Dalam cerita terdahulu, aku telah menceritakan bagaimana permainan seks aku dengan Kristi, bule cantik dari Swedia yang ikut program Mega FAM di Malaysia pada akhir Januari 2004 lalu. Dimana setelah permainan kami yang cukup panas itu, tak ada lagi kesempatan kami berdua untuk melampiaskan hawa syahwat kami yang masih tetap menggebu-gebu, disebabkan jadwal kami yang padat hingga tengah malam, sementara grup aku dan Kristi berbeda pula. Sehingga jadilah permainan kami di hari pertama datang di Johor Bahru itu sebagai kenangan saja.
Setelah kami menimkati acara puncak peringatan Tahun Baru China (Gong Xi Fa Chai) yang dibuka Perdana Menteri Malaysia YAB Dato' Seri Abdullah Haji Ahmad Badawi dan juga dihadiri PM Singapore Goh Chok Tong, Wakil PM Singapore Lee hsien Loong dan Madamme Ho Ching di kawasan wisata Danga Bay yang berhadapan langsung dengan Singapore pada Sabtu malam tanggal 24 Januari 2004, esok paginya kami check out dari hotel dan menuju negara bagian Melaka melalui jalan tol yang cukup mulus. Kami masih saja dipandu travel agent yang disiapkan pihak Mega FAM sebagai penyelenggara.
Minggu siang tanggal 25 Januari 2004 sekitar pukul 11.30 waktu setempat, akhirnya kami sampai di kota tua dan bersejarah Melaka, setelah menempuh perjalanan cukup melelahkan dari Johor Bahru. Setelah makan siang di sebuah pusat perbelanjaan yang berdekatan dengan pusat perubatan Mahkota Medical centre yang sangat terkenal di kota tua itu, kamipun dibawa pemandu menuju arah luar kota, tepatnya di daerah Alor Gajah, yang berjarak sekitar 20 km dari pusat kota Melaka.
Disini, kami diinapkan di Famosa Resort Hotel yang berdiri di atas tanah ratusan hektar, dimana di areal ini cukup lengkap tempat untuk berwisata. Di lokasi ini terdapat Cowboy Town yang sangat mirip dengan kota koboi seperti terlihat di film koboi, juga ada kawasan wisata tempat berbagai binatang berkeliaran dengan bebas seperti di Taman Safari Bogor, ada dunia fantasi model di Ancol, lapangan golf dan sebagainya.
Oleh pemandu yang ditunjuk Mega FAM itu, kami kembali diberi masing-masing satu kunci kamar tidur kelas executive suite, seperti ketika berada di Eden Garden Hotel di Johor Bahru. Begitu menerima kunci kamar, aku langsung menuju lantai 3 dimana kamar yang aku tempati berada, dan langsung merebahkan diri di ranjang yang empuk tanpa membuka pakaian dan bersih-bersih terlebih dahulu.
Mungkin karena merasa capek setelah 3 hari mengikuti kegiatan yang digelar Mega FAM di Johor Bahru, aku tertidur dengan lelap, dan baru terbangun ketika jam telah menunjukkan pukul 19.30 waktu setempat. Karena takut terlambat makan malam yang disediakan pihak hotel di restoran yang berjarak sekitar 200 meter dari bangunan hotel tempat kami berada, aku buru-buru mandi dan setelah itu langsung mengenakan celana pendek dan bajo kaos dan bergegas menuju lift untuk turun ke bawah.
Ketika pintu lift yang hendak menuju lantai dasar terbuka, aku terpana melihat seorang cewek bermata sipit memakai celana katun warna hitam dan kaos warna-warni yang sedang berada di dalamnya, juga menuju ke lantai dasar. Rasanya, aku pernah berkenalan dengan cewek tersebut. Tapi dimana? Aku coba mengerenyitkan kening untuk berfikir.
"Hai, kamu yang dari Indonesia itukan? Kita pernah kenalan waktu seminar di The Puteri Pan Pasific Hotel di Johor Bahru dua hari lalu. Tapi saya lupa nama kamu," tegur cewek itu dalam bahasa Inggeris mengejutkanku.
Kini baru aku ingat, kalau tidak salah ingat namanya Michiko, peserta dari Jepang yang sempat berkenalan dengan aku ketika hendak mengambil tanda peserta dan bahan-bahan seminar di The Puteri Pan Pasific, Jum'at pagi dua hari lalu.
"Oh sorry, aku hampir lupa. Habis kamu jauh lebih cantik malam ini dibanding ketika kenalan dulu. Nama saya Sandy, nama kamu Michiko kan?" ujarku sambil memujinya. Dan wajahnya kulihat tiba-tiba bersemu merah mendengar pujianku.
"Kok sendiri saja, mana 4 temanmu yang lain?" tanyaku.
"Mereka tadi pergi shopping ke Melaka. Mereka ada mengajak saya, tapi saya nggak mau karena takut mengganggu acara mereka yang berpasangan," ujarnya jujur.
"Ooo, jadi kamu sendirian donk. Sudah dinner?" tanyaku.
"Belum, makanya saya sekarang mau dinner. Sayang tempatnya jauh juga ya," katanya.
Aku hanya tersenyum, dan menawarkan diri untuk bersama-sama dinner malam itu, dan dia menganggukan kepalanya tanda setuju. Akupun juga menceritakan tentang aku yang juga ditinggal teman-teman grup yang telah pergi entah kemana tanpa memberi tahu. Memang sejak awal aku lebih suka berada di kamar dari pada jalan-jalan, karena aku sudah sering datang ke Malaysia, termasuk Johor Bahru dan Melaka.
Dalam percakapan sambil makan malam itu, aku menawarkan kepada Michiko untuk mengunjungi Cowboy Town yang berjarak hanya sekitar 400 meter dari resort hotel tempat kami menginap, dan dia juga menyatakan setuju. Dengan berjalan kaki, malam itu kami lalu menuju arena Cowboy Town. Dan entah bagaimana awalnya, tak tahunya kami sudah bergandengan tangan saja selama dalam perjalanan menuju tempat itu.
Begitupun ketika kami menyaksikan pertunjukan Indian di arena Cowboy Town itu, tiba-tiba saja aku merasakan Michiko melingkarkan tangannya ke lenganku, sehingga sempat kurasakan gundukan daging kenyal didadanya bergeseran dengan lengan kiriku. Puas menyaksikan pertunjukan Indian, kami lalu mengitari seluruh areal Cowboy Town, termasuk bertanding menembak yang disediakan disana. Dan sebelum pulang, kami menyempatkan diri berfoto ala koboi dengan gaya yang cukup mesra.
Sekitar pukul 22.30, aku mengajak Michiko untuk kembali ke hotel dengan tangan merangkul pundaknya yang halus dan lembut itu. Selama di perjalanan menuju hotel, ia berjanji akan meneleponku begitu sampai di kamar nantinya.
Aku baru saja sedang menyusun-nyusun barang belajaan yang aku beli di Melaka tadi, ketika tiba-tiba telepon di dekat aku berada berdering.
"Hallo," sapaku dengan sopan.
"Ya, hallo. Ini Sandy ya..," ujar suara lembut dari balik gagang telepon yang aku pegang.
"Iya, ini kamu Michiko? Ada apa..?" tebakku.
"San, teman-temanku belum ada yang kembali, dan aku kesepian disini. Kamu mau datang ke kamarku untuk bercerita-cerita," ujarnya lembut.
"Ok, tunggu sebentar ya. Lima menit lagi aku datang," jawabku cepat.
Pucuk dicinta ulampun tiba. memang sudah dari tadi aku menunggu kesempatan seperti ini. Akupun mulai berfikir keras bagaimana bisa meniduri cewek Jepang itu malam ini. Berfikir begitu, tanpa terasa "si kecil" di selangkanganku tiba-tiba mengeras seperti besi. Ya ampun, libidoku yang cukup tinggi ternyata tak mampu meredam keinginan "si kecil" ini untuk segera menyeruak masuk "goa" wanita yang diincar-incarnya sejak sore tadi.
Seperti yang aku janjikan, tidak cukup lima menit aku sudah berada di depan pintu kamar Michiko yang letaknya hanya satu tingkat di atas kamarku. Dengan mengenakan celana pendek hawai dan baju kaos bertuliskan "Malaysia Tourism" dan bersiul-siul kecil dan penuh percaya diri, aku tekan bell kamarnya. Dan ketika pintu kamar itu terbuka, aku sempat terpana menyaksikan Michiko yang memakai baju tidur tipis dan trasparan berwarna merah, sehingga aku dapat dengan jelas menyaksikan kemolekan tubuhnya yang berukuran 36-27-38. Dan lagi, bisa aku pastikan bahwa dibalik baju tidurnya yang tipis itu, dia tidak mengenakan apa-apa..!
"Ayo masuk, kok justru mempelototin saya?" tegurnya sambil menarik tanganku untuk masuk ke kamarnya.
"Aku hanya kaget saja, kamu terlihat seperti bidadari malam ini," aku mulai melancarkan rayuan padanya.
"Ini adalah pujian kedua yang aku terima darimu hari ini. Berapa aku harus membayar?" jawabnya sambil tersenyum manis padaku.
"Sungguh, Michiko. Kamu begitu cantiknya aku lihat malam ini," kataku sambil menghenyakkan pantatku di ranjangnya yang besar dan empuk itu.
"Ah, kamu," ujarnya sambil memukul bahuku.
Reflek aku menangkap tangannya yang mungil dan halus itu, dan ia terduduk disampingku dengan posisi yang sangat rapat sekali. Kami lalu saling bertatapan. Lalu aku beranikan diri mengelus rambutnya yang lurus hingga punggung, dan coba menarik kepalanya pelan-pelan ke arahku, sehingga wajah kami jadi sangat dekat dan kami sama-sama dapat merasakan hembusan nafas masing-masing.
Ia tampak menundukkan kepalanya, dan kemudian aku angkat dagunya dengan tangan kiriku. Kulihat bibirnya basah merekah. Kesempatan itu aku artikan bahwa ia sudah pasrah dan ingin bibirnya yang halus dan merah merekah itu segera aku lumat dengan bibir tebalku.
"Ah, Sandy..," ia mendesah
Aku jadi semakin nekad dan berani. Ciumanku terus merambat ke daun telinganya dan terus ke belakang menuju tengkuknya. Aku lihat ia menggelinjang kegelian, dan aktivitas terus aku lanjutkan kembali ke bibirnya, sambil tanganku meremas dengan lembut payudaranya yang montok itu.
"San, terus.., jangan hentikan," rintihnya sambil mengarahkan tangannya menuju selangkanganku yang sudah mengeras sejak pertama datang tadi.
Dengan tidak menghentikan ciuman mautku di bibirnya yang tipis itu, aku coba membuka satu persatu kancil baju tidurnya. Ia ikut membantu ketika aku kesulitan untuk membuka kancing baju tidurnya yang dibagian bawah. Begitu baju tidurnya terlepas, terlihatlah dengan jelas tubuhnya yang aduhai dan sangat menggiurkan itu.
"Sandy, jangan biarkan aku menderita menerima tatapan matamu. Fuck me, Sandy..," ujarnya.
Akupun langsung mencopot satu-persatu pakaian yang aku pakai, sehingga akupun ikut polos tanpa sehelai benang di tubuhnya. Aku lihat Michiko terkejut melihat "si kecil" punyaku yang cukup besar dan berdiri dengan gagahnya.
"Oh, besar sekali," katanya sambil mengelus "si kecil".
Aku lalu menariknya ke atas tempat tidur dengan membuat posisi "69". Aku di bawah dan Michiko di atas, sehingga membuat dia maupun aku jadi bebas mempermainkan alat vital lawan kami. Dengan pengalaman seks aku yang sudah lumayan, aku permainkan clitoris di vagina Michiko yang berbulu halus dan hitam itu, sehingga membuat dia merintih merasakan nikmat yang luar biasa, sementara Michiko sendiri juga sibuk mengulum "si kecil" dengan rakusnya.
Cukup lama permainan saling jilat dan isap pada alat vital masing-masing lawan kami, sehingga akhirnya kurasakan tubuh Michiko mengejang dan pahanya terangkat ke atas.
"Oh, Sandy. Aku mau.. keluar..," rintihnya dengan nada lemah.
Aku semakin bergairah mempermainkan lubang vagina Michiko dengan lidahku yang kata cewek-cewek yang pernah aku tiduri cukup panas itu. Dan tiba-tiba kurasakan lahar panas menyembur dari lubang vagina Michiko, yang menandakan ia telah mendapatkan orgasmenya yang pertama dari permainan yang aku suguhkan. Sejenak, aku hentikan aktivitas jilat-menjilat di vaginanya, sambil menunggu ia tenang kembali.
Setelah aku lihat ia mulai tenang dan kembali bertenaga, aku lalu merubah posisi dan menelentangkan tubuhnya di atas kasur yang empuk itu. Dengan lembut aku isap puting susunya yang berwarna coklat kemerah-merahan itu, sehingga membuatnya mulai mengerang merasakan nikmat permainan lidahku.
"Oh, Sandy, kamu benar-benar hebat menaikkan gairahku," katanya.
Aku tak mempedulikan kata-katanya, dan terus berkosentrasi untuk membangkitkan kembali nafsu birahinya. jilatan lidahku terus merambah ke belakang telinganya sehingga membuat ia tergelinyang kegelian. Tiba-tiba aku merasakan tangan kiri Michiko menggapai-gapai mencari "si kecil". setelah didapat yang dicari, ujung rudalku lalu ditempelkannya di lubang vagina miliknya yang sudah mulai basah kembali.
"Ayo, Sandy. Aku sudah tidak tahan lagi. Ayo, tekan pinggulmu," ujarnya seraya menekan pinggulku agar "si kecil" menembus lubang vagina miliknya.
Setelah aku merasa kepala "si kecil" tepat berada di lubang vaginanya, perlahan-lahan aku tekan pinggulku sehingga dapat kurasakan "si kecil" melesak ke dalam lubang vagina Michiko yang terasa cukup hangat itu.
"Ah, terus Sandy..," rengeknya sambil mencium bibirku dengan ganasnya.
Secara perlahan-lahan aku terus menekan ujung rudalku ke dalam lubang vaginanya, sambil menggoyang-goyangkan pinggulku untuk membuka lebih lebar lubang vaginanya yang sempit itu. Dan ketika kurasakan ujung rudalku menyentuh dasar di kemaluannya, Michiko melenguh dan mengeluarkan jerit tertahan.
"Ough.., terus Sandy. enaak..!" serunya sambil ikut menggoyang pinggulnya dengan kecang.
Akibat goyangannya itu, aku merasakan rudalku seperti dipilin-pilin dan disedot dengan keras. Namun aku justru merasakan nikmat yang amat sangat, dan ingin memperkencang tempo permainan. Aku lihat, Michiko juga kembali akan mencapai orgasmenya yang kedua dengan wajah berpeluh, meskipun AC di ruangan kamar itu disetel pada posisi 16 derajat celcius.
"Ah, aku mau keluar lagi Sandy..," erangnya tertahan.
"Tunggu sayang, kita keluar bareng ya. Aku juga sudah mau sampai nih," ujarku.
"Oh, aku sudah tidak tahan lagi nih.." raraunya.
"Iya, aku juga. Dikeluarkan dimana, sayang..?" tanyaku.
"Di dalam saja, biar aku bisa menikmati permainan ini dengan sepenuhnya," ujarnya lagi.
Akhirnya kami berdua sudah sama-sama tidak bisa menahannya lagi, apalagi aku rasakan di pangkal rudalku ada yang ingin melesat keluar. Dan tanpa dapat ditahan lagi, akhirnya aku dan Michiko sama-sama memuntahkan lahar panas dari alat vital kami masing-masing. Michiko merasakan lahar panas dari rudalku menghantam dinding vaginanya hingga ke dasar, sementara aku juga merasakan ada cairan panas menyelimuti rudalku.
Setelah itu, kami berdua sama-sama tergolek di ranjangnya yang cukup lebar itu. Dengan sedikit malas, aku menarik tangan Michiko untuk mengajaknya ke kamar mandi membersihkan badan.
Namun pada saat kami sama-sama berada di bawah siraman shower dan saling memandikan, tiba-tiba rudalku kembali berdiri. Dengan posisi berdiri saling berhadapan, aku angkat kaki kiri Michiko dengan menyandarkannya ke dinding, sambil mengarahkan rudalku menuju liang vaginanya. Michiko ikut membantu, sehingga seluruh batang kemaluanku amblas masuk ke liang vaginanya yang telah memerah itu. Bless..!
Aku kembali mengambil insiatif menyerang dengan tetap mempertahankan sebelah kaki kirinya tetap berada di paha kananku. Dan permainan yang melelahkan itu kembali membuat Michiko mendapatkan orgasmenya yang ketiga, namun aku masih memerlukan waktu untuk mencapai puncak.
Karena kaki kananku merasa letih menopang kaki kiri Michiko, akhirnya aku merobah posisi dan minta dia menungging membelakangiku. Dengan posisi doggy style ini, kembali aku mengocok vagina Michiko dengan rudalku dari belakang dan Michiko juga tak mau kalah dengan ikut-ikutan menggoyang pinggulnya, hingga akhirnya kami sama-sama menyemburkan lahar panas dari alat vital kami masing-masing.
"Oh, Sandy. Aku benar-benar puas bercinta denganku malam ini," ujarnya ketika kami sudah kembali ke ranjangnya.
"Aku juga, Michiko. Terima kasih ya, telah membuat aku puas malam ini dengan kenangan tersendiri," jawabku sambil mengecup lembut bibirnya.
Aku melihat jam telah menunjukkan pukul 01.30, berarti kami telah bergumul lebih dari dua setengah jam dalam tiga ronde, dimana Michiko berhasil mendapatkan orgasme hingga empat kali, sementara aku mendapatkannya dua kali. Skor sementara 4-2 untuk kemenanganku.
"Sayang, aku harus kembali ke kamarku, karena aku tidak ingin ada diantara teman-temanmu mengetahui apa yang telah kita lakukan tadi," ujarku pada Michiko.
"Aku sebenarnya tidak ingin berpisah denganmu Sandy, aku ingin selalu disampingmu," harapnya.
"Kita masih punya banyak kesempatan sayang. bukankah kamu punya rencana untuk berlibur ke Indonesia? Kamu bisa menelpon aku ketika hendak berangkat menuju Indonesia. Aku pasti akan selalu mendampingimu," hiburku.
Akhirnya kami berpisah malam itu, dan aku kembali ke kamarku karena esok pagi grup kami akan mengunjungi Putrajaya di Selangor, tempat PM Malaysia berkantor, dan untuk seterusnya ke Kuala Lumpur mengunjungi beberapa tempat wisata yang ada di negaranya Abdullah Badawi itu.***
Tamat