Sore itu sepulang kerja, aku mandi dan untuk menghilangkan kejenuhan aku iseng-iseng nonton film di Sarinah 21, maklum hari itu hari senin biasanya harga tiketnya pahe, lumayan murahlah dari pada hari-hari biasanya dan kebetulan film yang sedang diputar adalah "Virus", yang walaupun aku sebetulnya nggak berniat nonton film tersebut karena menurutku tidak terlalu bagus, akan tetapi sudah kepalang basah sampai disitu dan mau pulang balik juga malas, akhirnya aku melangkahkan kaki ke loket tempat penjualan tiket dan kubeli tiket masuknya dengan posisi deret tengah paling belakang sendiri tepat dibawah proyektor. Dan memang aku sering memilih tempat itu, sampai film diputar yang menayangkan film ekstra, aku masih duduk seorang diri karena yang nonton film sore itu tidak terlalu banyak sehingga masih banyak kursi yang kosong.
Setelah film ekstra selesai dan beralih ke film utama mulai diputar, tiba-tiba masuk seseorang yang langsung nyelonong duduk dikursi sebelahku tanpa permisi atau ba bi Bu terlebih dulu, langsung duduk dan kulihat dia melirikku dalam suasana gelap itu. Kalau dilihat tampangnya sih biasa-biasanya saja, dan tampangnya kelihatan sangar sekali dalam kegelapan gedung bioskop itu, karena terpampang kumis yang lebat, mata bulat berkilat, ada sedikit cambang dipipinya dan ada jenggot juga didagunya. Karena aku merasa diawasi akhirnya aku membuka diri untuk berbasa-basi saja.
"Sendirian aja, Mas?" tanyaku.
Tapi pertanyaanku tidak dijawabnya dan dia tidak merespon niat baikku untuk berbasa-basi itu, sehingga aku putuskan untuk diam aja daripada aku dicuekin orang mendingan aku juga bersikap cuek juga. Hal seperti ini berjalan kurang lebih sampai sekitar sepuluh menit, lalu tanpa kuduga sebelumnya. Tiba-tiba tangannya nyelonong diatas pahaku, dan kukira itu hanya kebetulan saja tangannya terulur dari sandaran kursi. Untuk selanjutnya tangannya mulai mengelus-elus pahaku dan makin lama makin ke atas sampai akhirnya kupegang tangannya dan sekarang ganti tanganku yang diremas-remasnya dan dipilin-pilin. Aku jadi tanggap dengan apa yang dikehendakinya, maka akupun mulai merespon semua kegiatannya dalam kegelapan gedung bioskop itu.
Kalau tadi tangannya yang mulai menjamah penisku yang sudah mulai menggeliat tegak, sekarang ganti tanganku yang bergerak ke arah selakangannya dan memang aku lebih terampil kalau harus membuka celana untuk mendapatkan isinya, mulai dari kubuka ikat pinggangnya hanya dengan menggunakan sebelah tangan saja kemudian kegesper celananya, kemudian ke arah pegangan retsletingnya yang segera kugesr kebawah sampai mentok, kemudian tanganku kumasukkan kedalan celana dalamnya dan mulai kuraba penisnya yang sudah ngaceng tapi belum begitu keras sampai kukocok-kocok. Kemudian kupelorot celana dalamnya dan celananya dan diapun mengerti akan maksudku sehingga dia agak mengangkat pahanya agar aku bisa lebih mudah melorotkan celananya sampai ke paha.
Setelah itu aku bisa dengan bebas memainkan penisnya yang tegak mengacung itu, dan tidak tinggal diam tangannyapun juga sudah menyelinap ke dalam celana dalamku akan tetapi aku tidak mau memelorotkan celanaku karena aku memang tidak bisa bermain ditempat umum seperti itu walaupun dalam suasana gelap, karena aku selalu menginginkan cumbuan-cumbuan dulu sebelum memulai untuk mencapai kepuasanku, jadi walaupun penisku ngaceng akan tetapi aku tidak konsentrasi dan akupun juga tidak menginginkan untuk mencapai orgasmeku ditempat seperti ini.
Akhirnya hanya aku sendiri yang bertindak aktif untuk mengocok penisnya yang makin lama makin tegang dan berdenyut-denyut sampai akhirnya dia memegang tanganku untuk berhenti sejenak karena mungkin dia sudah ingin mengeluarkan isinya, akhirnya kuhentikan gosokan tanganku pada penisnya untuk beberapa saat dan setelah dia bisa mengontrolnya lagi akupun mulai gesekanku pada penisnya dan kurasakan badannya mulai mengejang dan akupun mengerti bahwa dia akan menyemburkan pejuhnya dan akupun mengerti agar baju dan celananya tidak basah semua dengan pejuhnya, maka telapak tanganku kutempatkan tepat diujung kepala penisnya dengan harapan kalau pejuhnya menyembur maka akan tertampung semua ditelapak tanganku, dan mungkin dia juga mengerti maksudku itu maka diapun juga mulai menggeliat dan kurasakan cairan hangat kental ditelapak tanganku dan segera kulepaskan peganganku pada penisnya untuk membuang pejuhnya tadi.
Setelah itu tanganku yang tadi mengosok-gosok penisnya tadi dan masih ada sisa-sisa pejuhnya segera dipegang dan dicium serta dijilati sisa-sisa pejuhnya bahkan jari-jariku satu persatu dimasukkan ke dalam mulutnya dan dipermainkan dengan lidahnya, seolah-olah dia ingin memainkan penisku dengan lidahnya, dan baru sekarang kurasakan kasarnya kumis dan jenggotnya yang membuatku terangsang akan tetapi suasanya yang tidak mengijinkan. Jadi hanya sebatas dia mencumbui tangan dan jari-jariku, tidak ada sepatah katapun yang terucap dari bibirnya demikian juga dengan aku juga tidak ingin memulai berbicara dengannya, dan biarlah rabaan dan jamahan tangan-tangan kami yang saling beradu itu bisa berbicara lebih banyak lagi.
Sampai film berakhirnya tangan kami masih saling bertautan dan aku berharap untuk bisa menjalin hubungan sekeluar dari gedung itu, akan tetapi setelah keluar dari pintu keluar ternyata dia mengambil arah yang berlawanan dengan arahku menuju keluar dan kulirik dia dengan harapan dia akan menoleh ke arahku, akan tetapi tidak terjadi. Dan pupuslah harapanku untuk bisa mengulangi saat-saat indah didalam gedung bioskop tadi. Karena nama dan alamatnyapun aku tidak mengetahuinya, dan biarlah semuanya berlalu searah aliran waktu, kalau ada kesempatan biarlah kita akan bertemu lagi.
Siang itu hari Sabtu aku pulang kerja sekitar pukul 12.00, karena hari Sabtu memang hanya setengah hari saja jam kerjanya. Aku bekerja pada sebuah ekpedisi didaerah Perak, Surabaya sana, kelihatannya siang itu mendung bukan main gelapnya seperti sudah setengah enam sore saja layaknya. Karena aku baru keluar dari kantorku dan baru beberapa kilo meter menuju ke arah rumahku, tiba-tiba kurasakan ada setitik air yang jatuh dan dengan cepat kupacu motorku untuk mencari tempat berteduh dari lebatnya hujan yang bakal terjadi.
Akhirnya kutemukan sebuah pos penjagaan dari sebuah instansi yang aku tidak aku sebutkan namanya. Dan didalamnya ada seorang yang sedang jaga disana mempersilahkan aku untuk masuk saja ke dalam posnya.
"Ayo, Dik masuk saja ke dalam, nggak apa-apa koq, daripada diluar teras nanti basah semua kena hujan"
"Ya Pak, terima kasih Pak" jawabku.
Karena memang usianya lebih tua dari aku sehingga aku memanggilnya Bapak, tapi mungkin juga selisih usianya hanya dua atau tiga tahun diatasku, dan lagi dia khan sedang dinas jaga dengan seragamnya yang kelihatan keren itu. Wajahnya begitu ganteng, maskulin, walaupun kulitnya tidak terlalu putih akan tetapi bersih, dan wajahnya dihiasi dengan kumis yang dipotong dengan rapinya sehingga sedikit banyak membangkitkan gairahku. Akan tetapi aku nggak berani macem-macem dengannya yang kelihatan sangar tapi cukup ramah dan sportif itu. Sehingga aku hanya bisa duduk dihadapannya sambil ngobrol dan mataku tak habis-habisnya menjelajahi seluruh permukaan tubuhnya yang benar-benar sangat kudambakan, apalagi dengan tonjolan diantara dua pahanya yang kelihatan begitu padat itu.
Sehingga tanpa sengaja akupun mendesis,
"Ooohh"
"Kenapa dik?" tanyanya, "Kedinginan yaa"
"Ah, enggak koq Pak"
"Benar lho dik, nggak apa-apa?"
"Ya, Pak, saya nggak apa-apa koq"
Kemudian kami ngobrol lagi dan hujan diluar bukannya bertambah reda melainkan sebaliknya bertambah deras seperti air yang dicurahkan dari langit.
"Dik, hujannya tambah deras, kita ke dalam saja yaa"
"Disini terlalu sempit dan banyak air yang menembus masuk ke dalam, bisa-bisa kita nanti basah kuyub"
Aku bagaikan kerbau dicocok hidungnya mengikuti dia dari belakang, setelah masuk ke dalam kantor yang sudah sepi karena semua karyawan disitu sudah pada pulang semuanya tinggal dia sendirian saja, sampai aku baru sadar kalau selama ini aku belum berkenalan walaupun aku bisa mengenal namanya lewat baju seragam yang dikenakannya itu yaitu Rudy.
"Oh ya Pak, nama saya Agung" kataku sambil mengulurkan tanganku.
"Saya Rudy," sambutnya.
"Ayo masuk aja dik, disini khan lebih enak," ajaknya.
Dan kamipun duduk dikursi ruang tamu dikantor itu yang kelihatan gelap sekali karena memang tidak ada lampu yang dinyalakan karena masih siang walaupun mendung diluar begitu gelapnya.
Dari obrolan yang tadi terputus, kita lanjutkan kembali, sampai aku benar-benar sangat terkejut dengan suatu ucapan kata-katanya yang tidak kuduga sama sekali terlontar dari mulutnya. Karena kulihat dia sebagai anggota dari salah satu angkatan pastilah orangnya straight dan nggak mungkin macem-macem yang seperti kurasakan saat ini.
"Dik, aku lihat adik ini koq senang yaa, kulitnya putih, halus, mulus dan adik kelihatan imut-imut sekali, sayangnya koq bukan cewek" katanya.
"Kalau cewek gitu sudah kucium dari tadi karena sekarang aku lagi kepengin nih, apalagi diluar lagi hujan deras kayak gini, kalau bisa tidur bareng khan anget nih badan" lanjutnya lagi.
Setelah mendapat sign seperti itu gairahku yang tadi menghentak-hentak dan berhasil kutahan dengan sekuat-kuatnya, akhirnya sekarang timbul lagi dan makin bergelora. Aku mulai memberanikan diri dengan memindah dudukku yang tadi dikursi yang untuk satu orang, berpindah kesofa panjang yang sedang didudukinya dan aku langsung duduk disebelahnya karena aku tahu dikantor itu tidak ada siapa-siapa lagi kecuali kami berdua. Ternyata dia tahu yang menjadi maksudku. Tangannya kanannya yang kekar mulai melikar dipundakku yang duduk disebelahnya dan mulai merengkuhku untuk lebih mendekat lagi sampai kudengar dengus nafasnya yang memburu dan tercium olehku bau maskulin yang menjadi dambaanku selama ini.
Tanpa permisi atau basa-basi sedikitku bibirnya yang berkumis itu mendarat dipipiku dan terus ke arah telingaku yang makin membuatku makin salah tingkah, sampai tak terasa tanganku juga makin berani menyemtuh benda padat yang jadi dambaanku tadi, dan kurasakan begitu hangat, kenyal dan mengeras. Tanpa perintahnya langsung kubuka ikat pinggang baju dinasnya itu dan terus kutarik retsleting celananya, lalu kurogoh benda padat kenyal dibalik celana dalamnya, dan Woo ternyata gede banget sampai rasanya jari telunjuk dan ibu jariku tidak muat untuk menggenggamnya dan panjangnya kurang lebih ada 18 cm. OH ini benar-benar surprise bagiku bisa mendapatkan barang segede itu.
Tanpa kusadari, baju yang kukenakan juga sudah terbuka semua kancingnya sambil dia terus menciumi pipi, leher, punggungku dan terus menyelusur masuk ke arah dadaku yang memang mulus tanpa bulu sama sekali. Sampai dirasakan dia mulai gelisah ingin mengeluarkan pejuhnya. Aku dibimbingnya menuju sebuah kamar dengan tempat tidur yang ala kadarnya untuk tempat istirahat dan pakaianku mulai dilucutinya dan dia dengan sigap pula mulai melucuti pakaiannya sendiri sampai kami berdua benar-benar bugil. Kemudian dia mulai mencumbui aku lagi dan kudengar bisikannya.
"Aku pengin ngentot kamu"
"Oh, nggak mau Pak"
"Saya belum siap pak, gini aja aku hisap aja yaa "
Akhirnya aku duduk disisi tempat tidur itu dan dia berdiri dengan gagahnya dengan penis yang ngaceng penuh, aku masih sempat mengagumi keindahan bentuk tubuhnya yang mungkin saja sering latihan dengan ketatnya sehingga membentuk tubuh yang padat, liat, kekar dan gentle. Kemudian kumasukan batangnya yang besar dan panjang itu ke dalam mulutku sambil terdengar suara kecipak seperti ikan kehabisan air, karena memang begitu besarnya sehingga rasanya mulut ini tidak mampu lagi untuk menerima penisnya itu. Kudengar lenguhannya.
"Ooohh, dik, terus dik"
"Enak sekali dikk, oohh"
Sebetulnya aku sih nggak tega menolak permintaannya untuk mengentot aku, akan tetapi begitu melihat barangya yang super itu gede dan panjang, aku jadi ngeri deh. Walaupun lobangku sudah sering dimasukin penis, akan tetapi yang seukuran ini belum pernah kurasakan, sehingga aku memerlukan persiapan penuh untuk menerimanya.
Karena aku tidak mau dikentot, dan diapun tidak memaksanya, maka dia punya inisiatif dengan menelentangkan aku ditempat tidur dan kemudian diambilnya lotion dan dioleskan diantara kedua pahaku dan juga kepenisnya yang sudah ngaceng penuh itu, kemudian dia merebah diri diatasku dan menyuruhku untuk menjepit penisnya dengan kedua belah pahaku, dan diapun kelihatannya menikmati cara ini walaupun aku bertindak sebagai pihak yang pasif dan kurang bisa merasakan rangsangan yang hebat karena hanya bulu-bulu kasar diatas penisnya saja yang mengelitik penisku.
Sampai kudengar "Aaahh, aahh"
"Aduh dik, enak dik, aku mau keluar nih dik"
Sambil dia mempercepat gerakan naik turunnya diantara pahaku dan tak berapa lama kurasakan kejutan-kejutan dan rasa hangat, basah didaerah sekitar pantatku dan dia menggelosor menikmati orgasme yang baru dicapainya. Setelah beberapa saat dia rupanya baru sadar kalau menindihku dengan seluruh badannya yang kekar itu. Dan tahu kalau aku masih belum apa-apa, rupanya dia bukanlah tipe orang yang egois yang setelah keluar ya sudah, melainkan ganti dia yang mengocok penisku walaupun dia tidak mau menghisap penisku ataupun merangsang daerah lobangku, yang dilakukan hanya mencumbuku untuk daerah dada ke atas saja, walaupun aku tidak bisa merasakan kepuasan yang maksimal tapi aku sudah merasa bersyukur bisa bermain dengan orang yang mempunyai postur tubuh yang begitu kudambakan selama ini.
Dengan kocokan tangannya yang kekar dan hangat itu akhirnya membuatku juga mengelinjang-gelinjang keenakan dan mulai mendekati akhir perjalanan panjang dari pejuhku yang akhirnya memancar keluar diatas perutku, setelah melihat hal itu rupanya dia terangsang lagi dan penisnya yang tadi sudah mulai lunglai kini tegak menantang kembali dan aku harus mengempitnya untuk yang kedua kali, dan kali ini lelbih lama dari yang pertama tadi.
"Aaauucchh"
"Uuuhh, aahh"
Dan cret.. cret.. cret.. untuk yang kedua kalinya yang kurasakan dikempitan pahaku. Dan kepuasan itu berangsur-angsur menghilang dan aku bangun kukenakan pakaianku dan kulihat dia mash terkapar ditempat tidurnya dengan badan telanjang bulat.
Setelah rapi kembali dan kulihat hujan yang deras itu sudah reda, entah sejak kapan aku tidak tahu, tapi dalam hati aku berkata
"Hujan yang bersahabat denganku dan tahu akan keinginanku"
"Terimakasih hujan yang lebat, dan sekarang setelah selesai keinginanku dan terpuaskan dahagaku, jadi reda" lanjutku.
Segera kuhampiri Rudi yang masih ogah-ogahan bangun itu dan kubisikan ditelinganya, "Semoga sering hujan yang lebat seperti tadi yaa, supaya aku bisa berteduh disini lagi" katanya.
"Nggak nunggu hujan lebat juga nggak apa-apa, asal situasinya mengijinkan datang aja kesini," jawabnya.
"Boleh aku sering-sering kesini"
"Nggak mengganggu tugas jaga kamu"
"Ok, boleh, any time, kapanpun boleh kamu datang kesini," lanjutnya.
Setelah dia mengenakan pakaian dinasnya kembali, lalu dia mengantarkan aku sampai pintu depan dan segera kustater motorku dan kujalankan dan kulambaikan tanganku dan dia membalasnya dengan mencium telapak tangannya dan melambai padaku. Dalam perjalananku pulang aku nyanyi-nyanyi kecil dan bersenandung mengingat pengalaman yang baru saja kurasakan dan senyumkupun mengembang tanda puas atau apa lagi yaah. Nggak tahulah, pokoknya yaa itu tadi, enak banget.
Tamat