Minggu, 24 Oktober 2004
"Hallo?", kataku ketika telepon sudah tersambung.
"Hallo?", terdengar suara wanita menjawab.
"Ini pasti Bu Novianti, ya? Saya Roy Takeshi, Bu..", kataku.
"O, Pak Roy.. Apa kabar?", tanya Novianti ramah.
"Baik, Bu.. Bisa bicara dengan Pak Yoga, Bu?", tanyaku.
"Suami saya sejak kemarin malam pulang ke Semarang, Pak..", kata Novianti.
"O begitu ya, Bu.. Well, kalo begitu saya pamit mundur saja, Bu..", kataku cepat.
"Sebentar, Pak Roy!", kata Novianti menyela.
"Ya ada apa, Bu?", tanyaku.
"Tidak ada apa-apa kok, Pak. Hanya saja rasanya kita sudah lama tidak pernah bertemu", katanya.
"Betul sekali, Bu. Kebetulan saja saat ini sebetulnya saya ada perlu dengan Pak Yoga tentang masalah bisnis kami, Bu", kataku.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak Roy?", tanya Novianti serius.
"Mm.. Kayaknya tidak ada, Bu. Terima kasih..", kataku lagi.
"Sekarang Pak Roy sedang dimana?", tanyanya kian melebar.
"Saya sedang di jalan, Bu. Tadinya mau ke rumah Ibu. Tapi ternyata Pak Yoga tidak ada di rumah..", kataku seadanya.
"Kesini saja dulu, Pak Roy!", ajak Novianti.
"Gimana, ya?", kataku ragu.
"Ayolah, Pak Roy.. Teman suami saya berarti teman saya juga. Please..", pintanya.
"Baiklah, saya akan mampir sebentar..", kataku setelah berpikir sejenak.
"Okay.. Saya tunggu, Pak Roy. Bye", kata Novianti sambil menutup telepon.
Segera aku menuju ke rumah Yoga, teman bisnisku. Di teras sebuah rumah di kawasan Cipinang Indah, tampak seorang wanita tersenyum ketika aku mendekat. Novianti, sekitar 27 tahun, wajah lumayan enak dipandang. Kulit putih, postur tubuh sedang saja. Yang membuatku suka adalah tubuhnya yang seksi terawat. Aku kenal dia sekitar satu tahun yang lalu ketika aku mengantar Yoga suaminya, pulang dari urusan bisnis.
"Silahkan masuk, Pak Roy", katanya sambil membuka pintu rumahnya.
"Terima kasih", kataku sambil duduk di ruang tamu.
"Mau minum apa, Pak?', tanyanya sambil tersenyum manis.
"Apa saja boleh, Bu..", jawabku sambil membalas senyumannya.
"Baiklah..", katanya sambil membalikkan badan dan segera melangkah ke dapur.
Mataku tak berkedip melihat penampilan Novianti pagi itu. Dengan memakai kaos tank-top serta celana pendek ketat/hot span, membuat mataku dengan jelas bisa melihat mulusnya punggung serta bentuk dan lekuk paha serta pantat Novianti yang bulat padat bergoyang ketika dia berjalan.
"Maaf kelamaan..", kata Novianti sambil membungkuk menyajikan minuman di meja. Saat itulah dengan jelas terlihat buah dada Novianti yang cukup besar. Darahku berdesir karenanya.
"Silakan diminum..", katanya sambil duduk.
Kembali mataku selintas melihat selangkangan Novianti yang jelas menampakkan menggembungnya bentuk memek Novianti.
"Iya.. Iya.. Terima kasih..", kataku sambil meneguk minuman yang disajikan.
"Sudah lama sekali ya kita tak bertemu..", kata Novianti membuka percakapan.
"Betul, Bu. Sudah sekitar enam bulan saya tidak kesini..", jawabku.
"Senang rasanya bisa bertemu Pak Roy lagi..", kata Novianti tersenyum sambil menyilangkan kakinya.
Kembali mataku disuguhi pemandangan yang indah. Bentuk paha indah Novianti membuat darahku berdesir kembali. Ini perempuan kayaknya bisa juga.., pikiranku mulai kotor.
"Hei! Pak Roy lihat apa?", tanya Novianti tersenyum ketika melihat mataku tertuju terus ke pahanya.
"Eh.. Mm.. Tidak apa-apa, Bu..", jawabku agak kikuk.
"Hayoo.. Ada apa?", kata Novianti lagi sambil tersenyum lebar. Aku suka tatapan matanya yang terkesan binal.
"Saya suka lihat bentuk tubuh Ibu, jujur saja..", kataku memancing.
"Memangnya kenapa dengan tubuh saya?", tanyanya sambil matanya menatap tajam mataku.
"Mm.. Nggak ah.. Nggak enak mengatakannya..", jawabku agar dia penasaran.
"Tidak enak kenapa? Ayo dong Pak Roy..", katanya penasaran.
"Sudah ah, Bu.. Malu sama orang.", kataku sambil tersenyum.
"Iihh! Pak Roy bikin gemes deh..", katanya sambil bangkit lalu menghampiri dan duduk di sebelahku.
"Saya cubit nih..! Ayo dong katakan apa?", katanya sambil mencubit pelan tanganku.
"Yee.. Ibu ternyata agresif juga ya?!", kataku sambil tertawa.
"Tapi suka, kan?", katanya manja.
"Iya sih..", kataku mulai berani karena melihat gelagat Novianti seperti itu.
"Kalau begitu, ayo dong Pak Roy kasih tahu ada apa dengan tubuh saya?", tanya Novianti agak berbisik sambil tangannya ditumpangkan di atas pahaku. Aku tak menjawab pertanyaannya, hanya tersenyum sambil mataku tajam menatap matanya.
"Ihh, kenapa Pak Roy tak mau jawab sih?", suara Novianti terdengar pelan sementara matanya menatap mataku.
Beberapa saat mataku dan mata Novianti saling bertatapan tanpa bicara. Sedikit demi sedikit kudekatkan wajahku ke wajahnya. Terdengar jelas nafas Novianti menjadi agak cepat disertai remasan tangannya di pahaku ketika bibirku hampir bersentuhan dengan bibirnya.
"Tubuh Ibu seksi..", bisikku sambil menempelkan bibirku ke bibir merahnya.
"Mmhh..", desahnya ketika kukecup dan kulumat perlahan bibirnya.
Tak kusangka Novianti membalas lumatan bibirku dengan sangat panas dan liar. Lumatan bibir, hisapan dan permainan lidahnya benar-benar membuatku bergairah. Apalagi ketika tangan Novianti dengan berani langsung memegang dan meremas celana bagian depanku yang sudah mulai menggembung.
"Mmhh..", desahnya ketika tanganku mulai meraba buah dadanya yang cukup besar menantang.
"Kita pindah ke kamar saja, Pak Roy..", bisiknya sambil bangkit dan menarik tanganku.
"Oke..", jawabku sambil meremas pantatnya.
Segera kuikuti Novianti ke kamarnya sambil sesekali memegang dan meremas pantatnya. Di dalam kamar. Novianti tanpa segan lagi langsung melepas semua pakaiannya hingga dengan jelas aku bisa menyaksikan betapa seksinya tubuh dia. Aku suka buah dadanya yang cukup besar dengan puting susu kecil berwarna agak coklat. Apalagi ketika melihat memeknya yang dihiasi bulu yang tak terlalu banyak tapi rapi.
"Ayo dong lekas buka pakaiannya..", kata Novianti ketika melihatku belum membuka pakaian.
"Tubuh Ibu sangat bagus..", kataku tersenyum sambil membuka pakaianku.
"Apa yang Pak Roy suka?", tanya Novianti sambil menghampiri dan membantu membuka pakaianku.
"Saya suka ini..", kataku sambil meremas buah dadanya lalu meraba memeknya.
"Ihh, nakal..!!", katanya sambil memegang dan mengelus kontolku yang sudah mulai tegang. Kurengkuh belakang kepalanya lalu segera kulumat bibirnya, Novianti pun segera membalas lumatanku sembari tangannya makin keras meremas kontolku.
"Uhh..", desah Novianti ketika tanganku meremas buah dadanya dan sesekali memainkan puting susunya.
Sambil berdiri kami berciuman dan saling raba apa pun yang mau diraba, saling remas apapun yang mau diremas. Sampai beberapa saat kemudian, kudorong dan kurebahkan tubuh mulus telanjang Novianti ke atas ranjang.
"Oww.. Pak Roy! Enakkhh..", desah Novianti keras ketika bibirku menyusuri belahan memeknya sementara tanganku memegang dan meremas buah dadanya.
"Ohh.. Ohh..", jerit Novianti sambil menggelinjang ketika lidahku menjilati kelentit dan lubang memeknya bergantian.
Tubuh Novianti makin bergetar dan melengkung ketika sambil kujilat kelentitnya, kumasukkan jariku ke lubang memeknya. Terasa di jariku jepitan-jepitan pelan lubang memeknya ketika jariku kukeluarmasukkan perlahan.
"Oohh..", jerit Novianti makin keras serta dengan keras menjambak kepalaku dan mendesakkan ke memeknya.
"Aku mau keluarrhh, Royyhh..", jerit Novianti sambil menggerakan dan mendesakkan memknya ke mulutku.
"Oohh!! Nikmaatthh..!!", jerit Novianti ketika mendapatkan orgasme, lalu tubuhnya melemah. Aku bangkit lalu kutindih tubuhnya.
"Bagaimana rasanya, Bu?", tanyaku sambil mengecup bibirnya. Novianti tidak menjawab pertanyaanku, tapi membalas kecupanku dengan lumatan ganas walau mulutku masih basah oleh cairan memeknya sendiri.
"Gantian, Pak..", kata Novianti sambil tersenyum lalu bangkit.
"Mm.. Enak, Bu..", kataku ketika kontolku dikocoknya sambil sesekali Novianti menjilat kepala kontolku.
"Uhh..", desahku ketika terasa mulut dan lidah Novianti dengan hangat melumat dan menghisap kontolku.
Jilatan dan hisapan Novianti sangat terasa nikmat. Sangat lihay sepertinya Novianti dalam hal ini. Apalagi ketika lidah Novianti dengan tanpa ragu menjilat lubang anusku berkali-kali sembari tangannya tak henti mengocok kontol. Apalagi ketika ujung jarinya dimasukkan ke lubang anusku, lalu mulutnya tak henti menjilat dan menghisap kontolku.
"Novii.. Enakk bangett..", kataku sambil terpejam lalu memegang kepalanya. Kemudian kugerakkan kontolku keluar masuk mulutnya.
"Uhh.. Enak sekali, Nov..", kataku sambil meremas rambut Novianti.
"Sudah deh.. Naik sini!", pintaku. Novianti menurut.
Setelah menghentikan hisapannya, dia segera bangkit lalu segera naik ke atas tubuhku. Kemudian dengan satu tangan dipegang kontolku lalu diarahkannya ke lubang memeknya. Bless.. Tak lama memeknya sudah mulai digerakkan ketika kontolku sudah masuk.
"Sudah lama saya memimpikan bisa bersetubuh dengan Pak Roy..", kata Novianti sambil tetap menggerakan pinggulnya turun naik di atas kontolku.
"Memangnya kenapa, Bu.. Mhh..", kataku sambil meremas kedua buah dadanya yang bergoyang seiring gerakan tubuh Novianti yang bergerak turun naik dengan cepat.
"Mmhh.. Karena.. Mmhh.. Karena sejak pertama kita bertemu, saya sudah suka dengan Pak Roy. Saya tertarik pada Pak Roy.. Mmhh..", kata Novianti sambil mengecup bibirku. Aku tersenyum lalu membalas kecupannya sambil meremas pantatnya.
"Ohh, Pak Roy.. Enak sekali rasanya..", bisik Novianti sambil mempercepat gerakannya.
"Ohh.. Sayaanngg.. Ohh..", jerit Novianti sambil tubuhnya bergerak makin cepat seperti meronta. Sampai akhirnya, serr! Serr! Serr! Novianti mencapai orgasme.
"Ohh..", jerit Novianti sambil mendekap erat tubuhku sambil mendesakkan memeknya ke kontolku. Tubuhnya bergetar dan meronta merasakan nikmat yang amat sangat.
"Ohh.. Pak Royy.. Enak sekali..", bisik Novianti sambil mengecup bibirku. Aku tersenyum sambil membalas kecupannya.
"Mau posisi apa, sayang?", tanya Novianti sambil tetap berada di atas tubuhku.
"Posisi kesukaan Ibu Novi apa?", aku balik bertanya.
"Doggy style.. Mau?", tanya Novie sambil tersenyum lalu mengecup bibirku.
"Whatever you want..", jawabku.
Novianti bangkit lalu mulai nungging di pinggir ranjang. Tampak jelas memeknya merekah merangsang.. Segera kuarahkan kontolku ke lubang memeknya, lalu bless.. Bless.. Aku mulai memompa kontolku dalam-dalam di memeknya. Rasanya sangat nyaman dan nikmat.
"Ohh.. Enak banget memekmu..", kataku sambil meremas pantat Novianti.
"Mmhh.. Kapanpun Pak Roy mau, akan saya berikan.. Mmhh..", kata Novianti sambil menoleh ke arahku, sementara pantatnya digoyang dan diputar mengimbangi pompaan kontolku.
"Remasshh.. Remass buah dada saya, Pak Royy..", desah Novianti sambil meremas buah dadanya sendiri.
Aku pun segera menuruti kemauannya. Sambil memompa kontol, tanganku segera memegang, meremas buah dada dan memainkan puting susu Novianti bergantian.
"Ohh.. Ohh.. Nikmaatthh..", jerit lirih Novianti sambil memegang tanganku yang sedang meremas-remas buah dadanya.
"Ohh.. Enak sekali, sayang..", kataku sambil mempercepat gerakan kontolku karena sudah mulai terasa ada sesuatu yang ingin keluar seiring rasa nikmat yang aku rasakan.
"Keluarkan saja di dalam memekku, sayang..", kata Novianti sambil mempercepat goyangan pantatnya.
Kupercepat kontolku keluar masuk memeknya sambil meremas buah dadanya, lalu tak lama kemudian kudesakkan kontolku ndalam-dalam ke memeknya.. Croott! Croott! Croott! Air maniku menyembur sangat banyak di dalam memeknya seiring rasa nikmat dan nyaman kurasakan. Aku terus desakkan kontolku dalam-dalam ke memeknya sampai kurasakan air maniku habis keluar. Dan akhirnya aku merebahkan diri di samping tubuh molek Novianti.
"Pak Roy hebat.. Saya puas..", kata Novianti sambil meraba kontolku yang mulai lemas.
"Ibu juga hebat, memeknya sangat nikmat..", kataku balas memuji.
"Kapan pun Pak Roy mau, saya akan selalu penuhi keinginannya..", kata Novianti sambil tersenyum lalu mengecup bibirku.
"Kapan pun Ibu perlu saya, just make a call..", kataku sambil membalas kecupannya.
"Saya mau mandi dulu, Pak Roy.. Mau ikut?", tanya Novianti manja sambil bangkit dan turun dari ranjang.
"Mandi bareng wanita cantik siapa yang mau nolak?", kataku sambil bangkit pula.
"Ihh! Genit!", katanya sambil mencubit tanganku.
"Kalau sudah kena air dingin, bisa ada ronde kedua dong..", bisik Novianti sambil memeluk tubuh telanjangku.
"Siapa takut..", jawabku sambil mengecup bibir ranumnya.
Novianti, saya sayang kamu..
E N D