Sambungan dari bagian 01

Setelah kulebarkan kaki Maya dan kutekan sedikit tanganku serta kulebarkan vagina Maya dengan tanganku, akhirnya apa yang kucari-cari dapat kuraih juga. Rupanya klitoris Maya lebih gampang dicari, karena vagina Maya lebih panjang dari kepunyaan Wati. Terus kumainkan dengan jariku yang sudah sangat berpengalaman. Klitoris Maya makin lama semakin mengeras dan kuperhatikan raut wajahnya yang sudah sangat terangsang karena sentuhan jariku di klitorisnya. Kumainkan terus jariku dan sedikit demi sedikit kumasukkan ke dalam vaginanya. Kugerakkan dengan cepat sekali, sementara aku sudah tidak sabar untuk memasukkan penisku ke vagina Maya. Makin lama semakin basah tanganku akibat basahnya seluruh lubang kemaluan Maya. Ingin rasanya kumasukkan jariku ke dalam vaginanya, namun kubatalkan karena kuyakin Maya pasti akan memberikan keperawannya kepadaku hari ini.



Mulutku terus mengulum puting Maya yang sangat keras. Ujung-ujung putingnya kumainkan dengan lidahku, dan hal itu membuat Maya semakin tidak karuan saja. Semakin lama, klitoris Maya semakin terbentuk panjangnya. Terasa licin di tanganku, tetapi semakin lama membuat Maya semakin lupa dirinya. Kumainkan dengan jari tengahku, kunaikkan jariku ke atas dan turun ke bawah, sekali-kali kutekan vaginanya memakai kelima jari tanganku. Pada saat itu juga, kuciumi bibirnya yang lebar. Tiba-tiba, Maya membisikkan ke telingaku kalau dia sudah tidak tahan lagi, dan sepertinya dia ingin mengeluarkan sesuatu dari kemaluannya.

"Bang, Maya sepertinya mau kencing, Maya mau keluar Bang.. aa enak sekali.." katanya.
"Keluarkan aja May, jangan ditahan..!"
Kutahu Maya mau keluar. Kumainkan jariku lebih cepat lagi, dan kuhisap susunya lebih kuat lagi. Kutarik-tarik dengan mulutku yang semakin buas. Aku semakin semangat untuk memainkan seluruh bagian sensitif Maya. Secara bergantian, kuhisap susu Maya dan kugigit-gigit bagian ujungnya. Kutelan semua susunya dalam mulutku karena masih sangat kecil sekali.

"Bang.., Maya enak sekali rasanya. Mau.. mau.. teruuss, Bang, Maya.."
"Bang.., Maya sudah ngga tahan lagi, Bang.. teruskan.. aa.. Maya ngga kuat Bang.. aa.., aa.., eenak sekali Bang..!"
Tubuh Maya bergetar sangat kuat dan tangannya yang masih meremas penisku tiba-tiba digenggamnya sangat kuat sekali. Maya akhirnya mengalami puncak kenikmatan yang pertama dalam hidupnya. Aku terus memainkan jariku di klitorisnya.
"Bang, punya Maya ngilu.., ngilu sekali, udah Bang cukup." pintanya.
Kutahu apa yang dirasakan Maya, Maya sudah keluar. Kutarik tanganku dari vagina Maya. Aku berhasil membuat Maya mencapai puncak kenikmatan. Tapi batang keperkasaanku belum mengeluarkan cairan kenikmatan. Kupandangi wajah Maya yang masih membayangkan kenikmatanya.

"Kamu udah keluar May, Kamu sudah mengalami orgasme, Kamu mengeluarin cairan dari pepekmu" kataku menjelaskan.
"Bang, Maya enak sekali..!"
"Sekarang giliran Bang Hendri, ya May.." rayuku.
"Maya mau isap punya Bang Hendri.." katanya langsung.
Oh, itu yang kuharapkan dari tadi. Kami merubah posisi dan saya tiduran seadngkan Maya berada di bawah kakiku sambil tiduran juga. Kuperhatikan raut wajah Maya yang sedang memperhatikan kepunyaanku. Punyaku lumayan besar, dengan panjang 18 cm, berwarna kecoklatan karena sudah terbiasa dihisap oleh Wati. Maya mengelus-ngelus barangku yang sudah berdiri dengan gagahnya.

Setelah semakin lama semakin merah kepala batang kejantananku, akhirnya dengan mulut lebar Maya, punyaku ditelan semua.
"Oh.., nikmat sekali..," desahku.
Tiba-tiba, seluruh batang keperkasaanku terasa hangat sekali, beda dengan hisapan Wati yang dengan mulut kecilnya tidak bisa menelan semua kepunyaanku. Dengan mulut Maya yang lebar, dia bisa memainkan lidahnya tanpa melepaskan hisapannya. Bener-bener sungguh nikmat. Maya dengan hisapan yang benar-benar nafsu membuatku tidak tahan lagi. Kepala batang kemaluanku sudah sangat merah dan siap-siap mengeluarkan cairan kenikmatan yang dahsyat. Memang sudah lima hari ini saya tidak mengeluarkannya, karena mengingatakanku untuk mengeluarkan pada malam tahun baru nanti bersama Wati. Tetapi kejadiannya malah lebih enak. Tidak sia-sia selama lima hari kutahan maniku agar tidak keluar. Maksudnya, mau kukeluarkan pada saat malam tahun baru bersama Wati, tetapi kejadiannya ternyata di luar dugaanku.

Akhirnya, kumpulan spermaku yang kutabung selama lima hari ini, tidak tahan lagi akan keluar dari sarangnya. Kutahan terus hingga benar-benar terkumpul.
"May.., pakai lidah.., mainin pakai lidah May.. isap yang enak ya..?" pintaku mengajarinya.
Maya memainkan lidahnya di batang kejantananku. Ditariknya kuat-kuat pakai mulutnya. Sepertinya Maya sudah sangat berpengalaman sekali dalam hal ini. Semakin cepat permainan lidah Maya semakin nikmat kurasakan ke seluruh badanku. Memang beda sekali dengan cara hisapan Wati. Maya pintar berkreasi, sekali-kali dihisapnya bagian kepala batang kejantananku dan kemudian turun ke bawah dengan menjilati batang kejantananku. Kemudian Maya juga menghisap telur kemaluanku. Oh, lihay sekali Maya. Sepertinya tanpa kusuruh bisa dilakukannya semua dengan nafsunya yang besar. Dengan gerakan tubuhnya dan mulutnya, membuatku semakin enak dan tidak dapat kutahan lagi.

"Aduh May, enak sekali, kayaknya Bang Hendri mau keluar May.. isap lebih kuat..!" pintaku.
Kutahan kepala Maya dengan tanganku kuat-kuat, agar pada saat kukeluarkan, dia tidak melepaskan hisapannya, agar Maya tidak kaget dengan apa yang akan keluar dari kontolku. Aku tidak tahan lagi, aku benar-benar tidak tahan lagi, dan akhirnya tubuhku mengeluarkan seluruh tenagaku agar semua maniku keluar di mulut Maya.
"May.., Bang Hendri mau keluar.. udah ngga tahan lagi.. aa.. aa.. isap terus May, jangan dilepas.. telan yaa..!" kataku gemetaran menahan gejolak rangsangan.

Aku masih menahan kepala Maya, dan terasa ada gerakan melawan dari kepala Maya. Tapi Maya tidak bisa melakukan apa-apa, karena tanganku menahannya dengan kuat sekali. Akhirnya, semua keluar dalam mulut Maya. Dan pada saat keluar, Maya masih terus menyedot batang kemaluanku dengan kuatnya. Ah, benar-benar nikmat sekali. Maya melepaskan hisapannya dari batang keperkasaanku. Maya memperhatikan kepunyaanku yang bergerak sendiri. Tidak berapa lama, akhirnya saya Bangun dari tidur dan memperhatikan Maya masih menyimpan maniku dalam mulutnya, dan kuciumi mulut Maya. Kuhembuskan nafasku kuat-kuat ke dalam mulutnya agar semua cairan maniku dapat ditelan olehnya.

Semua maniku yang ada dimulutnya tertelan tanpa meninggalkan setetes pun. Kupeluk diri Maya erat-erat. Dan kubisikkan ke telinganya.
"May.., Bang Hendri enak sekali, enaak sekali rasanya.. Kamu lebih pintar ngisap daripada Wati, apa rasanya sperma Bang Hendri, May..?" tanyaku.
"Rasanya asin dan Maya baru tahu kalau sperma itu warnanya putih, banyak sekali sperma Bang Hendri keluar." jawabnya tanpa malu-malu.
Kulepaskan pelukanku dan kupandangi wajahnya yang ayu dan merangsang itu.
"Emang May.., sudah lima hari ngga Bang Hendri keluarin, tadinya mau Bang Hendri keluarin dengan Wati, tapi batal karena Kami ngga jadi malam ini sama-sama, Bang Hendri ngga nyesel kok, karena isapan Kamu lebih enak dari isapan Wati." jawabaku.

"Bang Hendri bersihin ini dulu ya..?" sambil tanganku menunjukkan sisa-sisa yang tidak dapat tertelan oleh Maya.
Kemudian aku membersihkan sisa-sisa spermaku yang ada di lantai. Dan setelah itu, rupanya Maya sudah tidak tahan lagi untuk melakukannya sekali lagi. Pada saat itu, Maya sudah berdiri di belakangku dan memelukku dari arah belakang.
"Bang.., Maya kepengen Bang Hendri melakukannya seperti waktu dengan Wati." pintanya memanja.
Kubalikkan badanku, dan kulihat Maya sudah duduk di lantai dalam keadaan bugil. Kuremas tangan Maya kuat-kuat.
"May.., Bang Hendri ngga mau gara-gara kejadian hari ini, hubungan Bang Hendri dengan Wati terganggu." pintaku.
"Ngga Bang.., Maya janji ngga akan bilang ke Wati, dan Maya hanya ingin rasakan apa yang sudah Bang Hendri lakukan ke Wati, Maya kepengen sekali Bang..!" pintanya sekali lagi dengan wajah memelas.

Kulihat wajah Maya memelas sekali, dan aku pun sudah tidak tahan lagi.
"Kamu serius May..? Kamu ngga nyesel nantinya..? Kamu kan belum punya pacar." kataku sambil tanganku mulai memegang dan meraba-raba susunya yang kecil dan mancung.
"Ngga Bang, pertama kali ngeliat Bang Hendri ke rumah, Maya sebenarnya kepengen Bang Hendri yang jadian dengan Maya bukan Wati, tapi karena Maya masih kelas II SMA, jadinya Maya takut." katanya menjelaskan kepadaku keinginannya yang terpendam sudah lama.
"Astaga, baru kali ini kutahu maksud Maya. Ternyata diam-diam dia menyimpan rasa sayang kepadaku." pikirku dalam hati.
"Bang, Maya sudah kepengen sekali, ambil aja keperawanan Maya sekarang juga, Bang Hendri bebas melakukan apa saja sesuka Bang Hendri." desaknya karena tidak tahan menerima daya rangsang saat itu.
Aku tidak menyangka dengan apa yang barusan dikatakan Maya.

Kemudian, kuangkat Maya dari duduknya dan kami berdiri untuk pindah ke kamar tidur.
"Kita pindah ke kamar tidur aja ya..? Kamar tidur kamu aja, Maya..!" kataku.
Setelah kumatikan TV, akhirnya kami pindah ke kamar tidur Maya. Baju kami kutinggal di ruang tengah, lagi pula tidak ada siapa-siapa di rumah ini. Saya dan Maya masih bugil dan berjalan menuju ke kamar Maya yang terletak di sudut rumah bagian belakang. Kurangkul badannya sambil tanganku tidak kulepaskan dari susunya. Masih terus kuremas-remas agar kenikmatan Maya tidak hilang. Kuhidupkan AC kamar Maya agar kami melakukannya dengan tenang dan dingin.

Dengan posisi kami yang masih berdiri, kupeluk Maya sambil kuciumi bibirnya yang lebar. Kupegang tubuh Maya yang tinggi dan langsing tersebut. Setiap lekukan tubuhnya dapat kurasakan malam itu. Mulai dari kepalanya, lehernya, tubuhnya, pantatnya yang montok dan kemaluannya yang masih sangat rapat sekali. Dan kumainkan lidahku ke dalam mulut Maya. Maya membalas dengan lidahnya juga. Kuhembuskan nafasku kuat-kuat dan Maya menarik semua nafasku, dan pada saat itu kulihat susu Maya sudah sangat keras sekali. Kurebahkan badan Maya pelan-pelan di tempat tidurnya yang lebar. Bibir kami tidak terlepas sedikit pun.

Setelah Maya tiduran di ranjang, kubuka kakinya dan kubisikkan ke telinga Maya, "May.., Bang Hendri isap pepek Kamu ya..?"
"Isap aja.., Maya udah kepengen sekali..!" jawabnya mengiyakan.
Kuarahkan kepalaku ke liang senggama Maya. Oh, tercium aroma yang kas yang keluar dari vagina Maya. Inilah aroma yang paling kusuka dari wanita. Aroma kas yang tidak pernah kulupakan. Dan kuhirup kuat-kuat dan sekali-kali kucium. Terdengar rintihan suara Maya yang sudah mulai terangsang. Kubuka vagina Maya dengan jariku. Terlihat dengan jelas warna yang masih sangat ranum untuk dinikmati. Kulebarkan lagi jariku untuk menjilati bibir kemaluannya. Kuperhatikan beberapa saat, klitorisnya yang masih sangat merah, aku mulai tidak tahan lagi. Akhirnya, kurapatkan semua bibirku ke liang senggamanya Maya dan lidahku sudah mulai menekan ke dalam agar dapat merasakan nikmatnya vagina baru.

Mata Maya sudah mulai tertutup, dan dapat kurasakan getaran badan Maya yang sudah tidak bisa menahan nafsu yang sudah sangat tinggi. Lama-lama kepunyaanku sudah mulai mengeras lagi.
"Trus Bang..! Jangan dilepas, enak sekali, isap yang kuat..!" terdengar permintaan Maya yang memang ingin merasakan kenikmatan yang lebih.
Aku pun sudah tidak memikirkan Wati pada saat itu. Yang kupikirkan hanya bagaimana memuaskan nafsuku dan nafsu Maya yang sangat tinggi sekali. Kuteruskan jilatanku ke arah bawah kemaluan Maya. Vagina Maya sangat panjang ke bawah. Kunikmati vagina Maya yang sudah sangat basah. Kumainkan dengan lidahku. Oh, nikmat sekali. Akhirnya aku tidak dapat menahan rasa senjataku, bagaimana rasanya jika kumasukkan ke liang senggama Maya.

Tanda pikir panjang, aku berdiri dan kubisikkan ke telinga Maya.
"May, Bang Hendri sudah tidak tahan lagi, Abang masukkan ya..?" pintaku dengan lembut.
Maya hanya mengangguk. Kurenggangkan kaki Maya, dan kuarahkan penisku yang sudah sangat keras, dan kugesek-gesekan batang kejantananku ke vagina Maya.
Kubisikkan sekali lagi ke telinga Maya, "May, inilah hubungan yang paling Bang Hendri senangi, memasukkan kepunyaan Bang Hendri ke lubang Kakakmu.."
"Pelan-pelan ya Bang, supaya Maya bisa merasakan enaknya juga."
Saat itu, kuperhatikan jam sudah menunjukkan setengah tiga pagi. Aku sudah melupakan Wati untuk sesaat, yang kuinginkan hanya menikmati kemaluan perawan dari Maya. Liang kewanitaan Maya sudah basah, dan pelan-pelan kutekan batang kejantananku yang sudah keras.

Sambil mataku terus kuarahkan ke susu Maya dan tidak lepas dari mata Maya. Pelan-pelan sekali, dan sekali-sekali kujilati bibir kemaluannya agar terus basah. Kutemukan lubang keperawanan Maya, dan kutekan batang keperkasaanku ke arah lubang tersebut. Kudorong badanku ke belakang dan ke depan. Terakhir, karena sudah tidak tahan, akhirnya kuberanikan diri untuk menekan sekuat tenagaku untuk menerobos ke lubang kenikmatan Maya.>br>"Sleepp..," dorongan yang pertama membuat Maya kesakitan.
"Tahan dikit Maya, tahan dikit lagi."
"Sakit Bang.., jangan kuat-kuat, Maya ngga kuat..!" pintanya.
"Iya.. Bang Hendri lagi membuka perawan kamu, ini baru setengahnya." kataku menenangkannya.
"Maya terasa Bang, terasa sekali punya Bang Hendri masuk."
Kudorong sekali lagi. Penisku sudah masuk setengahnya, kutarik ke luar dan kudorong lagi ke dalam, dan akhirnya, dengan dorongan yang lebih kuat lagi, lubang keperawanan Maya dapat kutembus.

"Banngg.. Maya ngga kuat..!" jerit Maya.
Maya memegang tanganku kuat sekali. Terbayang sesaat, bagaimana kulakukan pada saat dengan Wati. Saat kuambil keperawanan orang yang kucintai. Sekarang, kunikmati sekali lagi seorang perawan yang rela memberikannya kepada orang yang tidak mungkin sama sekali. Ah, sudahlah. Apakah ini takdir, aku tidak tahu.
"May, punya Bang Hendri sudah masuk semua, Kamu tidak perawan lagi Sayang, ada keluar darah, dari pepekmu." kubisikkan ke telinga Maya dan batang kejantananku tidak kulepaskan dari liang senggamanya.
Kuperhatikan raut mukanya, dan kelihatan sama sekali tidak ada rasa penyesalan dari dirinya.

"Teruskan Bang..! Gerakkan badan Bang Hendri.." pintanya tak kuasa menahan nikmatnya rangsangan yang kulakukan.
Kugerakan badanku pelan-pelan. Oh, terasa sekali masih rapatnya vagina Maya. Masih menggingit sangat erat di batang kejantananku. Kudorong badanku ke depan dan ke belakang. Kuciumi bibir Maya, sambil kupegang susunya yang putingnya sangat mancung dan keras. Batang keperkasaanku masih terbenam di lautan kenikmatan.
"Aaa.. terus Bang.. ya.. ya.. dorong yang kuat..!"
"May, Kamu kuat sekali..!"
Dapat kurasakan seluruh batangku merapat di dinding-dinding vagina Maya yang masih sangat kencang sekali.

Bersambung ke bagian 03