Tubuhku Diservice Teknisi - 1

Aku tuliskan cerita ini berdasarkan kenyataan yang pernah aku alami sebelumnya. Aku adalah seorang wanita keturunan chinese yang tergolong cantik dan sexy, itulah penuturan setiap laki-laki yang pernah menikmati tubuhku. Saat ini usiaku sudah 35 tahun dan mendapatkan seorang anak yang berusia 5 tahun dari seorang suami keturunan chinese yang berusia 55 tahun.

Kejadian ini berawal karena komputerku yang error operating systemnya, sehingga aku menghubungi salah satu toko komputer untuk memperbaikinya.

“Halo dengan toko powell komputer?”
“Iya halo juga,” suara laki-laki menyambut diseberang sana.
“Maaf dengan siapa saya bicara?”
“Dengan Didit, bisa saya bantu?”
“Komputer saya error nih windowsnya bisa dibantu?”
“Oo bisa”"Kapan Didit bisa ke tempat saya untuk service?”
“Sekarang juga bisa”
“Ok kalau gitu saya tunggu. Alamatnya di..”
“Ok saya langsung kesana”

Sebenarnya beberapa saat lagi aku harus pergi ke pesta sehingga aku harus siap-siap merias wajah dan berpakaian pesta. Saat itu aku mengenakan gaun backless cukup pendek yang diikat tali dibelakang leher berwarna pink sehingga memamerkan bagian paha aku yang cukup membuat laki-laki menelan air liurnya. Selain memamerkan paha saya, punggung saya terbuka hingga lekukan pinggang. Setiap orang yang melihat pasti tahu kalau saat itu saya tidak mengenakan bra sama sekali. Tapi saya mengenakan CD g-string berwarna pink serta sarung tangan panjang warna putih sampai di siku lengan.

Terkadang saya suka khawatir kalau ada mata yang menatap lekat bagian pangkal paha saya, karena saya membiarkan semua yang tumbuh disana liar tanpa sentuhan tangan manusia sama sekali. Sepatu hak tinggi berwarna putih juga menghiasi kakiku yang cukup serasi dengan warna putih juga.

Setelah selesai aku duduk di sofa menunggu kedatangan Didit sambil nonton TV dan menghisap rokok marlboro hijau. Dan tidak lama kemudian aku mendengar ketukan dipintu.

“Siapa??”
“Maaf apa ini dengan Tante Eliza?”
“Iya betul,” kujawab sambil membukakan pintu apartment.
“Anda siapa?” kutatap seorang pribumi yang lebih tinggi sedikit dari aku dan berkulit agak kehitaman. Kulihat dia agak sedikit bingung dengan penampilan diriku.
“Ehmm saya dari Powell Komputer”
“Oh silakan masuk,” sambil menutup pintu dan berjalan mendekati komputer yang ada di ruang tamu dekat dengan sofa.
“Ini komputernya yang error”

Dari caranya berjalan dan tutur katanya, aku dapat menilai kalau dia sedikit pangling dan grogi berdekatan dengan diriku. Setelah tiba di hadapan komputer, dia langsung menekan tombol power dan berkata.

“Saya cek dulu Tante”
“Silahkan”

Kemudian aku duduk di sofa dan melanjutkan nonton fashion TV. Aku tidak menyadari kalau sesekali matanya melirik ke aku yang mengenakan gaun sexy itu. Aku menumpangkan kaki kiri ke kaki kanan sehingga bagian bawah gaun aku sedikit tertarik keatas, membuat paha aku semakin nikmat ditonton oleh laki-laki pribumi itu.

“Ehmm Tante bisa nggak komputernya diformat, soalnya harus diinstall lagi”

Aku tahu dari awal bahwa memang dia ingin menatap tubuh aku yang sintal bukan untuk menanyakan hal itu. Akhirnya aku mempersilahkan duduk di sofa tempat dimana aku duduk di sebelahnya karena aku tidak terbiasa berbicara dengan berteriak.

“Ehmm iya Tante” dia berjalan sambil menatap paha aku yang terlihat sangat mulus sekali.
“Berapa lama untuk install komputer?”
“Paling lama 2 jam Tante, kalau boleh tahu memang kenapa Tante??”

Dia mencoba untuk memperbanyak omongan karena dia masih ingin duduk di dekatku yang mengeluarkan bau harum sekali.

“Soalnya Tante harus segera pergi ke pesta 15 menit lagi”

Aku menurunkan kaki dan mengambil minuman di meja dengan setengah membungkuk.

“Didit mau minum apa?” kulihat dia tampak bingung dengan pandangan tertuju ke kakiku.
“Mau Tante”
“Air putih atau soft drink”
“Terserah Tante aja”

Aku kemudian meneguk minuman di gelas dan meletakkan di meja sambil mengambil bungkusan rokok marlboro dan mengeluarkan isinya. Kemudian sebatang rokok terselip di bibir aku dan aku tampak kebingungan mencari korek yang tertinggal entah dimana. Didit melihat aku mencari korek yang tidak ketemu, kemudian dia langsung menyodorkan zippo.

“Nich Tante”

Kumemajukan sedikit tubuhku sehingga gaunku yang belahan dadanya rendah memamerkan tetekku yang tidak memakai BH. Setelah rokok tersulut aku lemparkan senyum kecil.

“Makasih dit,” sambil menghembuskan asap rokok.

Aku tahu persis jika Didit saat itu terpesona dengan tetek yang menantang di dadaku itu.

“Kalau mau ngerokok isap saja,” aku mengambil bungkus marlboro hijau dan membukanya tapi ternyata kosong.
“Ehhmm saya ada Tante, saya suka yang merah” matanya tetap melalap tetekku dengan tidak peduli kalau aku melihatnya.
“Sebentar ya dit Tante ambil minuman dulu”

Aku berjalan ke dapur dengan melenggak-lenggokkan bongkahan pantatku yang aduhai ini.

“Iya Tante,” jawabnya dan aku yakin sekali kalau Didit melihat pantatku yang melenggak lenggok itu.

Aku kembali membawa sekaleng coke dan sedotan kemudian duduk di sebelah kiri Didit, tanpa kusadar posisi dudukku sangat dekat sekali dengannya. Kuberikan minuman itu ke tangannya.

“Makasih Tante, kirain mo dikasih minuman yang seger-seger Tante,” katanya sambil tersenyum.
“Didit bukannya bilang dari tadi, minuman apa yang Didit mau?” kupancing arah pembicaraannya dengan sedikit menjurus sambil mengikat rambutku yang panjang dengan model ekor kuda sehingga memamerkan ketiakku yang mulus tanpa bulu itu.
“Minum susunya,” jawab Didit yang mulai mencoba menggoda aku.

Yang terbersit dalam pikiranku saat itu adalah pasti Didit berpikir kalau ketiak aku saja mulus apalagi sesuatu yang tersembunyi di dalam selangkanganku.

“Sorry Dit, Tante belom belanja ke supermarket jadi nggak ada susu” jawabku pura-pura dan kembali menghisap rokok sampai pipiku terlihat kempot.
“Ada kok Tante” matanya melirik ke tetekku.
“Tadi Tante nggak ngeliat di kulkas ada susu,” jawabku semakin ingin tahu adakah rasa keberanian laki-laki pribumi ini terhadap seorang wanita chinese yang begitu aduhai.

Kemudian aku melanjutkan mengikat rambut dengan kedua tangan, tapi rokok tersebut masih melekat di bibirku.

“Ada Tante masa Tante nggak sadar sich kalau ada?” jawab Didit sekenanya karena aku yang selalu menantang terus.
Kusudahi sandiwaraku dengan menjawab, “Iihh Didit.. Ini kan punya Om” aku sambil tersenyum kecil.
“Oo punya Om yahh.. Kalau saya minta dikit gimana Tante” sambil tersenyum nakal.
“Nggak boleh, nih kalau mau keringat di ketiak Tante” tangan kiriku menunjuk ketiak kanan yang masih terpampang jelas karena belum selesai mengikat rambut.
“Nggak apa-apa Tante asal ada bonusnya aja,” jawabnya yang semakin bersemangat.
“Apa sih bonusnya”

Aku mulai tersenyum binal. Aku saat itu sudah tidak ingat daratan lagi, karena selama ini aku selalu tidak mendapat kepuasan baik dari suami ataupun pacarku sebelum aku married yang keturunan chinese. Hari ini aku ingin mencoba kemampuan seorang pribumi yang pekerjaannya hanyalah sebagai teknisi. Perlu diketahui bahwa apartment itu adalah apartment yang kubeli secara sembunyi-sembunyi, sehingga suami aku, orang tuaku dan saudaraku tidak mengetahuinya.

“Susu itu tadi Tante”
“Susu nggak boleh Dit, kalau mau keringat ketiak Tante nih”
“Masa nggak dapet bonusnya Tante?”
“Nggak ada bonus, hihihi” jawabku sambil tertawa kecil.

Aku tahu persis Didit sedang berusaha bagaimana caranya agar mendapatkan tetekku.

“Iya dech asal ketiak Tante mau dielus-elus” sambil tersenyum.

Aku mematikan rokok di asbak dan kembali bersandar sambil mengangkat kedua tanganku dan menekuk meraih sandaran sofa.

“Mau elus yang kiri, tapi jilat yang kanan” saat ini aku memang sudah terbakar untuk mereguk kenikmatan dari pribumi ini.
“Yang bener nich Tante?”

Didit mulai meraba ketiakku sampai mendekati tetekku yang sebelah kanan.

“Gelii Ditt” aku mulai merasa geli sambil menggeliatkan badan dan kedua tanganku yang memegang sandaran sofa mencengkram erat sekali.
“Achh nggak apa-apa kok Tante” sambil terus mengelus-elus ketiak kanan dan mulai melebar hingga mencapai pinggiran tetekku yang kanan.
“Udah Ditt gelii” badanku mulai melenting-lenting kedepan sehingga kedua tetekku semakin tampak menantang yang berukuran 34B ini.
“Kan belum dijilat Tante, masa mau udahan” tangan kiriku berusaha mendorong tangan Didit yang masih berada disekitar ketiak dan pinggiran tetekku.
“Udah deh gelii Tante nggak tahan” tangan kananku mulai merengkuh bahu kanannya.

Kemudian Didit mengubah posisi dari jilatin ketiakku sampai pinggiran tetekku yang masih berlapiskan gaun satin itu dan memainkan lidahnya di pinggiran tetekku.

“Didit udah dong Tante kegelian nih”

Tangan kanannya yang sedang asyik mengelus-elus ketiak kiriku mulai ada dipinggiran tetekku yang sebelah kiri sambil meremas-remas lembut tetek kiriku. Aku tertawa menahan rasa geli yang teramat sangat sambil tangan kananku meremas-remas rambut Didit yang licin karena aku menggunakan sarung tangan yang terbuat dari bahan licin.