Pengalaman Tinggal di Negeri Orang 2




Pengalaman Tinggal di Negeri Orang 2
Kisah Romantis - Pak Soleh Bersama Mashito

Pembaca Yth" .. perlu dijelaskan kembali bahwa komunikasi sedikit nyambung dikarenakan aku mengajak dan mengajarinya berbahasa kita.

Maklum aku sendiri lebih suka berbahasa negeri sendiri (Indonesia), walaupun begitu sedikit bahasa dari Kuwait kupahami juga apa maksud dari kata kata kedua perempuan Kuwait ini. 

Hal ini guna memperlancar hubungan kami bertiga.

Walaupun terlalu sulit, tetapi agaknya keduanya dapat mengerti maksud dari kata kataku, kendati begitu gerakan dengan bahasa isyarat dari tangan, ataupun mengatakan benda, atau apa selalu menggunakan bahasaku.

Yok lagi kita terusin kisahku (Pak Saleh) .......... udah pade sakit kepala nih .....


---------------------------------------------------------------

Aku terbangun karena merasa cuaca agak dingin, kulihat kearah luar agaknya turun hujan tidak begitu lebat, namun sangat gerimis. Oh... sudah malam ya....jam berapa ya sekarang? bathin bertanya. Mungkin jam 11 malam ya.... ya mungkin saja bathinku berkata.

Di sebelahku, kulihat Maisharo begitu lelapnya tidur, di sebelahnya lagi Mashito semakin erat memelukku. Kupandangi kedua wanita Kuwait ini silih berganti, kulit mereka begitu putih dan bersih, bisa dibilang agak kekuningan. Bulu-bulu halus menghiasi kulit mereka, baik tangan bahkan wajah dan tengkuknya. Kulit tangannya begitu halus dan licin bagaikan kaca, .... kupandangi wajah Mashito, ku elus wajah cantiknya, kemudian ku kecup keningnya. Raut wajahnya begitu damai" ....



Seakan tidak ada beban dari wanita ini. Sedikitpun tidak ada reaksi dari Mashito, ku ulangin kecupanku, dari kening ... pipi .... hidung mancungnya serta, duh bibir merahnya yang tanpa diolesi oleh lipstik begitu lembut. Pandangan mataku beralih ke bagian yang menonjol di dada Mashito, tampak sekali gundukan itu menjulang tinggi seperti gunung berapi yang dihiasi oleh mahkota puncak gunungnya yang jelas sekali terlihat dari daster yang dipakai oleh Mashito. Gunung kembar Mashito begitu menantang untuk di daki oleh seorang penakluk pendaki gunung, aku terpesona melihat pemandangan ini, apalagi kedua wanita Kuwait ini sangat jelita sekali, terutama godaan bukit kembar didepan mataku yang sedikit terlihat dari cela kancing daster yang dipakai oleh Mashito. Secara perlahan belaian lembut tanganku yang dari wajah turun kepundak Mashito, lalu lengan, lalu naik lagi ke lehernya dan sedikit sedikit bergerak turun dan menyentuh kancing-kancing baju dasternya, sesekali aku selipkan jariku diantara kancing-kancing baju dasternya. Terasa sekali permukaan kulit dadanya begitu lembut dan halus sekali. Aku memberanikan diri untuk membuka kancing atasnya, pelan sekali ... ya .... hupp ....... dadaku berdebar debar kencang.



Seakan tak sanggup melajutkan gerakanku pada kancing baju pertama. Manakala kancing baju kedua aku buka, tampak separuh lereng bukit kembar terlihat, kini kancing ketiga ku buka lagi dan kini semakin jelaslah, puncak gunung kembar milik Mashito yang masih ditutupi oleh secerca kain putih yang halus dan tipis. Mashito masih tertidur dengan nyaman di dalam pelukanku. Tanganku mulai bergerak kearah atas baju daster itu. Dengan perasaan takut dan gemetar, jari tanganku menyentuh bagian bahu baju daster Mashito, lalu dengan pelan sekali kusibakkan baju daster atasnya, dan...... alamak alangkah indahya, bergetar tanganku menyentuh kulit dada bagian atas itu. Bagian atas baju itu aku sibakan kiri dan kanan hingga.......ampun .....ccckkkk ooh tonjolan ini, ..... sangat indah sekali. Bagian ini saja sudah begini halus dan mulus" bagaimana yang masih terbungkus kain putih ini. Pangkal bukit kembar ini ditumbuhi bulu bulu halus, cocok sekali dengan orangnya yang sangat jelita. Dengan pelan sekali, ku belai pangkal buah dada Mashito, mulai dari pangkal dadanya trus bergerak keatas menggapai puncak gunungnya yang tampak menonjol sekali. Usapan halus dibuah dada Mashito yang ditumbuhi oleh bulu-bulu roma yang halus, sehingga kontras sekali dengan kulit tubuhnya yang agak putih kuning. Gila nian, sungguh karunia yang tidak ternilai, buah dada Mashito seukuran mangkok mie dengan puting susunya yang jelas sekali menonjol dibalik BH warna putih yang barusan aku belikan untuknya. BH ini tidak ada spon atau busa pelindung, sehingga tampak jelas mencuat di balik BH itu. Kalau kuperkirakan kira-kira pentil susu Mashito seukuran jempol orang dewasa. Atau memang orang orang negeri Arab memang bentuk puting susunya agak besar. Dan hampir rata rata wanita Arab baik pinggul dan dada lumayan besar kecuali kedua wanita ini persis istilah orang dulu "gitar Spanyol"



Gerakan tanganku semakin berani karena tanda tanda Mashito akan bangun tidak juga tampak. usapan usapan lembut jari tanganku beralih meremas pelan dengan lembut sekali, Woi .... piung .... kenyal dan kencang sekali, remasan jemari tanganku di kebuah dada Mashito kiri dan kanan, aku mendekatkan wajahku ke belahan buah dada Mashito, lalu kuciumin dengan lembut. Remasan remasan halus dan lembut terus aku lakukan, jemariku mulai bergerak masuk ke balik BH warna putih Mashito, Mashito masih tertidur dengan wajah kebahagiaan, wajah cantiknya semakin cantik ketika tertidur. Kendati sudah berusia 37 tahun, namun tidak menampakkan dia sudah mempunyai anak gadis yang kini berusia 15 tahun yang sama cantiknya. Tarikan nafasnya begitu halus, wajah tanpa dosa itu semakin membuatku tak tahan dibuatnya. Jemariku terus menyusup ke balik BH Mashito, kulit buah dadanya terasa halus sekali, begitu jemariku menyentuh pentil susunya, ada rasa penasaran dan menggoda untuk kulihat. Aku terus mengusap dan meremas dengan pelan, kadang agak kuat sedikit tetapi Mashito terus tertidur dengan lelapnya, tanpa ada rasa terganggu oleh aktivitas bejatku dimana buah dadanya aku gerayangi. Karena penasaran dengan bentuk buah dadanya, maka aku beranikan diri membuka sedikit BH Mashito, kuturunkan sedikit tali BHnya, lalu aku buka penutup kedua gunung kembarnya, dan walah makkk ...... oh tuhan " ... indah sekali, bentuknya memang mirip sekali gunung merapi yang belum aktif, dengan dihiasi sekeliling puncaknya berwarna merah kecoklatan dan agak menonjol dan diikuti oleh puting susunya sebesar ibu jariku tegak menghadap lagit. Ya tuhan, ucapku ...... sungguh luar biasa indahnya, memang hidupku sekarang cukup beruntung, sudah lama tidak melihat keindahan seperti ini, membuat hasrat kelakianku yang terpendam selama ini bangkit juga, yang memang sedari awal sering tegang kalau melihat kedua wanita Kuwait ini. Jemari terus meremas-remas kedua buah dada Mashito, kadang pentil susunya aku pilin pilin ..... aku memandang wajah Mashito sedikit berubah ketika pentil susunya aku remas dan pilin. Lalu aku sedikit bergeser kebawa, sehingga wajahku tepat berada di buah dada Mashito, dengan pelan dan lembut sekali, aku beranikan diri mencium pentil susunya, lalu lama-lama aku aku jilatin baik kiri dan kanan, dan tak puas dengan ini akhirnya aku mengulum pentil susunya, mataku tak lepas dari wajah cantiknya yang masih terlalap dengan mimpinya.



Isapan di kedua pentil susunya dengan nuansa meresapi membuat cucuku yang tidur dibawa mulai bangun dan semakin menegang , seperti minta ingin dikeluarkan, namun sejauh ini aku belum mau melakukannya. Puas dengan bermain di lereng gunung dan puncak gunung Mashito, mau tidak mau akupun penasaran dengan bagian bawa Mashito. Tanganku bergerak kebawa, terus menelusuri perut ........ terus kepinggulnya, disini aku sedikit meremas pinggul yang padat, bulat dan kencang itu, terus kembali jemari tanganku bergerak turun kembali. Terus gerakan tangan mencapai lututnya, kini tanganku bergerak naik kembali dan menyusup di balik dasternya. Dengan halus dan pelan sekali sembari menikmati dan meresapi halusnya kulit tubuhnya, tanganku bergerak naik menelusuri pahanya baik kiri dan kanan, bahkan dipaha Mashito justru lebih halus dan lembut sekali. Penasaran aku dibuatnya, aku letakkan kepala Mashito ke bantal bulu angsa yang ku beli, lalu aku duduk didekat pinggulnya. Kemudian aku menaikan bawahan dasternya dengan pelan tapi pasti. Jantungku semakin berdebar kencang, ketika perlahan demi perlahan kedua paha Mashito semakin terlihat. Dan semakin tinggi bawahan daster itu aku naikkan semakin berpacu jantungku dibuatnya., hingga akhirnya terbuka juga bagian bawa tubuh Mashito. Aku menelan air liur dibuatnya, melihat keindahan sepasang paha yang sungguh putih sekali dengan di hiasi bulu-bulu roma yang halus. Sepasang pahanya luar biasa indahnya, bagaikan granit batu alam saking licinnya.... tidak ada bekas luka atau goresan sama sekali. Dan yang lebih membuatkan tak berkedip adalah diantara kedua pahanya, ada daerah yang masih tertutup oleh secarik kain segitiga berwana putih halus, bentuknya seperti kue apem kalau di negara asalku, dari balik celana dalam warna putih milik Mashito terlihat dengan jelas, rambut rambut hitam yang sangat lebat sekali. Warnanya hitam dan keriting, itu bisa kulihat dari rimbunnya bulu-bulu kemaluan wanita Kuwait ini yang mana tidak tertampung oleh celana dalamnya sendiri, hingga mendekati pusarnya. Aku rasanya tidak kuat lagi melihat pemandangan ini, sepertinya mau pingsan aku dibuatnya, belum lagi tubuhku gemetaran ketika mau menyentuh kedua paha Mashito. Namun aku kuatkan bathinku agar tidak terlalu bernafsu, sebab kalau buru-buru bisa pingsan aku" ......

Bisa gagal hasrat ini kalau mokad, .......



Aku tak kuasa menahan gerakan tanganku, dengan pelan dan agak gemetaran aku mengelus paha mulus Mashito, secara perlahan jemariku bergerak turun naik kiri dan kanan, kubelai, lalu jemariku mendekati daerah yang masih diselimuti oleh celana dalam warna putih, semakin dekat semakin panas dingin tubuhku dibuatnya, keringat di tubuhku mulai keluar. Sampai di daerah segi tiga itu, nafasku tertahan, lalu dengan pelan aku membelai daerah itu, sangat empuk sekali dan lembut, mungkin karena tebalnya dan rimbunnya daerah kemaluan Mashito sehingga daerah kemaluannya terasa lembut.

Gerakanku semakin berani, dengan sedikit menekan nekan usapanku semakin nakal, jemariku semakin lincah di daerah kemaluan Mashito. Usapanku semakin leluasa sebab Mashito masih tertdur lelap, secara lembut jemariku bergerak masuk melalui karet celana bagian atas, sebab celana dalam yang aku belikan tersebut sedikit pendek, namun walaupun pendek tetapi kebesaran juga. Hal ini terlihat dari ukuran celana dalam itu tidak sepenuhnya menutup rimbunnya bulu-bulu hitam nan lebat milik Mashito, sehingga bagian atas kemaluannya tidak tertutup oleh celana dalamnya. Pelan sekali jemariku masuk ke daerah itu, rasanya lembut dan empuk bagaikan kue apem..... duh mak tak kuat rasanya diriku ini. Kendati usiaku sudah lanjut usia, tetapi semangat mudahku dan kelakianku semakin tinggi, muda-mudahan cucuku punya semangat muda juga .......

Memang betul betul lebat sekali rambut kemaluan Mashito, usapanku terus berlanjut dan akhirnya jemariku menemukan daerah yang paling dicari cari oleh kaum lelaki, ya daerah gua suci bagi kaum hawa. Kutelusuri cela itu dengan jariku dan kupandangi wajah cantik Mashito, kulihat wajahnya sedikit berubah, entah menahan geli atau nikmat didalam tidur nyenyaknya. Kadang alis matanya bergerak" ...... kadang mulutnya bergerak.....Takut juga kalau dia bangun? .....



Perlan lahan jemariku ku gerakan turun naik di belahan vagina Mashito, terasa hangat dan lembut sekali belahan bibir vaginanya, terus jari tengahku bergerak dengan arus yang pelan namun teratur. Makin lama makin makin terasa panas dan jariku sedikit mulai masuk ke belahan bibir vaginanya dan lambat laun daerah mulai terasa agak licin, semakin aku gerakan jariku semakin licin permukaan gua tersebut. Pelan sekali aku masukan jari tengahku ke celah vagina Mashito, makin digerakan, makin terasa hangat dan lembab. Gerakan jariku maju mundur, sedangkan telapak tanganku sedikit meremas permukaan kemaluan Mashito. Jariku tak henti hentinya bergerak sehingga lembah dan gua Mashito tambah licin. Tak kuasa menahan ini aku tarik jariku dari dalam lubang vagina Mashito, lalu akulihat jariku penuh dengan lendir, lalu kucium lendir itu, dan terasa bau yang harum sekali bagaikan harumnya bunga apa aku tidak tau." Bunga yang bau lah " .... hi...hi...hi...Aku ketawa sendiri ....

Tak tahan aku dibuatnya, secara perlahan kuturunkan celana dalam Mashito sedikit demi sedikit. Dada semakin bergemuruh bak air bah yang mau meledak. Jantungku bedegap-bedegup " ...... woiiii mak ..... bisa lepas juga isi dadaku " .... kalau seperti ini ......

Celana dalam warna putih itu" ... mulai tertarik turun ....Terus .....dan terus ....... ooh ..... masih tersangkut dipinggul pesarnya. Aku menggerakan tanganku ke belakang bokongnnya dan menarik karet celana dalamnya. nah... tertarik juga. Terus ... pelan sekali, ...... terus ...... lewat dengkulnya ....... terus ...... lewat betisnya .... kemudian kuangkat kakinya.... dan huup ... lepas dah kau celana dalam. Kemudian pandangan tertuju kepada gundukan tanah sejengkal diantara kedua belah paha mulus Mashito. Sungguh ciptaan yang sempurna, bentuknya bagaikan kue apem...apa kue bolu ya? dihiasi oleh bulu nan lebat. Perut rata tampa kerutan ah, bikin darahku mau berhenti saja.

Tau aah .... memang ini diciptakan untuk bikin buat anak bathinku. Karena tekad sudah bulat, aku mulai menyentuh belahan kedua paha sang bidadari dari negeri Kuwait ini " .... elusan lembut sambil meremas remas jari-jari tanganku terus bergerak sehingga turun ke pangkal pahanya yang putih dan mulus.



Kupandangi lagi gundukan lembah hitam di antara kedua belah pahanya, memang sungguh mempesona, dipadu dengan paha yang putih mulus, pinggul bulat padat dan kencang ditambah pinggang yang ramping serta tanpa cacat sedikitpun. Belahan vagina Mashito terlihat lebar, mungkin karena bangsanya oran Arab jadi agak lebar? Tetapi aku belum bisa memastikan apakah dalamnya juga lebar? Aah peduli amat mau lebar atau sempit .... yang penting ada lobangnyalah ...Namun dicela cela bibir vaginanya terlihat genangan air yang bening, .... bertanda sudah ada gejolak didalam tubuh Mashito. Namun setelah dilihat, cukup terawat juga di sekitar daerah itu, bersih dan bibir vaginanya terlihat berwarna merah muda. Kulebarkan baik paha kiri maupun paha kanannya, lalu kembali aku mengusap usap rimbunnya rambut hitam diselangkangan Mashito, kuberanikan diri untuk membuka belahan vagina Mashito, woi makkkkk ....... sungguh membuatku menelan air liur, belahan bibir vagina Mashito bagian dalam berwarna pink disertai cairan bening yang licin disekitar gua itu. Duh mak, bunyi drum band didalam dadaku tak henti hentinya. Aku merebahkan diri di samping tubuh perempuan Kuwait ini, lalu kubelai rambutnya, kucium pipinya, lalu kubelai belai punggungnya. Kukecup bibir merah basahnya, Mashito belum menunjukan tanda tanda bangun. Mungkin selama ini agak sakit bila tidur di tumpukan kardus bekas, tetapi sekarang begitu nyaman dan enak tidur di kasur busa yang empuk, sehingga diapun tertidur lelap sekali dan tidak terusik oleh kegiatanku terhadap tubuh indahnya, walaupun bergerak, malah tangan Mashito memelukku dan kepalanya ditempelkan di samping leherku. Napsuku yang kuat, sekuat tenaga kutahan, sulit sekali mengekangnya dan pada akhirnya tubuh indah disampingku yang semakin terlelap dalam pelukkanku dan akihirnya terpaksa aku naiki dengan perlahan.

Dan ....... aduh cu kenapa kamu ? ......

Astaga kamu kok teler" ..........

Kenapa ini " ? ........

Nah " .... apa kataku" .......

Sudah kubilang jangan bergerak dulu" ..... ehhh .... kamu tidak sabaran !!!! ...

Ya" .... begini ni jadinya " .....



Aduh ...... ayo" ..... jangan tidur begitu " ...... waduh keburu" .....subuh nih ...

Ternyata cucuku ngambek, sedari tadi pingin keluar main.

Ya" ... sudah sekarang sudah aku keluarkan, ayolah!
 

Aku mengeluarkan cucuku dari kamarnya dan oohhh .... masih ngambek kamu ya" ....

Ya, tenang dulu ....tarik nafas dalam dalam" .... lalu hembuskan ....... terus ...... lagi ...... atur nafas .... dan tarik" .... lalu keluarkan ...... tenangggg .......... konsentrasi ..... dan bayangkan ....

Nah" ..... lalu " ..... ya .... kan bisa kamu" ......

Gitu" .... terus ...... ya ...... dan lagiii ........ jalan ...... terus ..... lagi .......

Dan ..... hup ...... ya ..... seppppp .....

Nah terima kasih ya cu" ...... itu baru cucuku ...... harus kuat dan kuat ya ????

Akhirnya mulusnya juga rencanaku. Kini kedua paha mulusnya aku geser dengan kedua pahaku sehingga sedikti terbuka. Lalu (cucuku) penisku yang sudah tegak kembali karena barusan aku keluarkan dari celana pendek dan colorku, aku tempelkan di mulut vagina Mashito. Kemudian aku gesek gesekkan batang penis di kemaluan Mashito, makin kutekan makin terasa enak dan nikmat rasanya. Walaupun terasa sekali bila orang menindih tubuhnya, tetapi Mashito tidak juga terbangun lalu aku mengangkat pinggulku dan tanganku bergerak turun. Lalu aku membimbing penisku mendekati , daerah lembah yang bergoa. Sudah hampir belasan tahun ini aku tidak pernah melakukan hubungan suami istri, yang pertama istriku sudah meninggal, kedua aku tinggal di pedalaman desa dan sekarang ini aku ikut berlayar dengan seorang nahkoda, namun nasib sial sehingga aku terdampar di negara ini. Dan baru kali ini aku bisa mengeluarkan hasratku ketika berhadapan langsung dengan wanita wanita cantik dari Kuwait ini, tanpa halang rintangan. Batang penisku memang cukup besar, panjangnnya kurang lebih 18 cm bila ukuran batangnya diukur dengan luas lingkaran kurang lebih 13 cm. Cukup lumayan juga besarnya, hal ini juga pernah diutarakan istriku ketika masih muda dahulu, yang menurutnya punyaku cukup besar. Kini batang penisku kembali aku tempelkan di kemaluan Mashito, mulailah aku beraktivitas, kugesekan di sana, permukaan vagina Mashito semakin licin oleh cairan dari dalamnya. Terasa kepala penis agak licin oleh cairan dari dalam vagina Mashito, aku mencoba memeluknya, kedua tangannya juga erat memelukku, entah apa dirasakan oleh wanita Kuwait ini, apa merasa nyaman mendekapku atau merasa perasaan lain. Karena tidak ada respon yang membuatnya terbangun dari tidurnya, aku terus menggesekan batang penisku di belahan bibir vagina Mashito.



Tak terasa kepala penisku menyentuh belahan bibir vagina Mashito yang sedikit mulai menyeruak terbuka, kurasakan kepala penisku menjadi panas. Aku menjadi panas dingin dibuatnya, sekian lama tidak menyentuh perempuan dan baru kali ini aku dibuat gemetaran. Namun aku menguatkan hati dan bathinku agar tetap tenang sehingga aktivitasku berjalan mulus serta jangan sampai dia ngambek lagi. Dengan gerakan perlahan aku terus menggesekan kepala penisku dan sedikit demi sedikit kepala penisku mulai masuk, bukan main terasa sempit sekali vagina Mashito. Walaupun terlihat kemaluannya cukup lebar, tetapi lubang vaginanya cukup sempit juga. Sedikit demi sedikit cela dan belahan bagian dalam vagina Mashito semakin terbuka, semakin kedalam kepala penisku semakin terjepit atau seperti diikat oleh karet gelang. Kini perubahan wajah Mashito mulai berubah. Aku mulai cemas, jangan-jangan dia terbangun karena daerah vagina terasa sakit atau terganjal oleh benda asing. Aku terus berusaha memajukan pantatku perlahan demi perlahan, sehingga penisku yang panjangnya mencapai 18 cm terus bergerak masuk. Makin lama lubang vagina Mashito bagian dalam telah melonggar sehingga cengkraman vagina Mashito terhadap penisku semakin menjadi walaupun sedikit mulai melonggar. Walaupun begitu masih terasa sempit juga, tapi ini cukup dibantu oleh cairan putih bening yang keluar dari dalam lubang vagina Mashito.

Tidak terasa semakin lama batang penisku semakin melesak masuk, dan akhirnya kepala dan batang penisku hilang ditelan oleh vaginanya, dan bulu bulu kami berdua menyatu bersama menyatunya juga kelamin kami berdua. Bertepatan dengan itu" ..... eeeehhhhh ....." sssssszzzzz ....suara desahan Mashito baru terdengar. Untuk beberapa saat, penisku aku diamkan sejenak di dalam lubang vaginanya, melihat reaksi selanjutnya " lalu selanjutnya secara pelan pantatku aku gerakan. Pelan tapi pasti penisku bergerak keluar masuk di dalam lubang vagina Mashito, lubang tersebut semakin lama semakin licin, terdengar suara crup .....cruuppp ..... cruuupp dan plop .... plop ... plop ....

Pacuanku semakin lama semakin aku tingkatkan, sungguh tidak pernah aku bayangkan dapat kenikmatan seperti ini ....... dapat dua wanita cantik dari Kuwait ..... sangat menggairahkan sekali.



Aku merasakan otot-otot vagina Mashito seolah mencengkram seluruh batang penisku dan sedikit berdenyut denyut. Otot dinding vaginanya seakan mengurut urut seluruh batang penisku. Cengkramannya semakin kuat, kurasakan pinggul Mashito sedikit-dikit bergerak kadang ke kanan dan ke kiri, kadang bergerak naik. Dan tiba-tiba desahan halus dari mulutnya keluar" ...... zzzzzzssss ........ di iringi oleh melentingnya tubuhnya ke atas dan tiba-tiba" .... selang beberapa detik kemudian terasa kedutan yang kuat sekali dari dinding vaginanya .... dan seeeeeeerrrr ....... ceeeerrrrrr ...... cairan panas keluar dari dalam lubang vaginanya. Gerakan penisku di dalam lobang vagina Mashito semakin lancar saja, karena pelumas dari dalamnya sudah keluar, dan akupun sepertinya merasakan sesuatu yang lain dan aku perkirakan sebentar lagi akan mengeluarkan spermaku. Dan memang benar, aku merasakan penisku semakin tegang lalu ....eeeeeehhhhhh ...... crottt .... croootttt ..... crrrooot .... aaaaahhhhhhh ...... erangan pelanku .... iiiihhhhhh ........ eeeeeeehhhhh ...........zzzzzzzzzzzzzzzhhhhhhh ...

Tumpah sudah air maniku didalam lubang vagina Mashito seakan tidak dapat tertampung semua, kendati gua itu cukup luas dan lebar. Kira kira sepuluh menit aku diamkan penisku didalam vagina Mashito" ... aku menikmati sensasi ini sambil memeluk tubuh indah Mashito, lalu setelah pulih kembali kondisi tubuhku , baru aku mencabut batang penisku dari dalam lubang vagina Mashito. Gerakan pelan dengan penuh penghayatan aku nikmati keluarnya seluruh batang penisku dari dalam vagina Mashito dan ooooohhhhh nikmat sekali. Aku berbaring sejenak" lalu kemudian aku membenarkan kembali posisi celana pendek dan celana kolorku dan kulihat cairan spermaku terlalu banyak, maklumlah sudah beberapa tahun aku tidak dapat menyalurkan hasrat laki-lakiku, mau ketempat tempat yang gituan tidak punya keberanian, dan barusan aku bisa menyalurkan hasrat biolgisku. Akibatnya spermaku menjadi banyak, dan tempat penyalurannya sudah ada sehingga spermaku banyak yang keluar dari dalam lubang vagina Mashito, mungkin tidak tertampung semuanya. Lalu aku membetulkan kembali celana dalam Mashito, kunaikan kembali seperti semula dan terlihat celana dalam putih itu sedikit sedikit mulai basah oleh cairan yang keluar dari dalam lubang vaginanya. Hanya saja aku tidak merapihkan daster bawanya, tetapi BH dan baju atasnya aku rapihkan kembali namun posisi kancing yang terbuka aku biarkan saja seolah-olah seperti tidak terjadi sesuatu.



Cukup lama juga aku terbaring mengembalikan tenagaku yang terkuras akibat menyetubuhi Mashito yang sedang tidur, kurang lebih 1 jam aku terbaring membayangkan kejadian yang barusan kualami. Tak lama kemudian kondisi tubuhku kembali prima, dan kembali normal seperti sedia kala. Aku melirik ke kanan dimana Maisharo terbaring telentang yang juga tidur dengan nyenyaknya. Secara perlahan aku juga memeluk wanita ini yang juga, seperti halnya Mashito, Maisharopun sangat cantik dan jelita, melebihi kecantikan ibunya. Akankah malam ini aku akan menggarap anaknya?

Laju? jangan? laju ? jangan ? Terus berkecambuk dalam diriku hingga tanpa sadar aku tertidur pulas sambil memeluk tubuh Maisharo, entah beberapa lama dan tiba tiba aku terbangun mendengar suara air menyiprat nyiprat (bahasa apa ini). Aku menoleh ke sampingku. Maisharo tertidur sambil membelakangiku dan aku melihat ke sebelah ternyata Mashito tidak disebelahku. Aku kaget !
 

Kemana tu perempuan " .... ?

Aku kembali mendengar seperti suara air

Hujan bukan" ....? apaa " ..... ?

Lalu aku mengintip ke suara air yang sepertinya dari dalam kamar mandi itu. Dan oooohhh...... Mashito lagi mandi......

Apakah karena sesuatu yang terjadi barusan..atau tubuhnya merasa gerah?

Tapi cuaca dingin atau hemmm ..... mungkin dikiranya dia mimpi basah lalu takut malu hingga dia mandi malam malam begitu. Tapi jam berapa sekarang? apa sudah subuh, tapi kok masih ya ?

Ah ..... kerjaku semalam kurang nikmat betul, habis yang dikerjain orangnnya lagi tidur, tapi kalau sama sama tidak tidur bagaimana ya. Tapi apa boleh buatlah, aku coba saja dikamar mandi, siapa tau rejezi dua kali. He...he...he..... bisa untung dan jadi terserah dah mau mau jadi apa ? Lalu aku bangkit berdiri sambil hanya mengenakan celana pendek dan masih memakai kolor, aku bergerak dan mendatangi kamar mandi dimana Mashito lagi mandi. Ternyata walaupun tengah malam dia mandi masih mengenakan BH dan celana dalam warna putih tadi" ...



Aku pura-pura masuk dan.....

Ahhhhh.... Mashito menjerit agak keras

Lalu aku berkata ma....maaafff...Mashito.... kamu mengapa?

Mashito lalu berbalik ke dindingsambil menyambar bajunya dan menutupi bagian depan tubuh yang setengah telanjang.

"Ba....baapak " ... sahutnya terbata-bata ...

"Ya.... kamu mandi malam?"

"Ehhhh ...... ak ...ku ...." jawabnya gugup.

Lalu aku berkata "Bapak kuatir..... kok kamu tidak ada, padahal kamu tidur di sebelah bapak tadinya...makanya bapak cari kamu....Kamu sudah selesai mandinya?"

Mashito menggeleng "belum pak"

"Sebetulnya tubuh bapak terasa gerah dan lengket.... Bapak mau mandi juga...Boleh bapak mandi sekalian nemani kamu?"

Mashito hanya terdiam tidak bisa berkata-kata

"Bapak tau perasaan kamu, kamu malu kan?"

Mashito mengangguk

"Baiklah kalau kamu tidak mau dan belum selesai mandi...Bapak cari tempat mandi lain, mungkin di bawah atau di mana lah, habis tubuh bapak lengkat sekali jawabku" lalu aku pergi melangkah.

Baru beberapa langkah aku berjalan....

"Pak!"Mashito memanggilku"

"Ya? Kenapa?"

"Ehhh ..... aaa .....Mandi disini saja" sahutnya

"Kamu?" jawabku

Mashito menggeleng "tidak apa-apa"

"Bener?" tanyaku lagi

"Ya" sahutnya

Aku mendekatinya lalu berkata "Bapak sangat kuatir kamu tidak ada makanya bapak cari kamu....Bapak sangat sayang padamu...Jangan malu-malu gitu.... anggaplah ..... ya apalah bapak ini...Dan lagian tidak ada orang yang lihat kalau kita mandi bersama, iya kan?" jawabku dibalas dengan anggukan Mashito dengan tersenyum malu "



Lalu kuulurkan tanganku mengajaknya mendekat, kuraih tanganya dan Mashito mendekat kearahku, lalu baju dasternya dengan perlahan aku ambil dan aku sangkutkan ke paku di dinding. Mashito masih terlihat malu

Aku berbisik "Tidak malu kan sama bapak?" sambil keraih pundaknya lalu kukecup keningnnya.

Terlihat matanya terpejam lalu kuraih pinggangnya dan kuajak mandi dibawa guyuran air shower, tapi sebelumnya aku lepaskan celana pendekku dan ku sangkutkan kepaku dinding dekat daster Mashito. Kini kami hanya mengenakan pakaian dalam saja, kembali aku meraih pinggang Mashito dan diapun menurut saja. Kami akhirnya mandi berdua dalam dinginnya suasana malam di kamar mandi. Aku minta Mashito menyabuni aku, ia tidak keberatan, mulai dari belakang hingga depan. Ketika dia menyabuni bagian kaki dan pahaku. Dia memalingkan mukanya ke arah lain, ternyata dia melihat cucuku yang mulai bangun di tengah guyuran air. Aku membelai rambutnya, dia menantapku, aku tersenyum dan diapun tersenyum sangat malu. Kini aku gantian menyabuninya, tapi Mashito menolak

"Ahhh ... tidak usah pak" tolaknya

"Tidak apa?" tanyaku "biar gak susah menyabuni sendiri...Ayo sini!"

Akhirnya dia mengangguk "ya"

Aku penyabuninya mulai dari punggung, bahu terus turun ke bawah ke bokong bulatnya sedikit ke bawah bagian pantatnya dan.... aahhhh ...... kenapa? tanyaku

"Geli.. pak ... oohhh"

"gak apa ntar biasa"

Kemudian aku berdiri lalu lalu menyabuni bagian leher dan terus ke depan. Ketika di pangkal dadanya dia menahan tanganku.

"Ja...janggaaann... pak" katanya.



"Kenapa?" tanyaku

"gak usah biar aku sendiri"

"Ah ..... tidak apa" jawabku "sekalian saja kan tanggung" ...

"Biar Mashito saja" balasnya

Aku berbisik "gak usah sayang.... biar bapak saja, lagian hanya disabuni" ...

Dengan kata-kata lembutku akhirnya sabunanku disekitar dada berjalan lancar. Namun tangannya masih memegang tanganku. Aku semakin merapatkan badanku ke badannya. Suasana dingin berubah menjadi panas, usapan lembut dari sabun mandi di seluruh dadanya semakin menambah gairahku. Sesekali tanganku menyusup kebalik BH nya, kadang tanganku dicekal manakala jemari tanganku menyentuh puting susunya. Sentuhan sentuhan lembut jariku pada kedua buah dadanya seakan memberikan kehangatan di dalam tubuh Mashito. Tidak banyak penolakan dari Mashito membuatku semakin bersemangat saja. Usapan lembut dan harumnya sabun mandi di kedua buah dadanya yang sangat montok, besar dan kencang bagaikan dua buah balon karet yang baru saja ditiup. Mashito tampak memejamkan matanya, lalu sambil menyabuni dan mengusap sambil meremas remas buah dada Mashito, satu tanganku bergerak ke belakang mencari pengait BH warna putih itu. Setelah ketemu, lalu dengan satu congkelan sedikit dan tessss ...... lepaslah pengait BH itu sehingga BH yang melekat di tubuh atasnya sudah mengendur. Dengan perlahan tali BHnya aku turunkan dari bahunya kiri dan kanan" ..... kemudian perlahan sekali melewati kedua lengannya, terus turun dan turun hingga lewat dari kedua telapak tangannya. Kedua tanganku pun menyusup dari bawa ketiaknya, lalu berhenti di kedua buah dadanya. Mashito hanya bisa terpejam dan tanpa penolakan dari aksi kedua tanganku. Buah dada indahnya aku remas dengan perlahan.



Namun seketika Mashito terkejut lalu berkata pelan " bapak ja.....jangan...tidak boleh pak"

"Kenapa tidak boleh sayang?" tanyaku

"aa....aku ..... sudah berkeluarga" sahut Mashito.

"Tapi bukannya kita jauh dari keluarga" jawabku

"Tapi pak, saya rasa ..... kurang baik....dan melanggar norma agama pak"

"Sudahlah nak" jawabku "tidak usah dipikirkan dengan serius ya"

Mashito tidak menyahut tangannya tetap memegang tanganku yang masih meremas remas buah dadanya. Kecupan lembut aku daratkan di leher bagian atasnya lalu kecupan juga aku daratkan di telinganya.

"Pak"

"ya kenapa sayang?"

"Mashito takut"

"Takut kenapa?" jawabku

"Entahlah, saya tidak tau"

"Tidak perlu takut" balasku "bukankah kita hidup di negeri orang yang entah kapan dapat kembali.... sudahlah lebih baik kita jalani saja apa yang terjadi" aku menghibur.

Mashito hanya diam, lalu tanganku kembali bergerak dan remasanku mulai beraksi kembali. Mashito tidak dapat menolak, malah terdengar desahan halusnya. Karena desahan halus dari mulut Mashito menandakan dia sudah dalam kondisi labil akankah menghentikan aksi dari aku atau hanya menerima dengan iklas? Rabaanku semakin intens kulakukan, tak lupa ciumanku ketengkuk dan lehernya terus berlanjut, hingga tekanan dari bagian bawa perutku semakin kuat. Rupanya si cucu sudah berontak juga, he .... he .... he ..... bentar dolo nanti kaya tadi malah kamu jadi teler ...... bathinku berkata sendiri kepada cucuku yang di bawah itu. Aksiku tidak kulakukan dengan terburu buru karena Mashito sedikit demi sedikit sudah dapat menerima perlakukan sehingga lambat laun apa yang aku inginkan dapat terwujud dengan kenikmatan yang abadi dan juga dapat sama sama kami mencapai kepuasan yang sejati.



Dengan perlahan tanganku bergerak turun ke bawah terus menelusuri bagian bawa dadany. Terus elusan dan usapan busa sabun wangi di sekujur tubuhnya bergerak ke arah perutnya. Usapan lembut dan elusan dengan penuh penghayatan semakin memicu gelora di dalam tubuh Mashito dan ketika jemari tangaku bergerak lagi ke arah kedua paha nan mulus bak batu pualam itu, seketika tubuh Mashito bergetar sambil berdesis lirih ssseeeezzzzzz.....mmmhhhhh.......Kiri dan kanan kedua paha itu menjadi sasaran remasan jari jari tanganku, tubuh Mashito semakin rebah ke belakang. Kepalanya tersandar di bahu kananku. Tangan kiriku masih terus meremas remas buah dadanya sebelah kiri yang mana titik klimaks bagi seorang wanita di dada kiri terutama puting susunya. Sedangkan tangan kananku bergerilya dibagian bawah. Namun ketika jari jariku menyentuh tumpukan secarik kain tipis di daerah selangkangan Mashito, seketika itu juga darahku menjadi bergetar hebat dan penisku semakin mengeras saja di belakang tepatnya di belahan pantat Mashito. Belahan pantat yang lumayan lebar ditunjang dengan bentuk pantat yang besar dan bulat serta kencang menonjol ke belakang, kalau ukuran orang Asia terutama Indonesia sudah cukup besar, tetapi tidak bagi orang Arab, karena itu sudah sesuai dengan tinggi badan Mashito 175 cm, berat badan 66 kg. Lain halnya dengan diriku tinggi hanya 170 cm sedangkan berat badan 60 kg. Gerakan jari tanganku sedikit menyentuh bulu bulu kemaluan berwarna hitam nan rimbun diatas karet celana dalamnya yang tidak cukup menampung celana dalam warna putih milik Mashito. Terus jariku bergerak turun ke bawah, tumpukan tanah sejengkal di balik celana dalam cukup empuk sekali. Lalu kembali jariku bergerak dan elusan lembut dengan halus jariku bergerak ke bawah. Tetapi tiba-tiba tanganku dipegang oleh jari tangan Mashito.

"Pak.... ja.... jangan, tolong ja.... jangan diteruskan pak...saya mohon" ia berkata pelan

"Kenapa sayang?" sahutku dengan bisikan mengundang nafsu

"Jangan sentuh, .. iii ..... tuuu Pak...ja...ngan , ooohhhh..... Pak."

"Tidak apa nak?" sahutku "tenang saja"



"Ooohhh...... pak, aku mohon jangan lagi" mohonnya lirih

Tapi jari tanganku malah semakin turun dan turun hingga menyentuh belahan vaginanya

"sssssszzzzzzzz..... aaaddddduuuu hhhhhhhh..... pak, sudahlah, aku...sudah bekeluarga pak, tidak boleh diteruskan, Uuuuuu ........... hmmmm" suara Mashito semakin jelas terdengar, apalagi usapan dan elusan jari jari kananku di bagian luar vaginanya yang masih ditutupi oleh celana dalam warna putih semakin intens

"iiiihhhhhh,,, aaaaaaauuuuuuuu ...... paaaaakkkkk" jari jari tanganku terus kugesek gesekan sambil sesekali kuremas gundukan tanah sejengkal itu.

Kemudian dengan perlahan jariku bergerak naik ke atas, lalu dengan pelan sekali mendekati karet atas celana dalamnya, dan jari telunjuk jari tengah, jari manis, jempol, terakhir jari keliking, menguakan karet celana warna putih, lalu masuk secara perlahan. Bertemunya jari dan telapak tanganku dengan bulu kemaluan Mashito yang lebat dan keriting terasa sangat kasar namun licin karena warnanya hitam legam. Mashito semakin erat memegang tangan kananku, usahanya untuk melarangku menyentuh kemaluan terus dia lakukan

"Bapak....jangan ya pak, Mashito mohon" dengan suara halus sambil berdesis "ssssssssssiiiiiissssss .... ooh"

Tapi aku sendiri tidak dapat kuat menahan nafsuku, jariku terus meluncur turun sambil mengusap rimbunya ilalang berwarna hitam itu hingga

"aaaahhhhh .... pakkkkkk , .... duuuhhhhh .... Bapak.... jangan!" bertepatan itu jariku menyentuh daging kecil yang terletak di sela-sela rimbunnya rambut yang tumbuh luas di sekitar selakangan dan di bawah pusarnya. Cengkraman tangan semakin kuat, gelitikan gelitikan dari jari jariku yang walaupun masih erat dipegang oleh tangannya cukup membuatnya merintih pelan

"paakkk....su ....ssuuu .....daaaaahhhhh.... tolong pakkk!"

Gelitikan jariku akhirnya mengendurkan cengkraman tangannya sehingga jari meluncur deras ke belahan bibir vaginannya.



Tak terasa dari celah bibir vaginannya mulai terasa hangat atau karena kami berdua masih dalam siraman air dan sabun. Kemudian keran air aku hidupan untuk membersihkan sisa sisa sabun mandi yang melekat ditubuh kami berdua dan jari jarikupun keluar dari celana dalam Mashito. Kemudian aku bersihkan semua busa busa sabun yang melekat di tubuh Mashito, bahkan didalam celana dalamnya aku bersihkan, Mashito menjerit kecil "aauuuuww ...Bapaaaakkk!"

Kemudian tubuh Mashito aku balikan menghadapku, kami berdua saling berhadap hadapan. Aku usap usapan dengan percikan air keran dari atas, Mashito memandangku dengan sorot mata yang tajam seakan mencari kebenaran dan kejujuran dari diriku.

Aku berkata "kenapa sayang jawabku dengan sedikit tersenyum" .....

Dia berkata, "ahhh , tidak apa apa"

Lalu aku mencium keningnya kemudian kupandangi wajah cantiknya, Mashito memalingkan wajah ke arah lain, lalu kuraih dagunya dan perlahan wajahku mendekat ke wajahnya. Dia menatap dengan tatapan sayu

"pakkkkk...eemm!" kecupan bibirku terhadap bibirnya membuatnya jadi terdiam, lalu ku ulangani lagi, bibirnyapun agak terbuka.

Tanpa kata kata lagi bibir merah merekah tersebut langsung aku lumat

"eehhhhh...hhmmmmmm" suara dari dalam mulut Mashito keluar

Kemudian Mashitopun membalas lumatan bibir dengan mesranya hingga kedua tangannya melingkar leherku. Lumatan kami berdua menjadi hangat, kini tanganku mulai beraksi, sasarannya adalah bukit salju yang tergantung menantang di dadanya. Remasan remasan di kedua buah dada Mashito ku lakukan secara lembut. Puas melumat bibir Mashito, aku beralih ke leher terus merambat turun hingga berhenti di kedua buah dadanya, lalu dengan santainya aku menjilati kedua puting susu yang cukup besar itu, yakni seukuran jempol orang dewasa. Jilatan sedotan aku lakukan dengan intens dan suara Mashito mulai terdengar.

Ooooooohhh" ..... Baaaa..pakkk...mm.....aaaauuuuuww...paaaakkkkkk"



Tak henti hentinya rintihan Mashito keluar dari mulutnya. Hingga kedua tanganya memegang leher dan kepalaku. Agar tidak terjatuh di kamar mandi tubuh Mashito aku sandarkan ke tembok kamar mandi lalu kuraih pinggang rampingnya. Lalu tanganku turun ke pinggul bulat besarnya, kuremas remas pantat yang sangat kencang itu. Rintihan dan desahan mulut Mashito terus terdengar. Secara perlahan aku menyentuh karet celana dalamnya dan lalu menurunkan celana dalam itu secara perlahan. Ternyata tidak ada perlawanan ataupun penolakan dari Mashito. Dengan leluasa celana dalam itu bergerak turun. Celana dalam itu semakin turun hingga telah mencapai kedua lututnya. Dengan sedikit menurunkan tubuhku, aku berjongkok di antara kedua pahanya, kemudian celana dalam itu terus aku tarik turun hingga jatuh di kedua telapak kakinya. Dengan mengangkat satu persatu kaki Mashito lepas sudah penutup akhir dari tubuhnya. Aku menatap padang rumput ilalang yang hangus terbakar oleh api yang berada di antara kedua belah paha mulusnya. Kudekatkan wajahku lalu kucium tercium bau harum sabun mandi dari rimbunan padang rumput itu.

Aku berdiri lalu berkata kepadanya "sayang, kamu tidak marahkan?"

Mashito terdiam, dia menatapku dengan tajam lalu menggeleng, "tidak pak" sahutnya.

Lalu aku menurunkan celana kolorku dan buuullll...sang penis telah keluar dari sangkarnya. Ya penisku telah tegak bagaikan sebatang tonggak yang tegak perkasa. Namun bagi Mashito hal itu merupakan suatu yang mencemaskan dirinya dimana sebagai orang yang masa kecil serta dewasa hidup di lingkungan negara yang taat beragama dan menjunjung nilai suatu kehormatan bagi kaum wanita. Belum lagi apa yang akan terjadi sekarang ini yang sudah jauh dari nilai nilai peradaban bagi wanita di negaranya.

Hingga dalam bathinya berkata "Ya tuhan...... apa yang akan terjadi? Baru kali ini aku berbuat seperti ini.... apa yang mesti aku lakukan? Selama ini aku selalu menjunjung norma dan kehormatan kaum hawa, tapi sekarang ini aku tidak dapat berbuat banyak, dalam diriku terjadi sesuatu yang tidak bisa aku hindari. Suamiku, maafkan aku...kalau tidak saja diantara kita tidak terjadi selisih paham, mungkin aku tidak menjadi seorang gelandangan di negeri orang berserta anak kita. Namun mungkin sudah takdir kita harus berpisah... mungkin kamu juga sudah melupakan aku dan anakmu. Disini aku menemukan orang yang sudah seperti orang tua sendiri, yakni BaPak Soleh, dialah menjadi pelindung aku dan anakku, memenuhi kebutuhan kami bertiga..kalau tidak hanya dia mungkin kami sudah menjadi apa....Mudah mudahan dia dapat memberikan perlindungan, kasih sayang, cinta kepada kami, dan tidak akan meninggalkan kami"



Namun akhir akhir ini, perubahanku terhadap bapak saleh kian tampak, apa lagi perhatiannya kepada aku dan anakku, bahkan kebutuhan materi dan moril dia tunjukan kepada kami. Belum lagi, kasih sayang yang diberikannya melebihi segalanya hingga rasa simpatikku kepada BaPak Soleh menjadi semakin kuat. Dan saat ini di tengah malam yang sunyi didalam kamar mandi.....aku telah terbuai dengan kelembutan atas sentuhan kasih sayang yang diberikan kepada tubuh ini. Akankah aku akan menerima belaian dan sentuhan yang akan diberikan oleh BaPak Soleh kepadaku? karena saat ini kami berdua telah dalam keadaan tidak mengenakan apa apa lagi yang melekat ditubuh ini....atau aku akan menolak dengan berteriak hingga aku akan lari, tapi tidak, biarlah keadaan waktu berjalan sesuai dengan porosnya. Kalau memang terjadi terhadap diriku mungkin sudah suratan takdir. Namun begitu mudah mudahan aku bisa mencegah agar tidak sampai terjadi. Selesai membathin, Mashito merasakan Pak Soleh mencium bibirnya. Antara takut, cemas, kuatir kalau anaknya tau apa yang terjadi saat ini. Disisi lain, gejolak birahi di dalam tubuh mulai membara. Tangan Pak Soleh bertambah nakal, buah dada Mashito diremas dengan lembut. Mashito tidak berbuat banyak, kecuali membalas ciuman dan lumat bibir Pak Soleh dengan lembut. Pak Soleh pun dengan senangnya mendapat respon dari bibir Mashito. Ciuman merambat turun hingga berhenti di kedua buah dada nan ranum milik Mashito. Mashito merasakan bibir Pak Soleh telah menyongsong kedua puting susunya. Desahan halus dan lembut dari mulut Mashito terdengar

"uuuhhhhh ..... aaauuuuuu ....... pakkkkkkk......sudaaaaaahhhhh..... sakittttttttt"

Wajah Pak Soleh menunduk, Mashito merasakan kulit perutnya dijilati oleh Pak Soleh' ..

Dan Mashito menjerit ketika lidah Pak Soleh menyapu bulu bulu kemaluannya. Terus lidah itu bergerak liar, dan berhenti di daging kecil disekitar atas bibir kemaluannya. "auuuuwwww ..... paaaakkkkk ....sudaahahhh geliiiiiii, ...... paaaaakakkkkk, .. jangan!"

Saking tak tahanya kepala Pak Soleh dipegang oleh tangan Mashito dan Mashitopun terduduk dilantai kamar mandi karena tak kuat menahan geli.



Pak Soleh lalu meraih tubuh Mashito dengan secara perlahan dan lembut dia merebahkan tubuh mulus Mashito. Mashito hanya menuruti apa yang lakukan oleh Pak Soleh. Kini tubuh Mashito terbaring di lantai beralaskan keramik kamar mandi. Tubuh Mashito sunggu luar biasa indahnya dalam posisi polos tanpa sehelai benangpun bagaikan batu pualam yang licin dan halus. Dengan penuh kelembutan Pak Soleh mulai rebah di samping tubuh Mashito. Kecupan mesra di bibir itu seakan tidak ada puas puasnya. Mashito tak kuasa menolak keinginan Pak Soleh. Namun dari dalam diri punya keinginan untuk melarangnnya, tapi kekuatan lainnya juga turut mempengaruhinya, apalagi tangan Pak Soleh tak henti hentinya memberikan rangsangan ke dalam sanubarinya. Usapan lembut tangan Pak Soleh mulai dari dadanya, hingga bergerak turun dan turun dan sampailah ke belahan daging lembut di sela sela rimbunya rumput hitam itu. Gesekan gesekan jari Pak Soleh dibibir vaginanya membuat Mashito merintih rintih.

"Aaaaahhhhh , ...... aouuuuuuu ..... uuuuuhhhhh........ paaaakkkkkkk suuuu ddaaaaaahhhh, ..... jangan teruskan..... auwwwww!"

Belum lagi berhenti jari jari Pak Soleh bermain di belahan bibir vaginanya, Mashito sudah di derah lagi sesuatu yang basah menyapu bibir dan belahan vaginanya

"Pakkkkk" .... sudahhhhh, jangan dijilati.... aaaaaauuuu ..... aku tidak tahan.

Paaakkkkk" ...... jangaaaannn pak jiiiijiiiikkkkk...... ouuuuuu..... iiiiii tuuuu kotor pakkkk ...... ampunnnn" rintihan lirih Mashito sehingga pinggulnya yang besar melenting keatas.

Tampak cairan bening sedikit mengalir dari dalam lubang vaginanya. Akhirnya Pak Soleh menyudahi jilatannya, kini dia mulai naik ke tubuh Mashito. Mashito hanya pasrah dan menanti sesuatu yang akan terjadi pada dirinya. Matanya melirik sesuatu di bawah tubuh Pak Soleh, dalam hatinya ngeri juga menghadapi benda itu. Benda seperti itu seharusnya boleh masuk hanya punya suaminya. Akan tetapi saat ini sepertinya Mashito akan menerima benda milik Pak Soleh.

Dalam hatinya berkata lagi "aku merasa takut"



Pak Solehpun bertanya pada Mashito "bolehkan sayang?"

Mashito hanya menatap mata Pak Soleh kemudian matanya menutup, entah apa yang ada di dalam pikiran dan dadanya.

Pak Soleh berkata "sayang"

Ya pak" sahut Mashito.

"Kamu keberatan kalau bapak melakukan ini?"

Mashito masih terdiam, lalu ia merangkul tubuhku dengan erat lalu berkata "Pak.... aku sebenarnya takut!"

"Takut kenapa" tanyaku "takut kalau ketahuan orang? Kamu jangan kuatir tidak akan ada orang yang melihat! percayalah sama Bapak"

Mashito akhirnya mengangguk, secara perlahan lahan Mashito memberikan jalan kepada Pak Soleh. Dia membuka kedua belah pahanya ke kiri dan kanan sehingga posisi selangkangan agak membuka. Tak sekali di wajahnya yang jelita penuh keraguan dan kecemasan. Pak Soleh mendekatkan batang penisnya mendekati bibir vagina Mashito secara perlahan. Kepala penis Pak Soleh menyenggol belahan bibir vagina Mashito.

Hati Mashito berkata "Sudah terlanjur jauh dan kepalang basah, rasanya sulit untuk menghidari kejadian ini. Aku merasa merinding dan bergetar manakala kepala penis bapak ini menyentuh bibir vaginaku, namun apapun yang terjadi adalah resikoku sendiri" bathin Mashito.

Lain hal dengan bathin Pak Soleh. Dengan mata kepala sendiri aku baru bisa menikmati tubuh indah Mashito secara terang terangan. Kini impianku menjadi terwujud, khayalanku untuk menikmati tubuh Mashito secara sukarela benar menjadi kenyataan. Lalu kepala penisku kugesek gesekan kebelahan bibir kemaluan Mashito, terasa lembut dan hangat kepala penisku menyentuh belahan bibir vagina, cairan bening turun membantu melicinkan kepala penisku. Dengan dibantu jari tanganku, bibir vagina Mashito aku buka, belahan bibir vagina itu berwarna merah muda walaupun telah mengeluarkan anak yang sekarang telah berumur 15 tahun, tidak ada bekas gelambiran dari kedua belah bibir vaginanya. Apa mungkin orang Arab mempunyai ramuan khusus hingga bentuk vagina begitu montok seperti punya anak usia belasan tahun. Aaahhhh .... pusing mikirin itu, terserah ramuan apa yang penting rejekiku mendapatkan wanita Kuwait ini telah terwujud.



Dengan secara perlahan kepala penisku sedikit kutekan, dan

"aaaahhhhhh" rintih Mashito

lalu kucoba lagi, kutekan lagi

"iiiiiihhhhhhh" ...... paaaakkk " Rintih Mashito, kembali kucoba menekan dan suuuzzz kepala penisku terjepit "aaaaahhhhhh ..... paaakkkk..... sakittttt".

Dengan gerakan pelan dan tidak terburu buru, aku terus mencoba dan

"aaaddduuuhhh....paaaakkkkk, aaaaouuuuuuuwwww"

Kepala penisku mulai bergerak masuk hingga kepalanya sedikit hilang ditelan mulut vagina Mashito.Usahaku secara intens terus menekan masuk batang penisku

kembali desahan mulut Mashito "iiizzzzzzzzhhhhhhh ,....... uuuuuhhhhhh ... paaaakkkkk ....

Aku berbisik "sakit sayang?"

"ya" sahut Mashito

"Sempit" kataku"

Kucoba lagi menusuk batang penisku ke dalam lubang vagina Mashito. Usahaku tidak sia-sia sedikit demi sedikit batang penisku bergerak masuk, terus dan terussss, batang penisku bergerak masuk, hingga sudah separuhnya.

"Pakkk ....saaaakitttttt..... aaaduuuuhhh ...... eeeehhhhhh1" erangnya ketika berulang ulang aku menggerakan agar semua bantang penisku segera masuk semua.

Batang penisku yang cukup besar dan panjang 18 cm, terus dan terus bergerak masuk.

Hingga tinggal beberapa inchi lagi, dengan hentakan terakhir batang penisku menerobos masuk dan cruuuttt

"aaaahhhhhhh ...... baaaaapppppaakkkkkk ..... saaaaakiiitttt...Hukkkk ...huuukkkkkk .....huukkkk1" rupanya Mashito menangis sesegukan "Bapakkk sakit sekali ...... aku tidak tahan"

Aku kasihan kepadanya, lalu dengan penuh kasih sayang aku peluk tubuhnya dengan erat erat, sambil kubisikan kata mesra kepadanya

"Kenapa nak?"

"sakit sekali pak"

Ya" ..... sungguh sakit sekali.....tapi tidak apa sebentar lagi akan berkurang"



Kucium bibirnya dengan lembut dan mesra. Mashito menyambut bibirku, kini kami berdua saling lumat. Sedangkan kelamin sudah menyatuh seperti tidak ingin dipisahkan lagi. Lalu irama gerakan pantatku mulai aku lakukan, dengan tarikan perlahan lahan kutarik dan kutekan. hhhmmmmmm...suara mulut Mashito yang menyatu dengan bibirku. Aku melepaskan lumatan bibirku. Kini fokusku tertuju pada bagian bawah pantaku. Gerakan pinggulku mulai rileks aku lakukan, gerakan perlahan tapi terus berjalan. Di bawah Mashito semakin mendesah.

"Aaaaauuuuuwwww ....... zzzzzzssssssssshhhh....Baapakk...ouuuuuuuwww....... aaahhhhhh, yaaaaa" dengan gerakan irama dari pantatku, suara Mashitopun berdesah "Paaaakkkk ....... aaaaaahhh, pel .....laannnnn , ..... ouuwww .... bapppppaaaakkkkk, sudah .....aaahhh"

Gerakanku semakin cepat "pak.... too...looonggggg , ... pee ..lan , pelan. Iiiihhh....... sssshhhhhh!"

Tubuh Mashito ikut bergoyang karena genjotan dari pantatku. Pinggulnya seakan turut membantu lancarnya jalan batang penisku. Pinggang Mashito aku pegang lalu kutarik tarik seiring genjotan penisku di dalam lubang vaginanya. Tubuh Mashito melenting lenting ke atas sambil kepalanya menggeleng ke kiri dan kanan, serta suaranya terus merintih keluar

"aaahhhhh ..... aaauuuuw ....Yaa ..... sssszzzz ....... baaa, ..... paaaakkk!"

Hampir setengah jam persetubuhan terlarang ini kami lakukan di lantai kamar mandi, dan tubuh Mashito semakin melenting lenting. Erangan penuh birahi dari mulut Mashito membuat aku semakin bersemangat tetapi Mashito berteriat histeris, namun dengan suara yang pelan.



Dan aku merasakan sesuatu yang hangat keluar dengan deras dari dalam vagina Mashito, ceeeeerrrr .....seeeeerrrrrrrrrrrrrr ...... hhhhmm , ... yaaaaa ..Ternyata Mashito menyembur larvanya sangat banyak sehingga membanjiri lubang vaginanya, ia seperti ngos ngosan sambil menarik nafas. ku mendekati wajah dan kucium keningnnya,lalu aku berbisik

"kamu orgasme sayang?" Mashito hanya memalingkan mukanya yang memerah karena merasa malu akibat rangsangan hebat dari aku.

Ia hanya mengangguk "yaa pak aku tidak dapat menahannya."

Kini akupun semakin lincah mengayunkan pantatku, dimana penisku terus keluar masuk dari dalam lubang vagina Mashito yang sudah tergenang oleh banjir larva dirinya sendiri.

Aku merasakan batang penisku seolah dicengram karet gelang. Kulihat Mashito memandangku. Aku merasakan lubang vaginanya seolah semakin sempit padahal barusan dia telah menyemburkan air maninya. Gila kok seret sekali, batang penisku seolah dipijit pijit, auuuuu nikmat sekali.

"Uuuhhhh" erangku, manakala ketika menyodok lobang vaginanya terasa seret seret.

Aku terus menggenjot vagina Mashito. Pinggang dan pinggulnya aku cengkram, bukan main memang besar sekali bokong wanita Kuwait ini, sudah besar, bulat dan kencang lagi. Aku melihat wajah Mashito seperti melakukan konsentrasi. Sepertinya ia melakukan sesuatu, kupandangi juga wajah jelitanya, tak luput dari tanganku buah dada aku remas remas kemudian mulutku tak mau ketinggalnya menyosor kedua puting susunya yang memang cukup besar. Dihiasi oleh kelilingnya berwarna merah muda belum lagi bulu halus di sekitar buah dadanya, sungguh menambah kesempunaan bagi dirinya. Kini aku rasakan kembali dinding vagina Mashito seolah mengkerut dan saat itulah penisku seperti terjepit. Rupanya Mashito memberikan kenikmatan kepadaku melalui gerakan saraf perut dan langsung terhubung ke saraf saraf vaginanya, yang menghasilkan pijatan keras terhadap batang penisku.



Lubang vagina itu semakin lama semakin licin saja, sejauh ini belum juga merasakan akan mencapai puncak klimaksku. Dengan perlahan aku melepaskan batang penisku dari dalam liang vagina Mashito, dia sepertinya terkejut

"Ba.. baa..pakk.... ke....keeee..... napa?" Mashito seperti ada rasa penasaran dan tanda tanya.

Otot vaginanya seolah menahan keluar batang penisku, lalu brulll .... penisku keluar dari lubang vaginanya. Tampak seluruh batang penisku penuh belopotan oleh cairan putih dari dalam liang vaginanya. Air mani Mashito yang banyak menumpuk di ujung dan batang penisku. Aku lalu berbaring, Mashito bangkit lalu duduk menatapku

"ada apa pak?" matanyapun beralih ke bawah perutku.

Dia melihat tersenyum malu melihat batang penisku masih berdiri keras yang penuh oleh lendir dari tumpahan air maninya. Aku tersenyum kepadanya sambil kubelai pipi mulusnya lalu berbisik mesra.

"Sini, kamu naik keatas tubuh bapak!"

Mashito bingung "untuk apa?"

Namun iapun menurut dan menaiki tubuhku, lalu aku berkata angkat bokongnya. Mashito mengangkat pantatnya sedikit lalu dengan mengulurkan tanganku, aku menggenggam batang penisku dan mengarahkannya ke lubang vaginanya. Setelah posisi kepala penisku telah tepat dimulut vaginanya, lalu aku menyuruhnya menurunkan pantatnya dengan perlahan.

"Ooohhhh...... bappaaakkkkk, Ooohhhh ..... ooohhh!"

Dengan gerakan turun perlahan Mashito memejamkan matanya sendiri seolah baru pertama kali mendapat sensasi baru seperti ini. Setelah seluruh batang penisku masuk di dalam liang vaginannya dia malah duduk di kedua pahaku. Dia tampak terdiam masih menunggu apa yang harus dilakukan.



Lalu aku berkata "sayang, coba kamu gerakan pinggulmu!"

Mashito menurut apa kata-kataku. Dia menggoyangkan pinggulnya, mula-mula hanya digoyang dan diputar saja pinggul besarnya. Namun aku bilang

"Coba kamu angkat" ..... lalu turunkan lagi" ....

Dia menurut, kini pantatnya bergerak naik turun. Dengan sedikit kubantu mencengkram pinggangnya agar irama turun naiknya pantatnya, membuat sensasi pertemuan kelamin kami berdua menjadi nikmat.

"Ya.. uuuuu.... eeeeeehhhhh" rintihan Mashito semakin sering

Mashito akhirnya bisa sendiri melakukan goyangan pinggulnya. Aku memandang wajahnya yang sungguh luar biasa cantiknya, matanya jernih, alis matanya hitam dan tebal, bulu matanya lentik, hidungnya mancung, bibir merah tipis dan rambut lebat hitam sebahu. Belum lagi kulit tubuhnya yang putih mulus bersih tanpa ada bekas cacat. Buah dada yang kencang menantang terayun ayun menggantung indah di tubuhnya. Pinggang kecil dan ramping serta dua buah bokong bulat besar menghiasi bentuk tubuhnya. Belum lagi kedua belah pahanya yang memang tiada terkira mulus yang dihiasi oleh oleh rumput yang tersebar luas disekitar selangkangannya. Tak kuasa aku melihat buah dada yang menggoda itu. Kusedot dengan mulutku sambil tidak melepaskan pelukanku di pinggang rampingnnya. Gerakan Mashito semakin cepat. Desahan dan rintihan halus dari mulutnya semakin sering. Sepertinya dia mencapai klimaks yang kedua, tak lama kemudian...

"paaaakkkk...Aaaaakkkkhhhhh ......... eeehhhhhhhhh .....Seeeerrrr!"

Apa yang terjadi pada Mashito membuatku tubuh semakin tegang. Tulang tulang tubuh seperti mau ditarik, persendian tubuhku seolah mau lepas, otot penisku seperti semakin menegang. Kepala penisku terasa panas dan belum sempat aku berbuat banyak tiba-tiba

"Ooohhh!" aku mencepatkan dan mengoyangkan bokong Mashito sekuat kuatnya, "Aaahhhhh .... iiiiihhhhhhh ..... croooooorttttt....Crrrrooooootttttt!!"

Tumpah sudah air maniku ke lubang vaginanya, tidak tau lagi berapa banyak semprotan berkali kali mungkin menembus lubang vaginannya.



Mashito memelukku semakin erat akupun tak mau melepaskannya. Kupeluk dan kuelus elus punggungnya dengan rasa penuh kasih sayang. Mashito membenamkan kepalanya di bahuku, dengan hati hati aku berbaring sambil memeluk tubuhnya. Aku terlentang sedangkan Mashito tertelungkup di atas tubuhku dengan posisi alat kelamin kami masih menyatu. Aku mencium rambut dan keningnnya. Ungkapan ini menambah kehangatan di dalam diri kami. Di tengah malam yang dingin, di lantai keramik kamar mandi.... kami telah melakukan hubungan badani. Dinginnya air keran kamar mandi seolah tidak merasa dingin pada tubuh kami berdua. Dalam tertelungkup di atas dadaku, terasa buah dada Mashito mengganjal keras, batang penisku masih menancap di dalam lubang vaginanya.

"Sayang" kataku mesra, "Hhhhmmmm .... tidur ?"

"Tidaakk ... pakkk "

Kenapa " ...... tidak sahutnya ' ...

Capek , ...... hehhh .. sahut Mashito ...

"Yuk kita bersihkan badan!"

"Nanti pak" sahutnya
 

"Udahlah , .... cepat mandi... nanti baru enak tidur"

Mashito mengangkat wajahnya lalu dia memandangku, ia tersenyum dan berbisik

"Bapak nakal.... nekat dan jahat!"

"Jahat kenapa?" tanyaku

"Bapak memaksaku melakukan perbuatan terlarang ini"

"Jadi kamu merasa bapak perkosa"

"hhemmmmm" jawabnya mengangguk

"Marah?" tanyaku lagi yang dibalasnya dengan anggukan tapi tersenyum

"Kamu suka?" jawabku

"tidak juga" sahutnya

"Tapi kamu diam"

"ya diam saja" sahutnya

"Enak" kataku

"taauuuuu " .. ! sahutnya sambil tersenyum malu

"Yo, ... sudah kita mandi" kataku, Mashito mengangguk



Mashito berangkat dari atas tubuhku lalu dengan perlahan mengangat pinggulnya. Sensasi keluar penisku dari dalam vaginanya tidak lupa diresapinya dengan memejamkan matanya. Setelah keluar Mashito terduduk di lantai, aku bangkit berdiri sambil mengangkat tubuh wanita cantik jelita dari Kuwait ini, dan mengajaknya mandi bersama lagi. Kami saling menyabuni tubuh kami masing masing. Mashito dengan perhatian khusus menyabuni aku dengan lembut dan mesra sekali, setiap kulit tubuhku dibersihkannya tidak ketinggalan benda bulat di bawah perutku disabuninya, dia tersenyum malu, maklum benda inilah yang membuat dirinya lupa akan segalanya. Akupun tidak lupa menyabuni Mashito hingga ke seluruh tubuhnya, lubang vaginanya tidak luput dari sentuhan lembut jari tanganku. Agak sedikit menjerit kencil ketika menyentuh daerah kecil di atas bibir vaginanya. Setelah selesai baik pakaian dalam aku dan dia, dicuci oleh Mashito kemudian dijemurkannya di dekat ventilasi. Aku mengeringkan tubuh Mashito dengan handuk hingga tidak ada sama sekali air yang melekat ditubuhnya, begitu pula rambutnya. Mashitopun seolah penuh perhatian mengerikan tubuhku dengan handuk hingga kering. Setelah itu ia mengenakan dasternya kembali yang tersangkut di dinding kamar mandi, berarti dia tidak memakai pakaian dalam. Akupun begitu hanya memakai celana pendek yang juga tergantung di dinding kamar mandi. Setelah itu kami kembali ke bilik tidur yang terbuat dari kardus bekas untuk melindungi kami bertiga dari dinginnya cuaca malam.

"anakmu masih tidur nyenyak sekali" kataku

"Iya...mungkin dia agak nyaman dengan tidur di kasur baru dibandingkan tidur di kardus bekas."

Aku berbaring sambil telentang, sedangkan Mashito tidur memeluk tubuhku dengan kepalanya bersandar didadaku. Pahanya dinaikan pada kedua pahaku seolah bantal guling. Aku memeluk dan mengelus elus rambut dan punggungnya ...



"sayang, kenapa kamu mau melakukannya tadi?" aku berbisik pelan

"Entahlah" sahut Mashito, "ya...sebagai seorang wanita, aku butuh perlindungan dan kasih sayang, tempat curahan hati, tempat tumpuhan hidup. Apalagi kita sama sama berada di negara orang yang tidak tau sampai kapan kita disini. Hal yang barusan saja terjadi tadi..... aku juga tidak tau pak. Cuma sebagai orang wanita, mungkin hasrat dan keinginan itu bisa saja terjadi ....Ya, sekuat apapun wanita...pasti akan luluh juga pertahanannya. Memang di negara kami, kehormatan harus dijaga terutama kaum wanita yang telah bersuami, pakaian jilbab harus dipakai, namun ada juga yg tidak memakainya karena perkembangan jaman moderen" jelasnya

"Ooh .... begitu.... jadi kejadian yang barusan kita lakukan tadi, apakah kamu benci pada bapak?"

"Pak... seandainya aku benci dan marah pada bapak, tidak mungkin persetubuhan itu akan terjadi" sahut Mashito.

"Jadi kamu juga menginginkannya?" tanyaku

"Ya... mungkin...... hhhhkkkkmmmm hmmmmm"

"Suka tidak?" godaku

"aaahhhh bapak" sahut Mashito sedikit manja.

Bathin Pak Soleh, jadi dia menginginkannya juga, menikmatinya, dan menyukainya.

"Bapak" Mashito berkata

"Apa...apa?!" sahutku.

"Bapak sayang padaku?"

Kamu jangan kuatir sayang, bapak lebih dari sayang kepada kamu dan anakmu. Apapun yang akan terjadi bapak tidak akan melalaikan kalian berdua. Aku mengelus elus punggung hingga ke pinggul bulat Mashito sehingga ia kegelian.

"Iihhh .... bapak, .... sudah jangan lagi aaaahhhh!"

"Habis kamu menggoda bapak" sahutku.

"Iiihhh...... menggoda apa?" sahut Mashito

"Sudah .... sudah malem, mungkin sudah jam 3 dini hari ...Ayo sayang" rayuku.

"Gakkkk mau" ..... tapi tanganku terus meremas remas pantat bulat Mashito.

Lalu aku menurunkan celana pendekku hingga keluarga batang penisku yang sudah kembali tegak berdiri kokoh.



Mashito memalingkan mukanya ketempat lain, tapi tidak lama karena diapun tergoda ingin melihat batang penisku. Dengan lembut Mashito menyentuh batang penisku yang semakin mengeras, lalu ia berbisik

"Bapak bisa tahan lama?" tanyanya.

"Itukan masa muda bapak rajin olahraga dan makan makanan yang alami"

"Ohhh.... pantas kuat sekali."

"Bapak juga kagum padamu, kamu cantik jelita bagaikan bidari dari negeri Timur Tengah"

"iiiihhh...merayu" sahut Mashito.

"Benar sayang" jawabku, "cuma yang lebih bapak suka kenapa vagina kamu bisa memijit mijit batang penisku"

"Hiiiikkkkk ....hiiikkk ..... itu senjata rahasia bagi wanita dari negara kami. Kenapa pak? Sakit?"

"tidak, bapak sangat suka... nikmat sekali."

Mashito tersenyum "jadi bapak suka kan?"

"Ayo sayang kita punya waktu beberapa jam lagi....bapak tidak tahan lagi"

"Uuuhhhh ... dasar laki-laki kalau sudah ada maunya pasti ngejar terus. Apalagi laki-laki yang sudah lanjut usia, keinginanya paling kuat" sahut Mashito.

Namun karena orang tua ini adalah orang yang menjadi tumpuan hidupnya. Mashito dengan senang hati dan hati yang iklas bersedia melakukan untuk sang bapak. Pinggul Mashito mengangkangi bawahan Pak Soleh, dengan lembut ia menurunkan celana pendek yang dipakai Pak Soleh hingga ke lututnya. Lalu dengan perlahan tangan Mashito memegang batang penis Pak Soleh dan memasukan kedalam lubang vaginanya, dengan perlahan dia menurunkan pinggul besarnya hingga batang penis Pak Soleh tertelan penuh oleh vaginanya. Setelah itu Mashito punya inisiatif menggerakan pinggul naik turun .....

Keduanya secara bersamaan melihat kearah Maisharo yang tiba-tiba menggerakan badannya, keduanya seperti ketakutan. Tetapi Maisharo kembali tertidur pulas.



Akhirnya malam itu kami menikmati persetubuhan dengan dasar suka , penuh kasih sayang, gairah yang tidak terkirakan. Kami akhirnya terkulai lemas. Mashito rebah di dadaku dengan senyum kepuasan. Dengan tubuh dipenuhi keringat kami mencapai puncak klimaks. Tubuh kami menyatuh berikut dengan meyantuhnya alat kelamin kami berdua, kami tertidur pulas dengan tubuh Mashito masih di atas tubuhku. Hingga pagi hari kami tidak tahu lagi karena habis kelelahan dari pertandingan bola antar dua negara Indonesia vs Kuwait. Pertandingan itu dimenangkan oleh Indonesia dengan skor 3-2

By: Kelana Jam

Silakan Tunggu Cerita Selanjutnya :

- Kisah Romantis - Pak Soleh Bersama Maisharo

-Kisah Romantis - Pak Soleh Bersama Helena



© Karya Kelana Jam