Belum lebar Aryo membuka pintu, terlihat ada laki-laki setengah berlari dan menghampiri Mellinda. Aryo sedikit kaget namun tak kuasa untuk membuka pintu lebih lebar. Seketika itu pula laki-laki itu menarik tangan Melinda. Melinda agak sedikit meronta namun cengkeraman laki-laki itu lebih kuat. Melinda pun mau tidak mau mengikutinya.
Reza..! Laki-laki yang sering menyiksa Melinda, kini menarik tangan Melinda dan memasukkan melinda ke dalam mobilnya. Aryo hanya diam memandangi. Kejadian itu sangat cepat. Ketika BMW 320i Reza melaju cepat, Aryo sadar, bahwa yang harus dilakukannya adalah mencegat mobil itu. Namun Aryo terlambat. Mobil itu telah masuk di keramaian jalan Asia Afrika.
Aryo segera berlari menuju mobilnya dan lansung memacu mobilnya mengejar BMW merah Reza. Beberapa saat kemudian, Aryo telah mendekati mobil Reza. Aro menjaga jarak, ingin tahu apa yang dilakukan Reza terhadap kekasih lamanya. Terlihat keduanya terlibat adu mulut. Sesekali reza mendorong kepala Melinda hingga membentur kaca jendela. Darah Aryo bergolak, namun menunggu saat yang tepat untuk mencegat mobil Reza, karena suasana saat itu di jalan Wastukencana sangat ramai.
Hingga akhirnya mobil tersebut meluncur ke arah atas, daerah Lembang. Sampailah reza di hotel P*******. Reza memasukkan mobilnya kesana, diikuti Aryo beberapa saat kemudian. Aryo masih berdiam diri, menyaksikan dua orang yang diikutinya masuk ke dalam hotel dan kemudian menghilang, setelah berurusan dengan pihak receptionist.
Aryo bingung dengan apa yang hendak dilakukannya. 15 menit berlalu, dan akhirnya memberanikan diri keluar dari mobilnya.
"Pak, dua orang yang tadi baru masuk ada di kamar berapa ya..?" tanya Aryo pada receptionist.
"Maaf, dua oranga yang mana Pak..?"
"Pak Reza..!", jawab aryo singkat.
"Sebentar Pak, kami lihat dulu..!", jawab receptonist, sambil mengecek komputer reservasi.
"Di kamar 31 Pak, mau bertemu..? kalo gitu biar saya panggilkan..", tanya receptionist lagi.
"Tidak usah Pak, biar saya kesana saja, sudah janji kok Pak..!", kata Aryo sambil menjauh dari meja receptionist dan sedikit berlari menuju kamar yang dimaksud.
"Pak.. Pak, ya sudahlah..", jawab receptionist pasrah.
Aryo setengah berlari mencari kamar yang dimaksud. Ternyata cottage. Jendela ruangan cottage tertutup korden. Namun Aryo dapat mendengar sedikit keributan antara Reza dan Melinda. Telinga Aryo menempel di pintu. Terdengar teriakan Reza memaki-maki Melinda. Melinda pun terdengar menangis. Darah Aryo makin bergolak. Perlahan diketuknya pintu cottage itu.
"SIAPA..!" Teriak Reza dari balik pintu. Aryo tak menjawab, hanya terus mengetuk beberapa kali.
"Sebentar..!" Kata Reza lagi.
Begitu pintu dibuka, Aryo berhadapan dengan reza yang sudah bertelanjang dada. Terlihat Melinda berbaring di ranjang twin sharing besar, dengan rok yang telah tersingkap dan beberapa kancing blousenya terbuka, sehingga bra kremnya kelihatan.
Reza kaget bukan main, karena yang dihadapinya adalah Aryo, yang sempat memukul dia waktu ketahuan Melinda selingkuh dengannya. Geram bercampur dendam, Aryo melayangkan pukulan telak ke wajah Reza. Reza pun terhuyung dan akhrinya jatuh terjerembab setelah sebelumnya membentur tembok cottage.
Darah segar mengalir dari hidungnya. Reza bangkit dan berusaha memukul Aryo. Namun Aryo berhasil menghindar, dan mendorong Reza keluar dari kamar, hingga akhirnya terhuyung dan jatuh di rumput. Aryo menghampiri Reza. Dibaliknya badan Reza. Dipukulinya dua kali lagi wajah Reza, hingga akhirnya Reza tak mampu berbuat apa-apa lagi. Ditinggalkannya Reza yang terbaring di rumput.
Aryo mendapatkan Melinda tengah menangis, duduk dengan posisi lutut di tekuk ke atas, dan tangannya memeluk kakinya. Wajah Melinda berpaling dari muka Aryo. Aryo duduk mendekat, dan mengusap pipi Melinda yang bawah oleh air mata.
"Mel..!", kata Aryo lirih.
Melinda menepis tangan Aryo.
"Melinda.."
Melinda akhirnya memeluk Aryo. Meledaklah tangis Melinda saat itu.
Aryo memapah Melinda menuju mobilnya. Mobil pun meluncur kembali ke daerah bawah. Selama perjalanan mereka berdua terdiam.
"Kemana kita Mel..", tanya Aryo membuka percakapan.
"Nggak tahu.."
"Maafkan aku tadi Mel.."
"Nggak usah minta maaf..", Melinda menjawab ketus.
Pembicaraan tidak berkembang. Aryo meraih tangan Diana, dan diremasnya. Diana yang sedari tadi diam saja membalas remasan Aryo, makin lama makin kuat.
"Mel.. aku sayang kamu", kata Aryo lagi.
Melinda terdiam. Airmatanya kembali meleleh di pipinya.
"Nggak adil.. Yo,.. nggak adil..", kata Melinda menyambung perkataan Aryo.
"Nggak adil kenapa..?", tanya Aryo lagi.
"Buat kamu..!", jawabnya singkat. Aryo kembali terdiam. Pikirannya menerawang kembali ke masa dimana Melinda berselingkuh dengan Reza. Sakit memang. Namun kenyataanya, Aryo masih memendam cinta yang dalam kepada Melinda.
"Kenapa kamu nggak angkat waktu aku telepon?", tanya Mel memecah kesunyian.
"Aku ketiduran..", jawab Aryo.
"Ketiduran siapa?", Melinda lanjut bertanya dengan nada sinis.
"Nggak.. nggak ada..!", jawab Aryo panik.
"Ooh!", jawab Melinda singkat.
Mobil telah berada di Jalan Setiabudhi. Masih ramai.
"Yo,..!" kata Melinda memanggil. Kini tubuhnya agak bersender di pintu sambil memandang wajah Aryo.
"Ya,..!", jawab Aryo
"Aku nyesel nyakitin kamu..", Melinda berkata sambil mengusap pipi Aryo.
Aryo meraih tangan Melinda dan mencium punggung tangannya.
"Nggak usah diinget-inget lagi Mel, aku udah maafin, no need to be sorry, aku juga salah waktu itu, nyuekin kamu", jawab Aryo. Keduanya terdiam lagi, hingga akhirnya tidak terasa mobil sudah berada pertigaan Setiabudhi dan Cipaganti.
"Mungkin kah kita bisa bersama lagi.. Yo?", tanya Melinda.
"Pelan-pelan Mel, aku nggak mau kita sama-sama jatuh lagi.. sakit khan Mel..?" jawab Aryo.
"Bawa aku ke tempat biasa.. Yo"
Aryo mengerti, dibelokkannya mobil ke arah Ciumbuleuit, dan beberapa saat kemudian melewati sebuah perguruan tinggi swasta tempat anak tajir kuliah disana. Sampailah mereka di hotel yang terkenal dengan ketenangannya, di lereng bukit yang penuh dengan nuansa alam.
Setelah tiba di kamar, Melinda duduk di ranjang. Matanya masih enggan melihat muka Aryo yang duduk berhadapan. Aryo membelai rambut Melinda dengan lembut. Melinda kembali menitikkan air matanya. Melinda memandang ke arah permukaan ranjang dan mengusap-usap seprei putih yang menutupi ranjang. Aryo semakin tidak mengerti dengan apa yang diperbuat Melinda.
"Andai saja aku tidak ketemu Reza.."
"Lalu kenapa..?", kata Aryo sembil mengangkat dagu Melinda. Mereka berpandangan.
"Ya, andai saja aku tidak ketemu Reza.. mungkin saja seprai putih ini semakin akrab dengan kita Yo..", kata Melinda semakin berbisik.
"Aku memang suka berada disini.. tenang, lembut, dan damai.."
"Pejamkan matamu Mel"
Melinda memejamkan matanya. Dirasakannya bibir Aryo menempel di bibirnya. Melinda ragu untuk menyambutnya. Namun Aryo memeluk Melinda. Melinda balan memluk Aryo. Kini dua insan itu mulai dibakar asmara yang telah lama hilang.
Pelukan Melinda semakin kuat, seiring dengan ciuman yang berubah menjadi tarian lidah di rongga mulut Aryo. Melinda memang merindukannya. Aryo merebahkan Melinda tanpa melepas ciumannya di bibir Melinda. Desahan nafas Melinda terdengar tidak teratur. Kini keduanya telah berada di atas ranjang. Mereka berguling ke kiri dan ke kanan. Gairah cinta mendera keduanya.
Aryo mulai melepaskan kancing blouse Melinda. Begitu juga Melinda, balas melepaskan kancing baju Aryo, sambil sesekali berpandangan untuk kemudian berciuman lagi. Aryo telah bertelanjang dada, sementara Melinda masih terbungkus bra krem model push up tanpa jahitan di cup-nya, yang membuat dadanya semakin montok menonjol. Merka masih bergulingan.
Kini Melinda berada di atas Aryo. Sesekali Melinda menciumi dada dan leher Aryo. Pinggulnya bergerak-gerak seperti sedang bersenggama, mencari sensasi gesekan pada batang Aryo yang memang telah tegak menonjol dibalik celana Aryo. Aryo tidak tinggal diam, dibukanya kaitan bra Melinda. Tampaklah dua gundukan daging kenyal yang tak disia-siakan Aryo. Aryo meremas keduanya. Melinda tengadah.
"Ahh..", Melinda mendesah.
Mereka berdua berbalik. Kini Aryo berada di atas Melinda. Diciuminya buah dada Melinda, sesekali digigit putingnya. Melinda makin menggelinjang tak karuan, sambil meremas-remas kepala Aryo. Puas dengan yang kiri, Aryo pindah ke kanan, dan begitu juga seterusnya.
Kepala Aryo perlahan turun ke bagian bawah Melinda. Lidahnya menari-nari di perut Melinda hingga terhenti di tepian rok yang masih menutupi bagian bawah Melinda. Aryo perlahan bangkit. Disingkapkannya rok Melinda ke atas. Tampak CD hitam berenda yang masih tertutupi stocking hitam transparan. Aryo perlahan menjilati daerah kemaluan Melinda yang masih tertutup itu, dengan gerakan memutar di sekitar vagina. Sesekali selangkanagn Melinda dijilatnya pula. Melinda melayang merasakan sensasi lidah Aryo, walaupun masih terhalang kain tipis di vaginanya.
Aryo kemudian menggigit stocking Melinda tepat di bagain vagina Melinda. Kini stocking itu robek dan terbentuklah lubang yang menampakkan CD hitam berenda yang telah basah oleh carian vagina Melinda. Aryo mengendus-endus bagian itu. Disingkapkannya CD hitam Melinda. Tampaklah labia mayora yang merah merekah, mengkilat terkena sinar lampu kamar. Lidah Aryo langsung menyapu daerah vagina Melinda mulai dari perineum, hingga mencapai klitoris Melinda.
"Aryohh.. Akhuu.. cinttaahh.. ahh.. ahh.. aiihh.., " Melinda mendesah.
Aryo tidak menghiraukan desahan Melinda yang semakin cepat temponya karena dia terlalu sibuk dengan vagina Melinda. Sesekali lidah Aryo membuat penetrasi lebih dalam di lubang vagina Melinda, dan terutama di klitorisnya. Hingga akhirnya teriakan kenikmatan tiada tara Melinda meledak.
"Nnnggaahh.. Aryoohh.. AAH!", begitulah Melinda berteriak tanda puncak telah diraih.
Bibir Aryo belepotan cairan kenikmatan Melinda. Kini Melinda bangkit walau masih terasa lemas. Nafsunya masih memberikan energi untuk meraih puncak demi puncak yang diidamkannya dari Aryo. Diciumnya bibir Aryo dan Didorongnya Aryo hingga rebah ke ranjang. Dengan buas Melinda membuka ikat pinnggang Aryo. Celana panjang Aryo dipelorotkan. Dengan sigap CD Aryo pun di lucuti hingga Aryo benar-benar bugil. Batang Aryo yang menjulang diraihnya dan langsung amblas di lahap oleh bibir mungil Melinda. Dikombinasikan dengan kocokan tangan, mulut Melinda pun menyedot batang Aryo.
Aryo kegelian, manakala Melinda sesekali menjilati zakarnya. Ditengah kegelian yang mendera, Aryo manrik paha Melinda supaya bergerak mendekati ke muka Aryo. Aryo ingin melakukan 69. Ketika vagina Melinda tepat berada di atas mulut Aryo, kembali Aryo menyobek stocking hingga lubangnya tampak lebih lebar. Penampang vagina Melinda terbuka lebih lebar. Aryo tak menunggu lebih lama untuk menyapukan lidahnya ke bagian yang paling pribadi dari Melinda. Mendapat sensasi nikmat dari Aryo sesekali Melinda tengadah dan mendesah sambil tangannya tak lepas mengocok batang kemaluan Aryo, dan melanjutkan lagi kuluman, hisapan dan sedotan kuat.
Aryo memang kuat. Melinda mengejang tanda puncak kedua telah diraihnya, hingga kepalanya ambruk terkulai lemas di samping kemaluan Aryo. Tangannya masih mengocok batang kemaluan Aryo namun sudah tidak begitu kuat. Melihat kesempatan itu Aryo berganti posisi. Melinda dibuatnya menungging dengan pipi masih menempel di kasur, karena masih kelelahan didera kenikmatan tiada tara. Aryo memegang kemaluan dan mengarahkannya ke vagina Melinda yang masih basah, dihiasi leleran cairan kenikmatan di sekitarnya.
"Do it.. Aryohh.. do it like we used to be.. OOUUCCHH..!" Melinda mengerang ketika batang kemaluan Aryo amblas sedikit demi sedikit di vaginanya. Aryo bergerak maju mundur, diselingi goyangan pinggul memutar, untuk mendapatkan sensasi gelitik di vagina Melinda.
"Mel.. ohh.. ahh.. ah.. Melhh. I love You Melh.. Ouhh.. ah", kalimat tak jelas meluncur dari mulut Aryo. Begitu pun Melinda. Kontrol kesadarannya telah hilang diganti rasa cinta dan kenikmatan yang dalam terhadap Aryo, kekasih yang pernah ditinggalkannya dulu.
"Ouu.. god.. Aryoh.. I Love youu yoohh.. ahh.. uahh.. ahh"
Puas dengan posisi doggy style, Aryo merebahkan Melinda. Melinda menyamping ke kiri. Kaki kanannya diangkat Aryo. Aryo kembali menusukkan batangnya dan menggenjotnya.
"Honey.. I love this.. ouhh.. ouhh.. aahh.. Aryohh.. c'mon.. don't leave me againhh.. ngghh.. ngghh"
Kini Aryo duduk di ranjang dan menggendong Melinda. Melinda bergerak turun naik dan sesekali maju mundur. Aryo melepaskan rok Melinda yang telah teringkap lewat atas tubuh Melinda. Dua insan itu telanjang sudah, walau stocking sobek Melinda masih menempel. Melinda memeluk Aryo, namun Aryo menahannya, karena ingin menikmati payudara Mel yang ranum bergerak-gerak.
Melinda makin buas. Didorongnya Aryo hingga rebah ke ranjang. Kini Melinda berkuasa atas Aryo. Pantat Melinda turun naik dan semakin cepat gerakannya. Keringat mereka bercucuran.
"Melhh.. hh.. hhehh.. promise me.. hh.. hh.. hheehh, akhuuhh inginhh bersamamu terushh.. Melhh.. hh.. hh"
"A.. a. aahkhuu.. janjhiihh.. hihh.. hiahh.. aah.. chumahh.. khamuhh yanghh.. a.. aah.. aahh.. da di hhaatikuhh.. uhh.. aah.. Aryoohh..
"Melh.. Mel.. I'm gonna cummhh ouhh..
"Meh.. thooh.. ouhh.. hangh onhh.. ahh.. aahh AAhhH"
"MEELLHH.. MMEL.. IND AA HH.."
Lama sekali mereka mengejang bersama, sperma Aryo muncrat membasahi vagina Melinda. Melinda pun merasakan semburan hangat mengisi lorong vaginanya.. Melinda mencakar dada Aryo hingga meninggalkan bekas. Tangan Aryo pun tidak lepas dari bukit kembarnya Melinda, hingga akhirnya Melinda Ambruk di dada Aryo.
Keheningan terjadi di ruangan itu. Semilir angin dari jendela yang terbuka terasa dingin menusuk kulit, tak dirasakan mereka berdua. Kehangatan yang menjalah di sekujur tubuh mampu mengusir dinginnya malam yang indah itu.
Aryo mencium lembut bibir Melinda dan Melinda pun membalasnya.
"Kita mulai lagi dari awal Mel.."
"Aku mau yo.. Thanks for everything.., you're the best".
Keduanya berpelukan mesra. Batang Aryo masih menancap di vagina Melinda. Hingga pagi menyambut, keduanya berulang kali melakukan percintaan tanpa henti.
*****
Aryo akhirnya menikah dengan Melinda. Aryo masih bekerja di Jakarta dan Melinda di Bandung Walaupun begitu, Aryo masih saja melayani Diana yang butuh kehangatan sentuhannya. Setiap kali ada kesempatan, Aryo dan Diana melakukannya tanpa sepengtahuan Melinda di hotel. Bagaimana dengan kabar Sylvana? Ya, Sylvana memang rela mengejar Aryo ke Jakarta, setiap kali Sendy ke luar negeri. Dengan dalih mengantar Sendy hingga airport, setelah Sendy terbang, Sylvana menginap satu atau dua hari di Jakarta untuk bertemu Aryo.
Tamat