Setelah sampai di apartemenku, Junaedipun bertanya di mana PCku yang rusak.
"Nanti saja" jawabku.
"Lho Pak.."
"Iya aku ingin membicarakan hal yang lain dahulu" kataku.
"Duduk!!" perintahku sambil menunjuk sofa yang ada di ruang tamu apartemenku.
Lia sudah tersenyum geli sambil tetap menggelendot di pundakku. Wangi tubuhnya sangat merangsang..
"Ada apa Pakk" Junaedi tampak takut dan gugup.
"Saya dengar kamu suka godain Lia ya? Hah?!!" bentakku.
"Nggak Pak.."
"Iya Pak bohong dia" kata Lia.
Kamipun duduk berhadapan dengan Junaedi. Lia aku rangkul di sebelahku. Tanganku mengelus-elus pundaknya.
"Kamu cinta ya sama Lia? Jawab yang jujur!!" tanyaku.
Junaedi nggak menjawab.. Hanya diam menunduk memandangi karpet ruang tamuku.
"Kamu harus sadar diri donk.. Masa kamu mau sama cewek cantik seperti Lia" kataku. Lia senyum-senyum sinis melihat Junaedi yang tetap menunduk.
"Kamu kalau diajak omong liat sini yach!!" bentakku.
Junaedi pun mendongakkan wajahnya penuh jerawat dan berkacamata tebal itu.
"Kesiann deh lo" kata Lia sambil tertawa..
"Cewek seperti Lia itu hanya untuk orang sekelas saya tau!!" kataku lagi.
Lia mulai menciumiku. Akupun membalas ciumannya. Kemudian aku tarik Lia berdiri dan kami berjalan kehadapan Junaedi yang masih duduk di sofa. Lia berdiri didepan Junaedi dan aku dibelakang Lia sambil menciumi lehernya yang jenjang.
"Lihat nih.. Kalau aku sih bisa menikmati wanita pujaanmu. Kalau kamu sebatas lihat aja yach" kataku.
Lia tertawa kecil sambil berkata" dasar orang jelek nggak tau diri". Lia kemudian mengangkat tangannya ke atas memeluk kepalaku. Buah dadanya tambah membusung. Kubuka kancing bajunya satu persatu.. Akhirnya lepaslah bajunya ke lantai. Aku buka juga BHnya, Lia tampak tersenyum nakal melihat Junaedi. Junaedi tampak melongo melihat kejadian di depannya itu. Mungkin baru pertama kalinya dia melihat buah dada seindah itu. Aku remas-remas buah dada itu sambil aku pilin puting merah mudanya yang mulai mengeras.
"Hmm Pak robertt.. Enak.." erang Lia.
"Jun, kamu pernah lihat buah dada seindah ini?" tanyaku.
"Be.. belum Pak" jawabnya menahan nafsu.
"Sekarang aku akan isap dan jilati buah dada Lia, wanita pujaanmu.. Kamu perhatikan baik-baik ya.." kataku.
Juanedi tampak gelisah menahan syahwatnya. Kudekatkan kepalaku ke buah dada ranum milik Lia, dan kuisap dan jilati putingnya. Tanganku yang satu meremas buah dadanya yang lain. Sambil melakukan foreplay ini, kami tersenyum kepada Junaedi
"Lihat nih jelek.. Kalau orang ganteng sih boleh menikmati buah dadaku" Lia berkata sambil tersenyum menggoda.
Tangan Junaedi sudah meraba-raba kemaluan di balik celananya. Melihat itu, Lia langsung aku lepas dari pelukkanku.
"Apa-apaan kamu.. Kamu mau mau masturbasi di sini? Jangan coba-coba yach!!" bentakku.
"Mau dipecat lo?" tanya Lia sambil tertawa kecil.
Junaedi langsung menarik tangannya ketakutan. Tapi tampak celananya sudah menonjol terdesak kemaluannya yang berontak.
"Kamu saya kasih hadiah deh.. Coba kamu bukain rok dan celana dalam Lia" perintahku.
"Benerr Pak?" jawab Junaedi senang. Mungkin dia berharap nanti akan dapat lebih lagi. Padahal sih nggak mungkin kali ye..
"Cepetan monyong.. Kapan lagi lu bisa liat bodi cewek secantik gue?" sahut Lia.
Junaedipun bangkit dari duduknya dan berjalan ke belakang Lia. Diturunkannya retsleting rok mini sekretaris cantikku itu.
"Awas kalau berani pegang-pegang yach" kata Lia.
Liapun kini tinggal mengenakan celana dalam G-string hitam dipadu dengan stoking yang sewarna. Melihat pemandangan itu, aku berubah pikiran. Aku tak ingin celana dalam Lia dilepas. Rasanya lebih sexy kalau tetap dipakai.
"Celana dalamnya biarin aja" kataku. Junaedi tampak kecewa
"Udah ngapain lo berdiri terus di situ.. Duduk sana. Gue mau ngentot sama Pak Robert nih.. Gue mau isepin kontolnya dulu.. Lo lihat aja ya.. Jelek" Lia terus menggoda sambil mencaci Junaedi.
Liapun berlutut didepanku. Celanaku dibukanya. Begitu juga celana dalamku. Sementara akupun membuka kemeja dan dasiku. Lia mengenggam kemaluanku yang sudah mencapai ukuran maksimal (20 cm) itu.
"Nih.. Baru cowok.." kata Lia pada Junaedi yang sudah gelisah menahan nafsunya.
"Kamu baru tahu khan.. Untuk cewek secantik Lia.. Ukuran harus besar.." kataku.
Liapun mulai menjilati kepala kemaluanku sambil matanya tak henti menatap Junaedi. Kemudian dikulumnya kemaluanku. Mulutnya yang mungil tampak penuh dengan kemaluanku. Tak mampu Lia menghisap semuanya, mungkin hanya setengahnya saja yang bisa ditampungnya. Kemudian Lia mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya, dan menjilati batangnya dan buah zakarku. Kemudian dia mengulum lagi kemaluanku, begitu seterusnya. Selama itu pula dia mendesah-desah sambil menatap Junaedi dengan pandangan menggoda. Akupun sibuk menyibakkan rambut Lia agar tidak menutupi pandangan Junaedi saat wanita pujaan hatinya ini sedang melakukan oral-sex kepada bosnya. Mungkin baru kali ini si Junaedi melihat adegan seperti itu.
"Lo liat khan.. Enak bangeth.. Ehm..." Lia terus mengulum kemaluanku.
Juanedi tampak sudah tidak karuan lagi tampangnya menahan gairah. Ingin dia melakukan masturbasi tetapi dia takut padaku dan Lia.
Kami lalu pindah ke sofa di depan Junaedi. Lia duduk dipangkuanku menghadap Junaedi sambil membelakangiku. Aku ciumi pundaknya lalu, dia menoleh kebelakang, dan kamipun berciuman. Kusibakkan celana dalam G-stringnya, dan vaginanya yang bersih tak berambut tampak merah merekah. Kuusap-usap vagina dan klitorisnya.
"Uhh.. Pak Robert... Lia suka... Ahh.. Enak sekali Pak.." Lia sudah meracau tidak karuan.
Matanya sudah menutup menahan gairah. Dia mungkin sudah lupa akan tugasnya menggoda Junaedi. Saat tanganku meraba-raba vaginanya, Lia tampak meremas-remas buah dadanya sendiri. Aku ciumi pundak dan lehernya dari belakang sambil tersenyum menatap Junaedi penuh rasa puas bisa menunjukkan kekuasaanku dan keperkasaanku di depannya.
"Masukin Pak.. Please.. Fuck me.. Fuck me.. I beg you " kata Lia meracau.
Akupun mengarahkan kemaluanku ke liang vagina Lia. Kemudian Lia menurunkan pantatnya yang sexy itu sehingga kemaluanku perlahan memasuki liang nikmat sekertarisku ini.
"Oh.. My God... So big... I love you Pak Robert..." Lia mengerang nikmat sambil menjerit tertahan. Memang menurut Lia, ukuran tunangannya tidak begitu besar. Hanya rata-rata saja, sehingga dia sangat puas bercumbu denganku.
Lia nampak sudah tak bisa mengontrol dirinya lagi. Pantatnya dinaik turunkan dengan liar sambil mengerang dan meracau
"Ohh.. Yess.. Pak.. Fuck me.. Oh so good..."
"Ohh... Yeah.. Ohh.. Yeah.."
Sekitar 15 menit kemudian diapun mencapai orgasmenya diikuti dengan lengkingan suaranya melepas beban hasrat seksualnya. Kemudian kutarik Lia berdiri dan aku ajak menghampiri tempat duduk Junaedi. Kusuruh dia berlutut didepanku tepat didepan mata Junaedi.
"Ayo sayang isap... Sampai keluar ya"
"Sedangkan kamu perhatikan baik-baik" kataku pada Junaedi.
Lia pun menghisap dan mengulum kemaluanku tepat didepan Junaedi. Tangan kananku berkacak pinggang sedangkan tangan kiriku menyibakkan rambut Lia agar Junaedi dapat melihat dengan jelas bagaimana cara memperlakukan wanita secantik Lia.
Tak lama akupun merasa ada cairan yang akan keluar, dan kemudian aku remas rambut Lia sambil menyemburkan cairan ejakulasiku ke dalam mulutnya. Sebagian tampak meleleh keluar membasahi dagunya dan jatuh menuju buah dadanya yang besar.
"Eh.. Lo jangan bengong aja.. Ambilin gue tisu" bentak Lia pada si Junaedi yang sedang tertegun melihat adegan kami itu.
Dengan menurut, Junaedi mengambil tisu di atas meja.. Dan memberikannya pada Lia. Lia membersihkan sisa-sisa spermaku di wajah dan buah dadanya, terus memberikan pada Junaedi.
"Jelek.. Nih buangin" perintahnya.
Aku tersenyum saja melihat perlakuan Lia pada si Junaedi ini. Tampak semakin sexy saja sekretarisku ini ketika dia menunjukkan kuasanya pada si malang kutu buku ini.
Setelah bersih-bersih, kamipun mengenakan pakaian kami kembali. Kemudian kami memesan pizza untuk mengisi perut kami berdua yang keroncongan setelah bertempur tadi. Sementara itu si Junaedi aku suruh memperbaiki PC di kamarku.
Tiba-tiba aku teringat janjiku dengan si bule Jason. Wahh.. Aku langsung telpon dia untuk minta maaf dengan alasan ada meeting mendadak dengan klien. Untung dia bisa mengerti dan bersedia mengubah janji untuk besok malam saja.
Liapun lupa kalau dia belum telpon tunangannya. Dia kemudian menelpon dan minta maaf karena harus ikut aku ke klien dan lupa menelpon untuk tidak usah dijemput di kantor tadi. Dia tampak kelelahan, hingga aku tawarkan untuk menginap saja di apartemenku daripada pulang ke rumah ortunya di Tangerang. Diapun setuju lalu mengabari ortunya kalau dia tidak bisa pulang dengan alasan-alasan klise.
Tak lama Junaedipun selesai mereparasi komputerku. Katanya ada masalah di memorinya. Memang pintar anak itu. Aku kemudian suruh Lia untuk memberi dia uang untuk ongkos pulang. Liapun mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya dan kemudian memberikannya pada Junaedi.
"Nih buat lo. Udah pulang sana. Awas ya kalau lo cerita-cerita" ancamnya.
Junaedipun kemudian pamit pulang. Entah apa yang tadi ada di benaknya menyaksikan adegan persetubuhanku dengan Lia wanita pujaannya. Aku rasa dia akan masturbasi habis-habisan sesampainya di rumah Ha.. Ha..
*****
Tamat