Kisahku berawal dari perkenalanku dengan seorang pengunjung cafe, yang cukup terkenal di lokasi pariwisata yang bersebelahan dengan pulau Bali. Namaku Adietya dan aku seorang pemain musik di cafe, yang mana di cafe tersebut kita bermain bertiga, satu memegang melody satunya lagi memegang biola, dan aku memegang rythm sekaligus vokal.
Seperti pada umumnya cafe yang menawarkan musik hiburan dengan live accoustic, malam itu yang kebetulan bersamaan dengan malam minggu, cafe sudah dipenuhi dengan pengunjung yang rata-rata anak muda semenjak pukul 20.00 kebanyakan dari mereka berpasang-pasangan. Diantara sekian banyaknya pengunjung, ada satu kelompok beranggotakan 3 cewek cantik, salah satu diantaranya adalah Cornelia nama gadis yang berambut sebahu lebih dan berkulit mulus, tingginya kira-kira 170 dengan dipadu gaun malam warna merah yang cukup sexy yang menonjolkan lekuk tubuhnya yang menggiurkan dengan ukuran dada 36c, ukuran dadanya aku ketahui setelah malam itu aku dan Cornelia mereguk kenikmatan berasama di sebuah hotel di kawasan wisata tersebut.
Perkenalanku dengan Cornelia, secara tidak sengaja, diawali dengan sebuah permintaan lagu yang mana pada saat itu pengunjung cukup menikmati suasana romantis yang di dukung penampilan dari beberapa lagu-lagu yang aku bawakan bersama teman-temanku, cukup membuat susana sedikit syahdu.
Pada saat itu seorang waiter datang dengan secarik kertas yang berisikan permintaan lagu dari meja yang di sudut dekat taman kecil yang isinya minta dibawakan sebuah lagu yang berjudul "Lady in red." Tak lama berselang setelah aku berkomunikasi dengan pengunjung, aku menyebutkan bahwa ada permintaan lagu special dari meja sudut, yang aku lanjukan dengan memetik senar gitar dan melantunlah sebuah lagu romantis yang diminta oleh Cornelia.
Setelah lagu itu usai aku sempatkan memandang kearah meja yang disudut yang berisikan 3 cewek cantik-cantik yang mana Cornelia memberikan senyumnya yang manis, sambil mengucapkan sepata kata yang nggak terdengar dengan jelas.
Setelah show sekitar 1 jam aku dan teman-temanku break sebentar, ketika aku turun, aku melihat cewek yang bergaun merah di 3 kelompok cewek cantik-cantik, melambaikan tangannya. Dengan sedikit berdebar aku berjalan kearah mereka. Aku mengulurkan tangan sebagai tanda keramah-tamahan terhadap pengunjung cafe, sambil menyebutkan namaku, "Adietya "! ujarku.
Dan disambut dengan cewek yang bergaun merah "Cornelia," ujarnya, diiringi senyumnya yang menawan. Setelah itu dilanjutkan dengan kedua orang temannya yang aku nggak begitu hafal nama-nama mereka.
Kemudian dia menawarkan aku untuk duduk bergabung dengan mereka sambil menawarkan minuman kepadaku "Kamu boleh pesan minuman apa aja yang kamu suka," kata Cornelia kepadaku.
Setelah aku duduk, tak lama kemudian Cornelia bilang, "Thanks ya.. sapa nama kamu tadi "?
Yang aku lanjutkan menyebutkan namaku sendiri "Adietya."
Kemudian Cornelia melanjutkan kalimatnya yang terpotong tadi, "Thanks ya diet atas lagunya, aku begitu bahagia malam ini, karena lagu yang kamu bawakan untukku tadi."
Aku hanya tersenyum kecil sembari berkata, "Aku juga suka kok lagu itu Lia.. hey, bolehkan aku panggil kamu dengan sebutan itu?" tanyaku kemudian.
Cornelia menganggukan kepalanya sambil berkata, "Aku suka kok kamu memanggil aku dengan sebutan itu."
Sekitar jam 23.00 pertunjukan live accoustic selesai, para pengunjung tinggal beberapa aja yang masih bertahan di meja masing-masing. Di meja sudut, Cornelia dan kedua temannya masih juga asyik dengan obrolannya. Setelah ngobrol sebentar dengan teman-teman musikku, kemudian aku berjalan ke arah meja Cornelia, sewaktu acara break tadi dia pesan kalo sudah usai pertunjukan aku diminta untuk datang ke mejanya.
"Hey.. asyik banget obrolannya.. boleh gabung nggak?" ujarku sambil duduk.
"silahkan diet.. lagian aku khan yang minta kamu datang ke sini," ujar Cornelia.
Selama 20 menit di meja mereka, aku banyak diamnya, karena aku belum terbiasa dengan dikelilingi 3 cewek cantik-cantik.
"Diet.. anterin dong kita pulang ke hotel, sekalian ada yang aku mau bicarakan berdua dengan kamu," ujar Cornelia memecah kesunyian.
"Baiklah kalo begitu," ujarku kemudian sambil menenteng gitarku.
Setelah membayar makanan dan minuman, kita berjalan kaki menuju hotel mereka menginap yang ternyata tak jauh dari cafe itu. Sesampainya di hotel, kedua temannya langsung masuk ke dalam kamar, kecuali Cornelia yang masih berdiri di depan pintu kamar sembari mengatakan sesuatu kepada dua orang temannya yang kelihatan sudah mulai ngantuk.
Setelah menutup pintu kamarnya kembali, Cornelia berjalan kearahku, yang aku lanjutkan dengan berkata, "Kita ke pantai di depan hotel ini yuk.. kamu cerita disana aja nanti, lagian disini susananyakurang bagus dan takut mengganggu kedua teman kamu."
Cornelia hanya mengangguk kecil, "Boleh deh, lagian kayaknya aku belum pernah duduk di pinggir pantai malam hari." lanjutnya kemudian.
Dengan diterangi lampu taman hotel yang menjorok ke arah pantai yang cahanya sedikit terhalang oleh pepohohan yang cukup rindang, aku dan Cornelia duduk di hamparan pasir. Sambil duduk mendekap kedua lututnya mulailah Cornelia bercerita.
"Diet.. makasih yah kamu sudah mau menyanyikan lagu "Lady in Red" tadi, kamu tahu nggak kalo aku sangat terhanyut oleh lirik lagu itu."
"Aku nggak tau kenapa, ketika kamu nyanyi tadi perasaanku begitu terbawa sampai-sampai aku membayangkan kalo seandainya ada cowok yang begitu perhatian dan sayang kepadaku, betapa bahagianya diriku," lanjutnya.
"Memangnya kamu belum punya cowok?" tanyaku kemudian.
"Aku pernah punya cowok.. tapi dia sudah meninggal dalam kecelakaan mobil 2 tahun yang lalu," ungkapnya dengan menahan nafas sesaat.
"Dia juga seorang musisi seperti kamu, bahkan postur dan gaya berbicaranya mirip kamu, makanya saat aku duduk di cafe tadi jantungku sempat berdebar sesaat," Cornelia melanjutkan ceritanya.
"Semakin berdebar saat kamu mulai menyanyikan lagu itu dilanjutkan dengan datang ke mejaku serta ngobrol dan bercanda dengan teman-temanku," ujarnya lagi.
Disini kedua bola mata Cornelia mulai berkaca-kaca, kemudiankudengar dia mulai terisak-isak.
Dengan seketikakupeluk Cornelia untuk mengurangi kesedihannya dan memberikan kedamaian.
Ternyata Cornelia diam saja, sembari memandang ke wajahku dan memelukku semakin erat.
Entah siapa yang memulai kedua bibir kamu sudah saling melumat, memilin dengan penuh nafsu.
tanganku mulai beraksi dengan mengelus permukaan dadanya yang tertutup gaum merah.
"Ouchh.. Adiet..," desahnya.
Kemudian aku lanjutkan dengan menelusupkan tanganku yang satunya ke bagian bawah, dan langsung aku elus permukaan pahanya yang mulus. Tak lama berselang, aku melanjutkan dengan membuka bagian atas gaun merahnya dan tampaklah olehku kemulusankulit dadanya yang kontras terbalut bra warna hitam. Aku mencumbu permukaan dadanya yang mulus, sambil tanganku mengelus punggungnya, yang aku lanjutkan dengan membuka pengait branya yang ternyata berukuran 36c, aku melihat labelnya sekilas yang terpancar oleh cahaya lampu taman.
Setelah membuka pengait bra Cornelia, lidahku tak tinggal diam dengan menjulurkan ujungnya selembut mungkin ke puting payudaranya yang berwarna pink.
"Ssh.. ohh.. Diet," erangnya, ketika ujung lidahku menyentuh putingnya yang keliatan mulai mengeras. Ukuran payudara Cornelia cukup menggairahkan ditunjang dengan kekenyalannya, yang menurutku masih belum banyak tangan yang menjamahnya.
Kemudian aku melanjutkan jilatan dengan menelusuri permukaan dadanya, terus berlanjut ke perutnya lidahku menelusuri setiap jengkalkulitnya. Dengan lembutkuteruskan dengan menurunkan gaun merahnya dan membukanya sekaligus.
Dengan beralaskan gaun merahnya aku merebahkan Cornelia di atas hamparan pasir pantai. Kemudian aku rebahan di samping Cornelia dan membisikan kata-kata, "Aku sayang kamu."
Sambil sesekali aku mengecup bibirnyakulanjutkan berkata, "Lia.. aku juga merasa berdebar saat menyanyikan lagu tadi."
"Kamu begitu cantik dan anggun saat duduk diantara teman-tamanmu," lanjutku kemudian.
Sejenak Cornelia memandangku dengan kedua bibirnya merekah merah. Takkusia-siakan moment ini dengan mengecup bibirnya lembut. Aku menghisap lidah Cornelia yang menjulur menyeruak rongga mulutku.
"Mhh..," bibir Cornelia mendesah pelan.
Tanganku juga mulai aktif dengan mengelus pahanya yang mulus, sementara lidahku beralih ke lehernya yang jenjang dengan menjilatinya yang berlanjut di belakang telinga sebelah kiri.
Kujulurkan lidahku ke lubang telinganya. Kembali Cornelia mendesah pelan, "Oohh.. Diet.."
Aku berdiri dengan pelan, kemudian menunduk ke arah jari-jari kakinya dan langsungkuhisap jemari kakinya satu persatu yang langsung membuat dia terhenyak seketika.
"Ohh.. Diet..," teriaknya.
"Aku belum pernah merasakan sensasi seperti ini," lanjutnya.
Tanpa memperdulikan keluhannya, aku melanjutkan hisapanku ke telapak kakinya yang membuat dia terhenyak kedua kalinya.
Lidahku sekarang berpindah menuju ke arah betisnya dan menjilati bagian itu dengan lembutnya, dan membuat Cornelia menggelinjang untuk kesekian kalinya.kuarahkan lidahku ke sela pahanya, setelah beberapa saat lamanya bermain di betisnya.kulihat Cornelia semakin menggelinjang, dankulanjutkan dengan menjilati pangkal pahanya yang berdekatan dengan vaginanya. Dengan pelan kembalikujulurkan lidahku ke tepian vagina Cornelia yang ternyata berbulu lebat hitam lebat.
Jilatankulanjutkan mengitari daerah antara anus dan vagina.
"Slurp.. slurp.." ujung lidahku bermain dari atas dan ke bawah.
Kembali Cornelia mendesah, "Ouch.. Diett.. nikmat sekali sayang.."
Sebenarnya aku juga sudah terangsang sekali, penisku sudah keras dan ingin berontak dari celana blue jeansku rasanya, tapi aku sengaja menahan nafsuku, tujuanku aku ingin membuat Cornelia mendapatkan kepuasan terlebih dahulu. Hal ini aku lakukan karena aku nggak mau terkesan egois yang mementingakan diri sendiri, karena aku cukup memahami kalo sebagai seorang laki-laki orgasmenya berbeda dengan perempuan yang bisa multi orgasme dalam satu kali permainan.
Kembalikujulurkan lidahku yang tadinya sudah melewati daerah antara anus dan vagina, sekarang menjulur dengan liarnya di lubang anus Cornelia yang disambut dengan hentakan tubuhnya.
"Ohh.. Diet.. nggakkuat," erangnya kemudian.
Dengan perlahan aku hentikan sesaat foreplayku, yang dilanjut dengan reaksi Cornelia yang duduk dari rebahannya yang kemudian dengan sedikit tergesa-gesa dia mulai membuka kaosku yang di lanjut dengan mencumbu permukaan dadaku dan tangannya tak tinggal diam dengan memasukannya ke sela celana bluejeansku, tangannya mulai menemukan penisku yang sudah mulai mengeras karena nafsu yang tertahan. Tak lama berselang kemudian, Cornelia mulai membuka resliting celana blue jeansku dan langsung menariknya yang pada saat itu posisiku berdiri, sementara dia jongkok di depanku.
Dengan lincahnya Cornelia menjulurkan lidahnya dan menjilati seluruh permukaan penisku yang berukuran lumayan besar dengan bulunya yang hitam lebat. Cornelia memajukan bibirnya dan menghisap ujung kepala penisku dengan lahapnya, serta memainkan lidahnya di dalam rongga mulutnya yang penuh dengan penisku yang dilanjutkan dengan menghisapkuat buah zakarku.
"Ahh.. Lia.. sayang enak banget..," teriakku tertahan.
Dengan tersenyum manis sambil tetap jongkok dibawahku wajahnya menengadah ke atas dan berkata kepadaku, "Kamu suka diet"?
Kujawab dengan suara parau, "Suka banget sayang."
"Aku juga sangat menyukai penis kamu yang lumayan besar ini," lanjutnya.
Perlahan aku bimbing Cornelia untuk berpose merangkak beralaskan gaunnya, dengan sedikit membungkukkan badan aku mulai menjilati kembali permukaan pantatnya yang montok dan dilanjutkan dengan menjilati lubang anusnya dan pinggiran vaginanya.
"Ohh.. Diet.. aku sudah nggak kuat nih.. sekarang yah sayang..," desahnya.
Dengan jongkok sedikit dan memegang kepala penisku yang keras, aku mulai dengan mengelus belahan pantatnya sampai ke belahan vaginanya yang sudah basah dengan lendirnya.
Dengan lembut aku mulai memasukan penisku ke vagina Cornelia yang ternyata cukup sempit juga.
"Srett.. bles.." masuklah kepala penisku seperempatnya.
"Ohh.. Diet.. enak sayang masukan semuanya dong..," desahnya.
Dengan perlahan, kembali aku memajukan penisku ke vagina Cornelia.
"Sret.. srett.. bles." masuklah setengah bagian penisku. Dengan sekali tekan amblaslah semua penisku kedalam lobang vagina Cornelia yang cukup terasa remasannya.
Kulanjutkan dengan memaju mundurkan pantatku perlahan yang menjadikan Cornelia semakin menggelinjang karena tekanan penisku di dalam lobang vaginanya. Dengan bertumpu di pinggulnya, aku kembali memaju mudurkan penisku.
"Srett.. srett.. bles.. bless" suara yang dihasilkan dari pertemuan penis dan vagina kita berdua, tanganku juga tak tinggal diam dengan meremas kedua payudaranya dari belakang. Tak lama berselang badan Cornelia bergetar hebat, menandakan dia akan mencapai orgasme.
"Diet.. aku mau sampai nih," teriaknya.
"Sebentar sayang.. aku juga mau nyampai nih," ujarku juga.
Dengan cepat aku memompa penisku kedalam vagina Cornelia.
"Sret.. srett.." bunyi dari irama cinta kami.
Tak lama kemudian Cornelia mengejang tubuhnya.
"Ahh.. Diett..," teriaknya.
"Serr.. serr.." ada desiran hangat dari dalam lobang vagina Cornelia. Ternyata dia sudah mencapai orgasme duluan. Aku semakin mempercepat kocokkanku di vagina Cornelia.
"Srett.. srett.. srett."
"Ahh.. crott.." menyemburlah spermaku didalam vagina Cornelia yang cantik.
Kukecup bibirnya sambil mengucapkan kata, "Aku sayang kamu Lia"
Dibalas kecupanku dengan, "Aku juga sayang kamu diet," ujar Cornelia. Beruntunglah diriku bisa bercinta dengan Cornelia yang cantik, apalagi oral sexnya begitu dahsyat yang awalnya tidak pernah kubayangkan.
E N D