Kesalahanku yang paling fatal dalam hidupku adalah mencantumkan nomor HP-ku di setiap email balasanku pada pembaca yang ingin berkenalan denganku. Pada awalnya bahkan aku mencantumkan juga alamat dan nomor telepon rumahku. Karena berakibat sepanjang hari aku menerima banyak telepon, maka pada balasan email berikutnya aku hanya mencantumkan nomor HP-ku disertai persyaratan yang kuajukan. Namun semua itu kurasa kurang efisien karena toh masih banyak pembaca yang nekad menghubungiku walau mereka masih belum memenuhi persyaratan yang kuminta untuk bisa berkenalan denganku. Maka mulai saat ini kuputuskan bahwa aku hanya akan membalas sekali saja email mereka.
Aku juga tidak akan mencantumkan nomor HP-ku. Baru setelah mereka memenuhi persyaratanku, akan kuberikan nomor HP-ku. Dengan demukian pembaca yang ragu-ragu atau hanya iseng saja bisa terseleksi dengan sendirinya. Terus terang apa yang mereka lakukan membuat hidupku tidak tenang dan terusik sekali.
Bisa dibayangkan, HP-ku berdering terus hampir tiap menitnya, sepanjang hari dan sepanjang malam, 24 jam sehari. Akibatnya pasien langgananku atau bahkan panggilan emergency dari Kebun Binatang Surabaya (KBS) tempatku bekerja, tidak dapat masuk karena HP-ku praktis dalam nada sibuk terus.
Dengan adanya kiatku yang baru ini untuk menyeleksi email yang masuk, maka kuharap para pembaca yang ingin berkenalan denganku lebih memakluminya. Mau tidak mau, suka tidak suka, aku saat ini sudah bagaikan seorang celebrity saja, walau hanya sebagai seorang celebrity di dunia maya saja.
*****
Kisahku kali ini kumulai dengan adanya acara trip ke hutan lindung Alas Purwo, Banyuwangi. KBS bekerja sama dengan Taman Safari Indonesia (TSI) II Prigen, Pasuruan mengadakan peninjauan ke habitat asli banteng (Bos Javanicus). banteng yang dimaksud adalah banteng 'pantat putih', jadi banteng sungguhan dan bukannya banteng 'moncong putih' yang merupakan lambang salah satu partai politik di tanah air.
Hampir semua kepala seksi bidang konservasi ikut trip ini, demikian pula dengan dokter hewannya. Walau masih muda dan junior, aku termasuk dalam rombongan dokter hewan yang ikut trip ini.
Pada hari yang telah ditentukan, kami berangkat dari KBS menuju TSI II menggunakan mobil inventaris KBS. Seharian kami mengikuti workshop di Prigen, Pasuruan. Baru pada malam harinya seluruh peserta bergabung menuju hutan lindung Alas Purwo di Banyuwangi, yang konon tempatnya terkenal angker, ini menurut cerita yang kudapat dari teman-teman yang lebih berpengalaman dariku.
Peserta yang ikut bukan hanya dari TSI dan KBS saja, di antaranya ada juga para pengamat satwa, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), wartawan media cetak maupun elektronik, bahkan juga beberapa orang pecinta satwa. Kami disediakan bus wisata milik TSI, namun ada juga beberapa wartawan maupun pecinta satwa yang membawa mobil sendiri, mungkin mereka ingin lebih bebas atau mungkin juga pulangnya nanti mereka tidak mau ikut rombongan.
Terasa sekali rasa kebersamaan kami saat itu. Dapat dibayangkan bagaimana serunya perjalanan kami, karena berkumpulnya wartawan maupun reporter TV yang ikut dari berbagai media di tanah air. Mereka datang dari berbagai daerah dan dari berbagai instansi media.
Kami duduk membaur dalam bus yang direncanakan akan tiba di hutan lindung Alas Purwo tepat pada dini hari saat matahari mulai terbit. Pada saat-saat itu biasanya para kawanan banteng mulai muncul untuk mencari makan rumput segar. Malam harinya banteng-banteng ini masuk ke dalam hutan dan pada pagi dan sore hari mereka biasa keluar merumput di padang sabana.
Pada malam harinya rombongan berangkat pukul 20.00 dari TSI. Kami beriring-iringan entah berapa mobil, tapi yang jelas busnya ada dua. Aku duduk di bus kedua di bangku agak paling belakang. Di sampingku duduk seorang wartawan dari Bandung, bernama Asep yang berusia 29 tahun, berarti setahun lebih muda dari aku.
Bangku panjang paling belakang di bus yang kutumpangi tidak ada penumpangnya karena dipakai untuk tempat tas, ransel dan peralatan kamera para wartawan foto. Jadi praktis posisi dudukku yang bersebelahan sebangku dengan Asep berada di deretan paling belakang.
Asep sejak awal sepertinya sudah menaruh perhatian padaku. Dapat kurasakan kalau dia memang sedang PDKT (pendekatan) denganku. Wajahnya lumayan dan masih bujangan. Awalnya aku memang cuek saja padanya, namun lama kelamaan timbul juga rasa simpatiku terhadap Asep.
Penampilanku malam itu mungkin juga membuat Asep lebih antusias untuk mendekatiku karena aku memakai hot pants pendek yang masuk kategori mini sekali. Lipatan bawahnya sangat tinggi sehingga lekuk antara bongkahan pantat dan pahaku dapat terlihat dengan sangat jelas. Demikian pula di bagian depannya, posisi ujung hot pants yang kukenakan posisinya lebih tinggi daripada pangkal selangkanganku sehingga memamerkan pahaku yang mulus dan sedikit ditumbuhi bulu-bulu halus. Jika melihat bagian pahaku yang terbuka ini pasti akan membuat para peserta cowok menelan ludah. Untuk atasannya aku memakai T Shirt tanpa lengan yang lebih pantas disebut singlet seadngkan dalamannya tanpa BH sehingga lekuk payudaraku yang sintal terlihat dengan jelas, demikian pula dengan tonjolan puting susuku yang seakan tertekan oleh T Shirt yang kukenakan saat itu. Sebagai penutup T Shirtku yang sexy, kupakai semi jacket yang tidak terlalu tebal, yang terbuat dari bahan kain celana katun yang biasa dipakai kaum pria. Lumayan juga untuk mengusir rasa dingin AC bus yang kutumpangi malam itu.
Kendaraan rombongan berjalan tidak terlalu kencang karena memang sudah direncanakan untuk jalan santai-santai saja sehingga subuh baru masuk ke dalam hutan Lindung Alas Purwo. Mungkin karena sudah pada kelelahan karena seharian harus mengikuti workshop, juga keadaan sudah malam, jadi waktunya untuk istirahat, maka sebagian besar penumpang bus sudah pada tidur.
Aku dan Asep masih saja mengobrol bercerita tentang macam-macam, mulai dari masalah satwa, masalah pekerjaan dan profesi kami masing-masing hingga urusan yang paling pribadi. Hubungan kami menjadi lebih akrab dalam perjalanan malam itu, dan Asep juga sudah banyak mengeluarkan jurus-jurus rayuannya.
Pada tengah malam, suhu dalam bus mulai terasa lebih dingin. Asep berbaik hati meminjamkan jacketnya untuk menutupi pahaku yang mulai kedinginan. Saat menutupi pahaku dengan jacketnya, Asep sengaja sedikit mengelus pahaku sambil berkata..
"Nat! Pahamu mulus sekali lho!" Aku membalas elusan tangan Asep ke pahaku dengan cubitan sambil sedikit mengancam..
"Awas kalau berani macam-macam ya".
Mendengar ancamanku, Asep bukannya takut dan mundur, tangan kanannya malah dengan sengaja diletakkannya di pangkuanku dari dalam jacket yang dipinjamkannya hingga telapak tangannya langsung menyentuh kulit pahaku. Awalnya hanya diletakkan dan diam begitu saja hingga aku pun tidak berkeberatan. Posisi dudukku di sebelah kanan dekat jendela bus, dan Asep disebelah kiriku dan tangan kanannya diletakkan di pangkuan paha kiriku.
Aku pun mulai mencoba memejamkan mata untuk berusaha tidur, tapi terus terang keberadaan tangan Asep di pahaku membuat darah mudaku mengalir sedikit lebih cepat daripada biasanya. Rupanya Asep tidak diam begitu saja, tangannya kurasakan mulai mengelus pahaku. Awalnya hanya seakan tidak sengaja bergerak karena terguncang oleh guncangan bus, namun lama-kelamaan kurasakan sudah menjadi suatu rabaan yang membawa rangsangan di pahaku.
Aku tetap tidak memberikan reaksi sambil tetap berpura-pura tidur. Melihatku tidak menunjukkan aksi penolakan maka rabaannya semakin berani. Sekarang bahkan lebih mengarah ke atas ke bagian pangkal pahaku. Jari-jarinya juga mengelus bagian dalam pangkal pahaku hingga aku pun mulai horny. Apa lagi saat jari-jari tangan kanan Asep sudah semakin berani menyusup ke dalam lipatan hot pants-ku yang mini ini, karena di dalamnya aku hanya memakai CD model G String yang mini pula hingga ujung jarinya dapat langsung menyentuh bagian luar bibir vaginaku yang ditumbuhi bulu-bulu halus kemaluanku.
Aku saat ini memang sedang memakai CD model G String yang hanya terbuat dari seutas nylon melingkar di pinggangku, dengan ikatan di kanan dan kiri pinggang. Selebihnya dengan sejenis tali nylon yang sama tersambung di belakang pinggang melilit turun melingkari selangkanganku melalui belahan pantatku. Hanya di bagian depan saja terbuat dari secarik kain berbentuk segi tiga yang lebarnya tidak lebih dari seukuran dua jari yang fungsinya hanya dapat menutupi bagian luar lubang masuk liang vaginaku.
Dengan mudahnya jari-jari Asep berhasil menyusup masuk ke dalam hot pantsku dan langsung dapat menyentuh bibir bagian luar vaginaku. Aku merasa geli dan terangsang hingga ujung CD-ku terasa mulai lembab dan kakiku pun mulai bergeser, posisinya terbuka lebih lebar lagi dan kedua payudaraku juga bertambah keras karena nafsu birahiku yang sudah mulai merambat naik ke atas.
Situasi ini rupanya bisa dirasakan oleh Asep yang dengan serta merta langsung melepas kancing celanaku dan menurunkan gespernya ke bawah. Jarinya kini bukan hanya menyusup dari samping pangkal pahaku, tapi bahkan sudah langsung disusupkan dari atas, menyusup ke dalam segi tiga G Stringku dan langsung menyentuh bulu kemaluanku dan mendarat tepat di celah bagian atas lipatan vaginaku.
Ujung jarinya mencari-cari klitorisku yang hanya tersembul sedikit bagian ujung luarnya saja. Justru ujung bagian luar klitorisku yang tersembul keluar inilah yang bisa menimbulkan sensasi tersendiri saat tersentuh, dan ini memang yang sedang dicari oleh ujung jari Asep hingga begitu tersentuh oleh ujung jarinya, ujung klitorisku pun ditekannya sedikit dan dimain-mainkannya.
"Aa.. Aaff!" suaraku agak sedikit tertahan karena takut membuat teman yang lain akan terkejut dan terbangun.
Jari-jari Asep menyusup lebih ke bawah lagi, tepat di belahan bibir vaginaku. Digosoknya belahan bibir vaginaku yang sudah basah sejak tadi naik turun. Aku hanya mampu menggigit bagian bawah bibirku menahan ledakan dari dalam bagian bawah tubuhku.
Gesekan jari Asep semakin liar saja. Kini jarinya mulai ditusukkan ke dalam liang vaginaku sambil mengorek-ngorek bagaikan mata bor saja. Karena kondisinya yang sudah basah, jari Asep dapat dengan mudahnya masuk ke dalam liang vaginaku dan langsung menggaruk-garuk dinding bagian dalam vaginaku.
Gelombang orgasmeku akhirnya mengalir dengan derasnya menjebol pertahananku. Aku mengalami getaran yang dahsyat, badanku menggigil bagaikan orang yang tiba-tiba terserang kejang-kejang. Vaginaku mengedut beberapa kali beriringan dengan semburan cairanku yang keluar memenuhi liang senggamaku.
Akhirnya aku pun tertidur, dengan kondisi jari tangan Asep masih berada di dalam liang vaginaku sepanjang sisa perjalanan kami menuju hutan lindung Alas Purwo.
Tamat