Sebut saja aku Tanto. Pencuri? Ah sebenarnya bukan! Aku hanya bermaksud 'pinjam' tetapi kadang tidak bisa mengembalikan! Aneh bukan? Tetapi tetap saja sang empunya menuduhku pencuri! Celana dalam lagi.. Duh mungkin kalo dilihat sisi baiknya lebih baik daripada jadi pemerkosa.. Ah dasar pencuri selalu membela diri!
Sejak usia remaja aku punya kebiasaan (sedikit) aneh, yaitu menjadi penikmat celana dalam bekas pakai dengan bahasa kerennya 'used panties', atau celana dalam kotor alias 'dirty panty' wanita. Tetapi aku juga pemilih, artinya tidak semua celana bekas pasti aku cumbui, nggak seru dong!! Bisa-bisa yang di sampah juga mau! Nggaklah..
Aku hanya mau celana dalam yang jelas pemiliknya dan aku juga menyukai pemiliknya, bisa jadi suka karena seksinya, manisnya, pokoknya asal suka aja atau paling tidak bisa mendugalah bahwa si empunya pasti kusukai, misalkan di suatu rumah yang isinya terdapat cewek-cewek seksi yang semuanya aku suka, tentu kalo aku ambil celana dalamnya pasti milik salah satu dari mereka bukan? Biasanya sih kos-kosan puteri.
Satu lagi syarat kesukaanku adalah celdam yang baru saja dipakai dan belum direndam di dalam cucian, artinya bau 'kesegaran' kewanitaannya tidak boleh 'tercemar' bau-bauan lain misalnya pemutih ataupun detergent, so itu berarti pula ogah sama cewek yang masih datang bulan, nggak asyik!
Aku paling suka jika mendapatkan tempat pakaian kotor yang dalam keadaan kering, apalagi dalamnya penuh celana dalam dan bra, kaos dalam berikut baju-baju senam. Alamak.., pesta pora! Tapi kalau toh harus memilih, tentu celana dalam dong pilihan utamanya!, disamping lebih kusukai juga karena lebih gampang membawanya, dikantongi dengan dilipat-lipat kecil beres deh.
Kisah awalnya, dahulu aku mempunyai teman karib sebut saja Dudi, nah di belakang rumah Dudi dipakai kos putri, ada 6 kamar. Waktu itu aku masih anak ingusan pakai seragam putih dengan celana pendek biru, ya betul! Masih SMP! Kelas 2. Kos putri Dudi dihuni oleh Mbak yang cantik-cantik karena dekat rumah Dudi terdapat perkantoran, bank dan juga Mall, tahu sendiri kan?
Kira-kira bagaimana gambaran para penghuni kos Dudi? Hampir tiap hari sejak aku sekelas dengan Dudi di kelas 2 SMP, aku selalu bermain di rumahnya, maklum Dudi sering ditinggal pergi oleh orang tuanya, ayahnya ABK kapal dan ibunya punya toko pakaian di Mall sehingga jarang di rumah. Tentu ibu Dudi senang kalau aku sering berada di rumah Dudi, bisa menemani Dudi, sementara kakak-kakak Dudi ada 2 orang semuanya kuliah di kota lain. Malahan kadang Ibu Dudi meminta kepada orangtuaku supaya dibolehkan menginap di rumah Dudi. Wah! Asyik kan?
Lama-lama bosan juga bermain yang itu-itu aja, Nintendo, kartu, monopoli dll. Kos Dudi kalau siang memang sepi, ditinggal kerja oleh penghuninya, suatu ketika karena bosan maka kami bermain di area belakang yaitu tempat kamar-kamar kos yang hanya dibatasi tembok setinggi kepala orang dewasa, kami geli juga saat melihat jemuran yang melambai-lambai warna-warni seperti bendera di depan kamar-kamar kos. Ide gila meluncur begitu saja di benak kami. Bermain sambil memakai baju wanita, juga sepatunya. Kami berkejaran riuh dengan bunyi berklotakan! Tiba-tiba..
"Apa-apaan kalian ini? Nanti kalo baju Mbak-Mbak rusak atau kotor kalian saya laporkan sama Ibu ya!", hardik Mak Ijah yang melongok ke jendela belakang karena terganggu keributan dan kaget melihat kami memakai rok mini dan blus penghuni kos.
"Ayo kembalikan ke tempatnya!", serunya lagi.
Kami memang berhenti tapi dasar ABG, kami selalu saja mempunyai ide.
"Eh, kita main jadi wanita lagi yuk! Tapi jangan pakai baju yang di jemuran, nanti kalau kotor ketahuan", kata Dudi
"Kita pakai baju bekas yang sudah dipakai mereka aja, jadi nggak ketahuan kalau nanti kotor!", idenya lagi, aku mengiyakan.
Bergegas kami menuju keranjang pakaian kotor, Dudi mencoba korset, aku memakai daster, bahkan bra! Kami silih berganti mencoba semua baju yang ada di dalam keranjang pakaian kotor, kami tertawa-tawa tertahan, tetapi diam-diam di balik tawaku, ada perasaan berdebar yang membuat tanganku bergetar saat mengambil baju-baju itu. Setelah puas, kami kembalikan pakaian kotor itu ke tempat semula.
Tibalah saat tidur siang! Dudi sudah tidur telentang kecapean gara-gara mencoba sepatu hak tinggi punya (kalo tidak salah) Mbak Heny yang mempunyai kaki putih mulus, sedikit berbulu yang terlihat menjuntai dengan rok kerjanya yang mini.
Suasana sepi, Dudi seolah pingsan, Mak Ijah sibuk dengan tumpukan baju seterikaannya, aku mengendap-endap menuju area kos, semakin berdebar saja perasaan ini saat semakin mendekati keranjang pakaian kotor Mbak Lina. O ya, tidak semua keranjang pakaian kotor ada di depan kamar, kadang ada yang di dalam kamar, tapi ada juga yang meletakkan pakaian kotornya di dekat tempat cucian di dalam ember warna-warni. Mungkin biar gampang menandainya.
Satu persatu dengan tangan yang seolah tak terkontrol karena terus bergetar, aku keluarkan baju-baju itu dengan hati-hati dengan memperhatikan urutannya, jangan sampai dong mereka tahu! Kalau ada baju yang baru ganti eh.. Urutannya menjadi paling bawah, berabe!
DEG! Jantungku seperti berhenti berdetak saat aku mengangkat rok mini warna merah itu karena tiba-tiba ada sesuatu yang meluncur ke bawah mengenai ujung jari kakiku, ooh seperti mendapat mainan baru perasaanku saat itu. Terlihat celana dalam warna pink dengan renda-renda yang menawan dan pada bagian depannya terdapat seperti jaring-jaring yang dapat menyembulkan bayangan transparan area kemaluan Mbak Lina, iya benar Mbak Lina! Tertulis dengan spidol di celana dalam itu "Lina", hampir aku tidak bisa membacanya karena dadaku terus berdegub kencang hingga membuatku berkunang.
Mbak Lina adalah penghuni kos yang paling cantik, kulitnya putih bersih, matanya sayu menghanyutkan, tinggi semampai, betis dan payudaranya indah lagi kencang terlihat sewaktu memakai kaos ketat dan celana pendek ketat, pantatnya terlihat menungging seperti pantat bintang 'Tomb Raider' hingga sewaktu kulihat dari belakang garis celana dalamnya begitu tercetak jelas di bokongnya, apalagi saat harus membungkuk, Aduhai indah banget pemandangannya, sampai-sampai renda celana dalam yang terlipat itu bisa temaram terlihat saking kencangnya bokong Mbak Lina, rambut hitam lurus melebihi bahu, saat diikat ke belakang nampak kontras dengan lehernya yang putih itu.
Kubongkar semua isi keranjang itu dengan hati-hati, aku hitung celana dalam dan bra yang ada di dalamnya, ada 8 celana dalam dan 5 BH, semuanya mempunyai model yang berbeda-beda membuat mataku berbinar memandangnya. Ada yang model tali yang bisa dilepas sisi-sisinya, model transparan pada bagian pantatnya, model yang seolah hanya menutup bagian memeknya saja, uhk.., benar-benar bikin aku gemas abis!
Segera aku membawanya ke gudang, aku meletakkan 'daleman' itu di atas matras yang sering dijadikan alas senam para penghuni kos. Perlahan-lahan aku mulai mencium celana dalam dan BH itu satu persatu, ah tak terkira deh bagaimana gugupnya aku saat itu. Kubayangkan bau semerbak menyegarkan dari seluruh badan Mbak Lina, bau payudaranya yang menyenangkan saat kuhirup udara di dalam cup bra itu, persis orang menggunakan masker penutup hidung. Kulepas celana biru sekolahku dan kugantikan dengan celana dalam pink yang kutemukan pertama saat membongkar keranjang Mbak Lina tadi.
Di dalam gudang terdapat meja hias yang tak terpakai dengan cermin besar yang masih berdiri tegak, sehingga aku dapat melihat diriku memakai celana dalam juga bra Mbak Lina dengan leluasa, sungguh eksotik dan erotis! Bagian depan celana dalam terlihat jelas dari samping begitu menonjol saat bahan kain celana dalam yang lembut itu tidak dapat menahan desakan kontol mungilku yang demikian ngaceng, sementara dadaku yang kecil tak sebanding dengan mancungnya cup BH itu.
Aku mencoba satu-persatu celana dalam dan BH itu kemudian mengelus-elus kontolku yang mungil ini dengan kencang, seolah takkan kubiarkan celana dalam itu tanpa meningkalkan kesan. Aku benar-benar kesetanan! Celana dalam pink tadi sudah membungkus seluruh kontol mungilku, aku berganti memakai celana dalam warna hitam dengan ukuran yang sepertinya lebih gede dari yang pink tadi, baru sekarang aku tahu bahwa celana dalam pink tadi modelnya adalah mini, sedang yang hitam adalah midi.
Celana dalam hitam yang kupakai kujejali dengan celana dalam kotor Mbak Lina lainnya, ada yang di pantat, samping dan di dekat kontolku, bahkan hampir semuanya membungkus kontolku dengan erat. O ya, sementara BH-BH itu ada yang kupakai dengan ganjal 2 celana dalam warna putih pada cupnya, sedangkan yang lain kuikatkan di bahu dan leherku. Ampun! Betul-betul mabuk kepayang aku dibuatnya melihat hampir seluruh tubuhku digelayuti benda-benda paling pribadi dari Mbak Lina si cantik nan montok penghuni kos temanku Dudi.
Aku meremas-remas, menggesek-gesek, menciumi dengan gemas kain lembut warna-warni itu, ada rasa yang membuatku melayang-layang, apalagi renda-renda manis celana dalam transparan itu menggelitik mesra kepala kontolku, kadang celana dalam yang kukalungkan pada kontolku itu kutarik kuat-kuat hingga tangan dan kontolku seolah tarik-menarik dengan seru!
TIBA-TIBA! Ada perasaan geli yang mengalir ke seluruh kontolku, hingga kakiku terjinjit-jinjit dibuatnya, untung tembok di belakangku menahan badanku yang ngeloyor mundur. Kaget bukan alang kepalang aku saat merasa akan kencing tetapi terasa nikmat sekali rasanya! Kaget, karena aku mengira 'ngompol' sehingga aku berusaha menahan cairan yang mau keluar dari kontolku sekuat tenaga, waah! Tetapi justru aku mengejang dengan hebat berkali-kali dan.. "Sroot.. Sroot.. Sroot..!"
Ya ampun! Tak kuasa aku menahan cairan itu keluar, tanganku menekan kuat kontolku yang masih dibalut celana dalam pink itu dan memuntahkan cairan kental warna putih berkali-kali, diiringi lenguhan kenikmatan 'tiada tara'. Lemas, terduduk, berpeluh peluh aku setelah itu, pikiranku yang masih melayang-layang berusaha sadar saat kulihat beberapa celana dalam yang tadinya kusumpalkan pada mulut kontolku belepotan cairan putih kental dan berhamburan di lantai! Ternyata tanpa sadar aku melakukan masturbasiku yang pertama dengan stimulus celana dalam dan bra, sungguh benar-benar memberikanku kepuasan yang berlipat.
Selanjutnya setelah otakku kembali normal, seperti orang yang baru terjaga dari mimpi yang indah, aku mulai kebingungan dan ketakutan.
"Astaga, gawat nih kalo ketahuan!".
Takut ketahuan karena celana dalam itu banyak yang basah oleh spermaku, takut karena pada saat itu aku baru saja mengalami yang namanya orgasme dengan keluarnya sperma, aku pikir sperma itu adalah darah putih yang keluar karena kontolku terluka dalam akibat kuremas sejadi-jadinya tadi. Akupun belum pernah merasakan mimpi basah, tentu wajar bukan? Kalau aku ketakutan juga meskipun rasanya enak.
Sungguh pengalaman pertama yang takkan terlupakan, semua perasaan campur baur menjadi satu, hingga menjadi adonan kue yang mempunyai kelezatan tersendiri, yang sampai kapanpun akan membuatku terkenang. Lucu juga kenangan saat membersihkan celana dalam dan BH Mbak Lina yang belepotan spermaku itu dengan sangat berhati-hati, yang sekarang baru aku tahu bahwa sebenarnya itu tidak perlu dikuatirkan, karena setelah beberapa menit, sperma yang kental dengan warna putih itu akan berubah seperti cairan encer yang tak terlihat berwarna.
So kalau yang namanya celana dalam kotor cewek, tentu biasa dong agak terasa lembab, lagian ngapain sih si empunya memeriksa celana dalam kotornya? Baunya sperma? Ah hampir sama juga kok dengan baunya memek, toh kalo dicuci biasanya langsung dimasukkan air sabun! Jadinya nggak akan ketahuan, betul kan?
Bersambung . . . .