Namaku Natalia, usiaku saat ini sudah 28 tahun, sulung dari tiga bersaudara yang cewek semua. Tinggi badanku 170 cm, cukup tinggi untuk ukuran seorang cewek. Bentuk tubuhku langsing dan sexy, wajahku juga terbilang cukup cantik hingga sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) aku sudah menjadi primadona di sekolahku.
Statusku hingga kini masih single. Bukan berarti aku masih seorang gadis, karena aku memang sudah tidak perawan lagi. Keperawananku sudah kupersembahkan pada teman kuliahku yang kisahnya akan kupersembahkan pada tulisanku kali ini, namun terlebih dahulu aku akan paparkan sedikit tentang diriku sebagai prolog.
Biasanya para kaum wanita kalau berkuliah kebanyakan suka memakai celana panjang, namun aku lebih suka tetap memakai rok saja untuk bawahannya kalau sedang ke kampus. Rokku mini sekali dengan bawahan yang lebar, bentuknya seperti yang biasa dipakai oleh para cheerleader (pemandu sorak). Yang membedakan hanya dalamannya saja, biasanya para cheerleader masih menggunakan celana pendek di dalamnya walau agak mini untuk membungkus CD yang mereka pakai. Bedanya dengan diriku, aku tidak pernah memakai penutup lain untuk menutupi bagian tubuhku yang paling vital kecuali CD.
CD yang kupakai sangat mini dan sexy, bentuknya G String dua jenis, yang satu model berenda dan yang satu lagi model tali tang terbuat dari nylon. Sexy sekali karena hanya ada seutas yang melingkari pinggangku, bedanya hanya yang tali nylon dengan ikatan di kiri kanan pinggangku, selebihnya sama saja ada bagian yang hanya selebar ukuran satu jari turun dari belakang pinggang mengitari selangkangan melalui belahan pantatku. Hanya ada secarik kain yang lebarnya tidak lebih dari ukuran dua jari di bagian depan yang fungsinya hanya mampu menutupi lubang vaginaku. Yang berenda berbentuk hati kecil ada renda di pinggirannya, sedang yang model bertali, bentuk penutup bagian depannya berbentuk segitiga kecil, tipis dari bahan sutera.
Sebagai atasannya aku lebih sering memakai hem lengan pendek agak longgar. Kupilih ini karena aku memang tidak pernah memakai BH di dalamnya. Seperti kisahku terdahulu, aku memang sejak kecil tidak suka dan tidak pernah memakai BH hingga tak heranlah sampai detik ini aku juga tidak mengetahui berapa besar ukuran payudaraku.
Payudaraku tidak terlalu besar. Ukurannya sedang-sedang saja tetapi bentuknya cantik dan padat. Warna puting susuku dan sekitarnya merah muda sedikit kecoklatan, sungguh menggairahkan sekali. Untuk yang satu ini aku sering mendapat pujian dari kaum lelaki yang sudah pernah melihat atau meremas payudaraku.
Terus terang dosenku yang cowok sering kali harus menelan ludah apa bila melihat penampilanku. Apa lagi saat melihatku duduk dengan berpangku kaki hingga bagian atas pahaku tersingkat sedikit ke atas. Pahaku yang mulus itu juga ditumbuhi bulu-bulu halus yang menurut istilah beberapa orang temanku, itu namanya bulu-bulu monyet.
Aku kuliah di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, mengambil jurusan kedokteran hewan dan saat ini aku sudah menjadi seorang dokter hewan yang magang di Kebun Binatang Surabaya (KBS). Kali ini aku ingin menuliskan kisahku tentang pengalaman pertamaku bercinta sungguhan (ML) yang kulakukan saat masih duduk di bangku kuliah.
Aku berkenalan dengan seorang mahasiswa yang juga mengambil jurusan yang sama denganku, namanya Hamid asal Surabaya juga, namun akhirnya Hamid tidak meneruskan kuliahnya karena patah hati denganku. Sekarang entah Hamid ada dimana aku sendiri juga tidak pernah tahu.
Hubunganku dengan Hamid akrab sekali, sehingga pertama kali aku melakukan hubungan sex yang sebenarnya juga dengannya. Kupersembahkan kegadisanku pada Hamid yang betul-betul sangat mencintaiku. Namun aku masih tidak ingin melanjutkan hubungan itu dengan serius karena apa yang kulakukan bersama Hamid bagiku hanyalah suatu pelampiasan atas kebutuhan biologisku saja.
Hal ini rupanya membuat Hamid patah hati dan akhirnya drop out dari kampus, dan entah kini kemana dia aku juga tidak pernah mendengar kabar beritanya lagi sejak kami berpisah dulu. Kalau kebetulan Hamid yang kumaksud sedang membaca kisahku ini, aku mohon maaf padamu, karena aku memang belum bisa jatuh cinta dengan siapapun hingga saat ini.
Hubunganku dengan Hamid sebenarnya biasa saja seperti remaja lain saat berpacaran. Kami sering berciuman baik di mobil, di kampus maupun di rumah, pokoknya di mana saja kalau ada kesempatan untuk melakukannya. Kami juga sering saling meraba bagian-bagian sensitif kami. Lebih sering Hamid mengajakku ke rumahnya yang keadaannya memang selalu sepi itu, karena Hamid adalah anak tunggal yang kedua orang tuanya selalu sibuk di luar, jadi sekali lagi praktis rumah Hamid yang tidak terlalu besar di kawasan Ngagel itu selalu dalam keadaan sepi.
Hal ini sangat menguntungkan bagi kami berdua. Di rumahnya itulah aku pertama kalinya merasakan nikmatnya ML. Kami bercumbu, berciuman di atas tempat tidur di kamar Hamid. Mulut Hamid menciumi bibirku yang mungil dan tipis, lumatannya membuatku sangat bergairah sekali.
Sambil melumat bibirku, jari tangan Hamid melepaskan kancing bajuku satu persatu hingga terlepas semua dan langsung ditanggalkannya hem yang kukenakan hingga bagian atas tubuhku terbuka polos tanpa sehelai benang pun. Hamid langsung memegang dan meremas-remas payudaraku hingga aku jadi sangat terangsang oleh perlakuannya.
Kulepas dengan menarik ke atas kaos yang dipakai Hamid dan dia pun membantu untuk melepaskannya. Selanjutnya kubuka kancing celana jeans yang ia pakai, kuturunkan gespernya dan Hamid pun membantu untuk melepaskan sendiri celana yang masaih ia kenakan berikut CD-nya sehingga Hamid terlebih dahulu telanjang bulat di hadapanku.
Lalu kuraba seluruh bagian tubuhnya, kuraih batang kemaluannya yang sudah mengeras dan berdiri tegak bagaikan tugu pahlawan. Aku merasa sedikit aneh karena tanganku tidak menyentuh bulu kemaluan Hamid. Rupanya Hamid rajin mencukur habis bulu kemaluannya sehingga bagian kemaluannya tampak bersih dan polos. Hanya ada sedikit bulu di bagian tertentu saja. Ada bagian yang terasa sedikit kasar karena bulu-bulu kemaluannya mulai tumbuh, sehingga ujung-ujungnya yang tajam terasa sedikit kasar bila tersentuh, namun ini justru membuat rangsangan tersendiri bagiku. Penis Hamid lumayan besar dan panjang, diameternya sekitar 6 cm dengan panjangnya sekitar 17 cm.
Mulut Hamid menjelajahi wajahku hingga seluruh bagian leher dan telingaku. Lidahnya dijulurkan menjilati seluruh bagian leherku. Sesekali Hamid memberikan kecupan di leherku dan lidahnya menjalar ke bagian belakang telingaku. Lubang telingaku pun tak luput dari sapuan lidahnya. Tangannya membuka pengait rok miniku dan kini kubantu memerosotkannya dengan bantuan kedua kakiku. Tangan hamid langsung meraba bagian luar CD yang kupakai. Ikatan tali nylon G Stringku di samping pinggang ditariknya sehingga terlepas sudah penutup akhir di tubuhku dan CD-ku dilempar jauh ke lantai.
Kini kami sudah sama-sama bugil, telanjang bulat tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh kami lagi. Lalu kami saling bergumul, bibir kami kembali saling lumat dan tangan kami pun saling meraba bagian sensitif lawan masing-masing. Nafsu birahiku naik ke ubun-ubun rasanya. Vaginaku yang sudah basah sejak tadi jadi menjadi semakin basah saja.
Cairan bening yang mengalir keluar dari dalam liang vaginaku seakan tak terbendung lagi, semakin lama alirannya semakin deras saja. Entah sudah berapa banyak cairan kenikmatanku keluar membanjir hingga sekitar selangkanganku. Kemudian kuraih batang kemaluan Hamid sambil kukocok-kocokkan dengan sedikit kasar karena menahan gejolak rangsangan yang kualami.
Mulut Hamid mencium bagian dadaku. Kedua payudaraku dicium dan dijilatinya secara bergantian. Lidahnya menyapu rata puting susuku. Ujung putingku dijilat dan dihisapnya sehingga menimbulkan rasa geli bercampur nikmat. Tangan hamid mulai menelusuri selangkanganku, seluruh bagian luar kemaluanku pun tidak luput dari belaian tangannya.
Jari-jarinya digaruk-garukkan di belahan bibir vaginaku, hingga aku sedikit mendesah tertahan. Ujung jari tangan Hamid mulai memainkan klitorisku. Ujung klitorisku sedikit ditekan dengan ujung jarinya kemudian digesek-gesekkan secara teratur hingga aku mengaduh tapi bukan karena kesakitan.
"Aa.. Aacch!" pekikku nyaring sambil menggeliat tidak karuan.
Rupanya aku telah mencapai orgasme hingga lendirku menyembur memenuhi bagian dalam liang senggamaku. Dapat kurasakan vaginaku mengedut sambil melepas lendir. Hamid semakin bergairah mencium dan menjilati bagian depan tubuhku. Jilatannya mengarah turun ke bawah menyapu setiap jengkal kulit tubuhku. Perut hingga lubang pusarku disapu dengan lidahnya. Dia semakin ke bawah ke arah paha, kembali naik ke atas menjilati bagian dalam paha, semakin naik lagi hingga pangkal paha, kemudian bibirnya menciumi bibir vaginaku. Dengan tanpa sedikit pun merasa jijik Hamid menjilati dan menelan cairan lendir bening dari vaginaku.
Bibirnya mengulum bibir vaginaku dan lidahnya dijulurkan di antara belahan bibir vaginaku. Dapat kurasakan ujung lidahnya menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku sambil sesekali menyentuh dinding luar vaginaku yang kembali membasah lagi. Lidah Hamid menyapu ujung klitoris lalu mulutnya dibenamkan ke vaginaku sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Aku kembali tidak mampu membendung gelombang orgasmeku yang mengulung-gulung liar dari dalam tubuhku. Kujambak rambut Hamid yang kepalanya masih membenam di selangkanganku. Kutarik kepalanya agar lebih terbenam lagi di selangkanganku, kujepit kepalanya sambil kurasakan semburan lendir kembali membasahi liang vaginaku.
Hamid kembali menjilat dan menelan habis cairan yang keluar dari dalam liang vaginaku sebelum dia merambat naik kembali melumat bibirku sambil memegang dan mengarahkan batang kemaluannya di depan liang vaginaku. Digesek-gesekkan sebentar kepala kemaluannya di belahan bibir vaginaku, baru kemudian didorongnya sedikit hingga kepala kemaluannya mulai memasuki liang vaginaku.
"Aduuh..! Sakit..! Pelan dong!" jerikku menahan sakit yang bercampur nikmat.
Hamid memberiku waktu untuk menarik napas sejenak, kemudian kembali dia mendorongkan batang kemaluannya agar masuk sedikit lebih dalam lagi.
"Aa.. Uuhh! Aduuh..!" jeritku kembali menahan rasa perih di dalam liang vaginaku.
Hamid bukannya menarik keluar batang kemaluannya dari dalam liang vaginaku, tetapi dia malah menekan lebih dalam lagi, dan tekanannya se makin kuat dan akhirnya..
"Bleess.. Uu.. Uucch! Sleep..! Aa.. Aacch! Sleep..! Oo.. Oocch!" suara desahanku seakan bersahutan dengan suara pompaan batang kemaluan Hamid.
Rasa sakit yang kualami juga sudah semakin menghilang bersamaan dengan deru pompaan batang kemaluan Hamid yang memompa liang vaginaku yang semakin lama semakin kencang. Aku rasanya benar-benar hampir pingsan, tidak tahu harus berbuat apa dan harus bagaimana. Aku tidak mampu melukiskan kenikmatan yang kualami saat itu dengan kata-kata.
Yang kuingat adalah akhirnya kami mengalami orgasme yang waktunya hampir bersamaan. Dan sejak saat itu kami jadi rutin melakukan hubungan seperti itu lagi. Aku benar-benar suka dan menikmatinya, hampir secara rutin tiga kali seminggu kami melakukan ML, dimana saja, kapan saja seperti minum minuman ringan saja.
E N D