari-nari di payudaraku yang berukuran 34C ini. Selesai mandi kulilitkan handuk di tubuhku, kudengar diluar ada sebuah percakapan antara Tante Maria dan seorang pria. Kukenakan bajuku dan aku keluar, seorang pria berambut putih dan sedikit berwibawa, Tante Maria memperkenalkan aku pada pria tersebut,
"Daniel ini anak kos baru namanya Rus, ia kuliah di sini."
"Ehm ya semoga kerasan ya disini, anggap saja rumah sendiri, aku suami Ibu Kosmu, yah silahkan istirahat," kata Pria itu yang bernama Daniel.
Aku segera bergegas ke kamarku. Aku masih teriang-iang peristiwa tadi bersama Tante Maria, kini ia dengan suaminya. Tapi sepertinya aku sangat lega suaminya datang tapi aku juga sedikit kesal. Aku mencoba untuk menutup mataku walau rasanya belum mengantuk.
Jam dua malam aku terbangun dan terasa kering sekali di tenggerokanku. Aku kedapur luar mengambil air dingin dari kulkas yang letaknya tak jauh dari kamarku. Suasana sangat sepi "Mungkin mereka sudah tertidur dari tadi" pikirku. Aku meminum air dingin dan terasa kelegaan menyelimuti, dan aku kembali kekamar. Ketika aku menutup pintu kamar betapa terkejutnya aku,
tiba-tiba dari belakang tangan-tangan halus mencengkeramku dan menarik tubuhku ke dalam pelukan seorang wanita.
"Rus, aku sangat mencintaimu, maukah kau menemaniku malam ini," suaranya sangat merdu dan lembut di telingaku.
"Tante Maria, kau mengagetkanku saja, bagaimana kau.." belum selesai aku bicara ia memotong pembicaraanku dan berkata,
"Aku menyelinap keluar dan masuk kamarmu ketika pintu kamarmu terbuka, aku ingin menemanimu malam ini, aku ingin dekat denganmu malam ini, Rus sayang."
Pada saat itu juga lidahnya menjilati telingaku dari belakang, aku sedikit geli tapi aku membiarkannya. Ia mulai membuka daster tipis yang menutupi tubuhku secara perlahan-lahan, semula aku tahan agar ia tak membuka dasterku, tapi karena keahliannya. Ia menjilati tengkukku hingga aku tak berdaya, dan akhirnya aku pasrah dihadapannya. Lidahnya bergerilya di punggungku sambil membuka Dasterku. Kupandangi cermin yang besar di sampingku, kulihat aku dan seorang wanita tengah baya melakukan sesuatu yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Dalam hati aku berkata aku sudah menjadi seorang Lesbian, tapi tidak aku hanya ingin berexperimen dengannya, kataku dalam hatiku.
Malam itu begitu sunyi, hanya suara jangkrik dan desahan nafasku yang tak tak tertahankan dari gempuran nafsu Tante Maria, ia menjilati pantatku, menyusuri pahaku yang indah dan berisi, lidahnya tak henti-hentinya berputar-putar, membuatku lemas dan tak berdaya.
"Tante, aku tak tahan berdiri"
Aku menjatuhkan tubuhku, dan Tante Maria menangkapku walau ia sudah tua tapi ia cukup kuat menggendongku dengan berat badanku yang hanya 45 kg ini menuju ke kasur kenikmatannya.
Ia membaringkanku, dengan sikap pasrah kurentangkan kedua tanganku diatas kepalaku, Tante Maria tersenyum senang, dan ia membuka dasternya sendiri. Payudara sudah sedikit keriput dan bergelambir, perutnya sedikit membuncit. Lalu ia membelai rambutku, membelai wajahku dengan sangat manja, seraya berkata,
"Aku bersyukur, sayang, aku sangat bahagia malam ini, sayang"
Aku terdiam dan membalas senyumnya. Ia mencium bibirku dengan dasyat pada saat yang cepat. Tante Maria menindihku, memagut bibirku, kurasakan hangat tubuhnya berpacu dengan birahinya. Aku lebarkan selangkanganku dan kedua kakiku melilit tubuhnya. Aku pun membalas ciuman bibirnya, kami berciuman gaya prancis dengan memasukan lidah masing-masing kedalam mulut.
Lalu bibirnya mulai berpetualang ke leherku, lalu memutar-mutar di kedua puting payudaraku yang sudah menegang. Walau udara saat itu dingin karena AC di ruangan, tapi kurasakan keringat yang membasahi kami sangat banyak.
"Oh.. yah.., ba..gus.."
Birahiku mulai berkobar lagi, terlebih ketika lidahnya mulai meluncur ke pusar dan liang pussyku. Tangannya memilin kedua putingku, benar-benar pengalaman yang luar biasa, entah bagaimana rasanya aku seperti ingin pipis tapi tak bisa. Lidahnya memainkan klitorisku, dan mengacak-ngacak seluruh bulu kemaluanku, semua ototku menegang, dan aku mengerang kencang. Sepertinya Tante Maria tak peduli dengan eranganku ia bahkan semakin membabi buta memainkan lidahnya. Akhirnya kurasakan cairan keluar dari pussyku, tapi lidahnya tak berhenti disitu saja, pahaku dan seluruh kaki yang jenjang juga dimakannya.
Lalu ia berdiri di atas kasur berjalan mendekati wajahku dan menyodorkan payudaranya yang sudah berkeriput, tapi aku mengulumnya juga dan tangannya tak henti-hentinya bermain di klitorisku. Aku juga ingin sedasyat ia walaupun aku masih canggung untuk melakukan ini-itu. Tapi birahiku berkata lain aku mulai menjilati seluruh tubuhnya juga dan ia juga menjilati tubuhku. Tubuh kami saling terkunci, hingga kemudia kami. berada pada posisi 69.
Kurasakan klitorisnya sangat aneh bagiku, tapi karena keahliannya aku tak peduli kami saling memuaskan nafsu birahi kami, yang kudengar hanya erangan suara kecipak air yang membasahi masing masing pussy kami, dan aku kaget ketika cairan itu keluar. Semula jijik tapi aku sudah dilingkupi birahi yang memuncak, sehingga aku nikmati semuanya, dan akhirnya aku mencapai orgasme duluan. Lalu aku lemas dan ia masih menjilati tubuhku, dalam keadaan lemas itu ia menindihku dan melakukan tribadisme yaitu mengesek-gesekan seluruh tubuh ke tubuh lawan untuk mencapai kepuasan. Aku sedikit terpejam ketika ia melakukan itu, terasa hangat dan lelah aku tertidur hingga tak terasa matahari telah bersinar menembus kamar kami.
Kulihat Tante Maria masih terlelap, banyak bercak di sana sini. Aku amat lemas tulangku seperti patah-patah, tapi pengalaman tadi malam memang luar biasa, dan aku sadar ada suaminya di rumah ini. Aku cepat-cepat membangunkan Tante Maria, ketika Tante Maria sudah mulai membuka matanya maka kubisikan sebuah kata,
"Tante, kau hebat tadi malam, tapi ini sudah pagi hari dan suamimu sudah menunggumu."
Tante Maria tidak segera bangun bahkan ia memelukku dan berkata,
"Suamiku kelelahan ia akan bangun kesiangan, jadi jangan khawatir."
Ketika ia akan menciumku aku menolaknya dengan alasan aku harus masuk kuliah pagi ini, walau bagaimanapun Tante Maria memperlakukanku seperti kekasihnyanya. Kami makan berdua satu piring, dan saling menukarkan makan di bibir. Aku merasakan ia kekasihku walaupun aku sudah jauh melangkah tapi aku tetap menjaga diriku sebagai seorang gadis heteroseksual. Ada satu hal yang aku suka dari hubungan kami berdua, aku dapat melakukan dengan aman tanpa ada akibat kehamilan, dan rahasia kami akan terjaga selamanya.
Begitulah hubungan kami selanjutnya yaitu dengan membeli alat dildo yang kami beli dari internet dan kami melakukan setiap kami siap untuk melakukanya, dengan tanpa sepengetahuan suaminya. Terkadang di saat seusai makan malam, ketika mandi. Kekhawatiranku hanya aku takut berubah orientasi seksualku menjadi lesbian.
Entah bagaimana lalu aku memutuskan untuk meninggalkannya, mencari tempat kos yang baru atau memohon pengertiannya untuk tidak melakukannya lagi, tapi Tante Maria malah menangis dan memohon untuk tidak meninggalkannya selama aku masih kuliah, dan menjamin tidak akan mengganggunya. Entah mengapa aku menurut, dan ia memenuhi janjinya selama beberapa minggu kami tak bercinta lagi, hingga suatu saat dimana ada kejadian lain yang akan kami sampaikan dalam cerita selanjutnya.
TAMAT
*****
Ceritaku berawal dari tahun 2000 ketika aku berkuliah di Universitas Swasta terkemuka di kota "S". Usiaku saat itu adalah 20 tahun, tapi aku belum mempunyai pacar. Bukan berarti aku tidak laku tapi aku bingung memilih pilihan yang tepat untukku. Semula aku mengontrak sebuah rumah dengan teman-teman sedaerahku, tapi setelah beberapa bulan aku tidak mengalami kecocokan dengan mereka, sehingga aku putuskan untuk mencari kos. Dengan bantuan beberapa teman yang naksir aku, aku mendapatkan kos dengan cepat dan sesuai dengan keinginanku.
Aku merasa betah di kosku yang baru, disamping ada kamar mandi dan dapur di dalam, Ibu Kosnya juga amat baik, di tempat kosku hanya ada dua orang yang kos disitu, seorang pramugari dan aku sendiri. Tempat itu seperti rumah sendiri, karena aku mendapat kebebasan untuk memanfaatkan semua fasilitas di tempat tersebut. Hal ini terjadi karena Ibu Kosku tidak mempunyai anak, dan suaminya seorang pedagang yang sering bepergian keluar kota, sedangkan penghuni kos lainnya sering tidak ada di tempat kos karena seorang pramugari yang sering keluar negeri. Sehingga di tempat tersebut hanya ada aku dan Ibu Kos, Ibu Kosku bernama Tante Maria. Menurut ceritanya ia berusia 45 tahun, walaupun begitu ia terlihat masih anggun dengan sedikit kerutan diwajahnya yang dimakan usia. Ia masih sering melakukan senam kebugaran untuk menjaga otot-ototnya, karena ia sudah mengalami obesitas dan perutnya sudah membuncit, sehingga ia rajin melakukan senam setiap pagi.
Menurutku ia begitu baik padaku, aku sering dibuatkan makanan yang enak-enak dan kebetulan sekali aku dapat mengirit keuanganku. Kami sering menonton TV bersama, bahkan ia sering memuji kecantikanku. Katanya aku mirip sekali dengan Shanen Doherti yang sering ia tonton dalam film berjudul "Charmed" tentang keluarga penyihir. Aku sangat tersanjung dengan pujiannya tetapi lama kelamaam ada suatu keanehan yang kurasakan ketika ia mulai memuji keindahan tubuhku ketika aku memakai baju ketat atau hanya memakai tank top saja. Ia juga sering memandangi tubuhku ketika aku memakai baju santai di rumah. Sering aku merasa diperhatikan ketika aku makan bersama dengannya atau menonton TV bersama dengannya.
Karena aku mulai risih aku mencoba berani bertanya walau aku juga merasa sungkan untuk melakukannya. Ketika itu aku memakai baju senamku yang baru kubeli, aku sengaja untuk memancingnya. Baju senam itu sangat sexy untukku, aku sengaja memakainya tanpa tambahan busana apapun sehingga terlihat lekuk-lekuk tubuhku. Ketika ia melihatku aku sungguh terkejut karena ia memandangku seperti pandangan seorang pria kepada wanitanya. Matanya menjelajah seluruh tubuhku, saat itulah aku ada keberanian untuk bertanya,
"Tante, mengapa memandangiku seperti itu!"
Pertanyaan itu membuatnya kaget, ia pura-pura mengerjakan sesuatu dan seolah tak mendengarkanku. Aku berjalan ke depannya dan sekali lagi ia melihatku dengan terpesona. Tapi kali ini ia mengatakan sesuatu bahwa aku sangat cantik sekali, dan ia sangat kagum dengan kecantikan dan keindahan tubuhku. Saat itu aku merasakan darahku mengumpul semua di kepalaku, entah malu atau risih, aku pun tak tahu. Ketika aku masih terbengong ia berdiri dan menghampiriku sehingga jarak kami sangat dekat sekali. Wajahnya sudah berada hanya beberapa centi di depanku. Tante Maria menatapku, matanya menusuk kedalam jiwaku, kurasakan getaran keibuan dalam matanya. Dan ia berkata,
"Rus, aku membutuhkanmu, aku sangat menginginkanmu."
Kakiku terasa lemah dan bergetar karena aku tak pernah merasakan hal itu dari teman-teman priaku yang mencoba merayuku.
"Tante, mengapa berkata demikian," kucoba sepatah kata untuk menutupi kelemahanku.
Tetapi Tante Maria berbalik bertanya,
"Maukah menjadi orang yang kucintai."
Aku lemas dan tak berdaya aku seperti patung dan tak ada sepatah katapun yang sanggup kukeluarkan. Kurasakan bibirnya menyentuh bibirku. Aku diam saja ketika lidahnya mulai masuk ke dalam mulutku. Kurasakan tangannya yang lembut menyentuh dan membelai diriku. Tante Maria mulai mendekapku dengan caranya yang profesional. Aku merasakan sensasi yang aneh dalam diriku, karena aku memang belum pernah dicium oleh siapapun atau belum pernah bercinta.
Saat itu aku berada dalam dekapan wanita yang jauh lebih tua dariku dan lalu bibirnya mulai menari di bibirku, aku memberontak walau tak terlalu kuat pemberontakanku. Kucoba melepaskan bibirnya dari bibirku, tapi ia semakin mendekapku, mencengkeramku, dan lidahnya makin liar memainkan lidahku, hingga aku sesak dan tak bisa bernapas. Kucoba mendorongnya tapi tangannya makin merajalela meremas semua tubuhku yang sintal, dan akhirnya aku berhenti memberontak. Kucoba merasakan sensasi luar biasa ini, kupejamkan mataku. Entah mengapa keberanianku muncul untuk mencoba hal yang baru. Aku mulai membalas pagutan bibirnya, kuikuti kemana arah lidahnya menari, dan akhirnya aku mulai belajar darinya. Tangannya menjelajah di seluruh tubuhku, dengan baju senam yang kukenakan. Tangan Tante Maria sangat mudah mencapai tempat-tempat sensitifku, aku mulai terbawa dalam kehangatannya.
Aku sandarkan tanganku di bahunya agar aku tidak terjatuh, dan ia mulai meremas-remas kedua daging kenyal dadaku. Aku sangat kelabakan ternyata ia begitu bernafsu, pantatku juga diremas-remas olehnya, aku seperti mainan boneka barunya.
Entah mengapa aku pasrah dan menyerahkan tubuhku padanya, mungkin didukung oleh suasana malam sehabis hujan, dan kesunyian dirumah itu. Lidahnya mulai menciumi leherku yang jenjang, tangan-tanganya berusaha membuka pakaian senam yang aku pakai. Kurasakan pakaian senamku dibuka dengan sangat paksa, hingga kurasakan dingin disekujur tubuhku. Aku tak kuasa menahan beban tubuhku sendiri, ketika lidahnya mulai menari-nari di dadaku. Aku terjatuh tetapi dengan kelihaian Tante Maria aku ditopangnya, kedua tangannya memegang punggungku, sehingga aku mendongakkan wajahku ke belakang membentuk setengah lingkaran. Sehingga dengan leluasa giginya mencabik Bra-ku dengan mudah, dan setelah itu dingin udara malam dan kenikmatan kurasakan ketika lidahnya memilin putingku yang sudah menegang.
"Oh.. Tante, oh.. Tante," hanya kata-kata itulah yang kuucapkan berkali-kali sembari mendesah nikmat, sedangkan Tante Maria menikmati tubuhku seperti gula-gula. Sedangkan tangannya asyik bereksplorasi menjelajah daerah sensitifku, dan ia sangat mahir membuat kejutan-kejutan yang membangkitkan libidoku.
Tiba-tiba Bel berbunyi berkali-kali, sempat Tante Maria berhenti. Aku sempat merasa kesal tetapi juga terselamatkan. Tiba-tiba ia berkata,
"Sayang, apa yang ingin kaulakukan?" wajahnya menyemburatkan pengertian berbagai arti, aku berdiri.
"Tante, sebaiknya melihat ke depan, seandainya itu teman priaku katakan aku pergi entah kemana", dan ia setuju lalu merapikan rambutnya yang acak-acakan dan menuju kamar tamu.
Gairahku masih menyala tapi entah aku ingin menyudahinya. Lalu aku menuju kekamarku, aku sedikit merasa jijik memandangiku di cermin. Tapi sepertinya aku tak ingin melewatkan pengalaman ini dengannya. Aku kekamar mandi untuk membersihkan tubuhku, entah mengapa gairahku menurun lagi.
Aku seperti malu sendiri, lalu kututup dan kukunci pintu kamar mandi. Kusiram seluruh tubuhku dengan air dingin yang menyegarkan. Masih terasa lidahnya yang menari-nari di payudaraku yang berukuran 34C ini. Selesai mandi kulilitkan handuk di tubuhku, kudengar diluar ada sebuah percakapan antara Tante Maria dan seorang pria. Kukenakan bajuku dan aku keluar, seorang pria berambut putih dan sedikit berwibawa, Tante Maria memperkenalkan aku pada pria tersebut,
"Daniel ini anak kos baru namanya Rus, ia kuliah di sini."
"Ehm ya semoga kerasan ya disini, anggap saja rumah sendiri, aku suami Ibu Kosmu, yah silahkan istirahat," kata Pria itu yang bernama Daniel.
Aku segera bergegas ke kamarku. Aku masih teriang-iang peristiwa tadi bersama Tante Maria, kini ia dengan suaminya. Tapi sepertinya aku sangat lega suaminya datang tapi aku juga sedikit kesal. Aku mencoba untuk menutup mataku walau rasanya belum mengantuk.
Jam dua malam aku terbangun dan terasa kering sekali di tenggerokanku. Aku kedapur luar mengambil air dingin dari kulkas yang letaknya tak jauh dari kamarku. Suasana sangat sepi "Mungkin mereka sudah tertidur dari tadi" pikirku. Aku meminum air dingin dan terasa kelegaan menyelimuti, dan aku kembali kekamar. Ketika aku menutup pintu kamar betapa terkejutnya aku,
tiba-tiba dari belakang tangan-tangan halus mencengkeramku dan menarik tubuhku ke dalam pelukan seorang wanita.
"Rus, aku sangat mencintaimu, maukah kau menemaniku malam ini," suaranya sangat merdu dan lembut di telingaku.
"Tante Maria, kau mengagetkanku saja, bagaimana kau.." belum selesai aku bicara ia memotong pembicaraanku dan berkata,
"Aku menyelinap keluar dan masuk kamarmu ketika pintu kamarmu terbuka, aku ingin menemanimu malam ini, aku ingin dekat denganmu malam ini, Rus sayang."
Pada saat itu juga lidahnya menjilati telingaku dari belakang, aku sedikit geli tapi aku membiarkannya. Ia mulai membuka daster tipis yang menutupi tubuhku secara perlahan-lahan, semula aku tahan agar ia tak membuka dasterku, tapi karena keahliannya. Ia menjilati tengkukku hingga aku tak berdaya, dan akhirnya aku pasrah dihadapannya. Lidahnya bergerilya di punggungku sambil membuka Dasterku. Kupandangi cermin yang besar di sampingku, kulihat aku dan seorang wanita tengah baya melakukan sesuatu yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Dalam hati aku berkata aku sudah menjadi seorang Lesbian, tapi tidak aku hanya ingin berexperimen dengannya, kataku dalam hatiku.
Malam itu begitu sunyi, hanya suara jangkrik dan desahan nafasku yang tak tak tertahankan dari gempuran nafsu Tante Maria, ia menjilati pantatku, menyusuri pahaku yang indah dan berisi, lidahnya tak henti-hentinya berputar-putar, membuatku lemas dan tak berdaya.
"Tante, aku tak tahan berdiri"
Aku menjatuhkan tubuhku, dan Tante Maria menangkapku walau ia sudah tua tapi ia cukup kuat menggendongku dengan berat badanku yang hanya 45 kg ini menuju ke kasur kenikmatannya.
Ia membaringkanku, dengan sikap pasrah kurentangkan kedua tanganku diatas kepalaku, Tante Maria tersenyum senang, dan ia membuka dasternya sendiri. Payudara sudah sedikit keriput dan bergelambir, perutnya sedikit membuncit. Lalu ia membelai rambutku, membelai wajahku dengan sangat manja, seraya berkata,
"Aku bersyukur, sayang, aku sangat bahagia malam ini, sayang"
Aku terdiam dan membalas senyumnya. Ia mencium bibirku dengan dasyat pada saat yang cepat. Tante Maria menindihku, memagut bibirku, kurasakan hangat tubuhnya berpacu dengan birahinya. Aku lebarkan selangkanganku dan kedua kakiku melilit tubuhnya. Aku pun membalas ciuman bibirnya, kami berciuman gaya prancis dengan memasukan lidah masing-masing kedalam mulut.
Lalu bibirnya mulai berpetualang ke leherku, lalu memutar-mutar di kedua puting payudaraku yang sudah menegang. Walau udara saat itu dingin karena AC di ruangan, tapi kurasakan keringat yang membasahi kami sangat banyak.
"Oh.. yah.., ba..gus.."
Birahiku mulai berkobar lagi, terlebih ketika lidahnya mulai meluncur ke pusar dan liang pussyku. Tangannya memilin kedua putingku, benar-benar pengalaman yang luar biasa, entah bagaimana rasanya aku seperti ingin pipis tapi tak bisa. Lidahnya memainkan klitorisku, dan mengacak-ngacak seluruh bulu kemaluanku, semua ototku menegang, dan aku mengerang kencang. Sepertinya Tante Maria tak peduli dengan eranganku ia bahkan semakin membabi buta memainkan lidahnya. Akhirnya kurasakan cairan keluar dari pussyku, tapi lidahnya tak berhenti disitu saja, pahaku dan seluruh kaki yang jenjang juga dimakannya.
Lalu ia berdiri di atas kasur berjalan mendekati wajahku dan menyodorkan payudaranya yang sudah berkeriput, tapi aku mengulumnya juga dan tangannya tak henti-hentinya bermain di klitorisku. Aku juga ingin sedasyat ia walaupun aku masih canggung untuk melakukan ini-itu. Tapi birahiku berkata lain aku mulai menjilati seluruh tubuhnya juga dan ia juga menjilati tubuhku. Tubuh kami saling terkunci, hingga kemudia kami. berada pada posisi 69.
Kurasakan klitorisnya sangat aneh bagiku, tapi karena keahliannya aku tak peduli kami saling memuaskan nafsu birahi kami, yang kudengar hanya erangan suara kecipak air yang membasahi masing masing pussy kami, dan aku kaget ketika cairan itu keluar. Semula jijik tapi aku sudah dilingkupi birahi yang memuncak, sehingga aku nikmati semuanya, dan akhirnya aku mencapai orgasme duluan. Lalu aku lemas dan ia masih menjilati tubuhku, dalam keadaan lemas itu ia menindihku dan melakukan tribadisme yaitu mengesek-gesekan seluruh tubuh ke tubuh lawan untuk mencapai kepuasan. Aku sedikit terpejam ketika ia melakukan itu, terasa hangat dan lelah aku tertidur hingga tak terasa matahari telah bersinar menembus kamar kami.
Kulihat Tante Maria masih terlelap, banyak bercak di sana sini. Aku amat lemas tulangku seperti patah-patah, tapi pengalaman tadi malam memang luar biasa, dan aku sadar ada suaminya di rumah ini. Aku cepat-cepat membangunkan Tante Maria, ketika Tante Maria sudah mulai membuka matanya maka kubisikan sebuah kata,
"Tante, kau hebat tadi malam, tapi ini sudah pagi hari dan suamimu sudah menunggumu."
Tante Maria tidak segera bangun bahkan ia memelukku dan berkata,
"Suamiku kelelahan ia akan bangun kesiangan, jadi jangan khawatir."
Ketika ia akan menciumku aku menolaknya dengan alasan aku harus masuk kuliah pagi ini, walau bagaimanapun Tante Maria memperlakukanku seperti kekasihnyanya. Kami makan berdua satu piring, dan saling menukarkan makan di bibir. Aku merasakan ia kekasihku walaupun aku sudah jauh melangkah tapi aku tetap menjaga diriku sebagai seorang gadis heteroseksual. Ada satu hal yang aku suka dari hubungan kami berdua, aku dapat melakukan dengan aman tanpa ada akibat kehamilan, dan rahasia kami akan terjaga selamanya.
Begitulah hubungan kami selanjutnya yaitu dengan membeli alat dildo yang kami beli dari internet dan kami melakukan setiap kami siap untuk melakukanya, dengan tanpa sepengetahuan suaminya. Terkadang di saat seusai makan malam, ketika mandi. Kekhawatiranku hanya aku takut berubah orientasi seksualku menjadi lesbian.
Entah bagaimana lalu aku memutuskan untuk meninggalkannya, mencari tempat kos yang baru atau memohon pengertiannya untuk tidak melakukannya lagi, tapi Tante Maria malah menangis dan memohon untuk tidak meninggalkannya selama aku masih kuliah, dan menjamin tidak akan mengganggunya. Entah mengapa aku menurut, dan ia memenuhi janjinya selama beberapa minggu kami tak bercinta lagi, hingga suatu saat dimana ada kejadian lain yang akan kami sampaikan dalam cerita selanjutnya.
TAMAT