Sebenarnya saya tidak suka dengan keputusan orangtuaku untuk mencarikanku seorang guru les. Maksudku, saya merasa sudah dewasa dan tidak membutuhkan guru les. Tapi menurut orangtuaku, ujian kelulusan SMU akan sulit sekali dan saya harus dibantu. Meski bersungut-sungut, saya terima juga 'tawaran' mereka.
Namun saat guru les-ku tiba, saya berubah pikiran. Namanya Pak Hektor. Umurnya hampir mencapai 40, tapi masih nampak kuat dan gagah. Malah, tubuhnya nampak padat dengan otot. Pakainnya rapi sekali, berhubung dia juga bekerja di sebuah perusahaan swasta di bagian accounting. Sehabis pulang kantor, dia langsung datang untuk mengajarku. Saya suka akan keramahannya, humornya, dan mungkin juga wajahnya, meksipun saya tidak pernah memikirkan bahwa mungkin saja saya adalah seorang homoseksual.
Pak Hektor masih belum menikah, dengan alasan bahwa dia sudah menikah 2 kali dan gagal. Jadi dia bosan untuk mencobanya lagi. Sungguh kasihan dia, padahal dia sangat tampan dan macho. Kira-kira sebulan sejak dia mengajarku, saya melihat sifat Pak Hektor yang asli.
Saat itu, dia sedang mengajariku biologi tentang alat reproduksi manusia. Topik ini merupakan topik favoritku sebab berhubungan dengan seks, meskipun tidak vulgar/porno. Di depan kami telah terpampang bagan organ kejantanan pria yang lebih dikenal dengan kontol. Dengan sabar, Pak Hektor membantuku menghapalkan setiap bagian organ pria. Saya tidak menyadari bahwa Pak Hektor mulai bersikap aneh, pandangan matanya serasa ingin menelanku saja.
".. Dari saluran inilah nanti sperma akan tersemprot keluar pada saat kontol berejakulasi," katanya.
"Bagaimana? Kamu sudah mengerti?"
Saya menggeleng-gelengkan kepalaku.
"Sebenarnya saya masih agak sedikit bingung. Maksudku, saya kesulitan menghapalkan fase-fase ejakulasi. Prosesnya terlalu rumit," keluhku, mataku terpaku pada penampang kontol di buku biologiku itu.
"Begini saja," kata Pak Hektor, matanya berbinar-binar.
"Bagaimana kalau dipraktekkan saja. Mungkin nanti kamu akan mengerti dengan jelas. Kamu sudah pernah ngocok?"
"Ngocok? Apaan tuh Pak?" tanyaku kebingungan setengah mati. Baru kali ini saya mendengar istilah 'ngocok'. Maklum, saya anak pendiam.
"Itu loh, masturbasi," jelas Pak Hektor seraya memperagakan adegan ngocok dengan kedua tangannya.
Mukaku langsung bersemu merah. Rasanya tidak etis membicarakan masalah sepribadi itu dengannya, tapi demi nilaiku saya menjawabnya dengan jujur.
"Sudah pernah, sih, Pak. Bahkan sering. Tapi saya tidak pernah memperhatikan prosesnya. Maksudku, setelah ejakulasi, ya sudah, selesai."
Tiba-tiba saya merasa sedikit tak nyaman saat Pak Hektor meletakkan tangannya di leherku dan membawaku ke dadanya.
"Bapak akan membantumu memahami proses ejakulasi," gumamnya, seraya mencium-cium rambutku yang baru saja ku-shampoo.
"Pak, kenapa Bapak memelukku begini?" tanyaku, mulai ketakutan.
Tapi saya tidak punya keberanian untuk melawannya sebab tubuhnya lebih besar dibandingkan tubuhku, Jelas sekali bahwa Pak Hektor sering menghabiskan waktu luangnya dengan berolahraga. Saat saya dipeluknya, kurasa otot-otot dadanya yang keras sekali ingin meremukkan wajahku. Saya takut kalau saya memberontak, dia akan memukulku. Tiba-tiba saja, sosok guru les yang baik kini berubah menjadi seorang tukang perkosa homoseksual. Celakanya, kedua orangtuaku sedang pergi. Saya terperangkap berdua dengannya!
"Pak, jangan begitu, ah. Bapak membuatku takut," ucapku, sesopan mungkin.
"Jangan takut. Bapak hanya ingin membantumu. Kamu ingin lulus 'kan Kalau kamu ingin lulus, biarkan Bapak membantumu. "
Pak Hektor tak ingin melepasanku, malah tindakannya semakin menjadi-jadi. Tangannya mulai menjalar ke bawah kaosku dan, dengan sekali hentakan, kaosku pun terlepas. Saya melihat kesempatan emas dan buru-buru bangkit berdiri dari bangku dan berniat untuk berlari sekencang mungkin ke arah pintu, namun Pak Hektor keburu menangkapku duluan.
"Ehh, mau ke mana kamu? Bapak hanya ingin membantumu. Tenang saja. Bapak tak mungkin melukaimu."
Pak Hektor menatapku dengan pandangan aneh. Matanya sama sekali tidak nampak seperti mata penjahat, tapi lebih mirip seperti mata seorang pria yang sedang kasmaran. 'Astaga! Apa mungkin Pak Hektor jatuh cinta padaku?'
Entah kenapa, makin lama saya melihat matanya, badanku makin lemas. Pak Hektor terus menatapku dalam-dalam, seakan sedang memasuki diriku. Saya tak berdaya melawannya. Salah satu tangannya mulai menjalar turun dan melorotkan celana pendekku. Saat celanaku jatuh ke lantai, saya merasa duniaku runtuh. kontolku yang masih tidur nampak indah sekali di mata Pak Hektor. Kulihat dia menjilati bibirnya. Saya menyesal sekali tidak sempat memakai celana dalamku. Tapi kalaupun kupakai, Pak Hektor pun akan melepaskannya.
Sambil memelukku dengan satu tangannya, Pak Hektor mulai menelanjangi dirinya sendiri. Saya kagum dengan caranya melolosi pakaiannya dengan menggunakan hanya satu tangan saja. Pertama-tama kemeja kerjanya lepas dan jatuh ke lantai. Untuk pertama kalinya saya dapat melihat dadanya yang kekar dan berotot. Memang, tubuhnya tidak sebesar Hulk atau Ade Rai, tapi tergolong besar untuk ukuran standard pria. Entah kenapa, mataku malah terpaku pada sepasang putingnya yang kecoklat-coklatan. Disekeliling kedua puting itu nampak rambut-rambut halus tumbuh.
Pertunjukan streaptease Pak Hektor berlanjut dengan jatuhnya celana panjangnya beserta celana dalamnya. Astaga, tubuh Pak Hektor memang sungguh-sungguh indah, seindah pahatan patung Yunani. Mataku beralih turun dan terpaku pada batang kontolnya yang menggantung. Sungguh besar ukurannya. Saya tak dapat mebayangkan ukurannya saat kontol itu mencapai ereksi penuhnya. Kubayangkan panjangnya pasti menyamai panjang penggaris plastic 30cm milikku.
"Kita sudah sama-sama telanjang, dan Bapak senang bisa berbagi keintiman denganmu," katanya, memecahkan lamunanku.
"Percaya atau tidak, kamu memiliki sisi homoseksual yang masih tertidur. Bapak tahu kamu selama ini belum pernah terangsang secara seksual kalau melihat cewek, benar kan?"
Tubuhku mendingin. Apa yang diucapkannya memang benar. Tapi darimana dia mengetahuinya?
"Kamu tak perlu takut unutk berhubungan dengan sisi homoseksualmu. Tak ada salahnya untuk menjadi homoseksual asalkan kita tidak berbuat jahat. Bapak akan membantumu mendalami sisi homoseksualmu. Kamu akan lihat, setelah ini, ilmu biologi reproduksimu akan meningkat dan kamu pun akan menjadi seorang homoseksual sejati."
Dengan itu, Pak Hektor memaksakan sebuah ciuman pada bibirku. Saat bibirnya mencoba untuk mengusaiku, kurasakan kontol Pak Hektor yang besar itu mulai menegang, menegang, dan terus menegang. kontolnya tegang sekali dan menusuk-nusuk bagian bawahku, bertarung dengan kontolku yang masih setengah lemas dan setengah tegang.
Saya terkejut sekali saat menyadari bahwa saya tak berdaya melawan kata-katanya. Saya ingin memberontak dan lari namun tubuhku terpaku di sana. Bibir Pak Hektor melumat-lumat mulutku dan lidahnya menjulur masuk seperti ular. Pak Hektor akan memperkosaku dan merubahku menjadi seorang homoseksual. Bagaiamna ini? Semakin lama dia menciumku, saya menjadi semakin bingung sebab sekujur tubuhku mulai menyukai perlakuan cabulnya. Badanku yang telah telanjang bulat serasa bergetar dengan kenikmatan saat Pak Hektor meraba-rabanya. Tangannya yang kasar merangsang setiap jengkal dari kulitku.
"Kamu milikku. Tahukah kamu, Bapak telah jatuh cinta padamu pertama kali Bapak melihatmu. Bapak ingin memilikimu. Bapak mohon, biarkan Bapak bercinta dengnmu. Biarkan Bapak menunjukkan betapa besarnnya cintaku ini padamu."
Pak Hektor kembali menciumiku. Pengakuan cintanya sangat mengejutkanku, namun apa yang dapat kuperbuat? Tangan Pak Hektor mulai mengocok-ngocok kontolku. Pelan tapi pasti, kontolku menegang dan akhirnya 100% ngaceng. Saya terpana melihat kontolku di bawah pengaruhnya.
"Sambil bercinta denganmu, Bapak akan ajarkan biologi padamu. Tahap ini dinamakan tahap rangsangan (excitemant phase). Tangan Bapak berhasil merangsang kontolmu, memaksa darah terpompa ke dalam rongga kontol sehingga kontolmu bangkit berdiri."
Tangannya kemudian mulai mengerjain kontolku dengan lebih cepat. Tanpa dapat kucegah, precum mengalir keluar, melumasi kepala kontolku dan mempermudah masturbasi. Pikiranku berteriak bahwa saya tak ingin dicoli Pak Hektor, namun saya tak dapat mencegahnya. Saya berusaha untuk memikirkan hal-hal lain yang dapat membuat kontolku melemas, namun yang muncul malah sederet bayanganan tubuh Pak Hektor yang telanjang. Dan alhasil kontolku menjadi semakin ngaceng.
Astaga, apakah dia juga mengendalikan pikiranku juga? Kini saya benar-benar ketakutan dengan Pak Hektor. Dia sepeti mutan dalam film X-Men saja, sanggup memanipulasi pikiran. Namun saya harus mengakui bahwa dicoli'in Pak Hektor, rasanya nikmat sekali.
"..Hhhoohh.. Aaahh.. "
Tanpa dapat kutahan, desahan nikmat lolos dari bibirku yang gemetaran.
".. Hhhoohh.. Hhhoosshh.. Uuuhh.. Aaahh.."
Pak Hektor hanya tersenyum mesum, melihatku mulai menikmati servisnya. Precum semakin banyak mengalir keluar dari kontolku, membasahi tangan Pak Hektor.
"Selamat, kamu sudah memasuki fase ke-2, Fase Stabil (plateau phase). Fase ini ditandai dengan keluarnya cairan precum. Aaahh.. Pasti cairanmu ini lezat."
Dia berhenti mengocokku dan mengusap precum-ku dengan jarinya. Tentu saja sebagian menempel pada jarinya. Kulihat dengab mata terbelalak saat dia membawa jarinya masuk ke dalam mulutnya dan mengulum-ngulumnya seperti permen lollipop.
"Enak sekali. Bapak suka," komentarnya, mesum.
Kembali tangannya melanjutkan proses masturbasi pada kontolku. Dan saya pun kembali mengerang-ngerang keenakkan. Meski saya membenci cara cabul yang dia gunakan, namun saya mulai mengerti proses ejakulasi sebab dia mengajariku dengan jelas sekali.
".. Hhhoohh.. Hhhoohh.. " Tiba-tiba saya merasa bahwa orgasmeku akan segera tiba.
Pak Hektor menyadari kegelisahku sebab saya mulai menggeliat-geliat dan wajahku mulai meringis-ringis.
".. Aaahh.. Pak.. Saya akan.. Ejakulasi.. Ooohh.. Tak dapat kutahan.. Aaahh.. Pak.. Tolong sya.. "
"Tenang, keluarkan saja pejuhmu. Biarkan spermamu menyemprot keluar. Jika sudah tersemrot maka kamu baru saja melewati fase orgasme (orgasmic phase) di mana sperma disemprotkan keluar. Rasa nikmat yang akan kau rasakan berbeda dengan ejakulasi sebab mereka berdua merupakan hal yang berbeda, namun terjadi hampir bersamaan."
Pak Hektor semakin mempercepat gerakan tangannya. Saya mulai melenguh-lenguh seperti kerbau. Tanpa peduli apa-apa, Pak Hektor kupeluk untuk menopang tubuhku.
".. Hhhooh.. Aaahh.. Saya.. Hhhooh.. Mau kkeelluuaarr.. Aaarghh!!"
Orgasme benar-benar mengguncnag-guncang tubuhku, mengoyak-ngoyak pikiranku, dan membawaku terbang ke langit ke-7. Ejakulasiku lebih hebat daripada yang biasa kualami. Ejakulasi kali ini, jummlah sperma yang keluar sangat banyak. Spermaku tersembur ke depan dan mendarat ke lantai. Denyutan-denyutan liarnya membuat napasku terengah-engah. Pak Hektor tertawa penuh kemenangan saat saya terkulai lemas di dalam pelukannya.
"Dan sekarang kamu memasuki tahap tenang (resolution phase) di mana tubuhmu mulai kembali normal dan kontolmu mulai melemas. Sebuah perjalanan indah menuju puncak kenikmatan baru saja usai," kata Pak Hektor lembut sambil membelai-belai tubuhku.
Bersambung . . .