Hari menjelang malam, ketika Dian pulang terburu buru melewati gang sempit itu. Tiba-tiba lengannya dicekal. Tono, salah seorang yang memegang fotonya menarik Dian ke balik pagar seng kumuh.
"Jangan Kak. Dak galak aku." Dian menangis ketika melihat Tono sudah memelorotkan celananya.
"Terserah, kalau dak galak kusebar ke foto kau, biar lanang sekampung tahu kau biso dipake"
Dian dipaksa berjongkok.
"Ayo, isep."
Dian dipaksa mengoral Tono. Tempat itu adalah bekas pembuangan sampah yang sudah dipagari seng. Dian dengan jengah memasukkan penis Tono ke mulutnya, kemudian mulai menyedot dengan cepat, berharap Tono segera ejakulasi. Tono mencengkeram kepala Dian yang bertopi itu kemudian menyetubuhi mulutnya. Diluar rumah Dian memang mengenakan topi. Dan hal itu malah semakin membuatnya merangsang.
"Pelorotkan jins kau Dian.."
Tono menarik Dian berdiri. Dian memang mengenakan kaos ketat dan jins ketat, walaupun berkerudung. Dian menangis, tapi ia tahu percuma membantah. Perlahan ia membuka kancing jinsnya kemudian menurunkan retsletingnya. Tono menelan ludah ketika jins itu merosot ke mata kaki. Dian mengenakan celana dalam mini berenda.
"Ayo, nunduk! Cepat."
Dian dipaksa berpegangan pada sebuah bekas meja. Kemudian celana dalamnnya dipelorotkan menyusul jinsnya. Tono telah ngaceng berat. Tanpa ba bi Bu lagi ia menyodokkan penisnya ke vagina Dian dari belakang.
"Ukhhnnghh. Nghh!" Dian merasa ngilu di selangkangannya. Tono merasakan vagina Dian yang kering dan kesat menjepit penisnya, menimbulkan kenikmatan.
"Jeritlah kalau berani Dian. Uh! Uh! Uh!"
Tono mulai menyetubuhi Dian. Menyodok nyodok Dian hingga tubuhnya tersentak sentak. Dian mencengkeram pinggiran meja itu keras, menggigit bibirnya menahan jeritan kesakitan. Di samping seng terdengar beberapa orang lewat. Dian mati-matian menahan jgn sampai bersuara. Tono yang melihat itu semakin bernafsu memperkosa Dian. Kaos Dian digulungnya hingga leher sehingga ia bebas meremas remas payudara Dia n yang bundar menggantung. Bahkan Tono mencabut penisnya dan memindahkannya ke lubang dubur Dian.
"Ngngkh!! Nghh!!" Dian menggigit bibirnya.
Hampir terjerit. Dan Tono menungganginya seperti anjing. Hingga, croott.. Crrt.. Crrt. Spermanya memancar mengisi dubur Dian. Tono meremas buah pantat Dian dengan keras. Ia mencabutnya perlahan.
"Ohh.. Nikmat Dian. Besok lagi yo he he he." Tono membenari celananya sambil menyeringai. Meninggalkan Dian yang terduduk lemas. Jin dan celana dalamnya di mata kaki.
Dian pamit menginap dirumah temannya malam itu. Walaupun hari sudah malam ia nekad naik bis kota. Awalnya bis itu ramai. Tapi ketika memasuki km 7 yang mulai sepi isi bis itu hanya 6 orang pemuda ditambah kenek dan sopir.
"Eh Dian! Kebetulan."
Dian terkejut. Keenam pemuda itu kebetulan yang memiliki foto dirinya. Dian segera mengetuk kaca supaya bis berhenti. Terlambat. Sopir dan kenek bis ikut menyeringai menatapnya. Dian menangis menyadari ia berada di kandang macan.
"Ayo!"
Dian ditarik ke tengah bis. Tanpa aba-aba keenam pemuda itu telah mengerubungi gadis itu. Menarik kerudungnya lepas, sebagian memelorotkan jinsnya dan melepas kaosnya. Dian meronta-ronta. Lampu bis itu menyala. Walaupun berada di pinggiran kota yang sepi orang dari luar dapat melihat jelas ia ditelanjangi. Tapi keenam pemuda itu terus memeganginya. Ia memakai bra dan celana dalam berenda biru yang kontras dengan kulit putih dan tubuh langsingnya.
"Jangan kak.. Dijingok uwong."
Dian menangis tak berdaya sementara tangan-tangan kasar itu menggerayangi tubuhnya, meremas buah dadanya, pinggul dan selangkangannya. Menyelusup di underwearnya. Tiba-tiba bis berhenti menepi. Diluar hutan. Sopir dan kenek ikut mengerubunginya. Dian dikeroyok 8 laki-laki yang haus birahi. Sementara kedua tangannya dipegangi, celana dalam dan branya dilepas. Dian telanjang bulat ketika digotong keluar. Dian dipaksa memeluk sebuah batang pohon kemudian tangannya diikat melingkari pohon tersebut dengan tali branya sendiri.
Dan mulailah mereka bergiliran menyetubuhi Dian. Tubuhnya agak ditundukkan, kakinya direntangkan. Dan mereka menungganginya bergiliran. Dian hanya dapat memeluk pohon itu erat. Ia diperkosa sambil berdiri agak tertelungkup. Payudaranya yang menggantung diremas-remas kasar. Bahkan setelah puas menggagahinya, mereka bergiliran pula menyodomi gadis itu. Dian dijadikan alat pemuas nafsu oleh 8 lelaki. Ketika lelaki ke-8 selesai meyodominya, Dian pingsan.
Ia terbangun masih terikat telanjang bulat di pohon itu. Hari mulai pagi. Mulutnya dibungkam dengan celana dalamnya sendiri. Tangannya diikat dengan branya. Disebelahnya ada tasnya. Dengan KTP yang diletakkan dan dompet yang dibuka. Semua dapat melihat siapa namanya, juga alamatnya. Dan sebuah kertas diletakkan ditanah. Tertulis besar.
"Namaku Dian, juburi aku, perkosa aku, gratis!"
Dian panik dan meronta. Ia berada di tepi jalan. Seketika sebuah truk orang berhenti melihat gadis telanjang, siap menungging. Sekompi orang turun sambil tertawa dan menyeringai bernafsu.
"Ayo kita kabulkan permintaan gadis ini!!"
Dian berusaha meronta ketika orang pertama berdiri di belakangnya, kemudian mulai menggagahinya bertubi tubi.
"Mmmffhh!! MMhh!! Nghh!".
Ketika sadar Dian mendapatkan dirinya di pinggiran kota Palembang. Tergeletak di tepi jalan dengan berpakaian lengkap. Tanpa pakaian dalamnya.
Malam tahun baru. Dian menghabiskan waktunya di keramaian bundaran air mancur di kota Palembang bersama teman-temannya. Suasana sangat ramai. Ia tak tahu beberapa pasang mata mengikuti gerak geriknya.
"San, aku nak kencing dulu!"
Teriaknya diantara hingar bingar suara massa dan terompet, teman-temannya mengangguk sambil terus bersenang-senang. Dian bergegas menerobos kerumunan dan mencari WC umum yang terletak di belakang monumen. Beberapa lelaki mengikutinya. Dian baru saja menunaikan hajatnya ketika mendadak pintu didobrak. Ia menjerit ketika beberapa laki-laki mencengkeramnya, menarik dan membopong tubuhnya keluar. Celana dalam dan jinsnya masih menggantung di betisnya. Mulutnya dibungkam dan ia dibopong ke taman yang cukup gelap.
Dian ditelungkupkan diatas rumput. Sementara kedua tangannya dipegangi, sesuatu yang keras melesak di duburnya. Dian menjerit kesakitan, namun suaranya tersamar oleh teriakan keramaian yang hanya berjarak 5 meter dari tempatnya diperkosa. Dian dapat merasakan jins dan celana dalamnya dilepas. Kemudian blus ketatnya ditarik paksa, juga kerudungnya.
Dia ditelanjangi di tempat umum. Dian merasakan lelaki yang menyodominya menyodok lebih dalam dan deras sebelum ia bergetar dan cairan spermanya memancar mengisi anusnya yang perih. Dian hanya mampu menangis. Kini kedua tangannya diikat ke pohon bougenvil dengan branya sendiri, terentang lebar. Ia tertelungkup dengan posisi menungging.
"Ayo, giliran." terdengar suara laki-laki.
Mata Dian ditutup dengan kerudungnya sendiri. Ia benar-benar tak berdaya. Tak tahu siapa saja yang akan memperkosanya. Seseorang mulai menungganginya lagi, menyetubuhinya dari belakang. Pinggulnya dicengkeram keras. Setelah selesai, beberapa jari te rasa membukai lubang anusnya lagi, kemudian seseorang mengisinya dengan minyak goreng.
"Biaar dak sakit Dian.. Kau jadi lonte malam ini. He he he."
Dian menjerit jerit ketika sesuatu yang keras lagi-lagi melesak di dubburnya dan menyentak-nyentak. Para tukang becak, sopir angkot, dan kuli-kuli berkumpul mengantre menyodomi Dian. Sementara Budi dan kawan-kawan, pemuda yang memergoki Dian waktu pertama mengawasi dengan puas. Setiap lelaki membayar seribu rupiah untuk membuang sperma mereka di anus dan vagina Dian malam ini. Bahkan beberapa diantara mereka memaksa menyetubuhi mulut Dian dan menyemprotkan spermanya dimulut gadis itu. Budi benar-benar puas mlihat Dian tak berdaya seperti itu. Bahkan ia pergi ke bundaran yang masih ramai dan mengundang para pemuda tanggung untuk memakai Dian. Dian terikat diatas rumput dengan posisi yang benar-benar siap pakai. Maka para pemuda itu mengantre pula menyodomi Dian. Segera saja taman gelap itu menjadi ramai. Setiap selesai memakai Dian, mereka pergi bercerita pada rekan lain. Bahkan seorang pemuda dari Kertapati langsung menelpon rekan-rekannya dengan HP.
Tiga mobil kijang yang penuh pemuda segera tiba. Bebrapa bahkan masih SMP. Budi semakin bernafsu. Lelaki yang mengantre Dian semakin ramai. Bahkan mereka tidak sabar dan memakai Dian beramai-ramai. Teriakan dan tangisan Dian semakin membuat mereka bernafsu. Dian dipakai ketiga lubang tubuhnya sekaligus. Sementara tubuh telanjangnya dilentangkan dibangku taman, kedua kakinya dikangkangkan lebar, sehingga para pemerkosanya dengan leluasa menyetubuhi vagina dan anusnya sesuka hati. Sementara kepalanya yang terjuntai diujung bangku sengaja dipegangi dan mereka menytubuhi mulutnya. Sementara kedua tangannya terus dipegangi dan kedua payudaranya disudot kanan kiri. Dian beberapa kali hampir mati tersedak ketika mulutnya disetubuhi dengan brutal. Mereka terkadang sengaja menutup hidung Dian sambil menekankan penis mereka ke dalam mulutnya.
Dan semakin Dian panik karena tak bisa bernafas mereka semakin bernafsu. Pemerkosaan semakin brutal ketika serombongan tukang becak yang mabuk mengeroyok Dian. Sementara mulut, vagina dan anusnya disodok-sodok, buah dadanya digigiti dan diremas kasar, bahkan perut Dian yang rata dan mulus dipukuli hingga Dian hampir pingsan. Akibatnya ketika penis ditarik dari anusnya, kotoran Dian ikut muncrat tak terkendali.
Dian benar-benar dilecehkan. Ia diperkosa, disodomi, dan dipaksa oral sex bergiliran oleh puluhan lelaki ditengah taman kota, ditengah keramaian, dan kini ia dipaksa membuang hajat. Siksaan terakhir adalah ketika tukang becak itu memegangi tubuh telanjang Dian diatas rumput. Kedua tangan dan kakinya direntangkan lebar. Sementara yang lain memegangi kepalanya dan memaksa Dian membuka mulut lebar-lebar. Saat itulah salah seorang darri mereka menyendoki kotoran Dian dari anusnya kemudian menjejalkan ke mulutnya. Dian dipaksa memakan taiknya sendiri.
Bahkan ketika Dian menolak mereka lagi-lagi memencet hidung Dian hingga tak bisa bernafas, Dian menjerit histeris tak berdaya ketika dirasakannya taiknya yang asam, pahit dan busuk itu masuk ke tenggorokannya.
Para penyiksanya tertawa puas. Seorang dari mereka memasukkan penisnya kemulut Dian dan dengan lancar kencing dimulutnya. Sementara yang lain memegangi Dian dengan erat. Dian benar-benar diperkosa dan dilecehkan habis-habisan malam itu.
Ketika polisi datang jam 4 pagi pemerkosaan itu baru berhenti. Mungkin ada sekitar 100 penis yang sudah dijejalkan pada mulut, anus dan vaginanya. Dian pingsan tak berdaya, sekujur tubuh dan wajahnya penuh sperma kering.
Tamat