Aku berkemas-kemas untuk menuju ketempat janjian yang telah disepakati tadi, yaitu sebuah tempat yang merupakan restoran bernuansa alam terbuka di daerah selatan Jakarta. Dengan tidak sabar aku langsung keluar kantor tepat waktu. Biasanya aku melebihkan waktu berlama-lama di kantor dengan pertimbangan kemacetan. Karena kupikir pulang tepat waktu sekitar pukul empat atau lima sore berarti pulang bareng dengan hampir sepertiga karyawan atau pekerja yang mencari nafkah di Jakarta. Artinya aku akan beresiko terjebak dengan kemacetan kota metropolitan ini.
Aku tiba ditempat sekitar pukul tujuh sore. Aku kemudian celingak-celinguk mencari tempat yang telah disepakati dengan Titien untuk menunggu sebelum masuk ke lokasi restoran. Aku lalu menemukan tempat yang dimaksud, yaitu didepan sebuah warung rokok yang berada disamping sebuah telepon umum. Lalu aku melirik jam, terasa jam berputar lama sekali jika kita dalam keadaan menunggu. Mungkin sambil menunggu, ada baiknya aku membeli rokok sambil membasahi kerongkonganku dengan teh botol.
Aku duduk disebuah bangku panjang yang sepertinya disediakan oleh si pemilik warung bagi para pembeli yang ingin duduk-duduk sambil meminum minuman yang dibeli dari warungnya. Tiba-tiba handphoneku berbunyi, aku melihat ke monitor dan tertera nama Titien. Aku melihat kesekeliling. Dari arah sekitar limabelas meter dari tempatku, kulihat seorang wanita langsing tengah berdiri, dia berambut pendek dengan blazer warna hijau yang menutupi kemeja dengan warna senada, memakai bawahan celana panjang terbuat dari bahan berwarna cream. Kulihat dia sedang memencet tuts-tuts handphone-nya. Aku pikir ini pasti Titien.
Aku terus melihat dan memperhatikannya dan berharap dia melihat kearahku. Dan kemudian harapankupun terkabul, dia memutar pandangannya kesekeliling lalu berhenti tepat kearahku. Aku melambaikan tangan dan tersenyum, aku tak tau pasti apakah dia bisa melihat senyumku disuasana keremangan seperti itu. Dia balas melambai dan memberi isyarat agar aku segera menghampirinya. Mungkin dia merasa malu untuk menghampiri diriku duluan, pikirku. Memang aturannya kan cowok yang harus nyamperin cewek, pikirku. Setelah menyelesaikan pembayaran atas teh botol dan rokok yang kubeli, aku berjalan menuju Titien.
"Hai " sapanya. Aku memperhatikan dengan seksama wanita yang kini tepat berada dihadapanku. Tingginya sekitar 165 cm. Beratnya kutaksir sekitar 48 atau 49 kilogram. Wajahnya lumayan manis. Umurnya kira-kira tepat seperti pengakuan dirinya kepadaku sewaktu perkenalan ditelepon dahulu, 30 tahun kurang lebih.
"Udah lama yah nunggunya?"
"Nggak. Sekitar lima belas menit." Jawab ku.
"Kita langsung masuk kerestoran aja yuk. Nggak enak ngobrol lama-lama sambil berdiri disini" Ajakku. Lalu dia menyetujui ajakanku.
Kemudian kami menyeberang jalan dan terus menuju kedalam lokasi restoran yang pasti kelihatan asri di saat terang hari. Restoran ini mempunyai mempunyai taman yang cukup luas dengan dilatari danau yang kelihatan indah ditimpa cahaya rembulan. Kami lalu mengambil lokasi yang berupa tempat lesehan yang dikelilingnya berdinding bambu. Aku lalu memesan makanan dan minuman dan menanyakan Titien juga apa yang akan dia pesan.
Kami lalu bercerita tentang diri kami masing-masing. Dia menuturkan kisahnya yang telah cerai selama dua tahun dan telah mempunyai seorang anak laki-laki berumur 5 tahun. Dia pisah dengan suaminya karena mengetahui suaminya telah menikah lagi. Aku lalu langsung menawarkan ide yang memang telah kurencanakan terlebih dahulu. Aku tau restoran ini juga menyediakan semacam tempat penginapan yang diperuntukkan bagi para orang yang transit atau juga sekedar mencari lokasi untuk melepas hajat birahi.
"Tien, gimana kalo kita ngobrolnya di dalam aja? " Tanyaku.
"Didalam dimana? Kan disini juga udah didalam?" Jawabnya.
"Disini ada tempat semacam kamar. Jadi kan lebih asik dan lebih enak kalo ngobrolnya di tempat yang privasinya tinggi" Ajakku lebih meyakinkan dirinya.
"Ah, ntar kalo berdua doang jadinya macam-macam" Jawabnya sambil tersenyum menggoda.
Akhirnya dengan meyakinkan dirinya bahwa dengan berbicara didalam akan lebih menambah suasana yang enak dan romantis, ia akhirnya menyetujui untuk pindah ke kamar penginapan yang terletak tepat disamping taman restoran tersebut. Kami memilih kamar yang terletak ditepi danau. Setelah menyelesaikan pembayaran yang memang harus diberi dimuka, kami memasuki kamar yang tidak mewah memang, tapi cukup lumayan luas untuk harganya yang berkisar 65.000 rupiah. Titien membuka tirai jendela yang langsung menghadap ke danau. Sementara aku langsung menghempaskan diriku keatas kasur.
Kuperhatikan Titien melirikku sekilas. Lalu dia menuju kursi disebelah jendela sambil tatapannya tetap menuju pemandangan danau yang memang romantis di kala malam hari. Aku lalu bangkit dan duduk disebelah Titien.
"Aku baru kali ini berdua berada didalam kamar selain dengan mantan suamiku" Ujarnya membuka suasana hening diantara kami. Aku menggeser merapat kedirinya dan memeluk pinggangnya dari samping. Dia tidak menolak. Lalu dia melanjutkan cerita tentang kisah dirinya. Aku mendengar sambil mendekatkan wajahku ke lehernya. Dia bergerak menggelinjang sebentar, "Geli ah.." .
" Sekarang giliran kamu dong cerita tentang dirimu" Pintanya, mungkin dia merasa dari tadi aku belum cerita apa-apa tentang diriku.
"Ceritanya sambil duduk di kasur aja yuk" Balasku sambil bangkit berdiri dan menarik tangannya. Dia menahan tanganku dengan tetap duduk. Dia menatapku dalam-dalam mungkin sambil berfikir. Tak tau apa yang ada dibenaknya.
"Ntar aja ah. Disini aja duduk disampingku" Tolaknya halus. Aku ngerti fikirannya.
Ini adalah kali pertama dia berada begitu dekat dengan sorang pria setelah pisah sekian lama dari pelukan seorang pria. Ini mungkin keputusan yang berat buatnya. Aku harus bersabar. Aku kembali duduk, tapi posisiku kurubah. Aku menghadap punggungnya. Kupeluk dia dari belakang sambil wajahku kudekatkan kembali kelehernya yang jenjang. Tercium bau sedap aroma sabun mandi dan parfum dari tubuhnya. Kukecup lehernya. Dia mendesis kecil. Tanganku aku naikkan menuju payudaranya. Kuraba dengan lembut bukitnya yang kuperkirakan berukuran sekitar 36 A tersebut. Dia memegang tanganku. Kuputar pelan peganganku mengitari payudaranya sambil menjilat lehernya.
"Ahh..Ton. Kamu nakal." Protesnya tanpa melakukan penolakan apa-apa.Dia mencubit pahaku. Sementara penisku yang telah mulai menegang semakin kurapatkan di pantatnya. Aku tau dia bisa merasakan benda keras itu menyentuh belakangnya. Aku lalu bangkit berdiri dan kugotong tubuhnya menuju ranjang. Dia menggeliat protes. Tapi karena rangkulanku lebih kuat, perlawanannya tidak terlalu berarti.
"Jangan Ton. Ini gak boleh. Terlalu cepat. Kan janjinya tadi mau ngobrol aja di dalam" Ujarnya memprotes tindakanku.
"Iya.Aku cuma mau kita pindah ngobrolnya diranjang. Biar lebih relaks"
"Bener yah. Kamu janji gak bakalan macem-macem" Dia berhenti memberontak dan menyetujui ajakanku. Aku tersenyum aja. Harus sabar pikirku.
Kutaruh pelan tubuhnya diatas ranjang. Lalu kulepas sepatuku. Kemudian aku berbaring disamping tubuhnya. Kuusap pipinya lembut. Dia memejamkan matanya. Kukecup lembut pipinya. Kecupanku terus turun menuju sisi pipinya disebelah bibir. Tanganku lalu meraba payudaranya.
"Ahh..shh.Ton, kamu mau ngapain?"
Aku tidak menyahut. Kemudian kuremas payudaranya dengan tangan kiriku.Sementara tangan kananku kugunakan untuk mengendorkan sabuk celana jeansku yang kurasa sangat sesak dikarenakan penisku yang telah menegang dan serasa ingin keluar.
Aku berhasil membuka kancing dan risleting celanaku tanpa sepengetahuan Titien. Aku nggak mau dia kaget dengan tindakanku ini. Kurubah posisiku. Aku kini berada diatas tubuhnya. Dia masih terpejam dengan mulut sedikti terbuka. Kucium bibirnya sambil tanganku tetap mengelus payudaranya yang masih terbungkus kemeja itu. Perlahan tanganku mulai membuka satu persatu kancing kemeja dan seketika terpampanglah pemandangan dua bukit indah yang masih ditutupi bra coklat mudanya. Kutelusup tanganku menuju belakang tubuhnya sambil mencari pengait bra yang langsung kubuka dengan tak sabar. Kemudian kutarik bra yang menghalangi aktivitasku dan langsung kulempar kesamping ranjang.
Dia kelihatan semakin tak sadarkan diri menikmati perlakuanku padanya. Mungkin dia sudah sangat lama menginginkannya. Tanganku mulai meraba dan meremas perlahan payudaranya yang putih dan indah dengan putingnya yang menantang. Kukecup putingnya lalu kusedot perlahan. Dia menggelinjang dan sedikit menggelepar.
"Ton..Kamu emang nakal bangethh..shh..ohh"
Aku sedikit mengangkat tubuhku. Dengan perlahan tanpa sepengetahuannya, kutarik jeansku dan kulepas dengan sukses bersamaan dengan celana dalamku. Lalu kutindih tubuhnya sambil membuka kedua kakinya dengan menggunakan kakiku. Kugesek perlahan selangkangannya tepat diatas vaginanya yang masih tertutup celana panjangnya itu. Dia tidak menolak. Bahkan membalas gerakanku dengan menggoyangkan pinggulnya.tampaknya dia belum sadar bahwa bagian bawahku telah terbuka habis.
Dia keliatan begitu terbawa suasana dengan caraku merangsang dirinya. Aku lakukan ini sekitar lima belas menit. Lalu aku meraba perutnya dan mencium pusarnya. Dia menggeliat kembali. Tanganku tetap berada dipayudaranya sambil memilin, memutar dan meremas putingnya yang telah mengeras. Lalu kulanjutkan aksiku untuk mencoba membuka kancing celana panjangnya. Tapi tiba-tiba dia seperti tersadar dan memegang tanganku erat-erat.
"Jangan Ton. Jangan dibuka. Ntar jadi keterusan, Cukup begini aja yah." Ujarnya.
"Nggak kok sayang. Aku cuma mau cium perut bawah kamu. Aku gak bakalan sampai jauh kok. Celana panjangnya aja yang dibuka, biar nggak kusut. Celana dalam kamu gak usah dilepas, biar kamu aman" Rayuku sambil memberi keyakinan.
Dia tampaknya setuju dengan alasanku. Lalu dia menaikkan sedikit pinggulnya untuk membantu melepas celana panjangnya. Kutarik celananya dengan tidak sabar. Ternyata dia masih memakai bike pant (celana sepeda). Wah.. ternyata pertahanan wanita ini berlapis-lapis juga, pikirku. Setelah celana panjangnya terlepas, aku berusaha membuka bike pant-nya. Tapi kembali dia menahan tanganku. Entah apa lagi alasanku kali ini untuk meyakinkan dirinya agar mengizinkanku melepas celana sepedanya.
"Jangan dibuka. Ntar keterusan. Cukup yang itu aja yah" Katanya. Kali ini aku terpaksa mengalah. Dan dengan masih dilapisi celana sepeda, aku harus cukup puas untuk terus melakukan aktivitasku. Kugesek gesek penisku yang telah menegang maksimum diantara selangkanganku. Lalu beberapa saat kemudian dia mengejang dan mempererat rangkulannya. Aku tau dia akan orgasme. Sementara aku belum apa-apa. Biarlah, aku harus bersabar. Setelah merasakan orgasme beberapa saat. Dia memejamkan matanya. Aku lalu turun dan berbaring disisinya dengan penis yang masih menegang.
"Aku capek, Ton.Terimakasih yah kamu telah memberi rasa yang udah lama nggak aku dapatkan" .
Aku tersenyum menatapnya.
"Itu belum maksimal, Tien. Kalo kamu izinkan aku membuka celana sepedamu, pasti gesekannya lebih mantap. Dan aku pasti ikut orgasme juga." Ujarku membujuknya.
Dia hanya terdiam dengan masih memejamkan matanya yang bagus itu.
"Aku takut kamu keterusan, Ton"
"Nggak deh. Aku hanya gesek-gesek diatas vagina kamu tanpa melepas celana dalam kamu"
Dia kembali terdiam. Beberapa saat kemudian kulihat dia terlelap ketiduran. Mungkin letih karena habis orgasme atau mungkin juga letih karena seharian bekerja.
Sekitar empat puluh lima menit tidak ada tanda-tanda dia akan terbangun.Terlihat dia tertidur sangat nyenyak. Pelan pelan aku raba perutnya lagi yang turun naik seirama dengan tarikan nafasnya. Kutelusup tanganku kedalam celana sepedanya. Tanganku menyentuk celana dalamnya tepat di atas bukit kenikmatan miliknya. Terasa basah dan lembab. Dia tidak memberikan reaksi apa-apa.
Masih kelihatan terlelap dengan nyenyaknya. Kuberanikan diriku untuk menarik celana sepedanya perlahan. Dia masih tak bereaksi. Kutarik pelan-pelan sampai tepat diatas lutunya. Kini terpampanglah celana dalam berwarna coklat muda yang menutupi bukit halus milknya. Aku lalu menaikkan sedikit kakinya agar celana sepeda tersebut dapat terlepas. Akhirnya usahaku sukses. Sementara dia masih tertidur pulas. Aku lalu bangkit dan memposisikan diriku berada diatas tubuhnya, namun tanpa menindihnya. Perlahan kurenggangkan kedua kakinya, sehingga aku berada diantara kedua pahanya. Aku lalu mengecup bibirnya perlahan. Dia hanya bergerak sedikit tanpa memberi reaksi balasan.
Kesempatan dengan posisi bagus ini jangan sampai terlewatkan, pikirku. Aku harus bisa memasukkan penisku kedalam vaginanya. Aku udah nggak tahan. Aku udah terangsang berat dari tadi. Aku nggak perlu melepas celana dalamnya. Aku bisa memasukkan penisku dari celah pinggiran celana dalamnya sebelah bawah, itu bukanlah hal yang susah. Lalu kubuka pelan pinggiran celah celana dalamnya bagian bawah sambil dengan pelan kuisap puting kedua payudaranya secara bergantian. Tangan kiriku menuntun penis ku mencari celah celana dalamnya. Terasa tepat kepala penisku menyentuh bibir vaginanya. Kugesek-gesekan kepala penisku ditempat tersebut, sehingga bibir vaginanya membuka. Ketika kurasa kepala penisku tepat berada di depan lubang vaginanya, aku tekan perlahan.
Mungkin karena sangat basah, penisku mulai memasuki lubang kenikmatan miliknya. Tiba-tiba dia terbangun.
"Ton.. apa yang kamu lakukan. Ohh..jangan Ton. Ahh. Ini gak boleh. Kamu udah melanggar janji kamu.Ton.." Dia meronta-ronta berusaha melepas penisku yang telah bersarang didalam vaginanya. Tapi usahanya sia-sia. Dia keliatan pasrah.
"Ahh, kamu. Aku udah berusaha menjaganya selama ini, akhirnya kamu yang menerobos punyaku."
Aku udah gak perduli lagi dengan protesnya. Yang penting penisku telah kubenamkan kedalam kelembaban dan kehangatan lubang vaginanya. Terasa begitu nikmat. Walau dia seorang janda, masih terasa sempit dan jepitan vaginanya membuatku merasakan sensasi yang luar biasa. Yang ada difikiranku kini adalah aku akan menyetubuhinya sampai puas dan orgasme akan kuakhiri dengan meyemprotkan maniku didalam vaginanya.
"Ahh..sshh..Tien, vagina kamu nikmat banget sayang. Aku tau vagina kamu juga udah pingin banget dikocokin penis. Nih, aku beri kocokan terhebatku yah"
Aku lalu mendorong penisku sampai semuanya tertelan oleh vaginya. Lalu kukocok dengan variasi lima kali kocokan tanggung, sekali kocokan keras menghujam kedalam
" Shh..sial kamu Ton. Ohh.. Jangan dikeluarin didalam yachh.Ssshh" Ceracaunya.
" Enak nggak dientot ama aku, say." Sambil terus kukocok dengan kencang, aku berusaha menambah gairahku dengan berdialog dengannya. Dia hanya mengangguk pelan.Plek..plekk..jleb..jleb..jleBHh..bunyi irama yang diakibatkan beradunya paha kami berdua dan dipadukan dengan bunyi gesekan penisku dengan dinding dalam vaginanya yang begitu becek. Kurasakan dia mulai menegang.
" Ton..aku mau nyampe..oohh..sshh"
Aku juga mulai merasakan sensasi yang sama. Kurasa gelombang-gelombang mulai naik dan aku merasakan ada yang akan menyembur dari kepala penisku. Sementara itu Titien malah mempererat pelukannya, padahal aku akan mencabut penisku dan mengeluarkan maniku diluar. Namun karena pelukannya yang sedemikian erat, ditambah rasa yang semakin mendekati klimaks. Aku jadi gak perduli lagi. Dan akhirnya Titien mengejang dan menggelepar sambil berteriak.
" Tonnhh.Ssshh..aahhkhhk.. hekkhh.. hekkhh.. hekkhh." Teriaknya begitu menggairahkan. Bersamaan dengan itu aku lalu menghujamkan penisku dengan keras dan dalam..Crott.. Crott.. Crott.. Crott.. Crotthh.. Crott. Terasa semburan maniku begitu berlimpah bagai pipa yang memancurkan air yang sudah tertahan lama.
" Ahh..Titiennhh. Nikmat bangetthh.."
Setelah terdiam membisu, tanpa mencabut penisku dari dalam vaginya yang masih berdenyut-denyut memijat penisku, merasakan sisa-sisa sensasi nikmatnya orgasme, dia mulai sadar akan sesuatu.
"Ton..!! Kamu keluarkan didalam yahh.Oh, Tuhan. Gimana kalo ntar jadi?" Ujarnya sedikit berteriak.
" Kamu sih..Aku tadi mau cabut, tapi kamu malah menarik dan merangkulku erat banget. Jadi yah aku gak berdaya donk".
"Ahh kamu. Selalu melanggar kesepakatan. Awas lho kalo aku hamil"
Akhirnya kami terlelap sampai pagi dan setelah itu kami masih ketemu dan menikmati persetubuhan kami hingga aku tidak mendengar lagi kabarnya.Ah Titien, kamu memang siip. Bagi yang berminat berbagi pengalaman denganku, terutama para wanita-wanita, aku tunggu emailnya.
Tamat