Pelajaran Sex Untuk Anak Tetangga
Saya mengucapkan terima kasih kepada para pembaca yang telah menulis email untuk saya, sekaligus memohon maaf karena ada beberapa email yang sama sekali tidak sempat saya balas. Untuk selanjutnya saya akan menyediakan waktu 3 jam untuk membalas semua email itu setiap hari. Untuk itu, saya harap para pembaca tidak kapok mengirimkan email ke tempat saya. Sesuai dengan janji saya bahwa saya akan menceritakan pengalaman yang lain, kali ini saya akan menceritakan pengalamanku dengan anak tetanggaku. ***** Kejadian ini terjadi di pertengahan bulan Januari 2004. Malam itu aku pulang lebih malam dari biasanya. Rapat di kantor yang berkepanjangan dan bertele-tele membuat aku cape setengah mati. Masuk ke kamar tidurku, aku membuka jas kantorku disusul dengan melorotkan rokku dan menjatuhkannya ke lantai begitu saja. Sambil berjalan ke arah lemari pakaian, aku membuka kancing-kancing blusku. Tepat di depan lemari pakaian aku melepaskan blusku dan menjatuhkannya ke lantai pula. Aku membuka lemari pakaianku. Sejenak aku memilih-milih pakaian dalam yang akan aku pakai. Akhirnya pilihanku jatuh pada celana dalam satin tipe thong warna kuning muda dan bra tanpa tali bahu yang berwarna sama. Kulemparkan celana dalam dan bra ke atas tempat tidurku. Setelah itu, aku menuju ke kamar mandi yang terletak di dalam kamarku. Di dalam kamar mandi, aku membuka celana dalamku yang berwarna putih dan bra yang berwarna sama yang kukenakan sejak pagi. Kubiarkan saja tergeletak di lantai kamar mandi. Aku segera masuk ke dalam tempat shower dan mandi. Hanya dengan mandi yang bersih yang bisa mengusir segala kepenatanku seharian di kantor. Saat menyabuni badanku, aku menyabuni bagian payudara dan vaginaku agak lama. Aku menikmati sensasi saat kedua bagian tubuhku itu tersentuh, walaupun oleh tanganku sendiri. Tak lama kemudian acara mandiku berakhir. Aku kemudian keluar dari tempat shower dan menggapai handuk yang selalu tergantung di belakang pintu kamar mandiku. Dengan handuk itu, aku mengeringkan tubuhku. Kembali ke kamar tidur, aku kemudian mengambil pakaian dalam yang di taruh di atas tempat tidur dan kupakai. Setelah itu, handuk yang kupakai kuhamparkan di sandaran kursi yang ada di kamarku. Aku membaringkan diriku ke atas tempat tidur. Bagian tubuhku yang tidak terutup oleh bra dan celana dalam yang kupakai, langsung menyentuh lembutnya sprei tempat tidurku. Aku memutuskan untuk beristirahat. Saat baru saja hendak terlelap, aku mendengar suara bel pintu. Aku kemudian bangkit dari tempat tidurku dan menggapai jubah tidur satinku yang berwarna merah muda yang tergantung di balik pintu kamarku. Sambil berjalan ke arah pintu depan, aku memakai jubah tidurku dengan terburu-buru. Hal ini tentu saja menyebabkan pada bagian dada tidak tertutup dengan rapi. Langkah-langkah kakiku menyebabkan celana dalamku terlihat dari belahan jubah tidurku yang panjangnya hanya sepaha. Aku tidak perduli, aku hanya berpikir siapa yang datang. Saat aku membuka pintu, aku melihat seorang anak laki-laki berumur 14 tahun. Dia adalah anak dari tetangga di depan rumahku. Ditangannya dia membawa sebuah kotak. Pertama-tama sepertinya dia terkejut melihat penampilanku sebab dia bisa melihat sebagian bra yang tidak tertutup oleh jubah tidurku. “Ryan, ada apa, sayang?” tanyaku. Dengan agak gelalapan dia menjawabku, “Anu Tante, ini ada titipan dari Mama..” “Apa ini? “, tanyaku. Sambil menyodorkan kotak yang dibawanya, dia berkata, “Cuma kue saja.” Aku kemudian mengambil kotak itu dari tangannya dan mempersilahkan dia masuk. “Mama kemana?”, tanyaku. “Keluar sama papa. Mungkin agak malam baru pulang, soalnya mau ngurusi pesta” “Pesta apa?” “Perayaan ulang tahun perkawinan yang ke 25? “Oh begitu..” Aku kemudian mempersilahkan dia duduk di kursi ruang keluargaku. Aku kemudian mengambil air dari dapur dan membawanya keluar. “Ini silahkan di minum..” “Terima kasih, Tante..” Aku tersenyum kecil, sebab sewaktu aku menaruh air tadi ke meja, aku melihat kalau matanya melirik ke dalam jubah tidurku, tepat ke arah buah dadaku yang tertutup oleh braku. Diam-diam aku berencana untuk menggoda anak ini. Aku kemudian duduk di sebelahnya. Sejenak kemudian, anak itu aku ajak berbincang-bincang. Sebetulnya anak itu duduknya tidak tenang, tetapi aku pura-pura tidak memperhatikannya, sampai suatu ketika dia berkata, “Anu Tante, bra Tante bagus ya..” Aku tersenyum kecil. Dalam hatiku aku bersorak gembira. Anak ini memperhatikanku. “Memangnya bra Mamamu tidak bagus? “, tanyaku. “Ngak sebagus punya Tante” “Lho, pernah ngintip Mamanya ya..,” godaku. Dengan muka yang agak kemerahan dia berkata, “Bukan gitu kan tahu dari jemuran..” “Kalau gitu cuma tahu branya aja? Celana dalamnya?” “Celana dalam juga” “Kalau gitu bagusan mana dengan punya Tante?” Aku kemudian mengangkat sedikit jubah tidurku. Celana dalamku terlihat dengan jelas oleh anak itu. Dengan muka yang tambah merah, Ryan menjawab, “Punya Tante jauh lebih bagus. Punya Mama potongannya biasa saja. Warnanya pun paling putih. Punya Tante bagus sekali ..” Aku tersenyum dan terus bertanya, “Pernah lihat Mama hanya pakai bra sama celana dalam?” Anak itu menggeleng, “Belum ..” “Mau lihat kalau Tante yang pakai?” Anak itu menganggukkan kepalanya. Aku segera berdiri. Sambil tersenyum aku melepaskan jubah tidurku. Kini di depannya aku hanya mengenakan bra dan celana dalam saja. “Bagaimana? ..” “Tante kelihatan cantik. Kayaknya Mamanya Ryan kalah deh” “Hush .. masa Mamanya Ryan kalah?” “Benar, Tante.. Tante cantik sekali..” Aku kembali duduk di sofa. Kali ini aku bertanya lebih berani, “Kamu pernah lihat payudara yang tidak tertutup bra?” “Ngak pernah” “Mau lihat?” Dengan muka memerah, dia mengangguk kecil. Sambil tersenyum aku melepaskan kait braku. Setelah lepas, braku kuhamparkan di samping sofa. Payudaraku terpampang untuknya. Mulut anak itu terngangga sedikit. “Tante betul-betuk cantik”, hanya itu komentarnya. Matanya terus saja menggerayangi kedua payudaraku. Aku tambah nakal, lalu bertanya, “Mau Tante telanjang sekalian?” Dia mengangguk pula. Aku melepaskan celana dalam yang kupakai. Setelah itu, kubuka kedua kakiku. Vaginaku beserta bulu-bulunya terlihat olehnya. Kini seluruh tubuhku bebas dinikmati oleh anak itu. Matanya tak henti-hentinya melalap semua bagian tubuhku. Sebentar-sebentar terlihat sepertinya dia tidak tahan untuk tidak menyentuh tubuhku, tetapi karena dari aku tidak ada tanggapan, maka dia hanya bisa menahan saja. Setelah agak lama, aku kembali berusaha mencairkan suasana dengan obrolan yang lain. Mungkin karena tubuhku dalam keadaan telanjang, anak itu sepertinya kurang menanggapi. Akhirnya setelah beberapa saat, aku mengingatkannya agar segera pulang. Aku mengambil kembali celana dalam, bra dan jubah tidurku dan memakainya kembali di depan anak itu. Saat hendak keluar pintu, anak itu berkata kepadaku, “Tante, terima kasih ya. Tante betul-betul cantik” Aku tersenyum saja. Dia meneruskannya, “Maukah Tante merahasiakannya untuk kita berdua saja?” Sambil tersenyum aku mengangguk. Anak itu tersenyum juga. Dengan langkah yang riang, dia kembali ke rumahnya. Aku segera mengunci pintu dan kembali ke kamarku. Aku kembali melepaskan jubah tidurku. Hanya dengan mengenakan bra dan celana dalam, aku membaringkan tubuhku ke tempat tidur. Peristiwa tadi membuat aku sangat gembira sekaligus terangsang. Aku kemudian mengambil penis dari karet dari laci tempat tidurku. Aku membuka bra dan celana dalamku dan membaringkan tubuhku yang telanjang kembali ke ranjang. Penis karetku kumasukan ke liang vaginaku dan kugerakkan maju mundur. Pikiranku kupenuhi dengan adegan dimana aku menelanjangi diri di depan anak itu. Nafsuku yang semakin memuncak akhirnya membuatku orgasme. Setelah mengalami orgasme berkali-kali, aku serasa tidak punya tenaga untuk melakukan apa-apa lagi. Dengan tubuh telanjang yang terkulai lemas dan penis karet yang tertancap di liang vaginaku, aku tertidur dengan pulas sampai pagi. Sejak hari itu, anak tetanggaku selalu ke rumahku bila kedua orang tuanya pergi. Tentu saja setiap kali datang, aku selalu memamerkan pakaian dalam yang aku pakai dan tubuh telanjangku. Pernah satu dua kali aku membiarkannya melihatku sedang mandi. Selain itu, anak itu mulai berani meminjam pakaian dalamku untuk dipakai dan dimainkan. Kalau bertamu ke rumahku, dia akan meminjamnya dan memakainya selama di rumahku. Saat pulang, barulah dia memakai kembali pakaiannya. Tentu saja biasanya pakaian dalam yang dipakainya ikut dipakai ke rumah juga. Biasanya dikembalikan saat bertamu berikutnya. Aku memikirkan kalau bisa aku ingin memotret anak itu dengan memakai pakaian dalamku. Pasti terlihat sexy dan lucu. Selain untuk masturbasi di kamar, dia mengaku kalau sering memakainya ke sekolah apalagi saat ujian, pikirannya lebih encer. Aku sendiri agak heran juga, bagaimana kalau teman-temannya mengetahui dia pakai bra di balik seragamnya, tetapi sepertinya dia bisa menyiasatinya. Aku sangat senang kalau ternyata anak itu betul-betul mengagumiku, apalagi dia mau memakai pakaian dalamku. Aku tidak merasa jijik dengan laki-laki demikian, sebaliknya aku malah merasa senang. Anak itu paling menyukai kumpulan g-stringku, tetapi aku tidak mengijinkannya untuk dipakai, sebab harganya mahal. Bagaimanapun juga aku takut jika g-stringku menjadi rusak karena dipakai olehnya. Tentu saja gaun dan jubah tidur tidak boleh juga. Koleksi string bikiniku yang bermacam-macam model dan warna adalah yang paling sering dibawa pulang selain celana dalam dan braku yang biasa aku pakai ke kantor sebab string bikini berbahan awet sedangkan pakaian dalam yang kupakai ke kantor tidak terlalu mahal. Dalam hati diam-diam aku berharap suatu saat aku memperoleh kesempatan untuk mencicipinya, tetapi aku tidak boleh terlalu berani. Aku hanya berharap suatu saat dia akan memintaku untuk melayani nafsunya. Biasanya perasaan itu akan memuncak bila aku melihatnya memakai string bikiniku. Aku berharap bisa menyusui anak itu, walaupun tanpa air susu, hehehe.. Aku juga ingin mencoba kemaluannya yang masih tanpa bulu itu baik di mulut maupun di vaginaku. Aku belum pernah mencoba dengan anak yang belum dewasa. Mungkin rasanya akan berbeda, ya?