Metro City, America, 1922
Sun Lin, yang juga dikenal sebagai Jade Dragon meluncur melewati atap, bergerak lincah dari gedung ke gedung. Di bagian kota ini, semua gedung-gedungnya sangat rapat sehingga mudah untuk dilompati. Dengan mudah ia melompati celah diantara gedung-gedung itu dengan kakinya yang kuat.
Sun Lin adalah seorang aerialis yang terlatih, dibesarkan oleh kumpulan sirkus yang telah terbiasa melakukan atraksi udara. Ia tidak mendapatkan sedikitpun kesulitan dengan tubuhnya yang kuat tetapi sangat indah terbentuk. Ia lebih memilih untuk bergerak diantara gedung-gedung tinggi. Ketinggian memberinya beberapa kelebihan. Pertama, ia dapat melihat datangnya bahaya sebelum bahaya itu datang. Kedua, itu memberikannya elemen kejutan dalam menghadapai musuh-musuhnya. Ketiga ia dapat bergerak lebih aman dalam melanjutkan aksinya memerangi kejahatan. Sun Lin memilih nama Jade Dragon berdasarkan latar belakangnya.
Namanya Lin, adalah bahasa mandarin untuk Giok. Dan dia dilahirkan pada tahun 1904, tahun naga dalam tanggalan China. Kedua orang tuanya tiba di America sebagai anggota sirkus keliling. Mereka sangat terpukau dengan amerika sehingga akhirnya memutuskan untuk menetap. Sun Lin telah menjadi bagian dari sirkus kedua orang tuanya dan dia telah menghabiskan sebagian besar masa kecilnya dalam atraksi kawat udara.
Sun Lin yang tidak menyukai kehidupan sirkus akhirnya meninggalkan keluarganya pada umur 15 tahun untuk mengejar impiannya. Ia meninggalkan sepucuk surat pada kedua orang tuanya yang berisi terima kasihnya atas kasih sayang mereka selama ini dan pergi untuk mengejar impiannya. Namun, bagi seorang gadis Asia di tanah asing, mencari kerja bukanlah sesuatu yang mudah baginya.
Dia baru saja akan pulang ke sebuah kamar kumuh yang dihuninya ketika sesuatu yang akan mengubah jalan hidupnya terjadi. Malam itu sangat gelap, hujan dan dingin dimana secara kebetulan ia melewati sebuat gang yang gelap. Ketika melewati gang itu ia mendengar suara teriakan yang redup yang diikuti dengan gumaman seperti orang yang sedang dibekap. Mulanya ia tidak berniat berhenti, tetapi, sesuatu dalam dirinya membuatnya berbalik dan mengintip ke dalam gang itu. Disanalah ia mendengar rintihan suara seorang dalam bahasa mandarin. Suara itu sangat lemah yang membuatnya tidak yakin akan yang ia dengar. Tanpa berpikir, ia memasuki gang itu.
Ia baru berjalan beberapa meter ketika seorang lelaki besar menghadangnya. Ia berdiri hampir 6 kaki tingginya, bahunya bidang. Ia memakai jas hujan yang kumal. Mukanya terhalang oleh topinya yang turun menutupi sebagian matanya. Namun, lampu jalanan sempat bersinar dibagian muka sebelah kirinya yang menampakan sebuah wajah yang kasar tak terawat dengan sebuah cacat besar dipipinya.
"Wah, lihat siapa ini?" gumam si besar.
"Korban berikut?"
Melihat melewati si Besar, Sun Lin melihat seorang lelaki lagi. Lelaki ini lebih kecil dari si Besar, dengan wajah yang seperti tikus, dan dipenuhi cacat seperti bekas cacar. Ditangannya dia memegang sebuah pisau kecil yang menempel di leher seorang lelaki China tua.
Ia tidak mempunyai waktu untuk berpikir lebih jauh ketika si Besar mendekatinya dengan garang. Ditangannya ia memegang seutas tali. Terlihat jelas tujuannya yang ingin mengikat dan mencekiknya. Sun Lin tidak khawatir, walau si Besar jauh lebih besar daripadanya, dia tidak melihatnya sebagai suatu ancaman besar. Bagian dari latihannya semasa kecil adalah seni bela diri China, Wu Shu. Ia dapat melindungi dirinya sendiri dengan baik menghadapi lawan yang hanya mengandalkan kekuatan otot seperti si Besar.
Ia membiarkan si Besar masuk ke dalam jangkauannya, ketika ia dengan santainya mendekatinya, Sun Lin melompat tinggi ke udara, lompatannya mencapai muka si Besar, kakinya yang kuat menendang muka si Besar bagaikan sambaran petir. Tendangannya mengenai si Besar tiga kali hanya dalam sekilas mata. Tak sadarkan diri, si Besar langsung jatuh ketanah.
Setelah membereskan si Besar, Sun Lin mengarahkan perhatiannya pada kawannya yang lebih kecil. Melihat temannya yang besar tadi roboh hanya dengan satu gerakan cukup untuk menghilangkan nyalinya dan membuatnya lari terbirit-birit.
"Anda tak apa-apa pak?" kata Sun Lin kepada kakek tua tadi.
"Terima kasih nak, rasanya saya tidak apa-apa. Mereka menyerang saya dari belakang sebelum saya mempunyai kesempatan untuk membela diri" katanya kakek tua itu kepadanya Sun Lin berpikir dalam hati, apakah yang dapat dilakukan kakek tua ini melawan dua berandalan tadi, tapi, semua itu disimpan dalam hatinya.
"Boleh saya menolong anda pulang?" tawaran Sun Lin
"Terima kasih nak, rumah saya tak jauh dari sini. Saya berterima kasih atas tawaran nak." balas kakek tua tadi.
Setibanya di rumah sang kakek. Kakek tua itu menunduk kepadanya.
"Maafkan saya, kejadian tadi membuat saya lupa akan tata krama. Nama saya Zhou Jin. Saya selamanya berhutang budi kepada anda"
Sun Lin membalasnya, agak tersipu malu dengan penghargaan Zhou Jin.
"Terima kasih kakek. Nama saya Sun Lin. Saya hanya melakukan apa yang seharusnya saya lakukan." balas Sun Lin kepadanya.
"Mari masuk sebentar, gadis pemberani sepertimu layak untuk mendapatkan imbalan," kata si Kakek kepada Sun Lin.
Walau beberapa kali menolak tawarannya dengan dalih apa yang dilakukannya hanyalah hal kecil belaka, kegigihan si Kakek akhirnya meluluhkan hati Sun Lin. Ia pun menyetujui untuk masuk sebentar ke dalam rumah kakek tadi. Memasuki rumahnya yang besar dan megah, seorang pelayan menyambut mereka. Sang pelayan tadi atas perintah kakek tua mengantarkan Sun Lin ke dalam ruang tamunya dimana Sun Lin membersihkan dirinya yang masih basah akibat kejaidan sebelumnya.
Sun Lin mengamati sekitarnya, jelas baginya bahwa kakek ini adalah seorang yang sangat kaya. Kembali sang pelayan datang membawakan minuman dan makanan kecil. Ketika Sun Lin sedang menikmati hidangannya, datanglah kakek tadi yang menghampirinya dan duduk di hadapannya.
"Saya harap anda merasa nyaman saat saya tidak ada, butuh waktu lebih dari yang saya perkirakan untuk menyembuhkan diri saya"
"Anda sangat baik sekali, tetapi, saya benar-benar harus pulang," kata Sun Lin kepadanya.
"Kalau boleh saya bertanya, apakah ada yang menantikan kepulanganmu?" timpal kakek tadi
"Tidak, saya tinggal sendiri," jawab Sun Lin.
"Kalau begitu, saya tidak melihat ada alasan mengapa nona tidak tinggal sedikit lebih lama disini, semoga tawaran saya tidak menyinggung nona" tawaran kakek tua
"Tidak. Kebaikan anda sudah lebih dari yang saya harapkan. Tetapi, saya benar-benar harus segera pulang" kata Sun Lin dengan halus menolak tawaran Kakek tua tadi.
"Kau baru saja menyelamatkan nyawa saya. Saya selamanya berhutang budi kepadamu. Sungguh ceroboh untuk keluar sendiri seperti tadi. Saya dapat melindungi diri saya seandainya saja mereka tidak menyerang dari belakang. Nona telah melakukan hal yang mulia dan saya ingin mencari cara untuk membalas budi nona," tutur si Kakek.
"Tidak perlu, hal itu telah menjadi kewajiban saya," kembali Sun Lin menolak tawaran sang Kakek.
Tetapi sang kakek bersikeras mengajak Sun Lin untuk memainkan sebuah permainan. Zhou Jin memegang sebuah batu kecil dan mengenggamnya dalam telapak tanganya. Dia menjulurkan telapak tangannya kehadapan Sun Lin.
"Ambilah batu ini dari tangan saya," pintanya.
"Tapi, saya takut akan melukai anda apabila saya melakukanya, anda.. anda.." Sun Lin sedikit ragu untuk melanjutkan.
"Tua? Yah, saya memang tua, tetapi tenanglah, nona tidak akan melukai saya. Sekarang, ambilah batu ini" Si Kakek melanjutkan.
Sun Lin lalu mencoba untuk membuka kepalan sang kakek. Ia berharap untuk tidak melukai kakek ini. Tetapi, semakin lama, ia semakin mengerahkan tenaganya dan tetap tak dapat melepaskan satu jaripun dari genggaman si kakek.
"Saya tak dapat membukanya kakek, anda terlalu kuat" aku Sun Lin.
"Sekarang peganglah batu ini" pinta si Kakek.
Sun Lin mengambil batu itu, mengenggamnya erat-erat. Dia menunggu Zhou Jin untuk mengambilnya. Keraguan sempat terbersit di benaknya, apakah Zhou Jin cukup kuat untuk membuka cengkeramannya. Tetapi Zhou Jin hanya menepak tangannya dan batu itu telah berada di tangannya.
"Ada lebih dari sekedar teknik dan tenaga dalam Wu Shu" ujar Zhou Jin .
"Ketika kau menghadapi berandalan tadi, aku melihat kemampuanmu. Nona sangat berbakat untuk ukuran gadis seusia nona" lanjutnya lagi.
Sun Lin mengangkat alisnya dan berpikir apakah kakek tua ini tahu tentang ilmu bela diri China yang tergolong langka ini?
"Ah, nona pasti terkejut dengan pengetahuan saya tentang ilmu bela diri ini. Saya sendiri adalah seorang ahli Wu Shu. Benar, kemampuan saya telah berkurang seiring dengan usia saya, tetapi saya melihat potensi dalam diri nona, lebih dari semua orang yang saya amati selama 90 tahun hidup saya" penjelasan Zhou Jin.
"Tolong pikirkan baik-baik. Tinggalah disini dan bergurulah pada saya, semua barang-barangmu dapat diantar kemari. Potensi
Nona dapat lebih dikembangkan. Saya berharap anda mempertimbangkannya" pinta Zhou Jin Sun Lin pun akhirnya menyetujuinya.
Sejak saat itu berlatih dibawah bimbingan Zhou Jin yang membawa ilmunya ketingkat yang lebih tinggi. Materi tidaklah menjadi masalah bagi Sun Lin. Kekayaan Zhou Jin cukup untuk membuatnya menikmati hidup tanpa harus bekerja. Semua pelayanan yang hanya bisa dimimpikan Sun Lin kini menjadi kehidupannya sehari-hari.
Dua tahun telah lewat. Dengan bimbingan Zhou Jin, Sun Lin kini menjelma menjadi seorang wanita yang sangat cantik, dewasa, dan memiliki ilmu yang sangat tinggi untuk ukuran wanita seusianya. Dengan matanya yang hijau Sun Lin sangat cocok dengan namanya.
Beberapa hari menjelang usianya menginjak 18 tahun, Sun Lin berniat untuk melakukan lebih dari sekedar berlatih setiap hari.
Ia ingin menjadi seorang superhero yang berpatroli dalam jalanan gelap, menolong orang yang membutuhkan pertolongannya. Ia mengutarakan niatnya pada Zhou Jin yang mendengarkannya dengan penuh perhatian dan kesabaran.
"Jadi, kau berniat untuk menjadi seorang jagoan, yang menolong orang yang lemah?" tanya Zhou Jin.
"Ya. Saya ingin melakukan sesuatu yang penuh petualangan dan tantangan. Dan lingkungan ini sangatlah mendukung. Saya tidak akan pernah diterima dalam lingkungan ini apalagi sebagai seorang gadis Asia, kecuali dalam bidang ini. Mungkin saya dapat mengubah pandangan mereka tentang Asia" jelas Sun Lin.
"Tetapi, kau dapat terluka, atau mungkin terbunuh. Tetapi saya tidak akan menghentikanmu. Kau dapat pergi dari sini kapanpun kau mau. Pekerjaan yang kau pilih sangatlah terhormat. Saya akan sangat tersanjung apabila kau tetap mau tinggal disini." pinta Zhou Jin.
Dari situ, dimulailah kehidupan baru Sun Lin sebagai pemerang kejahatan. Ia telah memilih identitas baru dengan kostum yang sesuai untuk pekerjaanya, yang terbuat dari sutera yang ringan dan kuat untuk memberinya mobilitas yang dibutuhkanya. Ia memakai topeng yang menutupi sebagian wajahnya untuk menutupi identitasnya dan menambah nuansa misteri bagi pekerjaanya.
Keahlianya yang semakin hari semakin terlatih seiring dengan profesinya telah menjadikanya seorang pemerang kejahatan yang semakin diperhitungkan dalam dunia kriminal. Tidak sampai beberapa lama, seiring dengan berjalannya waktu, Sun Lin telah semakin menguasai profesinya baik dalam kemampuan maupun kesiapan mental. Namanya yang semakin hari semakin terkenal seiring dengan jumlah kejahatan yang telah dihancurkannya semakin bertambah.
Tak disadari olehnya bahwa namanya telah menguncangkan dunia kejahatan semakin banyak bos-bos sindikat kejahatan yang ingin membalas dendam atas perlakuannya terhadap mereka. Dan tanpa disadari Sun Lin, seorang bos yang amat berpengaruh, telah merencanakan sesuatu yang membahayakan bagi dirinya, sebuah perangkap..
Bersambung . . .