Exodus

Nama saya Zani, saya asli Betawi, saya sekarang kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Bandung. Kejadian ini benar-benar terjadi, dimana saya mendapatkan suatu pengalaman bercinta dengan seorang gadis tetapi sudah bersuami.

Pada bulan Januari, tepatnya setelah malam tahun baru hati saya sangat berbahagia sekali. Ada teman saya membawa suatu tim tugas belajar dari Malaysia yang dikirim untuk kuliah di kampus tempat saya kuliah. Di situ saya melihat ada enam orang (3 lelaki dan 3 wanita) yang sudah pasti akan masuk kuliah di kampus saya karena sudah lulus mengikuti tes masuk perguruan tinggi di tempat asal mereka, saya nanya yang itu namanya siapa (Soraya, Reza & Faiza jawab teman saya, umurnya baru 25-an tahun) Seperti biasa hati saya tergugah untuk menolong mereka selama masa Ospek sampai mereka mendapat rumah kontrakan (tempat kost).

Waktu saya pertama kali kenalan dengan mereka, mereka orangnya sangat baik, ada yang suka bercanda, ada yang hatinya sedih, ada yang gelisah dan lain sebagainya. Tetapi di antara enam orang ini disitu saya melihat ada 1 orang wanita (khabarnya sudah bersuami) cantik, manis, imut-imut, manja, kalau dibandingkan dengan orang Bandung mungkin saya berani ngomong masih cantik dia, dan wajahnya sangat mirip dengan pacar saya pada waktu saya SMA.

Pada kesempatan kenalan pertama dengan dia, saya belum begitu akrab, dan pada hari berikutnya setelah pergi shoping membeli peralatan ospek dia dan juga kawan setimnya, perasaan hati saya timbul rasa manja dan sayang pada dirinya (maklum saya anak pertama). Begitu juga dengan dia (manja, perlu perhatian, setia kawan dan tidak sombong). Kabarnya sih.., dia anak bungsu (wajar aja kalau dia mempunyai sifat manja terhadap kawan yang telah dikenalnya). Nah.., dari situ baru saya tahu bahwa sebenarnya diri saya butuh seorang kakak perempuan yang bisa nasehatin saya, ngomelin saya, dll, selama saya jauh dari orang tua.

Setelah saya ngobrol dengan dia, saya ngomong, “Kakak mau nggak jadi kakak saya..!”, emang sih.., banyak kakak-kakak saya selama saya di Bandung, tetapi rata-rata kakak lelaki.
Terus jawabannya, “Kakak sih terserah kamu aja..! yang penting kakak selama di Bandung, selama jauh dari keluarga (baik suami, anak dan orang tua kakak), kalau bisa ada yang memperhatikan kakak, ada yang melindungi kakak, ada yang menyayangi kakak (maaf.. di sini maksudnya sayang seorang adik terhadap kakaknya dan begitu juga sebaliknya), ada yang menasehati kakak dan lain sebagainya”. Nah dari situlah saya semakin akrab dengan dia (akrab seorang adik terhadap kakaknya).

Hingga pada suatu sore jam 15.30, saya melihat tingkah laku dia, seakan dia membenci saya. Dia tidak mau nanya, ditegur diam aja, dll. Hati saya sedih sekali dan ada semacam perasaan bersalah terhadap dirinya. Saya berusaha mengoreksi diri saya, perbuatan apakah yang dilakukan oleh saya sehingga dia bisa marah dan benci pada saya. Setelah saya mereka-reka, mungkin aja saya suka bercanda dan terlepas omongan yang menyakiti hatinya, atau selama mengantar mereka waktu pergi sehari sebelum ospek, agaknya kurang memperhatikan dia dan di antara kawannya juga kurang memperhatikannya. Memang sih.., saya menyadari agak kurang memperhatikannya, yang saya perhatikan hanya kepentingan kawannya aja, sementara dia sendiri perlu perhatian dan mungkin juga perlu pertolongan dari seseorang yang telah akrab dengannya.

Akhirnya saya memberanikan diri untuk menegur dia.
“Ada apa sich.., kak.., kok nggak mau negur-negur saya?”. Akhirnya dia mau juga ngomong dengan saya.
Begini.., kakak bukannya marah sama kamu, tetapi kakak kesel aja sama kamu, habis seharian jalan sama kamu yang diperhatikan dan yang diajak ngobrol cuma kawan-kawan yang lain saja, sedangkan kakak sendiri perlu teman ngobrol untuk mengisi kekosongan kakak. Begini aja dech.., kita jalan-jalan aja muter-muter kota Bandung, mau nggak..!”, ajaknya dengan nada manja. Terus saya ngomong, “Ayo aja asal kakak yang ngongkosin untuk naik angkotnya”.

Dan akhirnya saya pergi berdua dengan dia menuju Alun-alun Kota Kembang, sesampainya di sana dan setelah keliling pertokoan yang ada di sepanjang alun-alun saya istirahat di pelataran pertokoan. Di situ saya mengajak dia untuk pulang karena jam sudah menunjukan pukul 22.15 malam. Tetapi apa jawabnya dan juga bikin terkejut saya, “Malam ini kakak nggak mau tidur di rumah, kakak sekarang mau tidur di hotel aja, dan kamu tolong cari hotel yang harganya cukup murah aja nggak usah yang mahal-mahal OK”.

Sesampainya di Hotel tersebut, saya makin terkejut soalnya dia memesan kamar cuma satu tapi kasurnya ada dua. Kemudian saya bertanya pada dia (saya mau tidur di mana kak? dengan nada heran), kamu tidur sama kakak saja katanya dengan nada serius. Setelah pembayaran kamar hotel selesai, saya dan dia sama-sama masuk ke kamar. Dalam pikiran saya, gila juga nih anak, baru pertama kenal sudah berani ngajak orang tidur sama-sama dalam satu kamar hotel. Saat saya sedang asyik bengong, saya terkejut oleh suara dia, “We.., saya mau mandi dulu yach.., kalau kamu udah ngantuk matikan aja TV nya”.
“Belum ngantuk kok”, jawab saya.

Setelah dia masuk ke kamar mandi, dalam pikiran saya timbul niat jahat saya untuk mengintip dia, tetapi apa yang terjadi, tiba-tiba dia memintaku untuk mengambilkan sabun yang tertinggal di dalam tasnya. Akhirnya saya tidak jadi ngintip dia karena terkejut tadi, dan langsung aja saya ambil sabun dari dalam tasnya. Saat saya mau ngasih sabun ke dia, tiba-tiba dia sudah ada di belakang saya dan ya ampun saya melihat seorang wanita cantik tanpa sehelai benang sedikitpun yang tanpa rasa malu atau risih melihat ada saya di depannya. Di situ yang saya lihat sebuah tubuh yang putih bersih dengan gundukan gunung bersama putingnya yang sedikit hitam kecoklatan, dan yang lebih membuat penisku makin tegang, saya melihat sebuah gundukan kecil yang di tumbuhi bulu-bulu halus yang lebat.

Tiba-tiba saya di kejutkan oleh suara dia, “Kenapa bengong aja mana sabun yang Kak Reza suruh ambil?, sambil salah tingkah akhirnya saya kasih sabun yang sejak tadi saya pegang.
“Kok kamu diam aja kenapa heran yach, ngelihat kakak telanjang bulat gini”.
“Ach.., nggak”, jawab saya malu-malu.
“Kamu mau mandi nggak.., kalau mau bareng Kak Reza aja”.
Tanpa basa-basi saya langsung saja bilang mau (dalam hati saya kapan lagi kesempatan seperti ini saya dapatkan), tanpa malu-malu lagi saya langsung melepas pakaian saya satu persatu hingga akhirnya saya telanjang bulat.

Dia langsung terkejut melihat penis saya yang memang sejak tadi sudah tegak, “Ya ampuun.., panjang bener” (sekitar 17 Cm diameter 9 Cm), teriaknya, ini lebih panjang dari punya suami Kak Reza (13 Cm diameter 7 Cm katanya). Lalu ditariknya tangan saya masuk ke dalam kamar mandi. Lalu kami berdua sama-sama mandi memakai shower dan saling menyabuni tubuh masing-masing, karena saya sudah tidak tahan lagi, saya langsung ngomong ke dia, “Kak mau nggak sabunin belakang badan saya”.
“Sini”, katanya. Lalu di usapkannya sabun ke badan saya, saya merasakan tangan halusnya mengusap bagian belakang badan saya dan setelah bagian belakang selesai, dia mengusap bagian depan badan saya, dia cuek saja saat mengusap penis saya, giliran saya yang gemetar menahan enaknya kepala penis saya dielus-elus oleh tangan halus seorang gadis cantik, akhirnya karena saya tidak tahan lagi saya merasakan ada sesuatu yang mau keluar dari lubang pipis penis saya, dan akhirnya, “Kak uuhh.., saya udah mau keluaarr”, dan, “Ahh.., crott.., crett.., aahhg nikmatnya”, lalu dia ngomong dengan nada kecewa, “Masa sudah keluar ini kan belum seberapa”, katanya, saya diam saja dalam hati saya nih cewek belum merasakan penis saya di ranjang, lihat saja kehebatan saya sebentar lagi, pikirku.

Setelah selesai mandi kita sama-sama belum memakai baju, saya lihat penis saya sudah tegak kembali, saking nafsunya saya peluk dia dari belakang dan saya banting dia ke kasur, tanpa dia ngomong lagi langsung saja saya masukkan penis saya ke lubang vaginanya, saya heran dia menerima dengan pasrah apa yang akan dilakukan saya terhadap dirinya, dan baru saja kepala penisku masuk dia sudah mendesah, “aahh.., ayo lebih dalam lagi huhuy, kakak udah nggak tahan lagi nich”. Saya merasakan (meskipun bukan perawan lagi) lubang vaginanya sangat sempit, sampai saya susah sekali memasukkan penis saya ke dalam lubang vaginanya, yang akhirnya penis saya tertelan semua masuk ke dalam vaginanya. Saya goyang naik turun pelan-pelan tapi pasti, makin lama semakin cepat, sampai akhirnya saya merasakan penis saya seperti dipijit-pijit oleh vaginanya, dan semakin lama sepertinya lubang vaginanya semakin sempit saja dan pada akhirnya.., ± 2 menit tiba-tiba dia mengejang dan kaku sambil ngomong, “Zany Kak Reza udah mau.., kelluaarr.., achh”, dan akhirnya saya merasakan ada cairan hangat yang menyiram penis saya, “Serr.., serr.., crroot.., aakkhh”.

Akhirnya dia lemas seperti tidak bertenaga, lalu saya lepas penisku, dan saya menyuruhnya nungging (Doggy Style), lalu saya masukkan lagi penisku ke vaginanya dan dia menjerit keras sekali, “aauukhh pelan-pelan we, sakit nih”, saya cuek saja dan makin saya masukkan penisku ke lubang vaginanya dan akhirnya dia diam saja. Lalu saya goyang semakin cepat, “Ahhkkghh.., nikmatnya Kak.., hh.., ahhk”, dan akhirnya dia menjerit lagi dan dia keluar untuk kedua kalinya, “aahhkhg Kak Reza udah nggak tahan lagi aahhkggh”, tubuh dia jatuh dan nampak sudah tidak tahan lagi, sementara saya belum keluar, akhirnya saya kasihan juga melihat dia.

Kemudian saya lepas penis saya yang sudah basah oleh cairan air mani Kak Reza, dan saya suruh dia ambil posisi 69. Saya suruh dia mengisap penis saya (saya paling tidak tahan kalau penis saya di hisap oleh cewek, apalagi cewek cantik seperti dia), sambil saya jilati vaginanya, saya hisap clitorisnya yang sejak tadi sudah basah oleh cairan air maninya dan saya merasakan penis saya dijilatin, “Aauukkhgg”, saya merasakan nikmatnya penis saya kena lidah dan giginya yang putih bersih, “aakkhh”, hingga akhirnya saya merasakan ada yang mau keluar dari lubang penisku dan, “Kak Reza saya udah mauu keluarr.., ahhgghh”
“Keluarin aja, ayo kakak siap kok nerima semburan air mani Zani”. Dan, “Ccrroothh.., aahhkhggh”. Akhirnya muncratlah air mani saya yang langsung membasahi sabagian wajah Kak Reza, “Aakkhhgghh.., Kak Reza.., akkhhgghh”, sambil terus dijilatinnya penisku sampai titik penghabisan.

Puas saya, baru sekarang saya bisa merasakan puas berhubungan intim dengan gadis yang telah mempunyai suami, karena selama ini paling jauh saya melakukan hubungan intim dengan pacar saya yang di Jakarta biasa-biasa saja layaknya suami istri (tanpa ada seni dalam bersenggama). Sambil tiduran tubuh kami basah oleh keringat dan air mani, lalu saya masukkan lagi penis saya dan saya biarkan penis saya di dalam lubang vaginanya hingga akhirnya kami berdua terlelap sampai pagi.

Akhirnya hubungan saya sebagai kakak dan adik terus berlanjut sampai sekarang, dan saya juga sesekali masih berhubungan intim dengan dia dan juga dengan pacar saya yang di Jakarta.