Marshanda 1: The Fallen Angel



Marshanda



“Braak!”, terdengar suara pintu mobil dibanting dengan kerasnya.
“Eh, non caca, non caca kenapa ? koq sampai banting-banting pintu segala non ?”
“Ah, sudah lah pak, pak parjo gak usah banyak Tanya deh. Eh pak, koq jemput caca pakai mobil butut gini ?! Mobil caca mana pak ?!”, Tanya marshanda dengan nada tinggi kepada supirnya.Dialog diatas terjadi antara marshanda, pesinetron muda (kelahiran 10 Agustus 1989) yang cantik, dengan parjo, (mantan) supir pribadi marshanda yang sudah sangat tua, parjo ini usianya sekitar 60an, dengan kepalanya yang botak, kulit sudah keriput, dan gigi yang sudah banyak ompongnya, serta ada bopeng di pipi kirinya.
************************************************************************
Beberapa saat sebelumnya di rumah Marshanda
“O Jadi selama ini, bapak telah melakukan ketidak jujuran terhadap saya pak ?!”
“Dasar tua bangka busuk dak tahu diuntung, udah saya pekerjakan lama, malah berani-beraninya menipu saya!! Sudah, segera kemasi barang-barang bapak, dan tinggalkan rumah saya, jangan sampai saya melihat muka bapak lagi!!” Begitu emosinya irwan yusuf, ayah dari Marshanda, setelah mengetahui bahwa parjo, supir yang telah bekerja di tempatnya selama 10 tahun, berani melakukan mark-up biaya ketika disuruh untuk menservis mobilnya.

“Maafkan saya pak, saya ber..”
“Tidak ada kata maaf, sekarang cepat pergi, atau saya laporkan polisi! CEPAT PERGI!!”
Maka parjo pun pergi dengan hati dongkol, di dalam hatinya parjo bertekad untuk membuat perhitungan dengan keluarga ini.
************************************************************************
Sementara itu disaat yang bersamaan, Marshanda sedang break syuting, saat break tersebut, Marshanda menyempatkan diri untuk menonton tayangan gossip, yang sialnya, saat itu sedang menggosipkan berita kedekatan antara baim wong, mantan kekasihnya, dengan Zaskya Mecca.
“Dasar lelaki brengsek !!, kemarin ajak aku pergi ke pesta, bilangnya masih sayang sama gw, ngajak gw balikkan, sekarang malah jalan berdua sama cewek lain!! Dasar brengsek !!” Umpat Marshanda, yang sebenarnya masih menyimpan rasa terhadap baim wong.
Karena mendengar gosip tersebutlah, maka akting Marshanda hari ini sangatlah jelek, hal itu menyebabkan Marshanda terus menerus dimarahi oleh sang sutradara.
Suasana hati Marshanda yang sedang buruk karena mendengar gosip tersebut, bertambah buruk karena terkena dampratan terus menerus dari si sutradara.
“Maaf non caca, tapi tadi mobil non caca harus dirawat di bengkel dulu, nah bapak takut kalau sampai terlambat jemput neng, jadi terpaksa, bapak jemput neng pakai mobil bapak dulu, butut-butut gini kan yang penting masih bisa jalan, terus Acnya juga masih jalan neng, jadi neng caca gak kepanasan kan, dan bapak bisa jemput neng caca tepat pada waktunya.”
“Ah, berisik pak parjo ini, caca tanya dikit, jawabnya panjang banget, ya udah jalan cepet, caca lagi bt nih!!”
Saat parjo diusir oleh ayah Marshanda, tiba-tiba terlintas ide brilian untuk menculik Marshanda, bukan untuk minta tebusan, tapi untuk dinikmati, maka dengan cepat, parjo pun mengambil mobil carry bututnya, dan pergi ke tempat syuting Marshanda, dengan harapan, ayahnya Marshanda belum memberi tahu Marshanda, bahwa mulai saat ini, parjo sudah bukan supir pribadinya lagi, dan untungnya (atau sialnya untuk Marshanda), irwan yusuf, lupa memberi tahu Marshanda perihal kejadian tadi.
Sepanjang perjalanan, otak parjo terus berputar, memikirkan cara bagaimana caranya untuk menculik Marshanda, dan menikmatinya, parjo sedang berpikir keras ketika tiba-tiba,
“Pak ntar kalau ada warung atau minimarket, berhenti bentar ya, caca haus nih, pengen minum pocari sweat”, pinta Marshanda sambil membuka dompetnya.
“Ah untungnya, kalau emang rejeki gak bakal kemana”, pikir parjo ketika Marshanda memintanya untuk membelikan minum.
“Aduh, mana gak ada uang kecil lagi, pak, bapak ada uang kecil kan ? Caca pinjem uang bapak dulu ya, tolong belikan pocari sweat, cepetan ya pak”
“Ada non, sebentar ya non, bapak belikan dulu, non tunggu aja, bapak cepet koq”
Parjo pun segera turun dari mobilnya, masuk ke minimarket, membeli 1 kaleng pocari sweat, obat kuat, dan tidak lupa membeli ctm (ctm ini obat alergi yang bisa berfungsi juga sebagai obat tidur), dibukanya kaleng pocari sweat, dimasukkannya 5 butir ctm, dan dikocoknya supaya tercampur rata dengan pocari sweatnya.
“Loh, koq pocari sweatnya udah dibuka pak ?!” Tanya Marshanda ketika melihat kaleng pocari sweatnya sudah terbuka.
“Tadi kan non caca bilang sudah haus banget, jadi bapak bukain sekalian, biar non caca bisa langsung minum, atau non caca mau bapak belikan lagi yang masih belum dibuka ?”
“Ah, ya sudah cepat jalan !”, perintah Marshanda sambil meminum pocari sweat itu tanpa curiga.
Beberapa saat kemudian, mata Marshanda terasa sangat berat, dan Marshanda pun jatuh tertidur….
Marshanda terbangun beberapa saat kemudian, dia merasa ada yang aneh pada tubuhnya, ketika dia hendak mencoba menggerakkan tangannya, ternyata kedua tangannya dalam keadaan terikat dipunggungnya, sementara ketika mencoba berteriak, mulutnya pun dalam keadaan tersumpal kain.
“Halo non, sudah bangun non ? Selamat datang di rumah saya, atau lebih tepatnya di kamar saya”, Ujar parjo sambil tersenyum.
“MMH.. MMH.. EMMH” Marshanda mencoba untuk mengatakan sesuatu, namun yang keluar hanya gumaman tidak jelas.
Parjo pun segera menjambak rambut Marshanda, sambil menjambak rambut Marshanda, parjo menyeret Marshanda ke arah jendela.
“Non, non liat di depan sana, 3 orang itu adalah preman di daerah sini, saya akan melepaskan kain di mulut non, tapi non jangan coba-coba berteriak, karena kalau sampai mereka mendengar teriakan non, yang ada bukannya mereka menolong non, tapi saya yakin mereka malah akan memperkosa non habis-habisan non caca ini, jadi non jangan coba-coba untuk berteriak, mengerti non ?!” Marshanda pun menjawabnya dengan menganggukkan kepalanya.
Ketika kain tersebut dilepaskan, tiba-tiba “TOLONG…” Marshanda pun berteriak, dengan harapan mendapatkan pertolongan, parjo pun segera memukul perut Marshanda dengan keras, hingga Marshanda tersungkur, dalam keadaan tersungkur, disumpal kembali mulut Marshanda, kemudian diikat juga kedua kakinya, kemudian Marshanda pun dimasukkan ke dalam lemari pakaian yang terletak di kamar parjo.
************************************************************************
Beberapa saat kemudian, terdengar ketukkan di kamar parjo. Parjo pun segera membukakan pinta kamarnya, disana ternyata 3 preman yang tadi ada di depan rumahnya.
“Eh jo, tadi kita-kita denger ada suara cewek di kamar kau jo, mana nih ceweknya ? Kalau kau pesta bagi-bagi dong jo”
“Mana ada bang, ini saya lagi nonton tv nih, mungkin tadi yang abang dengar suara dari tv saya kali bang”
“Ah iya juga yah, eh iya jo, kau kan kerja di artis kan jo ?”
“Artis yang maen di sinetron Bidadari itu kan jo ? Kapan nih kau bawa majikan kau kemari jo, kita-kita udah pengen ngentotin tuh cewek”
“Ah abang, bisa aja nih abang…”
“Ya sudah deh jo, met nonton tv, kita-kita cabut dulu, jangan lupa bawa majikan kau kemari, hahahahha”
************************************************************************
Ditariknya keluar Marshanda dari lemari
“Non denger sendiri kan apa kata mereka, jadi sekarang saya akan buka mulut non, terserah non, mau teriak apa nggak, saya gak akan ngelindungin non lagi, tadi saya masih gak tega sama non”
“I iya pak, a ampun pak, lepasin caca pak, a apa salah caca pak ?”, tanya caca sambil terisak ketika kain di mulutnya sudah dilepaskan.
“Jangan panggil gw pak, panggil gw tuan, dan mulai sekarang lu harus nurut sama gw!”
“Ta tapi pak”
“Gak ada tapi-tapian, atau lu mau gw panggil itu 3 orang dan lu mau diperkosa sama mereka hah ?!”
“Ba baik tuan”
“Nah gitu dong, sekarang gw lepasin ikatan lu, kalau lu mau coba-coba lari, silahkan aja, gw bakal panggil mereka bertiga”
Setelah melepaskan ikatan Marshanda, parjo pun duduk di kursi tua di dekat Marshanda.
“Sekarang lu merangkak kemari, dan lepasin celana gw”
“Hah ?? Apa pak ?”
“Denger baik-baik ya, lu merangkak kesini, dan lepasin celana gw, CEPET !”
“Gak mau tu” jawab Marshanda sambil menggelengkan kepalanya
“Eee… Mau gw panggil hah ?!”
“Ba baik pak”
Marshanda pun segera merangkak ke arah parjo, setelah sampai di tempat parjo, Marshanda hanya terdiam.
“CEPAT BUKA !!!”
Dengan takut-takut dibukanya celana parjo
“Kolornya juga, cepat buka”
Dibukanya kolor parjo, dan untuk pertama kali dalam hidupnya Marshanda melihat kemaluan seorang pria.
“Nah sekarang lu emutin kontol gw, cepat !!”
“Jangan..”
PLAK… Belum selesai Marshanda berkata-kata, parjo sudah melayang sebuah tamparan keras.
“Jangan banyak bacot ya lu, gw kan udah bilang kalo lu mulai sekarang harus nurut sama gw, atau lu mau diperkosa sama 3 preman di depan hah ?! Cepet masukkin kontol gw, atau gw panggil mereka beneran, gw udah capek ngingetin lu terus-terusan, kalo lu sekali lagi berani bantah perintah gw, gw gak akan banyak bacot lagi, gw bakal langsung panggil mereka bertiga, lu denger ?!”
“Ba baik pak..”
“Tuan, bukan pak”
“Ba baik tuan”
Marshanda yang masih kebingungan hanya memegang penis parjo tanpa tahu harus berbuat apa.
“Jangan lu pegangin doang, lu jilatin mulai dari kepalanya, sampai ke pangkalnya, CEPAT !”
Marshanda yang takut akan ancaman parjo pun dengan cepat mulai menjilat penis parjo.
“Ah iya gitu, pinter, terus, jangan lupa pelirnya juga lu emut”
“Ah iya enak banget, terus lu kulum kontol gw, ah iya enak banget”
“Jangan sampai kena gigi, ah, iya, terus kulum terus”
“Lebih dalem lagi…”
Parjo pun merem melek, ketika penis nya dijilati dan dikulum oleh Marshanda, Marshanda yang ketakukan berusaha untuk melakukan segala perintah parjo, dengan harapan setelah melakukan segala perintahnya, maka parjo akan membebaskannya.
Tiba-tiba Marshanda merasakan kedua tangan parjo mencengkeran kepalanya, lalu menekan kepalanya hingga penis parjo masuk seluruhnya ke dalam mulutnya. Marshanda yang tidak bisa bernafas berusaha berontak, belum habis rasa takutnya, tiba-tiba dirasakan semburan-semburan dalam tenggorokannya, keadaan Marshanda yang ditekan membuatnya terpaksa menelan semburan-semburan tersebut hingga habis, beberapa saat kemudian parjo pun melepaskan cengkeramannya. Marshanda pun segera terbatuk-batuk, sambil berusaha memuntahkan cairan yang baru saja diminumnya.
“Hahahah, gak enak yah non ? Ntar lu juga bakal terbiasa koq, itu yang namanya sperma”
“Oh iya hampir lupa gw, lu cepet telpon nyokap lu, lu cari alasan, bilang kalo malem ini lu gak pulang ke rumah, apa keq alesannya, harus apalin skrip di rumah sapa keq, atau apa, terserah lu”
“Dan inget jangan coba-coba bertindak yang aneh-aneh, atau lu tau sendiri akibatnya” ancam parjo
************************************************************************
“Halo, mamah, mah maaf nih caca, kayaknya malem ini nginep di rumah asmi deh, skrip yang harus caca hafalin banyak banget mah, udah tadi syutingnya lama banget lagi, banyak banget kesalahannya.” Marshanda berusaha agar ibunya tidak curiga dengannya.
“Hah ? Pak parjo udah gak kerja lagi di tempat kita mah? Kenapa mah ?” Tanya Marshanda pura-pura tidak tahu, ketika ibunya memberi tahu bahwa parjo sudah tidak bekerja lagi ditempat mereka.
“Ouw, Ok Ok, mah, ini caca pulangnya bareng mobilnya asmi mah”
“Iya iya mah, eh mah, ntar jangan telp ke rumah asmi ya mah, nggak enak kan sama ortunya asmi, mamah kalo ada apa-apa langsung telp aja ke HP caca”
“Iya mah, dah mamah, muach”
“Hahahaha, emang lu artis hebat, akting lu pun jago banget” komentar parjo setelah Marshanda mengakhiri pembicaraan dengan ibunya.
************************************************************************
“Sekarang lu lepasin semua baju lu”
“Ta tapi”
Mata parjo segera melirik ke arah jendela, Marshanda yang ketakutan pun segera mulai membuka pakaiannya.
Sambil meneteskan air mata, Marshanda mulai dengan membuka kausnya. Segera tampak payudaranya yang berukuran sedang yang masih tertutup BH warna krem muda. Marshanda pun berusaha untuk menutupi payudaranya.
“Eit eit, awasin tangan lu”
“Wow, sekarang lepasin celana lu”
Tanpa berani melawan Marshanda pun segera melepaskan celana jinsnya, maka segera tampak paha jenjang Marshanda, yang pada pangkalnya tertutup celana dalam yang sewarna dengan BHnya, krem muda.
Dengan tangan disamping tubuhnya, maka tubuh indah Marshanda pun terpampang dengan jelasnya, sementara itu, Marshanda tertunduk, air mata pun mengalir dari kedua mata indahnya.
“Wow, indah banget, sekarang lu balik badan lu, gw pengen liat bokong lu”
Marshanda pun segera membalik tubuhnya, dan tampaklah pantatnya yang sekal dan kencang.
“Gile cing, sekarang lu balik lagi dan lepasin kutang lu”
Marshanda pun melepaskan BHnya dengan berat hati, maka terpampanglah kedua payudara Marshanda, walaupun ukurannya tidak begitu besar, namun payudara Marshanda sangatlah indah, dan masih kencang, ditambah lagi dengan putingnya yang masih berwarna merah muda segar, dengan aerolanya yang tidak begitu besar, membuat payudara Marshanda sangatlah sempurna bentuknya.
“Anjing tetek lu keren banget, anjing, sekarang lepasing kancutlu, cepat”
Marshanda awalnya tidak berniat untuk membuka celana dalamnya, namun ketika dilihatnya parjo hendak membuka mulutnya untk berteriak, maka Marshanda pun segera melepas celana dalamnya.
Usia Marshanda yang baru 17 tahun, membuat bulu pubik Marshanda pun masih sangat lah jarang, sehingga tampaklah vagina Marshanda yang masih sangat sempit, hanya berupa garis.
“Anjing, jembut lu tipis banget, memek lu sampai keliatan tuh, hahahahaha”
Sebenarnya nafsu parjo sudah di ubun-ubun, namun diusianya yang kepala 6, membuat penisnya tidak dapat lagi memenuhi keinginannya, maka segera diambilnya obat kuat yang tadi dibelinya, dan diminumnya obat kuat itu, dengan harapan penisnya dapat bangkit kembali.
“Sekarang lu balik badan lu dan nungging”
Marshanda yang masih sangat ketakutan hanya bisa menangis dan menuruti keinginan parjo, parjo pun sangat terangsang melihat pemandangan indah di depannya, Marshanda artis muda cantik, sedang nungging dalam keadaan telanjang bulat, namun sayangnya penisnya belum bangkit kembali, maka sambil mengusap-ngusap penisnya parjo pun bangkit berdiri, mendekati Marshanda dari belakang. Ditepuknya pantat Marshanda dengan lembut.
“Ja jangan pak..” isak Marshanda.
Namun parjo tidak peduli, ditempelkannya penisnya pada belahan pantat Marshanda kemudian dipeluknya Marshanda dari belakang.
“Jangan paak…”
“Panggil gw tuan, jangan panggil gw pak”
“Hiks… jangan tuaaan, jangaan…”
“Sa saya masih pe perawaaan tuaaan…” tangisan Marshanda pun semakin keras ketika kedua tangan parjo mulai meremas-remas kedua payudaranya.
“Kalau lu masih perawan, brarti malem ini, lu bakal kehilangan perawan lu” bisik parjo ditelingan Marshanda.
“Jangaaaaaaaaaaaaaaaan tuaaann, a ampuun tuaan…” Tangisan Marshanda pun semakin keras mendengar bisikkan parjo.
“Eit.. jangan keras-keras non, atau preman di depan denger suara lu”, sambil tangan kiri parjo memainkan putting Marshanda, sementara itu tangan kanan parjo berusaha memalingkan wajah Marshanda, sehingga parjo bisa menciumnya, awalnya Marshanda membungkam mulutnya, namun dengan ancaman, dan paksaan dari parjo, akhirnya Marshanda pun membuka mulutnya. Parjo pun makin leluasa menikmati tubuh mantan majikannya itu, mulutnya mencium mulut Marshanda, tangan kirinya bermain-main di payudara Marshanda, tangan kanannya bermain-main di vagina Marshanda, sementara itu penisnya terus digesek-gesek di belahan pantat Marshanda.
Rangsangan demi rangsangan yang dilakukan oleh parjo membuat tubuh Marshanda mulai bereaksi, walaupun hati nurani dan otaknya melawan usaha pemerkosaaan ini, namun tubuhnya tidak bisa berbohong, puting Marshanda mulai mengeras, sementara itu tangan kanan parjo merasakan bahwa vagina Marshanda pun mulai lembab. Sementara itu karena terus menerus digesek dengan pantat Marshanda, maka penis parjo pun mulai bangkit kembali.
“Ah basah juga lu”, kata parjo ketika tangan kanannya merasakan kelembaban di vagina Marshanda, maka segera dibawanya Marshanda ke kasurnya, di tidurkannya Marshanda di kasur tersebut.
“Ja jangan tuaan..” Marshanda masih berusaha memohon.
“Munafik lu, ngomong jangan-jangan tapi memek lu banjir juga, sekarang lu buka lebar-lebar kaki lu, terus pake tangan lu, lu buka memek lu lebar-lebar juga, gw pengen liat dalemnya memek artis kayak apa”
Maka dengan sangat terpaksa Marshanda melakukan perintah parjo, dikangkangkannya kakinya lebar-lebar, kemudian dengan perasaan yang sangat malu dan terpaksa, dibukanya labia mayoranya dengan kedua tangannya.
“Gile cing, memek artis euy, pink banget, sempit banget kayaknya”
“Sekarang lu tetep buka memek lu, awas kalo sampe lu tutup”
Parjo pun segera memasukkan 1 ruas jari telunjuk tangan kanannya ke dalam vagina Marshanda, dan biu ajri tangan kanannya pun mengusap-usap klitoris Marshanda, sementara itu mulutnya menyusu pada payudaranya, berganti-ganti antara payudara kanan dengan payudara kiri.
Mendapat rangsangan begitu, maka tubuh Marshanda pun bereaksi semakin hebat, vaginanya semakin banjir, sementara putingnya semakin keras.
“Wah tambah demen lu ya sama ginian, buktinya memek lu tambah banjir nih, cobain ah pejunya artis kayak apa rasanya”, kata parjo ketika menyadari bahwa vagina Marshanda semakin basah. Sementara itu Marshanda hanya bisa terisak-isak.
Marshanda merasakan geli yang sangat di vaginanya, ternyata parjo sedang menjilati vaginannya.
“Gila cing, peju artis, rasanya gurih tenan, mak nyuss pokoke..” komentar parjo sambil terus menerus menjilati vagina Marshanda.
Marshanda pun semakin terisak, seumur hidupnya baru kali ini ada pria yang menyentuh tubuhnya, dan pria itu sekarang sedang menjilati bagian paling pribadinya, dan yang tambah menyakitkan hatinya, pria tersebut adalah bekas supirnya yang lebih pantas menjadi kakeknya.
“Aarghh…” Tiba-tiba Marshanda merasakan ada aliran listrik di tubuhnya, yang dimulai dari vaginanya dan menyebar ke seluruh tubuh, tubuh Marshanda pun mengejang-ngejang, sementara itu dari vaginanya mengalir cairan cinta dengan begitu derasnya, baru kali ini Marshanda merasakan perasaan yang begitu nikmat seperti ini.
“Wah si non ini, dapet juga lu yah”, seru parjo ketika mengetahui bahwa Marshanda, baru mendapatkan orgasmenya, parjo pun segera menghisap cairan cinta Marshanda hingga habis.
Setelah cairan cinta Marshanda habis dihisapnya, dan tubuh Marshanda berhenti mengejang, maka parjo pun bangkit berdiri.
“Gimana non ? Itu yang namanya orgasme, enakkan ? Lu bakal ngerasain yang lebih enak, kalo kontol gw masuk ke dalam memek lu, gimana ?” ejek parjo.
“Sekarang buka kaki lu, biar gw coblos memek lu pake kontol gw”.
Marshanda hanya terisak, orgasme pertama yang dirasakannya membuat perasaan Marshanda berkecamuk. Parjo pun segera naik kembali ke atas ranjang, dia pun bersiap diri untuk merasakan surga dunia dari tubuh artis muda nan cantik ini.
“Gw suruh buka kaki koq malah diem aja, tapi ya sudahlah mungkin lemes baru orgasme, gw maapin lah” kata parjo sambil membuka kaki Marshanda.
“Jangan tuan, jangan..” isak Marshanda sambil berusaha mempertahankan kehormatannya untuk terakhir kalinya, kedua tangan Marshanda berusaha menutupi vaginanya, sementara kepalanya menggeleng-geleng.
“Ah elu, tadi juga bilang jangan-jangan, tapi dapet juga kan lu, dasar cewek muna”
“Jangaan tuan, jangan, ampun tuan…”
“Mohon tuan jangan perkosa saya tuaan…”
“Saya masih perawan tuaaan..”
“Saya takut tuaan..”
“Eh mulai berani nglawan lagi ya lu, sekarang lu pilih, lu pasrah, terus dapet enak dari gw, atau lu mau nglawan terus, lu gw perkosa, terus gw panggil tuh preman-preman di depan, biar mereka juga perkosa lu ?”
Mendengar ancaman parjo, maka pertahanan Marshanda pun melemah, ketika tangan parjo menyingkirkan tangan Marshanda, Marshanda pun hanya pasrah.
“Nah gitu dong, lu tinggal nurut koq sama gw, gw jamin lu bakal dapetin yang lebih enak dari yang tadi” kata parjo sambil mengusap-usapkan kepala penisnya di bibir vagina Marshanda
Isak tangis Marshanda semakin keras, dia sadar bahwa sebentar lagi kehormatannya akan terenggut dengan paksa, dan dia sudah tidak bisa melakukan apa-apa lagi untuk mempertahankan kehormatannya.
“Jangan..” Isak Marshanda dengan lirih sambil memalingkan wajahnya
Sementara itu parjo sudah menaruh kepala penisnya pad lubang vagina Marshanda.
“Siap-siap non”
Tiba-tiba..
Breeet
“Arrrrrrrrrghhh….” Jeritan Marshanda mengiringi sobeknya selaput daranya
“Anjing, keras banget sih jeritan lu, kalo sampe mereka denger gimana ?” Parjo pun panik mendengar jeritan Marshanda yang begitu keras, maka tanpa berlama-lama di vagina Marshanda, ditariknya penis parjo dari vagina Marshanda, dipakainya kembali celananya, dan parjo pun bangkit untuk mematikan lampu kamarnya.
Tidak lama kemudian kembali terdengar ketukan di kamar parjo.
“Lu jangan berisik, atau lu bakal mampus sama mereka” ancam parjo.
Parjo pun berpura-pura tidur, setelah beberapa ketukan..
************************************************************************
“Ah ada apa lagi si bang ?” Tanya parjo sambil membukakan pintu kamarnya
“Ah tadi gw denger suara jeritan cewek dari kamar kau jo, kau lagi maen yah ? Jangan bohong dong sama kita-kita”
“Ah abang ini, saya masih tidur tadi bang, saya capek banget hari ini bang, mana ada lagi enerji buat maen sama cewek bang”
“Ah jangan bohong kau jo, tadi kita-kita denger koq”
“Abang ini, mana berani lah saya bohong sama abang, dari tadi saya tidur bang, saya capek banget hari ini, mungkin kamar si umar kali bang, di sebelah saya”
“Hmm… OK lah kita percaya sama kau, dah tidur saja kau jo, kita-kita mau ke kamar umar, siapa tau dia lagi ada pesta, hahahahhahah”
************************************************************************
“Lu denger, lu denger kan mereka, makanya jaga mulut lu” Bentak parjo ketika ketiga preman itu sudah pergi dari kamarnya
“I iya tuan, ampun tuan…”
“Ayo sekarang cepet buka kaki lu, anjing, belum selesai udah ada yang ganggu”
Ketika Marshanda membuka kakinya, maka tampaklah bercak darah di sprei parjo, tanda kesucian Marshanda sudah terenggut oleh supirnya sendiri
“Ah…darah perawan, lu sekarang udah gak pantes lagi gw panggil non, lu sekarang udah gak perawan lagi, hahahhaha, pantesnya lu sekarang gw panggil perek, hahahahah”
Marshanda pun terisak mendengar ejekkan dari parjo.
Parjo pun kembali menempelkan kepala penisnya di bibir vagina Marshanda.
“Gw masukin lagi, lu jangan tereak keras-keras, atau mereka bakal dateng lagi”, ancam parjo sembari memasukkan kembali penisnya ke dalam vagina Marshanda
Marshanda menggigit sendiri bibirnya, menahan perih di vaginanya, walaupun sudah basah oleh darah perawannya, tetapi vagina Marshanda belum terbiasa oleh penis.
“Anjing… sempit banget nih memek, udah sempit, keset banget lagi, emang top dah memek artis”
Parjo hanya terdiam tanpa mencoba menggerakkan tubuhnya, rupanya parjo ingin merasakan jepitan vagina Marshanda, dan membiarkan Marshanda terbiasa dengan penis di vaginanya. Tangan parjo pun mulai meremas-remas payudara sebelah kanan Marshanda, sementara bibirnya menyusu pada payudara sebelah kirinya. Setelah beberapa menit, parjo pun mulai menarik keluar penisnya.
“Mmh…” Marshanda pun merintih kecil merasakan penis parjo ditarik keluar dari vaginanya
“Argh…” Kembali Marshanda menjerit, namun dengan volume suara pelan, ketika penis parjo didorong masuk.
Sementara itu parjo mulai menggerakkan penisnya dengan brutal, merasakan nikmatnya jepitan vagina Marshanda, sedangkan Marshanda menggigit bibirnya sendiri, merasakan perih yang sangat pada vaginanya, sementara kedua matanya terpejam dan mengeluarkan air mata.
Melihat kondisi bekas majikannya, parjo bukannya iba, sebaliknya parjo semakin bernafsu, maka, dicengkeramnya kedua payudara Marshanda dengan keras, sementara itu bibirnya mencium leher Marshanda.
Setelah beberapa saat digenjot, jeritan Marshanda berubah menjadi erangan-erangan manja, maka parjo pun bangkit, sekarang tidak ada lagi ekspresi kesakitan di wajah Marshanda, memang matanya masih terpejam, namun, yang tampak hanyalah ekspresi penuh kenikmatan.
“Aaah…. Oooh….” Desah Marshanda dengan pelan, rupanya vaginanya mulai beradaptasi dengan penis di dalamnya, sehingga sekarang hanya ada kenikmatan yang dirasakan oleh Marshanda.
“Tuh kan, dasar perek, awalnya bilang jangan-jangan, sekarang, malah keenakkan” ejek parjo ketika menyadari bahwa Marshanda sudah mulai merasakan kenikmatan, maka parjo pun semakin kasar menggenjot Marshanda.
“Mmmhh….” Marshanda pun menahan jeritannya, orgasmenya kembali menyerangnya. Tubuh Marshanda mengejang dengan hebatnya,
Parjo cepat-cepat mencabut penisnya, dan memasukkan kedua jari kanannya ke dalam vagina Marshanda, dirasakannya denyutan vagina Marshanda yang begitu hebatnya.
“Untung gw cabut kontol gw, kl nggak bisa keluar gw, gw kan masih pengen nikmatin lu, kl gw keluar sekarang, gak bakal kuat lg gw…”
“Gimana ? Enakkan ? Dasar perek, bilang jangan-jangan tapi dapet juga..”, ejek parjo setelah Marshanda selesai mengejang
“Sekarang lu berdiri, terus lu nungging di sini tangan lu pegangan ke ranjang gw”, perintah parjo
Marshanda yang baru saja mendapat orgasme hanya bisa menuruti perintah parjo, dia pun bangkit, dan menungging.
“Tuh liat darah perawan lu, sekarang lu nggak ada bedanya sama pelacur-pelacur, lu sudah nggak perawan lagi” ejek parjo sambil menunjukkan noda darah perawan Marshanda di spreinya.
Berbagai perasaan berkecamuk di diri Marshanda, di satu sisi, dia merasakan malu, terhina, dan marah yang sangat karen baru saja diperkosa, namun di sisi lain, perasaan nikmat yang sangat yang diperolehnya ketika mendapat orgasme membuat Marshanda ingin kembali merasakan kenikmatan tersebut, maka ketika dirasakan penis parjo sudah menempel di bibir vaginanya, Marshanda pun membuka lebar kakinya agar penis parjo dapat lebih mudah memasukkinya.
“Aaah…” Rintih nikmat Marshanda ketika penis parjo kembali memasuki vaginanya.
“Bagus, sekarang keenakan yah, tadi sih jangan-jangan, jangan apa maksudnya ? Jangan ragu-ragu ? Hahahahahah” ejek parjo ketika didengarnya Marshanda merintih kenikmatan.
Parjo pun mulai menggoyang penisnya dengan brutal, dengan tangannya memegang pinggul Marshanda
“Bokong lu mantep amat non, kenceng” puji parjo
Sementara Marshanda hanya merintih-rintih kenikmatan “Aaaah… Oooooh”
Puas meremas-remas pantat Marshanda, maka tangan parjo pun mulai menjamah payudara Marshanda yang tergantung dengan indahnya, diremas-remasnya kedua payudara Marshanda dengan gerakan yang menyerupai gerakan orang meremas susu sapi.
Mendapat rangsangan di payudaranya, Marshanda pun hampir mendapatkan kembali orgasmenya, melihat Marshanda yang hampir mendapatkan orgasmenya lagi, parjo pun mencabut penisnya, dan menghentikan remasan di kedua payudara Marshanda. Marshanda pun merintih pelan, sambil menatap heran parjo, Marshanda merasa tanggung karena parjo menghentikan genjotannya tepat ketika Marshanda hampir memperoleh orgasmenya.
“Kenapa non ? Koq ngeluh ?” ejek parjo
Marshanda hanya terdiam tersipu malu
“Oi, ditanya dijawab !! Kenapa lu?” bentak parjo
“Eh.. iya tuan”
“Iya kenapa ?!”
“Ke kenapa tuan berhenti ?”
“Emangnya kenapa kalo gw berhenti ? Lu keberatan ?”
“Eh nggak nggak tuan…” jawab Marshanda semakin tersipu, dan tidak tahu lagi harus berkata apa
“Nggak kenapa ?!! Nggak mau berhenti kan lu”
Marshanda pun hanya bisa menundukkan kepalanya
“Jawab perek !! Lu gak mau kan gw berhenti ?!”
“Eh.. I iya tuan”
“Iya apa ?! Ngomong yang jelas lu ! Jadi artis koq ngomong sepatah-patah!!”
“I iya tuan, saya nggak mau berhenti”
“Nggak mau berhenti apa ?! Dasar perek kalau ngomong yang lengkap !!”
“I iya tuan, sa saya ngga mau tuan tuan berhenti goyang !”
“Anjing, lu perek, kalau ngomong emang nggak jelas yah, dari tadi muter-muter terus !! NGOMONG YANG JELAS !!!”
“A ampun tuan, saya saya pengen itu itu tuan masuk ke punya punya saya tuan…”
“APAAN ??!! ANU APA ?? ITU APA ??!!!! INI NAMANYA KONTOL, KALO YANG ITU NAMANYA MEMEK !!!”
“I iya tuan ampun, saya saya pengen ko kontol tuan masuk ke me memek saya tuan..”
“Nah gitu dong, dari tadi mau ngomong gitu aja muter-muter mlulu ! Tapi emangnya lu pikir gw nggak capek apa goyang terus, sekarang lu yang goyang !!”
Parjo pun segera berbaring terlentang di ranjang.
“Nah lu kesini, lu masukin memek lu ke kontol gw, terus lu goyang, ngerti ?!”
“Ba baik tuan..”
Perlahan Marshanda pun mulai memasukkan penis parjo ke dalam vaginanya, sambil menggigit bibirnya, sedikit rasa perih masih terasa, namun rasa perih itu terkalahkan oleh rasa nikmat yang menyerang vaginanya.
Mula-mula Marshanda menaik-turunkan tubuhnya dengan perlahan, namun seiring dengan bertambahnya rasa nikmat yang menyerang tubuhnya, goyangan Marshanda pun semakin cepat.
“Aaah… Iya non gitu non goyang terus non oooh..” ceracau parjo merasakan kenikmatan yang diberikan oleh Marshanda, ditambah lagi dengan pemandangan wajah Marshanda yang terlihat begitu menikmati, dan payudara Marshanda yang bergoyang-goyang dengan indahnya, membuat parjo semakin merasa berada di langit ketujuh.
“Uuuuh…Aaaaa”
“Aaaahh…. Mmmmh……” Kamar itu pun dipenuhi oleh erangan-erangan erotis dari dua insan beda jenis yang sedang bersama-sama menrengkuh kenikmatan dunia, mereka tampaknya sudah tidak peduli lagi dengan akankah suara mereka terdengar di depan atau tidak, dan untungnya ketiga preman di depan rumah parjo pun tampaknya sudah menghilang entah kemana.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhh….” Jeritan Marshanda memenuhi ruangan tersebut ketika Marshanda kembali memperoleh orgasmenya, sementara itu parjo pun merasakan kenikmatan luar biasa ketika penisnya diremas-remas oleh vagina Marshanda, tampaknya parjo sudah ingin menggapai kenikmatan dunia yang dari tadi ditahan.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahh…. Gw juga keluar non… gw keluar”
Tubuh keduanya menegang. Beberapa menit kemudian, tubuh Marshanda ambruk diatas tubuh parjo, nafasnya terdengar memburu, begitu juga dengan parjo, dibelainya rambut Marshanda dengan lembut.
“Hehehe, gimana non ? Enak kan ? Terima kasih yah non, terima kasih bapak sudah dikasih perawannya non”, ejek parjo sambil terus membelai tubuh Marshanda, sementara itu Marshanda yang sudah kembali turun ke bumi setelah terbang ke langit ke tujuh mulai menangis kembali. Berbagai macam perasaan berkecamuk, terhina karena sudah diperkosa oleh bekas supirnya sendiri, takut hamil akibat perkosaannya, marah pada dirinya sendiri karena tadi begitu menikmati perkosaan tadi, dsb.
“Non, bapak pergi bentar yah, mau beli obat dulu, biar nanti malem bisa maen lagi sama non, hehehehe”
“O iya non, ini pintu kamar bapak nggak bapak kunci, terserah non mau keluar apa nggak silahkan ajah, tapi maaf yah non, pakaian non bapak bawa dulu, jadi kalau non mau keluar, yah silahkan nggak usah pakai baju yah non, heheheheh” ujar parjo sambil berlalu keluar dari kamarnya.
Pintu kamar parjo pun tertutup, Marshanda hanya bisa menangis menyesali nasibnya, sambil bertanya-tanya apalagi yang akan terjadi nanti malam.
End of Marshanda 1 : Fallen Angel
************************************************************************
Para pembaca sekalian, ini karya pertama gw, jadi gw minta tolong agar pembaca memberi masukan dan kritikan sehingga gw bisa menghasilkan karya yang lebih baik. Peace
By: Bu Gi Mai



© Karya Bu Gi Mai