Tante-tante Kesepian

Pada hari minggu, aku jalan-jalan ke pusat pertokoan di Jln. Sumatera.

Rencananya sih, aku mau membeli keperluan sehari-hari, kebetulan saat
itu aku ada sedikit uang. Sesampainya di pertokoan, tatkala aku sedang
melihat-lihat makanan ringan, tiba-tiba aku ditabrak oleh seorang wanita
cantik yang usianya kira-kira 35 tahun, sehingga barang-barang yang
berada di tanganku jatuh semua, lalu si wanita itu minta maaf kepadaku.
Aku hanya tersenyum karena menurutku nggak masalah karena yang
menabrakku adalah wanita cantik dan seksi. Lalu aku jongkok untuk
mengambil barang-barangku yang jatuh tadi tapi si wanita itu jongkok
juga sehingga kepala kami saling berbenturan tanpa disengaja. Sekarang
giliranku yang minta maaf tapi wanita tersebut hanya tersenyum saja.

“Sendirian Bu?” tanyaku.
Si ibu menjawab, “Sebenarnya berdua, tapi teman saya lagi ke toilet dulu.”
“Borong nih?” tanyaku lagi.
Dengan tersenyum si wanita tadi menjawab, “Ahh, nggak juga.”
Kemudian si wanita tadi bertanya lagi, “Di mana Adik tinggal?”
“Setiabudi”, jawabku dengan singkat tapi pandanganku terarah pada wajah
wanita tadi.
“Oh kebetulan kita sama-sama satu arah, saya juga tinggal di Lembang,
bagaimana kalau kita sama-sama pulangnya nanti?” tanya wanita tersebut.
Saya diam saja namun dalam hati ada juga rasa senang diajak oleh wanita
cantik. Tanpa diduga wanita itu membawa barang-barangku ke kasir
sekalian dengan miliknya untuk dibayar. Di situ saya bertemu dengan
temannya yang ke toilet tadi, yang ternyata bernama Ririn, usianya
sekitar 5 tahun lebih muda dari si ibu tadi. “Sudah Jeng?”, tanya Ririn
ke pada ibu tadi. “Oh, sudah hanya sedikit kok.” Lalu kami pergi ke
basement untuk pulang.

Singkat cerita kami sudah dalam perjalanan pulang, ngobrol di mobil dari
kenalan sampai dengan masalah yang sangat pribadi. Ternyata si ibu
tersebut bernama Lela, mereka dari kalangan Borju yang suaminya bekerja
sebagai pengusaha yang jarang pulang ke rumah. Hari itu kurasakan sangat
indah di dalam mobil mewah bersama dua orang wanita cantik, apalagi
Ririn yang memakai rok mini dan baju transparan, sehingga BH dan pahanya
jelas terlihat. Lela sambil menyetir terus berusaha menggodaku. Tanya
pacar segala. Tak terasa aku hampir sampai di Setiabudi tapi Ririn yang
berada di sampingku mencegah.
“Jangan Dik, lebih baik main dulu ke villa kami di Lembang”, ajaknya,
“Ntar pulangnya diantar lagi.”
Lela pun ikut nimbrung, “Iya Dik, kebetulan di rumah sepi dan juga kami
butuh teman untuk ngobrol.”

Ririn yang mengenakan rok mini selalu bikin aku ngiler apalagi dia
sengaja menaikkan rok mininya sehingga pahanya yang putih mulus terlihat
jelas. Aroma wewangian yang dipakai oleh Ririn semakin menambah indahnya
suasana. “Dik, ngantuk nggak?” tanya Ririn. Terus dia mengalihkan
pertanyaannya. “Kalau ngantuk tidur aja di sini”, sambil membuka lebar
pahanya sehingga terlihat jelas bagian yang sangat disukai oleh pria.
Belum lagi aku menjawab dia sudah menarik kepalaku ke pahanya. Aku tak
kuasa menolaknya lagi pula aku senang, untung kaca mobilnya gelap
sehingga hanya Lela dan aku yang mengetahui apa yang diperbuat oleh
Ririn kepadaku. “Dik kok kamu diam saja?”. Aku pura-pura bego padahal
aku sudah mengerti, “What the hell she wanted.”

Kemudian dia menyuruhku untuk /mengerjai/ bagian vitalnya, dan kuturuti
saja kemauannya. Dia kini duduknya sudah tidak karuan seperti orang
ambeyen saja. Tiada keraguan lagi di dalam benakku untuk mengerjainya.
Pertama-tama kuraih kedua payudaranya yang sebesar buah mangga, lalu
kuremas dengan mesra dan dilanjutkan dengan meraba pahanya yang mulus
sehingga dia terengah-engah. Tidak puas dengan meraba, maka kulanjutkan
dengan menjilat bagian pahanya. Jilatanku semakin panjang saja mulai
dari lutut sampai ke paha lalu ke arah “/bukit surganya/” yang masih
terbungkus celana dalamnya. Tanpa perintah, langsung kulepaskan celana
dalamnya dan kini terlihat bukit kemaluannya yang berwarna merah muda
yang dikelilingi oleh rambut yang tidak begitu lebat. Kerongkonganku
tiba-tiba kering tatkala melihat pemandangan yang begitu indah. Ririn
merebahkan tubuhnya sambil membuka pahanya lebar-lebar di atas jok.
Tanpa buang waktu lagi kulanjutkan permainan setan ini. Kujilati,
kuciumi sambil kumasukkan telunjukku ke lubang senggamanya. Ririn
menggeliat-geliat bagaikan cacing kepanasan sambil menjambak rambutku
dan mendesakkan wajahku ke arah alat vitalnya. Lela hanya melihat
perbuatan kami berdua sambil bersiul menirukan suara musik dari tape
mobil seakan tidak mempedulikanku yang bercumbu dengan Ririn, ntar juga
dia kebagian.

Sambil terus menjilat, mencium, menyedot sambil kumasukkan jariku. Ririn
pun seperti orang kesurupan, menggeliat ke sana sini. Oh, indah sekali
hari ini. Sekarang kugunakan telunjukku untuk mengutak-atik onderdil
yang ada di dalam liang senggamanya dan ibu jariku kutekan-tekan ke
klitorisnya. Lalu jilatan-jilatan kuarahkan ke sekitar belahan-belahan
memeknya. Cara ini semakin membuat dia tersiksa kegelian tapi membawa
kenikmatan yang luar biasa. Rasa bau amis, mual dan asin bersatu dalam
kenikmatan. Aku memainkan dan menjilati liang senggama Ririn yang indah
itu.

Hampir 20 menit aku bermain di daerah kemaluan Ririn. “Udah dulu Dik,
Aku sudah tidak kuat..” Kemudian Ririn bangkit dan memintaku supaya
mengeluarkan batang kejantananku. Dengan susah payah kukeluarkan milikku
dan akhirnya keluar. Kemaluanku yang sudah ereksi sejak pertama naik
mobil dipegang dengan mesra oleh Ririn, lalu dimasukkan ke dalam
mulutnya, sambil menjilati. “Oh, nikmat benget Mbak.. terus Mbak..
oughh..” itulah kata-kata yang keluar dari mulutku. Ririn yang sedang
kesetanan terus-menerus memainkan senjataku yang berkepala botak itu.
Lendir yang keluar dari lubang pipisku pun terus dia jilati. Enak
sekail, tapi kalau aku konsentrasi ke sini terus lama-kelamaan aku bisa
keluar, maka kualihkan perhatianku pada persoalan yang lain.

Hampir 20 menit Ririn bermain dengan kemaluanku dan tak terasa kami
sudah sampai di villa milik Lela yang mewah. Ririn merapikan rok dan
rambutnya yang acak-acakan tapi celana dalamnya di masukkan ke dalam
tas. Gerbang terbuka secara otomatis lalu mobil masuk ke garasi, kami
pun keluar dari mobil dan masuk ke villanya. Ririn terus saja memelukku
dari belakang sambil menjilati leherku, kemudian Ririn membawaku ke
kamar Lela yang luas. Di dalam kamar tersebut, Ririn langsung membuka
seluruh pakaiannya. Begitu pula aku membuka seluruh pakaianku. Ririn pun
kini merebahkan tubuhnya yang telah polos tanpa selembar benang pun di
atas kasur yang empuk lalu dia menginginkan agar posisiku di atas
tubuhnya, dimana dia akan mengerjai alat vitalku begitu juga sebaliknya.
Kemudian kami pun beraksi. Yess, nikmat.. enak.. oughh..” itulah
kata-kata yang keluar dari mulut kami berdua diserta desisan.

Tak lama kemudian Lela pun masuk sambil membawa segelas air susu,
segelas kuning telur bebek yang entah berapa jumlahnya dan dua botol
kratingdaeng. “Minum dulu Dik”, kata Lela, “Lalu kita lanjutkan.”
Kemudian aku mengambil segelas air susu, setelah itu gelas yang berisi
kuning telur bebek setelah habis baru satu botol kratingdaeng. Walaupun
perut ini sudah penuh tapi demi lancarnya daya dobrakku, ya kupaksakan
karena ini untuk kepuasan kita bertiga. Kemudian Lela memujiku, “Wah,
kamu mirip dengan aktor film x kesukaan Tante.. pasti kamu mainnya juga
hebat..”

Tante Lela yang berparas ayu, bibir agak tebal dan mata sayu
memandangiku dari wajah sampai ke arah kemaluanku. Lalu kuraih kepalanya
dan kuarahkan ke wajahku. Lalu bibir kami saling berpagutan. Aku yang
duduk telanjang di tepi ranjang sedangkan Tante Lela berdiri. Ririn yang
sudah telanjang di belakangku tidak tinggal diam. Dia menghampiri
burungku. Okh, desahanku pun terdengar sambil bibir Tante Lela bertautan
dengan bibirku. Tanganku pun bergerilya melepaskan pakaian yang
dikenakan Lela. Sesudah pakaian terbuka, kutarik BH-nya dan terlihat
buah dada Lela lebih besar dibandingkan dengan milik Ririn. Ririn kini
sedang melumat kejantananku sementara tangan kanannya meremas-remas biji
pelirku dan tangan kirinya memegang celana dalamku. Benar-benar
pengalaman yang fantastik bisa /bercinta/ dengan dua wanita sekaligus.

Lela yang kini setengah telanjang meronta-ronta saat kujamah payudaranya
dan meremasnya mesra. Ini benar-benar hebat, suara gemercik air ludah
Ririn yang mengulum kemaluanku dan desahan Tante Lela kini mewarnai
nuansa di kamar yang terhitung luas, jauh bila dibandingkan dengan
kamarku. Andai aku tinggal di sini mungkin aku akan sangat berbahagia
ditemani dua wanita yang cantik, binal dan haus seks. Payudara besar
milik Tante Lela kuremas-remas dan yang satu kujilat, kulum dan
kusedot-sedot sambil tanganku berusaha melepaskan celana jeans Tante
Lela yang ketat. Akhirnya Lela membuka celana jeans-nya sendiri
sedangkan celana dalamnya saya lepas dengan menggunakan gigiku. Woww,
indah sekali /barang/ milik Lela. Lela meronta-ronta. Tanganku mulai
nakal bersamaan lidah, tanganku pun ingin bermain dengan memek Ririn.
Desah Lela pun terdengar begitu memburu. Sementara itu Ririn pun masih
sibuk bermain dengan kejantananku. Rupanya Ririn pun sudah tak tahan
ingin suatu proses pengakhiran. “Ganti posisi dong..” bisik Lela sambil
naik ke atas ranjang.

“Woww, Dik masukin dong.. udah nggak kuat nich.. pengin ngerasain
punyamu..” desah Ririn tertahan sambil membimbing batang kemaluanku
menuju liang senggamanya. Sementara itu Lela pun tidak ketinggalan, dia
mengangkangkan pantatnya kemudian dia dekatkan pada wajahku. Wow,
sungguh pemandangan yang indah tatkala liang senggama Lela tepat berada
di wajahku. Kesempatan ini tidak kusia-siakan, kujilat mesra liang
senggama Lela yang membuat Lela menggelinjang tanpa ampun. Tak lama
kemudian Ririn pun mengikuti langkah Lela, mengarahkan lubang
senggamanya ke wajahku. Aku berada di bawah dua cewek yang haus seks.
Ririn terlihat merem-melek, tatkala Lela mengangkat pantatnya untuk
berubah arah. Dia yang tadi membelakangi Ririn, kini mereka saling
berhadapan. Kemudian Lela pun menurunkan pantatnya ke arah wajahku,
memeknya seakan tersenyum kepadaku. Desisnya pun terdengar, “Woww, indah
sekali.. nikmat.. enak..”

Dengan tenaga yang masih tersisa saya menawarkan pada Ririn supaya
berganti posisi. Lima menit kemudian Ririn dengan tenaga sisa berusaha
bangkit lagi kemudian dia menggoyangkan pinggulnya, kini Lela dan Ririn
saling berhadapan di atas tubuhku yang di banjiri peluh, lalu mereka
saling berpelukan dan saling menjulurkan lidah masing-masing. Mereka
ternyata kalangan biseks tapi tidak masalah bagiku, ini merupakan
pengalaman baru bagiku. Ririn kini menggeliat dan seluruh tubuhnya
kejang-kejang pertanda Ririn akan mencapai orgasme untuk yang kedua
kalinya dan dia pun berbaring di samping kiriku.

“Sekarang bagianmu Lel.. kamu maunya posisi yang gimana..?” bisikku
mesra. Rupanya Lela menginginkan posisi doggy style. Sambil mengangkat
kaki kirinya, kupandangi liang senggama Lela. Kupermainkan dulu liang
kewanitaannya dengan jariku. “Ooukh..” desahannya pun terdengar dan aku
senang pertanda di sedang dalam keadaan siap tempur. Lela yang kini
menungging semakin membuatku tak sabar, kemudian kuarahkan batang
kejantananku ke liang senggama Lela. dan.., “Bless..” tanpa halangan
yang berarti kejantananku menembus liang kemaluan Lela. Sambil
menyentakkan pantatku, kumainkan jariku di lubang pantatnya. Lela
mengeliat-geliat, rupanya letak kelemahannya terdapat pada lubang yang
mirip sumur itu. Ririn yang terkulai lemas hanya senyum-senyum saja, dia
mengakui bahwa aku yang terbaik dari lawan-lawan yang pernah dia pakai.

Hampir 30 menit kukerjai milik Lela, rupanya Lela pun sudah merasakan
jenuh dengan permainan ini, dan sekarang dia memintaku untuk memasukkan
kajantanaku ke lubang pantatnya. Lalu kuarahkan rudalku ke arah anusnya
tapi sebelumnya kujilati dulu untuk melicinkan jalannya penetrasiku.
Pertama belum berhasil, kemudian aku meminta bantuan Ririn yang sedang
terkapar di sampingku untuk melumasi rudal yang belum berhasil mendobrak
lubang pantat Lela. Ririn pun melakukannya, dia melumat rudalku dengan
lidahnya, kemudian dia mengulum dan menjilati batanganku sampai terlihat
licin lalu kucoba melakukan penetrasi lagi, kutekan pantatku. 1.. 2..
3.. akhirnya aku berhasil menerobos lubang sumur Lela. Lela pun
merem-melek bagaikan anak yang sedang mengorek kupingnya dengan bulu
ayam, ini benar-benar luar biasa. Untung aku jalan-jalan kalau tidak,
mungkin yah takkan pernah merasakan gimana asyiknya bermain dengan dua
wanita sekaligus.

Hampir 24 menit kami melakukan anal seks, sampai akhirnya kami berada
pada puncaknya dan setelah itu kami pun tak berdaya. Aku dan Lela
terkapar lemas setelah menyemprotkan cairan nikmatku yang sangat banyak
ke lubang pantat Lela. Aku pun tertidur sambil memeluk kedua wanita
setengah baya tersebut.