Skandal di Pulau Mentawai




Skandal di Pulau Mentawai
20 Juli 2008

Cerita ini adalah sekuel dari Asmara di Pulau Mentawai

—————————————–
 
Setelah beberapa saat hubungan antara Jonas dan Reisa berjalan mengalir seperti air. Tiada lagi penghalang hubungan mereka di pulau itu meskipun masih bersifat sepihak karena tak diketahui oleh kedua orang tua Reisa di Padang. Kini mereka berdua menjalani hubungan seperti layaknya suami istri. Namun kebahagian mereka itu tak bertahan lama dan hanya berjalan sebulan penuh. Secara tiba tiba Jonas mendapatkan surat pemanggilan untuk segera pulang ke Semarang, dalam surat itu Jonas tak diberi tenggat waktu untuk mengulurnya. Dengan berat hati karena masih menjalani manis madu perkawinan dengan Reisa di pulau itu Jonas pun kembali ke Semarang. Di malam terakhir itu Jonas pun memberikan Reisa siraman bathin yang cukup sempurna. Berkali kali ia menghantarkan Reisa ke puncak kepusaan sebagai wanita dewasa diatas peraduan mereka berdua. Dikamar itu hanya cahaya temaram lampu dan deritan ranjang yang menjadi saksi pergumulan dua insan yang tak lama lagi akan terpisah jarak.dalam kebisuan malam yang dingin dan tenang itu, hanya terdengar lenguhan Reisa dan Jonas yang masih berpacu dalan birahi. Beberapa kali Reisa melenguh histeris menerima sodokan kemaluan Jonas didalam rahimnya. Menjelang pagi akhirnya mereka menyudahi persetubuhan itu dan tertidur dengan saling berpelukan dan keringat yang membasahi tubuh keduanya.Masih terlihat bercak-bercak merah gigitan Jonas di leher, payudara Reisa, begitu juga di tubuh Jonas terlihat bekas cakaran kuku Reisa saat mendapatkan orgasme.




Sore hari itu dengan diantar Reisa dan Pak Nur juga Bu Nur, Jonas menaiki kapal yang akan membawanya ke Padang dan langsung ke Jakarta lalu Semarang. Ada gurat kesedihan dimata kedua anak manusia itu karena akan berpisah. Seakan tak mau melepas kepergian Jonas, Reisa sempat menitikan air matanya. Tak lama kemudian kapal itu bergerak menjauh meninggalkan pelabuhan Tua Pejat menuju Pelabuhan Muaro Padang. Setelah kapal tak terlihat lagi.Reisa dan kedua suami istri itu kembali pulang ke tempatnya dengan naik sepeda motor ojek.Sedang Bu Nur berboncengan dengan pak Nur. Kini selama di tempat tugasnya Reisa melewatkan hari harinya dengan sedikit rasa sepi. Tak terlihat lagi rona keceriaan di wajahnya, Reisa seolah kehilangan seseorang yang amat menolongnya selama ini. Namun karena adanya alat komunikasi, maka Reisa sering bertelepon atau sms dengan Jonas. Rutinitas dijalaninya seperti biasa, sebagai tenaga medis yang profesioanal ia tak boleh meninggalkan pekerjaannya. Berangsur hari demi hari Reisa sudah bisa melupakan sedikit kegundahannya. Namun jika ia dan Bu Nur masuk ke pedalaman tempat bekas Jonas biasa bertugas, kembali rasa iba mengungkit kenangannya. Namun karena hiburan dari Bu Nur selama ini yang menemaninya Reisa semakin bisa menerima keadaan.Reisa pun sering main ke rumah Bu Nur untuk sekedar mengisi waktunya yang lowong. Terkadang Reisa suka bermain main dengan anak Bu Nur yang masih berusia 5 tahun itu. Sms dan telpon dari Jonas pun sedikit demi sedikit mulai berkurang apalagi kini Jonas ditempatkan di Pulau Sulawesi yang jaraknya lumayan jauh dari tempatnya bertugas.



Diluar sepengetahuan Reisa dan Jonas yang menyebabkan perpisahan mereka sebenarnya adalah Pak Nurfea sebab Pak Nurfea merasa tak nyaman jika Jonas terlalu sering menginap di tempat Reisa. Apalagi Pak Nurfea memiliki rencana tersembunyi dalam benaknya. Tindakan ini dilakukannya karena sering melihat kemesraan kedua anak manusia itu.Tidak jarang jika Jonas sedang bermalam di tempat Reisa, Pak Nur selalu berusaha untuk mengintip apa yang dilakukan pasangan itu di kamar berdua. Rasa iri dengki Pak Nur semakin menjadi setelah Jonas dan Reisa telah disahkan secara agama meski secara sepihak, apalagi Jonas semakin bebas bermalam dan berhubungan dengan dokter muda itu. Selama ini pak Nur hanya melihat Reisa adalah seorang bidadari yang memang semata mata di turunkan di pulau itu untuk mengabdi kesehatan.Ia tak punya keberanian untuk mengganggu atau sekedar berdekatan apalagi istrinya yang juga tenaga medis di puskesmas itu. Namun semenjak menyaksikan hubungan antara Reisa dan Jonas yang telah jauh membuatnya menyurati pihak seminari di Semarang untuk mengganti Jonas atau menariknya ke Semarang. Kini Reisa sudah bisa menerima kenyataan di tinggalkan Jonas meski mereka telah melakukan hubungan layaknya suami istri dan di syahkan sepihak. Reisa semakin larut dalam rutinitasnya. Hubungannya dengan keluarga Bu Nur pun semakin dekat.Tak jarang Reisa bermalam dirumah Bu Nur.Pak Nur yang selama ini mempunyai maksud tersembunyi itu pun semakin senang jika Reisa sering bermalam dirumahnya. Suatu ketika karena Pak Nurfea akan berangkat ke desanya. Di desa asal Pak Nur akan diadakan pesta rakyat karena saat itu adalah perayaan yang akan diadakan warganya. Sebagai salah satu orang yang memiliki pengaruh dalam adatnya, maka Pak Nur diharuskan hadir.Kebetulan Bu Nur tak bisa datang menyertai Pak Nur karena anaknya kurang sehat. Sebab jika akan ke desa itu akan menaiki perahu menyusuri hutan bakau dan cukup lama. Bu Nur pun menyarankan agar Pak Nurfea mengajak saja Reisa yang saat itu sedang tak ada kegiatan di Puskesmas. Reisa pun tak kuasa menolak ajakan orang yang sudah dia anggap orangtua di daerah itu.



Selama perjalanan perahu dikayuh oleh nelayan setempat dan pak Nur duduk dibelakang Reisa. Reisa amat takjub akan pemandangan hutan bakau yang masih asli dan kicau burung yang sering terdengar. Kurang lebih 3 jam perjalanan dengan perahu,mereka sampai didesa asal Pak Nur. Mereka mengemasi barang bawaannya. Selama perjalanan ke rumah Pak Nur, tak henti hentinya Reisa mengangumi keindahan alam desa tersebut. Ia amat terkesan akan suasana desa yang tentram dan segar itu. Reisa pun berguman dalam hati, ia amat bersyukur bisa bertugas di desa itu sambil berlibur seperti saat itu. Dengan berjalan kaki mereka akhirnya sampailah di rumah keluarga Pak Nur. Rumah panggung itu terbuat dari kayu dan beratap rumbia. Di dalamnya ada beberapa kamar yang dibatasi papan seadanya. Setiba dirumahnya, Pak Nur disambut oleh saudara saudaranya. Tak lupa Pak Nur mengenalkan Reisa pada saudaranya,meski Reisa tak mengerti bahasa mereka saat itu, namun ia dapat menangkap maksud dari kata kata Pak Nur dan saudaranya itu.Mereka lalu dipersilahkan naik keatas rumah panggung itu. Di dalam rumah itu,Reisa di berikan sebuah kamar untuk istirahat dan diantar oleh seorang wanita seusianya.Reisa pun masuk kekamar itu dan meletakkan tas ransel bawaannya. Di dalam kamar itu hanya ada satu dipan kayu yang cukup sederhana dan hanya beralaskan kain tebal.Namun saat Reisa mencoba duduk diatasnya,terasa cukup nyaman.Dari dalam kamar itu Reisa dapat melihat sekitar rumah itu.Tak jauh dari rumah itu ada sebuah kandang babi yang hanya di pagari dengan bambu.Bagi masyarakat desa itu,babi adalah hewan ternak dan melambangkan status sosial mereka. Reisa kembali keluar kamar dan berusaha duduk bersama sama wanita yang saat itu sedang mempersiapkan pesta malam nanti.Tampak ibu ibu dan gadis gadisnya sedang membuat bumbu masak juga menyediakan peralatan pesta. Sementara bapak bapak dan pemuda sibuk menyiapkan alat alat dilapangan tak jauh dari rumah panggung itu. Reisa tak melihat Pak Nurfea lagi.



Senja itu dimulailah acara pesta tersebut. Dengan mengenakan pakaian adatnya, mereka keluar rumah semua.Tua muda,anak anak,larut dalam acara tersebut.Mereka memenuhi lapangan yang kini dipenuhi orang orang yang akan melakukan ritual acara adat itu.Bunyi tetabuhan alat musik jelas terdengar.Reisa keluar rumah dan dari rumah itu ia menyaksikan acara tersebut. Kaum bapak terlihat hanya memakai pakaian seadanya,seluruh tubuhnya di penuhi tatto. Juga Reisa tak ketinggalan melihat Pak Nurfea yang juga mengenakan pakaian adatnya.Tari tarian dimulai dengan semakin kerasnya suara tetabuhan.Begitu juga di puncak acara dikukuhkan lah salah seorang dari laki laki itu sebagai anggota adat. Puncak acara malam itu dengan makan makan. Sebelumnya juga diadakan acara babi panggang. Para warga desa larut dengan hiburan dan acara ritual malam itu. Pak Nurfea saat itu mendatangngi Reisa dan mengajaknya untuk turun di dalam keramaian dan kegembiraan masyarakat. Dengan menarik tangan Reisa kedalam arena tari tarian,mereka pun kini sudah membaur dengan sorak sorai warga desa. Semakin malam acara semakin terasa kental hawa magisnya.Lalu diakhir acara para warga berebut makan babi panggang. Reisa tentu saja tak ikut serta, namun Pak Nur memberinya makanan lain. Malamnya semakin larut dan acara pun berakhir.Reisa pun disarankan Pak Nur pulang ke rumah.Reisa menurut dan pulang sendiri,ia langsung masuk kamar dan merebahkan tubuhnya yang saat itu merasa letih karena ikut menari.



Di rumah itu,ia tak melihat penghuni lain. Tak lama kemudian Reisa mendengar suara pak Nur masuk kerumah,namun bersama seorang wanita yang tidak ia kenali.Tampaknya wanita itu adalah salah satu diantara gadis gadis yang tadi siang menyiapkan acara.Reisa merasa heran kenapa suara wanita itu juga masuk kekamar sebelah bersama Pak Nur. Tak lama kemudian terdengar suara mereka yang saling tertawa. Terdengar oleh Reisa wanita itu juga tertawa dan kemudian dengusan dua orang yang akan melakukan hubungan badan. Suara suara itu memancingnya untuk mengetahui apa yang dilakukan Pak Nur dan wanita itu dikamar sebelah. Melalui celah papan yang berada dikamarnya dengan dada yang berdebar Reisa mengintip yang dilakukan Pak Nur.Saat itu Reisa dapat melihat meskipun dikamar Pak Nur hanya ada cahaya lampu dinding. Namun keingintahuannya semakin membuatnya mengintip. Tampak tubuh Pak Nur yang meski tak muda lagi itu,sudah telanjang bulat,begitu juga dengan wanita itu. Mereka sama sama bugil. Reisa jadi tahu bahwa wanita yang dikamar pak Nur saat itu adalah wanita yang siang tadi bersamanya.



Dengan penuh kekuatiran takut diketahui oleh Pak Nur, Reisa mengintip kelakuan dua orang berlainan jenis itu dikamar. Reisa menyaksikan kedua tubuh telanjang itu melakukan hubungan badan.Reisa sempat tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat itu. Apa mungkin Pak Nur yang ia nilai amat setia dengan bu Nur sampai melakukan hubungan sex disaat itu.Apa yang dilihatnya saat itu bukanlah mimpi. Sempat Reisa mencubit pipinya meyakinkan dirinya tentang apa yang dilihatnya saat itu. Dengan jelas Reisa menyaksikan hubungan kelamin kedua orang dikamar sebelahnya.Reisa tampak jelas melihat saat Pak Nurfea memegang kemaluannya yang cukup perkasa itu akan memasuki liang kelamin wanita yang kini berada di bawahnya. Dada Reisa semakin tak kuat menyaksikan semua itu. Reisa pun menjauh dan merebahkan dirinya di dipan kayu. Ia tak mampu memejamkan matanya,apalagi suara suara persebadanan dua orang berbeda jenis dan usia saat itu amat menganggu naluri kewanitaannya. Reisa jadi ingat saat saat ia melakukan hubungan badan dengan Jonas dulu. Namun kini sudah tidak ia rasakan lagi. Masih dalam pikirannya, ia ingin merasakan kembali saat saat indah bersama Jonas dulu. Khayalan Reisa terhenti karena mendengar suara dengus dan jeritan orgasme si wanita yang berbarengan dengan suara Pak Nurfea. Reisa merasa mengigil jika membayangkan hal itu terjadi lagi pada dirinya. Dari suara wanita itu, ia dapat tahu bahwa si wanita telah orgasme dan disusul oleh Pak Nur. Kemudian suara diam dan hanya deru nafas kedua manusia dikamar sebelah.



Suasana diam malam itu hanya sebentar, kemudian tak lama kemudian Reisa mendengar kembali kegiatan kedua manusia itu. Reisa merasa heran saja kenapa PakNur masih saja kuat untuk melakukan hubungan sex kembali, bukankah barusan ia sudah klimaks. Berbagai macam pertanyaan berkecamuk dikepalanya. Namun ia tak mendapatkan jawaban yang cukup karena suara suara dikamar sebelahnya telah menganggu pikirannya. Kembali terdengar suara derit dipan kayu dan dengus keduanya.Kini tak hanya dengus namun suara pertemuan kedua paha yang besentuhan semakin jelas.Reisa tak terlalu sulit menelaah apa yang terjadi di sebelah kamarnya saat itu,sebab ia juga pernah melakukan itu dulu bersama Jonas.Namun Reisa semakin heran dengan suara suara nafas pak Nur yang semakin kuat dan goyangan dipan yang seakan mau patah.Reisa pun tak sampai hati membayangkan hal yang demikian,sebab ia tahu persis bagaimana sosok wanita yang kini disenggamai Pak Nur.Wanita itu terbilang masih muda dan jauh sekali jarak usianya dan Pak Nur.Namun kenapa orang tua wanita itu mengizinkan wanita itu bersebadan dengan Pak Nur yang memang sudah tua dan berpengalaman.



Kini suara wanita itu semakin melemah dan nyaris tak terdengar lagi.Yang kini terdengar hanya suara Pak Nur yang masih berpacu dengan deritan dipan. Sayup-sayup terdengar suara si wanita yang minta berhenti dan ampun agar Pak Nur tak lagi menggagahinya. Namun yang terdengar oleh Reisa saat itu hanya deritan dipan yang semakin keras dan suara nafas berat pak Nur yang semakin mengeras lalu berhenti. Reisa berusaha mengintip kembali. Ia dapat melihat dengan jelas si wanita telah tergolek mengangkang sedangkan Pak Nur yang berada di atasnya berusaha menarik kemaluannya dari liang wanita itu. Reisa juga menyaksikan benda milik Pak Nur masih saja tegak walaupun sudah klimaks didalam liang rahim wanita itu. Lalu Pak Nur pun merebahkan tubuhnya disamping wanita itu.Reisa pun kembali ke dipannya dan merebahkan diri.dalam kecapaian pikirannya saat itu, Reisa akhirnya bisa tertidur. Suara kokok ayam dan dinginnya udara pagi membangunkannya dari tidurnya. Pagi itu Reisa bangun dan berusaha membuka jendela kamarnya.Tampak di luar rumah Pak Nurfea sedang melihat lihat babi peliharaannya. Sambil memberi aba aba dengan tangannya, Pak Nur memanggil Reisa agar ikut bersamanya.Reisa pun merapikan dipannya dan mengambil sabun juga sikat gigi berikut odol. Reisa tak menemukan orang lain di rumah itu. Namun ia turun juga dari rumah dan menuju Pak Nur.Reisa menanyakan kamar mandi untuknya bersih bersih badan. Pak Nur bilang disana hanya ada sebuah tempat mandi di sungai. Sambil menunjukkan arahnya, pak Nur pun menemani Reisa yang akan ke sana. Sampai di sungai tampak airnya amat jernih dan bening. Reisa lalu berusaha menggosok giginya dengan sikat gigi yang ia bawa. Sungai itu biasa digunakan masyarakat setempat untuk mencuci dan mandi. Tempat mandinya ditutupi oleh dinding bambu.



Setelah membersihkan mulut dan sedikit cuci muka Reisa pun berlalu bersama Pak Nur ke rumah panggung tempatnya menginap. Sesampai dirumah Reisa terkejut karena di lantai telah tersedia aneka macam makanan. Saat itu tampak wanita yang malam tadi bersebadan dengan Pak Nur yang menyiapkan makanan. Setelah semuanya tersaji,mereka dipersilahkan makan.Reisa pun hanya memakan nasi yang berlaukan ikan, sebab di antara sajian itu ia yakin ada daging babinya. Pak Nur tampak makan dengan lahap, berbeda dengan Reisa yang makan hanya untuk menganjal perutnya saja. Setelah makan dan minum secukupnya mereka pun menghentikan makan pagi itu. Wanita tadi dipanggil pak Nur untuk membereskan makanan yang tersaji. Reisa pun beranjak kearah lain di rumah panggung itu. Sedang Pak Nur masih memandang keluar rumah dari jendela.Pak Nur sempat bertanya pada Reisa tentang suasana alam desanya. Reisa pun menjawab amat senang di desa itu. Pagi menjelang siang mereka tak ada kegiatan. Sedang sinyal hp tidak ada di desa Pak Nur itu. Pak Nur lalu mengajak Reisa untuk berjalan untuk melihat lihat ladang yang di miliki keluarga Pak Nur. Reisa pun setuju sebab mereka kembali ke tempatnya besok harinya.



Siang itu, Reisa dan pak Nur menyusuri hutan menuju ladang milik Pak Nur. Tak jauh memang dari kampung itu. Namun masih didalam hutan yang masih penuh oleh pohon pohon yang lebat. Ladang pak Nur amat luas dan ditumbuhi aneka macam tanaman seperti kacang kacangan, lada, juga sayuran. Pak Nur mengatakan bahwa tak lama lagi ia akan panen. Reisa pun mendengar dengan serius keterangan pria itu. Ia semakin salut dan simpatik karena pak Nur dapat memanfaatkan lahan yang ia miliki demi penambah pendapatannya. Jadi selama ini jika tak ada kesibukan Pak Nur selalu ke desanya untuk melihat lihat ladangnya. Merasa capai berjalan jalan, akhirnya Pak Nur singgah di sebuah rumah atau gubuk yang biasa digunakan untuk beristirahat atau terkadang untuk bermalam jika menjaga ladang malam hari. Di ladangnya Pak Nur juga memiliki gubuk yang cukup untuk bermalam. Siang itu mereka singgah dan beristirahat. Dalam gubuknya itu, Pak Nur juga menyediakan dipan dari rotan dan digunakan untuk rebahan. Reisa suka sekali dengan suasana dalam ladang itu, selain membuat nyaman pikirannya juga sangat alami. Di dipan kayu itu Reisa menghenyakkan pantatnya setelah capai berkeliling sekitar ladang. Pak Nur berusaha mencari kelapa muda yang memang sudah mulai banyak di ladang itu. Pak Nur membawa 2 buah kelapa muda sebagai pelepas dahaga mereka. Dengan golok yang dibawa Pak Nur, kelapa itu ia kupaskan dan keluarkan airnya. Satunya di berikan pada Reisa sedangkan yang satunya lagi ia minum sendiri.



Selepas meminum buah kelapa itu, dahaga Reisa sedikit teratasi. Karena hawa angin yang cukup membelai kulitnya membuat Reisa merasa ngantuk.Masih diatas dipan itu Reisa duduk dengan masih memandang sekitarnya. Namun rasa kantuk membuatnya tak bisa menahannya, selain malam tadi ia terlambat tidur karena gangguan dari sebelah kamarnya. Pak Nur melihat Reisa saat itu lalu menyilahkan Reisa untuk istirahat dulu, sedangkan Pak Nur akan ke ladang lagi untuk mengatapel burung, lumayan buat makan malam nanti katanya.Reisa lalu rebahan di dipan kayu itu. Sementara Pak Nur keluar pondok untuk mulai mencari burung burung. Dalam tidurnya Reisa tak sadar bahwa cuaca mulai mendung dan seperti akan turun hujan. Kemudian tanpa disadari Reisa, gerimis mulai turun dan semakin deras. Reisa terbangun karena ada suara hujan dan hawa dingin yang menerpa tubuhnya. Namun saat itu ia tak menemukan Pak Nur padahal jam di arlojinya menunjukkan jam 5 sore. Mereka harus segera cepat cepat kembali ke rumah Pak Nur. Tak lama kemudian Pak Nur pun muncul dengan basah kuyup sambil membawa beberapa ekor burung hasil buruannya. Pria itu masuk pondok dan melepaskan bajunya yang basah. Bajunya ia jemur di tali yang berada di serambi pondok. Ia pun masuk ke pondok dan menemukan Reisa sudah bangun dan duduk di tepian dipan. Dengan masih bertelanjang dada Pak Nur pun bertanya pada Reisa

“Dik Reisa,,,apa kita pulang sekarang saja atau tunggu hujan berhenti?”

“Nanti saja Pak, biar hujannya reda dulu” jawab dokter muda itu.

Akhirnya Pak Nur pun kembali keluar pondok dan sambil menunggu hujan reda, ia membersihkan burung hasil tangkapannya dengan pisau dan dicuci dengan air hujan.



Burung burung hasil tangkapannya telah dibersihkan dan siap untuk dimasaknya. Setelah dibersihkan burung burung itu diikatnya dan digantung di atap pondok rumbia itu. Reisa asik memperhatikan Pak Nur yang dengan cekatan membersihkan hewan tangkapannya itu. Lalu Pak Nur pun masuk ke pondok, karena hujan kembali datang dengan disertai angin kencang. Reisa lebih dahulu masuk dan duduk di atas dipan itu. Pak Nur lalu duduk disamping Reisa. Ia menggerutu karena hujan belum juga reda padahal ia ingin sekali membakar burung itu. Hawa dingin hujan saat itu membuat kedua tubuh anak manusia itu semakin didera rasa dingin yang amat sangat. Sedangkan Pak Nur yang tidak memakai baju karena bajunya basah berusaha merapatkan tubuhnya ke tubuh Reisa. Dengan sedikit penolakan dari Reisa Pak Nur tak merapatkan diri lagi. Ia hanya menyilangkan kedua tangannya di dadanya karena dingin. Pak Nur akhirnya berdiri menutupkan kain lusuh yang menutupi jendela sebab air hujan masuk juga melalui jendela itu. Setelah menutup jendela, Pak Nur kembali ke samping Reisa. Sambil berkata pada Reisa bagaimana jika mereka pulang saja sebab hujan seperti tak akan berhenti saat itu apalagi mereka terjebak dalam pondok. Reisa masih diam memandang kearah Pak Nur.Ia pun menjawab agar menunggu beberapa waktu lagi agar bisa pulang.



Saat itu waktu telah menunjukkan pukul 6.00 sore. Hutan semakin gelap dan seolah pondok mau roboh oleh angin kencang. Dengan dasar pertimbangan itu, akhirnya Pak Nur dan Reisa berusaha pulang menerobos derasnya hujan. Dengan memegang tangan Reisa, Pak Nur lalu keluar pondok bersama Reisa. Tubuh keduanya semakin basah kuyup oleh siraman hujan di hutan itu. Petir saling menyambar pohon dan mengangetkan keduanya. Di bawah pohon besar yang cukup rindang keduanya berhenti sejenak. Rasa dingin membuat keduanya semakin merapat dan tak memperdulikan dengan siapa mereka bersama. Reisa tak lagi malu merapatkan tubuhnya pada tubuh pak Nur,begitu juga sebaliknya. Pak Nur dapat dengan nyata merasakan hawa hangat tubuh Reisa dan tonjolan kedua payudaranya. Dalam suasana saat itu kembali mereka melanjutkan perjalanan sambil berangkulan takut terjatuh karena jalanan setapak yang licin. Perjalanan menuju rumah Pak Nur masih jauh. Syukurlah mereka menemukan sebuah tempat berlindung di antara kaki bukit dalam hutan itu. Meskipun tak terlalu luas namun cukup untuk membuat mereka berdua berteduh dari hujan yang cukup deras. Mereka masuk ke dalam celah batuan yang menyerupai goa itu untuk berteduh. Pak Nur meletakkan tas yang berisi hewan buruannya tadi lalu melepaskan baju dan celananya yang sangat basah oleh hujan.Reisa seolah malu melihat keadaan pak Nur. Ia hanya melengoskan wajahnya kearah lain tak ingin melihat ke arahnya.



Pak Nur berkata pada Reisa agar mengeringkan bajunya agar tak sakit nantinya.Reisa merasa malu untuk melepas busananya, apalagi saat itu ada pria asing. Pak Nur pun memberikan alasan agar Reisa jangan terlalu merasa malu padanya sebab kesehatan lebih penting. Apalagi saat itu bajunya sudah basah semua. Pak Nur pun berusaha mencari tempat lain agar Reisa tak merasa di lihat olehnya. Bagaimanapun Reisa merasa tak enak hati jika berbugil ria didekat pak Nur. Merasa aman dari pandangan Pak Nur, secara perlahan Reisa melepaskan busana atasnya, juga kaos dalam yang selalu ia pakai, namun masih memakai bh putihnya. Terlihat belahan dadanya yang putih dan mulus itu basah oleh hujan dan tanpa melepas bh ia pun berusaha menjemur bajunya dengan meletakkan di atas batu yang masih kering dalam goa itu. Pak Nur tanpa sepengetahuan Reisa masih memperhatikan tubuh Reisa dari jauh. Ia amat menikmati kehalusan kulit tubuh Reisa. Tubuh putih itu lalu melepas celana panjangnya dan tersisa celana pendek yang selalu di pakai Reisa. Celana panjangnya ia jemur dekat baju atasanya. Kini Reisa hanya memakai celana pendek dan bra yang masih menggantung di tubuhnya. Dengan kedua tangannya ia tutupi benda kenyal miliknya itu dengan rapat takut kelihatan pak Nur.



Tiba tiba Pak Nur mendekatinya, Reisa terlihat kaget dan makin merapatkan silangan di dadanya.Sambil berkata pada Reisa, pak Nur berusaha memberi Reisa rasa tenang. Reisa masih diam karena kondisi tubuhnya tak memungkinkan ia bergerak sebab jika bergerak akan menyebakan bagian tubuhnya akan terlihat.Pak Nur lalu mengajak Reisa berbincang bincang mengenai hubungan Reisa dan Jonas. Dengan jawaban seadanya Reisa menjawab bahwa ia sudah lama tak kontak lagi dengan Jonas yang mungkin sudah melupakannya. Perasaan emosi Reisa terpancing oleh kata kata Pak Nur saat itu. Tanpa ia sadari Pak Nur semakin merapat ke tubuhnya yang tidak mengenakan baju saat itu. Tak sulit memang saat itu karena situasi yang membuat kedua tubuh anak manusia itu semakin merapat seolah membagi kehangatan yang tersisa di tubuh mereka. Reisa semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh pak Nur seolah merasakan kembali pelukan Jonas. Pak Nur tak melewatkan kesempatan itu, dia seakan tahu apa yang harus ia perbuat pada tubuh sintal dan mulus itu.Pak Nur berusaha merebahkan kepala Reisa di bahunya dan membuatnya nyaman. Reisa pun mengikuti saja tindakan pak Nur. Ia semakin rebah di bahu Pak Nur dan memicingkan matanya yang ia rasakan semakin didera rasa ngantuk. Tangan Pak Nur meraih jemari Reisa dan meremasnya ingin memberikan kehangatan genggaman pada Reisa. Reisa seolah rela saja menerimanya dengan menyambut genggaman jari tangan kasar milik pak Nur.



Pak Nur merasakan Reisa tak menolak jika di genggamnya.Ia lalu menghembuskan hawa nafasnya yang hangat ke balik telinga Reisa.Rasa hangat dan geli dirasakan Reisa dengan semakin menggemgam erat tangan Pak Nur. Kini tampak Reisa pasrah di pelukan laki laki seusia ayahnya. Tubuh Pak Nur merasakan dengan nyata detak jantung Reisa yang semakin kencang,apalagi mereka tak dibatasi oleh pakaiannya. Kini kulit kedua manusia berlainan jenis dan usia yang jauh itu semakin dekat. Rasa hangat yang terasa diantara mereka mulai mampu memercikan gairah dan birahi yang semakin nyata. Perlahan Pak Nur semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh Reisa.Tanpa malu pak Nur berusaha mencium pipi dan balik telinga Reisa. Saat itu tak tampak Reisa menolak perlakuan Pak Nur kepadanya.Reisa hanya merasakan ia amat butuh kehangatan yang terasa nyata di sekujur tubuhnya dari tubuh Pak Nur.Perlahan Pak Nur mengendurkan genggamannya dan jarinya mulai merayap kearah payudara Reisa yang saat itu hanya tertutup bh. Tangan pak Nur berusaha melepaskan silangan tangan Reisa. Tak ada penolakan yang berarti saat itu. Kini jari jari Pak Nur dengan bebasnya meraba dan meremas kedua bukit kembar Reisa yang masih tertutup bh itu. Seakan memiliki mata, jari pak Nur melepaskan cup penutup putting bh yang dikenakan Reisa. Bh itu pun terbuka namun masih berada didada yang putih mulus itu.Jari jari Pak Nur tak henti hentinya melilin dan meremas kedua bukit salju yang indah menawan itu.



Perbuatan pak Nur itu membuat Reisa semakin terpuruk ke jurang birahi yang tak sanggup diungkap dengan kata kata. Kesempatan itu tak disia-siakan pak Nur menurunkan wajahnya untuk mengemut dan menjilat kedua bukit kembar yang empuk dan montok itu. Reisa tak mampu melihat perbuatan pak Nur saat itu. Pikiran sehatnya tak bekerja dengan baik dan malah cenderung menuntunnya untuk menerima dan membalas rabaan dan jilatan pak Nur tersebut. Puas di wilayah dada Reisa, perlahan tapi pasti tangan pak Nur terus turun ke arah selangkangan Reisa yang masih mengenakan celana pendek dan celana dalam. Tangan Pak Nur langsung masuk ke arah titik intim di tubuh Reisa. Jari jari kasar pria setengah baya itu masuk di celah lepitan kelamin Reisa. Jari-jari itu terus masuk di celah itu hingga menemukan daging kecil yang terletak diantara celah kelamin Reisa. Reisa seolah kembali menemukan kenikmatan yang sudah tak ia dapatkan sejak Jonas pergi. Dokter muda itu hanya mampu menerima perlakukan Pak Nur pada tubuhnya dengan memejamkan matanya. Tubuhnya kini sudah di tuntun sepenuhnya oleh pak Nur. Tak memakan waktu lama bagi Reisa mendapatkan orgasme. Diraihnya kepala Pak Nur yang saat itu sedang berada di belahan dadanya.



Setelah merasakan orgasme yang datang, Pak Nur berupaya melepas celana pendek dan dalam Reisa. Setelah semuanya terlepas dari pemiliknya tubuh Reisa sudah tak tertutup selembar benang pun. Pak Nur sangat takjub melihat tubuh mulus dan menggairahkan itu yang kini terpampang nyata di depannya. Tubuh dokter muda itu kini tak berdaya dan pasrah menerima yang akan dilakukan si pria setengah baya. Pak Nur lalu menurunkan wajahnya ke celah yang masih basah oleh cairan orgasme Reisa. Mulutnya melata mencari liang yang selama ini amat ia inginkan. Kembali kesadaran Reisa pulih saat lidah kesat itu perlahan masuk di celah kemaluannya. Rasa geli dan sengatan birahi membuatnya semakin tak mampu menahan laju gairah pak Nur. Kedua kakinya ia rapatkan agar kepala Pak Nur menjauh dari celah intimnya itu. Namun semuanya percuma. Ketika ia merasakan adanya gejolak dari dalam tubuhnya, tubuhnya seakan merestui perbuatan Pak Nur itu. Bahasa tubuh Reisa mampu mengalahkan pemberontakan akal sehatnya yang mulai pulih ketika itu. Tak lama memang Reisa merasakan kembali meledakkan cairan di pusat kewanitaanya itu. Liang kemaluannya mengeluarkan cairan pertanda ia sudah mendapatkan orgasme untuk kedua kalinya. Pak Nur masih sibuk menjilati liang yang kini basah oleh cairan cinta Reisa. Dengan lahap dan tanpa jijik, ia telan lendir yang keluar dari celah kelamin Reisa. Reisa kembali merasakan tubuhnya lemah total dan tak mampu bergerak. Syukurlah saat itu,hujan pun sudah berhenti. Pak Nur melepaskan tubuh Reisa dari dempetannya lalu mengambil pakaian Reisa dan menyerahkan pada dokter itu. Sambil berkata agar cepat berbenah sebab secepatnya bisa sampai di rumah. Dengan muka sedikit merah karena malu,Reisa mengenakan pakaiannya yang sudah terlepas tadi. Ia tak mampu memandang kepada Pak Nur karena bagimanapun kini ia sudah merasa terbuai oleh laki laki paruh baya itu. Reisa merasakan tak ada lagi yang ia banggakan apalagi Pak Nur sudah melihat dan memberinya kenikmatan meski mereka belum melakukan hubungan kelamin.



Selama perjalanan mereka hanya diam membisu. Tak lama mereka sudah sampai di rumah panggung Pak Nur. Reisa disarankan pak Nur untuk mandi sebab tubuhnya sudah basah oleh hujan dan perbuatan mereka di goa tadi. Reisa pun berjalan ke arah kamar mandi yang terbuat dari bambu itu. Setelah selesai ia menaiki rumah dan mengganti pakaiannya dengan baju tidur. Saat itu pak Nur masih membersihkan burung yang ia buru di ladangnya tadi dan memasaknya. Malam itu setelah semuanya selesai berdua saja mereka makan. Pak Nur menyuguhkan hewan yang ia buru siang tadi. Dengan duduk di lantai mereka makan dengan lahap. Setelah merasakan kenyang makanan itu di bereskan oleh wanita yang malam kemarin berhubungan badan dengan Pak Nur. Reisa memuji masakan Pak Nur dan amat menikmati hewan buruannya. Dengan bangga pak Nur menceritakan tentang keahliannya berburu hewan di hutan. Begitu juga dengan bumbu masakan yang ia campurkan ke makanan. Cahaya lampu dinding di rumah itu semakin menambah kesan romantis malam itu. Reisa tak melihat wanita yang tadi membereskan makanannya. Pak Nur pun mendekat kearah duduk Reisa. Sambil meraih jemari Reisa, ia menarik tangan wanita itu ke bibirnya dan diciumnya.Reisa berusaha menarik tangannya, namun genggaman tangan Pak Nur sangat kuat. Pak Nur menarik tubuh Reisa kepelukannya.Reisa tak bisa menahan tarikan itu hingga tubuhnya rebah di pelukan Pak Nurfea. Dengan gencar pak Nur mengulum bibir tipis milik Reisa.Reisa seakan tak mampu bernafas.



Ciuman pak Nur itu membuatnya semakin tak mampu lepas dari belitan tangan Pak Nur.Reisa pun menurut dan membalas ciuman org yang cukup ia segani dan tempat berlindungnya itu. Belitan lidah pak Nur mampu membakar birahi Reisa. Apalagi tangan pak Nur ikut juga meraba dada yang masih terbungkus kemeja piyama Reisa. Jari itu kembali menggerayangi bukit kembar milik Reisa. Wanita itu hanya mampu menerima semuanya tanpa penolakan sedikitpun setelah sekian lama ia gersang tak merasakan kenikmatan hubungan biologis lagi. Pak Nur menghentikan tindakannya itu. Pakaian Reisa sempat acak acakan. Sambil bangun dari duduk, pak Nur menarik tubuh Reisa agar berdiri mengikutinya. Kemudian Reisa di giringnya masuk kekamarnya. Reisa sadar ia akan diperlakukan pak Nur seperti wanita yang kemarin ia intip. Sampai di dalam kamar, pak Nur melepaskan genggaman pada Reisa yang masih berdiri mematung memandangnya. Pak Nur menutup pintu kamar.Reisa lalu di ajak ke tepian ranjang kayu milik Pak Nur. Ranjang itu hanya beralaskan tikar pandan namun terasa amat hangat. Saat berhadap hadapan dengan pak Nur, Reisa tak mampu memandangnya. Bak seorang penganten baru, pak Nur menciumi bibir Reisa beberapa saat. Reisa hanya menerima saja. Kemudian Pak Nur melepaskan satu persatu kancing piyama Reisa hingga lepas dan hanya tinggal bh saja. Kemudia Bh itu pun ia lepaskan dan kini dada mulus milik Reisa terpampang di muka Pak Nur.Dada Reisa masih kencang dan montok, di lehernya teruntai kalung emas yang amat serasi dengan kulit pemiliknya yang putih.



Seperti seorang bayi dewasa, pak Nur kembali menetek pada dada Reisa yang kini semakin mengeras oleh gerakan mulut Pak Nur. Reisa semakin tenggelam oleh samudera birahinya sendiri. Kedua tangan pak Nur menahan bahu Reisa agar dapat ia pilin dan beri cupangan di dada mulus itu. Reisa seperti makluk yang amat sensitif akan gairah yang dipancarkan Pak Nur. Pria itu akhirnya merebahkan tubuh indah itu di dipannya. Ia kembali berusaha melepas celana piyama Reisa juga celana dalamnya.tak sulit memang apalagi Reisa sudah tak menolak dan mungkin juga ingin melakukan bersama laki laki tua itu. Kini tubuh dokter itu sudah polos seperti bayi dewasa yang butuh belaian dari laki laki dewasa. Pak Nur pun tak mau kalah, melihat tubuh yang selama ini menjadi khayalannya itu berada di depannya, ia lantas juga melepas semua pakaiannya hingga tak tersisa. Dengan bangga pak Nur ingin agar Reisa merasakan Benda miliknya yang sudah banyak makan korban itu. Memang selama ini Pak Nur bukanlah orang sembarangan, secara luarnya orang hanya tahu ia adalah laki laki tua yang hanya bertugas di pulau itu dan memiliki seorang istri. Namun semua itu adalah karena kepintarannya menutupi yang sebenarnya. Pak Nur yang saat itu sudah berusia kira 54 tahun sudah banyak mengambil korban wanita. Semenjak ia berusia 18 tahun ia telah mencoba berbagai macam wanita untuk di tidurinya. Tak peduli itu anak gadis orang, juga ada istri orang yang bertugas di pulau itu, juga ada guru yang kini sudah pindah, kadang dengan bule wisatawan yang sering datang ke pulau itu juga pernah ia nikmati. Dan saat itu ia dapat menaklukan Reisa bukanlah pekerjaan yang besar baginya.



Dengan pengalamannya selama ini, pak Nur mulai membakar birahi Reisa. Dokter cantik itu hanya merem merasakan birahinya yang dibakar Pak Nur. Sekujur tubuh Reisa kini sedang di jilat bibir kasar laki laki itu. Tanpa melewatkan sedikitpun bagian bagian yang tersembunyi di tubuh dokter itu. Reisa merasakan dirinya semakin terbang di awang awang, berbeda saat ia mengalaminya bersama Jonas dulu. Pak Nur lalu membuka kedua paha Reisa yang terlihat mulai basah oleh keringatnya dan bulu bulu di paha itu membuat Pak Nur semakin yakin Reisa sudah bisa disetubuhi. Pak Nur kembali menjilat payudara Reisa dan sesekali mengigit putingnya. Kemudian lidahnya turun ke arah lepitan liang kelamin dokter itu. Lidah pak Nur dengan lancar masuk liang sempit itu meski sudah tak perawan lagi namun pak Nur masih merasakan jepitannya masih mampu membuat lidahnya tak bebas didalamnya. Reisa semakin terbang di awang awang merasakan tubuhnya semakin tak kuasa menahan birahinya. Tiba tiba ia merasakan sesuatu yang akan keluar dari liang kemaluannya. Memang kini ia sudah orgasme, cairan kewanitaanya dihisap Pak Nur dengan lahap. Reisa semakin tak berdaya, tubuhnya lemah merasakan orgasme itu. Selesai melahap semua cairan yang keluar dari liang Reisa, pak Nur memposisikan diri di antara kedua paha jenjang itu. Tak sulit memang, apalagi saat itu Reisa sudah telentang meresapi kenikmatan yang baru ia rasakan. Pak Nur sadar ia harus kembali memancing gairah Reisa jika ingin menyenggamainya. Perlahan Pak Nur meraba dan memilin kedua payudara yang sudah licin karena keringat sang pemiliknya. Tak lupa Pak Nur mengulum lidah Reisa dan membelitnya.Reisa yang semula hanya pasif merasakan tubuhnya kembali ingin mengikuti kelakuan Pak Nur. Lidah Reisa kini pun membelit lidah Pak Nur. Kedua tubuh bugil itu kini sudah bercampur dan tak dibatasi apapun. Keringat keduanya semakin larut di kulit masing masing.



Reisa kembali terbakar birahi dan siap melakukan apa yang diingini Pak Nur. Reisa tak lagi merasakan kuatir terhadap apa yang kemarin ia intip. Pak Nur membuka kedua paha Reisa dan membukanya. Kedua paha Reisa dilipatkan keatas agar gampang ia masuki. Kini tubuh pak pak Nur sudah sejajar lalu berupaya masuk.Reisa tak mampu melihat usaha pak Nur yang mulai memasuki dirinya itu. Kepala kemaluan Pak Nur perlahan masuk bertahap. Mungkin karena amat besar dan panjang namun Reisa merasakan sedikit geli dan gatal bercampur ngilu.pak Nur memberi sensasi tersendiri pada Reisa. Pertemuan alat kelamin mereka mampu membuat Reisa dapat menerima Pak Nur. Pak Nur ingin merasakan kehangatan yang di berikan lipatan kemaluan Reisa. Perlahan meretas jalan hingga semua batang kokohnya amblas. Reisa masih menutupkan matanya. Pak Nur tak menarik kemaluannya dari liang yang masih ia raskan sempit itu. Kini ia dapat merasakan detak jantung Reisa dan juga nafas berat Reisa dari dekat apalagi mereka telah menyatu. Pak Nur memandang wajah cantik Reisa dari dekat dan dalam hati amat mengaguminya. Ia tak menduga akan dapat merasakan tubuh dokter itu. Nafas berat Reisa membuat pak Nur semakin dalam merasakan bahwa Reisa sudah bisa menerima dirinya seutuhnya.



Bahu, dada, dan leher Reisa yang jenjang sudah basah oleh keringatnya sendiri. Pak Nur menarik pinggulnya perlahan lalu maju menusuk ke celah sempit itu. Reisa merasa ngilu di kemaluanya semakin hilang. Ia malah merasakan amat nyaman berada di dekapan Pak Nur. Kemudian pak Nur secara berulang memaju mundurkan kemaluannya kedalam vagina wanita itu. Masih menutupkan matanya, Reisa menggigit bibir bawahnya merasakan nikmat hubungan saat itu. Hujaman pak Nur amat berbeda dengan yang ia rasakan bersama Jonas dulu. Kedewasaan dan pengalaman pak Nur yang mampu mengontrol emosi membuat Reisa nyaman menikmati persebadanan itu. Kedua tangan Reisa meraih lengan Pak Nur yang kini semakin intens bergerak memberinya kenikmatan. Juga kedua payudaranya bergerak naik turun. Payudara montok Reisa terlihat sangat indah saat itu apalagi saat basah oleh keringatnya.Reisa merasakan kembali orgasme dan mencengkram lengan Pak Nur dengan keras. Pak Nur tahu Reisa telah mencapai kenikmatan, namun ia masih belum apa apa. Pria itu memang amat pintar mengatur tempo persenggamaan. Sampai saat itu Pak Nur masih belum klimaks, padahal Reisa sudah tak kuat lagi merasakan hujaman di dalam rahimnya. Kedua pahanya ia rasakan amat pegal karena terbuka, juga pinggulnya seakan patah. Reisa sempat memohon kepada Pak Nur agar menyudahi saja persenggamaan itu, namun Pak Nur bukanlah orang yang gampang di suruh berhenti jika sudah melakukan sesuatu. Reisa semakin lemah dan tak kuat menerima sodokan di kemaluannya. Benar yang ia lihat malam itu, si wanita memohon agar berhenti dan terlihat sempat pingsan. Reisa tak ingin ia mengalami hal yang sama dengan wanita yang ia saksikan bersebadan dengan pak Nurfea saat itu.



Reisa mengakui Pak Nur memang kuat meskipun sudah tua. Ia masih kalah tenaga dengan laki laki itu, Jonas saja tak mampu seperti itu. Namun rasa orgasme memutus pikirannya saat itu. Reisa orgasme untuk kesekian kalinya. Ia pun meraih lengan Pak Nur dan menarik lehernya keatas agar dapat menciumi bibir tebal laki laki itu. Pak Nur tahu Reisa kembali orgasme dan ia sendiri merasakan akan mearsakan hal yang sama.Dengan tak terlalu cepat pak Nur menghujamkan kemaluannya sedalam mungkin ke liang rahim Reisa dan melepaskan spermanya di dalamnya. Pak Nur baru bisa klimaks setelah hampir beberapa menit menggauli Reisa. Reisa merasakan ada rasa hangat di celah kemaluannya. Pak Nur masih berada diatas tubuh Reisa tanpa melepaskan kemaluannya. Kedua tangannya membelai wajah dan dada Reisa. Ia merasakan amat puas bersebadan dengan Reisa. Reisa hanya memandang wajah Pak Nur dari bawah dengan pandangkan sendu seolah kehabisan tenaga. Memang tenaganya terkuras habis saat bersebadan dengan laki laki tua itu. Seiring waktu kemaluan Pak Nur kembali kesosok semula dan terlepas dari jepitan liang Reisa. Saat itu barulah Pak Nur merebahkan tubuhnya di samping Reisa.



Kedua tubuh telanjang itu akhirnya tertidur dengan saling berpelukan. Jika ada yang melihat merasa janggal sebab laki laki yang memeluk wanita itu memang sudah tua dan tak pantas bersama wanita muda yang dokter itu. Namun yang terjadi dikamar itu adalah pemandangan yang telah biasa bagi Pak Nur. Di dipannya itu sudah sering ia mengeksekusi wanita yang ia inginkan memenuhi hasrat seksnya, tak terkecuali Reisa. Paginya Pak Nur bangun lebih dahulu dan menyuruh seseorang memasak makanan sebab ia akan mengajak Reisa makan pagi setelah tenaga keduanya terkuras oleh permainan semalam. Pagi itu mereka berdua makan pagi dan sebelumnya mandi. Sebelum berangkat kembali ke pulau, mereka masih menyempatkan berhubungan badan. Sejak berhasil meniduri Reisa, Pak Nur makin mudah untuk menikmati kehangatan tubuh dokter cantik itu kapanpun ia mau. Kini Reisa dan pak Nur sudah seperti suami istri yang bebas melakukan hubungan meski di ketahui Bu Nur. Selain di rumah, mereka pernah melakukannya di ruang praktek, di hutan, di pantai yang sepi, atau di tempat-tempat lain.

By: Heaven12314



© Karya Heaven12314