Sambil terus ku jelajahi dengan bibir dan lidahku perlahan aku mulai kembali menarik celana dalam itu, kali ini Anna mengangkat pantatnya dan terlepaslah pertahanan terakhir Anna. Gundukan bukit kecil dengan bulu-bulu halus yang tertata rapi menandakan Anna sangat memperhatikan daerah paling pribadinya ini, bibir vagina yang memerah dengan sebuah daging kecil tersembul di atasnya kini terpampang begitu dekat dihadapanku. Kutangkap tangan Anna yang berusaha menutupi benda indah itu, lalu kusentuh dengan sangat pelan dan penuh kelembutan. Anna mulai menikmati permainan ini, tubuhnya mulai rilex kembali tanda siap menerima aksi dariku yang selanjutnya.
Dengan pelan kubuka kedua paha Anna dengan tanganku lalu kutempatkan wajahku mengisi selangkangan itu, vagina itu begitu dekat dengan bibirku.
"Oohh.." Anna mendesis tangannya meremas rambutku yang berada diselangkangannya, ia begitu menikmati sapuan lidahku yang mengisi ruang kosong di antara kedua pahanya. Aroma vagina yang begitu kukenal membuatku semakin bernafsu ingin memberikan yang terbaik bagi gadis polos ini. Bulu-bulu halus disekitar bukit vagina menggelitik hidung dan bibirku, kucari dan kutemukan daging kecil pusat segala kenikmatan bagi Anna. Vagina itu begitu mungil dan indah dengan cairan hangat yang mulai keluar dari dalam rahim Anna dan bercampur dengan air liurku.Anna mendesah dan menggeliat merasakan sesuatu yang baru pertama ia rasakan dari seorang lelaki.
"Hoh.. Hoh.. Mass.. Anna ga tahan.. Udah Mas!" mulut Anna terus meracau, berbeda sekali dengan hari biasa yang memang begitu pendiam. Tiba-tiba saja Anna mencengkram erat rambutku dan membenamkan kepalaku lebih dalam ke selangkangannya, pantatnya mendongak keatas dan tubuhnya menegang. Sesaat kemudian kurasakan cairan hangat kembali keluar dari vaginanya dan kali ini lebih banyak dari sebelumnya.
"Mmas.. Reey.." aku tahu Anna mencapai orgamenya, dan aku terus saja menekan klitoris itu dengan lidahku, kulumat setiap tetesan cairan hangat yang keluar dari liang vagina itu. Cengkeraman Anna melemah dan akhirnya Anna terkulai lemas dengan nafas yang memburu, kulihat dada yang turun naik mengatur nafas dengan terengah. Kudekap erat tubuh Anna dan kembali kukecup kening gadis itu,
"Hh.. makasih Mas Rey.. tadi nikmat sekali.."
Beberapa saat lamanya ku dekap tubuh polos itu sambil terus tanganku memainkan puting susu yang mulai menegang kembali. Kini aku yang harus menikmati kehangatan itu, senjataku sangat tegang. Kalau saja aku tidak takut menyakiti perasaan Anna mungkin penisku sudah menyeruak masuk kedalam vagina sempit itu, tapi aku bersabar karena pada saatnya aku pasti mendapatkannya. Kubalikan tubuh Anna, sekarang tubuhnya menindih dan tengkurap diatas tubuhku, ia masih begitu lemas merasakan sisa kenikmatan yang baru saja ia alami. Ia tersentak kaget saat sesuatu yang tegang mengganjal tepat diperutnya
"Mas.. apa ini.. besar sekali.." Anna bergerak hendak menjauhkan tubuhnya dari tubuhku, tapi sebelum ia menyadarinya, tanganku mencengkram erat belahan pantatnya dan melingkarkan kedua kakiku menghimpit paha mulusnya.
"Jangan.. Mas.."
"Tenang sayang.. Mas Rey cuma mau merasakan yang seperti Anna rasakan, maukan Anna nolongin Mas Rey, please!" kembali ku kecup bibirnya.
"Mas Rey boleh kan ngapain aja? asal gak dimasukin kan?, Mas Rey bakal seneng banget kalo Anna mau mimi punya Mas Rey"
Anna menatapku, ia mengangguk kecil dan perlahan ia bergerak kebawah menuju perutku. Lama ia memandangi penisku yang semakin menegang saja, kemudian ia memegangnya dengan sangat hati-hati. Dengan agak ragu Anna mulai mencium kepala penisku lalu perlahan ia memasukan benda itu kemulutnya. Kakiku mengejang, darahku seakan mengalir lebih deras lagi saat kurasakan isapan demi isapan begitu nikmatnya. Anna berusaha memasukan penisku kedalam mulutnya tanpa canggung lagi, tapi penis itu begitu panjang sehingga ia hanya bisa mengulum setengahnya saja. Senjataku makin tegang tapi aku tak ingin segera mengakhiri permainan ini, kutahan dengan sekuat tenaga agar orgasmeku tidak datang terlalu dini.
"Mas.. kok gak keluar juga ya.." Anna menatap tajam mataku sambil melepaskan kulumannya.
"Kalo gitu udah dulu deh Ann, bibir kamu udah pegel kan, kita istirahat dulu deh" akhirnya kutarik tubuh Anna kembali sejajar terlentang dengan tubuhku.
"Sekarang Anna tengkurap deh, biar punya Mas Rey di gesekin ke pantat aja ya?" Anna membalikan tubuhnya dan tengkurap dengan memeluk bantal, sedangkan aku bergerak keatas tubuhnya dan menghimpitkan penisku ke belahan pantat kenyal itu.
Kutelusuri tengkuk indah itu dengan bibirku, ciuman dan gigitan kecil rupanya membangkitkan kembali gairah pada diri Anna, ia mulai mendesah kecil. Kadang kusapukan lidahku kearah ketiak dan dinding payudara sebelah luar. Kuposisikan penisku tepat di belahan pantat Anna lalu kugesek dan kugesek pelan.
Sebenarnya bisa saja aku mencapai orgasme dan memuntahkan cairan yang mendesak hendak keluar dari saluran penisku, tapi aku tak mungkin menyia-nyiakan kesempatan yang mungkin hanya sekali seumur hidupku untuk mendapatkan keperawanan Anna yang masih suci. Naluri kelelakianku mengatakan aku harus menyelesaikan permainan ini dengan merasakan kelembutan himpitan kulit vagina gadis ini.
"Ann.. kayaknya gak mau keluar juga deh.. hh" Aku berbisik sambil terus mencumbu leher Anna.
"Ya.., gg.gimana dong Mas.."
"Ann, kalo kontol Mas Rey di gesekin ke memek kamu mungkin bisa cepet keluar, boleh ga?"
"Tapi di gesek aja.. Mas.. ya..jangan di masukin!"
"Iya.. sayang.." aku tidak tahu apa yang kujanjikan yang jelas Anna memberikan lampu hijau untuk aku bertindak lebih jauh.
Anna membuka kakinya sambil terus tengkurap dan aku mulai menurunkan kepala penisku menuju celah yang berada di sebelah dalam pantat kenyal itu. Gesekan lembut kepala penisku merayap menyentuh anus dan terus menggesek liang vagina yang basah itu. Bulu-bulu halus itu menambah sensasi kenikmatan yang kurasakan, lubang itu begitu licin dan basah.
Kini tubuh itu telah berada dalam kekuasaanku, desahan kecil kembali terdengar dari mulutnya, aku tahu ia begitu menikmati permainan ini dan menginginkan lebih dari sekedar gesekan kecil saja. Sambil tak henti tanganku memainkan gumpalam daging yang menonjol didada gadis ini perlahan ku balikan tubuh Anna, kini tubuh kami saling menyamping dengan posisi tubuhku tetap berada di belakangnya. Posisi ini memudahkan tanganku untuk lebih leluasa menjamah dan mengeksploitasi bagian depan tubuh gadis ini. Hembusan nafasku yang begitu dekat dengan telinga Anna membuat tubuhnya semakin merasakan sensasi kenikmatan. Tangan kananku merayap menuju vagina yang mulai terbuka, kusentuh dan ku cari lagi klitoris yang menyembul dalan liang itu. Tekanan jariku dari arah depan dibarengi dengan gesekan senjataku dari belakang yang gencar menyentuh belahan bibir vagina yangbasah itu.
"Mas.. sudah.. Mas.. jangan.., aku gak kuat lagi.." Anna merintih menyuruhku menyudahi permainan ini, tapi naluri kewanitaannya berkata lain karena dengan reflek ia semakin membuka lebar kedua pahanya. kuposisikan kaki kananku diantara kedua kakinya, sehingga kini selangkangan Anna terbuka dengan lebar.Kembali kugesekan kepala penisku menyentuh belahan vagina basah itu, tapi kali ini dengan sedikit dorongan yang mengarah keatas sehingga dengan perlahan kepala penis itu menyeruak memasuki belahan vagina Anna yang memang licin. Sesaat ujung penisku berada dalam himpitan lubang yang basah itu, lalu kutarik dan ku benamkan lagi dengan pelan, aku ingin mempermainkan rasa nikmat gadis ini. Mendapat perlakuan seperti itu Anna semakin mengejang kedua tangannya kini mencengkram erat rambutku yang masih berada di belakangnya.
"Hh.. Maas.." lenguhan panjang terdengar dan Anna mencengkram semakin kuat, rupanya ia tak tahan dengan perlakuanku yang memasukan kepala penisku saja karena saat kudorongkan kembali pantatku, Anna menyambutnya dengan lebih menyodorkan pantatnya ke belakang sehingga penisku amblas kedalam liang yang rapat itu. Berakhirlah pertahanan gadis suci ini, kurasakan sesuatu yang kenyal menahan ujung penisku, lalu penis itu menyeruak masuk mengisi liang itu. Setelah saling diam beberapa saat akupun mulai beraksi menyodok dan menarik penisku melalui vagina itu. Kocokan pelan dan berirama terkadang semakin cepat dan cepat lagi, nikmat dan rapat sekali vagina yang masih perawan ini kurasakan.
"Gimana sayang.. lebih nikmat kan?" Anna menjawab pekataanku dengan desahan yang semakin memburu.
Lalu kuganti posisi ku, dengan tanpa mencabut penisku kuputar tubuh kami sehingga kini aku berada diatas tubuh Anna. Anna memeluk dan mencengkram punggungku merasakan setiap sentakan dari pantatku, ia mulai paham dengan ikut menggoyangkan pantatnya seirama dengan sodokan pinggangku. Wajahnya memerah dan bibirnnya yang seksi terbuka lebar, segera kulumat bibir terbuka itu dengan pagutan dan iapun membalasnya dengan penuh nafsu.
" Hooh.. Mass.. Mass.."
"Kenapa sayang.. nikmat kan..?"
".. En.. enak.. Mas.." kuangkat dadaku dan ku topang dengan kedua tanganku menambah tenaga untuk kembali menyodok vagina itu, kulihat ekpresi Anna begitu cantik dengan mata terpejam dan bibir yang terkadang ia gigit kecil.
Gesekan demi gesekan semakin terasa nikmat, sesaat kemudan kulihat wajah Anna memerah, dan mendongak keatas, kurasakan kakinya melingkar erat dikedua pahaku, aku tahu ia akan segera mencapai klimax.
"..Tahan sayang.. sebentar lagi.."
"Aku.. aku gak kuat Mas.. aku mau.. kelluar..". kupercepat sodokan pantatku untuk segera mengimbangi orgasme yang dirasakan Anna. kupeluk erat tubuhnya kurasakan semburan hangat membanjir di selangkanganku dan setelah itu akupun menyemburkan lahar panas yang kutahan dari tadi.
"Oohh..!" lengkingan panjang keluar dari mulut kami secara bersamaan, cairan hangat membasahi rahim Anna dan akhirnya tubuhku terjerembab diatas tubuh Anna yang terkulai lemas.
"Terima kasih sayang.."
Lama kupeluk tubuh Anna sambil merasakan sisa kenikmatan yang baru saja kami alami,
"Maafkan Mas Rey sayang, Mas Rey gak bisa nepatin janji.." setengah merayu kubisikan kata-kata itu
"Gak apa-apa kok Mas, Anna juga salah.." masih saling berpelukan akhirnya kami tertidur dalam kelelahan.
Tengah malam aku terbangun dan kulihat tubuh polos Anna tertidur begitu cantik, cairan kental yang mulai mengering masih keluar perlahan melalui bibir vaginanya bercampur dengan tetes darah yang mengering.
"Maafkan aku sayang.." Kukecup dan kutinggalkan ketempat tidur untuk membersihkan sisa lendir yang melekat diselangkanganku. Baru saja aku hendak keluar kamar mandi setelah membersihkan diri, tiba-tiba Anna masuk dan memeluk tubuhku.
"Mas Rey jahat ninggalin Anna sendiri.."
"Ga pa pa sayang.. Mas ga kemana-mana kok" kembali kupeluk tubuh Anna dan kami mandi bersama.
Selesai mandi kami melakukannya lagi, kali ini Anna benar-benar menumpahkan segalanya. Berbagai posisi ia ingin mencobanya, segala apa yang ia lihat di film BF ia praktekan kepadaku malam itu. Seakan tak pernah puas akupun melayani gelora gadis ini. Jam sembilan pagi baru kami keluar dari hotel itu setelah terlebih dulu melakukan sex kilat dengan telah berpakaian rapi, kami melakukannya sambil berdiri dengan tubuh Anna bertumpu pada meja kamar hotel itu. Anna pulang dengan naik taksi dan aku sendiri membawa mobilku menuju rumah dengan senyuman kepuasan.
Seminggu sejak kejadian itu aku dan Milla menghadiri pesta pernikahan Anna dengan Alfi yang begitu meriah. Kulihat keceriaan di wajah kedua mempelai itu, tapi dibalik semua itu kulihat kegelisahan pada tatapan Anna saat aku memberikan ucapan selamat kepada keduanya.
Tamat