Sabtu 1 February 2003 (Chinese Lunar Day)
Perayaan tahun baru China berlangsung sangat megah dan meriah, sejak malam hari aku menyaksikan pesta kembang api di langit Bangkok dari balkon condominium ku di lantai 10. Bahkan aku terbangun di pagi hari oleh bunyi ribut rentetan petasan cabe rawit dan gemuruh riuh rendah pesta Barangsoi yang berlangsung di sepanjang jalan kompleks perumahan dekat condominium ku.
Hatiku berdebar-debar tidak keruan menanti saat-saat pertemuan, saat itu bukan hanya sikat gigi, dan mandi seperti biasa, tapi juga aku bahkan sampai mandi berendam dengan ramuan aroma therapy agar benar-benar wangi alamiah dan terlihat segar. Tidak lupa berkumur-kumur dengan cairan antiseptic serta membersihkan wajah dengan susu pembersih hingga kulit muka ku terlihat bersih dari bekas kotoran dan lemak-lemak di wajah. Aku ingin agar pertemuan ini benar-benar berkesan dan mampu menciptakan hubungan yang lebih baik lagi, bahkan aku mengikuti anjuran para psikolog dan paranormal untuk berfikir sepositif dan sebaik mungkin agar tercipta hal-hal yang baik.
Setelah wangi dan bersih aku mengambil pakaian, berpakaian lengkap dan tidak lupa kusemprotkan parfum ke sekujur pakaian yang melekat di tubuh. Setelah itu aku keluar masuk ke dalam lift dan turun ke parkiran lantai tiga untuk mengambil mobil.
Lalu kuambil mobil ku yang telah bersih mengkilap karena sehari sebelumnya aku bawa ke car butique di mall depan condominium. Kuhidupkan mesinnya sambil menunggu temprature kendaraan naik hingga ke tingkat normal aku menyalakan AC kendaraan dan merapihkan diri sekali lagi di kaca spion dalam mobil. Setelah mesin cukup panas kujalankan mobil milikku keluar dari parkiran condominium masuk ke jalan utama Bangna Trad-Bangkok menuju pintu tol dalam kota Bangkok.
Selepas dari pintu tol aku melajukan kendaraan ke arah pintu keluar tol di lokasi pelabuhan, dari sana aku belok ke kiri dan terus masuk ke jalan Klongtoey Nua terus ke arah Sukhumvit. Selepas lampu merah perbatasan Klongtoey-Sukhumvit ku belokan kendaraan masuk ke jalan Sukhumvit soi 26 lalu masuk ke dalam gang sempit yang menyambungkan antara Sukhumvit soi 26 dengan Sukhumvit Soi 24, keluar di mulut gang ku belokkan kendaraan masuk ke arah Sukhumvit Soi 24 terus ke arah Emporium Mall untuk selanjutnya parkir dan melanjutkan perjalanan dengan Skytrain.
Kubeli tiket one day pass yang unlimited trip seharga 100 Baht (kurang lebih 20 ribu rupiah) sekedar berjaga-jaga kalau-kalau nantinya ada hal-hal tidak terduga seperti kencan keliling kota, sebetulnya aku terlalu berharap lebih namun seperti kata orang kita harus tetap optimis maka kubesarkan hatiku agar tidak sampai muncul pikiran-pikiran negatif yang bisa mengganggu kelancaran pertemuan ini.
Seusai membeli tiket aku masuk ke dalam skytrain, terus ke dalam stasiun dan naik tangga menuju lantai atas untuk menunggu tibanya kereta. Tidak berapa lama lima menit kemudian datanglah skytrain dari arah On Nut dan yang segera membawa ku menuju BTS Siam Intersection. Dari Siam Intersection aku melanjutkan kembali perjalanan dengan Skytrain arah jalur Silom-Saphan Thaksin menuju BTS Skytrain Silom Saladaeng. Saat menuju pintu keluar stasiun Silom Saladaeng HP ku kembali bergetar ternyata dari Khun Anchelly menanyakan apakah aku telah tiba, yang segera ku iyakan. Ternyata ia juga baru tiba di tempat tujuan dan sedang memarkirkan kendaraannya di parkiran basement.
Turun dari stasiun, aku melangkah masuk ke dalam Mall Central Silom Saladaeng yang terletak di depan pintu masuk BTS Skytrain Saladaeng. Dari sana ku edarkan pandangan ke sekeliling penjuru mencari-cari sosok yang mungkin sedang menunggu diriku. Ternyata kembali HP ku berbunyi dan ia berkata sedang menunggu diriku di depan pintu masuk mall yang terletak di lantai dasar di depan jalanan Silom Road. Aku segera bergegas menuju eskalator dan turun ke bawah hingga ke depan pintu masuk, kembali HP ku berbunyi dan ia menanyakan posisiku, aku menjawab tepat di dekat pintu masuk.
Lalu sekilas kulihat sesosok tubuh tinggi langsing berambut panjang pirang kemerahan berjaket jeans hitam dan celana jeans hitam membalikan tubuhnya di depan pintu masuk kaca dan menerobos masuk ke dalam. Wanita itu masuk dengan kaca mata hitam rayban model terbaru dan yang mengejutkan di balik jaket hitamnya ia mengenakan baju merah menyala khas perayaan tahun baru cina. Dengan sepatu haknya yang agak tinggi dan jalannya yang cepat ia menghampiriku dan menyapa diriku dengan bahasa Thai yang berlogat chinese.
"Hi Dewa ya?"
"Ya, kamu Anchelly?"
"Yup"
Lalu kujabat erat tangannya, terasa tanganya begitu dingin sepertinya ia pun surprise melihat diriku dan begitu sangat exited mengharapkan pertemuan ini, aku terpana untuk beberapa saat mengagumi dirinya yang menurutku begitu sempurna secara fisik walaupun gaya berpakaiannya agak aneh menurutku karena perpaduan warna hitam dan merah di tubuh yang putih mulus sexy tersebut.
Lalu percakapan berlangsung lancar sementara mataku tak lepas-lepasnya memandangi kecantikan yang ada di hadapanku. Sambil berjalan kita memilih-milih tempat makan yang agak cocok, sampai akhirnya kita tiba di depan salah satu restoran Thai sederhana yang terletak di lantai dasar dan masuk ke dalam.
Setelah memesan menu makanan kita kembali berbincang-bincang panjang lebar seperti layaknya dua orang yang sudah mengenal sejak lama, lalu aku memandanginya terus sampai dia tersenyum jengah dan wajahnya memerah. Dia sendiri tampaknya tahu aku mengaguminya karena ia terus tersenyum-senyum memandangiku yang sedang mengaguminya penuh rasa takjub.
Untunglah tidak berapa lama tiba makanan yang telah dipesan dan kita pun segera menyantap masakan yang ada, di sini hatiku benar-benar tersentuh oleh caranya memperlakukan teman kencan, ia melarangku mengambil makanan sebaliknya ia mengambilkan makanan dan meletakan berbagai macam lauk di piringku persis seperti seorang ibu yang melayani anak dan suaminya di meja makan. Dan bahkan ketika kita mulai menyantap makanan ia terus menerus memperhatikan diriku, dan kadang ia menawarkan makanan dengan cara menyuapkan ke dalam mulutku untuk di cicipi. Hatiku benar-benar tersentuh dan jatuh cinta diperlakukan seperti ini, belum pernah sepanjang sejarahku berpacaran dengan gadis Indonesia diperlakukan seperti ini, benar-benar menyentuh di hati.
Akhirnya setelah acara makan selesai dan membayar tagihan restoran kamipun segera angkat kaki dan bergegas jalan ke luar dari mall. Kami berjalan-jalan di sepanjang jalan Silom Saladaeng menyusuri daerah perkantoran di chinatown. Akhirnya naik kembali ke BTS Skytrain Saladaeng kemudian mengambil kereta ke jurusan BTS Saphan Thaksin. Dari sana kami berdua turun dan berjalan di bawah BTS tepat di pinggir Sungai Chaopraya. Tiba di pinggir Chaopraya ide romantis ku muncul, ku ajak dia untuk menyusuri sepanjang Chaopraya River dengan ferry wisata yang di sediakan bagi para turis pemakai jasa skytrain yang ingin berkeliling. Kubayar tiket kapal lalu kami berdua naik ke dalam ferry pesiar yang membawa keliling Sungai Chaopraya. Sungguh suasana yang romantis di sore hari membuat diriku semakin bertambah senang dan jatuh hati kepadanya.
Sore haripun tiba lalu kami kembali berpisah di petang hari di BTS Saladaeng. Ia mengecup mesra di pipiku lalu melambaikan tangan, membuat hatiku berbunga-bunga persis seperti remaja abg yang sedang di landa cinta. Sepanjang perjalanan kembali ke Mall Emporium pikiranku melayang-layang, apakah memang ini jodohku, apakah wanita ini yang dikirim oleh Tuhan untuk menggantikan posisi Sarunya di hati ku? Akh hanya Tuhan yang tahu jawabnya.
Fallen of The Angel,
Bangna Trad Express Way KM 12, Jum'at 4 April 2003
Kepalaku terasa masih pusing, sementara hujan deras masih terus mengguyur dengan deras di luar mobil. Aku berusaha mengingat-ingat apa yang tengah terjadi. Kutenggokan ke sekeliling kaca jendela dan segenap pandang keadaan gelap tertutup hujan lebat. Posisi mobil ku melintang di tengah jalan sementara kurang lebih 1 meter dari pintu mobil ku ada mobil lain yang juga tengah berhenti namun dengan depan kendaraan menghadap ke arah pintu mobil. Di belakang mobil itu ada beberapa mobil juga yang samar-samar terlihat tengah berhenti tapi terlihat saling menempel seperti baru saja mengalami tabrakan hebat. Tuhan apa yang tengah terjadi? Mimpi kah aku? Bagaimana ini semua bisa terjadi, apa yang terjadi dengan diriku?
Kepanikan menjalari sekujur diriku, kucoba melihat ke sekeliling diriku, mobil ku tampak utuh paling tidak itu yang terlihat dari dalam, kutengok kedua kaki dan tanganku semuanya masih utuh di tempat semula dan bisa kugerakkan. Kulihat wajahku lewat spion tengah mobil, masih utuh tidak kurang suatu apapun. Namun tatkala aku tengah melihat ke dashboard kendaraan mendadak ada cairan jatuh menyentuh kulit tangan, kulihat ternyata berwarna merah yang kucium berbau darah. Kutengok sekali lagi ke cermin yang berada di lipatan penahan panas kaca depan ternyata darah itu berasal dari mulutku menetes turun ke luar melalui bibir ku.
Bersambung . . . .