Cerita ini terjadi sekitar dua minggu yang lalu. Nama saya Ryan. Umur saya masih 21 tahun dan masih tercatat sebagai mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di Yogyakarta.
Saat itu aku dan dua orang temenku lagi kurang kerjaan banget, lalu ada inisiatif dari salah satu temenku..
"Gimana kalau kita ke Malioboro?"
"Yuk, mumpung lagi hari minggu nih"
Lalu kami mengendarai motor menuju ke jalan Malioboro. Sesampainya di sana kami pun tidak langsung memarkirkan motor kami, tapi kami sukanya berputar-putar dulu, lalu motor baru kami arahkan ke jalan Pasar Kembang, tempat prostitusi terkenal di Yogyakarta. Di kiri kanan jalan memang nggak ada PSK yang beroperasi, maklum lagi siang, kalau malam lumayan banyak, biasanya mereka terlihat di dalam bangunan, jarang ada yang mau keluar.
Setelah itu kamipun mulai memacu motor kami lagi ke jalan Malioboro sebagaimana tujuan kami. Lalu kami memilih tempat parkir yang agak sedikit sepi. Kemudian kami berjalan. Cewek-cewek yang berpakaian minim dan seksi yang dengan sengaja memperlihatkan anggota badannya tak terhitung banyaknya. Wah.. Enaknya kalau bisa ngentot sama cewek itu.., kataku dalam hati.
Tidak beberapa lama kemudian, aku melihat seorang wanita, mungkin kalau kutebak umurnya paling dibawah 30 tahun, dengan membawa seorang anak perempuannya, mungkin umurnya baru 8 tahun. Waktu itu sangat banyak pengunjung di Malioboro sehingga jalannya pun harus berdesak-desakan, aku sama teman-temanku pun terpisah oleh banyaknya pengunjung dan secara tak sengaja tangan kiri wanita itu menyentuh 'anu'ku, sedangkan tangan kanannya memegang tangan anaknya. Beberapa detik kemudian..
"Maaf Mas, nggak sengaja tadi kesentuh 'itu'nya?"
"Nggak apa-apa Mbak, kalau mau menyentuh lagi, sentuh aja lagi, saya nggak marah koq, malahan suka" kataku dengan tertawa.
"Yee, maunya"
"Mbak. boleh nanya nggak?"
"Apaa?"
"Koq ke Malioboro nggak sama suaminya, kan kalau ada yang memperkosa Mbak gimana tuh?"
"Yee.. Saya kan bisa jaga diri?"
Entah kenapa kayaknya aku sama dia jadi makin akrab aja, padahal haru saja bertemu, itupun tak sengaja.
"Mbak lagi cari apa nih?"
"Lagi cari sepatu buat si Fitri nih, o iya, kenalin saya Reni, dan ini anak saya, namanya Fitri"
"Ohh gitu, kalau saya Ryan" kataku sambil bersalaman sama Reni dan Fitri.
"Mau saya temanin nggak?"
"Boleh saja saja nggak ngerepotin Mas saja"
"Nggak koq"
Lalu akupun menemanin Mbak Reni dan anaknya mencari keperluan sekolah buat anaknya, sesampainya di dalam toko tersebut, Fitripun mulai memilih sepatu yang diinginkan. Setelah cocok dengan yang diinginkan si Fitri, Mbak Renipun membayarnya di kasir toko tersebut, lalu kami keluar dari toko tersebut.
"Mas ini sebenarnya mau cari apa sih di Malioboro?"
"Mau cari wanita yang seksi dan baik" kataku.
"Sudah dapat belum nih?"
"Sudah koq, nyantai saja"
"Mana dia"
"Ini di hadapanku" ternyata dia baru sadar kalau yang di hadapanku itu adalah dia sendiri.
"Eh Mas ini, bisa aja"
"Bener koq, Mbak Reni cantik, seksi lagi" Mbak Reni pun tersenyum mendengarnya.
"Lalu setelah ini Mas mau kemana nih?"
"Mau kemana ya, pulang aja kali, udah cape nih nemenin Mbak sama Fitri"
"Ohh.."
"Kenapa Mbak, kaya terangsang gitu"
"Nggak apa-apa"
"Kalau Mbak mau kemana nih?"
"Kalau saya sih, langsung pulang saja, mungkin udah ditungu sama ayahnya Fitri nih"
"O ya, boleh tau alamat Mbak nggak, kalau-kalau saja saya lewat rumah Mbak, kan bisa mampir?
"Boleh.. Nih alamat saya" sambil mengeluarkan kartu namanya dari dompetnya.
"Makasih ya sudah nemanin saya sama Fitri"
"Sama-sama, malahan saya yang seharusnya berterima kasih, karena sudah bisa berkenalan sama wanita yang seksi dan secantik Mbak ini"
"Ah Mas ini, bisa saja"
"Ya sudah Mbak, saya pulang duluan ya"
"Dadahh Fitri", salamku pada anaknya.
"Dadah juga Omm", balas Fitri, anaknya.
Lalu aku pun pulang sendiri, nggak tau temanku pada pergi ke mana, emang saya pikirin, kataku. Begitulah awal perkenalanku dengan Mbak Reni.
*****
Lalu pada suatu hari, langit sangat gelap di Yogyakarta, mau turun hujan nih, tapi aku masih 15 menit lagi baru nyampe kos, kemana ya, pikirku, nggak punya teman yang punya rumah/kos di dekat sini, dan tiba-tiba aku teringat akan Mbak Reni, kubuka dompetku, kulihat alamatnya, nggak taunya posisiku saat ini sangat dekat sama rumah Mbak Reni, bahkan dari tempatku sekarang sama rumah Mbak Reni paling cuma beda 10 rumah. Lalu akupun menuju alamat itu, sesampainya di sana aku langsung percaya diri nyelonong saja memasukkan motorku ke dalam pagar tersebut karena pagarnya terbuka begitu saja. Ternyata di sana sudah ada Fitri anak Mbak Reni.
"Halo Fitri", sapaku.
"Ehh Om Ryan, koq bisa tau Rumah Fitri di sini"
"Kan kemarin, Om kan dikasih kartu Mamah kamu"
"Ohh"
"Mamah mana?"
"Mamah lagi ke rumah sebelah tuh"
"Kalau Papah mana?"
"Papah lagi ke Surabaya"
Tidak beberapa saat kemudian hujan turun dengan lebatnya, aku pun duduk di ruang tamu, sedangkan Fitri lagi asyik sama mainannya. Lalu timbul pikiran jorokku, gimana kalau aku bisa making love sama Mbak Reni ya, mumpung suaminya lagi di Surabaya, di sela-sela lamunanku, tiba-tiba Mbak Reni datang dengan keadaan basah kuyup hingga bisa terlihat dengan jelas BH-nya karena dia memakai pakaian yang lumayan seksi.
"Oh Mas Ryan, tungguin ya, saya mau ganti baju dulu"
"Iya Mbak", jawabku lalu dia masuk kamarnya.
Aku yang sedang dalam kedaan gairah tinggi melihat ini adalah kesempatan besar. Aku masuk ke dalam dan langsung memeluk Mbak Reni. Mbak Reni berontak tapi aku dengan kuat terus memeluknya dari belakang hingga kemudian kudorong Mbak Reni ke tempat tidurnya dan kulucuti pakaiannya satu persatu.
"Ryan, kamu mau apa, jangan macam-macam lho!", bentak Mbak Reni, tapi aku yang sudah nafsu terus saja melucuti pakaiannya yang basah.
Dengan cepat aku melucuti pakaian Mbak Reni hingga terpampang jelas tubuhnya yang indah. Kuhisap langsung memeknya yang merah dan seakan minta di'suntik' dengan segera.
"Ryan, mmhh, geli Ryan. Jangan diteruskan Ann, mmhh", keluhnya dan aku masih tetap saja menjilati memek Mbak Reni.
5 menit kujilati memek Mbak Reni, setelah itu kupaksa Mbak Reni melayani kontolku dengan mulutnya sampai Mbak Reni muntah-muntah karena sepertinya memang baru sekali ini dia menagalaminya. Dan 5 menit berikutnya kupaksa kembali Mbak Reni melayani kontolku dengan memeknya.
"Ah, Mbak memeknya keset banget sih. Kan susah masukinnya!" ujarku karena kontolku baru masuk seperempat.
"Ryan jangan Ann, mmhh.."
"Pokoknya Mbak harus melayani saya sampai sore.."
"Jangan Ryan, aduhh sakit Ann"
Tetapi kontolku sudah tenggelam di kenikmatan yang tiada tara. Kupercepat tempo sodokanku, dan Mbak Reni menggeliat dengan keringatnya yang menetes.
"Ayo Mbak, mmhh"
"Mmhh, Ann, Ann"
Dia meronta lalu dihempaskannya tubuhku, kontolku mengayun saja setelah lepas dari memek Mbak Reni. Mbak Reni bangun dan berdiri dalam keadaan bugil.
"Ryan kamu harus bertanggung jawab, Mbak nggak terima kalau kamu yang main di atas"
Dipegangnya kontolku, dimasukkannya lagi ke dalam memeknya. Mbak Reni merem melek menahan kenikmatan kontolku yang lumayan besar.
"Ryan kontol kamu ueenak banget sih, Mbak genjot yah!"
"Iya Mbak, yang cepet ya Mbak"
Mbak Reni terus menggenjot kontolku, dan sekarang ganti aku yang merem melek.
"Uhh.. Ryan sayang, Mbak mau keluar", ujarnya.
"Keluarin aja Mbak", balasku.
"Gantian dong sayang, Mbak capek nih", ujarnya lagi.
"Mbak nungging yah, biar sama-sama enak", usulku.
Mbak Reni menuruti perkataanku. Lalu kucari lubang anus Mbak Reni, karena aku sama sekali belum merasa mau keluar. Kucoba menusukkan kontolku ke anusnya dengan pelan.
"Ryan jangan di situ sayang, Mbak belum pernah, sayang"
"Tenang aja Mbak dijamin enak deh!"
"Ann sakit Ann, ahh. Sakit Ann udah Ann" jerit Mbak Reni setelah kontolku sudah masuk setengah anus Mbak Reni.
"Enak kan Mbak kontolku?"
"He eh enak banget, tapi jangan cepet-cepet yah Ann" Lalu kuhentikan sejenak goyanganku dan..
"Terusin lagi dong Ann, tanggung nih"
Kuteruskan lagi permainanku, sekitar sepuluh menit kemudian aku merasakan ada yang mau keluar dari kontolku.
"Mbak, Ryan mau keluar nih.. Mo bareng nggak?"
"Mmhh, terusin aja sayang, kontol kamu enak banget sih, Mbak juga mau keluar nih.. Mmhh.."
"Mbak mmhh enak banget Mbak"
Tak lama kemudian di kontolku terasa ada rasa hangat yang luar biasa.
"Mbak juga keluar Ann, kontol kamu enak banget ya!"
"Memek Mbak juga luar biasa"
Aku memeluk Mbak Reni dengan erat sambil tiduran di sebelahnya tanpa melepas kontolku di dalam memek Mbak Reni.
"Ryan kamu udah merawanin 2 lubang Mbak. Kontol kamu tuh yang baru pertama kali ngerasain pantat sama mulut Mbak. Ternyata kamu hebat banget deh"
"Mbak, kapan-kapan boleh minta lagi ya!"
"Diatur sajalah, yang penting waktunya tepat"
"Makasih ya Mbak"
Aku dan Mbak Reni berciuman sebelum pulang, dan di ruang keluarga kulihat Fitri ketiduran dengan mainannya dan keesokan paginya kami melakukannya lagi, dan kami melakukannya selama 3 hari berturut-turut, selagi suaminya masih di Surabaya.
Tamat