Cerita ini bermula ketika aku dan istriku sudah membina rumah tangga selama 2 tahun. Aku bernama Tommy dan Istriku bernama Audrey, umurnya saat ini 27 tahun, berwajah cantik, kulitnya putih, tinggi badan sekitar 165cm, rambutnya sedikit lebih panjang dari bahu. Kehidupan kami berumah tangga sangatlah baik, kami termasuk keluarga yang mapan. Sebagai istri, Audrey adalah istri yang baik, ia adalah seorang wanita yang alim dan sopan. Untuk urusan ranjang, Audrey dapat dikatakan bukanlah seorang ahli, laki-laki pertama yang menidurinya adalah aku yaitu pada saat malam pengantin kami. Dua tahun kehidupan perkawinan kami berjalan baik-baik saja, kami belum mempunyai keturunan, mungkin kekurangannya adalah kehidupan seks kami terlalu biasa-biasa saja. Kami mungkin hanya berhubungan badan sekali dalam 2 minggu dan itupun hanya dengan cara yang sangat konvensional yaitu posisiku di atas dan dia di bawah. Audrey tidak menyukai atau bahkan dapat dikatakan tidak mau dengan gaya lain selain gaya konvensional tersebut. Entah kenapa setelah 2 tahun berumah tangga, pada waktu berhubungan badan dengan Audrey, aku selalu membayangkan Audrey sedang disetubuhi laki-laki lain, dan hal tersebut terus berulang sampai-sampai pada saat sedang tidak berhubungan badanpun dengan Audrey aku selalu memikirkan bagaimana rasanya melihat Audrey disetubuhi laki-laik lain. Aku bekerja di sebuah perusahaan multi-nasional, bossku adalah seorang warga negara China, umurnya sekitar 59 tahun, badannya sangat gemuk dan kepalanya sudah mulai botak, hanya tinggal rambut-rambut tipis menutupi bagian kepala belakangnya. Bossku ini, namanya Wen sangatlah baik kepadaku, dapat dibilang akulah tangan kanannya di Indonesia. Orangnya suka bergurau masalah-masalah seks. Wen sering sekali menanyakan kabar Audrey, memang sudah beberapa kali Wen bertemu dengan Audrey dalam acara-acara kantor, terlihat sekali dia sangat tertarik pada Audrey yang memang sangat cantik dan menggiurkan banyak laki-laki. Suatu ketika Wen menanyakan kehidupan rumah tanggaku, seperti biasa dia menanyakan kabar Audrey dan menanyakan mengapa sampai saat ini kami belum mempunyai keturunan dan apakah hal tersebut disengaja karena memang belum menginginkan keturunan. Mendengar pertanyaan tersebut, akupun menjawab bahwa sebenarnya aku dan Audrey menginginkan keturunan tapi memang belum berhasil mendapatkannya.
“Mungkin cara kamu salah Tom, berapa kali kamu berhubungan badan dengan istrimu dalam seminggu” Tanya Wen kepadaku.
“Yah sekitar sekali dalam 2 minggu dan pada saat istriku dalam keadaan subur” jawabku singkat.
“Waah, mungkin kamu harus periksa ke dokter tuh, dokter ahli kandungan dan dokter ahli jiwa. Kenapa ke dokter ahli jiwa? Karena kamu punya istri cantik tapi hanya ditiduri sekali dalam 2 minggu atau pada saat subur saja. Kalau Audrey itu istriku, pasti aku tiduri dia tiap hari dan berkali-kali” candanya kepadaku.
Mendengar hal tersebut, entah setan apa yang menghinggapi diriku, timbul sebuah ide dalam benakku.
“Mr. Wen mau tidur dengan istriku? Bilang saja terus terang” celotehku.
Mendengar perkataanku muka Wen terlihat kaget dan tidak percaya.
“Kalau saya bilang memang sangat mau bagaimana?” katanya memancingku.
“Ya boleh saja” sahutku.
Kemudian aku menceritakan kepada Wen bahwa akhir-akhir ini aku selalu membayangkan aku menyaksikan Audrey ditiduri laki-laki lain, dan aku juga menjelaskan bahwa mungkin pikiranku ini hanya akan jadi khayalan semata mengingat betapa alimnya Audrey. Ternyata gayung bersambut. Wen menjelaskan dan meyakinkan kepadaku bahwa sebenarnya tidak ada wanita yang alim dalam seks, wanita hanya memerlukan pancingan dan pengaturan “permainan” dari laki-lakinya untuk membangkitkan nafsu yang ada dalam dirinya. Wen kemudian mengatakan bahwa dirinya akan dengan senang hati membantu khayalanku menjadi kenyataan kalau memang aku mempercayainya. Mendengar itu akupun langsung mengiyakan. Wen kemudian memastikan lagi apakah aku tidak akan apa-apa kalau dirinya meniduri Audrey dan menanyakan apakah aku meminta imbalan sesuatu dari dirinya agar dia diperbolehkan meniduri Audrey. Aku menjawab bahwa aku tidak meminta apa-apa, aku hanya minta diperbolehkan untuk melihat dan menonton Wen meniduri Audrey.
“Hahaha…rupanya kamu sudah ingin sekali melihat istrimu ditiduri laki-laki lain ya” candanya kepadaku.
“Ya begitulah”, jawabku singkat.
“Oke, kalau begitu jumat depan bawa istrimu ke villa xxx di puncak pada pukul 8.00 pm” sahut Wen sambil menunjukan ancer-ancer dimana villa itu berada.
Pukul 8 malam aku dan Audrey telah berada di depan villa yang dimaksud oleh Wen. Audrey memakai gaun malam panjang. Wajahnya terlihat sangat cantik dengan sapuan make-up tipis. Badannya tetap terlihat menawan meskipun ditutupi oleh gaun malam yang panjang. Seorang pelayan yang rupanya bertugas menyambut tamu mempersilahkan kami masuk ke ruang tengah. Villa tersebut sangatlah besar ditengah perkebunan teh dengan halaman belakang dengan kolam renang dan jacuzzi. Ruang tengah villa tersebut sangatlah besar dan telah disulap menjadi diskotik dengan lagu house music yang berdentum keras. Sudah banyak tamu lain baik wanita maupun laki-laki yang telah datang lebih dahulu daripada kami. Semua tamu kelihatannya adalah teman-teman Wen, mereka adalah sesama pengusaha China daratan yang ada di Indonesia, rata-rata mereka berusia di atas 50 tahun. Aku tidak melihat satupun rekan kerjaku di kantor yang datang, mungkin karena memang tidak diundang. Melihat kami, Wen menyambut aku dan Audrey dengan ramah. Wen kemudian mempersilahkan kami menikmati pesta yang diadakannya dan menjelaskan kepada kami bahwa pesta ini diadakan untuk networking sesama pengusaha China daratan di Indonesia. Kemudian Wen meninggalkan aku dan Audrey dan mempersilahkan kami untuk memesan minuman langsung ke bar di pojok ruang tengah. Kamipun menuju bar untuk memesan minuman. Audrey memesan segelas jus buah dan aku segelas bir, dan kamipun menikmati pesta tersebut dan berbincang-bincang dengan tamu-tamu yang lain. Sekitar satu jam kemudian, yaitu tidak beberapa lama setelah Audrey menghabiskan jus buahnya, aku melihat terjadi perubahan pada diri Audrey. Audrey mulai menikmati lagu house music di ruangan tersebut dan mulai menggerakan badannya mengikuti alunan house music. Wen kemudian mendekati kami dan mengajak Audrey ke dance floor. Audrey tanpa meminta ijin dariku mengikuti Wen ke dance floor dan mulai menari dan berdansa dengan Wen. Aku melihat teman-teman Wen baik wanita dan laki-laki semuanya mendekat kepada Wen dan Audrey dan kemudian menari bersama. Sedangkan aku hanya duduk disofa dan menonton sambil meminum birku. Pesta berlangsung meriah, tidak terasa 3 jam sudah berlalu. Audrey masih menari dan berdansa dengan tamu-tamu lainnya. Aku melihat sudah beberapa gelas minuman yang ditawarkan kepada Audrey dan dihabiskannya. Kemudian 3 tamu wanita mengajak Audrey ke lantai atas villa, aku berusaha mengikuti tapi tiba-tiba tangan Wen mencegahku di kaki tangga menuju lantai atas.
“Biarkan saja, kamu harus mengikuti semua arahan saya kalau mau rencana kita berjalan lancar” kata Wen kepadaku.
2 jam telah berlalu semenjak Audrey naik ke lantai atas villa, tamu-tamu sudah banyak yang pulang, ketika tiba-tiba Wen memanggilku.
“Ayo ke atas” ajak Wen kepadaku. Akupun mengikuti Wen ke lantai atas bersama 4 tamu pria yang lain yang aku tidak tahu namanya.
Di lantai atas, Wen membimbing kami ke dalam sebuah kamar. Kamar tersebut sangatlah besar lengkap dengan segala furniture mewah, dan tepat ditengah kamar terdapat tempat tidur king size dengan sprei berwarna merah marun dengan TV LCD yang sangat besar menempel di dinding dan menghadap ke tempat tidur tersebut. Sebuah connecting door yang tertutup telihat di salah satu sisi ruangan itu menandakan kamar tersebut tersambung dengan kamar yang lain. Audrey dan 3 tamu wanita sudah berada di kamar tersebut, mereka sedang berbincang-bincang dengan akrab.
“Nah, ini kamar buat Tommy dan Audrey, yang lain ayo ikut saya, akan saya tunjukan kamar masing-masing” kata Wen sambil mempersilahkan tamu-tamu yang lain keluar dari kamar itu.
“Selamat malam dan selamat tidur, besok kita pulang ke Jakarta” kata Wen kepadaku dan Audrey sambil meninggalkan kami berdua di kamar tersebut.
Aku tidak tahu apa rencana Wen jadi aku hanya mengikuti saja apa yang diinstruksikannya. Setelah membersihkan badan, aku dan Audreypun naik ke tempat tidur. Beberapa saat kami mencoba tidur namun tidak bisa. Aku masih bingung dengan apa yang akan terjadi, mengapa Wen tidak melakukan apapun juga, sedangkan Audrey terlihat gelisah tidak tahu apa penyebabnya. Tiba-tiba Audrey memalingkan wajahnya kepadaku dan memelukku. Tanpa berkata apa-apa dia menciumku dan aku balas ciumannya.
Beberapa saat kami berciuman, Audrey berkata “Buka bajunya Tom, aku kepengen nih”.
Sedikit kaget aku melihat Audrey menjadi agresif, tidak biasanya Audrey mengajak aku melakukan hubungan badan, biasanya aku yang selalu mengajaknya.
“Mungkin ini akibat minuman yang diberikan Wen di pesta” pikirku.
“Mungkin ini ada kaitannya dengan rencana Wen” pikirku lagi.
Maka akupun menuruti apa yang diinginkan Audrey. Akupun melepaskan seluruh pakaianku dan kemudian aku melepaskan seluruh pakaian Audrey sehingga kami berdua telanjang bulat. Aku dan Audrey berciuman, berpelukan dan melakukan foreplay, namun meskipun telah beberapa saat melakukan foreplay, aku menyadari sesuatu hal yang aneh, kemaluanku tidak dapat berdiri dan mengencang.
“Ini pasti karena bir yang diberi oleh Wen, dia pasti mencampur sesuatu pada birku” pikirku dalam hati.
Kami mencoba segala macam gaya foreplay, namun meskipun sudah lebih dari 1 jam teta kemaluanku tidak dapat berdiri.
Audrey terus mencoba membangunkan kemaluanku, namun tetap tidak berhasil. Raut frustasi nampak di wajahnya. Terlihat sekali Audrey ingin berhubungan badan, gejolak dalam dirinya sudah tidak tertahankan lagi, namun keinginannya tidak dapat terpenuhi karena kemaluanku tidak bisa berdiri dan mengeras. Kami terus mencoba, namun tetap tidak berhasil. Wajah Audrey semakin terlihat frustasi, namun nafsu seksnya masih menggebu-gebu bahkan aku lihat tiap menit semakin bertambah. Tiba-tiba connecting door kamar kami terbuka dan Wen masuk ke dalam kamar kami dengan hanya menggunakan jubah tidur. Aku dan Audrey sangat kaget. Audrey langsung menyembunyikan tubuhnya di bawah selimut.
“Maaf, mungkin saya bisa membantu kalian” kata Wen tiba-tiba.
“Pak Wen, harap keluar dari kamar kami” sahut Audrey dengan sedikit membentak.
Wen bukannya keluar kamar kami, tapi malah duduk dipinggir tempat tidur kami dan berkata “Saya melihat suamimu sedang dalam masalah, saya hanya ingin membantu”
“Apa maksudnya? Jangan kurang ajar!” sahut Audrey dengan keras.
“Tenang, saya hanya ingin membantu. Kita akan berpesta malam ini” kata Wen tegas.
Aku melihat Audrey sedikit takut mendengar bentakan Wen.
“Coba kita tanya suamimu apa pendapatnya” bentak Wen lagi kepada Audrey.
Aku sekarang menyadari inilah rencana Wen untuk dapat meniduri Audrey. Dan aku ingin sekali melihat Audrey ditiduri pria lain, maka akupun mengikuti permainan Wen.
“Terserah apa maunya Pak Wen, kami akan menuruti” kataku kepada Wen.
“Tom, aku tidak mau, apa-apan in….” Audrey belum menyelesaikan kata-katanya, tiba-tiba Wen menarik selimut yang menutupi tubuh Audrey dan dengan cekatan tangan kanannya memegang kedua tangan Audrey dan menariknya ke atas kepala Audrey, sedangkan tangan kirinya menangkap kedua kaki Audrey.
Wen kemudian memerintahkanku untuk memegang pergelangan kedua kaki Audrey dan membukanya lebar-lebar. Akupun menuruti sehingga posisi Audrey sekarang tiduran dalam dalam bentuk menyerupai Y terbalik.
“Tom, jangan bantu dia tapi bant…..uuggghhh…..” terhenti kata-kata Audrey ketika Wen mulai menciumi kedua payudaranya berukuran pas sesuai dengan ukuran badannya, sedangkan tangan kiri Wen yang bebas sudah menggerayangi vagina Audrey.
“Mmmhh… saya tahu kamu sudah nafsu berat, jangan melawan, nikmati saja” bisik Wen kepada Audrey sambil terus menjilati kedua payudara Audrey.
“Tom, apa yang kamu lakukan” desah Audrey sambil memandang sayu kepadaku.
Aku tidak menjawab atau lebih tepatnya pura-pura tidak mendengar. Terlihat dimuka Audrey bahwa dia sudah sangat terangsang karena ciuman dan jilatan-jilatan Wen dikedua payudaranya serta tangan kiri Wen yang memainkan klitorisnya. 15 menit diperlakukan demikian oleh Wen, Audrey mulai mengeluarkan erangan-erangan dan rintihan-rintihan pelan, perut dan pinggangnya mulai bergerak mengikuti irama permainan jari wen di klitorisnya. Mata Audrey semakin sayu, matanya mulai merem melek. Kemudian Wen menghentikan ciumannya di kedua payudara Audrey dan berkata “Gimana Tom, kamu lihat sendiri istrimu mulai menikmatinya”
“Sebentar lagi dia akan menikmati malam yang paling menakjubkan bagi dirinya” tambah Wen sambil tetap memaikan klitoris Audrey dengan jarinya.
“Coba kamu pangku istrimu di pinggir kasur, pegang dan buka kakinya lebar-lebar. Aku ingin menikmati vagina istrimu yang sudah basah ini” perintah Wen kepadaku kemudian.
Aku menuruti apa yang diperintahkan Wen. Aku angkat Audrey dan aku duduk dipinggir kasur sambil memangku Audrey. Aku pegang dan buka kaki Audrey lebar-lebar sehingga sekarang Audrey posisinya dipangku olehku dan mengangkang lebar sehingga menyerupai huruf “M”. Audrey sudah tidak melawan lagi, tubuhnya yang lemas menuruti apa yang aku lakukan terhadapnya. Audrey hanya memandangku sayu tanpa berkata apa-apa lagi. Kemudian Wen berlutut dilantai dipinggir kasur. Wen memandang Audrey dan berkata
“Wow indah sekali vaginamu Audrey, pasti banyak laki-laki yang ingin memcobanya”.
Audrey hanya memandang Wen dengan sayu dan tidak menjawab. Wen kemudian mulai menjilati vagina Audrey yang disertai erangan dari Audrey. Audrey hanya bisa memandang Wen menjilati vaginanya, Audrey mulai menggigit bibirnya sendiri tanda dia makin terangsang, kadang-kadang dia memandangku seakan-akan untuk memastikan bahwa aku tidak apa-apa kalau dia terangsang oleh pria lain. Kemudian tangan Wen membuka vagina Audrey dengan tangan kirinya. Hal ini membuat Audrey yang sedang memandang sayu kepadaku kaget dan melihat ke bawah kearah vaginanya.
“Jangan…” desah Audrey pelan.
“Tenang cantik… ini akan enak sekali” sahut Wen dengan kasar dan tegas.
Kemudian Wen memasukkan kedua jarinya ke dalam vagina Audrey dan menggerakkannya keluar masuk dan memutar disertai jeritan kecil Audrey. Lalu kembali menjilati vagina Audrey dan memainkan klitoris Audrey dengan lidahnya tanpa menghentikan kegiatan jarinya di vagina Audrey.
Erangan-erangan dan rintihan-rintihan Audrey semakin keras, badan dan pinggulnya bergerak mengikuti permainan Wen di vaginanya. 15-30 menit diperlakukan demikian oleh Wen, Audrey terlihat mulai mendekati orgasmenya, erangannya semakin keras, goyangan badannya juga semakin keras dan tidak beraturan. Sampai pada akhirnya tubuh Audrey mengejang hebat, matanya tertutup rapat dan kepalanya mendongak ke atas.
“UUUGGGHHHHH…….” erang Audrey keras menandakan dia mengalami orgasme yang hebat. Cairan keluar dari vaginanya, cairan tersebut sedikit memuncrat. Tidak pernah kau melihat Audrey mengalami orgasme yang sedemikian hebat, apalagi hanya karena dijilati vaginanya. 3 menit lamanya Audrey dipuncak orgasme. Namun anehnya setelah orgasmenya berlalu Audrey tidak lemas, matanya malah berbinar dan wajahnya tersenyum nakal kepada Wen.
“Istrimu sudah siap disetubuhi. Obat yang saya berikan dalam minumannya bekerja dengan baik dan cocok untuk dirinya. Istrimu siap untuk bersetubuh sepanjang malam. Setiap habis orgasme badannya akan terasa semakin segar dan nafsu seksnya semakin menggila” kata Wen menjelaskan kepadaku karena melihat aku heran dengan keadaan Audrey.
“Sekarang kamu, duduk saja di sofa itu dan menonton istrimu kusetubuhi. Aku lihat kemaluanmu mulai bisa bangun lagi, artinya obat yang kucampur di birmu mulai hilang, sehingga kamu bisa menikmati tontonan yang akan aku dan istrimu berikan spesial untukmu” perintah Wen kepadaku.
Aku menuruti Wen dan pindah ke sofa di samping tempat tidur. Wen mengangkat tubuh Audrey dan menelentangkannya di tengah tempat tidur. Wen kemudian melepaskan baju tidurnya. Ternyata di balik baju tidur tersebut Wen sudah tidak mengenakan apapun lagi, sehingga sekarang Wen dan Audrey berdua telanjang bulat di kasur. Audrey terlihat kaget melihat penis Wen. Penis Wen sangat besar, panjang, tebal dan berurat. Kemudian Wen mendekati kepala Audrey. Wen berlutut mengangkangi muka Audrey. Tangan kirinya mulai meraih vagina Audrey. Audrey yang merasa ada tangan di vaginanya langsung membuka kakinya lebar-lebar. Wen mengarahkan penisnya yang besar ke mulut Audrey, dan Audreypun tanpa diperintah membuka mulutnya lebar-lebar, dan Wen kemudian mulai memasukkan kemaluannya yang besar keluar masuk mulut Audrey yang mungil. Terlihat mulut Audrey kesulitan untuk menerima penis yang besar itu, namun Wen dengan sedikit kasar memaksakan penisnya keluar masuk mulut Audrey. Terlihat mulut Audrey penuh oleh penis Wen. Audrey kelihatan kepayahan namun tetap berusaha mengikuti maunya Wen. Kemudian Wen memerintahkan Audrey menjulurkan lidahnya keluar dengan tetap membuka mulutnya, dan Audrey menuruti apa maunya Wen, sehingga sekarang penis Wen keluar masuk mulut Audrey dan lidah Audrey menjilati batang penis Wen.
Sungguh suatu hal yang menakjubkan yang terjadi di depan mataku. Audrey yang biasanya paling tidak mau melakukan oral seks sekarang menuruti kemauan pria tua gendut yang sebenarnya tidak begitu dikenalnya. 10 menit kemudian penis Wen sudah terlihat sangat kencang, kemudian Wen menurunkan badannya dan mengarahkan penisnya ke vagina Audrey. Mengetahui apa yang akan dilakukan Wen, Audrey membuka makin lebar kedua kakinya. Wen kemudian dengan perlahan memasukkan penisnya yang besar ke dalam vagina Audrey secara perlahan. Audrey terlihat menahan sakit ketika penis Wen mulai memasuki vaginanya, namun raut mukanya segera berubah menjadi raut muka takjub ketika penis Wen telah seluruhnya masuk ke vaginanya. Mungkin Audrey tidak menyangka vaginanya dapat menampung seluruh penis Wen yang sangat besar dan panjang itu. Setelah penis Wen masuk seluruhnya ke dalam vagina Audrey, Wen tidak langsung menggenjotnya, namun Wen menunggu beberapa saat agar Audrey terbiasa dengan penisnya yang besar di dalam vaginanya. Satu menit kemudian Wen mulai menggerakkan penisnya keluar sampai hanya tinggal kepala penisnya di dalam vagina Audrey, kemudian Wen memasukkan seluruh penisnya kembali secara perlahan ke dalam vagina Audrey dan hal tersebut dilakukannya berulang-ulang dengan menambah tempo iramanya makin lama makin cepat. Audrey terlihat sangat menikmati permainan dan gerakan Wen, matanya berbinar, erangan-erangan kecil keluar dari mulutnya yang mungil, pinggulnya bergerak mengikuti irama permainan Wen dan kadang-kadang Audrey menciumi dada Wen yang ditumbuhi bulu sangat lebat itu. Tempo permainan dan genjotan penis Wen di dalam vagina Audrey semakin cepat, racauan Audrey semakin kencang, matanya merem melek menikmati genjotan-genjotan penis Wen di vaginanya. Wen yang mengetahui Audrey sangat menikmati persetubuhannya makin mempercepat gerakannya. Wen menciumi, menjilati dan sedikit menggigit puting kedua payudara Audrey secara bergantian. Audrey diperlakukan demikian semakin hanyut dalam nafsu birahinya, racauannya semakin keras lagi, mulutnya terbuka, matanya terpejam dan kedua tangannya meremas-remas sprei tempat tidur. 20 menit kemudian tubuh Audrey, Audrey, mulai mengejang, tanda dia akan mengalami orgasme yang hebat.
“Terus…terus…jaaanngaan berheen..ti” teriakan kecil keluar dari mulut Audrey.
Kemudian badannya mengejang hebat sampai badannya melengkung ke belakang, kedua kakinya diapitkan di pinggul Wen dan kedua tangannya merangkul leher Wen dengan kencang.
“OOOOhhhhh……” lolong Audrey ketika dia dipuncak orgasmenya, dan kemudian badannya sedikit melemas dan Audrey langsung menciumi bibir Wen dan mereka berdua berciuman dengan ganasnya, lidah Audrey dan lidah wen saling berpautan, hal yang tidak pernah dilakukan Audrey terhadapku.
Melihat adegan live Audrey dan Wen membuat penisku menegang dengan keras. “Akhirnya kahayalanku menjadi kenyataan” pikirku dalam hati.
Setelah beberapa menit berciuman, Wen kemudian memindahkan posisi Audrey sehingga Audrey sekarang tiduran sambil menyamping menghadap ke arah diriku di sofa. Tanpa memgeluarkan penisnya dari vagina Audrey. Wen memindahkan tubuhnya ke belakang Audrey sehingga sekarang mereka berdua tidur menyamping menghadap diriku dengan Audrey didepan dan Wen di belakangnya. Wen kemudian melanjutkan genjotan penisnya yang sangat besar itu di vagina Audrey. Tangan kiri Audrey dilipatnya ke belakang sehingga tangan kiri Wen dapat dengan bebas memijat-mijat kedua payudara Audrey. Wen menggenjot penisnya dalam vagina Audrey dengan cepat, tangan kirinya bergantian memijat kedua payudara Audrey dan klitoris Audrey. Audrey kembali tenggelam dalam nafsu seksnya, matanya terlihat sayu, mulutnya terbuka sedikit dan tanpa sadar Audrey mengangkat kaki kirinya ke atas, sehingga terlihat olehku vaginanya yang mungil penuh sesak oleh penis Wen yang besar dan panjang itu. Sekitar 40 menit Wen telah menyetubuhi Audrey dengan gaya menyamping, gerakan-gerakannya semakin ganas. Audrey tergoncang-goncang dengan hebatnya, racauan-racauan Audrey sudah berubah menjadi terikan-teriakan kenikmatan. Gelombang demi gelombang orgasme melanda Audrey, namun Wen masih dengan semangatnya menyetubuhi Audrey dan belum ada tanda-tanda bahwa Wen akan orgasme, sedangkan aku saja sudah dua kali mengalami orgasme melihat Audrey disetubuhi oleh Wen dengan ganasnya. Wen yang belum puas dengan Audrey kembali mengubah posisi Audrey lagi. Kali ini Audrey dimintanya tengkurap menungging dengan kepala menghadap diriku di sofa, dan kemudian Wen menyetubuhi Audrey dengan gaya doggy style, hal mana yang belum pernah dilakukan oleh diriku dan Audrey karena Audrey selalu menolaknya, namun dengan Wen, Audrey dengan senang hati menurutinya. Wen menggenjot vagina Audrey dari belakang dengan tempo yang berubah-ubah, kadang cepat sekali dan secara tiba-tiba memelankan genjotannya seperti slow motion dan kemudian cepat lagi. Hal ini membuat Audrey semakin tidak bisa mengontrol dirinya, kepalanya tertunduk dan bergerak ke kanan kiri tidak beraturan. Tangan Audrey kembali meremas-remas sprei tempat tidur dengan kencangnya, racauan-racauan dan teriakan-teriakan Audrey semakin membahana di kamar itu.
Kemudian tangan kiri Wen meraih rambut Audrey, menjambaknya dan menariknya ke belakang sehingga kepala Audrey mendongak ke atas. Genjotan penis Wen dalam vagina Audrey masih dalam tempo yang berubah-ubah, tangan kanan Wen kadang-kadang menampar kedua pantat Audrey bergantian. Kepala Audrey terdongak ke atas, kedua matanya terpejam rapat dan mulutnya terbuka lebar. Audrey sudah tidak dapat lagi bergerak mengikuti permainan Wen, tubuhnya hanya tergoncang-goncang keras karena sodokan-sodokan penis Wen ke dalam vaginanya. Gelombang-demi gelombang orgasme kembali melanda Audrey. Setiap mengalami orgasme tubuh Audrey mengejang untuk beberapa menit dan dari vaginanya sedikit memuncratkan cairan kewanitaannya, hal mana tidak pernah terjadi apabila Audrey bersetubuh denganku. Setiap setelah mengalami orgasme, tubuh Audrey terlihat melemas untuk beberapa saat, namun tidak lama kemudian terlihat tubuh Audrey menjadi segar kembali dan siap menerima genjotan-genjotan ganas penis Wen yang besar di dalam vaginanya. “Ini pasti karena obat yang diberikan Wen dalam minuman istriku” pikirku dalam hati melihat stamina Audrey yang sangat kuat malam itu. Kedua tangan Wen kemudian meraih kedua tangan Audrey dan menarikanya ke belakang, sehingga tubuh Audrey sedikit terangkat ke atas dengan kedua lututnya masih bertumpu pada kasur, dan Wen menggerakan penisnya yang besar keluar masuk secara pendek-pendek dan dalam tempo yang sangat cepat pada vagina Audrey. Teriakan-terikan nikmat Audrey semakin gencar karena diperlakukan demikian, mata Audrey masih tertutup rapat dengan mulut terbuka lebar.
“Buka matamu Audrey dan pandang suamimu!” perintah Wen dengan tegas.
Audrey menuruti apa yang diperintahkan Wen sehingga Audrey sekarang melihat diriku duduk di sofa sambil bermastrubasi.
“Lihat Audrey, suamimu sangat menikmati melihat kamu disetubuhi pria lain” sahut Wen kepada Audrey.
“Kamu suka disetubuhi pria lain?” Tanya Wen kepada Audrey.
Audrey tidak menjawab, mungkin dia malu, namun raut wajahnya tidak bisa membohongi diriku. Terlihat sekali dia sangat menyukai dan menikmati persetubuhannya dengan Wen.
“Jawab!!!” hardik Wen dengan tiba-tiba kepada Audrey sambil mempercepat genjotan penisnya dalam vagina Audrey.
“Aaagh….suu…ka….” sahut Audrey dengan terbata-bata karena sambil menikmati penis Wen dalam vaginanya.
“Enakan mana Audrey? suamimu atau saya” tanya Wen lagi sambil penisnya menggenjot dengan kasar vagina Audrey.
“Ee..naa….enak saaamaa pak…uughhh….wen” jawab Audrey sambil mengerang-erang kenikmatan.
“Mau kamu saya setubuhi kapan saja saya mau” tanya Wen lagi dengan kasar.
“Maaa…..uuuuu….ppaak weeen….” jawab Audrey sambil tubuhnya mengejang tanda Audrey mengalami orgasme lagi.
Dengan tetap memegang kedua tangan Audrey ke belakang, Wen menghentikan gerakannya untuk beberapa saat dan membiarkan Audrey menikmati orgasmenya. Setelah beberapa saat Wen kembali menggenjot vagina Audrey dengan kencang, membuat nafsu seks Audrey kembali bergelora. Benar-benar takjub aku melihat adegan demi adegan yang dipertontonkan Audrey dan Wen. Audrey yang cantik dengan kulitnya yang putih mulus dengan setia melayani nafsu binatang seorang tua bangka bermuka jelek dan berperut gendut.
“Audrey, lihat suamimu sangat menikmati kamu disetubuhi olehku. Boleh suamimu menonton setiap kali kamu saya setubuhi?” tanya Wen dengan sedikit nada memerintah kepada Audrey.
“Boo…leehhh….aaagghh….paak…ugg ghhh…wen” jawab Audrey sambil meracau kenikmatan.
Melihat Audrey menurut dan tunduk sepenuhnya pada Wen membuat penisku kembali memuncratkan sperma untuk kesekian kalinya dan sedikit mengenai bibir atas Audrey. Melihat hal itu Wen memerintahkan Audrey menjilat dan menelan spermaku yang menempel dibibir atasnya, dan yang menakjubkan adalah tanpa pikir panjang Audrey menuruti apa yang diperintahkan Wen padahal aku tahu Audrey biasanya paling jijik dengan sperma apalagi harus menjilat dan menelannya. 20 menit sudah semenjak aku mencapai orgasmeku. Aku sudah terlalu capek untuk bermastrubasi lagi, namun Audrey masih dihajar vaginanya dengan ganas dari belakang oleh Wen dan Audrey sudah mengalami orgasme-orgasme yang sangat dahsyat. Beberapa saat kemudian Wen terlihat mulai akan orgasme. Rupanya Audrey menyadarinya.
“Uugh…aaghhh…pak wen…jaaa…ngaaan…keluar aaggghh… di dalam” pinta Audrey sambil mengerang-erang kenikmatan.
“Naaan…tiii aaaggghhh…saya….hamil….” tambah Audrey lagi dengan tetap merintih-rintih penuh nikmat.
“Kalau tidak boleh di dalam, berarti harus keluar di mulutmu ya Audrey, dan harus ditelan semua tidak boleh ada yang tercecer keluar” kata Wen kepada Audrey.
“Iii…yaaaaa….paaak weeeeen……di mulut saya…AAAAGHHHHH, adduuuuhhhhh niiikkmaaattt sekali pak weeeeennn…aampunnnn…nikmat……” teriak Audrey sambil orgasme lagi.
Kemudian Wen membalikkan tubuh Audrey sehingga Audrey terlentang di kasur. Wen kembali mengangkangi Audrey dan menjambak rambut Audrey dengan kasar dan memasukkan penisnya yang besar ke dalam mulut Audrey.
“Telan…telan semua…jangan sampai ada yang keluar” perintah Wen kepada Audrey.
Terlihat penis Wen yang besar berdenyut dengan keras, sedangkan mulut Audrey menghisap-hisap penis Wen dan terlihat tenggorokan Audrey bergerak-gerak tanda Audrey sedang menelan sesuatu dalam jumlah yang banyak. Wen menumpahkan seluruh spermanya ke dalam mulut Audrey dan Audrey menelan setiap tetes sperma Wen yang masuk ke dalam mulutnya. Setelah beberapa saat Wen mengeluarkan penisnya yang besar dari mulut Audrey.
“Bersihkan…jilat sampai bersih…!” kembali Wen memerintahkan Audrey yang langsung dituruti oleh Audrey.
Selagi Audrey menjilat-jilati penis dan biji Wen, Wen bertanya kepadaku “Boleh pinjam istrimu malam ini? Aku terkesiap mendengar permintaan Wen. Aku tidak percaya dengan apa yang aku dengar.
Melihat aku tidak menjawab, Wen berkata lagi kepadaku “Audrey kelihatannya sangat menyukai aku setubuhi, dan obat yang aku berikan kepadanya masih bekerja, sehingga Audrey masih ingin dipuaskan nafsu seksnya.
“Bagaimana Audrey” tanya Wen kemudian kepada Audrey. Audrey sambil tetap menjilati penis Wen hanya mengangguk-anggukan kepalanya tanda membenarkan apa yang dikatakan Wen kepadaku.
Melihat Audrey memberikan persetujuannya maka akupun mengiyakan permintaan Wen. Wen kemudian menyruh Audrey pindah ke kamar sebelah dan Audrey menuruti permintaan Wen.
“Tom, kamu istirahat saja di kamar ini, aku dan Audrey ada di kamar sebelah. Connecting door akan tetap terbuka, sehingga kapan saja kamu ingin melihat istrimu disetubuhi olehku, kamu dapat masuk ke kamar sebelah’ kata Wen kepadaku.
Aku hanya mengganggukan kepala tanda setuju, dan kemudian Wen meninggalkan aku dikamar sendirian dan Wen pindah ke kamar sebelah menyusul Audrey. Aku sudah terlalu capek untuk membersihkan badan atau berpakaian. Aku langsung naik ke tempat tidur dan menyelimuti tubuhku dengan selimut yang masih sedikit basah bekas cairan kewanitaan Audrey….dan beberapa saat kemudian mulai terdengar rintihan-rintihan nikmat Audrey dari kamar sebelah menandakan Wen dan Audrey sudah mulai lagi dengan persetubuhan mereka…namun aku terlalu capek untuk beranjak dari kasur….dan kemudian terlelap….
Sinar Matahari tepat jatuh dimataku, ketika aku mulai bangun dari tidurku. Melihat posisi matahari dari jendela kamar itu, aku menyadari bahwa hari telah siang. Aku gerakan badanku dikasur untuk membangunkan diriku. Keadaanku masih telanjang bulat dan aku masih terkesima dengan apa yang telah terjadi tadi malam. Rintihan-rintihan dan erangan-erangan nikmat Audrey dari kamar sebelah, membuat diriku terbangun dari lamunanku.
“Ah, gila mereka, apa mereka masih bersetubuh terus” pikirku dalam hati.
“Apakah mereka melakukan persetubuhan secara non-stop sepanjang malam?” pikirku lagi.
Rasa lapar mulai terasa diperutku, dan aku mulai berpakaian. Rintihan-rintihan nikmat Audrey di tidak menggugahku untuk ke kamar sebelah. Namun ketika kakiku melangkah ke pintu kamar karena aku ingin ke dapur mencari makan, terdengar kegiatan di kamar sebelah sedikit aneh dan mengusik rasa ingin tahuku. Aku sepertinya mendengar lebih dari 2 orang di kamar sebelah. Maka akupun mengurungkan niatku untuk keluar kamar dan akupun melangkahkan kakiku ke connecting door yang menghubungkan kamarku dengan kamar sebelah. Betapa kagetnya ketika aku masuk ke dalam kamar sebelah tersebut. Aku melihat 2 wanita muda yang tadi malam bersama Audrey sedang duduk disofa panjang di sebelah tempat tidur di kamar itu sambil tertawa-tawa kecil menonton adegan yang sedang berlangsung di tempat tidur tersebut. Lebih kaget lagi ketika aku menyadari apa yang sedang terjadi di tempat tidur. Istriku Audrey, sedang disetubuhi oleh Wen dan salah seorang tamu Wen yang tadi malam menginap di villa!!! Posisi Audrey bertumpu pada kedua lutut dan kedua tangannya dengan pantat yang sedikit menungging ke belakang. Terlihat tamu Wen tersebut, seorang pria tua berumur sekitar 60 tahunan berbadan besar dan buncit dengan bulu yang lebat memenuhi sekujur tubuhnya sedang menyetubuhi Audrey dengan kasar dari belakang. Sedangkan Wen yang tangan kanannya sedang menjambak rambut Audrey yang sekarang telah dikuncir buntut kuda terlihat asyik menggenjot penisnya dengan kasar di dalam mulut Audrey.
“Ah, kamu sudah bangun Tom” kata Wen ketika melihat diriku masuk ke dalam kamar.
“Silahkan duduk Tom” kata Wen lagi sambil mempersilahkan aku duduk di sofa di antara kedua wanita yang sedang menonton Audrey disetubuhi dua laki-laki tua itu.
“Ini namanya Pak Lam, dia ini salah satu sahabatku” kata Wen kemudian sambil memperkenalkan pria tua yang sedang menyetubuhi Audrey dengan kasar dari belakang. Yang disebut Pak Lam hanya menengok sebentar sambil melambaikan sebelah tangannya kepadaku dan kemudian melanjutkan kegiatannya pada Audrey.
“Aku selalu berbagi apapun dengannya. Vagina Audrey sangat nikmat untuk disetubuhi, sehingga aku harus membaginya kepada sahabat tuaku ini biar dia juga tahu betapa nikmatnya istrimu ini. Aku harap kamu tidak keberatan ya Tom. Toh istrimu tidak keberatan, malah suka…” kata Wen sambil terkekeh kecil.
“Audrey, kamu suka disetubuhi Pak Lam kan?” tanya Wen kepada Audrey.
Audrey tidak menjawab. Audrey terlihat sedang asyik sendiri menikmati persetubuhannya.
“Hahaha…wanita cantik ini rupanya sudah dalam kenikmatannya sendiri” tawa Wen sambil melihat Audrey yang sedang menikmati setiap genjotan penis Lam dan penis Wen.
Aku yang masih shock hanya menuruti perintah Wen dan duduk di sofa di antara kedua wanita muda tersebut.
“Ladies, tolong bantu sang suami tercinta ini agar dapat menikmati istrinya disetubuhi oleh 2 pria sekaligus” perintah Wen kepada kedua wanita yang duduk disamping kiri dan kananku.
Mendengar perintah Wen, kedua wanita muda itu langsung membuka dan melepaskan celana dan celana dalamku. Kemudian mereka berdua dengan tetap sesekali menonton adegan Audrey dengan Lam dan Wen mulai menjilati penisku secara bergantian, membuat penisku langsung berdiri dengan tegak. Di atas tempat tidur aku melihat Audrey sedang disetubuhi habis-habisan oleh kedua pria tua itu. Mereka memperlakukan Audrey dengan kasar, namun terlihat Audrey meskipun kepayahan melayani nafsu kedua pria tersebut, Audrey nampak menikmatinya. Semakin Audrey diperlakukan kasar oleh kedua pria tua itu, semakin nampak Audrey menikmatinya. Rintihan-rintihan Audrey semakin keras apabila Lam dan Wen menggenjot penisnya masing-masing dalam vagina dan mulut Audrey dengan kasar. Sambil sesekali menampar kedua belahan pantat Audrey dengan tangan kirinya, Lam menggenjot penisnya di vagina Audrey dari belakang dengan cepat dan kasar. Kemudian tangan kanannya melingkar di pinggul Audrey dan terus ke arah vagina Audrey dari arah depan sehingga jari-jari tangannya dapat memainkan klitoris Audrey. Audrey tanpa sadar mengangkat kaki kanannya sehingga posisinya sekarang seperti anjing yang sedang kencing untuk memberikan akses yang lebih luas bagi jari-jari tangan Lam di vagina Audrey. Dengan posisi satu kaki mengangkang ke atas, aku dapat melihat ternyata bulu-bulu di sekitar vagina Audrey telah dicukur habis. Aku tidak tahu kapan mereka mencukur habis bulu-bulu di sekitar vagina Audrey, mungkin tadi malam ketika aku sudah tidur. Rupanya mereka telah berpesta seks sepanjang malam. Vagina Audrey terlihat putih mulus tanpa sehelai bulupun dengan bibir vaginanya terlihat sedikit berwarna merah muda tanda vagina itu telah digenjot habis sepanjang malam. Ketika jari-jari tangan Lam mulai mempermainkan vagina Audrey dan mencubit-cubit kecil klitoris Audrey, tubuh Audrey bergoyang hebat, pinggulnya, badannya naik turun tidak beraturan. Erangan-erangan dan rintihan-rintihan nikmat keluar dari mulut Audrey.
Wen sekarang menggunakan kedua tangannya untuk menjambak rambut Audrey sehingga dapat membuatnya semakin kencang menyetubuhi mulut Audrey. Diperlakukan demikian, Audrey semakin bergoyang-goyang,tubuhnya meliuk-liuk karena ditekan dari belakang dan dari depan. Racauan dan rintihannya semakin keras, matanya tidak berkedip dan selalu memandang ke arah muka Wen. Lam dan Wen semakin mempercepat gerakannya sehingga Audrey benar-benar tergoncang-goncang hebat. Audrey terlihat bermaksud menurunkan kaki kanannya agar lebih memudahkannya menerima hajaran-hajaran penis Lam dan Wen di vagina dan mulutnya. Namun hal itu tidak dapat dilakukannya karena terhalang tangan kanan Lam yang telah benar-benar menggenggam vagina Audrey, terutama klitorisnya. Melihat adegan live didepan mataku, aku orgasme dengan cepat, dan kedua wanita muda yang melayani aku menghisap dan menelan seluruh spermaku sampai habis. Melihat aku sudah orgasme, Wen kemudian memerintahkan salah satu wanita disebelahku untuk mengambil sesuatu
“Ambil pil yang biasa di laci itu” kata Wen memerintahkan wanita tersebut sambil menunjuk salah satu laci disamping tempat tidur.
Wanita yang disuruh Wen, mengeluarkan sebuah botol dari laci tersebut, membukanya, dan mengeluarkan sebuah pil serta kemudian menyerahkannya kepada Wen.
“Buka mulutmu Audrey, telan pil ini supaya kamu tidak hamil, Lam ingin memuntahkan spermanya dalam vaginamu. Saya juga ingin orgasme dalam vaginamu, bosan saya orgasme dalam mulutmu terus sepanjang malam” perintah Wen kepada Audrey.
Kemudian Wen mengeluarkan penisnya yang besar dari mulut Audrey dan memasukkan pil tersebut ke dalam mulut Audrey yang langsung ditelan Audrey tanpa menggunakan air sedikitpun. Setelah itu Wen kembali menjambak rambut Audrey dan kembali melanjutkan genjotan penisnya pada mulut Audrey. 20 menit telah berlalu, namun aku melihat baik Audrey, Wen maupun Lam belum ada yang orgasme. Terus terang terkejut aku melihat perubahan pada diri Audrey. Audrey tidak orgasme-orgasme, tidak seperti tadi malam yang dengan mudahnya dia mencapai orgasme berulang-ulang. Tatapan mata Audrey terlihat sangat sayu dan sedikit kosong, namun dari rintihan-rintihannya aku tahu dia lebih menikmati persetubuhannya saat ini daripada persetubuhannya tadi malam. Melihat raut wajahku yang penuh tanda Tanya, Wen kemudian menjelaskan kepadaku apa yang telah terjadi.
“Tadi pagi Audrey saya beri obat ramuan China. Obat ini membuat Audrey lebih lama mencapai orgasme, ini agar Audrey dapat mengimbangi kami sehingga tidak cepat lelah. Namun dengan obat ini otot vagina Audrey akan semakin kencang sehingga jepitannya pada penis yang masuk ke dalam vaginanya akan semakin kuat dan hal ini membuat Audrey dan siapapun pria yang menyetubuhinya merasa lebih nikmat. Setiap gesekan penis dalam vagina Audrey akan berpuluh-puluh kali lipat lebih terasa nikmat bagi Audrey dan pria tersebut” kata Wen menjelaskan kepadaku.
“Lihat Audrey sekarang sudah benar-benar menikmati setiap gesekan penis Lam dalam vaginanya, bahkan dia sangat menikmatinya sampai-sampai dia tidak begitu sadar akan sekelilingnya lagi, hanya kenikmatan dan kenikmatan yang dia rasakan saat ini. Dipikirannya hanya ada rasa kenikmatan yang amat sangat dan tidak ada rasa yang lain selain kenikmatan tersebut. Kenikmatan yang Audrey rasakan saat ini sudah menguasai dan menghipnotis seluruh badan dan pikirannya” tambah Wen kepadaku.
“Tom, kamu lihat nanti waktu istrimu mengalami orgasme. Kamu akan lihat bagaimana seorang wanita mengalami orgasme yang super dahsyat. Kamu pasti tidak akan menyangka bahwa istrimu bisa orgasme sehebat yang nanti kamu akan lihat” lanjut Wen kepadaku.
45 menit telah berlalu, ketika aku melihat perubahan pada diri Audrey. Erangan-erangan dan rintihan-rintihan nikmatnya mulai memelan, namun badannya semakin bergoyang-goyang dengan kencang dan tidak beraturan. Lam dan Wen semakin gencar menggenjot penisnya masing-masing dalam vagina dan mulut Audrey, membuat Audrey sulit untuk tetap bertumpu pada kedua tanganya dan satu lututnya. Badan Audrey benar-benar bergoncang hebat karena tekanan dari belakang dan dari depan disertai goyangan badannya sendiri yang semakin tidak beraturan. Mata Audrey tetap memandang kearah wajah Wen dengan sekali-kali mendelik-delik. Kedua tangannya beberapa kali jatuh karena tidak kuat menahan badannya, namun jambakan Wen pada rambutnya membuat Audrey tidak tersungkur ke kasur. Suara Audrey semakin pelan bahkan sekarang hampir tidak terdengar sama sekali, tangannya yang sudah tidak kuat menumpu badannya dan mulai mencari pegangan lain. Kedua tangan Audrey terlihat berusaha memegang kedua sisi pinggul Wen, kemudian beralih ke kedua tangan Wen yang sedang menjambak rambutnya, lalu kembali kasur menumpu badannya dan begitu seterusnya terlihat Audrey sedang mencari posisi yang enak untuk menumpu badannya yang bergoyang hebat dan dihajar dari depan dan belakang oleh Wen dan Lam.
“Right on time. She is nearly there, I also nearly there” sahut Lam tiba-tiba kepada Wen.
Mendengar itu Wen hanya tersenyum kemudian Wen berpaling kepada kedua wanita muda yang sedang menemaniku.
“Kalian berdua kesini, bantu Audrey agar tetap pada posisinya, agar Pak Lam bisa menikmati orgasmenya dengan lancar” perintah Wen kepada kedua wanita itu.
Kedua wanita yang diperintah Wen kemudian naik ke kasur dan memposisikan diri mereka masing-masing berlutut disamping kiri dan kanan Audrey. Kemudian kedua wanita tersebut meraih masing-masing pundak Audrey dari arah bawah sehingga sekarang tangan-tangan kedua wanita tersebut masing-masing menumpu pundak Audrey, membuat kedua tangan Audrey terbuka kearah kiri dan kanan. Sudah tidak terdengar suara rintihan Audrey. Badan Audrey juga bergerak memelan namun terlihat Audrey berusaha memundurkan pinggulnya agar penis Lam makin masuk jauh ke dalam vaginanya. Gerakan Audrey yang pelan meliuk-liuk terlihat sangat kontras dengan gerakan Lam dan wen yang semakin ganas menggenjot penisnya masing-masing ke dalam vagina dan mulut Audrey.
“Tom, sini naik ke kasur agar kamu bisa melihat dengan jelas. Istrimu sebentar lagi akan orgasme yang hebat” kata Wen kepadaku.
Tanpa menunggu lagi akupun segera naik ke kasur agar bisa melihat Audrey dari dekat dan dengan jelas. Lam kemudian melepaskan tangan kanannya dari klitoris Audrey sehingga kali Audrey bisa turun dan kedua lututnya bisa kembali menumpu badannya. Lam lalu sedikit berjongkok serta kedua tangannya meraih pinggul Audrey. Dengan posisi demikian Lam bisa dengan lebih leluasa menggenjot penisnya dengan keras ke dalam vagina Audrey. Kira-kira sepuluh menit kemudian, badan Audrey makin meliuk-liuk ke kiri dan ke kanan serta menekan ke belakang ke arah penis Lam.
“Ooh, this baby still want it more, although my dick has reached the inside end of her vagina” kata Lam yang merasa Audrey terus menekan pinggulnya ke belakang ke arah penisnya.
“Your vagina is not deep enough darling, but if you want it, I’ll give it to you” lanjut Lam sambil menghentikan genjotannya dan menarik pinggul Audrey kebelakang dan secara bersamaan memajukan pinggulnya sendiri ke depan dan kemudian membiarkannya dalam keadaan begitu.
Ditekan dari belakang dengan keras sampai ke ujung vaginanya, membuat mata Audrey mendelik. Kemudian Wen mengeluarkan penisnya dari mulut Audrey dan melepaskan jambakan tangannya di rambut Audrey sehingga sekarang kepala Audrey bebas bergerak.
“She is all yours, Lam” kata Wen kepada Lam.
“Ooh, she is real good, look at her hips moving, she knows how to please a man” sahut Lam merasakan goyangan meliuk-liuk pinggul Audrey.
“Her vagina is very tight, my dickhead being played by her wall end of vagina. Damn..this girl is good” lanjut Lam sambil merasakan ujung penisnya bergesekan pada bagian yang paling dalam dari vagina Audrey.
Audrey terus memainkan penis besar Lam dalam vaginanya. Pinggul Audrey naik turun dan memutar-mutar secara perlahan ditambah tekanan pinggul Lam dari belakang dan tangan Lam yang menarik pinggul Audrey ke belakang, membuat kedua manusia yang meskipun berbeda umur sangat jauh menjadi satu kesatuan dan sama-sama menikmati persetubuhan mereka. Sepuluh menit kemudian, Audrey memejamkan matanya, jari-jari tangannya membuka dan mengepal secara perlahan, mulutnya terbuka lebar, goyangan pinggulnya menjadi patah-patah.
“Oh, she is coming, let us come together baby…!!!!’ sahut Lam dengan keras.
Seperti mengerti perintah Lam, Audrey menghentikan goyangannya, pinggulnya secara keras didorongnya ke belakang, kepalanya terdongak ke atas dengan mulut terbuka lebar, seluruh badannya menegang dan terdengar desahan kecil Audrey.
“Oohh… this is goooood…..I am in heaven….” desah Audrey pelan.
Bersamaan dengan itu Lam memuntahkan spermanya di dalam vagina Audrey.
“Take that bitch…., you like being fill up with cum you little whore!” teriak Lam sedikit keras sambil terus memuntahkan spermanya di dalam vagina Meda.
“Oooh… yeeesss… fill me up….oohhhh…this is too good….I am your whore, your little whore” desah Audrey sangat pelan.
Kembali sesuatu yang menakjubkan terjadi didepan mataku, sudah 10 menit berlalu tapi Nampak orgasme Audrey belum turun juga. Audrey masih terus dipuncak kenikmatan. Ketika Wen melepaskan pegangannya pada pinggul Audrey dan mulai menarik penisnya keluar dari vagina Audrey, Nampak raut muka Audrey sedikit sedih.
“Don’t take it off now…pleaseee…I am not finished yet” rengek Audrey pelan sambil kembali meliuk-liukan pinggulnya secara perlahan untuk memancing Lam mengurungkan niatnya.
Lam tidak mendengarkan rengekan Audrey, dan mencabut penisnya. Tapi kekecewaan Audrey hanya sebentar karena Wen langsung siap menggantikan posisi Lam. Ditidurkannya Audrey telentang di atas kasur dibukanya kaki Audrey lebar-lebar.
“Masih kurang Audrey?” Tanya Wen menggoda Audrey sebelum mulai memasukkan penisnya ke dalam vagina Audrey.
“Masih…pak Wen…saya masih orgasme…..ooohhhh nikmat sekali…..mau disetubuhi sekarang…” rengek Audrey sambil menarik pinggul Wen ke arahnya.
“Oohhhh……” desah Audrey ketika penis Wen masuk ke dalam vaginanya sampai mentok.
Wen kemudian secara perlahan menggenjot vagina Audrey dengan penisnya. Setiap gerakan Wen selalu disertai lolongan pelan namun panjang dari Audrey. Kepala Audrey terdongak ke belakang, matanya terpejam rapat, dadanya membusung ke atas sehingga sebagian punggungnya terangkat dari kasur. Bibir kecilnya mengigit-gigit pelan jari telunjuk kanannya, lolongan pelan namun panjang terdengar dari mulut Audrey setiap kali Wen menggerakan penisnya secara perlahan.
Penasaran dengan apa yang dirasakan Audrey, aku membisikinya dan bertanya.
“Bagaimana rasanya Drey? Enak?” tanyaku.
“Ennakkk…ooohhhhh…. Terima kasih Tom atas pengalaman indah ini…..orgasmeku tidak berhenti-henti nih…..oohhhh panjang sekali…..oohhhh…..aku disetubuhi sambil orgasme…..” jawab Audrey pelan kepadaku sambil terus menikmati orgasmenya yang berkepanjangan.
Lima belas menit kemudian, penis Wen berdenyut kencang pertanda dia akan orgasme, dan tubuh Audreypun tiba-tiba lebih menegang lagi.
“Oohhh….apa ini pak wen….kenapa saya……” desah Audrey pelan kepada Wen.
“Inilah puncaknya orgasme dari orgasme Drey. Nikmati saja” jawab Wen.
Bersamaan dengan itu, tubuh Audrey dan Wen benar-benar menegang. Keduanya berusaha menarik satu sama lain dan merapatkan persenggamaan mereka. Kaki Audrey melingkar di pinggul Wen. Dada Audrey makin membusung, kepalanya makin terdongak ke belakang dan giginya menggigit bibir bawahnya sendiri. Sedangkan kepala Wen berada di pundak Audrey, mulutnya sedikit menggigit pundak Audrey dan penisnya ditekan dengan keras ke dalam vagina Audrey.
“OOOhhhhh……” teriak Audrey dan Wen bersamaan. Wen memuntahkan seluruh spermanya ke dalam vagina Audrey, Dua manusia mengalami orgasme hebat secara bersamaan.
Beberapa menit Wen dan Audrey berada di puncak orgasme mereka.
“Oke semuanya keluar dari kamar ini. Biarkan Audrey istirahat dulu” kata Wen setelah selesai memuntahkan seluruh spermanya dalam vagina Audrey.
Wenpun beranjak dari atas tubuh Audrey, tidur disampingnya dan menyelimuti dirinya dan Audrey dengan selimut. Audrey hanya tersenyum dengan mata terpejam dan menidurkan kepalanya di dada Wen yang ditumbuhi bulu yang sangat lebat, sedangkan yang lainnya termasuk aku pergi meninggalkan kamar itu dan membiarkan Wen dan Audrey istirahat.
Menjelang sore terlihat Wen keluar dari kamar itu dan bergabung dengan aku dan tamu-tamu yang lain di ruang tengah villa. Rupanya yang menginap di villa tersebut selain aku, Audrey, Wen, Lam dan kedua wanita yang siang tadi berada di kamar, juga ada satu wanita lagi dan tiga tamu laki-laki.
“Wah, sudah pada berkumpul rupanya, maaf saya baru bangun” kata Wen kepada aku dan tamu-tamu lainnya.
Kamipun mengobrol di ruang tengah villa itu sampai menjelang malam. Kurang lebih jam 6.30pm Wen menginstruksikanku untuk membangunkan Audrey.
“Tom, bangunkan istrimu, kita akan makan malam bersama” sahut Wen kepadaku.
Akupun segera menuruti perintah Wen dan naik ke lantai atas villa menuju kamar tempat Audrey istirahat karena memang aku sudah mulai kuatir terhadap Audrey sebab setelah kejadian siang tadi di kamar aku belum melihatnya lagi. Sesampainya di kamar, aku melihat Audrey sudah bangun namun masih tiduran tengkurap di atas kasur, tubuhnya masih telanjang, terlihat mukanya nampak habis menangis. Melihat aku masuk ke kamar, air mata menetes kembali dari matanya.
“Tom, apa yang kamu lakukan terhadapku. Kenapa kamu jahat terhadapku, kenapa kamu membiarkan semua ini terjadi?” tangis Audrey kepadaku.
Akupun berusaha menenangkan dan menghibur istriku, kami berbincang-bincang di kamar itu cukup lama sambil aku berusaha terus menghiburnya sampai tiba-tiba salah satu dari tamu wanita masuk ke kamar dan meminta Audrey untuk mandi dan membersihkan diri karena aku dan Audrey sudah ditunggu di ruang makan oleh Wen dan tamu-tamu yang lain. Dengan sedikit malas Audrey menurutinya. Setelah Audrey mandi dan berpakaian kamipun keluar dari kamar itu dan menuju ruang makan. Terlihat Audrey ragu-ragu untuk keluar dari kamar. Terlihat Audrey sedikit malu untuk bertemu dengan Wen dan tamu-tamu yang lain setelah kejadian tadi malam dan tadi siang.
Sesampainya di ruang makan, tamu-tamu yang lain sudah menunggu. Wen mempersilahkan aku dan Audrey duduk di kursi yang disediakan di ruang makan itu demikian juga terhadap tamu-tamu yang lain masing-masing dipersilahkan duduk oleh Wen. Kamipun menyantap hidangan malam yang disediakan sambil mengobrol. Pembicaraan di meja makan itu kebanyakan tentang bisnis antara Wen dan tamu-tamunya. Tidak ada yang menyinggung kejadian tadi malam dan tadi siang, seakan-akan kejadian tersebut tidak pernah terjadi. Hal itu membuat Audrey terlihat sedikit tenang. Selesai santap malam Wen mempersilahkan tamu-tamunnya, termasuk aku dan Audrey ke ruang tengah. Di ruang tengah makanan kecil dan minuman telah disediakan dan Wen mempersilahkan kami semua untuk mencicipi makanan kecil dan minuman tersebut kemudian melanjutkan obrolan bisnisnya dengan tamu-tamunya di ruang tengah, Wen sedikit mengacuhkan aku dan istriku karena memang obrolannya adalah masalah bisnis. Setelah kurang lebih 2 jam berbicara bisnis dengan tamunya tiba-tiba Wen berkata
“Ok saya rasa omomgan bisnis sudah cukup untuk malam ini. Sekarang kita ke topik selanjutnya”
“Zhou, obatmu ternyata sangat manjur, lihat saja ini hasilnya” sambung Wen sambil memencet remote TV.
TV menyala dan betapa kagetnya aku melihat apa yang muncul di TV. Rekaman persetubuhan Audrey tadi malam dan tadi siang terlihat di layar TV. Aku melihat wajah Audrey sangat terkejut dan malu melihat tamu-tamu yang lain menyaksikan tayangan persetubuhannya dilayar TV. Audrey bangkit dari tempat duduknya dan bermaksud meninggalkan ruang tengah itu, namun Wen menghardiknya dengan tegas.
“Audrey, duduk kamu! Tidak ada yang menyuruh kamu untuk pergi!” bentak Wen dengan sangat keras.
Mendengar bentakan Wen aku sangat terkejut. Aku bermaksud untuk turut berdiri, namun aku merasakan tubuhku lemas dan aku tidak mampu berdiri. Kelihatannya Wen telah mencampurkan sesuatu lagi dalam minumanku sehingga badanku lemas tidak berdaya.
Aku melihat Audrey sedikit ketakutan mendengar bentakan Wen, namun dikarenakan aku hanya tetap duduk dan tidak membela Audrey, maka Audreypun mengurungkan niatnya dan kembali duduk. Wen dan tamu-tamu lainnya kemudian membahas adegan demi adegan persetubuhan Audrey yang ditayangkan TV. Mereka membahasnya seakan-akan Audrey tidak ada di ruangan itu. Komentar-komentar keluar dari mulut mereka. Wen memuji Zhou atas kemanjuran obatnya. Wen menjelaskan bagaimana Audrey yang alim itu bisa menjadi seorang pelacur murahan dikarenakan meminum obat itu. Ada lagi tamu yang lain memuji daya tahan Audrey karena obat itu. Setelah rekaman adegan persetubuhan Audrey di TV selesai, kemudian Wen dengan suara tegas memerintahkan Audrey
“Nah, Audrey, tolong hibur tamu-tamuku ini. Jangan biarkan mereka hanya menonton kamu di TV saja, perbolehkan mereka juga menikmati dirimu.”
Mendengar itu dengan raut muka penuh ketakutan, Audrey bangkit dari tempat duduknya dan berusaha lari keluar dari villa, namun baru beberapa langkah berlari, Wen dan Zhou dengan sigap menangkap Audrey.
“Wow, rupanya pelacur ini tidak mau menuruti perintah. Ck…ck..ck…Audrey kamu sangat mengecewakan” kata Wen sambil mencengkram tubuh Audrey dari belakang.
“Kamu harus dihukum dan dididik yang benar supaya bisa menjadi budak seks yang patuh” lanjut Wen kemudian kepada Audrey.
Audrey meronta-ronta dengan keras dan berusaha melepaskan diri, namun cengkraman Zhou dan Wen pada dirinya terlalu kuat, sehingga usaha Audrey untuk melepaskan diri menjadi sia-sia. Kemudian Wen dan Zhou menyeret Audrey ke basement villa, diikuti oleh tamu-tamu yang lain. Mereka meninggalkan aku di ruang tengah. Aku kembali berusaha bangkit untuk membantu Audrey, namun aku sama sekali tidak dapat berdiri sehingga aku hanya dapat terduduk lemah di sofa melihat perlakuan Zhou dan Wen terhadap Audrey. Tidak lama mereka meninggalkan aku di ruang tengah. Kira-kira 15 menit kemudian 2 orang tamu pria mendatangiku dan segera membopongku ke basement villa. Basement villa itu ternyata suatu ruangan yang kelihatannya sering digunakan untuk pesta seks yang aneh-aneh. Aku melihat banyak peralatan seks yang lebih mirip sebagai alat penyiksaan tergantung di dinding basement itu. Banyak peralatan seks yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
Merinding aku ketika memasuki basement villa itu, namun yang membuat aku lebih kaget dan takut lagi adalah ketika aku melihat Audrey sudah terikat dalam keadaan telanjang bulat. Posisi Audrey berdiri dengan kedua tangan terikat ke atas melebar oleh rantai-rantai yang tertancap kuat dilangit-langit basement, sedangkan kakinya mengangkang lebar terikat dengan rantai-rantai yang menancap kuat ke lantai basement, sehingga posisi Audrey menyerupai huruf “X”. Aku melihat Audrey meronta-ronta sekuat tenaga, air matanya mengucur deras di kedua pipinya. Permohonan-permohonan untuk dilepaskan keluar dari mulutnya, namun rengekannya hanya dibalas dengan tawa sinis oleh orang-orang yang berada di basement villa itu. Kedua tamu yang membopongku kemudian mendudukanku di sebuah kursi persis di hadapan Audrey.
“Teman-teman, malam ini kita akan mendidik pelacur ini supaya mau menjadi budak seks yang patuh. Harap teman-teman duduk di kursi-kursi yang telah disediakan, dan kita akan segera mulai pendidikan buat pelacur ini” sahut Wen tiba-tiba.
Mendengar itu semua yang ada di basement itu duduk di kursi yang telah disediakan disekeliling tempat Audrey terikat dan menunggu apa yang selanjutnya Wen akan lakukan terhadap Audrey.
“Audrey, ini kesempatan kamu yang terakhir. Kamu bisa secara sukarela menjadi budak seksku yang patuh atau aku akan membuat kamu menjadi budak seksku yang patuh. Kedua-duanya pada akhirnya kamu akan menjadi budak seksku yang patuh, namun cara kedua pasti jauh lebih menyakitkan” kata Wen kemudian sambil tertawa.
Mendengar itu aku melihat ketakutan yang amat sangat di wajah Audrey. Audrey semakin kencang meronta-ronta berusaha melepaskan diri. Tangisannya semakin keras, permohonan minta dilepaskan juga semakin keras.
“Ok, kalalu kamu mau dengan cara yang menyakitkan” kata Wen setelah melihat Audrey tetap berusaha melepaskan diri.
Wen kemudian mengambil sebuah cambuk kuda dan berdiri di belakang Audrey. Aku melihat Audrey merinding ketakutan melihat cambuk kuda tersebut.
“Ctaarr….ctttarr….cttaaarrr….. ” suara cambuk 3 kali berbunyi disertai raungan kesakitan Audrey. Wen telah mencambuk punggung Audrey dengan keras.
Raungan tangis Audrey semakin keras, badannya tetap meronta-ronta untuk melepaskan diri.
“Cttaar…cttarr…ctarr..ctaarrr… ” bunyi cambuk kembali bertubi-tubi mendera punggung Audrey hingga Audrey pingsan. Melihat Audrey pingsan salah seorang tamu wanita mengguyurkan air ke kepala Audrey untuk membangunkannya.
Ketika Audrey siuman, Wen menanyakan kepada Audrey apakah Audrey bersedia menjadi budak seksnya. Setiap kali Audrey mengatakan tidak atau berusaha meronta-ronta untuk melepaskan diri, maka bunyi cambuk akan terdengar lagi, dan kali ini tidak hanya mendera punggung Audrey, namun juga mendera ke pantat, kedua payudara dan vaginanya. 30 menit Audrey dicambuki seluruh tubuhnya, bekas-bekas cambuk berwarna kemerahan terlihat disekujur tubuhnya. Tubuh Audrey sudah kelihatan lemas. Tidak ada lagi raungan tangis keluar dari mulutnya.
“Bagaimana Audrey, apakah kamu sekarang bersedia jadi budak seksku?” tanya Wen kemudian.
Audrey hanya menggelengkan kepalanya secara lemah tanda penolakannya.
“Ok, kalau kamu tetap tidak mau. Kita akan ke tahap selanjutnya. Kita lihat sampai mana kamu tahan siksaan ini” sahut Wen kepada Audrey sambil mengisyaratkan sesuatu kepada seorang tamu wanita.
Tamu wanita yang diberi isyarat oleh Wen kemudian maju ke depan. Dia membawa sebuah jarum dan sebuah cincin yang terbuat dari emas dan menyerahkannya kepada Wen. Kemudian Wen berjongkok di depan vagina Audrey. Dibukanya vagina Audrey secara perlahan. Mengetahui akan apa yang akan terjadi, Audrey meronta-ronta dengan hebat, namun beberapa tamu maju ke depan dan memegang erat-erat tubuh dan pinggul Audrey sehingga Audrey tidak dapat bergerak.
“Jangan…jangan….” pinta Audrey lirih.
“AAAUOOCCCHHH….” Kemudian terdengar teriakan Audrey. Ternyata Wen menusuk bibir dalam bagian atas vagina Audrey dengan jarum dan kemudian memasukkan cincin tersebut dalam lubang yang telah dibuatnya pada bibir vagina Audrey tersebut.
Raungan keras kesakitan Audrey membahana di basement itu, kemudian Audrey kembali pingsan. Kemudian Wen kembali berdiri dan mundur beberapa langkah untuk melihat hasil kerjanya. Dia terlihat puas dengan apa yang telah diperbuatnya pada Audrey. Audrey terlihat dalam posisi terikat, masih pingsan dengan sebuah cincin di bibir atas vaginanya dengan sedikit darah terlihat disekitar bibir atas vaginanya. Seorang tamu wanita kembali mengguyurkan air ke kepala Audrey dan membersihkan vagina Audrey dari bekas darah tersebut. Kemudian tamu wanita tersebut memberikan wewangian ke hidung Audrey agar Audrey siuman. Siuman dari pingsannya, terlihat sekali Audrey menahan sakit di vaginanya. Kemudian Wen kembali menghampiri Audrey dengan membawa jarum tersebut lagi beserta sebuah cincin emas lainnya. Tangan kiri Wen kemudian meraih puting payudara sebelah kiri Audrey dan tangan kanan Wen memegang jarum siap menusuknya.
“Jangan….jangan….ampun….jangan …sakit…saya bersedia jadi budak seks Pak Wen asalkan jangan siksa saya lagi” tiba-tiba terdengar suara pelan Audrey.
Mendengar hal itu Wen dan tamunya tertawa penuh kemenangan.
“Benar kamu mau jadi budak seksku dan menuruti semua keinginanku” Tanya Wen kepada Audrey.
“Iya…iya….saya mau…tolong jangan sakiti saya lagi” jawab Audrey menyerah.
“Ok, bagus..bagus…, ladies…beri hadiah kepada budak seksku yang baru ini, buat dia menikmati statusnya yang baru sebagai budakku” kata Wen sambil memberi isyarat kepada para tamu wanita untuk maju ke depan.
Para tamu wanita tanpa perlu diperintah lebih lanjut langsung maju ke depan mengelilingi Audrey. Satu tamu wanita berjongkok di hadapan vagina Audrey dan mulai menjilati dan menghisap-hisap vagina Audrey. Tamu-tamu yang lain menciumi dan menjilati kedua payudara Audrey, paha Audrey, punggung Audrey dan sekujur tubuhnya.
15 Menit diperlakukan demikian terlihat tubuh Audrey mulai mengkhianatinya. Audrey mulai meliuk-liukan badannya mengikuti permainan para tamu wanita tersebut di seluruh tubuhnya. Melihat reaksi Audrey, para tamu wanita tersebut semakin ganas mengerjai tubuh Audrey. Jari-jari tangan mereka secara bergantian keluar masuk vagina Audrey yang mana hal tersebut semakin membuat Audrey tidak dapat mengontrol tubuhnya. Tidak beberapa lama kemudian terdengar erangan Audrey tanda Audrey telah mencapai orgasmenya yang disambut oleh tepuk tangan meriah dari para tamu pria di basement itu. Tidak menunggu sampai orgasme Audrey reda, Wen kemudian melepaskan ikatan Audrey dan membimbingnya untuk berdiri di hadapanku.
“Mulai sekarang istrimu adalah budak seksku. Mulai sekarang aku harus didahulukan oleh istrimu dan bukan kamu lagi. Apabila kamu macam-macam rekaman dvd persetubuhan istrimu akan aku sebar di internet” kata Wen kepadaku.
Aku hanya diam tercekat oleh ancaman Wen itu. Badanku masih lemas sehingga aku tidak dapat berbuat apa-apa meskipun sebenarnya ingin aku meninju Wen. Kemudian Wen mengaitkan sebuah bel kecil keperakan di cincin emas yang berada di bibir atas vagina Audrey, dan kemudian Wen mengetes bunyi bel tersebut dengan jarinya.
“Ting…ting…ting” terdengar bunyi bel pelan.
Audrey kemudian diposisikan membungkuk ke depan dengan kedua tangan bertumpu di kedua pegangan kursi tempat aku duduk. Pantatnya di keataskan sedikit oleh Wen sehingga Audrey sedikit berjinjit dengan pantat sejajar dengan selangkangan Wen. Wajah Audrey dengan wajahku menjadi berhadapan dengan sangat dekat. Lalu Wen memelorotkan celananya sendiri. Terlihat penis Wen yang besar sudah mengacung keras, dan tanpa basa basi lagi dimasukkannya penis besar itu ke dalam vagina Audrey dari belakang. Erangan kecil keluar dari mulut Audrey disertai bunyi bel berdenting beberapa kali. Mata Audrey terpejam rapat. Aku melihat ke bawah ke arah vagina Audrey. Terlihat vagina Audrey sudah penuh dengan penis Wen yang besar dengan sebuah bel kecil yang bergoyang-goyang tergantung dari bibir atas vaginanya. Wen mulai memompa penisnya keluar masuk vagina Audrey yang disertai erangan-erangan kecil Audrey dan bunyi bel yang bergoyang. Tubuh Audrey terdorong ke depan sehingga wajahnya sekarang berada disamping kuping kananku.
Terdengar erangan-erangan Audrey di kupingku setiap kali penis Wen yang besar memasuki vaginanya.
“Maafkan aku Tom, aku tidak kuat disiksa…” tiba-tiba bisik Audrey di kupingku. Aku tidak menjawab dan hanya diam saja.
Genjotan-genjotan penis Wen pada vagina Audrey semakin keras, dan erangan-erangan Audrey semakin terdengar keras. Badan Audrey mulai mengikuti irama permainan Wen. Terlihat vagina Audrey sudah sangat basah, cairan kewanitaannya mulai terlihat membasahi kedua paha dalamnya.
“Wah vagina istrimu sangat basah…dia sangat menikmatinya” kata Wen kepadaku sambil tertawa.
“Saatnya kita ke tahap selanjutnya” kata Wen kemudian sambil dengan tiba-tiba memasukkan 2 jarinya secara kasar ke dalam anus Audrey.
Jeritan keras terdengar dari mulut Audrey. Audrey berusaha menarik badannya namun dengan sigap Wen menahannya.
“Diam Audrey!!!” hardik Wen kepada Audrey.
Setelah beberapa menit puas mengobok-obok anus Audrey dengan kedua jarinya, Wen lalu mencabut penisnya dari vagina Audrey dan mengarahkannya ke anus Audrey. Wen menarik badan Audrey ke belakang sehingga wajah Audrey sekarang kembali berhadapan dengan wajahku. Terlihat wajah kesakitan dari Audrey ketika penis Wen yang besar mulai memasuki lubang anusnya. Air mata mulai meleleh dari kedua mata Audrey. Perlu beberapa menit sampai seluruh penis Wen masuk ke dalam lubang anus Audrey, dan kemudian Wen mulai memompa penisnya keluar masuk lubang anus Audrey. Jeritan-jeritan sakit terdengar dari mulut Audrey, matanya kembali terpejam menahan sakit. Dua tamu wanita kemudian mendatangi Audrey dari kedua sisi. Salah satunya membawa vibrator yang cukup besar dan menyalakannya.
“Ziiing…….” terdengar bunyi vibartor itu. Salah satu tamu wanita tersebut kemudian berjongkok disisi sebelah kiri Audrey dan memasukan vibrator tersebut ke dalam vagina Audrey yang disertai erangan-erangan Audrey. Tamu wanita yang lainnya berjongkok disisi kanan Audrey dan mulai meraba-raba dan menciumi payudara Audrey yang bergantung bebas. Tubuh Audrey kembali terdorong ke depan, sehingga wajahnya kembali berada disebelah kuping kananku. Badan Audrey bergoyang hebat dikarenakan genjotan penis Wen di lubang anusnya dan genjotan vibrator di vaginanya. Erangan-erangan Audrey terdengar keras bersahut-sahutan dengan bunyi vibrator dan bel yang bergoyang keras di bibir atas vaginanya. Erangan-erangan Audrey tidak lagi terdengar sebagai erangan kesakitan tapi telah berubah menjadi erangan kenikmatan. Tanpa disadarinya, Audrey mulai menciumi kuping dan leherku dan sesekali menggigit pelan leherku. Tidak butuh waktu lama untuk Audrey mencapai orgasmenya kembali, badannya mengejang hebat disertai lenguhan kecil ketika dia mencapai puncak orgasmenya. Namun Wen belum ada tanda-tanda bahwa Wen akan mencapai orgasmenya. 40 menit telah berlalu, Audrey telah berkali-kali mengalami orgasme, sampai akhirnya Wen memuntahkan seluruh spermanya didalam anus Audrey. Wen kemudian menarik penisnya keluar dari lubang anus Audrey dan membimbing Audrey ke matras di tengah basement itu. Ternyata salah satu tamu pria Wen telah tidur terlentang di atas matras itu dengan keadaan telanjang bulat dan penis besar yang mengacung ke atas. Wen membimbing Audrey menduduki penis tersebut. Audrey hanya menurut saja apa yang dikehendaki Wen. Setelah penis besar tamu Wen yang bernama Liem itu masuk seluruhnya ke dalam vagina Audrey, Liem kemudian menarik kedua putting payudara Audrey sehingga posisi badan atas Audrey meniduri dada Liem. Liem lalu mencium bibir Audrey dengan ganas, dan aku melihat Audrey melayaninya. Lidah Audrey dan lidah Liem bertautan, mereka berciuman dengan ganasnya. Sementara itu Zhou yang juga sudah telanjang bulat mendekati pantat Audrey dari belakang, dan tanpa basa-basi memasukan penisnya yang juga besar ke dalam lubang anus Audrey, sehingga sekarang posisi Audrey terjepit di antara tubuh Liem dan Zhou dengan 2 penis menancap masing-masing di vaginanya dan di anusnya.
Mata Audrey terlihat berbinar ketika Liem dan Zhou mulai memompa penisnya masing-masing pada vagina dan anus Audrey. Tidak ada lagi penolakan dari Audrey, bahkan Audrey turut menggoyang-goyangkan pinggulnya seirama dengan genjotan Liem dan Zhou.
“Lihat, istrimu mulai menikmati dan menerima statusnya yang baru sebagai budak seks. Saya harap kamu juga dapat menerimanya. Kamu tidak mau kan rekaman dvd istrimu tersebar di internet, lagipula aku lihat kamu juga mulai menikmatinya, lihat penis kamu mulai membesar” bisik Wen kepadaku.
“Kamu menurut saja, dan kamu dapat mendapatkan impianmu selama ini, yaitu melihat istrimu disetubuhi pria lain” lanjut Wen kepadaku.
Aku hanya mengangguk pelan. Terus terang melihat Audrey disandwich oleh 2 laki-laki tua telah membangkitkan nafsu birahiku. Obat yang diberikan Wen kepadaku mulai memudar dan tubuhku mulai tidak lemas lagi, namun bukannya aku membantu Audrey melepaskan diri tapi aku malah menikmati adegan seks di depanku. Terasa lama sekali untuk Liem dan Zhou mencapai orgasmenya, namun sebaliknya sangat cepat sekali Audrey mengalami orgasme. Setelah Audrey mengalami orgasme berkali-kali, barulah Liem dan Zhou secara bersamaan memuntahkan spermanya masing-masing dalam vagina dan anus Audrey. Selesai memuntahkan spermanya dalam anus dan vagina Audrey, Liem dan Zhou segera digantikan oleh tamu pria yang lainnya. Kali ini giliran Lam dan satu tamu lainnya yang bernama Kong. Audrey diposisikan tiduran terlentang di atas tubuh gemuk Lam dengan penis Lam yang menancap di anus Audrey, sedangkan Kong menancapkan penisnya ke dalam vagina Audrey dari atas. Lam dan Kong dengan segera menggenjot penisnya masing-masing dengan kasar pada vagina dan anus Audrey. Audrey terlihat kepayahan melayani nafsu Lam dan Kong. Kedua tangan Audrey bertumpu di dada Lam, kedua kakinya terbuka lebar memberikan akses seluas-luasnya bagi penis Kong di vaginanya. Sementara itu, ketiga tamu wanita yang semuanya telah telanjang bulat menyerbu penisku, mereka memelorotkan celana dan celana dalamku dan mulai menjilati penisku secara bergantian yang membuat nafsu birahiku semakin memuncak. Tanganku mulai berani meraba-raba payudara ketiga wanita tersebut. Audrey kadang-kadang terlihat memandang ke arahku yang sedang dioral service oleh ketiga tamu wanita tersebut. Entah cemburu atau karena tidak mau kalah melihat aku menikmati service ketiga tamu wanita tersebut, Audrey kembali berkonsentrasi dengan persetubuhannya dengan Lam dan Kong. Tangan kanannya meraih belakang kepala Kong dan ditariknya kedepan dan Audrey menciumi bibir Kong dengan ganasnya.
Lidah Audrey terlihat bermain dengan lidah Kong, pinggul Audrey bergoyang makin hebat seakan-akan memberi semangat untuk Lam dan Kong agar menggenjot penisnya masing-masing dengan semakin ganas pada vagina dan anusnya. Orgasme demi orgasme melanda Audrey, sampai akhirnya Lam dan Kong menghabiskan seluruh spermanya dalam vagina dan anus Audrey. Aku sendiripun telah mengalami orgasme, seluruh spermaku ditelan habis oleh ketiga tamu wanita tersebut. Setelah selesai menghabiskan seluruh spermaku, ketiga wanita tersebut bermain seks bertiga. Rupanya mereka adalah lesbian. Ketika aku bermaksud untuk ikut serta, secara halus mereka menolakku. Sementara itu Audrey masih melayani kelima pria tua di atas matras. Mereka secara bergantian atau bersama-sama menyetubuhi Audrey dengan berbagai macam gaya seks. Terkadang seluruh lubang yang ada di Audrey yaitu mulut, vagina dan anus Audrey harus melayani penis-penis pria-pria tua tersebut secara bersamaan. Terlihat juga Audrey melayani kelima pria tua tersebut secara bersamaan. Audrey duduk di atas Wen yang berbaring terlentang dimatras dengan penis Wen pada vagina Audrey, sedangkan Kong asyik menggenjot anus Audrey dari belakang. Secara bersamaan mulut Audrey menjilati dan menghisap penis Lam, sedangkan tangan kiri Audrey sibuk mengocok penis Zhou dan tangan kanan Audrey sibuk mengocok penis Liem. Terlihat suatu adegan yang fantastis di hadapanku, Audrey istriku yang cantik, berkulit putih dan mulus sibuk melayani 5 pria tua yang semuanya bertubuh gemuk dan berbulu lebat. Erangan-erangan mereka membahana di basement itu disertai bunyi bel kecil yang tergantung di bibir atas vagina Audrey. Orgasme-orgasme silih berganti melanda mereka. Sudah banyak sekali sperma kelima pria tua itu memenuhi vagina, lubang anus dan mulut Audrey. Bekas-bekas sperma nampak dibibir vagina dan lubang anus Audrey, juga demikian di bibir mulut Audrey, namun mereka terus bersetubuh sepanjang malam itu sampai pagi menjelang ketika mereka semua kehabisan tenaga dan tidur bersama di basement itu dengan keadaan telanjang bulat.
Hari sudah siang ketika Audrey dan kelima pria tua bangun, merekapun mandi bersama-sama. Ketiga tamu wanita sudah tidak nampak di villa, kelihatannya mereka sudah pulang duluan ke Jakarta. Tidak terasa sudah dari jumat malam aku dan Audrey berada di villa. Sekarang sudah hari minggu, namun tidak terlihat Wen dan 4 pria lainnya akan pulang ke Jakarta. Mereka masih asyik menyetubuhi budak seks barunya, yaitu Audrey istriku. Tidak henti-hentinya mereka menyetubuhi Audrey baik secara bergantian maupun secara bersama-sama. Mereka menyetubuhi Audrey baik di ruang tengah, di ruang makan, di kolam renang, di jacuzzi maupun di kamar tidur. Aku melihat Audrey berusaha melayani nafsu binatang mereka dengan sebaik-baiknya. Terlihat sekali istriku sudah menerima status barunya sebagai budak seks. Meskipun terlihat sulit bagi Audrey untuk mengimbangi kemampuan seks kelima pria tua itu, namun Audrey terlihat mulai menikmatinya, terutama apabila Audrey disetubuhi dengan gaya-gaya baru yang belum pernah dicobanya. Kelima pria itu terus menyetubuhi Audrey sepanjang hari Minggu, Senin sampai hari Selasa, mereka hanya berhenti kalau saatnya makan dan tidur sebentar. Kagum aku melihat stamina kelima pria tua tersebut mengingat usia mereka semuanya sudah di atas 50 tahun. Kadang-kadang ketika mereka beristirahat sebentar, mereka mengijinkanku untuk dioral oleh Audrey, namun mereka tidak pernah mengajakku untuk secara bersama-sama menyetubuhi Audrey. Hari Rabu pagi, mereka baru mengijinkan aku dan Audrey kembali ke Jakarta dengan instruksi bahwa cincin dan bel kecil di bibir atas vagina Audrey tidak boleh dilepas, mulai sekarang Audrey hanya diperbolehkan memakai rok dengan tidak boleh memakai BH dan celana dalam, setiap hari Audrey harus meminum pil anti hamil yang diberikan oleh Wen, Audrey harus selalu mencukur bulu-bulu disekitar vaginanya sehingga vaginanya selalu mulus tanpa bulu sehelaipun, aku tidak boleh menyetubuhi Audrey, aku hanya boleh dioral saja oleh Audrey dan kapanpun Wen dan teman-temannya memanggil Audrey atau datang ke rumah kami, Audrey harus siap melayani. Apabila kami tidak menuruti maka dvd rekaman persetubuhan Audrey di villa tersebut akan tersebar di internet. Audrey hanya mengangguk tanda setuju mendengar instruksi Wen sedangkan aku hanya diam tanpa bisa berbuat apapun. Kamipun pulang ke Jakarta pada hari Rabu pagi itu dengan status baru istriku sebagai budak seks pemuas nafsu.
Tidak terasa sudah 3 minggu berlalu semenjak kejadian di puncak. Selama tiga minggu itu tidak ada apapun yang terjadi. Aku dan istriku Audrey masih menuruti instruksi yang diberikan Wen sebelum kami pulang dari puncak, namun tidak ada tanda-tanda Wen akan meneruskan aksinya terhadap Audrey. Di kantor tempatku bekerja Wen tidak pernah membicarakan kejadian di puncak itu, dia bertindak seolah-olah kejadian di puncak tidak pernah terjadi dan akupun bekerja seperti biasa yaitu membantu Wen dalam manajemen kantor sehari-hari, meskipun semenjak kejadian 3 minggu lalu itu aku dan Wen menjadi tidak akrab seperti biasanya. Kami jarang mengobrol satu sama lain, adapun apabila harus berbicara dengan Wen hanyalah sebatas pembicaraan yang terkait dengan pekerjaan. Selama tiga minggu itu, Audrey tidak pernah keluar rumah. Bel kecil di bibir atas vaginanya dan larangan memakai BH dan celana dalam membuatnya risih untuk keluar rumah. Setiap Audrey melangkah pasti terdengar bel kecil itu berbunyi pelan. Mungkin pembantu-pembantu dan supir di rumah sebenarnya mendengar dentingan bel kecil itu, hal itu terlihat di raut wajah mereka ketika Audrey ada di sekitar mereka. Raut wajah mereka menampakkan kebingungan dan kecurigaan karena mendengar bunyi bel kecil dari dalam rok majikan perempuannya, namun mereka tidak ada yang berani bertanya ataupun berkata apa-apa.
Di rumahku aku dan Audrey mempekerjakan 2 pembantu wanita, 1 pembantu pria dan seorang supir. Salah satu pembantu wanita kami yang biasa kami panggil bi Minah seorang wanita tua yang bertugas memasak dan mencuci pakaian. Satu pembantu wanita kami yang lain bernama panggilan Mar seorang wanita muda berumur 18 tahunan yang bertugas membersihkan rumah, sedangkan pembantu pria dan supir kami masing-masing bernama Sudin dan Amir. Keduanya berumur sekitar 50 tahunan dan berkulit sangat hitam tanda seringnya terkena terik sinar matahari. Pembantu-pembantu dan supir di rumah terlihat menyadari perubahan pada diri Audrey, terutama Sudin dan Amir. Mereka sering terlihat memandangi istriku di rumah, meskipun setiap kali aku melihatnya mereka memalingkan muka dan pura-pura sedang tidak memandangi Audrey. Audrey di rumah tidak pernah lagi memakai BH dan celana dalam, hal itu sesuai dengan instruksi Wen. Ada rasa kekuatiran bahwa pembantu dan supir di rumah mengetahui hal itu, apalagi setelah melihat akhir-akhir ini Sudin dan Amir sering memandangi istriku dengan tatapan yang lain, sedikit mesum terpancar di muka mereka yang hitam itu. Tidak terasa sudah 3 minggu berlalu semenjak kejadian di puncak…, ketika pada suatu malam telepon kami berdering. Audrey mengangkat telepon dan terlihat berbicara dengan serius dengan orang di seberang telepon itu. Setelah 10 menit berbicara, Audrey menutup telepon dan dengan muka pucat menghampiriku. Audrey menceritakan bahwa yang menelepon barusan adalah Wen. Wen akan datang ke rumah besok siang dan memerintahkan istriku untuk mempersiapkan diri…
Keesokan harinya, aku ke kantor seperti biasanya, karena ketika Wen menelepon Audrey tadi malam, Wen tidak menginstruksikan apa-apa yang berkaitan dengan diriku. Hari itu di kantor Wen memberikanku banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Terus terang aku tidak bisa konsentrasi di kantor. Perasaanku campur aduk mengingat telepon Wen pada istriku tadi malam, namun Wen tidak mengatakan apapun kepadaku tentang janjinya dengan Audrey siang ini. Wen memperlakukanku seolah-olah aku tidak mengetahui rencananya siang ini dengan Audrey. Menjelang istirahat makan siang, aku melihat Wen meninggalkan kantor. Melihat itu hatiku semakin campur aduk. Aku bisa menebak Wen akan pergi kemana, namun aku tidak bisa berbuat apa-apa, masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan di kantor. Aku semakin tidak bisa konsentrasi dan pikiranku semakin kacau ketika jam sudah menunjukkan pukul 3 sore dan belum ada tanda-tanda Wen kembali ke kantor. Akhirnya aku memutuskan untuk menelepon Hp Audrey. “Tuut…tuut…tuut…” bunyi nada panggil di Hp Audrey tidak ada yang mengangkat. Setelah beberapa detik kemudian baru ada yang mengangkat, dan yang mengangkat adalah Wen.
“Tom, tenang saja, Audrey tidak apa-apa, kamu tidak perlu kuatir” suara Wen terdengar seakan-akan dia tahu kekuatiranku.
“Kamu tolong selesaikan dulu pekerjaan-pekerjaan yang saya kasih hari ini” perintah Wen kemudian lalu menutup Hp itu.
Perasaanku semakin kacau balau karena mengetahui ternyata Wen masih berada di rumahku, apalagi secara sayup-sayup aku mendengar erangan-erangan istriku di latar belakang suara Wen di HP. Dengan perasaan kalut akupun berusaha dengan cepat mengerjakan semua pekerjaan yang diberikan Wen kepadaku. Namun karena banyaknya pekerjaan yang diberikan Wen, aku baru bisa menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tersebut kurang lebih pukul 7 malam. Begitu semua pekerjaan selesai, akupun segera pulang ke rumah. Di jalan, Amir supirku aku suruh mengendarai mobil dengan cepat sehingga aku dapat sampai ke rumah dengan segera.
Sesampainya di rumah, aku melihat mobil Wen masih berada di drive way rumahku. Aku sempat mendengar Amir supirku mengatakan “Kok ada mobil Pak Wen?”, namun aku tidak menjawab atau memperhatikan kata-kata supirku lagi, aku langsung keluar mobil dan masuk rumah dari pintu samping. Di dalam rumah, aku tidak melihat istriku atau Wen di ruang tamu maupun di ruang tengah. Akupun langsung naik ke lantai atas menuju kamar tidur utama rumahku. Pintu kamar utama ternyata terkunci dari dalam. Aku mengetuknya pelan beberapa kali sambil memanggil-manggil nama Audrey. Setelah beberapa menit, pintu kamar itu terbuka. Ternyata yang membukakan pintu adalah Wen. Kemudian Wen mempersilahkan aku masuk ke dalam kamarku sendiri tersebut. Ternyata di dalam kamar sudah ada satu lagi pria yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Wen memperkenalkan aku dengan pria tersebut yang ternyata adalah anaknya Wen. Namanya Peter, umurnya kurang lebih 20 tahun, badannya kekar tanda dia sering pergi ke fitness center dan matanya sipit seperti bapaknya. Aku belum pernah melihat Peter sebelumnya, karena Wen memang selalu tidak pernah mengajak keluarganya dalam acara-acara kantor. Aku hanya pernah mendengar bahwa Wen adalah seorang duda dengan satu orang anak. Aku mengira bahwa selama ini anaknya Wen berada di Cina, ternyata dugaanku meleset, karena sekarang berdiri di hadapanku, Peter anaknya Wen yang nampak sekali sudah cukup lama berada di Jakarta bersama bapaknya, hal itu dapat dilihat dari betapa fasihnya Peter dalam berbahasa Indonesia. Baik Wen dan Peter sudah berpakaian lengkap, hanya kaus kaki dan sepatu saja yang belum mereka kenakan. Pertama kali melihatku, Peter terlihat canggung dan merasa tidak enak.
“Ter, seperti sudah papa katakan kepadamu, Audrey itu sudah mempunyai suami, dan suaminya telah setuju bahwa kita boleh melakukan apa saja terhadap istrinya. Terbukti kan papa tidak bohong” kata Wen tiba-tiba kepada Peter karena melihat kecanggungan Peter di hadapanku.
“Sekarang kamu nikmati saja malam ini. Papa ada tontonan menarik buatmu” sambung Wen kepada Peter yang membuat jantungku semakin berdegup kencang. Peter yang diajak bicara tidak menjawab, dia hanya mengangguk-angguk pelan.
“Tontonan? Apalagi ini yang akan diperbuat Wen kepada istriku” pikirku kalut dalam hati.
Setelah beberapa menit baru aku bisa menenangkan diri, dan aku baru menyadari bahwa Audrey tidak berada di kamar itu. Rupanya Audrey sedang di kamar mandi untuk membersihkan diri, hal itu aku ketahui dari bunyi shower di kamar mandi yang memang berada di kamar itu. Aku, Peter dan Wen tidak berbicara apapun lagi, kami hanya menunggu Audrey di kamar mandi. Aku merasa canggung berada dengan 2 pria lain di kamarku sendiri. Peter juga terlihat canggung, dia hanya terlihat beberapa kali berbisik kepada Wen. Setelah beberapa menit, Audrey keluar dari kamar mandi. Audrey hanya menggunakan handuk melilit di tubuhnya. Audrey terlihat sedikit terkejut ketika dia mengetahui aku sudah berada di kamar. Mukanya terlihat malu.
“Audrey segera siap-siap sesuai perintahku” kata Wen kepada Audrey memecah keheningan kamar. Audrey hanya menggangguk menurut.
Melihat anggukan Audrey, Wen kemudian melangkah keluar kamar sambil menyuruhku dan Peter mengikutinya. Kami pun keluar dari kamar tidur utama meninggalkan Audrey sendiri dan kami menuju ruang TV di lantai bawah. Sesampainya di ruang TV, Wen menyuruh Peter dan aku meminggirkan meja di ruang TV sehingga hanya tinggal sofa dan karpet di ruang TV itu. Wen dan Peter duduk di sofa panjang sedangkan aku diminta duduk di sofa kecil di ruang TV. Setelah kurang lebih 15 menit kemudian, nampak Audrey turun dari lantai atas. Audrey sudah mengenakan make-up dengan rambut tertata rapi, namun Audrey tidak mengenakan pakaian apapun juga. Audrey turun ke ruang TV dalam keadaan telanjang bulat, di vaginanya yang bersih terlihat cincin emas dan bel kecil masih tergantung. Terus terang Audrey terlihat sangat cantik sekali dengan kepolosannya itu yang membuat penisku segera mengencang.
Sesampainya di ruang TV, Audrey langsung berdiri di tengah ruangan menghadap ke arah Wen dan Peter. Terlihat Audrey sedikit malu karena melihat kehadiranku diruang TV itu.
“Nah, Audrey, setelah saya dan anakku ini menikmati tubuhmu dari siang, sekarang saya ingin melihat apakah kamu sudah siap untuk benar-benar menjadi budak seksku” kata Wen tiba-tiba kepada Audrey.
Audrey yang ditanya hanya mengangguk pelan.
“Sekarang kamu panggil pembantu laki-laki dan supirmu kesini” perintah Wen kepada Audrey.
“Ter, kamu juga panggil si Kisno kesini” perintah Wen kepada Peter sambil menunjuk ke arah luar rumah menandakan Peter harus memanggil Kisno supir pribadi Wen yang menunggu diluar.
Mendengar apa yang dikatakan Wen, Audrey dan aku sangat kaget. Kami tidak percaya dengan apa yang baru kami dengar.
“Maaf Pak Wen, kelihatannya jangan sejauh itu” kataku kepada Wen.
“Ya terserah kamu Tom, tapi jangan salahkan saya kalau dvd rekaman persetubuhan Audrey tersiar luas di internet atau bahkan sampai ke tangan orang tua Audrey” jawab Wen kalem.
Aku tidak bisa menjawab, aku hanya bisa memandang Audrey untuk menanyakan pendapatnya. Audrey hanya diam saja, air mata menetes di kedua pipinya.
“Bagaimana? Ini terserah kalian” sahut Wen kepadaku dan Audrey sambil memberi isyarat kepada Peter untuk bangkit dari sofa.
Melihat Wen dan Peter bangkit dari sofa, Audrey segera berlutut dan meraih paha Wen.
“Ampuun Pak Wen, saya akan lakukan apa saja, asal jangan dengan pembantu atau supir…malu saya…” tangis Audrey mengiba kepada Wen.
“Aaahh…kamu itu budak seksku, kamu harus menurut apapun yang saya suruh tahu! Lagian pembantu-pembantumu pasti sudah curiga, dari tadi siang saya ada di dalam kamarmu. Apa lagi yang kamu harus sembunyikan” hardik Wen kepada Audrey.
“Saya hitung sampai 10, apabila tetap tidak mau, saya akan pergi dari rumahmu sekarang juga, tapi jangan salahkan saya kalau rekaman persetubuhanmu sampai ke tangan orang tuamu” lanjut Wen tegas.
“1…..2……3……4…….5…….6……7…..” hitungan Wen dimulai.
Pada hitungan ke delapan, Audrey bangkit dari posisi berlutut. Dengan gemetar dan isak tangis Audrey menuju interkom yang berada di dinding ruang TV.
“Pak Sudin….Pak Amir…” suara Audrey bergetar memanggil pembantu laki-laki dan supirku.
“Ya bu..” terdengar jawaban Sudin dari seberang interkom.
“Tolong Pak Sudin dan Pak Amir ke ruang TV” lanjut Audrey masih dengan suara bergetar menahan tangis.
“Baik bu” jawab Sudin kemudian.
Mendengar itu, Wen segera meyuruh Peter untuk memanggil Kisno supir pribadinya yang menunggu diluar. Peter yang sudah dapat menebak apa yang diinginkan bapaknya dengan sedikit berlari segera keluar rumah.
“Jangan lupa bilang si Kisno bawa videocamnya” sahut Wen kepada anaknya.
Audrey telah kembali berdiri di tengah ruang TV sambil menangis ketika Sudin dan Amir tiba di ruang TV.
“Ada……aaapppaaaaaa…” Amir tidak dapat melanjutkan kata-katanya, nampak sekali dia kaget ketika tiba di ruang TV dan melihat majikan perempuannya dalam keadaan telanjang bulat di tengah ruang TV.
Baik Amir maupun Sudin hanya berdiri terpana melihat keadaan Audrey. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut mereka. Meskipun raut muka mereka nampak kaget, namun mata mereka tidak bisa lepas dari pemandangan indah yang ada di hadapan mereka.
“Naahh, Sudin dan Amir, malam ini majikanmu mau memberimu hadiah atas kesetian kalian selama ini” kata Wen tiba-tiba memecah keheningan di ruang TV itu.
Mendengar kata-kata Wen, Sudin dan Amir diam saja. Mereka mengerti apa maksud kata-kata Wen, namun mereka berdua langsung menatapku seakan minta kepastian dariku. Karena masih kaget dan tidak tahu apa yang harus aku perbuat, aku hanya diam saja dan malah memandang ke arah Audrey seakan-akan menyuruh Sudin dan Amir menanyakannya langsung ke Audrey.
“Audrey, hentikan tangismu! Cepat katakan apa yang saya telah ajarkan kepadamu sepanjang siang” sahut Wen dengan keras kepada Audrey.
“Tuan-tuan, sa..saya..si..siap melayani tuan-tuan…silahkan pa..pakai se..seluruh lubang yang ada pada diri saya untuk ke…kenikmatan tuan-tuan” kata Audrey terbata-bata sambil menahan tangisnya.
“Nah, Sudin dan Amir, kalian sudah dengar sendiri kan. Silahkan langsung saja jangan malu-malu. Majikanmu sudah memperbolehkan. Saya hanya minta boleh direkam ya….” kata Wen terkekeh sambil mengambil video kamera dari tangan Kisno yang ternyata juga bersama Peter telah tiba di ruang TV.
“Kisno, kamu ajari Sudin dan Amir supaya tidak malu-malu” perintah Wen kemudian kepada Kisno supirnya.
“Siaap boss” jawab Kisno cepat sambil menghampiri Audrey.
Kemudian Kisno menjambak rambut Audrey dengan tangan kirinya dan menariknya ke belakang sehingga wajah Audrey terdongak ke atas.
“Mir, Din. Majikanku ini selalu membagi budak seksnya kepadaku. Sekarang majikanmu ini sudah jadi budak seksnya, sehingga beruntunglah kalian bisa ikutan menikmatinya. Ayo jangan malu-malu, kapan lagi bisa menikmati dan memperbudak majikan sendiri…haa..haa….haa..” kata Kisno kepada Sudin dan Amir sambil tertawa dan tangan kanannya mulai meraba-raba kedua payudara dan vagina Audrey.
Dengan ragu-ragu, Sudin dan Amir menghampiri Audrey. Tangan-tangan mereka mulai menggerayangi tubuh dan paha mulus Audrey. Melihat Audrey hanya diam saja, tangan-tangan Sudin dan Amir semakin berani menggerayangi tubuh Audrey. Tangan-tangan mereka mulai ikut-ikutan meraba-raba kedua payudara dan vagina Audrey.
“Senyum! Jangan mewek aja kalau lagi ngelayanin tuan-tuanmu ini!” bentak Kisno keras kepada Audrey.
Audrey yang mendengar bentakan Kisno berusaha tersenyum dengan terpaksa.
“Cium kedua majikan kamu ini dengan mesra” perintah Kisno selanjutnya kepada Audrey sambil melepaskan jambakannya pada rambut Audrey.
Audrey meskipun terlihat terpaksa kemudian melingkarkan kedua tangannya di leher Amir dan mulai mencium bibir Amir dengan mesra. Ciuman Audrey pada supirku itu tidak bertepuk sebelah tangan. Amir langsung membalas ciuman Audrey dengan ganas. Lidahnya langsung masuk ke mulut Audrey dan mengobok-obok mulut Audrey sampai-sampai Audrey kesulitan bernapas dan tersedak. Kemudian Audrey beralih kepada Sudin. Kembali kedua tangannya dilingkarkan di leher pembantuku itu, dan bibirnya mulai menciumi bibir Sudin. Tidak seperti Amir, Sudin membalas ciuman Audrey dengan mesra. Sudin sedikit menarik Audrey dari Kisno dan Amir, sehingga Audrey dan Sudin dapat berciuman dengan mesra berdua tanpa gangguan Amir dan Kisno. Sambil tetap berciuman dengan Audrey, Sudin melingkarkan tangan kirinya di pinggul Audrey dan tangan kanannya digunakan untuk meraba-raba dan mempermainkan klitoris Audrey. Setelah berciuman beberapa menit sambil mempermainkan klitoris Audrey, Sudin menurunkan tangan kirinya ke bongkahan pantat Audrey. Diraba-rabanya kedua bongkahan pantat Audrey itu, dan kemudian dengan sedikit menahan pantat Audrey dengan telapak tangan kirinya, Sudin memasukan jari tengah dan jari telunjuk tangan kanannya ke dalam vagina Audrey dengan jempol tangan kanan Sudin tetap mempermainkan klitoris Audrey.
“Eegghhh…” terdengar erangan kecil Audrey ketika kedua jari Sudin memasuki vaginanya.
“Suka?” tanya Sudin kepada Audrey sambil melepaskan ciumannya pada Audrey. Audrey tidak menjawab, dia hanya diam saja.
Melihat Audrey hanya diam saja, Sudin menekan kedua jarinya di dalam vagina Audrey dengan sedikit keras.
“Egghh….” terdengar erangan Audrey sedikit mengeras.
“Suka?” tanya Sudin lagi kepada Audrey dengan sedikit tegas.
Mendengar pertanyaan Sudin untuk kedua kalinya, Audrey mengangguk pelan untuk menjawab dan menyenangkan hati Sudin.
“Eh..sini Din, jangan dipakai sendiri aja, kita juga mau” kata Kisno tiba-tiba sambil menarik Audrey dari Sudin.
“Ayo sini, layani kita bertiga sekaligus” kata Kisno sambil menarik Audrey kembali ke tengah ruang TV yang segera diikuti oleh Amir dan Sudin.
“Ayo pelacur, kamu kan sudah diajari Pak Wen dari tadi siang, tunjukkan keahlianmu” perintah Kisno kepada Audrey.
Kini Audrey yang telanjang bulat dikelilingi oleh Kisno, Sudin dan Amir di tengah ruang TV. Tanpa perlu diperintah lebih lanjut, Audrey mulai melepaskan pakaian Kisno, Sudin dan Amir. Setelah seluruh pakaian ketiganya lepas, Audrey kemudian berlutut dan mulai melepaskan celana dan celana dalam Kisno, Sudin dan Amir sehingga Kisno, Sudin dan Amir menjadi telanjang bulat. Terlihat sedikit kaget Audrey melihat selangkangan dan penis-penis Kisno, Sudin dan Amir. Selangkangan Kisno, Sudin dan Amir ditumbuhi bulu-bulu yang sangat lebat tidak terurus, ketiga penis mereka semuanya berwarna hitam, berukuran besar-besar dan sudah mengeras. Nampak penis Kisno sedikit berbeda dari yang lainnya. Di penis Kisno terlihat mempunyai tonjolan-tonjolan bulat, sepertinya di dalam kulit penis Kisno seakan-akan ada beberapa kelereng kecil yang dapat bergerak-gerak dan membuat kulit penis Kisno menjadi tidak rata dan bergelombang. Selain daripada keanehan itu, terlihat kedua sisi penis kisno juga ditindik dengan beberapa cincin emas seperti yang ada pada bibir atas vagina Audrey, namun yang membedakannya adalah di cincin-cincin pada penis Kisno itu di beberapa bagiannya tertutup dengan bulu-bulu kasar seperti sabuk kelapa. Melihat penis Kisno yang sangat aneh itu, terlihat wajah Audrey menjadi panik dan ketakutan. Air mata kembali meleleh di kedua pipinya.
“Hehehehe….jangan takut” kata Kisno tiba-tiba kepada Audrey.
“Penis ini akan membawa kenikmatan untukmu pelacur! Pak Wen khusus membawaku ke Cina untuk menjadikan penisku ini sumber kenikmatan wanita yang tidak ada taranya. Jadi kamu harus merasa beruntung dapat mencicipi penisku ini. Kamu pasti akan ketagihan seks setelah merasakan penisku ini” kata Kisno dengan sedikit tertawa.
Setelah mengatakan hal itu, tanpa menunggu apa-apa lagi, Kisno langsung menarik muka Audrey ke arah selangkangannya. Dan dengan sedikit memaksa tangan Kisno membuka mulut Audrey dan memasukkan penisnya yang besar ke dalam mulut Audrey. Audrey dengan sedikit gelagapan berusaha membuka mulutnya lebar-lebar agar dapat menerima penis Kisno yang besar itu. Kisno langsung memompa penisnya pada mulut Audrey dengan cepat sampai Audrey tersedak-sedak. Setelah beberapa menit memompa mulut Audrey dengan penisnya, Kisno kemudian memalingkan wajah Audrey ke arah penis Amir. Audrey mengerti apa yang diminta, dia langsung membuka mulutnya dan mulai melakukan oral service pada penis Amir. Raut muka Amir menampakkan kegembiraan yang amat sangat ketika penisnya mulai dioral oleh mulut Audrey. Dia kelihatannya tidak mempercayai apa yang sedang terjadi, dia tidak pernah menyangka bahwa majikan perempuannya yang muda dan cantik mau mengulum-ngulum, menghisap-hisap dan menjilati penis tuanya. Selagi mengoral service penis Amir, Kisno meraih tangan kiri Audrey dan mengarahkan ke penisnya. Audrey seperti wanita yang sudah terlatih langsung mengerti kemauan Kisno dan mulai mengocok-ngocok penis Kisno dengan tangan kirinya. Melihat itu Sudin juga tidak mau kalah dan meraih tangan kanan Audrey dan mengarahkannya ke penisnya. Tanpa diperintah lagi Audrey juga langsung mengocok-ngocok penis Sudin. Terlihat pemandangan yang sangat menakjubkan di hadapanku. Audrey yang cantik jelita, berkulit mulus dan putih sedang melayani 3 laki-laki yang buruk rupa sekaligus.
2 laki-laki itu yang sedang dilayani Audrey adalah pembantu dan supirnya sendiri yang sudah berusia 50 tahunan, sedangkan pria satu lagi, si Kisno, meskipun umurnya kira-kira seumuranku, namun mukanya dapat dikatakan yang paling buruk jika dibandingkan dengan yang lain, dan dengan tubuh gempalnya Kisno terlihat seakan-akan seperti raksasa jika dibandingkan dengan tubuh Audrey. Setelah beberapa menit mengoral penis Amir, wajah Audrey kembali dipalingkan oleh Kisno. Kali ini ke penis Sudin. Audrey langsung menurut dan mulai menjilati dan menghisap-hisap penis Sudin sedangkan tangan kanannya beralih ke penis Amir. Setelah beberapa menit melayani penis Sudin dengan mulutnya, wajah Audrey kembali dipalingkan ke penis Kisno dan tangannyapun beralih ke penis yang lain yang sedang tidak dioralnya. Kemudian beberapa menit kemudian beralih lagi ke penis Amir dan kemudian ke penis Sudin dan begitu seterusnya sehingga ketiga penis hitam raksasa itu diservicenya bergantian. Selain menjilati dan menghisap ketiga penis itu, Wen yang sedari tadi asyik merekam adegan Audrey dengan Kisno, Sudin dan Amir memerintahkan Audrey untuk mengulum-ngulum biji-biji kemaluan Kisno, Sudin dan Amir serta juga menjilati paha dalam ketiganya. Audrey juga diperintahkan Wen, untuk melakukan deep throat pada ketiga penis itu, hal mana dipenuhi oleh Audrey dengan susah payah karena begitu besarnya penis-penis itu. Audrey menuruti semua instruksi Wen meskipun terlihat beberapa kali Audrey merasa tidak nyaman karena bau dari penis-penis dan selangkangan-selangkangan Kisno, Sudin dan Amir, namun dengan pasrah Audrey terpaksa menurutinya. Sedangkan Kisno, Sudin dan Amir terlihat keenakan dioral dan dijilati oleh Audrey, muka-muka mereka sudah nampak mesum keenakan. Setelah hampir satu jam memberikan oral service kepada Kisno, Sudin dan Amir, nampak peluh mulai sedikit membasahi tubuh Audrey. AC di ruang TV sedikit banyak membantu Audrey sehingga peluh tidak membanjiri tubuhnya. Audrey yang sedang mengulum penis Sudin mempercepat gerakannya, kelihatannya Audrey mengetahui bahwa Sudin hampir mencapai klimaksnya.
“Good…good….telan semua ya….” perintah Wen seakan-akan tahu apa yang akan terjadi.
Audrey tidak menjawab, dia malah makin mempercepat gerakannya mengoral service penis Sudin. Dan tidak beberapa lama kemudian Sudin memuntahkan seluruh spermanya ke dalam mulut Audrey yang langsung ditelan semuanya oleh Audrey, hal mana terlihat dari tenggorokan Audrey yang bergerak-gerak menelan sesuatu dalam jumlah yang banyak. Setelah menelan seluruh sperma Sudin, Audrey berpindah ke penis Amir. Dihisap-hisapnya penis Amir dengan mulutnya sambil tangan kanannya yang kini bebas mengelus-elus biji kemaluan Amir. Tidak beberapa lama kemudian, Amirpun memuntahkan seluruh spermanya ke dalam mulut Audrey dan seluruh sperma itupun ditelan habis oleh Audrey. Terakhir adalah giliran Kisno. Audrey menghisap-hisap dan menjilati penis Kisno dan kedua tangan Audrey mengelus-elus biji kemaluan dan paha dalam Kisno. Terlihat sekali Audrey berusaha memberikan rangsangan yang hebat untuk Kisno agar Kisno cepat mengalami orgasme dan penderitaan Audrey dalam memberikan oral service dapat segera berakhir. Namun rupanya Kisno mempunyai stamina yang cukup bagus, sehingga perlu waktu yang cukup lama bagi Audrey untuk membuat Kisno orgasme dan memuntahkan seluruh spermanya ke dalam mulut Audrey. Ketika seluruh sperma Kisno telah ditelan habis oleh Audrey, Kisno kembali menjambak rambut Audrey dan menariknya ke atas dengan kasar sehingga Audrey terpaksa berdiri. Kemudian Kisno meraih cincin emas dan bel kecil di bibir atas vagina Audrey dengan kasar.
“Oooucchh….” terdengar jeritan kecil kesakitan keluar dari mulut Audrey.
Kemudian Kisno dengan menarik cincin emas dan bel kecil itu menuntun Audrey ke sofa tunggal yang menghadap TV LCD 42’ di ruang TV rumahku. Suatu pemandangan yang juga sangat menakjubkan, Kisno yang bertubuh besar dan gempal itu menarik cincin dan bel kecil itu dan dengan terpaksa dan sambil menahan sakit Audrey yang cantik mengikutinya. Kisno dengan seenaknya menarik cincin dan bel keci itu seakan-akan dia sedang menarik cincin dihidung seekor sapi, namun bukan sapi yang ditarik melainkan istriku Audrey di vaginanya.
Audrey didudukan oleh Kisno di sofa tunggal itu, masing-masing kedua kakinya dibuka lebar diletakkan di lengan-lengan sofa tersebut sehingga posisi Audrey sekarang duduk di sofa dengan kedua kaki mengangkang lebar. Wen memberi isyarat kepada Audrey untuk tidak bergerak dalam posisi itu. Kemudian Wen menyambungkan sebuah kabel panjang ke TV LCD 42’ yang berada di hadapan Audrey. Dan setelah kabel tersambung, nampaklah gambar Audrey di TV itu sedang mengangkang lebar di sofa.
“Nah, sekarang baru asyik. Kamu bisa melihat secara live persetubuhanmu sendiri” kata Wen kepada Audrey.
Audrey tidak menjawab apa-apa. Kemudian Wen memerintahkan Audrey untuk membuka vaginanya dengan jari-jari tangannya sendiri. Audrey dengan sedikit ragu menurutinya. Audrey membuka vaginanya sendiri dengan lebar-lebar. Lalu Wen memerintahkan Audrey untuk mengatakan hal-hal yang tidak senonoh, seperti “saya pelacur yang siap melayani”, “vagina saya sudah ingin sekali dimasuki penis yang besar” dan lain-lain. Audrey pada awalnya tidak mau menuruti perintah Wen, namun setelah diancam oleh Wen bahwa rekaman persetubuhannya akan tersebar di internet, Audreypun menuruti dengan sedikit isak tangis dan air mata yang meleleh di kedua pipinya. Setelah puas mempermalukan Audrey, Wen memberikan isyarat kepada Kisno, dan Kisnopun langsung berlutut didepan selangkangan Audrey dan mulai menjilati paha dalam Audrey dan terus ke vagina Audrey. Ketika lidah Kisno yang ternyata ditindik dengan besi kecil itu mulai menyapu bagian dalam vagina Audrey, terlihat tubuh Audrey sedikit menegang menerima rangsangan di vaginanya. Kedua tangan Audrey meremas-remas pegangan tangan sofa dan kadang-kadang memegang paha dalamnya sendiri agar kedua kakinya tetap mengangkang lebar. Mata Audrey tertuju pada selangkangannya sendiri untuk melihat kegiatan lidah Kisno di vaginanya.
“Audrey, ngapain kamu melihat ke bawah, di TV sudah ada gambarmu sendiri, kalau kamu mau melihat dengan jelas vaginamu tanpa terhalang kepala Kisno, akan saya zoom dan kamu bisa melihatnya secara jelas di TV” kata Wen sambil menzoom kameranya dan mengarahkannya pada posisi yang tepat sehingga di TV terlihat jelas sekali vagina Audrey yang sedang dijilati oleh Kisno dengan rakus.
Audrey menuruti apa yang dikatakan oleh Wen. Audrey mulai memandang ke arah TV dan melihat vaginanya sedang dijilati oleh Kisno di TV. Dengan tanpa menghentikan jilatan-jilatannya pada vagina dan klitoris Audrey, Kisno memasukkan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya ke dalam vagina Audrey. Audrey dengan mata tetap memandang ke TV mengeluarkan erangan kecil, badannya bergoyang-goyang mengikuti irama permainan jari-jari Kisno di vaginanya. Adegan itu direkam dengan lihainya oleh Wen. Wen kadang-kadang menzoom in dan zoom out kameranya sehingga kadang-kadang hanya gambar vagina Audrey yang sedang dipermainkan Kisno nampak di layar TV dan kadang-kadang gambar keseluruhan Audrey sedang duduk mengangkang di sofa dengan badan yang bergoyang-goyang dan meliuk-liuk dengan kepala Kisno terbenam diselangkangannya nampak di layar TV. Erangan-erangan makin jelas keluar dari mulut Audrey, nampaknya Kisno dengan lihainya telah membuat Audrey terangsang hebat. Tubuh Audrey makin bergoyang mengikuti irama jilatan-jilatan lidah Kisno di vaginanya. Kadang-kadang terlihat Audrey menggigit kecil bibir bawahnya sendiri menahan rangsangan hebat yang mulai menjalar ke seluruh tubuhnya. Cukup kira-kira 10 menit permainan Kisno di vagina Audrey sudah membuat Audrey mulai lupa pada keadaan sekelilingnya. Mata Audrey tetap menatap TV yang menanyangkan dirinya sedang dirangsang oleh Kisno, namun kedua tangannya mulai mengelus-elus dan menjambak-jambak kecil rambut di kepala Kisno. Audrey mulai berani memajukan pinggulnya ke depan agar lidah dan jari-jari tangan Kisno dapat makin menekan masuk ke dalam vaginanya.
“Iyaaa…teerruss…iyaa….teeeruss s” mulai terdengar rintihan-rintihan Audrey tanda dia menyukai apa yang diperbuat Kisno di vaginanya.
Mendengar itu Wen tertawa kecil dan menzoom kamera ke wajah Audrey yang cantik. Audrey yang melihat wajahnya di close-up di TV tersenyum kecil. Rangsangan yang diberikan Kisno pada vaginanya mulai menghilangkan rasa malu dan rasa jijiknya terhadap pasangan persetubuhannya.
Tidak lama setelah itu mulai nampak tanda-tanda Audrey akan mengalami orgasmenya. Pinggulnya makin ditekannya ke depan kearah mulut Kisno. Jambakan-jambakan tangannya pada rambut Kisno mulai semakin liar dan kedua kakinya semakin dibukanya lebar-lebar. Detik-detik akhir mendekati orgasme makin terlihat pada diri Audrey, gerakan pinggulnya semakin liar, erangan-erangannya semakin keras, namun ketika saat-saat orgasme tinggal selangkah lagi, tiba-tiba dengan mulutnya, Kisno menarik cincin emas yang ada di bibir atas vagina Audrey dengan keras.
“Aoouuuccch……..!!!” teriak Audrey keras karena kesakitan. Mukanya meringis menahan sakit, bibirnya menggigit tangan kanannya yang dikepal. Orgasme yang tinggal selangkah lagi dicapainya hilang karena rasa sakit itu.
Muka sedikit kecewa nampak diraut wajah Audrey, namun Kisno tidak mempedulikannya. Kisno kembali pada kegiatannya merangsang vagina Audrey kembali, dan bagi Audrey setelah beberapa menit rasa sakit itu hilang, Audreypun kembali hanyut pada permainan Kisno di vaginanya. Beberapa kali kejadian seperti itu berulang, rupanya Kisno dengan sengaja membuat Audrey ke titik hampir klimaks namun kemudian menurunkannya kembali dengan cara menarik cincin emas yang berada di bibir atas vagina Audrey, sehingga Audrey hanya mengalami rangsangan yang sangat hebat namun tidak bisa orgasme. Diperlakukan seperti itu membuat Audrey penasaran, goyangan pinggulnya semakin hebat, sedangkan kedua tangannya berusaha melindungi cincin emas dan bel kecil yang berada di bibir atas vaginanya agar tidak bisa ditarik oleh mulut Kisno. Melihat itu Wen segera menyuruh Peter untuk memegang kedua tangan Audrey dan menariknya ke atas dan ke belakang kepala Audrey, sehingga dengan kedua tangan yang dipegang Peter itu, Audrey tidak bisa mencegah perbuatan Kisno yang menghalanginya mencapai orgasme. Selama setengah jam Audrey diperlakukan demikian oleh Kisno. Audrey nampak sekali sudah tidak tahan untuk meraih orgasmenya yang tidak kunjung juga bisa dicapainya. Tatapan matanya sayu dan pasrah dan kadang-kadang dia memejamkan matanya.
“Tolong….bikin saya orgasme…jangan…ditarik lagi…” desah Audrey pelan kepada Kisno berulang-ulang.
Mendengar itu Wen kembali tertawa lebar dan berkata “Audrey, kamu itu budak seks, bukan kamu yang harus dilayani, tapi kamu harus melayani tahu!”
“Kamu kalau mau orgasme harus minta ijin, apabila diijinkan baru boleh kamu orgasme, mengerti!” lanjut wen kepada Audrey.
Audrey yang sudah tidak tahan untuk mencapai orgasme langsung menjawab “Pak Wen, bolehkah saya orgasme?”
Pertanyaan itu diulangnya berkali-kali sampai tiba-tiba Sudin dan Amir secara hampir bersamaan berkata “Pak Wen, biarkan saya yang membuatnya orgasme”.
Mendengar itu Wen tertawa kecil “Tidak usah rebutan, Audrey bisa melayani kalian berdua sekaligus”
“Audrey, kamu beruntung, ada 2 pejantan ini yang mau memuaskanmu, kamu tahu apa yang harus dilakukan” kata Wen setengah memerintah kepada Audrey.
Mendengar itu, Audrey dengan dibantu oleh Kisno bangkit dari sofa, lalu kemudian langsung merebahkan diri telentang di karpet di tengah ruang TV dengan kaki mengangkang lebar-lebar di hadapan Sudin dan Amir. Sudin dan Amir dengan penis-penisnya yang sudah kembali mengencang malah dengan bodohnya termangu melihat posisi siap disetubuhi yang dipertontonkan Audrey kepada mereka. Kelihatannya mereka tidak percaya apa yang ada di hadapan mereka dan mereka bingung siapa yang akan memulai duluan.
“Pak Amir…sini..” desah Audrey setengah memerintah kepada Amir dan dengan muka yang nampak sudah tidak sabar karena baik Amir maupun Sudin hanya termangu berdiri di hadapannya.
Amir yang mendengar namanya dipanggil dengan setengah cengengesan meledek kearah Sudin langsung memposisikan dirinya di atas tubuh Audrey. Amir segera mengarahkan penisnya yang besar dan hitam kearah vagina Audrey yang mungil dan mulus itu.
“Maaf ya bu….hehehehe…” terdengar bisikan Amir sambil terkekeh kecil kepada Audrey ketika Amir mulai memasukkan penisnya ke dalam vagina Audrey.
Terdengar erangan dan rintihan kecil dari mulut Audrey ketika penis Amir mulai memasuki vaginanya. Audrey berusaha memposisikan dirinya agar penis Amir dapat masuk dengan lancar ke dalam vaginanya. Meskipun vaginanya sudah sangat basah akibat permainan Kisno, namun terlihat Audrey sedikit kesusahan menerima penis Amir yang besar di vaginanya. Setelah beberapa puluh detik, barulah seluruh penis Amir amblas ke dalam vagina Audrey. Mata Audrey memancarkan kebahagiaan dan ketakjuban karena ternyata vaginanya dapat menampung seluruh penis Amir yang sangat besar dan panjang itu. Beberapa menit Amir mendiamkan penisnya dalam vagina Audrey untuk memberikan kesempatan pada Audrey membiasakan diri dengan penisnya yang besar itu. Kemudian tanpa basa-basi lagi Amir langsung menggenjot penisnya pada vagina Audrey dengan keras, cepat dan kasar. Audrey yang sudah terangsang berat karena permainan Kisno sebelumnya, langsung melayani permainan kasar Amir, dilayaninya genjotan-genjotan Amir dengan goyangan-goyangan pinggulnya dengan tak kalah hebat. Terlihat pemandangan yang sangat hebat. Dua manusia berbeda jenis kelamin, yang satu muda dan cantik sedangkan yang satu lagi tua dan jelek bersetubuh hanya untuk mencari kepuasan nafsu hewani masing-masing, tanpa cinta dan tanpa kemesraan tapi hanya berlomba-lomba mencari kepuasan seksnya masing-masing. Audrey dan Amir bersetubuh dengan kasar dan ganas, mereka berdua sudah tidak mempedulikan sekelilingnya. Mereka seakan-akan berlomba untuk lebih dahulu mencapai orgasmenya sebelum pasangan persetubuhannya mencapai orgasme. Hanya perlu sekitar 15 menit ketika Audrey yang memang telah terangsang hebat dengan permainan Kisno mencapai orgasmenya yang hebat dan panjang. Lenguhan keras terdengar keluar dari mulutnya, badannya menegang keras, tanggannya merangkul erat punggung Amir dan kedua kakinya dikaitkan rapat-rapat pada pinggul Amir. Setelah beberapa menit di puncak orgasme, badan Audrey melemas, kedua tangannya melepas pelukannya pada punggung Amir, kedua kakinya tergolek lemas di atas karpet.
Tidak seperti Audrey, Amir yang sebelumnya sudah mencapai orgasme ketika dioral service oleh Audrey, masih membutuhkan waktu lama untuk mencapai orgasme. Genjotan-genjotannya pada vagina Audrey malah semakin kencang, cepat dan kasar. Muka Amir tersenyum lebar karena mengetahui majikan perempuannya sudah mencapai orgasme, seakan-akan menunjukkan bahwa dia adalah pemenang dari pertarungan seks itu. Audrey yang sudah lemas, karena selain sudah orgasme juga karena sedari siang sudah melayani Wen dan anaknya hanya bisa tergoncang-goncang hebat dengan permainan kasar Amir. Kedua tangan Audrey hanya tergolek lemah di atas karpet, kedua kakinya tidak dapat diangkatnya lagi. Audrey hanya bisa tergeletak lemas dengan posisi kaki terbuka lebar di atas karpet. Ketika Amir meraih kedua pergelangan kaki Audrey dengan kedua tangannya dan mengangkatnya ke atas serta membuka kedua kakinya lebar-lebar, Audrey hanya bisa pasrah. Erangan-erangan terdengar setiap kali penis Amir yang besar membobol vaginanya berulang kali dengan kasar. Mata Audrey hanya bisa menatap kosong ke wajah Amir dan sesekali kearah vaginanya seakan-akan menunggu kapan penis Amir yang besar akan memuntahkan seluruh spermanya ke dalam vaginanya. Setelah belasan menit, Amir belum juga tampak akan orgasme. Amir merapatkan kedua kaki Audrey dan menyandarkannya pada salah satu bahunya dan semakin cepat menggenjot vagina Audrey. Audrey secara reflek merapatkan kedua tangannya sejajar di kiri dan kanan tubuhnya. Audrey hanya bisa mengerang-erang dan merintih-rintih ketika penis Amir masuk seluruhnya ke dalam vaginanya. Dengan kaki yang dirapatkan oleh Amir, vagina Audrey makin menyempit karena selangkangannya tertutup rapat. Badan Audrey hanya tergoncang-goncang mengikuti permainan Amir. Audrey sudah tidak sanggup lagi menggoyangkan pinggulnya, dia hanya bisa pasrah sambil merintih-rintih. Telah beberapa belas menit berlalu ketika tiba-tiba Wen berkata “Oooh, kita ada yang lupa nih, si pelacur tadi orgasme tanpa minta ijin terlebih dahulu, berarti dia harus dihukum”.
“Kisno, mana jepitan favorit saya, kamu bawa?” lanjut Wen kepada Kisno.
Kisno yang ditanya langsung merogoh tas kamera dan mengeluarkan dua buah jepitan besi yang berbentuk seperti jepitan jemuran. Kedua jepitan itu dihubungkan dengan sebuah rantai besi.
“Pakaikan ke Audrey” perintah Wen kepada Kisno.
Wajah Audrey nampak ketakutan melihat jepitan besi itu. Kedua tangannya langsung digunakannya untuk menutupi kedua payudaranya. Rupanya Audrey dapat langsung menebak apa kegunaan jepit besi itu.
Peter yang melihat Audrey menutupi kedua payudaranya dengan kedua tangannya langsung mendekati Audrey. Diraihnya kedua tangan Audrey dan dengan paksa ditariknya kedua tangan Audrey itu ke atas dan diletakan di atas karpet sejajar dengan kepala Audrey. Dengan posisi kedua lengan dipegangi oleh Peter dan kedua kaki yang dipegangi oleh Amir. Audrey menjadi tidak berdaya dan kedua payudaranya terekpos bebas. Kemudian Kisno menghampiri Audrey, dan dengan cekatan masing-masing jepitan itu digunakannya untuk menjepit masing-masing puting payudara Audrey. Audrey tidak dapat berkata apa-apa karena begitu cepatnya kejadian itu. Hanya terdengar jeritan keras Audrey dan diikuti dengan air mata yang meleleh di kedua pipinya ketika masing-masing jepitan sudah terpasang dengan sempurna menjepit puting payudaranya. Setelah kedua jepitan sudah terpasang sempurna pada tempatnya, Kisno menyerahkan rantai yang menghubungkan kedua jepitan itu kepada Amir. Amir dengan wajah mesum melepaskan pegangannya pada kedua kaki Audrey dan menerima rantai besi itu dari Kisno. Kemudian Amir tanpa basa basi lagi langsung menarik rantai besi itu ke arahnya sehingga kedua payudara Audrey tertarik ke atas dan ke arah Amir sampai-sampai membuat tubuh Audrey terpaksa mengikuti tarikan Amir pada rantai besi itu sehingga posisi Audrey setengah duduk namun Audrey tidak dapat duduk dengan sempurna karena dalam vaginanya masih tertancap penis Amir yang besar.
“Ngangkang yang lebar dan angkat kakinya atau saya tarik sampai putingnya putus!” sahut Amir tiba-tiba kepada Audrey yang cukup membuatku kaget karena baru pertama kalinya aku mendengar supirku ini berani membentak istriku.
Dengan kedua jepit diputingnya dan rantai yang ditangan Amir, Audrey hanya bisa menurut. Diangkatnya dan dibukanya lebar-lebar kedua kakinya sehingga kini Audrey dalam posisi setengah duduk dengan hanya sedikit pantat yang menumpu tubuhnya dan kedua tapak tangannya yang bertumpu pada karpet agar tubuhnya tidak jatuh ke belakang.
Amir kembali mempercepat genjotannya pada vagina Audrey. Kedua tangan Amir memegang rantai jepit itu dan menarik-nariknya sehingga nampak seperti seperti seseorang yang sedang memegang tali kendali kuda. Sesekali tangan kirinya menampar-nampar paha luar Audrey sehingga Amir seperti seorang joki. Tapi bukan joki yang menunggang kuda tapi joki yang sedang menyetubuhi seorang wanita yang sangat cantik. Payudara Audrey nampak tertarik dengan kencang kedepan, badannya bergoyang hebat karena genjotan ganas Amir pada vaginanya. Audrey nampak kerepotan untuk menjaga keseimbangannya, namun karena jepitan pada kedua payudaranya itu nampak Audrey tetap berusaha tetap pada posisinya. Setelah beberapa menit diperlakukan kasar begitu oleh Amir, nampak perubahan pada diri Audrey. Rupanya diperlakukan kasar oleh supirnya membuat sensasi sendiri pada diri Audrey. Vaginanya nampak mulai banjir dengan cairan kewanitaannya. Bunyi vagina basah yang dimasuki penis mulai terdengar keras setiap kali Amir dengan kasar memasukkan penisnya dalam vagina Audrey. Mata Audrey menjadi berbinar, matanya memandang bergantian kearah Amir, kearah kedua payudaranya dan kearah vaginanya yang sedang digenjot dengan ganas oleh penis Amir yang besar dan hitam itu. Ketika Amir menyodorkan jari tengah dan jari telunjuk tangan kirinya kearah muka Audrey, Audrey langsung menyambutnya dengan mulutnya dan mulai mengulum-ngulum kedua jari Amir itu dengan tatapan yang seksi kearah Amir. Desahan-desahan kenikmatan mulai keluar dari mulut Audrey, rupanya dia sudah benar-benar tunduk pada supirku itu. Audrey menuruti apa saja perintah Amir. Ketika Amir menyuruhnya menjulurkan lidah, Audrey langsung menurutinya. Tangan kiri Amir langsung meraih lidah Audrey itu dan menarik-nariknya, Audrey bukan kesakitan tapi malah membiarkan Amir dan tersenyum dengan mulut yang terbuka. Setiap adegan-adegan itu direkam dengan baik oleh Wen dan nampak dengan jelas dilayar TV. Terlihat Wen sangat puas dengan hasil karyanya. Audrey nampak sekali menikmati persetubuhannya dengan Amir. Audrey nampak sekali berusaha menyenangkan dan melayani Amir dengan sebaik-baiknya, rasa sakit pada puting payudaranya sudah berubah menjadi kenikmatan yang luar biasa. Setiap genjotan kasar Amir pada vaginanya selalu diiringi dengan jeritan seksi kenikmatan yang tiada tara dari mulut Audrey.
Sudin yang dari tadi hanya menjadi penonton kelihatannya sudah tidak bisa menahan diri untuk ikut menyetubuhi majikan perempuannya. Sudin mendekati Audrey, diambilnya rantai yang menghubungkan kedua jepitan dari tangan Amir dan direbahkannya Audrey telentang di atas karpet. Kemudian Sudin berlutut menghadap kearah Amir dan mengangkangi wajah Audrey sehingga sekarang wajah Audrey berada di bawah selangkangannya. Setelah itu Sudin menarik rantai itu ke atas, sehingga mau tidak mau Audrey harus mengangkat dada dan wajahnya sehingga wajahnya menempel di biji kemaluan dan lubang pantat Sudin. Dengan sekali hentakan pada rantai itu oleh Sudin, kelihatannya Audrey sudah dilanda birahi yang sangat hebat mengerti apa maunya Sudin. Audrey mulai menjilati dan mengulum biji kemaluan Sudin dari bawah. Audrey juga tanpa malu-malu lagi menjilati lubang pantat pembantu prianya itu. Muka Sudin tampak sumringah ketika merasakan jilatan dan kuluman Audrey di selangkangannya, sedangkan Amir sekarang meraih kedua pergelangan kaki Audrey dan mengangkatnya serta membuka lebar-lebar kedua kaki Audrey sambil terus menggenjot vagina Audrey dengan penisnya. Desahan-desahan Audrey semakin menggila, rasa malunya disetubuhi oleh supir dan pembantu prianya telah hilang sama sekali. Rintihan-rintihan nikmat membahana di ruangan itu. Bel kecil di vagina Audrey menambah ramainya suara yang terdengar. Kurang lebih 10 menit kemudian terdengar suara dari bawah selangkangan Sudin.
“Tuan….tuuu…an….boleh sa…saya orgasme?” desah Audrey cukup keras.
“Hahaha….boleh…boleh….” tawa Sudin dan Amir hampir bersamaan.
Beberapa detik setelah itu terlihat tubuh Audrey mengejang hebat, terdengar lenguhan hebat keluar dari mulutnya menggambarkan seakan-akan Audrey melepas suatu kenikmatan yang luar biasa yang telah tertahan lama di tubuhnya. Wen dengan cekatan merekam semua adegan itu, mukanya terlihat puas melihat Audrey sekarang benar-benar tunduk dan menerima semua yang dilakukan terhadap dirinya. Setelah beberapa menit di puncak orgasme, akhirnya tubuh Audrey melemas. Wajahnya terlihat lelah namun senyum kepuasan terlihat di bibirnya.
“Sekarang gentian saya yang dilayani dong” kata Amir kepada Audrey tiba-tiba sambil mencabut penisnya dari vagina Audrey serta merebahkan diri disamping Audrey.
Audrey terlihat berusaha keluar dari bawah selangkangan Sudin, dan Sudinpun mengerti dan membolehkannya. Dengan senyum Audrey kemudian menaiki tubuh Amir sehingga sekarang Audrey dan Amir dalam posisi woman on top. Segera setelah menaiki tubuh Amir, Audrey membimbing penis Amir dengan tangannya ke dalam vaginanya, kemudian ditekannya vaginanya ke bawah sehingga penis Amir amblas seluruhnya ke dalam vagina Audrey. Kemudian Audrey menggerakan pinggulnya naik turun serta memutar, membuat Amir merasakan penisnya diservice oleh vagina Audrey. Tidak itu saja yang dilakukan Audrey, Audrey juga menciumi dan menjilati dada dan leher Amir yang membuat Amir sedikit melenguh kenikmatan.
“Kok Amir saja, saya juga mau” sahut Sudin tiba-tiba dengan nada yang sudah tidak sabar.
Audrey hanya tersenyum kearah Sudin dan merebahkan tubuhnya di dada Amir. Kemudian dengan tanpa mengatakan apa-apa lagi kedua tangan Audrey membuka kedua pantatnya sendiri sehingga lubang anus Audrey terlihat jelas dan menantang untuk dimasuki. Sudin si pria tua itu mengerti apa maksud Audrey. Sudin segera berjongkok dan mengarahkan penisnya ke lubang anus Audrey. Sedikit demi sedikit terlihat penis Sudin memasuki lubang anus Audrey. Lubang anus Audrey masih cukup seret karena hanya keringat dan cairan kewanitaan Audrey yang membasahi anus tersebut. Terlihat wajah Audrey di dada Amir menahan sakit. Mata Audrey terpejam menahan sakit dan Audrey menggigit bibir bawahnya sendiri ketika senti demi senti penis Sudin yang besar mulai menerobos masuk ke dalam lubang anus Audrey. Namun tidak ada keluhan atau jeritan sakit keluar dari mulut Audrey. Audrey dengan tabah menerima penis Sudin di anusnya. Setelah penis Sudin masuk seluruhnya ke dalam lubang anus Audrey, baik Audrey, Amir dan Sudin berdiam diri beberapa menit dalam keadaan penis Amir seluruhnya masuk dalam vagina Audrey dan seluruh penis Sudin seluruhnya masuk dalam lubang anus Audrey.
Beberapa menit berlalu ketika terlihat Audrey mulai dapat membiasakan diri dengan dua penis besar masing-masing di vagina dan anusnya. Kemudian Audrey mengangkat tubuhnya sedikit dan bertumpu dengan kedua tangannya di karpet dan secara bersamaan mulai memutar-mutar pantatnya sendiri. Amir dan Sudin mengerti bahwa majikan perempuannya itu sudah siap melakukan persetubuhan dan keduanya segera menggenjot penis mereka masing-masing dari pelan-pelan makin lama makin cepat. Amir dari bawah dengan buasnya menggenjotkan penisnya ke vagina Audrey, sedangkan Sudin dengan tidak kalah ganasnya menggenjot penisnya ke anus Audrey dari belakang. Menerima serangan dari dua arah pada kedua lubangnya, wajah Audrey menampakkan kepuasan, senyumnya kembali terlihat dan desahan-desahan nikmat mulai keluar dari mulutnya. Amir kemudian dari bawah menyerahkan rantai yang menghubungkan kedua jepitan di payudara Audrey ke mulut Audrey, dan Audreypun langsung menyambutnya dengan menggigit rantai tersebut. Kemudian Audrey sedikit merebahkan tubuhnya ke depan sehingga kedua payudaranya persis di atas wajah Amir yang langsung disambut Amir dengan genggaman kedua tangan Amir di kedua payudara tersebut dan disertai jilatan dan kuluman mulut Amir di payudara Audrey. Sudin yang sedang menggasak anus Audrey dengan penisnya tidak mau kalah, ditariknya rambut Audrey ke belakang sehingga kepala Audrey terdongak ke atas yang menyebabkan kedua payudara Audrey ikut tertarik. Lenguhan kecil terdengar dari mulut Audrey ketika kedua payudaranya tertarik kencang, namun wajah Audrey tetap terlihat kenikmatan. Mendengar itu, Sudin makin menarik-narik rambut Audrey, setiap tarikannya selalu disertai lenguhan nikmat Audrey sehingga membuat Sudin semakin berani menarik-narik rambut Audrey dengan kasar. Setelah 20 menit terlihat Amir mulai akan mencapai orgasmenya. Audrey menyadari hal itu dan semakin menggerak-gerakan pinggulnya dengan liar sehingga dalam waktu tidak beberapa lama kemudian Amir mencapai orgasmenya dan memuntahkan seluruh spermanya ke dalam vagina Audrey.
Melihat Amir telah orgasme, Sudin kemudian mencabut penisnya dari anus Audrey dan menarik tubuh Audrey ke belakang dan segera men-doggy style Audrey dengan kasar. Audrey terlihat puas dengan perlakuan pembantu pria dan supirnya. Mulut Audrey yang sekarang tepat diselangkangan Amir tidak tinggal diam, dikulum dan dijilatinya penis Amir sehingga semua sperma dan cairan kewanitaan yang menempel di penis Amir dijilat dan ditelannya sampai bersih. Kedua tangan Audrey mengocok-ngocok penis Amir seakan-akan tidak rela kalau penis Amir sudah melayu.
Kegiatan Audrey pada penis Amir baru terhenti ketika tiba-tiba Sudin meraih kedua pundak Audrey dan menariknya ke belakang sehingga sekarang posisi Audrey dan Sudin dalam keadaan berlutut tegak dengan penis Sudin menggasak vagina Audrey dari belakang. Sudin terus menggasak vagina Audrey dengan penisnya, gerakan-gerakannya sungguh liar, kedua tangan Sudin meraih kedua payudara Audrey dari belakang. Diremas-remasnya kedua payudara Audrey dengan ganas. Audreypun tidak mau kalah, diputar-putarnya pinggulnya dengan disertai tekanan-tekanan ke belakang kearah penis Sudin. Selain menggenjot vagina Audrey dari belakang dan meremas-remas payudara Audrey dengan ganasnya, Sudin juga menciumi dan menjilati leher Audrey yang jenjang itu dan juga mengulum-ngulum kuping Audrey. Sambil terus menjilati leher dan kuping Audrey, Sudin kemudian mengarahkan tangan kanannya ke klitoris Audrey dan mulai menggosok-gosok klitoris Audrey dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya.
Diperlakukan demikian, Audrey menggelinjang-gelinjang kenikmatan, kedua tangan Audrey meraih pantat Sudin dan menarik-nariknya ke depan sehingga penis Sudin semakin keras menghujam vaginannya. Kemudian Audrey mendongakkan kepalanya ke belakang ke bahu kanan Sudin dan mulai menciumi bibir Sudin yang langsung disambut Sudin dengan ganas. Audrey dan Sudin berciuman dan saling memainkan lidahnya masing-masing. Terdengar rintihan-rintihan nikmat Audrey dan dengan mata sayu Audrey memandangi mata Sudin sambil terus berciuman dengan Sudin.
“Aaah…ahhh…nikmat pak Sudin….aam..pun….nikmat sekali…” terdengar desahan-desahan kecil keluar dari mulut Audrey.
Benar-benar pemandangan yang hebat, seorang wanita cantik berkulit putih bersetubuh dengan seorang pria tua setengah baya berkulit hitam legam. Keringat mengucur deras dikeduanya sehingga nampak kedua tubuh mereka mengkilap karena keringat itu dan semuanya terekam dengan baik di kamera video Wen.
Setelah sekian puluh menit, kembali Audrey berkata “Tuuaan bolehkah saya orgasme lagi….”
“Tunggu, saya juga hampir orgasme, kita orgasme sama-sama ya” jawab Sudin kepada budak seksnya yang dahulu adalah majikan perempuannya.
Audrey tidak menjawab, dia hanya menganggukkan kepala dan terlihat berusaha sekuat tenaga menahan orgasmenya dengan susah payah. Setelah beberapa belas menit kemudian terlihat Sudin akan mencapai orgasmenya, Audrey menyadari hal itu dan raut mukanya terlihat lega. Beberapa detik kemudian kedua manusia berlainan jenis itu mencapai orgasme secara bersama-sama. Kembali tubuh Audrey mengejang hebat, diremas-remasnya rambut kepala Sudin, diciuminya bibir Sudin dan secara bersamaan, Sudin juga memuntahkan sperma di dalam vagina Audrey. Beberapa menit Audrey dan Sudin berada di puncak orgasme, kemudian kedua tubuh mereka rebah bersamaan di atas karpet kelelahan.
Wen rupanya belum puas dengan Audrey. Segera ditariknya rantai penjepit payudara Audrey sehingga terpaksa membuat Audrey bangkit. Kemudian Wen memerintahkan Audrey untuk duduk di sofa kecil dengan kedua kaki mengangkang bertumpu pada kedua lengan sofa. Kemudian wen memerintahkan Kisno untuk mengikat masing-masing pergelangan kaki Audrey pada kaki-kaki sofa, demikian juga kedua pergelangan tangan Audrey diikat pada kaki-kaki sofa yang lainnya, sehingga kini posisi Audrey menjadi tidak berdaya dengan posisi duduk mengangkang di sofa dan masing-masing kakinya terikat di kaki-kaki depan sofa serta masing-masing tangan terikat di kaki-kaki belakang sofa. Audrey yang masih kelelahan tidak banyak melawan, kelihatannya Audrey sudah benar-benar pasrah dengan apa yang akan dialaminya.
“Nah, Audrey, sekarang pelajaran baru buat kamu” kata Wen tiba-tiba sambil menyerahkan kamera video kepada Kisno.
“Kisno, kamu rekam ya yang bagus” lanjut Wen kepada Kisno.
Kisno yang mendengar perintah majikannya hanya mengangguk-angguk sambil tersenyum dan mulai merekam Audrey dalam keadaan tidak berdaya itu. Wen kemudian berlutut dihadapan selangkangan Audrey, tangan kanannya kemudaian menggosok-gosok vagina Audrey, dan kemudian jari tengah dan jari telunjuk tangan kanannya mulai memasuki vagina Audrey. Audrey sedikit menggelinjang ketika 2 jari tangan Wen masuk ke dalam vaginanya. Desahan kecil keluar dari mulut Audrey. Setelah beberapa menit memainkan vagina Audrey dengan 2 jarinya, Wen kemudian meraih rantai penjepit payudara Audrey dengan tangan kirinya serta mulai menarik-nariknya pelan-pelan namun panjang sehingga kedua payudara Audrey benar-benar tertarik ke depan. Suara rintihan terdengar lagi dari mulut Audrey ketika rantai tersebut ditarik-tarik oleh Wen. Beberapa menit berlalu ketika Wen mulai menggunakan ibu jari tangan kanannya untuk memainkan klitoris Audrey, dan secara pelan-pelan memasukkan jari manis tangan kanannya ke dalam vagina Audrey sehingga kini 3 jari Wen masuk ke dalam vagina Audrey.
Setelah 3 jari Wen masuk ke vagina Audrey, Wen mulai memompa ketiga jarinya keluar masuk vagina Audrey dengan cepat. Wen secara lihai memainkan vagina Audrey dengan ketiga jarinya ditambah ibu jarinya di klitoris Audrey yang membuat Audrey menggelinjang hebat dan merintih-rintih kenikmatan dengan keras. Terdengar bunyi keciplak kecipluk ketika vagina Audrey yang sudah basah dengan sperma Amir dan Sudin serta ditambah cairan kewanitaannya sendiri dikerjai habis-habisan oleh jari-jari tangan Wen. Setelah beberapa menit, Wen mulai memasukkan jari kelingkingnya ke dalam vagina Audrey, sehingga sekarang 4 jari tangan Wen memompa vagina Audrey. Terlihat raut wajah Audrey menampakkan sedikit kekuatiran, tapi ikatan pada kedua kaki dan kedua tangannya membuat Audrey tidak dapat berbuat banyak serta ditambah lagi kelihaian jari-jari tangan Wen di vaginanya membuat Audrey hanyut dalam birahinya meskipun terdapat sedikit kekuatiran karena vaginanya tidak pernah dimasuki 4 jari tangan sebelumnya. Cukup lama Wen memainkan vagina Audrey dengan keempat jari tangannya sehingga Audrey makin menggelinjang-gelinjang dan mendesah-desah kenikmatan. Kemudian Wen memperlambat genjotan keempat jarinya pada vagina Audrey dan kemudian mulai mencoba memasukkan ibu jari tangan kanannya ke dalam vagina Audrey.
“Jaaa…ngggaan..Pak Wen..ugggghhhh…” terdengar suara kuatir Audrey ketika ibu jari tangan Wen mulai memasuki vaginanya.
“Ini namanya fisting, kamu harus terbiasa dengan ini, kamu sebagai budak seks harus bisa menerima dan menikmati apa saja perlakuan tuanmu” Wen menjawab kekuatiran Audrey dengan tegas.
“Sekarang perhatikan ini! Kamu akan takjub dengan dengan apa yang vaginamu bisa terima” lanjut Wen sambil terus memasukkan ibu jarinya ke dalam vagina Audrey.
Setelah kelima jari tangan kanan Wen masuk seluruhnya ke dalam vagina Audrey, Wen tidak berhenti sampai situ saja, namun telapak tangan kanannya terus mendesak masuk ke dalam vagina Audrey sedangkan tangan kirinya makin menarik rantai penjepit payudara Audrey makin ke depan.
“Ooogghhh…..uuugghh…..aaaggghh hhh….” jerit Audrey keras ketika telapak tangan kanan sampai pergelangan tangan kanan Wen masuk seluruhnya ke dalam vagina Audrey.
“Gigit ini supaya tidak terlalu sakit” kata Wen kemudian sambil menyerahkan rantai penjepit payudara itu ke dalam mulut Audrey yang langsung dituruti oleh Audrey.
Wen tidak langsung memompa lengannya pada vagina Audrey. Didiamkannya telapak tangannya di dalam vagina Audrey. Audrey sambil menggigit rantai itu terlihat meringis-ringis sambil berusaha membenarkan posisinya badannya. Mata Audrey terlihat menatap takjub kearah vaginanya sendiri. Sekali lagi benar-benar pemandangan yang diluar dugaanku, istriku yang cantik jelita duduk mengangkang terikat di atas sofa tidak berdaya dengan telapak tangan Wen tertancap kuat didalam vaginanya. Setelah beberapa waktu, Wen mulai menggerakkan telapak tangannya keluar masuk vagina Audrey secara perlahan-lahan yang disertai rintihan-rintihan Audrey setiap kali telapak tangan Wen memasuki vagina Audrey.
“Uuughhh…..ooogggh……aahhh….” desah Audrey cukup keras sambil menggelinjang-gelinjang serta meringis-ringis antara menahan sakit dan nikmat.
Beberapa menit kemudian Wen mulai mempercepat gerakan tangannya keluar masuk vagina Audrey. Wen juga mengkombinasikan gerakan tangannya dengan gerakan memutar-mutar telapak tangannya di dalam vagina Audrey. Gerakan-gerakan tangan Wen tersebut makin membuat Audrey menggelinjang-gelinjang. Audrey mulai menggerakan pinggulnya maju mundur serta memutar mengikuti irama permainan tangan Wen pada vaginanya. Desahan-desahan yang keluar dari mulut Audrey semakin keras, dan sekarang nampaknya tinggal desahan-sesahan kenikmatan. Wajah Audrey terdongak ke atas sambil sesekali menunduk menatap kearah vaginanya, sedangkan dada Audrey membusung ke depan dan meliuk-liuk tidak karuan. Kedua payudaranya tertarik keras setiap kali Audrey mendongakkan kepalanya ke atas karena rantai yang digigitnya menjadi menarik kedua payudaranya.
“Ooohh…..ohhhh…Pak Wen….Oohhh..ooohhh” terdengar desahan-desahan Audrey telah berubah menjadi lolongan-lolongan panjang kenikmatan.
Beberapa menit kemudian, Audrey sudah benar-benar hanyut dalam kenikmatan birahinya. Mata Audrey berubah menjadi benar-benar sayu dan sesekali Audrey memejamkan matanya. Liukan-liukan pinggul dan badannya memelan seakan-akan sedang bergerak dalam slow motion. Mulut Audrey terbuka sedikit, rantai dimulutnya sudah terlepas dari gigitannya. Kepalanya bergerak ke kiri dan ke kanan serta memutar dengan pelan, lolongan-lolongannya mejadi semakin panjang dan lambat-lambat. Melihat perubahan pada diri Audrey, Wen tersenyum sinis dan memerintahkan Amir untuk melepaskan seluruh ikatan pada kaki-kaki dan tangan-tangan Audrey. Begitu seluruh ikatan terlepas, Audrey yang kini bebas bergerak, mulai mengeliat-geliat seperti orang yang baru bangun tidur. Kedua tangan Audrey kadang menggeliat ke atas sambil meremas-remas pelan rambutnya sendiri, kadang mengusap-usap perutnya sendiri dan naik ke atas untuk mengelus-ngelus kedua payudaranya sendiri. Audrey semakin membuka lebar kedua kakinya untuk memberikan akses lebih luas bagi tangan Wen, sedangkan bibir Audrey mulai menciumi dan menjilati serta mengigit-gigit kecil lengan atasnya sendiri persis di atas ketiaknya, dan kadangkala digigitnya sendiri bibir bawahnya. Beberapa belas menit kemudian terlihat Audrey sudah siap orgasme. Dengan kedua tangannya Audrey meraih tangan kanan Wen yang sedang mengobok-ngobok vaginanya sehingga Wen tidak dapat lagi memompa tangannya keluar masuk vagina Audrey. Wen mengerti apa yang diinginkan Audrey. Wen menghentikan kegiatannya dan membiarkan telapak tangan kanannya terbenam seluruhnya di vagina Audrey. Sedangkan Audrey dengan kedua tangannya yang masih memegang tangan kanan Wen mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur dan memutar, sehingga kini Audrey yang bergerak sendiri untuk memuaskan nafsu birahinya dan mengarahkan tangan Wen agar mengenai titik-titik kenikmatan dalam vaginanya. Tidak lama setelah itu, badan Audrey mengejang hebat. Kedua tangannya menarik kuat-kuat tangan kanan Wen agar semakin dalam tertancap vaginanya.
“Tuuuuaaaan…. bbolehhh..saya orgasme….pleaaaassseeee…..” teriak Audrey keras dengan terbata-bata memohon kepada Wen. Wen yang ditanya hanya mengangguk pelan, dan tak lama kemudian terdengar suara Audrey berteriak keras dengan badan yang mengejang hebat, “Oogggghhh…terimaaa…kassiiihhh h….tuaaaan…eennaakk!!”
Setelah badan Audrey melemas, Wen pun mengeluarkan tangan kanannya dari vagina Audrey. Audrey langsung rubuh ke sofa ketika tangan Wen seluruhnya tercabut dari vaginanya. Nafas Audrey terengah-engah kelelahan, kedua kakinya dirapatkannya kembali, keringat membasahi sekujur tubuhnya.
“Kisno, tuh sekarang ambil bagianmu” kata Wen memecah keheningan ruangan sambil meminta kamera videonya kembali dari Kisno.
Mendengar itu terlihat Kisno kegirangan. Dikembalikannya kamera video yang sedang digenggamnya kepada majikannya. Dengan sedikit melonjak-lonjak kegirangan Kisno mendekati Audrey. Audrey yang masih kelelahan terlihat sedikit ketakutan melihat tingkah laku Kisno. Sesampainya di dekat Audrey, tanpa bicara apapun lagi, Kisno langsung menjambak rambut Audrey dengan keras dan menarik Audrey sehingga Audrey terjerembab ke karpet.
“Aooowwww…..!!!” terdengar terikan Audrey keras ketika tubuhnya terjerembab ke karpet karena tarikan Kisno pada rambutnya.
“Diam kamu pelacur! Sekarang kamu milikku! Nurut aja! Ayo bangun posisi merangkak seperti anjing!” bentak Kisno kepada Audrey sambil menendang-nendang pelan pantat Audrey.
Dengan gerakan menjambak rambut Audrey ke atas, Kisno berhasil membuat Audrey menuruti kemauannya, kini Audrey dalam posisi merangkak seperti anjing dengan Kisno menjambak rambutnya kuat-kuat. Kemudian Kisno dengan tetap menjambak rambut Audrey berjalan mengelilingi ruangan sehingga Audrey harus merangkak-rangkak mengikutinya. Kisno sambil mengelilingi ruangan mengatakan kepada semua yang ada di ruangan itu bahwa dia akan membuat Audrey benar-benar bertekuk lutut padanya dan membuat Audrey benar-benar kecanduan akan penisnya.
Kemudian Kisno menghentikan langkahnya ketika sampai ditempat aku duduk. Diarahkannya Audrey berlutut dihadapan selangkanganku.
“Nah, sebelum kamu merasakan penisku, sebagai perbandingan kamu nikmati dulu penis suamimu, nanti setelah itu kamu akan mengerti apa itu kenikmatan. Buka celana suamimu sekarang” kata Kisno memerintahkan Audrey.
Dengan sekali tarikan pada rambut Audrey, Kisno berhasil membuat Audrey menurut. Audrey mulai membuka dan menurunkan celana dan celana dalamku. Aku yang sudah sangat terangsang karena melihat persetubuhan istriku dengan Amir, Sudin dan tangan Wen hanya berdiam diri saja, malah pada saat itu aku berpikir ini adalah kesempatan karena sudah lama aku tidak bersetubuh dengan istriku mengingat Wen sebelumnya hanya membolehkan Audrey untuk mengoral service penisku saja. Ketika celana dan celana dalamku sudah terlepas, terlihat penisku sudah sangat menegang. Terlihat wajah Audrey sedikit kecewa mengetahui bahwa aku terangsang melihat dirinya dikerjai oleh laki-laki lain.
“Wah, si suami rupanya sudah sangat terangsang nih karena melihat istrinya kita kerjain” kata Kisno kepada semua yang ada di ruangan itu sambil tertawa. Kemudian Kisno memerintahkan Audrey untuk menaiki diriku dan memasukkan penisku ke dalam vaginanya, sehingga kini Audrey duduk di atasku dengan penisku tertancap di vaginanya.
Seperti mengerti apa yang diinginkan Kisno, Audrey mulai menggerakkan tubuh dan pinggulnya naik turun memompa penisku. Mula-mula gerakan tersebut dilakukan Audrey dengan perlahan namun lama-lama makin cepat. Vagina Audrey yang basah masih terasa rapat di penisku. Hal ini membuat aku sedikit terkejut karena vagina itu sebelumnya baru dimasuki tangan Wen yang besar. Ternyata vagina Audrey tidak melonggar atau rusak karena tangan Wen, vagina Audrey tetap seperti sediakala, namun ada yang beda pada diri Audrey, yaitu dalam melakukan persetubuhannya denganku ini, Audrey tidak mengeluarkan desahan apapun, Audrey melakukannya hanya seperti robot, nampak sekali Audrey tidak menikmatinya. Sedangkan aku yang sudah lama tidak merasakan vagina wanita sangat menikmati persetubuhan tersebut.
Tidak memerlukan waktu terlalu lama bagiku untuk mengalami orgasme. Aku muntahkan seluruh spermaku di dalam vagina Audrey.
“Tuan, Tommy sudah klimaks” kata Audrey tiba-tiba sambil menoleh ke Kisno setelah aku selesai memuntahkan seluruh spermaku di dalam vaginanya.
“Cepat amat…ya sudah sekarang duduk mengangkang disitu” kata Kisno amemerintahkan istriku sambil menujuk sofa panjang.
Audrey menuruti kemauan Kisno. Audrey duduk di sofa panjang dengan kaki mengangkang lebar. Terlihat lelehan spermaku ada yang keluar dari selangkangannya yang dicukur bersih itu. Kemudian Kisno memposisikan dirinya di hadapan Audrey, diarahkannya penisnya yang berbentuk aneh dan dipenuhi tindikan itu kearah vagina Audrey. Audrey nampak ketakutan ketika penis Kisno yang mempunyai tonjolan-tonjolan bulat yang dapat bergerak-gerak dengan tindikan beberapa cincin emas yang sebagiannya tertutup dengan bulu-bulu kasar seperti sabuk kelapa mendekati vaginanya.
“Jangan takut, kamu akan segera tahu enaknya ini penis ini. Ini penis spesial, cuma ada satu di Indonesia. Untuk jadi seperti ini harus dibuat di Cina hehehehehe” tawa Kisno melihat raut muka Audrey yang memperlihatkan kekuatiran.
Secara pelan-pelan, Kisno mulai memasukan penisnya ke dalam vagina Audrey yang langsung disambut dengan teriakan histeris dari Audrey.
“Aaaah…….ugggghhhhhh….jangan tuan….apa ini….” jerit histeris Audrey sambil berusaha melepaskan diri dari Kisno.
Sebelum Audrey bisa berbuat banyak, Kisno dengan cekatan memegang kedua tangan Audrey dan memposisikan Audrey kembali ke posisi semula.
“Jangan banyak bergerak, kamu mau saya sakiti atau mau menerima kenikmatan luar biasa! Pilih! Ini baru kepala penisku yang masuk!” bentak Kisno kepada Audrey sambil memegang kedua tangan Audrey sejajar dengan kepala Audrey.
Audrey hanya mengangguk lemah tanda persetujuannya. Air mata terlihat berlinang dikedua matanya. Kemudian Kisno melanjutkan memasukkan penisnya ke dalam vagina Audrey secara perlahan sekali, senti demi senti masuk pelan-pelan ke dalam vagina Audrey, seakan-akan Kisno memang sengaja agar dinding vagina Audrey merasakan gesekan penis bertindik cincin emas yang dibaluti oleh bulu-bulu seperti sabuk kelapa itu.
“Ooooggghhh…….” desah Audrey panjang sekali ketika Kisno menekan pantatnya ke depan sehingga sebagian kecil batang penis Kisno mulai masuk ke dalam vagina Audrey. Mata Audrey melotot tajam memandangi vaginanya mulai dimasuki penis Kisno. Mulut Audrey terbuka lebar dan pinggulnya bergerak sedikit mengatur posisinya agar lebih nyaman dalam menerima penis Kisno.
“UUggghhhhhh….” teriakan kecil tapi panjang keluar dari mulut Audrey ketika Kisno menekan lagi pantatnya ke depan sehingga batang penis Kisno makin masuk ke dalam vagina Audrey. Badan Audrey bergetar hebat. Audrey membuka kakinya lebar-lebar, matanya masih melotot tajam memandangi vaginanya sendiri.
“Ooogggghhh……” teriakan Audrey semakin panjang ketika untuk ketiga kalinya Kisno menekan pantatnya ke depan sehingga batang penis Kisno semakin dalam lagi memasuki vagina Audrey. Audrey mendongakkan kepalanya ke belakang, matanya tertutup rapat namun mulutnya makin terbuka lebar.
Beberapa saat Kisno menghentikan gerakannya, kemudian terdengar lagi teriakan panjang “Ooogghhh…” keluar dari mulut Audrey ketika Kisno kembali menekan pantatnya ke depan sehingga batang penis Kisno semakin dalam lagi memasuki vagina Audrey. Kepala Audrey yang masih terdongak itu terlihat bergerak ke kiri dan ke kanan. Kedua tangan Audrey yang telah dilepas dari genggaman Kisno terlihat masing-masing memegang bahu Kisno. Badan Audrey semakin bergetar hebat, kakinya yang mengangkang terlihat menendang-nendang kecil ke udara. Sekali lagi Kisno menghentikan gerakannya untuk beberapa saat sebelum untuk kelima kalinya menekan pantatnya kedepan yang membuat batang penisnya semakin dalam lagi masuk ke dalam vagina Audrey. Teriakan Audrey terdengar semakin keras dan liar ketika batang penis Kisno makin dalam masuk ke dalam vaginanya. Badan Audrey yang bergetar hebat sekarang bergoyang-goyang tidak karuan. Kedua kakinya semakin keras menendang-nendang ke udara sedangkan masing-masing tangannya memukul-mukul bahu Kisno.
“Aaaammmppppuuunnnn…..tuaaaann nn…..saya tidak tahan….” Kata Audrey dengan badan yang menggeliat-geliat hebat sambil memandang Kisno.
Kisno kembali menghentikan gerakannya, namun kontras dengan Kisno, justru badan Audrey semakin keras menggeliat-geliat, kakinya semakin keras menendang-nendang ke udara dan kedua tangannya kini menjambak-jambak rambut Kisno. Kemudian Kisno dengan keras menekan pantatnya ke depan sehingga seluruh penisnya amblas ke dalam vagina Audrey yang disertai lolongan sangat panjang dari mulut Audrey. Menerima seluruh penis Kisno di dalam vaginanya membuat badan Audrey menegang dan menggeliat-geliat, kedua kakinya mengangkang lurus ke atas dan bibir Audrey menggigit keras tangan kirinya sendiri yang dikepal sedangkan tangan kanannya tetap menjambak keras rambut Kisno.
“Hehehe…. enak ya?” tanya Kisno kepada Audrey. Audrey tidak menjawab, matanya nanar melihat ke wajah Kisno.
Lalu tiba-tiba Kisno memutar-mutar pinggulnya sehingga seluruh penis Kisno menggesek-gesek dinding dalam vagina Audrey. Masing-masing tangan Audrey meremas keras pegangan sofa, kepalanya kembali terdongak ke belakang, badannya makin menegang hebat, dadanya membusung ke depan sehingga punggung Audrey sampai melengkung ke depan ketika Audrey merasakan penis Kisno bergesekan dengan dinding dalam vaginanya. Beberapa detik kemudian terdengar lolongan panjang Audrey tanda Audrey mencapai orgasmenya. Vagina Audrey memuncratkan cairan kewanitaan dengan cukup banyak dan berulang-ulang sampai-sampai sofa yang didudukinya menjadi sangat basah. Tidak mempedulikan Audrey yang sedang orgasme, Kisno mulai memompa penisnya secara perlahan keluar masuk vagina Audrey. Diperlakukan demikian Audrey menggelinjang-gelinjang hebat seperti cacing kepanasan. Kemudian Kisno mulai mempercepat genjotan penisnya pada vagina Audrey. Badan Audrey makin bergerak tidak karuan, kedua tangannya memukul-mukul lengan sofa. Nafas Audrey tersengal-sengal, rintihan-rintihan nikmatnya makin menjadi-jadi. Terdengar suara kecipak kecipuk yang sangat keras ketika penis Kisno keluar masuk vagina Audrey yang sudah sangat becek.
“Terus….teruuussss….jangaaannn …berhenti……lebih keras…lebih keras…..lebih dalam…lebih dalam….” jeritan Audrey terdengar keras mengiba-ngiba kepada Kisno.
“Jagoanku….jagoanku….hajar terus…vaginaku ini….ini milikmu semua….” Audrey merintih-rintih nikmat sambil masing-masing tangannya memegang pipi Kisno dengan keras dan matanya memandang liar ke mata Kisno.
Hanya perlu kurang lebih lima menit untuk Audrey mencapai orgasmenya kembali. Vagina Audrey kembali memuncratkan cairan kewanitaannya, badan Audrey menegang hebat, mata Audrey tertutup rapat dan lolongan yang panjang membuat semua orang tahu ketika Audrey sedang orgasme. Setelah orgasme, Audrey kembali menggeliat-geliat hebat, matanya kembali terbuka, tangannya menekan-nekan pantat Kisno agar penis Kisno makin dalam masuk ke vaginanya, dan selalu kurang lebih lima menit kemudian, badan Audrey menegang kembali, lolongan panjang terdengar dari mulutnya, badannya seperti kaku ketika Audrey mengalami orgasmenya kembali dan cairan kewanitaan kembali memuncrat hebat dari vaginanya. Kejadian tersebut kembali terjadi berulang-ulang sampai kurang lebih 40 menit. Badan Audrey dan Kisno sudah mandi keringat, namun keduanya nampak menikmati sekali permainan seks mereka, terutama Audrey terlihat sekali sudah tidak dapat mengontrol dirinya, lenguhan-lenguhannya semakin keras. Audrey mulai meracau dan mengeluarkan kata-kata cabul untuk menyemangati Kisno. Sangat berbeda dari Audrey yang pertama kali kukenal dan kunikahi. Audery sekarang telah berubah menjadi wanita yang gila seks, semakin kasar perlakuan Kisno terlihat semakin Audrey menikmatinya. Kemudian secara tiba-tiba, Kisno mencabut penisnya yang besar dari vagina Audrey. Langsung saja terdengar keluhan keras dari mulut Audrey.
“Jangan….dilepaaasss…..ooouucc chh……” terdengar teriakan Audrey ketika Kisno menjambak rambutnya dengan kasar dan menariknya serta memposisikannya berdiri menungging dengan kedua tangan berpangku pinggir meja di ruangan TV itu.
Tanpa mengatakan apapun lagi, Kisno dengan kasar lalu memasukkan penisnya ke dalam vagina Audrey dari belakang. Terdengar jeritan dari mulut Audrey ketika penis Kisno yang berbentuk aneh itu kembali mengoyak vaginanya. Kisno kemudian langsung memompa dengan kasar vagina Audrey dengan gaya doggy style. Tangan kiri Kisno melingkar ke depan kearah klitoris Audrey dan tangan kiri Kisno mulai memainkan, mencubit-cubit dan memilin-milin klitoris Audrey. Diperlakukan demikian langsung badan Audrey bereaksi. Badan Audrey menggelinjang-gelinjang hebat seperti orang kegelian. Terlihat cairan kewanitaan Audrey meleleh dari vaginanya makin membasahi kedua paha dalamnya. Mulut Audrey terbuka lebar, kepalanya bergoyang-goyang tidak beraturan, sedangkan kedua tangannya berusaha dengan susah payah tetap bertumpu pada pinggir meja. Suara lolongan dan rintihan nikmat Audrey membahana di ruangan itu bersahut-sahutan dengan bunyi keciplak kecipluk dari vaginanya yang basah dan bunyi bel kecil yang tersangkut di bibir atas vaginanya. Mata Audrey merem melek dan mendelik-delik karena kenikmatan yang tidak ada taranya, dan setiap kurang lebih lima menit Audrey kembali mencapai orgasmenya yang selalu ditandai dengan badannya yang mengejang hebat dan vaginanya yang memuncratkan cairan kewanitaan dengan cukup banyak. Kurang lebih 30 menit Adrey didoggy style oleh Kisno, keringat Audrey sudah mengucur deras. Cairan kewanitaannya sudah benar-benar membasahi kedua paha dalamnya. Karpet di antara kedua kaki Audrey sudah basah karena cairan kewanitaan Audrey yang mengucur deras ke bawah. Meja kaca tempat kedua tangan Audrey bertumpu sudah juga basah dengan lelehan keringat Audrey dan cairan kewanitaan Audrey yang memuncrat cukup jauh. Kemudian Wen dengan kamera ditangan kanannya menjambak rambut Audrey dengan tangan kirinya dan menarik rambut Audrey ke belakang sehingga wajah Audrey terdongak ke atas. Kamera lalu menclose-up wajah Audrey yang sedang meringis-ringis kenikmatan itu.
“Enak? Jawab ke kamera ini bagaimana rasanya” tanya Wen tegas kepada Audrey.
“Eeen..naaakkk…sekkaaali tuuuaaan” jawab Audrey sambil menggeliat-liat liar karena sodokan-sodokan penis Kisno dari belakang, “Penis tuan Kisno seperti hidup dan mengigit-gigit bagian dalam vagina saya…uuugghhh…aagghhh…..” lanjut Audrey sambil memandang kamera dan merintih-rintih kenikmatan.
“OOoooogggghhh………!!!” kemudian terdengar lolongan panjang Audrey yang disertai dengan vagina yang kembali memuncratkan cairan kewanitaannya tanda Audrey kembali mengalami orgasme yang panjang.
“Cepat sekali kamu orgasme ya. Mulai sekarang kamu harus juga menuruti apa kemauan Kisno, Amir dan Sudin. Kamu harus menyerahkan seluruh tubuhmu pada mereka, mau? Siap?” lanjut Wen sambil menjambak-jambak rambut Audrey ke belakang.
Setelah sedikit reda dari orgasmenya, Audrey menjawab dengan terbata-bata “Mau…tuuuaan…maaauu…, saya siap melayani dan menuruti apa maunya tuan Kisno, Amir dan Sudin”
“Sayaa….sepenuhnya milik mereka…eegghhh…aaaggghhh….uggh hhhh….” lanjut Audrey sambil menggelinjang-gelinjang dan merem melek kenikmatan.
Lalu Wen melepaskan jambakannya pada rambut Audrey dan mundur beberapa langkah untuk memberikan keleluasaan bagi Audrey untuk kembali konsentrasi ke persetubuhannya dengan Kisno. Melihat Wen telah membiarkan Audrey, Amir dan Sudin maju ke depan dan berdiri masing-masing disamping kiri dan kanan wajah Audrey. Kemudian Amir dan Sudin memerintahkan Audrey untuk mengocok masing-masing penis mereka dengan masing-masing tangan Audrey. Audrey segera menuruti meskipun hal tersebut membuat dirinya susah untuk berdiri karena kedua tangannya yang tadinya digunakannya untuk menumpu badannya sekarang harus dipergunakan untuk mengocok-ngocok penis Sudin dan Amir. Melihat Audrey yang kesulitan berdiri sambil menungging, Kisno malah menggunakan kedua tangannya untuk memegang erat pinggul Audrey dan makin memompa dengan keras penisnya pada vagina Audrey yang membuat Audrey makin kesulitan berdiri menungging. Ditambah lagi sekarang Amir dan Sudin dengan tangannya masing-masing mulai meraba-raba dan mempermainkan klitoris dan kedua payudara Audrey sehingga Audrey makin menggelinjang-gelinjang seperti cacing kepanasan yang membuatnya tambah sulit mempertahankan posisi berdirinya. Audrey yang sudah benar-benar kehilangan kontrol atas dirinya sudah benar-benar pasrah. Kenikmatan yang diberikan Kisno pada dirinya telah benar-benar menghilangkan harga dirinya sebagai wanita terhormat. Menyadari Audrey sudah benar-benar hanyut dalam kenikmatan seksual, Amir dan Sudin tidak tahan untuk mengetahui seberapa menurutnya Audrey pada mereka.
“Hayo…menggonggong seperti anjing betina yang sedang dientot” perintah Amir kasar tiba-tiba kepada Audrey.
“Gu…guk…guuk…oghhh…..aghhh..gu uuk….” Audrey langsung menuruti perintah Amir yang disambut oleh tawa lebar dari Amir, Sudin dan Kisno.
“Hayo keluarkan lidahmu seperti anjing kehausan” perintah Sudin kemudian yang langsung dituruti oleh Audrey yang cantik sambil menggelinjang-gelinjang kenikmatan sehingga sekarang Audrey dalam posisi berdiri menungging didoggy style Kisno dengan masing-masing tangan sibuk mengocok penis Amir dan penis Sudin serta mulut terbuka dengan lidah menjulur keluar serta nafas terengah-engah seperti anjing kehausan.
“Hahahahaha…” terdengar tawa semua yang ada di ruangan TV itu melihat Audrey menuruti semua perintah Amir dan Sudin. Hanya aku yang tidak ikut tertawa. Aku sekarang melihat istriku yang cantik benar-benar dipermalukan oleh supir dan pembantunya sendiri tapi istriku menikmatinya. Audrey sudah benar-benar takluk pada keperkasaan Kisno sehingga mau dipermalukan oleh Sudin dan Amir.
“OOOggggghhhh…..” terdengar lolongan panjang dari mulut Audrey setiap kali Audrey mencapai orgasmenya. Tubuhnya selalu mengejang hebat dan vaginanya selalu memuncratkan cairan kewanitaan setiap kali Audrey mencapi orgasme namun Audrey tidak melemas setelah mengalami orgasme. Vaginanya langsung siap meneruskan persetubuhannya dengan Kisno.
Setelah berpuluh-puluh menit dan setelah Audrey mengalami orgasme yang sudah tidak terhitung lagi, Amir dan Sudin mencapai orgasmenya. Dimuntahkannya sperma mereka masing-masing ke wajah Audrey, dan mereka memerintahkan Audrey membersihkan sisa-sisa sperma dari penis mereka dengan menggunakan lidah dan mulut Audrey yang langsung dituruti Audrey tanpa ragu-ragu. Sudin dan Amir juga memerintahkan Audrey untuk membersihkan muka Audrey dari sperma dengan tangan Audrey, kemudian mereka meminta Audrey untuk menjilati tangannya sendiri dan menelan seluruh sperma yang ada ditangannya.
Tidak seperti Amir dan Sudin, rupanya Kisno benar-benar seorang pria yang tangguh dalam hal seks. Belum ada tanda-tanda Kisno akan orgasme. Amir dan Sudin yang sudah lemas berejakulasi kemudian hanya menonton persetubuhan Kisno dan Audrey. Demikian juga yang lainnya hanya menonton Audrey dikerjai habis-habisan oleh Kisno. Audrey dan Kisno melanjutkan pertarungan seks yang tidak seimbang itu. Audrey setiap kurang lebih 5 menit menyerah kalah dan mengalami orgasme yang dahsyat sedangkan Kisno dengan perkasanya tetap memompa vagina Audrey dengan cepat dan kasar. Audrey dan Kisno bersetubuh dengan berbagai macam gaya, baik itu dalam posisi Kisno di atas menindih tubuh Audrey maupun gaya woman on top serta gaya lainnya yang aneh-aneh dan belum pernah aku lihat sebelumnya. Audrey dan Kisno juga bersetubuh di berbagai tempat di lantai bawah rumah kami, baik itu di atas karpet, di atas sofa, ditangga maupun di atas meja makan. Kami semua yang menonton mengikuti kemana saja persetubuhan Audrey dan Kisno dilakukan. Setelah beberapa jam, akhirnya terlihat Kisno akan mengalami orgasmenya. Diperintahkannya Audrey berlutut sambil kedua tangannya memegang mangkuk dan menengadahkannya kearah penis Kisno. Dengan sedikit kocokan pada penisnya, Kisno memuntahkan banyak sekali sperma ke mangkuk itu. Kemudian Kisno memerintahkan Audrey untuk meletakkan mangkuk itu di lantai dan memerintahkan Audrey mulai meminum dan menjilat abis sperma yang berada di mangkuk itu sehingga sekarang posisi Audrey seperti anjing yang sedang minum di mangkuknya. Audrey menuruti segala perintah Kisno tanpa melakukan protes apapun. Nampaknya sudah benar-benar habis harga diri istriku ini. Audrey sudah benar-benar menjadi budak seks sejati. Hal itu makin terlihat ketika sedang menjilati mangkuk berisi sperma Kisno dengan posisi menungging seperti anjing yang sedang minum, Amir memasukkan gagang sapu ke vagina Audrey dari belakang dan memerintahkan Audrey untuk menggerakkan pinggul dan badannya sehingga vagina Audrey mengocok-ngocok gagang sapu, dan hal tersebut dipatuhi oleh Audrey tanpa protes sehingga Audrey dengan rela menyetubuhi dirinya sendiri dengan gagang sapu yang dipegang Amir.
“Oke, Tommy….saya dan Peter pulang dulu. Kisno kamu disini dulu saja, kelihatannya Audrey sangat menyukaimu. Biar Peter yang menyetir mobil pulang ke rumah. kata Wen tiba-tiba kepadaku dan Kisno.
Kisno hanya mengangguk riang, sedangkan aku mengantarkan Wen dan Peter ke mobilnya. Ketika aku kembali ke dalam rumah, ternyata Kisno, Amir dan Sudin sudah mulai lagi menyetubuhi Audrey secara bersamaan. Posisi Sudin berbaring di atas karpet ditindih Audrey sedangkan Kisno menindih Audrey dari belakang. Penis Sudin tertancap keras di vagina Audrey dan penis Kisno sedang membobol lubang anus Audrey, sedangkan Amir sibuk memompa penisnya dalam mulut Audrey sehingga kini seluruh lubang Audrey dipenuhi penis-penis yang besar-besar. Jeritan-jeritan dan rintihan-rintihan nikmat terdengar lagi membahana di rumahku. Aku hanya melihat sebentar persetubuhan mereka dan naik ke atas ke kamar tidur utama untuk beristirahat. Aku melihat istriku sangat menikmati persetubuhannya dengan Kisno, Amir dan Sudin sehingga aku membiarkan istriku menikmatinya tanpa gangguan dariku. Di dalam kamar, meskipun pintu kamarku tertutup rapat, masih jelas terdengar jeritan-jeritan dan rintihan-rintihan mereka. Terdengar jelas lolongan istriku tanda dia orgasme yang disertai suara tawa dari Kisno, Amir dan Sudin. Aku merebahkan diriku di kasur sambil membayangkan apa yang kira-kira sedang dilakukan Kisno, Amir dan Sudin terhadap istriku di ruang bawah sampai akhirnya aku terlelap dalam tidur.
Keesokan harinya, ternyata aku bangun cukup siang. Sudah jelas aku terlambat datang ke kantor. Buru-buru aku mandi dan berpakaian dan setelah siap aku turun ke ruang bawah. Ketika melewati ruang TV aku melihat dari belakang Kisno, Amir dan Sudin duduk di sofa sambil merokok dan menonton TV. Aku tidak melihat istriku, oleh karenanya aku bergegas menghampiri mereka di ruang TV. Ternyata setelah dekat dengan tempat Kisno, Amir dan Sudin duduk, aku melihat istriku sedang duduk bersimpuh setengah berbaring di atas karpet sambil menjilati jari-jari kaki Kisno, Amir dan Sudin. Di vagina istriku tertancap sebuah mentimun besar dan di lubang anusnya tertancap sebuah pisang ambon yang belum dikupas.
Melihat aku datang dan sudah siap dengan pakaian kantor, Kisno berkata “Pak, mau ke kantor ya, saya nebeng ya pak, tadi pak Wen menelepon dan memerintahkan saya segera ke kantor.
Aku hanya mengangguk dan memerintahkan Amir untuk segera menyiapkan mobil dan mengantarku ke kantor. Pada mulanya Amir terlihat tidak mau menuruti perintahku, tapi dengan satu pelototan tajam dari mataku, Amir segera mengerti dan menuruti perintahku. Sudin yang melihat Amir pontang-panting mengenakan bajunya dan lari ke garasi mobil hanya tertawa kecil sambil dengan kaki kirinya mengarahkan kepala istriku untuk menjilati jari-jari kaki kanannya. Melihat tingkah Sudin aku hanya diam saja mengacuhkan karena aku melihat Audrey juga tidak protes dan menerima perlakuan pembantu priaku itu. Setelah mobil selesai dipanaskan oleh Amir, aku dan Kisno masuk ke dalam mobil menuju kantor dengan disupiri oleh Amir. Sepintas aku lihat ketika keluar rumah, Sudin dengan memegang rantai yang menyambungkan kedua jepitan pada kedua payudara Audrey sedang menarik Audrey ke atas menuju kamar tidur utama di lantai atas.
Kehidupan aku dan Audrey istriku sudah banyak berubah semenjak Audrey menjadi budak seks bossku sendiri. Aku masih bekerja di perusahaan Wen, namun posisiku telah diangkat menjadi orang nomor dua di perusahaan itu menggantikan pejabat perusahaan sebelumnya yang sudah memasuki usia pensiun dan kembali ke Cina. Dengan posisiku yang baru, aku mendapatkan kenaikan gaji yang cukup signifikan belum lagi ditambah tunjangan-tunjangan yang melimpah. Seluruh kebutuhan rumah, termasuk gaji pembantu, gaji supir, biaya telepon dan juga biaya listrik sekarang ditanggung oleh perusahaan. Perusahaan juga menyediakan sebuah mobil Alphard sebagai mobil dinasku meskipun aku sudah mempunyai mobil sendiri. Amir dan Sudin sudah kupecat segera setelah kejadian di rumah beberapa waktu lalu dimana mereka telah menyetubuhi Audrey, sedangkan Bi Minah dan Mar telah pergi tanpa pamit meninggalkan rumah, mungkin karena tidak tahan dengan segala kebejatan yang terjadi di rumahku tersebut. Sedangkan Audrey istriku nampaknya sudah pasrah menerima statusnya sebagai budak seks Wen. Setelah kejadian di rumah beberapa waktu lalu, Wen tidak pernah datang lagi ke rumah. Apabila Audrey dibutuhkan oleh Wen, biasanya Kisno datang menjemput Audrey ke rumah, sedangkan aku tidak pernah ikut. Aku dan Audrey tidak pernah membicarakan apa yang dia lakukan bersama Wen diluar rumah, namun dugaanku adalah Wen pasti menyetubuhi Audrey dan menjadikan Audrey sarana pelampiasan nafsunya karena setiap pulang kembali ke rumah, Audrey selalu dalam keadaan yang sangat lelah dan biasanya langsung tertidur dalam waktu yang lama. Karena tidak pernah ikut dan tidak pernah membicarakannya dengan Audrey, aku tidak tahu secara persis apa yang dilakukan Wen terhadap Audrey, kecuali ketika beberapa lalu Wen tiba-tiba memanggilku ke ruangan kerjanya hanya untuk menunjukan kepadaku bahwa dia telah benar-benar menguasai istriku.
“Ah Tommy, silahkan duduk” kata Wen membuka pembicaraan sambil mempersilahkan aku duduk.
“Ada yang ingin saya perlihatkan kepadamu” lanjut Wen setelah aku duduk di ruang kerjanya.
“Aku sudah memanggil istrimu untuk datang ke kantor, sekarang dia sedang menunggu di luar” kata Wen lagi kepadaku.
Kemudian Wen memanggil sekretarisnya dan meminta sekretarisnya untuk mengantarkan Audrey ke ruangan kerjanya. Tidak berapa lama kemudian Audrey istriku masuk ke ruangan kerja Wen. Wen memerintahkan istriku untuk menutup dan mengunci pintu ruangan kerja Wen yang langsung dituruti oleh Audrey.
“Audrey, buka seluruh bajumu, saya mau melihat kamu telanjang bulat sekarang!” kata Wen kepada Audrey dengan nada tegas.
Aku terus terang sedikit kaget dengan apa yang diperintahkan Wen, apalagi sekarang Wen, aku dan Audrey berada di kantor. Namun yang membuat aku lebih kaget lagi, ternyata istriku Audrey tanpa membantah dan tanpa rasa malu langsung menuruti perintah Wen.
“Duduk dan menghadap ke suamimu!” perintah Wen kemudian sambil menunjuk kursi kosong di hadapan kursi dimana aku duduk.
“Pelacur, mainkan vaginamu. Saya mau melihat kamu orgasme” perintah Wen lagi kepada Audrey.
Aku sedikit tersinggung mendengar Wen memanggil istriku pelacur, namun aku melihat tidak ada tanda-tanda kesal sama sekali di wajah Audrey, bahkan mendengar perintah Wen, Audrey sambil menghadap ke diriku langsung membuka kedua kakinya lebar-lebar serta kemudian menaruh kedua kakinya tersebut di pegangan kursi dan tangan kanannya mulai memainkan vaginanya. Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya mulai mengocok-ngocok vaginanya sendiri. Setelah beberapa menit, vagina Audrey mulai terlihat basah, napas Audrey mulai terdengar berat dan sesekali desahan-desahan kecil keluar dari mulut Audrey.
“Rasanya enak pelacur? tanya Wen kepada istriku.
“Enak tuan” jawab Audrey cepat sambil terengah-engah dan terus memainkan vaginanya sendiri.
“Ceritakan kepada suamimu apa saja yang telah saya lakukan kepadamu” perintah Wen lagi kepada Audrey.
“Tuan Wen menyetubuhiku, menjadikan diriku mainan seksnya” jawab Audrey tanpa malu-malu.
“Lubang mana saja yang sudah pernah saya pakai” tanya Wen kepada Audrey.
“Semua lubang di tubuhku, vagina, lubang pantat dan mulut semuanya sudah pernah dipakai Tuan Wen” jawab istriku lagi.
“Dimana saja saya menyetubuhi kamu pelacur” lanjut Wen.
“Di apartemen Tuan Wen, di hotel, di villa di puncak, di toilet pria di restaurant, di mobil” jawab Audrey lagi sambil merintih-rintih kenikmatan karena permainan jarinya sendiri di vaginanya.
“Bagaimana saya menyetubuhi kamu” tanya Wen lagi.
“Dengan berbagai macam gaya, dengan berbagai macam alat-alat seks….uuuggghhhh…..eeeiiii” jawab Audrey yang kemudian disusul dengan orgasmenya yang dahsyat.
Aku terkesima dengan apa yang terjadi dihadapanku. Audrey menjawab semua pertanyaan Wen dan Audrey begitu cepatnya mengalami orgasme, seakan-akan Audrey menikmati keadaannya sebagai budak seks Wen.
“Kamu suka disetubuhi oleh saya?” Tanya Wen lagi kepada Audrey istriku.
“Suka…aku suka disetubuhi Tuan Wen” jawab Audrey sambil terus memainkan vaginanya karena belum diperintahkan untuk berhenti oleh Wen.
“Kamu orgasme apabila disetubuhi oleh saya?” Tanya Wen kemudian.
“Selalu, aku selalu orgasme beberapa kali ketika disetubuhi Tuan Wen” jawab Audrey lagi.
“Oke pelacur, sekarang pakai lagi bajumu dan minta Kisno antar kamu pulang ke rumah” perintah Wen kepada Audrey.
Mendengar itu tanpa berkata-kata lagi, Audrey mengenakan kembali pakaiannya dan meninggalkan aku dan Wen di ruangan kerja Wen.
“Nah Tom, kamu sekarang melihat sendiri bahwa istrimu sudah benar-benar menuruti seluruh perintahku. Sekarang kamu konsentrasi saja dengan pekerjaanmu, untuk urusan istrimu biar saya yang memuaskan dia hahahahahha…..” kata Wen kepadaku sambil menyuruhkan keluar dari ruangan kerjanya.
Begitulah kehidupan kami semenjak Audrey menjadi budak seks Wen belakangan ini.
Bagian II: Menjadikan Audrey Pelacur
Waktu berjalan dengan cepat. Aku tidak menghitung lagi sudah berapa lama istriku menjadi budak seks Wen atau sudah berapa kali Wen memanggil istriku untuk melayaninya di luar rumah, sampai suatu ketika Wen mengajakku ke daerah kota. Wen ternyata mengajakku ke tempat pelacuran tingkat tinggi. Meskipun dari luar papan nama tempat itu tertulis sebagai tempat spa dan pijat, namun ketika aku dan Wen masuk terlihat sekali bahwa tempat itu bukanlah tempat spa atau pijat saja. Ketika aku dan Wen masuk ke tempat itu, kami disambut oleh seorang pria Cina berumur 60 tahunan yang nampaknya pemilik tempat itu. Pria itu rupanya sudah mengenal Wen cukup lama. Pria yang dipanggil sebagai “Abah” itu mempersilahkan aku dan Wen masuk ke ruang kerjanya di lantai dua tempat itu.
“Silahkan duduk. Oooh ini rupanya yang namanya Tommy yang sering kamu ceritakan Wen” kata Abah kepada Wen sambil mempersilahkan kami duduk di sofa ruang kantornya.
“Bagaimana? Kamu sudah ceritakan ke dia Wen?” tanya Abah kepada Wen ketika kami sudah duduk di sofa.
“Belum” kata Wen singkat.
“Bagaimana sih Wen, masak langsung kamu ajak saja kesini tanpa kamu cerita dulu. Kalau dia menolak bagaimana?’ kata Abah lagi kepada Wen.
“Apa ini? Apa yang belum diceritakan kepada saya?” tanyaku penasaran.
“Ok Tom, begini, saya sudah mendidik istrimu untuk menjadi budak seks saya. Sekarang kita harus ke tahap selanjutnya, yaitu melihat kepatuhanmu kepada saya dan kerelaanmu untuk menerima nasib bahwa istrimu adalah budak seks pria lain” kata Wen membuka pembicaraan denganku.
“Maksudnya” tanyaku makin penasaran.
“Saya ingin agar kamu memerintahkan istrimu menjadi pelacur di tempat ini dari hari Jumat sampai hari Minggu ini. Saya tahu kekuatiranmu, tapi please jangan dibantah dulu. Abah sudah menyiapkan kamar khusus buat istrimu. Kamar itu mempunyai cermin dua arah, sehingga meskipun istrimu tidak tahu, namun sebenarnya kamu tetap bisa mengawasi istrimu dari kamar sebelah. Saya yakin kamu bisa menikmati keadaanmu sebagai suami yang istrinya menjadi budak seks pria lain sebagaimana istrimu menikmati nasibnya menjadi budak seks” kata Wen menjelaskan.
Sebelum aku bisa menjawab karena masih kaget, Wen sudah melanjutkan kata-katanya lagi “Tujuan saya adalah saya ingin kamu bisa menerima dan menikmati keadaan istrimu. Saya yakin setelah melihat sendiri bagaimana istrimu dipermalukan dan harga dirinya ditekan sampai ke titik yang paling rendah yaitu dijadikan pelacur, kamu dapat menerima hal-hal lainnya yang menimpa istrimu. Ini semua untuk membantu kamu. Kalau kamu bisa menerima kenyataan ini, kamu tidak akan stress, bahkan mungkin kamu akan menjadi sangat bahagia atas kenyataan ini, toh pada dasarnya kamu memang ingin melihat istrimu disetubuhi pria lain, jadi kenapa tidak dinikmati saja”.
“Pilihan kamu sebenarnya sangat sederhana, kamu ikut menikmati atau kamu dan mertuamu melihat rekaman persetubuhan istrimu di internet. Saya banyak merekam hal-hal baru tentang persetubuhan istrimu yang bisa membuat mertuamu terkena serangan jantung lho” lanjut Wen dengan tersenyum penuh arti.
Karena kuatir bahwa orang tua Audrey mengetahui apa yang terjadi pada Audrey dan juga karena entah kenapa membayangkan istriku melacurkan dirinya membuat diriku benar-benar sangat terangsang, sehingga tanpa pikir panjang lagi, aku langsung menyatakan setuju. Wajah Abah terlihat sangat senang mendengar persetujuan dariku, dan Abah segera mengeluarkan beberapa carik kertas yang telah disiapkannya yang rupanya berupa kontrak. Aku hanya membaca sekilas kontrak itu, tapi antara lain bunyinya:
- Aku secara sukarela menyerahkan Audrey kepada Abah selama hari Jumat sampai hari Minggu ini atau waktu-waktu lainnya sebagaimana disepakati olehku dan Abah;
- Selama hari Jumat sampai hari Minggu tersebut, Audrey menjadi hak milik Abah, dan aku tidak bisa turut campur ataupun melakukan apa saja yang bisa mengganggu kepemilikan Abah terhadap Audrey;
- Aku hanya diperbolehkan menonton dari kamar sebelah, dan aku tidak boleh dilihat atau diketahui berada di tempat itu oleh Audrey maupun tamu-tamu Audrey;
- Uang yang didapatkan dari tamu-tamu Audrey menjadi milik Abah seluruhnya, kecuali atas tips yang diberikan tamu secara langsung kepada Audrey; dan
- Abah harus mengembalikan Audrey ke rumahku sebelum jam 12 malam pada hari Minggu.
Setelah menandatangani kontrak tersebut, aku dan Wen diajak berkeliling tempat itu. Abah menunjukan kamar dimana Audrey akan melayani tamu-tamunya. Kamar itu berukuran sedang dan dilengkapi kamar mandi sendiri. Seluruh dinding dan langit-langit kamar tersebut semuanya ditutupi oleh cermin, sedangkan kamar mandinya hanya salah satu dindingnya yang ditutupi oleh cermin. Kamar dan kamar mandi tersebut terlihat cukup mewah. Di tengah-tengah kamar terdapat sebuah tempat tidur king size yang mempunyai pilar-pilar kayu disetiap sudutnya. Di atas tempat tidur itu terdapat kasur tebal yang ditutupi sprei warna merah marun. Di sisi kiri dan kanan tempat tidur tersebut terdapat nakas (lemari kecil) dan di sisi bagian bawah kasur tersebut terdapat sebuah peti besar yang menyerupai peti bajak laut seperti yang biasa kita lihat di buku-buku cerita. Di kamar itu juga terdapat sebuah meja rias dengan kursinya dan sebuah single sofa berwarna krem. Setelah dari kamar tersebut, Abah mengajakku dan Wen ke kamar sebelah. Berbeda dari kamar yang sebelumnya, kamar sebelah ini lebih menyerupai sebuah ruang tamu yang mewah. Kamar tersebut mempunyai sofa-sofa yang disusun mengarah ke dinding pembatas antara kamar yang pertama ditunjukan oleh Abah dan kamar ini. Dinding tersebut ternyata adalah kaca dua arah, sehingga meskipun dari kamar pertama ataupun dari kamar mandinya dinding tersebut terlihat sebagai cermin, namun dari kamar sebelah aku dapat melihat kamar pertama yang ditunjukan oleh Abah beserta kamar mandinya secara jelas. Kemudian Abah menjelaskan bahwa selama Audrey sedang melayani tamu-tamunya aku hanya boleh berada di kamar ini, apabila aku ingin keluar dari kamar ini harus keluar dari salah satu pintu yang langsung menyambung ke sebuah lorong dan tembus langsung ke restaurant di lantai bawah sehingga aku tidak melewati kamar sebelah. Abah juga mengingatkan kembali bahwa aku tidak boleh mengganggu tamu-tamunya. Abah menjelaskan bahwa tamu-tamunya telah membayar sangat mahal untuk mendapatkan kesenangan sehingga tamu-tamu tersebut dapat berbuat apa saja terhadap Audrey. Abah juga menambahkan bahwa Audrey tidak boleh tahu kalau aku bisa menontonnya dari kamar sebelah karena Abah sangat kuatir kalau Audrey sampai tahu aku bisa menontonnya maka Audrey tidak bisa lepas dan merasa bebas dalam melakukan pelayanan terhadap tamu-tamunya. Terakhir Abah juga memberitahu bahwa Audrey pastilah akan sangat sibuk, karena apabila terdapat wanita baru pasti kabar tersiar dengan cepat dan akan banyak tamu-tamu yang ingin mencoba Audrey.
Aku hanya mengangguk-angguk saja mendengar penjelasan Abah, dan setelah berkeliling tempat itu, termasuk melihat sebuah ruangan yang dikatakan oleh Abah sebagai display room, aku dan Wen pamitan dan pulang ke rumah masing-masing. Sebelum pulang, Wen kembali mengingatkanku agar memberitahu dan memerintahkan Audrey untuk melaksanakan hal ini dan juga mengingatkanku agar Audrey tidak boleh mengetahui kalau aku bisa menonton pelacuran dirinya. Dalam perjalanan pulang ke rumah, hatiku berkecamuk memikirkan apakah yang aku lakukan ini benar. Di satu pihak aku tidak bisa membayangkan apabila orang tua Audrey sampai mengetahui nasib anaknya, namun di pihak lain meskipun aku tahu bahwa melacurkan istriku adalah salah namun terdapat rangsangan tersendiri bagiku melihat istriku disetubuhi orang lain. Apakah benar aku bisa benar-benar menikmati keadaan istriku yang menjadi budak seks orang lain? Bagaimana sebenarnya perasaaan Audrey? Apakah Audrey bisa menerima nasibnya? Dan banyak pertanyaan lain berkecamuk di hatiku. Tidak terasa mobil yang aku kemudikan sudah sampai rumah. Mobil langsung aku masukkan dalam garasi dan aku segera mencari Audrey. Audrey sedang duduk di sofa menonton TV ketika aku hampiri. Aku duduk di sofa di sebelahnya, dan segera memberitahukan kepada Audrey tentang apa yang diperintahkan Wen untuk dirinya selama hari Jumat sampai hari Minggu ini. Sama sekali diluar dugaanku, Audrey tidak terlihat kaget. Audrey hanya menghela napas panjang sambil berkata pelan
“Sudah kuduga”.
Melihat reaksi Audrey yang tidak kaget aku bertanya kepadanya “maksudmu sudah kamu duga?”
Kemudian Audrey menceritakan bahwa setelah kejadian beberapa waktu lalu di rumah dimana dia disetubuhi oleh Kisno, Amir dan Sudin, Wen tidak pernah lagi membagi dirinya untuk orang lain, namun Wen selalu berkata bahwa Wen ingin memuaskan dirinya dulu sebelum membagi Audrey ke semua orang. Wen juga beberapa kali berkata kepada Audrey bahwa Wen akan menempatkan Audrey pada status yang sebenarnya bagi Audrey yaitu sebagai pelacur. Wen berkali-kali berkata kepada Audrey bahwa Audrey hanyalah seorang pelacur dan suatu saat Audrey akan senang disetubuhi pria yang telah membayar kepada germonya. Aku sedih melihat Audrey bisa menerima nasibnya, bahkan ketika tahu akan dijadikan pelacur, reaksinya meskipun terlihat tidak senang namun juga tidak menolak atau kaget.
“Maafkan aku” hanya itu kata-kata itu yang bisa keluar dari mulutku.
“Ini semua terjadi bukan hanya salah kamu saja, ini juga karena kesalahanku” kata Audrey setelah mendengar permintaan maaf dariku.
Kemudian entah hanya karena ingin menghiburku atau memang dari hatinya, Audrey melanjutkan “Sebenarnya aku ingin jujur sama kamu Tom. Entah apa yang terjadi pada diriku, kejadian ini seakan-akan membuka kotak pandora dari dalam diriku. Entah kenapa aku mulai menyukai dijadikan budak seks, aku menyukai diperlakukan kasar dalam berhubungan seks. Memang sebenarnya aku lebih ingin kalau kamu yang melakukannya kepadaku, namun apa yang sudah dilakukan oleh Wen terhadap diriku telah merubah total diriku. Apabila Wen memanggilku untuk melayaninya, dalam perjalanan menuju apartemen Wen saja vaginaku sudah menjadi basah dan ketika Wen memakai diriku sebagai mainan seksnya aku menikmatinya yang membuat diriku orgasme berkali-kali dengan sangat cepat.
“Ketika kamu menceritakan bahwa Wen memintaku jadi pelacur, meskipun sebenarnya aku tidak suka, tapi mendengar hal itu membuat vaginaku saat ini sangat basah. Entah kenapa meskipun tahu bahwa menjadi pelacur adalah pekerjaan yang martabatnya rendah, namun di dalam hatiku aku jadi ingin mencobanya” lanjut Audrey kepadaku.
“Aku membaca di internet, memang banyak orang seperti diriku, yaitu menjadi submissive, dimana penindasan dalam seks malah membuat terangsang dan menikmati. Namun Tom, aku sangat mencintaimu, aku masih berharap suatu ketika semua ini akan berakhir dan aku hanya perlu menjadi submissive untuk dirimu saja” kata Audrey kemudian kepadaku.
Mendengar hal itu, hatiku menjadi sedikit tenang. Setidaknya Audrey akan melakukan hal ini bukan karena terpaksa, dan Audrey masih sangat mencintaiku. Kamipun berciuman mesra, dan aku berpesan kepadanya untuk banyak istirahat karena hari Jumat yang direncanakan tersebut tinggal 2 hari lagi.
Hari jumat itu akhirnya datang juga….Tepat pukul 9.00 pagi kami berangkat dari rumah menuju tempat Abah yaitu XXX Spa & Massage di daerah kota. Hari itu Audrey berpakaian casual, hanya berkaos dan bercelana jeans dengan sedikit make-up di wajahnya. Perjalanan dari rumah menuju tempat Abah memakan waktu cukup lama, apalagi Jakarta di pagi hari selalu macet. Dalam perjalanan aku beberapa kali menanyakan Audrey apakah dia yakin dengan apa yang akan dilakukannya, dan selalu dijawabnya dengan senyum manis sambil berkata bahwa dia yakin untuk melakukannya meskipun sebenarnya dia berkeinginan agar aku dapat mendampinginya untuk menjaganya. Mendengar keinginannya tersebut aku hanya menjawab bahwa aku banyak pekerjaan yang tidak bisa aku tinggalkan di kantor, dan aku meyakinkannya bahwa Abah akan dapat menjaganya serta aku berjanji bahwa aku akan selalu menelepon Abah untuk menanyakan keadaan istriku ini. Setibanya aku dan Audrey ditempat Abah, Aku dan Audrey bergandengan tangan memasuki tempat milik Abah tersebut. Melihat kami datang, Abah menyambut kami. Tanpa berkata apa-apa, Abah langsung menggandeng tangan Audrey dan menuntunnya masuk. Ketika aku berusaha mengikuti, Abah dengan sopan mengatakan kepadaku
“Kamu antar sampai sini saja, nanti istrimu jadi grogi”.
Akupun melepaskan gandengan tanganku pada Audrey dan membiarkan Abah menuntun Audrey masuk ke dalam. Aku melihat beberapa kali Audrey menoleh ke belakang melihat diriku seakan-akan Audrey ragu dengan apa yang akan dilakukannya, namun karena Abah tetap menuntunnya masuk ke dalam, Audrey tidak dapat berpikir panjang lagi dan hanya bisa menuruti gandengan tangan Abah. Setelah menyerahkan Audrey kepada Abah, akupun berlari ke arah belakang tempat milik Abah itu dan masuk kembali melalui pintu belakang. Begitu kembali di dalam aku mengintip Audrey berbicara dengan Abah. Aku tidak mendengar pembicaraan mereka. Setelah beberapa menit berbicara, Abah dengan menggandeng lengan Audrey menuntun Audrey masuk ke ruang kerjanya dan menutup pintu. Kurang lebih satu jam Abah dan Audrey berada di ruang kerja Abah, sampai kemudian pintu ruang kerja tersebut terbuka dan terlihat Abah dan Audrey keluar secara bersamaan. Rambut Audrey ketika keluar ruangan terlihat sedikit acak-acakan, aku menduga pasti Abah baru saja menyetubuhi Audrey di dalam ruang kerja tersebut.
Kemudian Abah memanggil dua staff wanitanya yang biasa dipanggil “mami” dan menyerahkan Audrey kepada mereka. Kedua mami itu kemudian menuntun Audrey ke kamar yang 2 hari lalu telah ditunjukan Abah kepadaku dan Wen. Setelah Audrey dan kedua mami masuk kamar tersebut, aku mendatangi Abah. Abah hanya berkomentar
“Hebat istrimu, tamu-tamuku pasti puas” dan kemudian mempersilahkan aku masuk ke kamar disebelah kamar dimana Audrey berada.
Dari kamar sebelah aku bisa melihat secara jelas kedua mami sedang memandikan Audrey di bathtub. Semua tubuh Audrey dibersihkan, setelah itu mereka dari kamar mandi pindah ke kamar tidur. Di kamar tidur, salah satu mami melepaskan bel kecil yang tergantung di cincin emas di bibir atas vagina Audrey, sehingga sekarang hanya cincin tersebut saja yang terkait di vagina Audrey. Setelah melepaskan bel kecil tersebut, kemudian seluruh tubuh Audrey diwax dan dilulur. Audrey juga dipijat selayaknya pelayanan di spa kelas satu. Terakhir kedua mami memake-up wajah Audrey dan memblow rambutnya, Audrey nampak semakin cantik lagi. Terlihat sekali orang-orang itu sangat ahli dalam bidangnya. Kemudian dari speaker terdengar salah satu mami berkata sambil menyerahkan sebuah kimono putih dan sepatu putih berhak tinggi kepada Audrey
“Pakai ini, selama disini hanya inilah pakaianmu. Kamu akan mendapatkan kembali pakaianmu sebelum pulang nanti di hari Minggu”.
Audreypun menuruti perintah sang mami dan mengenakan kimono putih dan sepatu hak tinggi tersebut. Kimono tersebut cukup tipis sehingga bayang-bayang vagina dan kedua payudara Audrey masih dapat terlihat.
“Tunggu disini sampai saya menjemputmu. Kalau ada tamu, baru saya akan membawa kamu ke display room” kata salah satu mami kepada Audrey. Audrey hanya mengangguk lemah dan duduk di salah satu sisi tempat tidur, sedangkan kedua mami meninggalkan kamar tersebut.
Tidak sampai sepuluh menit kemudian, pintu kamar terbuka dan salah satu mami masuk ke kamar tersebut.
“Ayo, ada tamu langganan mau melihatmu” kata mami tersebut sambil menarik lengan Audrey dan menuntunnya keluar kamar.
Melihat itu jantungku berdegup dengan kencang. Untuk pertama kalinya aku akan melihat istriku Audrey melacurkan dirinya dan hal tersebut membuatku sangat terangsang. Akupun segera duduk di salah satu sofa dan menunggu apa yang akan terjadi.
Kurang lebih 10 menit kemudian, pintu kamar terbuka lagi, kali ini seorang pria keturunan Arab yang berusia kurang lebih 50 tahunan masuk ke ruangan tersebut disusul oleh Audrey dan mami yang tadi menjemput Audrey. Tanpa berkata apa-apa pria Arab itu duduk di salah satu sisi kasur, sedangkan mami menuntun dan menempatkan Audrey berdiri persis di hadapan pria itu.
“Mohon maaf Pak Zaki, dia baru, dia belum tahu rutinitas disini” kata mami tersebut kepada pria yang ternyata bernama Zaki tersebut.
“Lepas sepatumu” kata mami tersebut kemudian kepada Audrey sambil melepaskan kimono dari tubuh Audrey, sehingga sekarang Audrey menjadi telanjang bulat dihadapan seorang pria tua yang belum pernah dikenalnya. Aku melihat vagina Audrey yang mulus tanpa ditumbuhi sehelai bulupun terlihat sudah sangat basah.
“Nah saya tinggal dulu ya pak. Audrey tolong layani Pak Zaki dengan baik ya” kata mami kemudian sambil meninggalkan kamar tersebut dan menutup pintunya.
Ditinggal berdua dengan Pak Zaki di dalam kamar, Audrey terlihat canggung. Audrey terlihat tidak tahu apa yang harus diperbuatnya, sehingga Audrey hanya berdiri telanjang bulat di hadapan Pak Zaki. Melihat Audrey yang canggung, Pak Zaki tersenyum dan meraih tangan Audrey serta menarik Audrey ke pangkuannya sehingga sekarang Audrey duduk dipangkuan Pak Zaki.
“Emmhhh….. halus sekali….putih bersih…cantik sekali….si Abah memang pintar memilih memilih wanita” kata pak Zaki sambil meraba-raba dan mengelus-elus seluruh tubuh Audrey.
Audrey terlihat sedikit menggelinjang ketika tangan-tangan tua Pak Zaki menggerayangi tubuhnya. Setelah puas mengelus-elus tubuh Audrey, Pak Zaki mulai meremas-remas kedua payudara Audrey seakan-akan mempelajari kepadatan kedua payudara Audrey.
“Eeehmm…. sempurna, payudara yang indah” terdengar komentar Pak Zaki atas kedua payudara Audrey.
Setelah puas meremas-remas kedua payudara Audrey, Pak Zaki mulai mencium dan menjilati serta menghisap kedua payudara Audrey secara bergantian. Diperlakukan demikian terlihat Audrey menggelinjang-gelinjang, kedua matanya tertutup dan dari mulutnya terdengar desahan-desahan kecil.
“Eehmmm…kamu suka ya” kata Pak Zaki ketika merasakan bahwa Audrey menggelinjang-gelinjang dan mendesah-desah.
“Suu..kaaa…uughhhh” jawab Audrey pelan terbata-bata sambil terus menutup matanya dan badannya menggelinjang-gelinjang makin hebat.
Merasakan Audrey sudah mulai terangsang, Pak Zaki mulai meraba-raba dan mengelus-elus vagina Audrey, yang disambut Audrey dengan desahan yang semakin keras dan salah satu tangan Audrey menekan kepala Pak Zaki seakan-akan meminta Pak zaki untuk makin giat dank eras menciumi, menjilat dan menghisap kedua payudaranya.
“Lubang yang di bawah ini, mana yang bisa dimasukin?” tanya Pak Zaki sambil tangan kanannya mempermainkan klitoris Audrey.
“Dua-duanya bisa…” jawab Audrey malu-malu sambil kembali mendesah-desah dan menggelinjang-gelinjang.
Kemudian bibir pak Zaki yang besar berpindah dari payudara Audrey ke bibir Audrey yang mungil. Dilumatnya bibir Audrey dan dijelajahinya mulut Audrey dengan lidahnya. Terlihat Audrey sedikit kewalahan melayani permainan lidah Pak Zaki di mulutnya.
“Siapa nama kamu?” tanya Pak Zaki kemudian.
Audrey pak” jawab Audrey.
“Audrey, coba bukain seluruh baju dan celana saya” kata Pak Zaki sambil menghentikan kegiatannya pada Audrey dan menuntun Audrey berdiri kembali.
Tanpa berkata apa-apa, Audrey menuruti perintah Pak Zaki. Dibukanya kemeja Pak Zaki, dan kemudian Audrey berlutut di hadapan Pak Zaki dan membuka sepatu, kaos kaki dan celana panjang Pak Zaki, dan ketika Audrey melorotkan celana dalam Pak Zaki, penis hitam Pak Zaki langsung mencuat keluar. Audrey terlihat sedikit kaget dengan ukuran penis Pak Zaki. Penis Pak Zaki sangatlah besar dan panjang, bahkan lebih besar dari penis Wen maupun Kisno.
“Kenapa? Kok kelihatan kaget? tanya Pak Zaki ketika melihat raut wajah Audrey.
“Besar dan panjang” kata Audrey singkat sambil tersenyum berusaha menyembunyikan kekagetannya.
“Audrey, layani saya” kata Pak Zaki kepada Audrey sambil naik ke kasur dan tidur telentang.
Mendengar itu Audrey segera menuruti, ditindihnya tubuh Pak Zaki dari atas, dan Audrey mulai menggesek-gesekkan tubuh dan payudaranya ke tubuh dan dada Pak Zaki. Kemudian bibir Audrey terlihat mulai menciumi dan menjilati leher Pak Zaki dan terus ke dada Pak Zaki yang ditumbuhi bulu yang sangat lebat itu. Pak Zaki terlihat sangat menikmati pelayanan Audrey. Audrey dengan sangat perlahan dan mesra terus menjilati seluruh tubuh Pak Zaki sampai ke paha dan terus ke kaki-kaki Pak Zaki. Diperlakukan demikian oleh Audrey, aku melihat penis Pak Zaki menegang keras, sedangkan vagina Audrey sudah terlihat sangat basah. Setelah menjilati kaki-kaki Pak Zaki, Audrey kembali naik ke atas, diciumi dan dijilatinya paha dalam Pak Zaki, kemudian ke biji penis Pak Zaki dan lalu Audrey membenamkan kepalanya ke bawah serta lidahnya mencari lubang anus Pak Zaki. Pak Zaki yang mengerti apa yang akan dilakukan Audrey sedikit mengangkat pinggulnya dan memposisikan tubuhnya agar bibir dan lidah Audrey dapat memperoleh akses seluas-luasnya terhadap lubang anusnya. Sambil tetap menjilati lubang anus Pak Zaki dengan perlahan dan mesra, tangan kiri Audrey mulai menggenggam penis Pak Zaki yang besar dan panjang itu serta mulai mengocoknya secara perlahan, sedangkan tangan kanan Audrey mengelus-ngelus dada dan puting Pak Zaki yang ditumbuhi bulu-bulu yang sangat lebat itu.
“Eeeehhhmmmm…..enaaakk..” dengus Pak Zaki pelan senang atas perlakuan Audrey terhadap penis dan lubang anusnya.
Mendengar itu Audrey nampak makin bersemangat merangsang Pak Zaki, dijilati dan dikulumnya secara bergantian penis, biji penis dan lubang anus Pak Zaki, dan kemudian Audrey menarik kedua tangan Pak Zaki agar Pak Zaki bangkit dari posisi tidur telentang menjadi posisi duduk, dan Audrey kemudian merebahkan dirinya telentang di atas kasur dengan kedua kaki mengangkang yang memperlihatkan vaginanya yang sudah sangat becek. Audrey kemudian meraih penis Pak Zaki yang besar dan panjang itu dengan kedua tangannya dan mengarahkan ke vaginanya.
“Lho, kok saya yang di atas? Katanya mau melayani?” goda Pak Zaki kepada Audrey yang terlihat sudah ingin cepat-cepat ditindih oleh tubuh Pak Zaki.
“Penis bapak terlalu besar…., sedikit sakit kalau pertama kali masuk dengan posisi Audrey di atas. Masukkan dulu dengan posisi bapak di atas, setelah Audrey terbiasa, kita bisa ganti posisi pak” jawab Audrey dengan penuh mesra dan sedikit membujuk kepada Pak Zaki.
Saat itu aku sedikit kaget karena untuk pertama kalinya aku mendengar istriku menyebut dirinya dengan namanya sendiri yaitu “Audrey” biasanya baik terhadaku maupun Wen, Audrey selalu menyebut dirinya dengan kata “saya” atau “aku”. Aku melihat Audrey menyebut dirinya dengan “Audrey” supaya terdengar lebih imut dan bisa merayu Pak Zaki, rupanya Audrey benar-benar mendalami dan bahkan menyukai keadaannya sebagai pelacur. Terayu oleh Audrey, kemudian Pak Zaki mulai sedikit demi sedikit dan secara perlahan membenamkan penisnya ke dalam vagina Audrey. Terdengar desahan kecil Audrey setiap penis Pak Zaki semakin dalam masuk ke vaginanya. Tangan Audrey meremas keras bantal dan sprei kasur secara bergantian ketika penis Pak Zaki yang besar dan panjang itu mulai menjebol vaginanya. Mata Audrey tertutup rapat dan Audrey menggigit kecil bibir bawahnya sendiri seakan-akan sedang menahan sakit dan nikmat yang amat sangat secara bersamaan. Ketika penis Pak Zaki semakin dalam lagi menjebol vaginanya, Audrey semakin kehilangan kontrol atas dirinya, sambil tetap menutup matanya rapat-rapat, wajah Audrey terdongak kebelakang dan dadanya membusung ke atas sehingga membuat badannya sampai melengkung, sedangkan tangan kiri Audrey secara tiba-tiba mencengkram pantat Pak Zaki dengan sangat keras. Tangan kanan Audrey yang bebas juga terlihat memukul-mukul kasur dan menarik-narik sprei kasur sehingga sprei kasur menjadi tertarik berantakan.
“Sakit Audrey?” tanya Pak Zaki kepada Audrey mesra sambil menghentikan hujaman penisnya kedalam vagina Audrey.
“Tidak apa-apa pak,…. Audrey masih bisaa ta…han…, masukkan…terrrr..usss pak..jangan berheee..ntiii, sebentar lagi….maaasssukk…sssemua…., ennnakk…setelah ituuu….pak” jawab Audrey sambil terbata-bata dan meringis-ringis antara menahan sakit dan nikmat.
Mendengar itu Pak Zakipun kembali menekan penisnya semakin dalam lagi ke vagina Audrey dan “blesss….” terdengar suara pelan dari vagina Audrey ketika seluruh penis Pak Zaki amblas ke dalam vagina Audrey.
“Aaaahhh…..” terdengar jeritan lega Audrey ketika seluruh penis Pak Zaki telah masuk ke dalam vaginanya. Audrey kemudian membuka matanya kembali, diturunkannya busungan dadanya, diposisikannya kepalanya seperti sedia kala, dan masing-masing tangan Audrey melepaskan cengkramannya dari pantat Pak Zaki dan sprei di kasur. Ditariknya kepala Pak Zaki kearah kepalanya, dan bibir mungil Audrey mulai menciumi bibir Pak Zaki yang besar dan tebal itu.
“Aaaahhh….sudah masuk semuanya pak, sekarang nikmati Audrey sepuas-puasnya, Audrey adalah milik bapak” bisik Audrey kemudian kepada Pak Zaki sambil kembali menciumi bibir Pak Zaki dengan mesra.
Pak Zaki dan Audrey berciuman dengan mesra dan memainkan lidah mereka di mulut pasangannya dengan cukup lama. Aku melihat selama Audrey dan Pak Zaki berciuman, vagina Audrey mengeluarkan cairan kewanitaannya. Cairan itu terus keluar meleleh dari vagina Audrey sehingga membuat sprei disekitar selangkangan Audrey menjadi basah kuyup. Setelah beberapa lama berciuman tanpa menggerakan penisnya, kemudian Pak Zaki mulai memompa penisnya keluar masuk vagina Audrey secara perlahan. Audrey yang merasakan goyangan Pak Zaki kemudian menekuk kedua lututnya dan menyilangkan kedua kakinya melingkar dipinggang Pak Zaki sehingga kedua kaki Audrey mengikat rapat pinggang Pak Zaki. Merasakan kaki Audrey dipinggangnya, Pak Zaki memperbaiki posisi tubuhnya. Diletakannya kedua telapak tangannya di kasur persis disisi kiri dan kanan kepala Audrey dan digunakannya kedua tangannya tersebut sebagai tumpuan tubuhnya. Audrey kemudian melingkarkan kedua tangannya di leher Pak Zaki, dan Audrey sedikit mengangkat kepalanya dan dadanya agar bibir dan lidahnya dapat menciumi dan menjilati dada dan puting Pak Zaki yang berbulu lebat itu sehingga sekarang Audrey terlihat sedikit bergelantungan di tubuh Pak Zaki dengan kedua tangan melingkar di leher Pak Zaki dan kedua kaki melingkar dipinggang Pak Zaki dan hanya pantat dan sedikit tubuhnya yang menapak di kasur. Pak Zaki yang digelayuti Audrey seperti itu, dengan kedua lutut dan kedua tangannya tetap bisa dengan lancar menghujamkan penisnya yang besar ke dalam vagina Audrey. Pompaan-pompaan penis Pak Zaki pada vagina Audrey dari perlahan mulai menjadi semakin cepat.
Dihajar oleh penis Pak Zaki yang besar dan panjang itu, vagina Audrey makin mengeluarkan cairan kewanitaannya sehingga vagina Audrey makin becek dan setiap kali penis Pak Zaki menghujam keras ke dalam vagina Audrey, vagina Audrey tersebut memuncratkan sedikit cairan kewanitaannya. Genjotan keras penis Pak Zaki pada vaginanya, membuat Audrey semakin hilang kontrol. Terlihat sekali Audrey sangat menikmati penis Pak Zaki dalam vaginanya.
“UUuugghhhh…..paaakkkk…..nikma t sekali….” desah Audrey keras sambil menatap tajam mata Pak Zaki dan menciumi bibir Pak Zaki dengan ganas.
“Lebih keras…pak…ayo genjot lebih keras pak….habisi vagina Audrey…hajar lubang kenikmatan Audrey ini” lanjut Audrey sambil mengulum, menjilati dan mengigit-gigit kecil dada dan pundak Pak Zaki.
“Oogghh…enak sekali penis bapak ….Audrey ketagihan nih….ayo lebih keras…lebih cepat….koyak-koyak vagina Audrey dengan penis bapak yang benar-benar hebat ini” rayu Audrey menyemangati Pak Zaki dengan tanpa rasa malu atau canggung lagi.
Mendengar perkataan Audrey, Pak Zaki makin mempercepat genjotan penisnya pada vagina Audrey yang tentu saja hal tersebut makin membuat Audrey kelojotan kenikmatan sambil meraung-raung keras dan matanya merem melek. Tidak beberapa lama kemudian tubuh Audrey menegang keras dan dengan satu teriakan panjang Audrey mencapai orgasmenya yang dahsyat yang ditandai dengan muncratnya cairan kewanitaan dari vaginanya. Kemudian tanpa menunggu orgasme Audrey reda, Pak Zaki langsung merebahkan dirinya ke belakang sambil menarik tubuh Audrey sehingga sekarang Audrey berada di atas tubuh Pak Zaki dengan gaya woman on top. Audrey berdiam diri untuk sesaat karena orgasmenya belum reda. Setelah Audrey dapat kembali mengendalikan dirinya, Audrey mulai menggerakkan pinggulnya naik turun sehingga membuat penis Pak Zaki kembali menggenjot vaginanya. Sambil menikmati pelayanan dari Audrey. Tangan kanan Pak Zaki meraih dan membuka peti di sisi bagian bawah kasur dan mengambil sebuah vibrator berwarna pink dari peti tersebut. Ternyata aku melihat peti itu berisi berbagai macam alat-alat seks. Kemudian Pak Zaki menyalakan vibrator tersebut dengan kecepatan penuh dan memasukkannya ke dalam lubang anus Audrey.
Vibrator yang dimasukkan oleh Pak Zaki ke dalam lubang anus Audrey merupakan vibrator yang berukuran besar dan panjang serta mempunyai permukaan yang tidak rata. Disepanjang batang vibrator tersebut terdapat tonjolan-tonjolan bulat seperti kelereng dan ujung vibrator tersebut berbentuk seperti ujung penis yang sangat besar. Aku melihat ketika Pak Zaki mulai mencoba memasukkan vibrator tersebut ke dalam lubang anus Audrey, terlihat Audrey secara sukarela merebahkan tubuhnya ke dada Pak Zaki untuk mempermudah Pak Zaki memasukkan vibrator tersebut ke dalam lubang anusnya. Melihat tidak adanya penolakan dari Audrey, Pak Zakipun segera memasukkan vibrator itu ke dalam lubang anus Audrey. Audrey sedikit meremas sprei kasur ketika vibrator itu mulai memasuki lubang anusnya dan terus ke dalam sampai mentok.
“Uuggghhhh….” terdengar rintihan Audrey ketika Audrey mulai mencoba kembali menggerakkan pinggulnya naik turun agar penis Pak Zaki kembali memompa vaginanya. Pantat Audrey terlihat sedikit bergerak tidak beraturan, naik turun dan memutar-mutar dikarenakan getaran vibrator dan gerakan batang vibrator yang meliuk-liuk di dalam lubang anusnya.
Setelah beberapa menit, terlihat Audrey mulai bisa membiasakan diri dengan penis Pak Zaki di dalam vaginannya dan sebuah vibrator di dalam lubang anusnya. Gerakan-gerakan Audrey naik turun semakin kencang sehingga penis Pak Zaki kembali dengan cepat memompa vaginanya. Melihat Audrey menggerakkan pinggulnya naik turun dengan goyangan-goyangan dan rintihan-rintihan kenikmatan, Pak Zaki kemudian menarik pelan vibrator tersebut dari lubang anus Audrey.
“Eeegggghhh…eeeiiiiiit……oooggg hhhhh…” terdengar rintihan keras Audrey ketika Pak Zaki menarik dengan pelan batang vibrator tersebut sehingga setengahnya keluar dari lubang anus Audrey, yang membuat Audrey menghentikan gerakan pinggulnya pada selangkangan Pak Zaki.
“Uuuggghhh…….eegghhhh…..” terdengar kembali rintihan keras Audrey ketika Pak Zaki kembali dengan pelan memasukkan batang vibrator tersebut ke dalam lubang anus Audrey sampai mentok. Wajah Audrey menegang, mulutnya terbuka lebar dan matanya terpejam rapat. Audrey kemudian merebahkan dirinya di atas tubuh Pak Zaki serta kedua tangannya meremas-remas rambut Pak Zaki.
“Hehehehe, Audrey suka ya?” kata Pak Zaki tiba-tiba kepada Audrey.
Mendengar hal itu, Audrey hanya terlihat mengangguk-angguk sambil tetap merebahkan dirinya di atas tubuh Pak Zaki, dan Pak Zakipun segera meraih pinggul Audrey dengan kedua tangannya dan dengan gerakan cepat dan kasar memompa penisnya pada vagina Audrey dari bawah. Audrey hanya bisa mengerang-erang kenikmatan tanpa bisa berbuat apa-apa lagi. Mata Audrey tetap terpejam rapat, mulutnya terbuka lebar sambil sesekali menggigit-gigit kecil bibir bawahnya sendiri dan kadang kala menggigit kecil bibir Pak Zaki. Kedua tangan Audrey terlihat menjambak-jambak rambut Pak Zaki dan rintihan-rintihannya makin lama makin keras dan liar.
“Duuhhh…eeeeennnnaaaakkkk….tte eeeerrusss paakkkk…..” terdengar erangan nikmat Audrey keluar dari mulutnya sambil badannya tergoncang-goncang hebat karena genjotan penis Pak Zaki pada vaginanya dan getaran vibrator pada lubang anusnya.
Setelah beberapa belas menit kemudian, terlihat tubuh Audrey meliuk-liuk dengan hebat dan kemudian menegang kuat yang disusul dengan muncratan cairan kewanitaan dari vaginanya serta lolongan panjang dari mulutnya menandakan Audrey kembali mengalami orgasme yang dahsyat. Melihat Audrey mengalami orgasme yang dahsyat dan panjang, Pak Zakipun semakin menancapkan sedalam-dalamnya vibrator pink tersebut ke dalam lubang anus Audrey dan Pak Zakipun juga menancapkan penisnya sedalam-dalamnya pada vagina Audrey. Setelah orgasme Audrey reda, Pak Zaki mencabut penisnya dari dalam vagina Audrey dan kemudian memposisikan Audrey menungging di atas kasur. Audrey menuruti kemauan Pak Zaki dan membiarkan dirinya diposisikan menungging di atas kasur. Kemudian Pak Zaki mencabut vibrator pink tersebut dari dalam lubang anus Audrey dan memasukkan vibrator tersebut ke dalam vagina Audrey serta mulai memasukkan penisnya yang besar dan panjang itu ke dalam lubang anus Audrey.
“Oggghhhhh….” kembali terdengar rintihan Audrey ketika penis Pak Zaki mulai memasuki lubang anusnya dan secara bersamaan tangan Pak Zaki memasukkan vibrator pink tersebut ke dalam vaginanya. Tangan kanan Pak Zaki terlihat memompa vibrator itu pada vagina Audrey, sedangkan tangan kiri Pak Zaki terlihat meremas-remas dengan kuat kedua payudara Audrey secara bergantian. Pak Zaki terlihat dengan ganas menggenjot lubang anus Audrey dengan penisnya.
Tubuh Audrey yang menungging kembali tergoncang-goncang dengan hebat dikarenakan genjotan-genjotan penis Pak Zaki di lubang anusnya dan genjotan-genjotan vibrator pada vaginanya. Audrey meraung-raung kenikmatan dengan hebat, kemudian setelah beberapa menit diperlakukan demikian, tiba-tiba kedua tangan Audrey meraih kedua paha Pak Zaki. Pak Zaki yang melihat kejadian itu hanya tertawa kecil dan kemudian meneruskan genjotan penisnya pada lubang anus Audrey. Tangan kanan Pak Zaki tetap mengocok-ngocok vagina Audrey dengan vibator sedangkan tangan kiri Pak Zaki menjambak rambut Audrey dan menariknya ke belakang sehingga kepala Audrey sampai terdongak ke atas. Setelah beberapa belas menit kemudian, Audrey mencapai orgasme kembali, dan dari vagina Audrey kembali keluar cairan kewanitaannya memuncrat ke vibrator, ke tangan Pak Zaki dan ke sprei kasur. Melihat Audrey telah mencapai klimaks, Pak Zaki segera menarik dan menelentangkan Audrey di atas kasur, kedua tangan Audrey ditariknya ke atas sehingga lurus sejajar dengan kepalanya. Tangan kiri Pak Zaki memegangi kedua pergelangan tangan Audrey sehingga kedua tangan Audrey tidak dapat digerakkan kemana-mana. Kemudian Pak Zaki menghujamkan penisnya secara kasar ke dalam vagina Audrey dan memompa cepat vagina Audrey dengan penisnya. Audrey secara reflek membuka kedua kakinya lebar-lebar, badannya tergoncang-goncang hebat karena hujaman penis Pak Zaki pada vaginanya dan dari mulut Audrey terdengar teriakan “uughhh….ugghhh..ugghhh…” setiap kali penis Pak Zaki menerobos masuk vaginanya sampai mentok.
Serasa lama sekali Audrey dan Pak Zaki dalam posisi seperti itu, mungkin ada berpuluh-puluh menit. Badan Audrey yang berkulit putih nampak bergoncang-goncang seirama dengan badan Pak Zaki yang berkulit hitam. Mulut Audrey terbuka lebar sambil sesekali tersenyum kecil, dan mata Audrey merem melek menandakan Audrey sangat menikmati persetubuhannya dengan Pak Zaki. Sambil menggenjot penisnya yang besar ke dalam vagina Audrey, Pak Zaki sesekali juga memerintahkan Audrey untuk membuka mulutnya lebar-lebar dan menjulurkan lidahnya keluar yang langsung dituruti oleh Audrey. Apabila sudah demikian, Pak Zaki langsung mengeluarkan ludahnya kedalam mulut Audrey yang langsung ditelan seluruhnya oleh Audrey. Pak Zaki makin lama semakin keras dan cepat menggenjotkan penisnya ke dalam vagina Audrey. Gerakan Pak Zaki semakin lama semakin kasar dan tidak beraturan sampai kemudian terlihat Pak Zaki dan Audrey mencapai orgasme hebat secara bersamaan, dan Pak Zaki memuntahkan seluruh spermanya di dalam vagina Audrey.
Setelah orgasmenya reda, Pak Zaki mencabut penisnya dari vagina Audrey dan merebahkan dirinya telentang di atas kasur. Seperti sudah diajari sebelumnya, Audrey langsung bangkit dan meraih penis Pak Zaki dengan mulutnya. Tanpa perlu diperintah lagi, lidah Audrey langsung membersihkan penis Pak Zaki dari sisa-sisa sperma dan cairan kewanitaan sampai bersih, dan setelah penis Pak Zaki bersih, Audrey merebahkan kepalanya di atas dada Pak Zaki dan memeluk erat Pak Zaki. Pak Zaki dan Audrey berpelukan mesra sambil sesekali berciuman kecil. Melihat kemesraan Pak Zaki dan istriku, aku sebenarnya cemburu, tapi ada rasa senang dalam diriku dimana aku melihat istriku melacurkan dirinya tanpa paksaan bahkan menikmati statusnya dan pekerjaan barunya.
Setelah kurang lebih 10 menit Pak Zaki berbaring sambil dipeluk oleh Audrey dengan mesra. Pak Zaki bangkit dari tempat tidur dan mulai mengenakan pakaiannya. Audrey membantu Pak Zaki dalam mengenakan pakaiannya. Audrey turut membantu Pak Zaki dalam mengancingkan pakaiannya dan memasangkan kaos kaki dan sepatu pada kedua kaki Pak Zaki. Setelah berpakaian lengkap Pak Zaki kembali mencium Audrey dengan mesra yang dibalas oleh Audrey dengan mesra pula. Cukup lama mereka berciuman sampai Pak Zaki menarik bibirnya dari bibir Audrey dan kemudian meletakan segepok uang seratus ribuan di atas kasur.
“Ini tip buat kamu, terima kasih atas pelayanannya. Saya pasti akan kembali lagi” kata Pak Zaki sambil melangkah keluar kamar.
“Terima kasih pak” jawab Audrey singkat sambil kembali duduk dan memasukan uang tip dari Pak zaki ke dalam nakas disisi kanan tempat tidur.
Tidak sampai 5 menit semenjak Pak Zaki meninggalkan kamar, kedua mami dan tiga orang pelayan pria masuk ke dalam kamar. Salah seorang pelayan membawa nampan makanan seperti yang biasa dibawa room service di hotel-hotel dan meletakannya di atas meja rias kamar tersebut.
“Kamu makan dulu, kamu perlu tenaga yang banyak” kata salah seorang mami kepada Audrey.
Melihat ada tiga pelayan pria yang masuk, Audrey berusaha mengenakan kimononya, tapai salah satu mami dengan cepat merebutnya dari tangan Audrey dan menyerahkannya kepada salah satu pelayan pria.
“Kimononya sudah kotor, nanti kamu dapat gantinya, sekarang makan dulu. Kita harus cepat, kita tidak punya banyak waktu” kata mami yang merebut kimono tersebut dari tangan Audrey.
Audrey menuruti perintah mami tersebut dan duduk di kursi meja rias dan mulai melahap hidangan yang disajikan yang berupa sirloin steak dan french fries, sedangkan ketiga pelayan pria mulai membersihkan kamar tersebut. Ketiga pelayan tersebut mengganti sprei kasur, menyapu dan mengepel lantai kamar tersebut sambil sesekali memandangi tubuh Audrey yang telanjang bulat sambil tersenyum-senyum kecil seakan-akan berkata “Ini dia yang habis disetubuhi”.
Selesai makan, Audrey dibawa oleh kedua mami ke kamar mandi untuk dimandikan di bathtub, dan selesai dimandikan, Audrey kembali dimake-up wajahnya dan rambutnya di blow kembali. Ketika Audrey selesai dirias dan diberikan kimono putih yang baru, ketiga pelayan tersebut juga telah selesai membersihkan kamar dan segera bersama-sama kedua mami meninggalkan kamar. Belum sampai sepuluh menit kedua mami meninggalkan kamar, salah satu mami kembali masuk kamar dan tanpa mengatakan apa-apa menuntun Audrey keluar kamar, dan seperti dugaanku, tidak beberapa lama kemudian Audrey sudah masuk lagi ke kamar dengan seorang tamu.
Kali ini Audrey tidak didampingi oleh seorang mami lagi, dan Audrey terlihat sudah mengerti dengan apa yang harus dilakukannya. Audrey langsung membuka kimononya dan berlutut dihadapan tamu tersebut, kemudian membuka sepatu, kaos kaki, celana dan celana dalam tamu tersebut dan mulai menghisap-hisap dan menjilat-jilati penis tamu tersebut, dan merekapun mulai melakukan persetubuhan mereka. Begitu seterusnya dari tamu ke tamu, Audrey melakukan persetubuhan dan melayani tamu-tamunya dengan baik. Audrey hanya berhenti bersetubuh dan dapat beristirahat ketika selesai satu tamu, kedua mami memandikan dan merias Audrey bersamaan dengan ketiga pelayan membersihkan kamar tersebut. Istirahat Audrey tidaklah panjang hanya apabila sebelum dimandikan adalah waktu Audrey untuk makan maka istirahatnya menjadi otomatis lebih panjang sedikit. Pada waktu Audrey dimandikan itulah aku mencuri-curi kesempatan untuk turun melalui pintu yang tersambung dengan lorong ke restaurant bawah untuk makan. Tidak terasa ternyata waktu berlalu dengan cepat. Jam telah menunjukkan pukul 12.00 malam pada hari Jumat itu, mungkin sudah belasan tamu yang dilayani oleh Audrey, dan rata-rata tamu-tamu tersebut berumur sekitar 40 sampai 60 tahunan, ketika akhirnya setelah selesai melayani seorang tamu, salah seorang mami masuk ke ruangan dan hanya berkata singkat
“Sekarang kamu istirahat dulu” lalu mami tersebut meninggalkan kamar tanpa memandikan Audrey seperti biasanya.
Audrey terlihat menarik napas lega dan duduk di sofa kamar tersebut untuk beberapa saat, dan lalu masuk kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai mandi, Audrey naik ke tempat tidur yang masih acak-acakan karena tidak dibersihkan oleh ketiga pelayan seperti biasanya dan mulai memejamkan mata. Tidak perlu waktu lama untuk Audrey tidur terlelap dan hal tersebut sangatlah wajar karena semenjak pagi Audrey sudah melakukan persetubuhan yang dapat dikatakan tiada henti.