Kisah yang akan kuceritakan ini bisa saja nyata bisa juga hanya fiksi, itu tergantung pembaca yang membayangkannya. Tapi dari tiap huruf yang kuketikkan di komputerku aku mengingat-ingat setiap kejadian yang kualami dengan amat jeli, dan tentunya membuat penisku menegang.
Ini kisahku dengan gadis yang selama 3 tahun ini kukejar-kejar karena aku benar-benar falling in love dengan senyumnya dan manis wajahnya. Namanya Prima, dia tidak terlalu mencolok dikalangan teman-temannya, tubuhnya tidak terlalu tinggi, dan tidak kurus-kurusamat, ukuran BH-nya 36B, rambutnya kriting pendek tapi tertata rapi oleh sisir yang selalu dibawanya dalam tas. Sejak kelas 1 SMU kami selalu sekelas, bahkan bangku kami pun selalu berdekatan. Biasanya aku duduk di belakangnya agar bisa menerawang wangi tubuhnya danharum rambutnya, yang selalu membuat penisku menegang. Yang amat jelas dari bentuk tubuhnya adalah bahwa dia sangat montok dan menggiurkan. Sehingga kebanyakan cowok yang menyukainya, cenderung karena tubuhnya dan keakrabannya.
Suatu malam, di awal kelas 3, aku mengajaknya menghadiri perkemahan dalam rangka pelantikan anggota Pecinta Alam yunior di sekolah kami. Karena dari dulu kami memang sudah akrab dia pun tak menolak ajakanku walaupun dia sudah punya cowok, yang tentunya cowok Prima itu pasti turut serta dalam acara itu, sebab tak lain pacarnya itu adalah panitia pelantikan itu.
Saat itu belum terlalu malam. Di perjalanan sengaja aku buat seolah-olah sepeda motor yang kukendarai mengalami kerusakan. Jadi kami pun berhenti, di tepi jalan menanjak. Langit sudah mulai menggelap, sembari turun dari motor aku pura-pura memeriksa mesinnya. Tiba-tiba bau wanginya mendekatiku. "Fai, apanya yang rusak?" tanyanya sambil mendekat. Dekat sekali hingga bahunya menyentuh dadaku. "Ah, nggak tahu, ya?" jawabku.
Aku tak tahan lagi, penisku yang tadinya masih mungil kini telah memberontak dan membesar dalam waktu yang cukup singkat. Lalu dengan sergap aku meraih tubuhnya dan menciumi bibir tebalnya yang indah. Saat itu tak kurasakan atau bahkan kulihat adanya pemberontakan yang kupikir akan dilakukan Prima. Tanpa disuruh perlahan bibirku turun ke lehernya yang tertutup rambut keriting pendeknya. Prima tetap diam saja, malah saat aku kembali melumati bibirnya ia ikut memainkan lidahnya ke dalam mulutku. Lalu dengan sergap aku menariknya jatuh ke dalam semak-semak yangada di sebelah kiri jalan yang tadinya kulalui. Prima terbujur rapi di atas rumput basah di sesemakan itu. Sementara aku menggiring sepeda motorku ke semak-semak, dia hanya terdiam seolah tengah menantikan tubuhku untuk menindihnya.
Aku kembali menghampirinya, lalu tangan nakalku menguak jaket biru tuanya hingga yang terlihat jelas hanya kaos ketat yang menyelubungi tubuh manisnya. Lalu tanpa kupinta Prima pun melepaskan kaosnya dan berbaring di atas rumput basah yang sebelumnya sudah dilapisi dengan jaketnya tadi. Dengan kasar aku menarik BH-nya hingga menyebul sepasang daging montok yang masih belia. Ya, ampun baru kali ini aku melihat susu montok yang asli di depan mataku, perlahan namun pasti aku menyentuh lembut puting susunya. Lalu dengan gesit kuciumi susunya yang besar itu sembari mempermainkan puting coklatnya. Lidahku pun turut bermain menjilat-jilat puting mungilnya yang mengeras karena rangsanganku.
"Akh.. akh.. akh.. Fai!" desahnya lembut.
Lalu semakin lama kuhisap semakin kencang pula susunya rupanya dia juga terangsang dan menikmati permainan bibirku. Lalu tangannya mulai membelai-belai rambutku. Dan menekannya lebih mantap pada susunya. Hingga akhirnya tangannya dengan kasar mendorong kepalaku menuju selangkangannya.
"Buka donk, Fai!" suruhnya.
Dengan hati-hati aku membuka celana panjangnya yang kemudian kulanjutkan dengan melorotkan CD-nya yang basah karena terangsang.
"Ayo hisap..!" pintanya.
Pertama-tama aku masih sedikit jijik saat merasakan cairan yang keluar dari liang kemaluannya itu, tapi lama-kelamaan aku pun menikmati permainan itu. Dengan giatnya aku menghisap klitorisnya, dan kubiarkan lidahku menyasar ke arah vaginanya yang terasa asin oleh cairan kewanitaannya. "Akh.. terus dong hisapnya, ayo.. masukin aja lidahmu..!" pintanya setengah mendesah. Aku hanya menurutinya saja, lidahku kudorong masuk ke dalam lubang kewanitaannya sembari terus memainkan putingnya dengan kedua tanganku yang bebas. "Akh..!" desahnya sambil menggeliat, lalu kurasakan kedua pahanya menjepit kepalaku yang masih asyik di antara selangkangannya.
Setelah beberapa lama akhirnya Prima yang sudah telanjang bulat bangkit dan mendorongku jatuh di atas jaket yang sedari tadi sudah ia jadikan alas. Dengan pandangan mesumnya, Prima mulai membuka bajuku dan juga celanaku. Hingga aku pun telanjang bulat tanpa ada sehelai benang pun yang menutupi tubuhku. Prima mulai mempermainkan penisku, pertama dengan jarinya lalu tiba-tiba lidahnya menjilat manis, ia mulai menghisap-hisap batanganku yang benar-benar lebih besar dari biasanya. Hisapan yang tentunya baru pertama kalinya aku rasakan. Penis perjakaku yang tadinya hanya 15 cm dan berdiameter 3 cm tiba-tiba saja memanjang jadi 17 cm dan diameter jadi 4 cm.
"Akh.. Prim terus Say! ayo hisap terus sampai keluar!"
Lalu sambil menghisap penisku Prima mempermainkan telur kejantananku dengan jemari basahnya. Hingga akhirnya lidahnya menjulur turun ke testisku dan mengulumnya pelan nan lembut. "Akh.. akh.. mmhh..!" desahku keenakan. Rasanya hangat membakar tapi juga mengasyikkan. Tapi tak lama kemudian ia bangkit dan menduduki perutku, tangannya tengah sibuk berusaha memasukanpenisku ke dalam vaginanya. Dan..
"Bluuss.."
"Akh..!" desahku.
Dengan cekatan seolah pernah melakukan kegiatan itu ia menggoyangkan selangkangannya maju-mundur mengikuti irama desahan kami. Bahkan susunya yang kencang pun ikut bergoyang sesuai irama. Prima melakukan semuanya seperti seorang ahli. Benar-benar ahli. "Prim, kamu udah pernah, ya, ama pacar kamu?" tanyaku penasaran. "Ah, dia nggak ngaceng kalau liat tubuhku. Aku sering ginian ama Oomku, dia yang ngajari aku dari detailnya."
Rupanya gadis yang benar-benar kukagumi ini tidak sepenuhnya sempurna, tapi hati nuraniku terkalahkan oleh nafsu ganasku. Aku tidak akan memperdulikan latar belakangnya yang jelas saat ini aku bisa benar-benar menikmati indah tubuhnya dan hangat sentuhnya serta panas birahinya.
Setelah agak lama ia menggoyangkan tubuhnya, aku yang tadinya masih perjaka pun tak kuasa menahan mani yang akan segera keluar dari kemaluanku.
"Akh.. aku udah keluar!" ucapku setengah mendesah.
"Ah.. kamu ini masih perjaka, ya?" tanyanya ketus.
"Masa baru satu ronde gini kamu udah KO duluan, sich!"
"Abis musti gimana, donk?" jawabku serba salah.
"Ya udah kalau mau ngeluarin sekarang ya keluarin aja!" ujarnya setengah membentakku.
"Tapi nanti kamu.. hamil!"
"Santai aja aku nggak bakalan hamil kok, kamu nggak usah takut dong, Fai. Aku selalu rutin minum pil KB milik mamaku kok!"
Beberapa detik kemudian, "Akh..!" aku pun orgasme. Karena perkataannya yang agak tajam itu aku pun terdorong untuk membuatnya KO, sebab yang kutahu pria mana, sih, yang mau dikalahkan sama wanita di atas ranjang (walau kenyataannya aku tidak sedang di atas ranjang). Lalu sambil mengumpulkan sisa kekuatanku, aku bangun dari baringku, dengan kekuatanku yang meningkat tajam, sama tajamnya dengan penisku, kubalikkan tubuhnya hingga ada di bawahku. Kemudian kumulai lagipertempuran yang memang harusnya akulah yang ambil kendali.
Aku kembali memasukkan adikku yang masih segagah tadi, bahkan lebih gagah lagi karena terbakar semangatku yang memanas. "Bluss!" Cukup mudah karena lubang vaginanya tidak terlalu sempit. Mungkin benar kata Prima kalau dia sudah sering nge-sex sama Oomnya. Aku yang masih pemula pun mulai menggoyangkan tubuhku maju-mundur seperti yang Prima lakukan tadi. "Akh.. akh.. akh.. ookhh.. bagus Fai, betul.. akh..!" desahnya keras. Peluhku pun berjatuhan karena capai, tapi perang belum usai, si adik gagah sudah mulai mau mengeluarkan maninya.
"Prim kamu belum orgasme juga?" tanyaku tak tahan menahan mani yang hendak menyembur keluar.
"Sebentar lagi kok, Fai!"
Lalu setelah maniku keluar dan orgasmeku hadir di ujung penis,
"Aaakkhh..!" desahnya keras sekali tepat di dekat telingaku.
"Aku udah orgasme, Fai!" ujarnya senang dan puas.
Ritual berikutnya ia memintaku memasukkan penisku ke dalam lubang anusnya, aku hanya menurut saja. Tak seperti dugaanku ternyata mudah sekali untuk memasukkannya ke dalam anusnya. Dalam beberapa goyangan aku pun berhasil mencapai orgasme. "Akh.. udah dulu ya Prim, aku udah capai banget!" ujarku saat dia ingin melakukannya sekali lagi.
Kami pun segera berbenah setelah aktivitas tak terduga kami lakukan. Aku sedikit merasa bersalah pada Prima dan pacarnya, walau sesungguhnya aku sangat membenci pacarnya yang menurutku sangat beruntung. Walau pun kenyataannya ia tidak seberuntung diriku.
"Fai, kamu pintar juga, ya!"
"Aku jadi nggak enak sama kamu dan pacarmu, Prim!" kataku padanya.
"Ah, santai aja sebenarnya aku jadian sama dia cuman untuk mainan aja kok!" jawabnya santai.
"Kamu nggak apa-apa? Kamu nggak nyesel?"
"Buat apa nyesel, malah kalau kamu pengen lagi aku juga mau, kok. Soalnya kalau sama Oom-ku aku cuman bisa 2 bulan sekali."
Itulah Prima gadis pujaanku, dan semenjak saat itu kami mulai sering nge-sex bareng. Bolos les-lah bahkan kadang-kadang kami sewa kamar di puncak. Dan hasilnya aku pun makin mahir dari hari ke hari. Hingga akhirnya Prima pun mengakui kehebatan penisku yang mampu bertahan sembilan ronde. Kami memang tak pernah pacaran walau pun akhirnya ia putus dengan pacarnya. Tapi, kami sama-sama saling memenuhi kebutuhan sexual kami masing-masing.
TAMAT