Anak-anak nakal - 1

Sulit bagiku untuk mengatur napas dalam gulungan air sedangkan tubuhku semakin terseret, udara yang kutahan dalam mulutku sudah terbuang dan sekarang aku kehabisan oksigen, aku berusaha mencari sesuatu yang dapat kupegang tapi di dalam air aku tidak melihat apapun bahkan seorang manusiapun tidak ada, mungkin aku akan mati tenggelam pikirku.
Saat harapanku semakin tipis ada sebuah tangan yang sangat kukenali menggapaiku, tangan seseorang yang sangat aku harapkan dan aku berusaha menariknya supaya aku bisa selamat. Dengan memegang tangan tony akhirnya aku berhasil selamat dari kolam ombak yang hampir menenggelamkanku. Aku memandangi tony dengan penuh kerinduan, tapi seakan dia tak mengenaliku lagi, bahkan belum sempat aku mengucapkan sepatah katapun dia sudah berlari meninggalkanku. Tony tidak sendiri tangannya menggandeng seorang lelaki sebayanya.
Aku tidak sempat memikirkan siapakah orang itu, pikirku yang terbaik adalah mengejarnya "tony.. tony.. tony.. tunggu Kakak" teriakanku sangat keras. Panggilanku tak dihiraukan tony yang terus berlari. Aku berhenti di ruang bilas namun tak kutemukan lagi jejak tony, aku memandangi sekeliling ruangan dan kulihat seorang bocah yang tadi berlari bersama tony.
Aku menghampiri dan kutatap wajahnya jelas sekali, dia adalah Michael anak sepupuku yang baru berusia sembilan tahun, kenapa tony bisa bersama Michael yang juga keponakanku itu?, aku memandangi wajah Michael dengan rasa penasaran tapi tenggorokanku serasa terbakar, aku kekeringan dan haus. Aku meraih botol minuman aqua yang sudah tersedia dalam mobilku dan kuteguk sebanyaknya untuk menghilangkan dahagaku.
Cuaca hari ini sangat panas, hawa panas terik matahari menembus bahkan mengalahkan hawa dingin ac mobilku. Semalam aku sulit tidur sehingga siang ini aku terpaksa memarkirkan mobilku di sekitar tempat penyinggahan jalan tol dan tertidur hampir satu setengah jam. Mimpiku belum selesai aku masih ingin menemukan tony yang menyelamatkan aku dari gulungan ombak di kolam ancol tapi hawa panas matahari telah membuatku terbangun dari mimpi.
Perasaanku sudah hancur entah seperti apalagi bentuknya, setiap terbangun dari mimpi aku sudah terbiasa meneteskan airmata. Perasaan Rinduku yang sangat dalam kepada tony setiap kali memimpikannya, tapi harus bagaimana lagi aku melampiaskannya?, sungguh ini penyiksaan bathin terberat yang baru aku hadapi seumur hidupku. Aku menjadi manusia paling lemah di dunia ini, perasaanku saat ini terbagi dua, satu perasaanku menghadapi kehancuran seperti ini dan satu lagi aku mengkhawatirkan tony akan mengalami hal yang sama sepertiku.
Pada saat aku lemah aku sering mengingat pesan nenekku, datang padaNya dan sembah sujud maka kamu akan damai senantiasa. "Aku memohon padaMu timpahkan kesalahan ini hanya padaku, selamatkan tony bagiku, lindungilah dan ampunilah dia jangan biarkan dia masuk dalam kegelapan". Aku tahu permohonanku ini yang sangat jarang aku ucapkan selama aku bersenang-senang, tetapi hanya padaNya bisa kutujukan. Namun aku sadari menyebut namaNya pun aku tak layak, kehidupanku sebagai umat ciptaanNya sudah terlalu banyak perbuatan tercelah yang aku lakukan dengan sengaja, tetapi aku tetap memohon aku tak ada jalan lain selain jalan buntu di depanku.
Sudah seminggu aku berpisah dengan tony, sejak terakhir aku mengantar keberangkatannya hatiku hancur dan semakin hari semakin lemah jiwaku, rasanya ingin mati saja, kesepian di masa kecilku tidak menyiksaku seperti kesepianku saat ditinggalkan tony. Beberapa kali mobilku hampir menabrak karena aku mengendarainya sambil melamun membayangkan wajah tony yang selalu hadir dalam setiap mimpiku. Tetapi harapanku selalu kuyakinkan dalam hatiku bahwa tony akan kembali padaku setelah waktunya, aku harus sabar dan tetap bersemangat, penampilanku tidak boleh berubah supaya tony akan menemukanku kembali seperti keadaanku pada saat ditinggalkannya.
Obat penawarku setiap hari akan kutemukan setelah jam 6sore, aku tidak akan melakukan semua kegiatan apapun pada jam ini karena biasanya tony meneleponku dari merlbourne jam 10 malam (pkl 18.00 wib). Kami senantiasa berbincang sekitar 10 hingga 15 menit demikian juga hari ini sejak dari setengah jam yang lalu aku sudah menantinya dan ketika dering telepon berbunyi inilah saatnya. "Salam, Kak Raffel sayang yang aku rindukan setiap saat" ucapan tony membuka pembicaraan. "Salam, tony manja yang Kakak rindukan juga setiap saat" balasku.
Aku sebenarnya sering memikirkan apa yang harus aku bicarakan kepada tony, tapi setiap kali pembicaraan pikiranku jadi buyar, aku terhanyut dalam perasaanku sendiri. Namun aku berusaha menjaga ungkapanku supaya tidak terbawa perasaanku terhadap tony, aku tidak ingin tony terlalu memikirkan keadaanku, aku hanya berharap dia bisa konsen dengan kegiatannya saat sekarang. "Apa kabar Kakak? mimpikan tony lagi nggak semalam?" lanjutnya. "Kakak sehat tuh dan bahagia, yaa Kakak mimpikan tony lagi, malahan tadi siang Kakak mimpi tony jadi pahlawanku, menolong Kakak yang hampir tenggelam di kolam renang" jawabku padanya "ha.. ha.. ha.." terdengar tawanya yang membuat perasaanku bahagia.
Aku berkata dengan pelan "ton.. kamu nggak akan pernah tinggalkan apalagi melupakan Kakak kan?" tony menjawab dengan suara iba "kak Raffel maapin tony, biar tony jauh dari Kakak sekarang, tapi hati tony tetap dekat sama Kakak, karena tony sudah pernah merasakan kasih sayang yang tiada duanya dari Kakak" jawabannya membuatku meneteskan airmata tapi tony tidak mengetahuinya, perasaanku menjadi lega karena mimpiku salah, dengan mengatur suara aku berusaha mencandainya "tony kamu udah belajar iklan kecap yaa.." dan suara manja yang aku dengar pertama kali ketika tony berusia 12tahun terdengar kembali. "..a..aa.. h" sahutnya mengingatkan padaku ketika aku mencandainya "Waah.. jangan-jangan kamu cacingan". Bila saja saat ini tony ada di sebelahku aku akan mencium pipi-nya dan kukatakan "Kak Raffel sayang padamu".
Kami rutin berkomunikasi hingga enam bulan dan aku selalu mengingatkan tony supaya lebih mengutamakan pelajaran sekolahnya dan setelah masa itu, skala komunikasi kami mulai menurun. Tetapi tidak pernah merubah perasaan kami yang saling menyayangi. Setelah menjelang masa setahun berpisah dengan tony keadaanku mulai pulih kembali, walaupun masih tersisa luka bathin yang sulit disembuhkan. Dalam usiaku yang sudah melewati 26 tahun aku belum bisa menemukan pendamping hidup yang benar-benar aku cintai bahkan aku tidak pernah mempedulikannya, apalagi memikirkannya sejak aku mengenal tony.
Memang dulu pernah tante Lily menginginkan aku bisa memacari keponakannya yang bernama Lucy, kami sempat bertemu beberapa kali tapi perasaan kami tidak ada kecocokkan sehingga tidak berlanjut lagi. Aku juga sangat enggan melangkah ketempat-tempat yang pernah aku datangi bersama tony jika bukan karena terpaksa, terkadang aku pergi sendiri bermain game Daytona tetapi tidak ada rasa nikmatnya lagi. Keinginan seks ku sejak di tinggal tony tidak terlalu berlebihan, aku jarang sekali memikirkannya, apabila niatku benar-benar datang aku hanya melakukan "onani" bahkan keseringan spermaku keluar sendiri saat tidur dengan memimpikan kisah-kisah seks.
Hingga pada suatu kali aku tinggal di sebuah perumahan Jakarta Utara, rumah milik orangtuaku yang sebelumnya dikontrakkan kepada orang lain. Aku lebih memilih tinggal sendiri daripada bergabung dengan orangtuaku walaupun rumah ini tidak terlalu besar aku ingin belajar mandiri, terkadang tony masih suka menelepon ke sini. Di rumah ini aku tinggal setahun lebih sebelum aku memiliki apartemen sendiri, ada pengalaman-pengalaman yang menarik dalam kehidupanku di sini.
Hari sabtu aku sedang libur kerja, ketiga adikku semuanya sudah berkumpul disini, adikku yang sudah menyelesaikan kuliahnya lebih berminat membuka usaha dagang alat-alat electronic dan handphone. Sedangkan kedua adikku yang kecil masih kuliah. Kami ingin mengadakan acara berkumpul dan makan bersama dengan saudara-saudara sepupu kami. Aku memperhatikan satu persatu saudaraku dari wanita sampai laki-laki yang pada umumnya masih kuliah.
Marco adalah putra sulung dari om herry, penampilannya sangat unik menggunakan anting sebelah, rambutnya dicat kuning, gaya bicaranya sok akrab, memang kami sangat menyukainya yang type humoris. Marco datang bersama teman kuliahnya bernama teddy yang berpenampilan sopan juga pemalu. Bagiku mereka biasa saja tidak ada yang aneh. Marco bertanya padaku "kak Raffel, gimana tinggal disini enak nggak, kok kelihatan perumahan disini agak sepi yaa" aku menjawab "yah lumayanlah tidak terlalu berisik lagi pula tetangga disini juga ramah". Marco mulai tertarik "oh ya" aku merasakan ada maksud tertentu dan benar saja "kak Raffel aku pengen coba tinggal di sini sehari bolehkan?, kebetulan ada teddy bisa temanin juga" bagiku tak ada salahnya "yah terserah kamu, kalau mau kalian bisa tidur di kamar sebelah".
Malam harinya aku benar-benar tidak tahan dengan sepupuku ini merokok, minum bir (kedua hal yang aku benci) tapi aku usahakan bersikap baik padanya. Kami berbincang, bermain catur dan teddy ternyata pintar memainkan gitar hingga larut malam. "Marco aku mau tidur dulu deh kalau kalian masih pengen lanjut, terusin aja" kataku sambil menguap. "kak Raffel aku pindahin vCD nya ke kamar yaa mau nonton film sambil tidur aja" pintanya sambil memainkan mata. "Yah sudah, kerjain sendiri" aku tidak mempedulikannya langsung ke kamar dan terlelap.
Pada saat tengah malam aku terbangun karena mendengar suara agak "aneh" di kamar Marco dan teddy. Saat aku menghampirinya pintu kamar mereka masih terbuka dan aku melangkah dengan pelan karena merasakan sesuatu yang tidak beres. Saat pertama aku melihat layar televisi sudah kuduga mereka menonton film porno pria dan wanita sedang "making love", tapi lebih kaget lagi aku melihat Marco sedang melakukan anal sex bersama teddy, dengan cahaya dari monitor TV bisa terlihat jelas Marco memasukkan penisnya ke lubang belakang teddy sambil memompanya. Aku menjadi terangsang melihat perbuatan mereka, "apakah ini sudah direncanakan Marco?" pikiranku. Tapi aku waspada, Marco saudara sepupuku ini nanti bisa membuat masalah bagiku, akhirnya aku tinggalkan mereka dan tidak mempedulikannya lagi.
Kejadian seperti ini membuat aku cukup kaget, pertama kali aku melihat langsung orang melakukan hubungan homoseks, apalagi itu dilakukan Marco yang lucu dan lincah sewaktu kecilnya suka bermain denganku. Cukup lama perbuatan mereka membayangi aku terus, ada perasaan ingin menikmatinya dan ada perasaan was-was juga. Setelah dua minggu kejadian itu pada hari Sabtu siang adikku mengantarkan TV pesanananku, dan setelah selesai membereskan instalasinya, adikku langsung pamit pulang. Aku mengantarnya hingga ke mobilnya, dan tepat saat itu aku memperhatikan rully anak tetanggaku sedang mengutak-atik motornya yang kelihatan sedang mogok.
Setelah adikku pergi, aku sempatkan diri menyapa "rull kenapa motornya, mogok yah" dia menjawab "iya neghh Mas Raffel". Aku sejak dulu sudah memperhatikan Rully yang tinggal berjarak enam rumah denganku, orangtuanya pegawai negeri berasal dari Bandung. "mas boleh pinjam konci nggak aku susah bongkarnya, konciku nggak lengkap" Rully memintaku "okey, tunggu bentar yaa" jawabku. Aku sebenarnya tidak suka mengurus masalah seperti ini, tapi ada hal lain yang membuatku ingin menemaninya bahkan aku sampai membantunya. "Rull, naik motor itu enak yaa? Nggak kena macet, aku nggak bisa naik motor soalnya nggak pernah pake" kataku, kemudian Rully dengan ramah menjawab "nanti habis aku perbaiki Mas Raffel belajar saja".
Aku membonceng Rully dengan motor bebeknya, ternyata tidak sulit bagiku untuk mengendarai motor ini, awalnya hanya perlu keseimbangan dan selanjutnya tidak merasakan apa-apalagi tinggal melaju terus. Aku membonceng anak kelas 3SMA yang masih berseragam sekolah ke tempat makan yang tidak jauh dari komplek kami. Rully ternyata suka makan kwetiau goreng sapi, di rumah makan kami duduk berhadapan, saat memandangi wajah Rully yang ganteng, keinginanku kambuh lagi "rull nanti malam kita nonton film action yok" ajakku. "Boleh Mas aku sedang nganggur kok" jawabnya. Pada saat pulang aku ingin Rully yang membonceng supaya aku bisa mencari kesempatan pikirku, sepanjang perjalanan aku memeluk pinggang Rully dan kuharapkan Rully mengerti keinginanku.
Di dalam bioskop saat pertunjukkan film sedang berlangsung aku ingin sekali memegang tangan Rully, kemudian tanganku kuletakkan di atas tangan Rully dan aku rapatkan jari-jariku diantara jari-jarinya kemudian aku mulai meremasnya, ternyata Rully membalas dia meremas jari-jariku juga, dan aku mulai makin berani tanganku kupindahkan ke sela-sela pahanya kemudian kutempelkan ke penisnya, "mas banyak orang" suaranya pelan kudengar tapi aku tetap teruskan, kuremas-remas lagi penis Rully yang tertutup celana panjangnya dan makin lama kurasakan makin menegang, lama lama tanganku kecapean, aku lepaskan lagi dan hanya memegang tangannya saja sambil menikmati pertunjukkan film sampai selesai. Sudah kuatur rencanaku aku akan mengajaknya tidur di rumahku saja.

Bersambung . . . .