Petualangan Rikku




Petualangan Rikku
30 Desember 2008
Disclaimer

1. Cerita ini mengandung unsur pornografi dan tidak cocok bagi anak dibawah umur

2. Nama-nama di cerita ini telah disamarkan, semua kemiripan nama adalah tidak disengaja.

3. Cerita ini tidak mengandung unsur SARA apalagi kebencia atau menyudutkan kelompok tertentu. Kalaupun ada keterangan mengenai ras/suku/warna kulit/ciri fisik adalah semata-mata sebagai bumbu penyedap cerita untuk menambah unsur erotisme.


------------------------------------------------

Rikku

Namaku Rikku Angela Kawamoto, aku biasa dipanggil Rikku. Cerita ini bermula saat aku masih duduk di bangku SMA. Sejak kecil aku memang telah menarik perhatian banyak lelaki, baik yang seumuran denganku maupun yang umurnya jauh lebih tua dariku. Bisa dibilang aku memang sangat menarik perhatian karena aku berdarah campuran Jepang dan Australia. Waktu itu aku sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita dengan tubuhku yang putih mulus dan tingginya 171cm dan ukuran dada yang termasuk besar apabila dibandingkan dengan ukuran pinggangku yang ramping yaitu 34D. Aku memang sering menjaga makan dan berolahraga dirumah sehingga perutku rata dan tak ada lemak yang menempel di tubuhku. Dengan ukuran dada segitu aku sering kerepotan apabila aku harus berolahraga tetapi ada juga daya tariknya tersendiri. Orang tuaku baru dua tahun lalu bercerai dan mereka kembali ke negara asal mereka masing-masing sedangkan aku yang ingin tinggal di Indonesia diberi rumah yang besar dengan dua orang pembantuku dan seorang satpam. Aku yang sudah bisa mengendarai mobil sendiri ditinggali mobil papaku yaitu Honda S2000 VGS putih dan sebuah Toyota Harrier berwarna silver milik mama. Papa yang telah kembali ke Jepang datang mengunjungiku dua kali setahun dan mama yang berasal dari Australia datang dua kali setahun pada waktu yang berlainan.



Hari itu aku sedang bermalas-malasan dirumah ketika saudara sepupuku yang dari jepang menelepon karena dia minggu depan ingin datang berkunjung selama seminggu. Aku hanya mengiyakan saja karena saat itu aku sedang tidur-tiduran diranjang dan malas mengangkat telepon. Setelah kututup teleponnya aku menyadari kalau aku nanti sore harus pergi ke les privat kimia di jalan panjaitan tapi aku tidak tahu dimana letaknya. Sebenarnya aku malas keluar kamar karena siang itu cuaca panas dan lembab sekali, tetapi kuputuskan untuk bertanya ke satpamku yang memang hafal seluk beluk kota ini. Dengan masih mengenakan t-shirt pink dan celana pendek aku keluar dari kamar, aku memang biasa tidak mengenakan bra dan celana dalam apabila aku dirumah, kecuali ada tamu yang datang atau aku berolahraga dan tentunya saat menstruasi. Untungnya saat itu aku baru saja melewati masa menyebalkan itu. Ku langkahkan kakiku menuju pos satpamku dan kuintip kedalamnya dengan keheranan karena aku tak menemukan pak Nardi didalamnya. Aku sudah merasa kesal karena aku sudah kegerahan, tubuhku terasa lembab sedangkan satpamku tak tahu kemana. Ketika aku membalikkan tubuhku ingin kembali ke kamarku, kudengar sayup-sayup suara wanita yang melenguh-lenguh. Aku penasaran siapa itu karena setahuku istri pak Nardi ada di kampungnya, akan kudamprat dia apabila dia berani mendatangkan wanita kerumahku tanpa sepengetahuanku. Wanita itu tidak mungkin salah satu dari pembantuku karena mereka sedang pergi berbelanja. Dengan megendap-endap kudekati kamar tidur satpamku itu dan kuintip dari jendelanya. Alangkah kagetnya aku ketika kutemui satpamku ternyata sedang membaca buku dan suara itu ternyata lagu dari radionya, memang akhir-akhir ini banyak lagu-lagu yang kedengarannya aneh.



Sambil mengelap dahiku aku mengetuk kamarnya.

"Eh nik Rikku, ada apa nik panas-panas begini kesini? Kan bisa pakai intercom?" jawabnya sambil membukakan pintu untukku. Aku hanya bisa tersenyum karena ketololanku.

"Tapi lebih enak kalau bertanya langsung, pak" jawabku sekenanya.

"Pak tahu dimana jalan Panjaitan?"

Satpamku menjelaskan dimana letak tempat lesku sambil pandangannya mencuri-curi ke arah dadaku yang terlihat membusung dibalik t-shirt longgarku. Setelah kutanyakan padanya dimana letak rumah guru les privatku aku langsung kembali ke kamarku karena aku harus mandi dan bersiap-siap untuk pergi les. Perjalananku ke tempat les tidak dapat dibilang mulus, beberapa kali aku salah masuk jalan sehingga aku harus beberapa kali menelepon satpamku. Akhirnya sampai juga aku di tempat lesku yang rumahnya agak terpencil di perumahan itu.

Kuparkirkan S2000 ku didepan rumahnya yang tergolong besar dan megah itu.

"Wah penghasilan guru les besar juga ya" pikirku.

Saat aku membunyikan bel di rumah tempat les ku, pintu dibukakan oleh seorang pemuda yang berdada bidang dan wajahnya lumayan, badannya sedikit lebih tinggi dari aku. Aku menanyakan apakah ini rumah pak John, dia menjawab bahwa pak John sedang ada keperluan mendadak dan sebentar lagi pulang, dia menawarkan aku menunggunya didalam. Aku merasa agak risih juga karena dia terus-menerus memandangiku dan kadang-kadang matanya melirik ke arah belahan dadaku yang seperti mencuat ingin keluar dari tanktop merahku yang memang agak ketat dan mencetak tubuhku yang sempurna.



Akhirnya setelah menimbang-nimbang sejenak aku mengikutinya masuk, dia ternyata anak pak John, setelah berkenalan aku tahu bahwa namanya Hendra, dia angkatan pertama universitas terkenal di kotaku dan mengambil jurusan computer science. Dia bertanya kepadaku apakah aku bersedia menemaninya menonton film sambil menunggu pak John pulang, karena aku toh tidak ada kerjaan aku mengiyakan saja.

Hendra menyalakan DVD yang menayangkan film action. Setelah sekitar 15 menit adegan-adegannya mulai berubah, semakin lama semakin menjurus ke sex. Aku yang baru pertama kalinya menonton film bokep jadi salah tingkah, aku merasa agak risih tetapi rasa ingin tahuku lebih kuat sehingga aku semakin menyimak filmnya. Hendra duduk semakin merapat padaku, aku yang sudah merasa gerah karena rumah itu sama sekali tidak ada ACnya semakin merasa kepanasan karena suatu gejolak dalam tubuhku yang tidak bias kujelaskan. Hendra diam-diam menaruh tangannya di pundakku, secara otomatis kutepis tangannya. Dia tiba-tiba merangkulkan lengan kirinya ke pundakku dan menarikku ke pelukannya dan langsung melumat bibirku. Aku gelagapan dan berusaha menolaknya tapi apa dayaku seorang gadis melawan pemuda yang juga sering berolahraga, hal itu terlihat dari otot-ototnya yang tercetak di t-shirtnya. Lama kelamaan pertahananku melemah karena aku mulai kehabisan nafas dan pelukannya yang kencang pada tubuhku kurasa sangat menyesakkan, lagipula aku penasaran juga apa yang akan dia lakukan padaku, rasa keingintahuanku mulai timbul. Sambil menciumi bibirku kurasakan tangannya mulai meremas-remas payudaraku dari luar bajuku, suatu sensasi baru kurasakan pada tubuhku.

Setelah puas menciumi bibirku, mulutnya mulai menjelajahi leherku yang putih mulus sambil tangannya turun mengelusi pahaku. Ketika tangannya sampai ke liang kemaluanku dan mulai menggosok-gosok celana dalamku, aku terengah-engah kegelian, aku merasa gerah, seluruh wajah dan tubuhku mulai dihiasi butir-butir keringat yang berlomba-lomba keluar dari pori-pori tubuhku.



Merasa diatas angin, Hendra melepaskan pelukannya dan membuka bajunya sendiri dan sambil melolosi tanktopku dia bertanya kepadaku apakah ini pertama kalinya buatku, aku cuma mengangguk mengiyakan. Hendra menyarankan aku untuk relax saja dan menikmati perbuatannya, aku sebenarnya menolak tetapi dia mengancamku daripada dia berbuat kasar kepadaku, akhirnya aku menuruti saja kemauannya. Matanya melotot dan dia berdecak kagum memandangi dadaku yang masih tertutup bra berwarna ungu berukuran 34D itu. Belahan dadaku yang terlihat membulat indah dihiasi butir-butir keringat yang membuat semua orang yang melihatnya ingin cepat-cepat menyentuhnya, begitupun Hendra yang segera memasukkan tangannya kedalam cup bra ku untuk mengeluarkan payudara kiriku yang langsung dikenyotnya seperti bayi yang menyusu. Lidahnya menjelajah seluruh permukaan payudaraku. Putingku dipermainkannya dengan lidahnya, dijilati dan digigit dengan lembut mempermainkan birahiku yang kian melambung.

"ohhh ..... ssshhhhh ..... hmmm ....." aku mendesah-desah keenakan sambil tanganku meremas-remas rambut Hendra aku mulai menggelinjang.

Setelah puas mengenyoti dan meremas-remas payudaraku, Hendra membuka celana beserta celana dalamnya sehingga dia sekarang telanjang bulat didepanku, aku tersentak kaget melihat ukuran penisnya yang panjang dan berdiameter cukup lebar, mungkin sekitar 13 cm panjangnya,, maklum ini baru pertama kalinya aku melihat kemaluan seorang lelaki. Dia mengajukan penisnya kedepan mulutku dan memaksaku untuk mengulumnya sambil dia memperingatkan aku untuk tidak menggigitnya. Aku yang sudah tidak ada pilihan lain mulai memasukkan kepala penis yang besar itu kedalam mulutku yang kecil, hampir tidak bisa mulutku menampung ukuran penisnya yang besar itu.



Aku mengernyitkan dahiku karena baunya yang cukup menyengat, perlahan penis itu mulai masuk ke dalam mulutku. Aku semula agak bingung apa yang harus kulakukan tetapi aku anggap saja itu seperti melumat permen. Ternyata Hendra menikmatinya, ditandai dengan erangan-erangan yang keluar dari mulutnya. Tangan Hendra bergerak melucuti kait braku dan membiarkannya jatuh ke lantai sambil setelah itu dia meremas-remas kembali kedua belah payudaraku dan mempermainkan putingku. Aku sudah benar-benar terangsang dan mengerang-erang lembut "mmmmhhhh....hhmmmmhhhh..." dan aku semakin giat mengoral penisnya.

Setelah 10 menitan dia melepaskan mulutku dari penisnya dan mengangkatku berdiri, Hendra memelototi tubuhku yang sudah mengkilat basah bermandi keringat dan membalikkan tubuhku lalu meremas-remas payudaraku dari belakang sambil diciuminya leher, tengkuk dan belakang telingaku. Aku memalingkan wajahku dan kulumat bibirnya, lidah kami beradu dengan ganasnya sementara tangannya sibuk menggerayangi dadaku dan turun ke perutku yang licin dan dihiasi alur-alur air keringat yang seperti sungai berlomba-lomba menuruni tubuhku, aku juga merasakan batang kemaluan Hendra yang menempel di belahan pantatku yang masih tertutup rok kuningku. Tangan berototnya melorotkan rokku plus celana dalamku sehingga aku berdiri didepannya sama-sama bugil. Hendra menyuruhku menungging dengan kaki terbuka lebar dan tangan bertumpu pada sandaran sofa, dengan begitu vaginaku yang bersih dari bulu-bulu itu semakin tertampang indah didepannya, aku selalu rajin mencukur bulu-bulu disekitar vaginaku untuk mengurangi rasa gerah dan aku juga merasa lebih bersih. Tangannya mengusap-usap pantatku yang basah dan menuruni belahan pantatku untuk mencapai butiran kacang yang bernama klitorisku untuk kemudian diusap-usapnya. Tubuhku semakin menggelinjang.



"Aaaaahhh....hhhhmmmmmmm......." erangku sambil menikmati perlakuannya pada diriku. Aku merasakan vaginaku semakin basah oleh cairan cintaku yang membanjir keluar oleh rangsangan tangannya.

Caranya yang lembut mempermainkan birahiku itu membuatku terasa melayang-layang dan membiarkan tangannya yang satunya lagi meremas-remas payudaraku yang tergelantung dengan bebas. Aku mulai panik ketika aku merasakan sesuatu yang besar dan keras menempel di liang vaginaku dan memaksa membelah lubang yang masih tertutup rapat. Walaupun liang vaginaku sudah dibasahi oleh cairan cintaku tetap saja penis super besar itu kesulitan masuk.

"AAAHHHHHHH.... " Aku menjerit cukup keras ketika aku merasa kepala penis itu memaksa masuk ke liang vaginaku. "AAAAAAAAAAAHHHH... AAUUUGGGGHHHHH...... SSAAKIIIITTT..." teriakku sambil memberontak ketika Hendra melesakkan penisnya merobek-robek keperawananku.

Hendra yang seperti kesetanan tidak memperdulikan teriakan-teriakanku dan mulai menggenjot vaginaku dengan ganasnya.

"Aaaahhhh ..... aaaahhhhh ... pelaannnn pelaaaaaaaannnnn ..... aaaaaaaa.....auuuuuhhhhhh....." Aku melenguh-lenguh dan memohon-mohon agar dia tidak terlalu kasar menggenjot tubuhku yang semakin berkilat basah oleh air keringatku yang menuruni wajah dan payudaraku menetes-netes ke lantai.

"Uhmmmm..... enak sekali vaginamu ....." jawabnya sambil mendiamkan penisnya sejenak didalam vaginaku yang meremas-remas penisnya sebelum Hendra mulai bergerak lagi dengan cukup brutal.



Setelah sekitar 10 menit menjerit-jerit kesakitan aku mulai merasakan sensasi yang berbeda, terutama setelah hendra menarik tangan kananku ke belakang sehingga punggungku menempel ke dadanya yang bidang dan dia menciumi tengkuk dan belakang telingaku.

"OOoohhh aaaahhhh ... enaaakkkk ..... aaahhhh ....." tangannya memegang induk payudaraku dan meremas-remas payudaraku yang semakin kenyal saja rasanya.

Satu tangannya turun merayapi perutku dan mulai mengocok-ocok vaginaku yang terlihat merah muda karena darah perawanku yang bercampur aduk dengan cairan kewanitaanku dan peluhku. Dia tak berhenti memompa vaginaku mengirimkan sensasi-sensasi nikmat sampai ke ubun-ubun. 15 menit lamanya Hendra mengocok vaginaku sebelum aku merasakan sesuatu yang membuatku melayang-layang kelangit ketujuh, dan akhirnya ...

"AAAAAAAAAhHHHHHHH ......." Croootttt .... Crroootttt ..... aku mencapai orgasmeku yang pertama disertai lolongan panjang dan tubuhku bergetar-getar selama setengah menit. Aku merasa capai sekali dan tulang-tulangku serasa dilolosi dari sendi-sendiku.

Tanpa memandang diriku yang masih kelelahan karena orgasme hebatku yang pertama itu, Hendra mendudukkan dirinya di sofa sambil membimbingku menaiki tubuhnya seperti yang sekarang sedang ditayangkan di DVDnya. Aku bergidik melihat penisnya yang masih tegang mengacung seperti tiang bendera itu. Terbayang nikmatnya orgasme yang membuatku melupakan rasa sakit itu dan aku mulai memposisikan diriku diatas penisnya. Perlahan lahan kuturunkan tubuhku sambil aku menggigit bibir bawahku karena kesakitan merasakan penisnya yang mulai membelah vaginaku.



Perlahan-lahan penis itu mulai mengisi rongga kemaluanku hingga penuh sesak dan kurasakan pantatku yang kini telah menempel di pahanya. Kunaikkan tubuhku perlahan-lahan dan ketika aku menurunkannya perlahan-lahan pula Hendra tidak sabar dan menghentakkan tubuhku ke bawah sambil dia mengangkat pinggulnya

"AAAAAhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh........aaaahhhh eenaaaakkkkk ..... sakiiiitttt tapi eeeennnaaakkkk.. aaahhhh .... Hhhhmmmmhhhhh auuugghhhh ...." teriakku histeris ketika tubuhku terhentak-hentak diatasnya.

Plok ... plok ... creeeppp ... creeeppp .... pantat dan pahaku yang basah menimbulkan suara berdecak-decak ketika menghantam paha Hendra. Keringatku yang mengucur deras menetes-netes di permukaan tubuh Hendra, ruang tamu itu kini berbau mesum oleh kelakuan kita berdua. Hendra memeluk tubuhku merapat ke tubuhnya sambil menciumi wajah dan rambutku yang tergerai menempel di tubuhku.

"Harum rambutmu benar-benar merangsang" katanya. Dikulumnya bibirku dan lidah kami pun tak mau kalah saling beradu.

Ternyata Hendra cukup perkasa juga, aku yang selain menaik-turunkan tubuhku dan menggoyang-goyangkan pantatku sesuai arahannya mulai kecapaian tapi Hendra masih terlihat belum ingin mencapai klimaks. Ketika aku sudah hampir mencapai klimaks nafasku semakin memburu dan aku berteriak-teriak sejadi-jadinya.

"Aaaaahhhhh .... Ooohhhh... aahhhhhhhh...... aoooooohhhhhhhh....."

Hendra pun ikut menggeram-geram nampaknya dia juga akan orgasme

Gerakanku semakin cepat dan akhirnya ....

"AAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHH........ OOOOOOOHHHHHHH......."

CROTTT .....CRROOOTTTT .... CROOTTTT..... kurasakan semburan demi semburan lahar panas mengisi liang senggamaku.



Aku pun lemas terkulai dipeluk oleh Hendra, kurasakan penisnya perlahan-lahan mengecil di dalam vaginaku. Nafasku terengah-engah dan tubuhku dibanjiri keringat yang mengalir deras. Penisnya masih menempel dalam vaginaku, kurasakan mulai mengecil perlahan-lahan.

"Hendra, warung pak Wagimin kehabisan rokok Kent, adanya cuma Davidoff, aku malas beli ...... ooooooo". Tiba-tiba Rohimin teman sekelas Hendra masuk ke ruang tamu untuk melapor dan tercekat melihat pemandangan indah didepannya, aku yang telanjang bulat dengan nafas terengah-engah dan dibanjiri keringat dipeluk erat oleh Hendra. Matanya langsung jelalatan dengan penuh nafsu memelototi setiap inci tubuhku, aku tak mampu menutupi tubuhku karena aku masih dipeluk Hendra.

"Wah gile aku kepanasan cari rokok lu malah enak-enakan ngentotin bidadari, dapet dari mana tuh ndra?" tanyanya.

"Gue nemu didepan pintu tadi" jawabnya cuek "enak banget masih perawan" lanjutnya.

"Wah boleh nih, terung pipit terung mama, ada sedikit sama-sama hehehehe" sambil menyeringai dia mendekati kami sambil dia melepaskan baju dan celananya hingga telanjang bulat.

Adapun Rohimin lain sekali dengan Hendra, tubuhnya hitam karena terbakar matahari, giginya agak tonggos dan tampangnya jelek. Yang membuat aku terkejut adalah ukuran penisnya yang hampir dua kali ukuran penis Hendra, urat-uratnya terlihat begitu menonjol ingin keluar dari permukaan kulit penisnya yang sepanjang 21 cm dan berdiameter besar itu mengacung tegang dan mengerikan.



Rohimin menjatuhkan dirinya disamping Hendra dan merengkuh tubuhku yang masih lemas itu sehingga tubuhku terduduk diatasnya dengan punggungku menempel ke dadanya. Tangan kanannya meremas-remas payudaraku secara bergantian sementara tangan kirinya mengucek-ucek vaginaku yang mulai membangkitkan kembali nafsuku yang sudah mulai padam.

"uhhhh .... Hmmmmm ... mmmmhhhh ....." erangku lirih karena keenakan dan kecapaian.

"wah gile enak banget memeknya, bahkan jari-jariku serasa dijepit, hen!" ujarnya pada hendra.

"Aaauuu .... pelan-pelaaaannnn .... aaaaaahhhh .... sakiiittttt ...." jeritku ketika Rohimin dengan kasarnya meremas-remas payudaraku dan menjepit putingku keras-keras.

"tenang saja, nanti juga enak" katanya sambil semakin giat mengocok vaginaku.

Lidahnya menjilati ketiakku yang bersih dari bulu-bulu itu, kemudian dia menjilati payudara kananku yang berpeluh itu. Setelah lima menit dia menikmati payudaraku dia memaksaku untuk memasukkan penisnya kedalam liang kemaluanku. Aku menaikkan tubuhku dan memposisikan penisnya yang mengerikan itu didepan vaginaku sambil perlahan-lahan aku menurunkan tubuhku.

Sambil meringis kesakitan aku merasakan kepala penis Rohimin yang mulai membelah vaginaku. Keringat mulai mengucur lagi makin membasahi tubuhku yang telah basah kuyup.



"Aaahhh ... sakitttt .... sakittttt .... teriakku sambil menggigit bibirku. Air mata mulai mengalir menuruni pipiku yang menahan sakit.

"Sakit ya? Tahan sebentar ya, sebentar lagi juga hilang" katanya sambil memegang pinggangku yang kukira ingin melepaskannya dari vaginaku. Ternyata dugaanku salah, dengan tarikan yang kuat dia menarik tubuhku kebawah yang membuat penisnya terhujam sedalam-dalamnya kedalam vaginaku.

"AAAAAAHHHHHKKKKKKK ..... SAKKKIIIITTTTT ..... ampunnn... lepaskaaannnnnn" teriakku membahana ketika merasakan penisnya merobek tubuhku menjadi dua bagian, sakitnya tak tertahankan sampai tubuhku melengkung kebelakang dan tulang rusukku terjiplak dengan jelas di dadaku, keringat semakin deras mengucur menuruni sekujur tubuhku yang kesakitan. Aku tanpa sadar mencengkeram pegangan sofa dan paha Rohimin yang kini mulai menaik turunkan tubuhku yang seperti menunggangi kuda.

"Ooohhhh ..... enak sekali vaginamu benar-benar rapat, mimpi apa dapat cewek kualitas pertama begini" ujarnya sambil memompakan tubuhku diatas tubuhnya, dia tak memperdulikan kuku-kukuku yang menggores pahanya, dia berkonsentrasi meresapi pijatan-pijatan dan jepitan vaginaku di penisnya.

Rohimin yang sudah seperti kesetanan tiba-tiba membalikkan tubuhku sehingga menghadap wajahnya, dengan paksa dia melumat bibirku, aku tak bisa menolaknya dan terpaksa ikut menciumi bibirnya, tercium bau rokok yang membuatku mual. Setelah bosan melumat bibirku dia menciumi pipiku dan menjilati air mataku yang bercampur keringatku yang sedang menuruni pipiku. Dipeluknya erat tubuhku menyatu pada tubuhnya sehingga dada kami berhimpitan, sungguh kontras tubuhku yang putih mulus dibandingkan tubuhnya yang hitam.



Aku terhenyak merasakan sesuatu yang tumpul digosok-gosokkan pada belahan pantatku, kutolehkan kepalaku dan kulihat Hendra yang rupanya terangsang lagi oleh persetubuhanku dengan Rohimin ingin menyodomiku. Aku memohon-mohon agar dia tidak melaksanakan niatnya, tetapi Hendra yang telah dibakar api birahi tidak mendengar lagi perkataanku dan perlahan-lahan aku mulai merasakan sakit yang lebih lagi ketika kurasakan kepala penis Hendra mulai membelah lubang anusku yang sangat sempit. Aku tak kuasa lagi menahan teriakanku karena sakit yang kurasakan mendera anus dan vaginaku. "Auuuuuuuu ... aaaaahhhhhh..... saaaakkkiiiittttt ...... aaaaaaaaaaa..."

Aku juga mendengar erangan Hendra yang memejam-mejamkan matanya menikmati sempitnya anusku yang menjepit penisnya dengan kencang. "Duh enak sekali anusmu ..... aaahhhh tahan ya ....? sambil berkata begitu dia memajukan pinggulnya dengan kencang sehingga seluruh batang penisnya terbenam di anusku dan bijinya menumbuk pantatku.

"AAAAAAAAHHHHHHHH ......" aku melolong panjang seperti binatang kesakitan, aku pun menggelepar-gelepar kesakitan, air mataku makin deras mengucur dan menetes-netes dari daguku. Rohimin kembali memeluk tubuhku dan dia mulai lagi memompa vaginaku, mulutnya menjilati leher dan pipiku yang dibasahi keringat bercampur air mataku. Rupanya jeritan-jeritan histerisku merangsang baik Rohimin maupun Hendra karena mereka kian gencar menusuk-nusukkan penis mereka. Setelah beberapa menit Hendra merengkuh induk payudaraku dan meremas-remas bulatan payudaraku yang menempel di dada Rohimin yang masih sibuk mencupangi leher dan daerah belikatku.



Lama kelamaan aku mulai merasakan sebuah sensasi berbeda yang menjalar di tubuhku, rasa sakit yang kurasa perlahan-lahan semakin berkurang, mungkin karena aku semakin terbiasa. Aku mulai merasakan rasa nikmat dan rasa itu semakin bertambah kuat menggantikan rasa sakit yang kurasa sehingga aku mulai membalik keadaan. Aku mulai menggoyangkan pinggulku dan teriakan-teriakan sakitku mulai berganti dengan desahan-desahan dan erangan-eranganku yang ingin meraih kenikmatan tertinggi untuk sekali lagi.

"Aaaahhhh .... eeesssshhhh ..... uuuhhhhh..... hhmmmm ...." desahku yang bercampur oleh erangan-erangan Rohimin dan Hendra yang keenakan dijepit vagina dan anusku yang masih sangat sempit ini.

Tiba-tiba Hendra menarik rambutku keras-keras yang membuatku berteriak kesakitan sambil tangan kirinya menjepit puting payudaraku keras-keras, dia rupanya suka dengan permainan kasar. Rohimin yang bertampang lebih sangar dari Hendra malah sekarang lebih lembut terhadapku, dia mengusap-usap punggungku yang basah kuyup oleh air keringatku yang bercampur oleh keringat Hendra yang mengalir seperti kehujanan sambil menciumi lembut bibirku, mungkin juga untuk meredam teriakan-teriakanku. Beberapa saat kemudian aku mencapai orgasmeku yang kedua. Setelah puas dengan posisi itu mereka berdua melepaskan penis mereka dan membiarkanku terjatuh dilantai lalu mereka mengocok-ngocok penis mereka dan menyemburkan sperma mereka di wajah, dada, perut dan pahaku. Setelah itu mereka masih menyuruhku membersihkan penis mereka dengan mengemutnya, aku yang sudah lemas hanya dapat membuka mulutku sambil mereka berganti-gantian menusuk-nusukkan penis mereka kedalam mulutku sampai bersih.



Hendra kemudian berkata padaku sambil tertawa-tawa agar aku pulang saja karena Pak John ada urusan keluarga yang mendadak dan harus keluar kota, dia tidak memberitahuku lebih awal karena dia terangsang ingin memperkosaku. Aku terdiam dan secepatnya mengenakan pakaianku sekenanya dan aku langsung angkat kaki dari rumah sialan itu diiringi tawa mereka berdua. Aku langsung menyalakan mesin mobilku dan secepatnya pulang ke rumah. Sesampainya dirumah aku langusung masuk ke kamarku dan melepas semua bajuku yang berbau keringat dan sperma itu dan langsung merendam diriku di jacuzziku sambil membayangkan peristiwa yang barusan terjadi, sebenarnya aku agak menyesali kejadian itu tapi diam-diam aku suka nikmatnya orgasme, aku mulai mengusap-usap vaginaku lagi di jacuzziku dan kembali aku menikmati kenikmatan duniawi yang membawaku ke langit ketujuh. Semenjak itu aku mulai ketagihan akan nikmatnya orgasme dan sex. Keesokan harinya aku menelepon Pak John dan membatalkan lesku di dia dan aku menemukan tempat les lain yang hanya menerima murid wanita. Minggu depan sepupuku datang dan ..... pertualanganku baru saja mulai, pertualangan Rikku .....


By: Minami Kawashima



© Karya Minami Kawashima