Sharon berhenti dan diam menungguku menyesuaikan diri dengan kemaluannya yang besar. Setelah rasa sakitku mulai reda, aku meminta Sharon melanjutkan. Namun setelah hampir seluruhnya masuk, aku kembali memintanya berhenti. Kali ini Sharon tidak menuruti. Dipegangnya pinggangku dan memasukkan seluruh kemaluannya secara cepat. Aku menjerit keras. Jim yang saat itu duduk memperhatikan kami tertawa.
"It's all in, Dear..?" kata Sharon.
Kurasakan anusku serasa terbakar dan perih. Namun aku senang karena semua kemaluan Sharon ternyata dapat masuk ke dalam anusku. Setelah rasa sakitku mulai kembali reda, Sharon mengeluarkan perlahan kemaluannya sampai hanya tinggal kepala kemaluannya di anusku. Kemudian dihujamkannya lagi kemaluannya perlahan ke anusku. Gesekan dinding anusku dengan kemaluan Sharon membuatku merasakan suatu sensasi yang tidak terbayangkan nikmatnya.
Gerakan keluar masuk Sharon makin ia percepat. Tak sadar, mulutku mulai mengeluarkan erangan-erangan, sementara desah nafas Sharon terdengar semakin keras. Pandangan kami saling bertemu dan itu merupakan sesuatu yang sangat merangsang untukku, melihat mata Sharon menatapku sambil ia menyetubuhiku.
Kemudian Sharon memintaku merubah posisi. Dikeluarkannya kemaluannya dan menyuruhku mengambil posisi dengan bertumpu pada lutut dan tanganku. Sharon kembali memasukkan kemaluannya perlahan sambil memegang pinggangku. Lalu ia kembali memacu kemaluannya keluar masuk anusku yang mulai terasa longgar akibat ukuran kemaluan Sharon yang besar.
Kemudian tanpa kusadari, di depan mukaku ada sebua kemaluan lagi disodorkan ke mulutku. Ternyata Jim telah membuka bajunya dan ingin bergabung dengan kami. Kemaluannya yang berukuran sama dengan Sharon langsung memasuki mulutku begitu aku membuka mulut. Sementara Sharon mengeluar-masukkan kemaluannya di anusku, Jim melakukannya terhadap mulutku. Kedua lubang milikku itu kini telah penuh oleh dua kemaluan yang besar-besar. Diperlakukan seperti ini membuatku sangat terangsang dan ingin mencapai klimaks. Namun ikatan di kemaluanku mencegah spermaku keluar, sehingga desakan spermaku membuat kemaluanku menjadi sangat sakit.
Setelah agak lama, Sharon terasa semakin mempercepat temponya. Kemudian tidak berapa lama, ia mencengkram pinggangku dan menghunjamkan dalam-dalam kemaluannya. Terasa ada cairan panas di dalam anusku yang memancar deras. Ternyata Sharon telah berejakulasi di dalam anusku. Desakan ejakulasiku semakin terasa dan membuat kemaluanku sangat sakit. Sharon mendiamkan sejenak kemaluannya di dalam anusku, sementara kemaluan Jim masih keluar masuk di mulutku. Lalu Jim menahan kepalaku dan memasukkan kemaluannya dalam-dalam ke mulutku. Terasa kemaluannya berdenyut di kerongkonganku dan ada cairan panas masuk ke perutku. Rupanya Jim telah sampai klimaks pula.
Setelah puas, Jim mengelurkan kemaluannya, diikuti dengan Sharon. Mereka berdua terbaring lelah di sampingku. Sharon tersenyum padaku dan memelukku sambil mencium bibirku. Tangannya meremas-remas kemaluanku yang masih sakit akibat desakan orgasme yang tertahan. Lalu Sharon meninggalkanku ke kamar mandi. Di sampingku, Jim tertidur. Mungkin ia agak lelah dan mengalami sedikit jet lag akibat perjalanannya dari Amerika. Tidak tahan sendiri, aku menyusul Sharon ke kamar mandi. Sharon tidak menutup pintunya dan aku bisa masuk dengan mudah. Kulihat Sharon sedang berada di bawah shower membersihkan diri. Kusibak tirai shower tersebut dan memeluknya dari belakang.
Kuciumi pundak Sharon sambil kuremas kedua buah dadanya. Sharon mendesah bersender ke aku sambil tangannya berusaha meraih kemaluanku. Kubalikkan tubuhnya dan kami berciuman di bawah derasnya air hangat yang mengalir dari shower di atas kepala kami. Sharon menutup lubang air dan mengisi penuh bathtube dengan air hangat. Kemudian ia duduk di pinggiran bathtube. Aku segera berlutut di depannya dan mulai mengulum kepala kemaluannya. Sharon mendesah. Kucoba kembali memasukkan seluruh kemaluannya ke dalam mulutku sambil menahan nafas. Sharon semakin mendesah saat perlahan-lahan kemaluannya menghilang masuk ke mulutku. Kulakukan ini berulang kali dan desahan Sharon semakin keras terdengar. Lalu Sharon menghentikanku. Ia masuk ke dalam bathtube.
Sharon memintaku memasukkan kemaluannya ke dalam anusku dengan posisi aku di atas. Perlahan kugenggam kemaluan Sharon. Tanganku tidak mampu menggenggam batang kemaluannya yang keras. Perlahan kuturunkan badanku. Kutempelkan kepala kemaluannya di anusku. Setelah itu aku mencoba memasukkan kemaluannya dengan menurunkan pantatku ke bawah. Terasa kemaluan Sharon masuk ke anusku yang sekarang sudah mulai dapat menerima ukuran kemaluannya. Kuturunkan terus badanku sampai akhirnya seluruh kemaluan Sharon masuk ke dalam anusku. Sharon menarik kepalaku ke arahnya dan mencium bibirku. Kami saling berciuman, sementara Sharon menaik-turunkan pantatnya sehingga kemaluannya keluar masuk di anusku. Kami terus berciuman dan lidah serta bibir kami saling berpagutan. Jika Sharon menghentikan gerakan pantatnya, maka aku yang menaik-turunkan pantatku sehingga kemaluan Sharon tetap keluar masuk di anusku.
Sharon kemudian menghentikanku. Ia menyuruhku berdiri dan kemudian ia keluar dari bathtube. Diambilnya handuk, kemudian digelarnya di lantai. Ia menyuruhku berbaring di atas handuk dan kemudian mengambil posisi di antara pahaku. Aku langsung mengangkat kakiku ke arah dadaku dan Sharon memasukkan kemaluannya kembali ke dalam anusku. Setelah masuk, Sharon bertumpu pada kedua tangannya dan mulutnya kembali menciumku sambil pantatnya digerakkan untuk menghujamkan kemaluannya berulang kali di anusku.
Setelah beberapa lama, Sharon mempercepat gerakannya. Aku yang juga sudah tidak tahan memintanya membuka ikatanku. Namun Sharon mengindahkanya dan mengatakan bahwa aku tidak boleh berejakulasi sampai saat terakhir ia di Bali karena nafsuku bisa berkurang apabila berejakulasi. Sharon makin mempercepat gerakannya. Hujaman kemaluannya semakin kasar dan akhirnya dengan satu hujaman keras, Sharon kembali menyemprotkan spermanya di dalam anusku.
Saat Sharon mengeluarkan kemaluannya, anusku terasa kosong setelah sebelumnya terisi oleh kemaluan Sharon yang besar. Sharon kembali menyalakan shower. Aku mengikutinya masuk ke dalam shower. Kucuci kemaluan Sharon sebersih-bersihnya. Setelah bersih dan bau anusku hilang dari kemaluannya, kukulum kepala kemaluannya sambil tanganku mengocok batang kemaluannya dengan cepat. Sharon berpegangan pada shower. Hisapan dan kocokanku membuatnya tidak bisa bertahan dan kembali menyemprotkan spermanya ke mulutku. Spermanya terasa agak aneh di mulutku, namun kutelan dan kubersihkan kepala kemaluan Sharon sampai bersih.
Sharon menciumku sambil mengucapkan terima kasih. Kami kembali ke tempat tidur setelah mengeringkan badan. Jim telah kembali ke kamarnya. Aku dan Sharon tidur sambil berpelukan. Sebelumnya Sharon sempat melepaskan ikatan di kemaluanku agar kemaluanku tidak sakit sewaktu tidur. Kami berdua akhirnya terlelap, letih setelah permainan yang kami lakukan.
Pagi harinya, aku terbangun. Di sampingku Sharon masih tertidur. Aku tidak ingin membangunkannya dan langsung menuju ke kamar mandi untuk mandi. Siraman air di tubuhku merilekskan otot-ototku. Anusku masih terasa aneh, seakan ada sesuatu yang mengganjal disana.
Selesai mandi, aku melihat Sharon sudah bangun dan duduk di tempat tidur. Tubuhnya masih polos belum berpakaian. Aku mendekatinya lalu mencium bibirnya sambil mengucapkan selamat pagi. Nash masuk ke kamar kami dan menyapa kami berdua. Ia telah berpakaian rapih dan siap untuk keluar sarapan. Sharon meminta waktu sebentar untuk ke kamar mandi dan berganti pakaian. Nash mengerling ke arahku dan menanyakan apa yang kami berdua lakukan semalam. Aku hanya tersenyum saja. Tak lama Jim masuk ke kamar kami dan ikut mengobrol. Diceritakannya apa yang aku dan Sharon lakukan kepada Nash. Nash tertawa mendengar ceritaku.
"So you're not virgin anymore.." katanya sambil tertawa.
"You can take Sharon's and Jim's, but I don't think you can take mine.." kata Nash.
Aku bertanya apa maksudnya. Nash dan Jim hanya tertawa.
Setelah Sharon selesai, kami bertiga menikmati sarapan kami di restaurant hotel yang terletak di pinggir pantai. Angin laut yang berhembus dan tenagaku yang banyak terkuras semalam membuat selera makanku bertambah. Nash masih ingin mengetahui lebih banyak tentang apa yang terjadi semalam dan bertanya-tanya ke Sharon. Sharon hanya tersenyum dan memujiku.
Kemudian Sharon mengatakan kepadaku bahwa seorang temannya akan datang ke Bali besok. Dia juga mengatakan kalau aku pasti akan menyukai temannya tersebut. Sharon tidak mau bercerita banyak tentang temannya dan menyuruhku melihat sendiri besok. Nash dan Jim mengajak untuk melihat keindahan pulau Bali. Seharian itu, aku mengantar mereka bertiga berkeliling dan berbelanja.
Malam harinya setelah makan, kami bertiga mengobrol di kamar. Setelah kehabisan obrolan, Nash dan Jim keluar sebentar untuk minum di bar. Sharon langsung mencium bibirku setelah Nash dan Jim keluar. Kami saling bercumbu dan tak berapa lama, kami berdua sudah tidak mengenakan apa-apa untuk menutupi tubuh. Aku langsung mengulum kemaluan Sharon seperti yang biasanya kulakukan. Perlahan kurasakan kemaluannya yang masih setengah lembek menegang di dalam mulutku dan memaksa mulutku lebih terbuka untuk menampung batang kemaluannya yang membesar. Saat sedang sibuk dengan kemaluan Sharon, kudengar pintu terbuka dan Nash serta Jim masuk ke dalam kamar dan duduk di kursi memperhatikan kami. Aku tidak begitu mempedulikan mereka dan masih sibuk dengan kemaluan Sharon di mulutku.
Sharon mengambil tas kecilnya yang masih tergeletak di meja samping tempat tidur. Disuruhnya aku kembali berbaring dan ia mengikatkan gelang karet yang menyakitkan itu di kemaluanku. Sharon menyuruhku langsung mengambil posisi merangkak bertumpu pada kedua lutut dan tanganku. Kulihat Sharon sedang melumasi kemaluannya dengan KY jelly dan kemudian mengoles KY jelly itu ke anusku. Saat itu kulihat Nash dan Jim sedang membuka pakaian mereka. Ternyata mereka berniat bergabung dengan kami.
Sharon menempelkan kepala kemaluannya ke anusku dan menekannya sehingga kemaluannya menerobos masuk ke dalam anusku. Tak berapa lama, seluruh kemaluannya telah masuk ke dalam anusku dan Sharon mulai menggerakkan pinggulnya sambil tangannya menahan pinggangku. Nash mendekati kami. Saat itu baru kulihat kemaluan Nash. Belum pernah selama hidupku melihat kemaluan sebesar kemaluan Nash. Panjangnya bila kutaksir hampir 30 senti dengan diameter hampir 7 senti. Nash mendekatkan kemaluannya ke mulutku. Aku membuka mulut selebarnya untuk menampung kemaluan Nash. Sayangnya kali ini aku tidak sanggup memasukkan seluruh kemaluan Nash karena diameternya terlalu besar. Nash menggerakkan pinggulnya, mengeluar-masukkan sebagian kemaluannya ke mulutku. Sementara Sharon mencoba menyesuaikan tempo gerakannya dengan Nash.
Tempo gerakan Sharon yang semakin cepat dan desah nafasnya menandakan ia akan segera orgasme. Sengaja kutegangkan otot-otot di sekitar lubang anusku untuk menjepit kemaluan Sharon. Tak berapa lama, Sharon mencengkeram pinggangku dengan dua tangannya dan menghujamkan kemaluannya dalam-dalam. Kurasakan rasa panas dari sperma Sharon di dalam anusku.
Setelah Sharon mengeluarkan kemaluannya dari anusku, Nash juga ikut mengeluarkan kemaluannya dari mulutku. Nash menyuruhku berbaring dan dia mengambil posisi di antara kedua pahaku. Sejenak aku ragu dan ingin menghentikannya, karena kemaluannya kurasa akan terlalu besar untuk anusku. Namun tidak ada kesempatan untukku memprotes karena Sharon langsung mencium bibirku. Kurasakan Nash mengangkat kakiku dan kepala kemaluannya ditempelkan di lubang anusku yang terbuka agak lebar karena Sharon. Mulut Sharon menciumi dadaku dan putinggku yang mengeras. Sementara tangannya meremas kemaluanku yang tegang dan sakit karena lilitan gelang karet.
Dengan sedikit tenaga, Nash mendorong kepala kemaluannya mencoba menerobos lubang anusku. Usahanya sulit dilakukan karena diameter kemaluannya terlalu besar. Bahkan setelah anusku ditembus oleh kemaluan Sharon yang besar, kemaluan Nash tetap tidak bisa menembusnya. Akhirnya dengan tekanan keras, kepala kemaluan Nash berhasil masuk ke anusku. Aku menjerit karena anusku terasa perih, rasanya kemaluan Nash telah merobekku. Sharon mencubit putingku untuk mengalihkan rasa sakit, sementara Nash mulai mendorong kemaluannya masuk. Anusku terasa sangat perih dan terbakar saat kemaluan Nash masuk perlahan. Seakan ada sebuah batang besi panas yang masuk ke dalam anusku.
Saat tinggal 10 senti lagi kemaluan Nash yang belum masuk, aku menghentikannya. Aku sudah tidak dapat menahan rasa sakit. Bahkan cubitan Sharon di kedua putingku tidak dapat mengalihkan rasa sakit di anusku. Nash mengerling ke arah Sharon. Sharon mengambil bantal kemudian mentupi mulutku.
"Bite the pillow..!" seru Sharon.
Aku menggigit bantal. Nash memegang pinggangku, sementara Sharon menahan kedua kakiku. Kemudian dengan paksa, Nash memasukkan sisa kemaluannya ke dalam anusku. Aku menjerit yang tertahan oleh bantal. Kugigit keras-keras bantal tersebut. Mataku mengeluarkan air mata karena sakit yang tak tertahan. Kurasakan pusing menderaku. Sharon mengangkat bantal dari mukaku.
"Look dear, you take it all. It's incredible..!" kudengar Sharon memujiku.
Kulihat Nash tersenyum kepadaku. Lalu perlahan ia menarik kemaluannya sampai tersisa ujungnya saja lalu kembali memasukkannya perlahan ke anusku. Anusku masih terasa perih, namun gesekan kemaluan Nash memberikan sensasi kenikmatan untukku.
Nash mempercepat gerakannya saat ia melihatku tidak lagi merasa sakit. Dikeluar-masukkan kemaluannya dengan irama konstan. Sharon kembali menciumku. Mulut dan lidah kami kembali berpagutan. Tapi tak berapa lama, seseorang menarik Sharon. Ternyata itu Jim yang meminta Sharon mengulum kemaluannya.
Sementara Nash masih sibuk denganku, Sharon sibuk dengan kemaluan Jim. Melihat Sharon dan Jim, membuat kemaluanku semakin tegang dan sakit. Akhirnya Jim tidak tahan dengan permainan mulut dan lidah Sharon dan mengeluarkan spermanya di mulut Sharon. Sharon tampak menampung sperma Jim dalam mulutnya sampai habis tapi tidak menelannya. Kemudian setelah selesai, Sharon mendekatiku dan menciumku kembali. Ternyata di mulut Sharon masih ada sebagian sperma Jim yang kemudian masuk ke mulutku. Kelihatannya Sharon ingin membagi sperma Jim denganku. Sperma Jim yang bercampur ludah Sharon membuatku semakin terangsang.
Sementara, Nash terlihat mulai mempercepat gerakannya. Kemudian dihujamkannya kemaluannya dalam-dalam, membuatku menjerit. Terasa sperma Nash yang panas menyemprot keras di dalam anusku. Dihabiskannya spermanya di dalam anusku, lalu Nash mengeluarkan kemaluannya. Anusku kembali terasa kosong dan masih sedikit perih. Kurebahkan diriku di atas tempat tidur diikuti oleh Sharon yang memelukku. Nash dan Jim masuk ke dalam kamar mereka dan aku serta Sharon kembali bercumbu kecil sampai kami akhirnya lelah dan tertidur.
Bersambung . . . .