Nama saya Haviez (lelaki, red), dan akan berumur 25 tahun pada tahun ini, saya bekerja di perusahaan komputer ternama di kota Bekasi, sebagai sekretaris. Saya asli Jawa Tengah.

Cerita ini berawal pada tahun 1999 dimana perusahaan kami menyediakan layanan kursus komputer dalam beberapa gelombang. Saat itu aku baru putus dengan kekasihku yang bernama Leni. Ternyata dalam waktu yang tidak terlalu lama aku sudah bisa melirik makhluk lain selain Leni "tersayang" yaitu Mia. Mia itu sederhana, yang aku suka darinya adalah senyumnya yang manis, dan bentuk tubuh yang "wah". Waktu itu aku ingat sekali dia daftar diantar sama pria yang aku tebak dan pasti pria itu adalah kekasihnya.



Sehari, dua hari dan seterusnya akhirnya aku bisa dekat sama Mia soalnya instrukturnya sendiri (Pak Indra) sudah aku "hubungi" supaya datang agak telat dan pulang agak cepat supaya Mia tanya ini itu tentang materi belajarnya. Namanya juga wanita kurang perhatian, sering banget dia malah curhat sama aku. Cerita ini itu tentang keluarga, teman, pacar. Nggak tahunya pacarnya itu (Asep), kurang perhatian sama dia. Singkat cerita aku langsung ambil kesempatan dari situ, aku jadi sering anter dia pulang. Lama kelamaan sepertinya Mia mengerti sama gerak gerikku, tapi aku jelaskan kalau aku mengganggap dia seperti adik, padahal maunya lebih dari itu.

Beberapa bulan setelah kursusnya selesai kami masih sering telepon-teleponan untuk tanya kabar masing-masing. Aku ingat sekali waktu itu bulan puasa. Kantorku mengadakan buka puasa bersama yang sebagian besar dananya aku tanggung sendiri. Jam 8.30 malam acara buka puasa bersama selesai, diruang itu makanan, gelas, piring semua berantakan. Aku agak kesal melihat itu jadinya aku langsung tarik tangan Mia sambil bisik-bisik, "Ke puncak yuk?" kataku sambil berharap supaya dia mau. Mia emang anak yang alim tapi aku nggak kalah, setelah kira-kira 15 menit membujuk, akhirnya dia mau dengan catatan nggak menginap itu saja Mia harus telepon bapaknya. Akhirnya aku pinjamkan Nokiaku untuk minta ijin ke bapaknya, dan trim's God bapaknya memberikan ijin.

Perjalanan ke puncak terasa cepat banget soalnya bulan puasa, mana ada yang plesir lagian waktu itu jam 10 malam akhirnya aku menghentikan Escudoku di dekat pondok teh sambil pura-pura tanya ini itu. Eh dasar memang dia itu anak alim jadinya dia cuma jawab yang perlu-perlu saja sambil menengok keluar jendelanya. Terus sambil jengkel aku langsung starter mobilku sambil bilang "Pulang ah!", terus dia tanya "Emang kenapa sih, Viz?"."Lagian kamu nggak ngerti sih!" kataku kesal. Sambil jalan menuju pulang, tahunya mobil ini langsung berhenti kira-kira 8 km dari tempat kami parkir, ternyata mobil ini kehabisan bensin, apalagi pom bensin jauh dari sini.

2 jam menunggu mobil nggak ada satu pun yang membantu, tapi dalam hatiku senang soalnya memang itu yang aku harapkan. Malam semakin larut nggak terasa udara makin dingin, sudah begitu Mia cuma pakai baju yang bisa dibilang bikin geregetan. Dia pakai kaos ketat tanpa lengan dan rok warna hitam. Sambil pura-pura mengeluh aku mikirin yang ngeres-ngeres. Aku mikirin gimana ya kalau aku bisa mencium bibirnya yang mungil itu. Ternyata hujan turun deres banget. Akhirnya aku bilang sama dia, "Mia, kayaknya kita nggak bisa pulang deh mendingan kamu telepon deh bapak kamu supaya mereka nggak kawatir". Tanpa ragu-ragu langsung saja Mia telepon, dan bilang ke ortunya supaya nggak kawatir.

Hujan makin deras dan sepertinya nggak bakal berhenti sampai pagi nanti, akhirnya aku bilang ke Mia, "Mia tidur saja deh biar Haviez yang nunggu". Terus dia merem sambil merebahkan tempat duduknya. Aku bisa lihat semua, matanya, bibirnya, hidungnya, lehernya, dadanya, tangannya, sampai kaki aku perhatiin terus. Sampai nggak sadar aku sudah ngelus-ngelus pahanya. Keliatannya Mia kaget tapi langsung merem lagi karena melihat aku lagi. Dalam hati aku bertanya "Nih anak ngasih isyarat ya?". Terus aku coba remas tangannya yang ada didekat pinggangku, tapi dia diam saja. Aku lihat Mia kayaknya kedinginan, terus aku tanya, "Mia kedinginan ya?". Terus dia jawab, "Kak Haviez aku kedinginan nih."

Akhirnya aku nekat dengan jurus pertama yaitu meluk dia. Akhirnya Mia ada dipelukanku sambil menutup matanya sepertinya dia sangat menikmati pelukanku. Terasa hangat sekali, sampai sekarang wangi rambutnya belum aku lupa. Lama berpelukan akhirnya kukecup dahinya dan Mia tersenyum sambil membalas kecupanku di pipi kiriku. Sambil saling berpandangan aku bilang sama dia "Mia, aku sayang kamu". Langsung kucoba kecup bibirnya yang tidak menggunakan lipstik tapi terlihat basah dan agak terbuka, sepertinya memang telah menunggu kecupanku. Dia membalas kecupan "pertamaku" dengan hebat sekali. Terasa sesekali menggigit bibirku, dan melumat lidahku. Akhirnya dingin pun hilang dan kami pun menikmati kecupan yang sangat lama itu. Perlu diketahui bahwa aku masih perjaka saat itu. Jantungku berdebar keras seperti mau meledak, aku nggak tahan penisku yang sudah berdiri dari sore sudah minta makan. Setelah lama berciuman aku bertanya, "Mia aku nggak tahan, kita Make Love yuk?". Mia tertunduk diam tapi aku yakin dia mau. Jadinya aku tetap mulai dengan jurus kedua. Pelan-pelan aku ciumi kaos hitamnya sambil sesekali menciumi putingnya yang sudah agak mengeras. Nafasnya tertahan.. hh.. eh eh eh.. hh.. hh.. Viez.. Viez.. hh.. sudah dong katanya sambil menarik punggungku. Aku beranikan untuk jurus berikutnya kuciumi dengan sangat halus sekali dari dahi, bibir, dagu, leher, pinggang sampai paha sambil kuikuti gerakan pinggangnya yang indah dan harum sekali. Perlahan kuangkat kaosnya dan kulepaskan kaos ketat itu. Tampaknya dia mengijinkan akhirnya kuciumi dadanya sambil melingkarkan tanganku untuk melepaskan BH-nya. "Tapi kok susah ya?", dalam hatiku bertanya. Akhirnya dia mendorong tubuhku dan membuka sendiri BH-nya, sambil ngomong "Gampang kok.. Kak Haviez saja kurang usahanya", terus menabrak tubuhku dan meneruskan percumbuan ini.

Dan pecumbuan ini masih berlangsung, aku membalikkan badannya sehingga punggungnya menempel pada dadaku tangannya melingkar di belakang leherku. Ku remas-remas dadanya, memainkan putingnya yang tegang berwarna merah. Aku masih berpakaian lengkap, aku bosan dengan Fore Play ini, aku coba untuk melonggarkan roknya dan memasukkan jemariku di luar CD-nya dan mencari-cari liang kewanitaannya sampai akhirnya kutemukan walau masih di luar CD-nya. Ku tekan jariku perlahan, Mia merintih, "Ahh.. jangan.. ka.. jangan.. ahh!" sembari menggoyangkan pinggulnya yang aduhai. Aku mulai panas, terus aku tekan jariku keluar masuk keluar masuk terus menerus akhirnya Mia malah memegang tanganku dan memasukkan tanganku kedalam CD-nya, dia bilang "shhshshsh hshsh.. ini baru nikmat.. shsh.." Aku mulai paham terus kumainkan jemariku. Sambil aku pura-pura kepedesan biar dia terangsang. Agak lama juga kami "bermain jari".

Mia melepaskan tanganku dan membalikkan tubuhnya mengahadapku. Pertama kali inilah kulihat tubuh indah, kulitnya yang halus, dadanya yang cukup lumayan menggemaskan, karena selama ini aku cuma membayangkan saja. Kini giliran Mia menggoda aku, Mia melepaskan kancing kemejaku satu persatu sambil mengecup bibirku perlahan, indah sekali. Perlahan menuju kebawah Ia kecup dadaku inci demi inci kurasakan nikmatnya, ohh. Ia lepaskan ikat pinggangku dan menurunkan retsleting yang sudah tidak benar lagi letaknya. Ia menggigit-gigit kecil bagian itu, spontan aku terhentak tapi berikutnya aku merasakan kenikmatan luar biasa. Wow, sepertinya Mia sudah lihay sekali adegan ini. Tanyaku dalam hati. Tanganku belum berhenti memelintir putingnya.. uhhssuhss terusshshsh, kataku.

Kurebahkan dia ditempat duduk belakang yang agak longgar, aku memang memberhentikan mobil agak kedalam jadi orang yang lewat tidak akan melihat apa yang tejadi di dalam mobil, apalagi kaca mobilku gelap sekali. Kelihatannya Mia sudah Hot sekali, dia terus mengeluh keenakan sambil memanggil-manggil lirih namaku. Viez.. Viez.. shhshsh sini ahh! Kulepaskan Cdnya yang berwarna hitam transparan, Mia juga membantu melepaskan CD-nya tanpa melihat, ia hanya memejamkan matanya sambil menikmati yang terjadi. Terbayang film biru yang pernah aku lihat, waktu itu sang pria menciumi bagian selangkangan dan selanjutnya menjilati sekeliling alat kelaminnya. Tanpa pikir panjang aku mulai meletakkan jariku di atas liang kewanitaannya dan mulai menciumi bagian itu. Mia merintih, gila.. gila.. nikmat banget.. shhshshshs terusin-terusin.. Viez.., kujilati bagian dalam kewanitaannya yang memang sebenarnya terasa tidak enak tapi untuk Mia biarlah.

Sambil terus menjilati liang kewanitaannya, ia mulai mencoba menurunkan jeansku dan menarik CD-ku yang memang agak longgar soalnya sudah beberapa bulan nggak beli CD. Ia coba meraih penisku yang sedang marah besar. Ia mulai meremas, mengelus penisku, aku nggak tahan soalnya baru kali ini penisku dipegang sama wanita, ahh.. shhshsh hh.. nikmaatt.. shh.

Aku coba hentikan aksi pegang-pegangan ini aku mulai dari awal dalam keadaan Naked, aku bisikkan perlahan, "Boleh nggak aku masukin anuku ke anu kamu, boleh ya?" sambil melihat wajah mesumku. Mia cuma diam tapi dia langsung membelai halus penisku dan membimbingnya ke liang senggamanya. Dan menjelang memasuki liang surganya kutanya lagi "Are you sure?" kutatap matanya yang sayu tanpa bilang apa-apa, dan bless. Kumasukan seperempat penisku kedalamnya terasa nikmat sekali, begitu hangat terasa darah segar keluar dari liang kewanitaannya, Mia teriak lirih ahh.. uhhsshhs gila.. gila.. gila.. terus.. Viez.. masukin terus.. ahh.. hh ushhs. Dan aku lanjutkan, kumasukkan setengah dari penisku. Aku juga merintih keenakkan. Mia lihay sekali menggoyangkan pinggulnya dan mengencang kendurkan selangkangannya, membuatku menggila. Aahh!! Kucoba meniru gaya film-film turun naik naik turun sampai akhirnya aahh!! Aku mencapai puncaknya.. segera kucabut penisku dan mengeluarkan air maniku ketubuhnya, hhsshh indah sekali teriakku! dan kupeluk erat sangat kencang sekali tubuh Mia sambil membisikkan "Mia, maukah kamu menikah sama aku, please?" Mia mengeluarkan air mata bahagianya. Ku kecup bibir hangatnya dengan halus, kami tertidur sehabis itu.

Keesokkan paginya aku sama Mia nggak puasa. Aku jalan kaki mencari pom bensin yang ternyata cuma 10 meter dari tempat kami berhenti, aku sama dia cuma nyengir waktu itu. Sesampainya di Bekasi aku antar Mia kerumah dan bilang, "Aku mau tanggung jawab buat kamu". Ku kecup dahinya dan selanjutnya meninggalkannya.

Dua minggu berikutnya aku terima surat undangan darinya ternyata dia sudah dijodohin sama pacarnya dan aku sangat terpukul waktu itu, akhirnya aku sendiri lagi. Oh.. nasib.

TAMAT