Pada abad pertengahan di tanah Jawa, terlihatlah berpuluh-puluh tentara Manchuria dari kerajaan Qing (nama kerajaan di China). Mereka membawa obor dan masuk ke dalam sebuah goa. Setelah lama berjalan didalam goa mereka mendengar suara aneh, lalu mereka semua mengeluarkan pedang mereka. Tiba-tiba mereka melihat sebuah sinar besar yang menyilaukan mata. Mereka lalu berteriak kesakitan dan terbantai tanpa mengetahui apa yang terjadi.
*****
Beberapa ratus tahun kemudian, didataran Mongolia, terlihat sebuah desa. Desa itu dikelilingi oleh padang gurun. Beberapa kilometer dari desa itu terlihat beberapa truk dan beberapa orang asing menggali tanah didaerah itu. Salah seorang dari mereka berteriak,
"Berhasil!! Kita menemukannya"
Semua orang langsung berlari ke arahnya dan menemukan sebuah batu kuno berukiran bahasa Mongolia kuno. Seorang wanita asal Prancis memberikan pria itu sebuah kunci berbentuk kotak dan pria itu memasukan kunci itu ke lobang dari ukiran di batu itu. Tiba-tiba tanah disekitar pria itu terbuka dan ia sendiri jatuh ke dalam tanah. Wanita itu langsung mengeluarkan teleponnya dan menghubungi seseorang, lalu ia pun loncat masuk ke dalam lubang itu. Dengan berbekal lampu senter beberapa orang asing lainnya pun ikut masuk.
Ternyata di dalam tanah itu terbangun sebuah bangunan besar seperti makam untuk raja atau bangsawan. Mereka akhirnya menelusuri lubang itu. Setelah setengah jam berjalan mereka menemukan sebuah peti mati. Seorang pria gendut berasal dari Amerika langsung melempar dinamit dan meledakan peti mati kuno itu. Tengkorak dari peti mati berceceran keluar. Tak lama kemudian terlihatlah peti kecil didalam peti mati itu.
Seorang pria tinggi dan kekar asal Amerika memerintah agar bawahannya mengambil peti itu. Beberapa bawahannya menyentuh peti itu dan tiba-tiba ratusan anak panah melesat keluar dari dindng dan membunuh mereka semua. Setelah anak panah itu habis pria tinggi itu membuka peti itu dan tampaklah sebuah gulungan kertas kuno. Ia lalu mengambil kertas itu dan segera keluar dari lubang itu bersama bawahan lainnya. Sesampainya ia diatas, terlihat ratusan warga membawa kapak dan cangkul menyerangnya.
"Kami tidak akan membiarkan barang pusaka kami dirampas oleh orang asing sepertimu".
Warga asing itu langsung kabur. Beberapa lama kemudian datanglah helikopter dan menjemput pria tinggi dan wanita Prancis itu. Sedangkan semua bawahan lainnya mati terbunuh.
Kejadian itu tersebar dimana-mana dari televisi hingga ke radio dan polisi tidak sanggup melacak siapa dan dimana pria itu. Begitu mendengar berita di televisi, aku menutup televisi dan pergi mandi. Namaku adalah Adi Santoso. Aku adalah sejarahwan yang mempelajari bahasa kuno seperti bahasa Sansekerta. Aku bekerja di musium Fatahillah di Jakarta. Gajiku kecil dan pekerjaanku hanyalah sebagai satpam. Pihak musium tidak memerlukan penterjemah bahasa kuno.
Pada suatu malam aku pulang kerumah tiba-tiba terlihat seorang wanita bule berdiri di depan pintu rumahku. Tetanggaku semua tersenyum dan saling berbisik-bisik. Aku pun turun dari bajaj dan berkata kepada wanita itu.
"Sorry, I don't need hooker. Please leave my house".
Lalu wanita itu menamparku, "I'm here for giving you a new job"
Mendengar bahwa ada pekerjaan baru maka hatiku menjadi senang dan berterima kasih serta meminta maaf sebanyak mungkin. Namun cewek bule itu masih marah dan menyuruhku mengikutinya ke dalam mobilnya. Aku tidak peduli gosip apa yang akan dibuat oleh tetanggaku, demi uang aku masuk ke mobil itu dan diantar sampai ke restoran di hotel Borobudur. Saat aku masuk terlihat seorang bule menantiku. Badannya kekar dan terlihat seperti berumur 40-an.
"Hai, namaku John Wolfgang dari Amerika, senang berkenalan denganmu."
Aku jadi kaget karena ia dapat berbicara bahasa Indonesia seperti layaknya saya berbicara. Ia pun berbincang-bincang dan menawarkan aku pekerjaan dengan gaji setengah juta per hari. Aku langsung kaget karena gaji itu jauh lebih besar dari gaji lamaku. Ia lalu mengatakan bahwa ia perlu penerjemah bahasa kuno seperti Sansekerta. Aku langsung kaget darimana ia tahu semua hal itu. Lalu akupun menyetujuinya dan ia menyuruhku untuk langsung ikut dia pergi. Aku tidak diijinkan pulang untuk bersiap-siap. Ia hanya berkata bahwa aku mulai kerja dari malam itu juga.
Aku lalu dibawa ke Ancol dan naik ke sebuah kapal besarnya. Baju, makanan semua telah dipersiapkan untukku. Aku langsung bergabung dengan tim yang telah dipersiapkan. Tim ku terdiri dari lima orang. Aku sendiri, seorang pria gendut asal Amerika bernama Tom yang ahli dalam bahan peledak, seorang pria asal korea bernama Sung Yong yang ahli dalam bagian telekomunikasi, seorang wanita asal rusia ber-rambut jabrik dan dicat putih. Ia bernama Nataly. Dan yang terakhir adalah wanita asal Amerika berketurunan Prancis yang menamparku. Ia adalah supervisor dari tim dan tugasnya adalah mengatur tim. Namanya adalah Kelly.
Akhirnya setelah makan malam kami semua kembali kekamar untuk tidur. Kamarku berada tepat disamping kamar Kelly dan saat aku masuk kamar ia melototiku dan masuk ke kamarnya dengan membanting pintu. Aku lalu berpikir, "Kerja dengan supervisor yang membenciku, nasibku memang selalu sial".
Lalu aku masuk kekamar dan tidur. Pada pagi berikutnya kapal pun mendarat dan timku mulai bergerak. Saya baru sadar bahwa saya sudah berada di Jawa Timur. Setelah John memberikan surat perjalanan kepada polisi setempat akhirnya kami melanjutkan perjalanan. Akhirnya kita berjalan sampai ke sebuah hutan. Lalu terlihatlah sebuah candi besar. Lalu kami masuk ke dalam candi itu. Aku menjadi heran karena John hampir tahu semua jalan masuk ke dalam candi.
Setelah beberapa lama ia melihat sebuah obor, lalu ia menuangkan minyak dan menyalakannya. Setelah itu ia mematikan obor itu lalu menyalakannya lagi. Aku menjadi heran apa yang sedang ia lakukan. Setelah ia melakukannya berulang-ulang sebanyak lima kali. Ia mematikan api obor dan memutar obor itu ke bawah. Tiba-tiba dinding rahasia terbuka. Lalu Kelly masuk ke dalam dan mengambil sebuah kotak. Tiba-tiba saat kotak diambil candi itu bergetar dan kami semua lari keluar. Lantai candi itu roboh dan Kelly jatuh ke dalam, namun ia berhasil melempar kotak itu ke Tom dan diselamatkan. Tangan Kelly berusaha memegang erat batu disekitar agar tidak jatuh kebawah lubang, namun gempa yang kuat membuatnya makin terperosot.
Melihat hal itu aku langsung terjun kebawah dan menolongnya. Aku menariknya kuat-kuat ke atas dan berhasil. Pada saat ia naik, tanpa sengaja ia memelukku dan dadanya yang besar montok menekan di dadaku. Otomatis penisku berdiri dan nonjol menyentuh celana jeansnya. Ia merasa sadar dan melihatku. Wajahku langsung berubah merah. Tiba-tiba lantai yang kuinjak roboh dan kami jatuh. Tanganku tanpa sengaja memegang akar tanaman yang kuat. Aku lalu mengendong Kelly dan memanjat akar itu sampai ke atas. Setelah sampai diatas akar tanaman putus dan aku mulai terjatuh bersama Kelly, tapi tiba-tiba tangan John berhasil memegang erat tanganku dan menarik aku dan Kelly ke atas. Kami semua langsung lari dan seluruh Candi itu roboh tenggelam ke dalam tanah.
Lalu John membuka kotak itu dan didalamnya terdapat banyak batu berbentuk persegi panjang dan tipis. Dari batu-batu itu terukir bahasa Sansekerta. Ia lalu menyodorkan batu itu kepadaku. Aku lalu membacanya. Batu itu bertulis bahwa tim kami harus pergi ke Candi Borobudur, maka John tanpa basa-basi memerintah tim kami untuk bergerak ke Borobudur menggunakan jip yang sudah disediakan. Kami pun segera berangkat dan sampai disana hari sudah sore. John lalu menyogok petugas disana agar membiarkan kami masuk. Lalu kami semua masuk ke dalam dan berjalan sampai ke puncak candi.
Lalu aku kembali membaca bahasa Sansekerta dari batu yang kubawa. Dari batu itu tertulis bahwa pintu akan terbuka apabila rambut patung Budha didalam stupa di pegang. John langsung memanjat ke atas stupa besar dan memasukan tangannya ke dalam. Ia berhasil memencet tombol batu dikepala patung dan kemudian sebuah pintu batu terbuka. Lalu kami semua masuk ke dalam dengan seluruh peralatan yang kita bawa. Saat kita masuk pintu batu tertutup kembali. Semakin lama kita masuk semakin besar dan lebar jalan yang kita tempuh.
Beberapa jam kemudian John memerintah kita untuk beristirahat dan membangun kemah. Kami pun membangunnya dan menyiapkan makan malam. Beberapa lampu minyak dan api unggun pun dinyalakan. Kami hampir tidak percaya dengan lubang besar yang dibangun ini. Setelah kami selesai makan malam John menyuruhku membaca lanjutan dari batu kuno itu. Aku membacanya dan ternyata batu itu juga menceritakan kisah jaman Majapahit dimana Raden Wijaya membangun lorong bawah tanah yang besar untuk menyimpan harta dan rahasianya. Batu itu juga menjelaskan bahwa lorong itu sangat panjang dan didirikan selama lebih dari 30 tahun. Semua tim menjadi kaget.
"Sampai kapan kita harus berjalan" tanya Nataly.
Sung Yong pun berkata bahwa gelombang komunikasi terputus karena goa yang dalam ini, sehingga apabila ada bahaya, maka sangatlah tidak mungkin untuk mendapat bantuan dari atas. John berkata bahwa ia tidak akan mundur dan memerintahkan kita untuk beristirahat agar kita bisa melanjutkan perjalanan di esok hari. Maka aku pun masuk ke dalam tendaku. Tak lama kemudian Kelly pun datang dan masuk ke tendaku serta mengagetkanku dari belakang.
"Terima kasih telah menolongku, maaf aku terlalu kasar padamu beberapa hari sebelumnya" katanya.
Aku pun menjawab, "Ah tidak kok, dulu memang kesalahanku".
Lalu kami pun berbincang-bincang dalam tenda.
Lalu ia pun berkata, "Pada saat aku memelukmu, aku merasa penismu berdiri tegang dan menusukku".
Aku menjadi malu dan berkata, "Ah, itu hanya ketidak sengajaan."
Lalu ia merangkak ke depanku dan berkata, "Apakah kau suka padaku".
Aku sedang duduk dan bersender ke belakang tidak bisa berkata apa-apa. Lalu wajah Kelly makin dekat ke wajahku dan melihat mataku.
"Kau mempunyai mata yang indah katanya".
Wajahnya hanya 1 cm di depanku. Lalu dia mencium bibirku dan memelukku. Aku pun merangkulnya dan membalas ciuman hangatnya. Dadanya yang montok menempel di dadaku dan ia berbaring di badanku sambil ciuman. Penisku otomatis menegang dan menonjol menusuk celana jeansnya.
Ia lalu tersenyum dan berkata, "Nah kan, nonjol lagi".
Bersambung . . .