Cerita ini terjadi tepat pada tahun baru 2001 dan sebenarnya tidak mau terjadi, tetapi karena sudah takdir, biasa disebut begitu, mau tidak mau terjadi juga. Sebenarnya, saya sudah berpacaran dengan kakaknya Maya, yang usianya baru masuk 19 tahun, sementara saya sudah 25 tahun, dan Maya baru berusia 17 tahun. Di keluarga mereka, Maya lah yang paling tinggi dan gayanya sangat tomboy. Sebut saja kakaknya Maya bernama Wati. Wati kuliah di universitas swasta di daerah Jakarta Selatan dan saya sudah menyelesaikan kuliah di salah satu swasta terkenal di Bandung. Saya sudah pacaran dengan Wati sejak tahun 1999.



Wati mempunyai postur yang proporsional, walaupun badannya tidak tinggi (sekitar 160 cm) tetapi sangat indah kalau dilihat. Sementara saya dengan tinggi 167 cm dan tubuh yang biasa-biasa saja. Maya sangat berbeda dengan Wati, tinggi Maya sekitar 165 cm, kulit berwarna kecoklatan, dan mempunyai rambut yang pendek. Sekarang, Maya sedang menyelesaikan SMA-nya di daerah Jakarta Barat. Keluarga kami sudah sangat dekat. Saya sendiri sudah tidak asing lagi di keluarga mereka. Apalagi sejak saya pacaran dengan Wati. Setiap saya datang ke rumah mereka, selalu disambut dengan gembira.

Saya mulai pacaran dengan Wati sejak tahun 1999 pertengahan, jadi sampai sekarang, kami sudah pacaran hampir dua tahun. Hubungan saya dengan Wati sudah direstui oleh kedua orang tua kami, dan saya juga sangat serius dengan hubungan ini. Wati memang menjadi gadis pilihan saya, sepertinya tidak ada gadis lain sesempurna dia. Dengan rambut sebahu, dan ukuran dada yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil serta matanya yang sangat besar, membuat saya tidak ingin mencari gadis lain. Tetapi keinginan saya sempat terganggu hanya karena kejadian yang terjadi tanggal 1 Januari 2001, tepatnya tahun baru.

Kami (Saya dan Wati) merencanakan tahun baru sudah lama sekali, tetapi karena keluarga Wati kedatangan saudara dari orang tuanya, maka rencana kami batal, saya sangat kecewa. Karena rencananya, saya dan Wati akan menghabiskan malam tahun baru bersama. Tepat malam tahun baru tanggal 31 Desember, Wati menelpon ke rumah saya.
"Bang Hendri, malam ini Kami sekeluarga mau liburan ke puncak, sepertinya semuanya ikut kesana, kecuali Maya, karena tanggal 1-nya ada acara dengan teman-teman SMA-nya. Main aja ke rumah Bang..! Ngga ada siapa-siapa kok, karena Maya juga sendirian, mungkin Kami akan nginap 3 hari di puncak, telpon Wati ya Bang..! Dan kalo Abang jadi ke Bogor, mungkin Kita bisa ketemu disana, HP Abang jangan lupa dibawa.." cerita Wati.
"Ya, sudah, nanti Abang telpon dari rumah, untuk ngucapin selamat tahun baru, dan sepertinya Abang ngga bisa nemanin Maya di rumah, karena Abang mau ngabisin waktu di rumah aja, main internet, hati-hati ya Sayang, selamat liburan..!" jawabku.

Tepat malam tahun baru, saya hanya berdiam di depan komputerku dan waktu pada saat itu sudah pukul 11:30 malam. Jenuh rasanya. Tiba-tiba, saya ingat Maya sendirian di rumah. Iseng-iseng saya telpon Maya dari rumah.
"Hallo, selamat tahun baru, May.., lagi ngapain di rumah..?"
"Bang.. masih 25 menit lagi, ada apa kok nelpon..? Kasihan ya.., ngga jadi malam tahun baruan sama Wati, jangan sedih Bang, masih ada tahun baru sekali lagi, kok bisa tahu ada Maya di rumah..?"
"May, Bang Hendri tadi ditelpon Wati sebelum mereka ke puncak, katanya Maya tidak bisa ikut, karena ada acara dengan temanmu, emangnya acara apaan May..?"
"Hanya acara kumpul-kumpul, kan ini tahun baru yang terakhir di SMA, Bang Hendri kesini lah.. ada banyak makanan di rumah."
"Ya sudah.., nanti Bang Hendri kesana." mengakhiri pembicaraan kami di telpon.

Akhirnya, setelah pamitan dengan orang rumah, maka saya mengeluarkan mobil dari garasi dan pamit untuk ke rumah Maya. Saya bilang dengan orang rumah, kalo saya sampai pagi disana. Pada saat itu, saya hanya berpakaian baju kaos dan celana pendek serta memakai sepatu. Karena pikiran saya lagi malas untuk jalan-jalan, maka saya berpakaian seadanya saja.

Rumah Wati dan saya hanya memakan waktu 20 menit (jika tidak macet), tetapi jika lagi macet-macetnya, paling sebentar sekitar satu jam. Tepat pukul 12 lewat 20 menit, mobil sudah kuparkir di dalam garasi dan langsung saya kunci.
"Masuk Bang..! Pintunya ngga dikunci.., kok lama sekali..? Kan udah ngga macet." tanyanya.
"Ramai May di jalan, banyak orang masih pada ngumpul."
Pada saat itu, saya lihat Maya hanya berpakaian baju tidur terusan. Terlihat bodinya sangat tinggi sekali dibandingkan dengan Wati.
"Bang.., Maya ada sewa film tadi siang, untuk ngabisin waktu sampai pagi nanti, mau nonton yang mana Bang..?" Maya mengeluarkan beberapa film yang disewanya.
"Malas May.., jangan nonton ya..? lain kali aja yah..? May.., Bang Hendri kangen dengan Wati, lagi ngapain ya mereka disana..? Tadi waktu Bang Hendri telpon tepat jam 12 malam, mereka lagi ngumpul di taman, katanya yang punya villa buat acara khusus untuk tahun baru." jelas saya.

"Bang.., Kita ngapain ya..? Kita cerita aja ya..? Siapa yang mau mulai..?" tiba-tiba Maya mengalihkan pembicaraannya.
"Mau cerita apa..? Siapa yang mulai duluan, Bang Hendri atau Maya..?" balasku.
"Abang aja dulu, cerita hubunganan Kalian berdua sudah sejauh mana..?"
Tiba-tiba Maya duduk mendekat di dekatku dan sambil mengambil bantal untuk menutupi pahanya.
"May, Bang Hendri sangat serius dengan Wati, dan Kami sudah membuat kesepakatan untuk saling menjaga cinta Kami."
"Bukan itu maksud Maya.., kalau itu Maya sudah tau, tapi yang Maya mau tanya.., sudah ngapain aja Bang Hendri dengan Wati selama pacaran, ya yang mengenai saling berhubunganlah."
"Berhubungan apa..?"
"Ya, berhubungan apa aja, ciuman, pelukan, atau Bang Hendri dengan Wati sudah pernah berhungan badan..?"
"May, apa perlu Bang Hendri ceritakan ke Kamu..?"
"Perlu Bang, Maya kan mau tau juga, apa hubungan yang pernah Abang lakukan dan yang bagaimana yang paling Bang Hendri senangi..?" tanyanya mendesakku.

Pembicaraan kami akhirnya sudah sangat hangat. Dan saya pun tidak menjadi masalah mencerikan semua apa yang sudah kami lakukan berdua, mengingat semuanya pun ternyata sudah Wati ceritakan ke Maya, jadi tidak ada masalah apa pun.
"Iya May.., Bang Hendri sudah berhubungan badan beberapa kali dengan Wati." Jelasku.
"Jadi, Wati sudah tidak perawan lagi..?"
"Iya, Wati sudah tidak perawan lagi sejak hubungan Kami berjalan tiga bulan, Kami melakukannya di penginapan, dan selama tiga hari Kami menyewa penginapan tersebut, itulah untuk pertama kali Bang Hendri berhubungan badan, waktu itu umur Bang Hendri 23 tahun, sementara Wati baru 17 tahun."

"Mulanya bagaimana Bang..?"
"Mulanya.., ya hanya sekedar cerita dan dari cerita itu terus dilanjutin, akhirnya Kami sepakat untuk menyewa penginapan dan melakukannya sama-sama disana."
Tiba-tiba Maya menyingkirkan bantal yang menutupi pahanya. Dan terlihat pahanya yang coklat. Saya tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Maya. Maya berdiri di depanku.
"Bang, Maya mau bugil di depan Bang Hendri."
Tidak sempat kujawab, tiba-tiba Maya membuka resleting bajunya dari belakang. Dan, baju tidurnya Maya terjatuh di bawah kakinya yang tinggi. Oh, ternyata Maya sudah tidak pakai BH lagi. Hanya celana dalam yang berwarna putih saja yang tinggal di badannya menutupi kemaluannya. Terlihat samar-samar jembut halus yang masih sangat sedikit menutupi vaginanya.

Maya membungkuk untuk membuka celana dalamnya. Dan tepat berdiri di depanku. Maya sudah bugil di depanku. Rasa malu Maya terhadapku hilang begitu saja. Kulit tubuhnya yang mulus kecoklatan dan postur tubuh yang tinggi serta puting susu yang masih kecil dan mancung, vagina yang panjang ke bawah ditumbuhi oleh bulu-bulu yang masih jarang, kulihat semuanya dengan kagum dan kaget, dan membuat batang kejantananku berdiri dengan cepatnya. Entah apa yang ada dipikiran Maya saat berdiri bugil di depanku.

Cukup lama Maya berdiri di depanku, dan hal itu membuatku terpana dengan pemandangan yang sangat indah. Aku bingung dan tidak menyangka, Maya akan melakukannya di depanku. Terlihat buah dada Maya yang masih mempunyai lingkaran kecil dengan puting yang mancung ke depan. Memang lain dengan yang Wati punya. Punya Wati lebih besar dan lingkarang putingnya lebih berwarna kecoklatan, karena sudah terbiasa dihisap olehku. Sedangkan punya Maya, lingkaran putingnya masih kecil, tapi inilah buah dada yang lebih enak, karena belum terjamah oleh siapa pun.

Kemudian Maya menghampiriku dan duduk tepat di depanku.
"Ngga apa-apa kan Bang..? Maya seperti ini, Maya udah membayangkan sejak lama mau bugil di depan Bang Hendri, baru kali ini kesampaian, jangan marah ya Bang..!"
Aku hanya terdiam beberapa saat. Tangan Maya menarik tanganku dan diletakannya tanganku tepat di susunya sebelah kanan. Dan tanganku yang satu lagi merangkul pinggulnya yang ramping dan seksi. Tak susangka, yang setiap hari kulihat Maya dengan cueknya jika aku sedang bermain di rumahnya, ternyata menyimpan keinginan yang luar biasa.
"Maya, kamu berani sekali."
Setelah berada tepat di depanku, Maya langsung menciumi bibirku dan memeluk badanku erat-erat. Aku pun mulai hanyut dan bingung dengan ciuman Maya, namun segera kusadarkan diriku lagi bahwa ini memang kejadian yang sebenarnya, tidak mimpi ataupun berhayal.

Dan dengan tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, saya langsung membalas ciuman bibir Maya yang sudah bernafsu sekali. Maya langsung melucuti pakaianku. Maya berhasil membuka celana pendekku dan langsung melepaskan celana dalamku. Akhirnya aku sudah bugil di depan calon adik iparku. Dipegangnya batang kejantananku yang makin lama semakin keras.
"Bang, punya Abang besar sekali. Baru kali ini Maya lihat langsung punya laki-laki."
"Kamu pengen ngerasainya May..?" tanyaku menggoda.
"Pengen sekali Bang.." jawab Maya dengan cepat.

Langsung saya meniduri Maya di lantai, posisi Maya masih tiduran. Dan dari arah atas, saya perhatikan sebuah bukit yang masih kecil dan dengan puting yang masih mancung ke depan, dan sebuah gundukan yang rambut kemaluannya masih sedikit serta sangat panjang melebar ke bawah. Sungguh pengalaman yang tidak kusia-siakan. Entah setan mana yang merasuki kami berdua hingga kami tidak sadarkan diri lagi. Akhirnya, yang selama ini kuperhatikan Maya selalu memakai baju, kali ini dapat kulihat dengan sangat leluasa, Maya bugil di depanku.

Kulihat Maya yang sudah tidak sabaran lagi untuk dipakai. Dengan goyangan tanganya yang mengelus susunya dan mata yang menggoda, saya sudah tidak sabar lagi untuk menjilat dan menggigit buah dadanya yang masih sangat ranum. Aku jongkok tepat di belahan kaki Maya dan terlihat sangat bebas vagina Maya yang masih ranum dan harum. Kupegang bibir kemaluan Maya dengan tanganku, dan mata Maya tertutup menandakan kalau dia bener-bener menikmati vaginanya yang lagi dibelai olehku. Sementara, batang kejantananku sudah tegang dan menghadap ke vagina Maya. Kutekan-tekan vagina Maya dengan tanganku, dan sekali-kali kucium vaginanya yang sudah mulai basah. Kuciumi dengan memainkan lidahku untuk memberikan kenikmatan yang lebih. Maya sudah tidak tahan lagi dengan belaianku, dan aku pun sebenarnya sudah tidak tahan lagi untuk menikmati tubuh Maya yang tidak ditutupi sehelai benangku. Nafsu yang sengaja kutahan, akhirnya tidak dapat kusimpan lagi. Segera kutiduri Maya dengan buasnya.

Dengan posisi Maya ada di bawah dan aku di atas, akhirnya kuturunkan badanku ke arah Maya. Kuciumi bibir Maya yang lebar dan kumainkan lidahnya. Maya langsung membalas. Punyaku yang sudah sangat keras terasa sekali menempel di kemaluan Maya. Kugoyangkan badanku agar dapat lebih merasakannya lagi. Maya membalas gerakanku. Luar biasa sekali, sepertinya Maya sudah sangat pengalaman akan hal ini. Kuteruskan permainan kami sambil tanganku memegang susu sebelah kirinya. Dan kumainkan jariku di atas puting yang masih menjulang tinggi dan sudah keras. Pelan-pelan kuturunkan ciumanku dan kuarahkan ke lehernya. Setelah itu, tidak lagi kuciumi lehernya melainkan kuturunkan lagi ciumanku, dan sekarang sasaranku adalah mencium susunya yang kuyakin belum ada yang menyentuhnya.

Seluruh susu Maya dapat masuk kedalam mulutku dan dapat kumainkan dengan leluasa pakai lidahku. Sangat terasa sekali di lidahku saat menyentuh putingnya yang sangat keras dan menjulang tinggi. Dan sekali-kali gigiku menggigit putingnya. Tidak ketinggalan tanganku sebelah kiri terus memainkan susunya yang tidak dapat dihisap.
"Aaa.., enak Bang.." terdengar suara nafsunya.Sementara itu, tangan Maya kuarahkan ke arah penisku. Dan penisku yang dari dari sudah mengeras, ingin sekali dipegang oleh tangan Maya. Tidak lama, tanganku yang menganggur turun ke bawah, yaitu ke arah vagina Maya. Ternyata vagina Maya sudah sangat basah sekali.

"Aaa.. enak Bang.., seperti itu saja, jangan dilepas..!" pintanya manja.
Rupanya kemaluan Maya sudah basah sekali. Dan kumainkan dengan jariku. Aku sudah terbiasa memainkan vagina Wati dan sudah tahu bagian yang paling enak di tubuh seorang wanita. Kurenggangkan pelan-pelan kaki Maya, dan kumasukkan sedikit demi sedikit tanganku agar dapat kuraih klitorisnya yang masih merah. Mulutku masih terus menjilati susunya yang mancung, tetapi pikiranku berada di bawah, yaitu aku harus menyentuh klitorisnya Maya.
"Aaa.. enak Bang.., enak sekali, terus Bang dimainin.." desahnya.

Bersambung ke bagian 02