Aku bergegas menjemputnya, kuantarkan ke tempat duduk kami. Pak Widyo nampak kehilangan kepercayaan dirinya, dia berdiri, matanya memandangi dengan penuh.. mengulurkan tangan memperkenalkan dirinya,
'Ww.. widyo', disambut tangan istriku
'Winar,.. Winar Wibowo'..BLLazzZZzz.., nampak wajah itu.. wajah Pak Widyo..seperti kena petir bertalu-talu. Dia terhenyak.. Dengan sedikit tunduk dia menengok ke aku, memandangiku,
'Ooo sampeyan itu to suaminya..', kira-kira begitu penyebab bengongnya.
Kemudian kembali memandang istriku.. Menengok aku lagi.. Aku sendiri juga kaget akan ucapan istriku. Pasti hal ini diluar pikiran dia. Mungkin aku yang salah nggak memberi tahu sebelumnya..
'Gimana kabarnya Mas Wid..?, Senang sekali kita ketemu mas..'.
Istriku yang cerdas cepat membaca keadaan, dan spontanitasnya keluar. Dan suaranya yang tenang dan lembut yang keluar dari bibir manis itu langsung mengembalikan kesadaran utuh nya Pak Widyo. Sepertinya disiram mata air dingin dari Cibulan. Dan seperti team kesebelasan terbaik di dunia AC Milan, seakan aku menerima bola.. dari istriku yang dengan cepat kutendang balik kepadanya untuk membuahkan goal indah, aku berdiri dengan raut muka seakan nggak ada hal penting yang terjadi,
'Mas Wid, Winar, aku mesti jalan, masih ada yang harus saya kerjakan nih. Kamu teruskan makannya. Temenin Mas Wid. Nanti aku jemput', aku berkata singkat, jelas dan tegas.
'OK mas, jangan khawatir.. Sama Mas Wid inih..', istriku melambaikan tangannya.
Biarlah alam mengatur peredaran jagadnya. Pak Widyo biar menemukan jati dirinya yang utuh.. merasa yakinkah dia bisa mengimbangi pancaran pesona dan keanggunan istriku.
Semua sudah kulakukan, tapi ada satu hal yang aku nggak bisa aku lakukan pada kesempatan ini adalah, menempatkan tape recorderku. Aku bingung bagaimana caranya. Kalau aku titipkan istriku, khawatir Pak Widyo curiga yang nggak-nggak, juga bukan tidak mungkin istriku iseng membukanya. Bisa jadi masalah. Jadii.. ya sudahlah..
Jam tanganku menunjukkan pukul 19.32. Saat bilyar tadi Pak Widyo bilang nggak bisa pulang kemalaman. Dia berharap paling lambat jam 9 malam sudah bisa pulang. Terserah. Pokoknya aku tunggu saja HP ku. Ah.. ada ide.., tadi khan Pak Widyo tahu aku akan menjemput 'perempuan' itu.. kalau begitu.. biar aku titipkan saja tas tanganku pada istriku. Toh aku kunci dengan password yang akan bisa dibuka siapapun.
Aku langsung ke kamar kecil. Di sana ku buka tasku, kuambil tape SONY itu dan kupencet tombol RECnya. Dengan rekaman sepanjang 180 menit, rasanya nggak ada yang terekam pada tape SONYku itu. Dengan alasan aku kerepotan memawa tas itu, aku balik kemeja restoran dimana mereka masih neruskan obrolan, kutitipkan tas tanganku pada istriku, yang dia terimanya dengan enteng hingga tidak memancing kecurigaan Pak Widyo. Beres!! Seluruh item telah dipenuhi sesuai skenario. Aku menarik nafas.. Legaa..
Yang aku sangat senang saat aku balik barusan, melihat mereka, Pak Widyo dan Winarti istriku saling meremas tangan. Oohh, tangan-tangan ituu.. Yang satu putih lembut dengan jari-jarunya yang lentik, yang lain hitam, dilingkari otot-otot jari di seputarnya. Yanagn hitam sepertinya menguasai tangan lentik putih yang lembut itu. Sungguh merupakan pemandangan yang sangat erotis. Aku menjadi ngaceng seketika itu. Air liurku kutelan, pengin aku menjilat juga tangan hitam macam itu. Hhoocchh..
Kulihat wajah istriku nampak puas pada apa lelaki yang dia dapatkan malam ini. Dan dari Pak Widyo, dia sudah menunjukkan kepribadiannya sebagai lelaki yang kuat. Nampaknya dia sudah melupakan ketegangan tadi, dia sangat puas setelah melihat dan ketemu sendiri 'perempuan bersuami' yang dia tunggu itu. Bahkan aku ada merasa dia kini merendahkan aku. Suami macam kau, membiarkan istrinya dinikmati orang lain. Dientot orang lain. Mengkulum kontol orang lain. Huh..! Dan anehnya pikiran yang melintas pada kepalaku itu membuat aku langsung merinding. Bukan marah, Tetapi justru sangat merangsang. Aku ingin itu dia ucapkan padaku dari mulutnya. Dan aku mendengar dan melihat mulutnya sambil ngloco. Aku pengin dia terus mencaci dan merendahkan aku hingga spermaku keluar. Oh nikmatnya dihinaa..
Pasti pikiran lelaki itu ngomong, 'Ini mah, durian runtuh, cantik, bersuami pula. Suaminya rela pula'. Aku sendiri langsung menerbangkan khayalku, sebentar lagi mereka akan menyatu dalam pagutan. Akan saling melampiaskan dendam birahi. Dan kalau melihat pada wajah-wajah mereka, rasanya mereka akan habis-habisan menumpahkan kesumat nafsu libidonya itu.
Dan aku, seperti biasanya, sesudah mereka usai, membersihkan sisa-sisa lelaki, siapapun dia, yang tertinggal pada tubuh mulus istriku. Dan istriku sudah menyiapkannya. Dia nggak akan mandi atau mencuci wilayah-wilayah erotis di tubuhnya. Itu merupakan hak aku, hak suaminya. Itu menjadi perjanjian tak tertulis.
Ternyata baru jam 11 malam istriku nelpon. Dia ngajak nginep saja, pulang besok pagi. Pintu kamar nggak terkunci, hanya merapat, pasti disengaja oleh istriku. Dia sudah tidur berselimut, mungkin hanya merem ayam. Aku faham. Tidak jadi masalah bagiku. Aku hanya membuka kemeja dan celana panjangku, kemudian aku merayap ke ranjang. Aku tidak langsung menyingkap selimutnya. Lidahku yang melata. Kaki-kakinya kujilati. Aku bayangkan kaki-kaki ini tadi meradang menendang-nendang menahan kenikmatan entotan Pak Widyo.
Kemudian lidahku menjalar ke betisnya. Kemudian ke pahanya. Kulebarkan kakinya hingga mekangkang. Istriku meneruskan tidurannya. Aku yakin dia merasainya. Tetapi membiarkan aku meraihnya sendiri. Dari pahanya aku melihat ke atas dan.. Cairan ituu.. itu pejuh Pak Widyoo.. meleleh.. Dari bibir kemaluan istriku.. Aku nggak akan menunggu lagi.. Kudekatkan wajahku. Aku menjilat kecil.. Kemudian langsung melahapnya.. Kembali lidahku melakukan menari dan mengorek cairan itu dari kedalaman vagina istriku.. Terbawa keluar dan..uh kental banget sperma Pak Widyo ini.. kemudian kusedot dengan bibirku.. kukenyam.. ah.. rasanya mengingatkan sperma Astro.. Seperti kelapa muda.. yang muda banget.. gurih.. ada sedikit asin-asinnya.
Pagi itu kami terbangun jam 7 pagi. Sesudah sarapan kami langsung pulang. Kamar VIP ini sudah dibayar Pak Widyo.
Besoknya aku berkesempatan mendengarkan hasil rekaman SONY ku. Ternyata yang namanya suara itu hampir sama saja. Antara rekaman pertama, kedua dan yang terakhir ini, untuk suara macam ciuman, sedotan, lenguh, desahan, rintihan hampir tidak memiliki perbedaan. Dan akhirnya aku malas untuk mencatat detail menit-menit peristiwa yang terjadi di kamar VIP hotel PP itu.
Kalau aku pilah-pilah, panjang rekaman yang 180 menit itu terbagi dalam 28 menit pertama habis di restoran di mana mereka makan malam dan ngobrol. Yang kudengar adalah bisikkan erotis antara Pak Widyo dan istriku. Itu terjadi sekitar 4 menit sebelum mereka meninggalkan restoran menuju kamar tidur.
2 menit saat mereka menuju ka kamar, buka pintu, naruh tas, termasuk tas yang berisi tape ini, terdengar keras banget saat di taruh di meja dressing. Pada 8 menit berikutnya suara-suara yang agak nggak begitu jelas. Tapi yang pasti Pak Widyo memangku istriku di sofa. Mereka saling berpagut. Istriku dengan suara gemas menggigiti dada Pak Widyo. Dan Widyo membalas menggigiti puting susuku hingga terdengar istriku mendesah-desah serta merintih kenikmatan.
8 menit berikutnya lagi, mereka tetap di atas sofa. Kedengaran istriku minta kontol Pak Widyo menembus kemaluannya. Tetapi Pak Widyo minta agar istriku terlebih dahulu mengisep kontolnya. Dia bilang masih bisa tegang dan lebih gede lagi. Kemudian terdengar bibir dan lidah istriku mencium dan menjilat-jilat yang disertai desah-desah Pak Widyo. Pada akhir menit ini, nampaknya libido Pak Widyo dengan hebat mendesak birahinya, saat kedengaran rintihan yang cukup keras dengan diikuti suara tarikan atau semacam hentakkan. Kemungkinan itu adalah tarikan Pak Widyo pada tubuh istriku untuk kembali kepangkuannya dari lantai dimana dia menjilati kontolnya.
'Ayoo Win, udah nih, ayoo..,'
'uuhh gede banget Mas Wid, uuhh.. mengkilatnya.. Pelann mass.. Entar robek deh..'
'yaa .. ya ya..',
begitulah suara pada menit itu.
6 menit berikutnya suara erang dan desah yang menyertai suara kontol menembusi memek. Persis suara-suara sejenis pada rekaman pertama dan kedua.
7 menit berikutnya dimulai saat terdengar suara Pak Widyo agar istriku mengubah posisinya dengan membelakanginya..
'Nyampai.. nyampai deh.. khan panjang.. Ayoo.. enak lho Wwin..', rupanya dia sedang merayu istriku untuk mau dientot sambil duduk di pangkuannya dengan posisi memunggungi dia. Terdengar suara istriku kesakitan, suara Pak Widyo menenangkan, kembali teriakan sakit.. Tetapi berikutnya tenang.. kecuali suara slap slep slap slep.. Kontol yang tembusi memek, disertai racau istriku yang katanya nggakmampu menahan kenikmatan yang dahsyat. Menit-menit ini diakhiri dengan teriakan histeris, orgasmenya nyampai. Orgasme pertamanya ngentot dengan Widyo di atas sofa kamar VIP hotel PP.
Total hingga istriku teriak histeris karena orgasmenya datang tadi sudah terekam peristiwa sejak aku pejet tombol REC sepanjang 58 menit. Kemudian mereka istirahat, ngobrol, bahkan Pak Widyo kembali lapar dan pesan minuman serta makanan.
'Makan yang cepet apa dik.., ya.. Apa? Ya ya mau.. ya.. Winn.. kamu mau bakso mie? Mau dong.. sama tolong kirim teh panas dua ya..'.
Istirahat dan makan bakso ini terekam selama 38 menit. Total 96 menit. Memasuki rekaman berikutnya terdengar istriku berbisik,
'mass..pernah nggak aku nungging kamu ngentot aku seperti anjing?'.
'Woo enak itu.., tapi aku cepet capek, maklum udah tua.., gimana kalau dimulai dengan kamu tiduran dipinggir ranjang dulu.. nanti baru 'doggystyle' itu, sehingga aku nggak kelamaan'.
Dan selanjutnya mereka kembali ngentot. Rupanya benar dari pinggir ranjang, kedengaran,
'Kaki kamu Win kemari yang kanan ke lantai, sini kaki kirimu..', mungkin dia panggul kaki kirinya sehingga lubang vagina istriku mudah ditembusi kontol Pak Widyo. Kembali ah uh ah uh dari keduanya.. sampai sekitar 4 menit. Sesudah itu Pak Widyo menyuruh istriky nungging dengan tetap di pinggiran ranjang,
'Nah kalau begini aku kuat Win.. Uuhh..', Dan terulang lagi desah dan rintih yang saling bersahutan.
Rekaman mencapai menit ke 117 menit saat istriku terdengar berteriak dan mendesah dengan cepet menjemput orgasmenya yang kedua datang. Pak Widyo menyusul. Dengan mempercepat genjotan seperti pada anjing, sperma Pak Widyo muncrat di kemaluan istriku pada menit ke 119. Kemudian sunyi.. hanya nafas-nafas panjang yang terdengar dari keduanya..
Pada menit ke 125, kedengaran ada yang bangun menuju kamar mandi,
'Kemana mass..?', rupanya Pak Widyo yang bangun,
'Bentar.. pengin kencing..! Kemudian menyusul terdengar istriku bangun pula dan juga melangkah ke kamar mandi.
Beberapa saat kemudian,
'Maas adepin sini dong.. aku pengin lihat mancurnyaa..'.
'Hee eehh', suara berat Pak Widyo.
'Huuhh.. Angett mass.. duhh warnanya kuningg yaa.. minum apa sih tadii..'. Uhh glk glk glk glk,'
'Winn uhh kamu mauu yaa.. khan pesing ituu..'.
'Glk glk glk,'
Suara itu nggak berhenti hinggaa..
'oohh maass seger banget.. Enakk koqq.. Aku sukaa nihh.. huuhh seger.. biar wajahku haluss.'
Mungkin dia mencuci mukanya juga dengan kencing Pak Widyo.
Terdengar mereka kembali ke ranjang.. 15 menit berlalu.. nggak banyak suara.. mereka juga saling diam. Rekaman menangkap suara nafas-nafas mereka dengan jernih..
Memasuki menit ke 145, kembali terdengar istriku,
'Mass sekarang ganti yaa.. Mas Wid yang nungging..',
'Mau ngapain kamu..', nggak ada jawaban, kecuali suara-suara jilatan dan lenguhan Pak Widyo. Rupanya istriku kini menjilati bokong Pak Widyo,
'Uuuhh.. enak banget Wiinn.. Winn eenakk uuhh.. wiinn.. teruss.. Winn'. Kemudian terdengar posisi mereka berubah, mungkin Pak Widyo telentang kemudian istriku kembali menjilati dan mengkulum kontol Pak Wid. Ini menjadi penutup hubungan seksual istriku bersama Pak Widyo.
Pada menit ke 156, terdengar Pak Widyo berteriak tertahan-tahan. Air maninya tumpah langsung masuk mulut istriku. Suara istriku mengenyam dan minum sperma tumpah itu jelas sekali dalam rekaman.
Pak Widyo pamit pulang pada menit ke 164. Dia kirim salam untukku. Rupanya saat ngobrol dengan istriku di restoran itu, atas desakannya istriku menceritakan kami sebagai suami istri yang selalu membantu terbuka, khususnya dalam hubungan seks. Omongan mereka tetangkap juga oleh SONY ku.
Kemudian terdengar suara istriku telpon aku untuk datang ke kamar jam 166. Pada menit-menit terakhir, masih terdengar suaraku sendiri saat aku menjilati kemaluan istriku dan menyedot dan minum sperma Pak Widyo yang terkumpul di vagina istriku. Pantas saja, aku minum banyak banget cairan kental itu. Dari rekaman yang aku dengar tadi, Pak Widyo sempat 3 kali menumpahkan air maninya langsung ke kemaluan istriku.
Cengkareng, 21 Maret 2003
Tamat