Cerita Dewasa Terbaru
Cerita Dewasa Terbaru adalah lanjutan dari cerita panas tante girang dan koleksi cerita panas tante girang yang sudah ada pada postingan sebelum ini.atau cerita dewasa terbaru lainnya seperti dibawah ini

Gairah dalam gedung bioskop
Menikmati belahan memek perawan
Janda muda yang agresif
Aku dan sepupu istriku yang cantik

Oke deh langsung saja ke cerita dewasa terbaru berikut ini
Suatu hari ketika Putra pulang dari kampus, terdengar suara musik yang cukup keras, kamarnyapun dikunci rapat, praktis itu membuatnya curiga. tidak lama kemudian, dibukalah pintu kamar kost yang ditempati oleh Kamil. dan benar saja, didalamnya ada Anggi yang masih terlihat kelelahan namun sudah menggunakan pakaian seragam khas mahasiswa kebidanan. Putra yang daritadi mengintip dari balik jendela pura-pura keluar melewati kamar kost Kamil
“eh Putra, udah pulang kuliahnya?”
“udah bang, oia itu siapa bang?” sambil menunjuk ke arah Anggi
“oh, ini pacar bang Kamil”
“hei, Putra penghuni baru yah?” Anggi menyapa Putra dengan nada yang panik
“iya mbak, saya baru disini. salam kenal”
Putra tertarik melihat Anggi yang cantik, putih, mulus dan montok tentunya. ukuran BHnya mungkin 34C
“Tra, tadi kamu tau kita lagi ngapain disini? jadi kamu tenang aja, kamu juga boleh kok bawa cewek kesini. gak akan abang gangguin, oke!”
“sipp bang Kamil. kalo gitu Putra mau mandi dulu, abang sama mbak Anggi lanjutin aja ‘main’ nya. kayaknya bakal ada ronde ke-2 nih, hahaha”
“iih, Putra tau aja. ok deh, jangan onani di kamar mandi. hihihi” kata Anggi dengan suara manjanya. lalu Kamil menarik Anggi dan mencium kembali bibir Anggi yang tipis dan menggairahkan itu, dibukanya kembali seragam kuliah yang telah digunakannya lalu diremas-remaslah payudara Anggi yang sudah nampak mengeras. tidak lama kemudian Putra berlalu meninggalkan sepasang kekasih yang sedang dikuasai nafsu birahi itu, lalu Kamil menutup pintu kamar kost-nya dan kembali melanjutkan permainannya mengolah tubuh Anggi…

sejenak Putra pun kaget, tapi inilah pergaulan remaja Bandung. sebenarnya Kamil berasal dari keluarga yang taat pada agama, tapi pergaulan di ibukota provinsi Jawa Barat ini sudah membuatnya sangat bahagia dengan surga dunia…

baru satu minggu tinggal di Bandung, Putra sudah dekat dengan beberapa wanita. namun yang paling dekat dengannya adalah Tya. awalnya Putra hanya iseng mendekati Tya, tapi ternyata Tya juga tertarik padanya. seminggu kemudian mereka jadian dan menjadi sepasang kekasih. sebenarnya Putra datang jauh ke Bandung untuk menimba ilmu dengan sungguh-sungguh, namun dia tidak bisa menolak ketika cinta datang dan tidak dia biarkan pergi begitu saja. di mata Putra, Tya adalah wanita baik-baik dan sangat santun dalam berpakaian. jarang ada cewek yang seperti Tya di kota yang punya julukan Paris van Java ini…

akhir pekan pun tiba, Tya mengajak Putra untuk jalan bareng. Putra tidak menolaknya karena ini adalah pertama kalinya mereka jalan berdua, lalu Putra juga ingin tahu tempat-tempat nongkrong di kota Bandung. karena weekend, maka jalanan macet karena banyak orang-orang dari luar kota Bandung yang datang untuk rekreasi. hingga akhirnya malam tiba ketika Putra dan Tya baru selesai mengelilingi kota, dan jalanpun masih macet. jam 11 malam, Putra sampai di rumah Tya…
“sayang, makasih banget yah buat hari ini. Tya sayang banget sama kamu”
“iya sayang, harusnya Putra yang berterimakasih karena udah diajak keliling kota Bandung”
“udah malem nih, kamu nginep dirumah aku aja yah. tenang aja, orangtua aku lagi jalan-jalan ke Surabaya kok. besok lusa baru pulang”
“iya deh, lagian Putra udah lelah banget nih”

Putra menginap dirumah Tya, tapi karena tidak ada niatan buruk dan sudah sangat lelah. maka Putra langsung tertidur diruang tamu. tidak lama kemudian, Tya membangunkan Putra…

“sayang, jangan tidur disini. dikamar aja yah, ini minum dulu teh hangatnya”
“eh iya sayang, teh-nya aku minum nih. kamarnya dimana?”
“sini ikut aku!”

dibawanya Putra kedalam kamarnya sendiri. Putra langsung berbaring di kasur, hal itu sedikit membuat Tya kecewa. “ih ini cowok polos banget sih, sengaja gue bawa dia ke kamar gue buat puasin gue. mumpung ortu gak lagi dirumah” teriak Tya dalam hati, tidak lama kemudian Tya pun tertidur di kasurnya bersama Putra…

pagi harinya, Putra kaget karena Tya tertidur sambil memeluk dirinya. dengan menggunakan tanktop dan hotpants saja, otomatis membuat kemaluannya menjadi tegang karena baru kali ini Putra tidur satu ranjang dengan wanita selain ibunya…

“sayang bangun, udah pagi nih”
“hei, morning honey!” Tya memeluk Putra dengan erat sambil menciumi leher Putra
“Tya, masih pagi nii… hmm…” perkataan Putra terpotong karena Tya menciumi bibir Putra sambil memainkan lidah mereka. Putra pun jadi semakin bernafsu, Putra balik memeluk Tya dengan erat sambil meremas pantat Tya yang kenyal dan cukup padat
“ahh, iya sayang ini masih pagi. jadi aku mau ‘di-charge’ sama kamu. hari ini Tya cuma milik Putra. ooouuuhhh! kamu udah horny yah?”
“ok, charge-an nya udah siap nih. aku udah horny banget nih, ternyata kamu cewek yang nakal!” lalu diremasnya payudara Tya yang cukup mungil namun sangat nikmat untuk digenggam, payudara Tya pun mulai mengeras. namun perkataan Putra kepadanya membuat Tya terdiam…

“Tya kenapa diem?”
“maaf kalo aslinya aku gak sebaik yang kamu harapkan, tapi Tya juga pengen ngerasain indahnya surga dunia, kamu juga mau kan? oke, Tya akui, Tya emang cewek yang nakal!” gak lama kemudian, air mata menetes membasahi wajah Tya…
“iya Putra juga mau kok, apalagi semua ini Putra lakuin cuma untuk cewek yang paling Putra sayangi. kamu boleh nakal, liar, atau jadi cewek yang binal. tapi cuma ke Putra aja, jangan sampe kamu nakal ke cowok lain!”
“oke honey, tapi kamu juga jangan nakal sama cewek lain yah!”
Tya membuka tanktopnya sendiri, lalu menuntun Putra membuka BH-nya. sekarang Putra dapat melihat jelas payudara kekasihnya. lalu dia memainkan lidahnya untuk menjilati sepasang payudara milik Tya. membuat Tya semakin tidak terkendali dan menikmati perlakuan Putra…

“aahhhh, jilat terusss susu akuuu sayannngg!!! oouuhhh, hmmmmehh!”
lidah dan tangan kanan Putra terus memainkan kedua puting Tya sambil sesekali meremasnya dengan penuh nafsu. perlahan tangan kiri Putra meraba selangkangan Tya yang masih tertutup hotpants, gak lama kemudian Tya mencapai orgasme-nya yang pertama…

“ooouuuhhh! Tyaa maauu kelluaaarrr!” kemudian basahlah hotpants itu, perlahan ditarik hotpants dan celana dalam Tya yang sudah basah itu. terlihatlah vagina Tya yang ditumbuhi bulu-bulu halus disekitar kemaluannya. Putra pun membuka celananya sehingga terlihatlah penis putra yang sudah tegang dari tadi, Tya menatap penis Putra tanpa berkedip sedikitpun…

“sayang, punya kamu gede banget. sebelum kamu masukkin, aku pengen pegang dong!” kemudian dipegangnya penis Putra sambil dielus-elus dengan penuh kelembutan, membuat penis itu semakin tegang dan keras saja. itu pertama kalinya Tya memegang penis laki-laki. lalu perlahan penis itu dituntun tangannya untuk masuk kedalam lubang vagina-nya yang masih perawan…

“pelan-pelan yah sayang, ini yang pertama untuk Tya”
“ini juga yang pertama buat Putra, kalo sakit bilang aja, say”

dimasukkan secara perlahan penis itu kedalam vagina yang masih rapat dan sempit kepunyaan Tya, sejenak Putra mendiamkan penisnya ketika telah masuk sebagian ke dalam vagina kekasihnya. air mata pun menetes kembali dan membasahi wajah Tya, karena perihnya keperawanan yang kini telah diambil oleh orang yang disayanginya. tapi itu gak berlangsung lama, karena Tya sudah mulai terbiasa dengan penis Putra…

“masukkin lebih dalem dong!”
mendengar perkataan itu, Putra langsung mempercepat goyangannya. kenikmatan yang tiada tara itu terasa hingga ke seluruh tubuhnya, vagina yang masih sempit dan basah itu membuat Putra semakin tidak terkendali dan semakin kencang memompa vagina Tya…

“aaahhh! uuuuhhh! yeeeehhh, f*ck me! i’m yours, i’m your bitch!!!” kata Tya yang sudah tidak terkendali dan menikmati penis Putra yang keluar-masuk kemaluannya
“ok babe! you’re mine! and you’re my bitch! oouuuhh!!!” Putra pun merasakan nikmatnya vagina seorang wanita yang sangat dia sayangi. tidak lama setelah itu, Tya mengalami orgasme-nya yang kedua. kondisi ini membuat vagina-nya semakin basah dan rapat, Putra pun semakin mempercepat goyangannya…

“aaahhhhh! oooouuuhhh, Tyaaaa keelluuaaarrrr! hhaaaaaahhhh! uuuhhhmmmm! iiiiiiiaaahhhhh!”
“Putra juga sebentar lagi kok, eeeuuuuhh!”

setelah menikmati orgasme-nya, Tya semakin liar dan benar-benar menyerahkan seluruh raganya kepada Putra. tapi dia tidak lupa akan satu hal yang amat penting…

“Putra, keluarin spermanya diluar aja yah. jangan didalem vaginaku! hmmmm, ooouuuhhh!”
“iyaa, nihhh!”
dengan sergap, dilumatnya penis Putra oleh mulut seksinya. besarnya kemaluan Putra menyesaki mulut Tya, dan sperma Putra pun tumpah tepat didalam mulutnya. dihisap dengan ganas seluruh sperma kekasihnya…

“hmm, *slluurrrppp* ahhh, memang cuma kamu yang bisa nge-charge Tya!”
“iya sayang, kamu juga udah nge-charge Putra. kamu yang paling nakal!”
“nakal juga cuma sama kamu kan? hihihi”
“yes i know, love you honey!”
Putra mencium bibir Tya dengan penuh nafsu dan tenaga yang tersisa. Tya pun menyambut bibir dan lidah Putra dengan penuh nafsu dan hasrat yang terdalam. gak lama setelah itu, mereka berdua tertidur kembali diatas kasur yang basah oleh keringat, sperma, dan darah keperawanan Tya…

***
*3 hari kemudian*
pagi itu hujan turun deras sekali, terdengar suara musik yang keras dari kamar kost Putra…
“yeeeaaahhh, ooouuuhhhh! teerruuussssh! aaahhh, uuuhhh… ayo terusss samppee battereenya pppennuuhh! hhhhhmmmmmhhh!”
Putra dan Tya sedang ‘men-charge’ jiwa mereka dengan posisi doggy style. mereka melakukannya dengan penuh semangat hingga hujan berhenti…

sesampainya dikampus, mereka belajar seperti biasa. dimata teman-temannya, Putra dan Tya adalah pasangan yang sangat serasi dan santun dalam berpakaian, bergaul, dan belajar. gak ada yang tahu kalau sebenarnya mereka sering melakukan hubungan seks dengan sangat liar.

Cerita Panas Tante Girang sama halnya dengan Cerita dewasa tante girang yang sangat diburu koleksi cerita panas tante girang terbaru,cerita 17 thn ke atas,cerita hot tante girang, yang bisa kalian nikmati alur cerita yang bikin gimana mungkin rasa nukmatnya..clkckckck
Cerita dewasa

Namaku Ridwan, umurku 25 tahun, wajahku biasa-biasa saja, postur tubuhku juga standar, tinggi 168 cm dan berat 55 kg. Tapi entah kenapa sejak sekolah dulu banyak sekali wanita yang mengejar-ngejarku. Mungkin karena otakku yang cerdas dan kepandaianku bergaul atau karena aku memang memiliki daya tarik sendiri. Aku tinggal di suatu daerah strategis di jakarta selatan. Aku seorang wiraswastawan. Aku membuka sebuah toko handphone (HP) di wilayah perkantoran di Jakarta Selatan.
Kisahku berawal kurang lebih 2 tahun yg lalu. Dengan kepandaianku berdagang, saat itu aku telah memiliki banyak pelanggan di tokoku. Kebanyakan dari mereka adalah para karyawan yg bekerja di wilayah perkantoran itu. Salah satunya sebut saja Mbak Ella, usianya 37tahun. Ia adalah seorang manager di suatu perusahaan. Wajahnya cukup menarik, dengan kulit putih bersih. Tubuhnya sangat seksi, padat, dan berisi. Maklum karena dia sering aerobik dan olahraga. Yang menjadi pusat perhatianku adalah payudaranya. Bentuknya tidak terlalu besar, tapi terlihat serasi dengan postur tubuhnya. Aku sering membayangkan jika suatu saat bisa meremas bahkan meminum susunya.
Setiap jam makan siang Mbak Ella selalu mampir ke tokoku. Terkadang membeli voucher, cashing HP, atau sekedar ngobrol denganku. Mungkin karena wawasanku yg luas, aku bisa mengimbangi pembicaraannya. Karena itulah ia senang menghabiskan jam istirahatnya di tokoku. Aku akui, aku sering grogi bila dekat dengannya. Gayanya sedikit centil dan genit. Tapi yg membuatku salah tingkah adalah postur tubuhnya. Kadang aku tak tahan untuk melahap tubuh yg seksi itu. Apalagi bentuk bibirnya ketika berbicara, uhh aku ingin segera mengulumnya. Mbak Ella adalah fantasi seksku ketika beronani.
Aku masih ingat betul, hari itu adalah hari minggu, kurang lebih jam 5 sore. Aku sedang istirahat di rumah ketika HPku berdering.
“Hallo Ridwan, selamat sore. Maaf mengganggu, kamu lagi sibuk gak?” ternyata Mbak Ella yang menelponku.
“Enggak kok Mbak. Saya sedang istirahat. Kalo boleh tahu, ada apa nih sore-sore telepon, mau ngajak makan apa nonton. He.. he..?” candaku.
“Ah kamu, kalo masalah itu sih gampang. Tapi ada yg lebih penting nih?”
“Ada apa Mbak?” aku jadi penasaran.
“Begini, tadi tiba-tiba saja HPku rusak, tidak ada suaranya. Kamu bisa gak ke rumahku sekarang? Masalahnya besok pagi-pagi aku harus berangkat ke luar kota, kalo gak ada HP, wah bisa kacau dong. Kamu bisa kan?”
“Ok deh, demi Mbak saya selalu siap. Tapi dimana alamat rumah Mbak?”
Setelah mendapat alamat yg diberikan aku segera berangkat kesana.
Jam tujuh tepat, aku telah sampai di depan sebuah rumah mewah di suatu kawasan elit di jakarta selatan. Hujan turun rintik-rintik. Setelah diperbolehkan masuk oleh satpam, aku segera memasuki rumah itu. Mbak Ella menyambutku dengan senang hati. Aku benar-benar terpesona melihat bentuk tubuhnya. Saat itu ia mengenakan pakaian senam yg sangat seksi, buah dadanya terlihat begitu menonjol, seperti mau keluar dari tempatnya, dan bongkahan pantatnya benar-benar menggiurkan.
“Hallo keren, silahkan masuk. Kamu santai aja dulu disini, Mbak mau mandi dulu, panas bangat nih!”
Ketika ia berjalan, mataku tak terpejam melihat bentuk tubuhnya dari belakang. Indah sekali. Sampai kemudian pembantunya datang membawa segelas jus jeruk. Aku langsung meminumnya. Ah segar sekali.
Lima belas menit kemudian Mbak Ella keluar lagi dari kamarnya. Wow, benar-benar pemandangan yg luar biasa. Kali ini Mbak Ella hanya mengenakan daster yg sangat tipis. Dengan daster itu sampai-sampai aku bisa mengetahui kalau ia tidak memakai BH lagi dan mengenakan CD warna pink. Kemudian ia duduk di depanku dan menyerahkan HPnya.Aku langsung membukanya.
Saat aku menservis HPnya, sering kali badannya membungkuk melihat apa yg sedang kukerjakan. Ketika aku menoleh, ya ampun kedua bukit kembarnya terlihat begitu jelas, begitu menantang. Sepertinya ia sengaja memperlihatkan bukit kembarnya itu. Kemudian ia duduk disebelahku untuk melihat lebih jelas apa yg sedang kukerjakan. Ia masih juga suka membungkuk. Sampai suatu saat lenganku refleks menyenggol buah dadanya.
“Aduh, maaf Mbak, gak sengaja.”
“Oh, gak apa-apa kok. Aku yg sorry nih udah ngeganggu”. Ia pun sedikit menjauh.
Jam 21.00, HP Mbak Ella telah selesai kuservis. Setelah basa-basi aku pamit pulang tapi ia melarangku karena hujan diluar deras sekali. Mbak Ella kemudian mengajakku makan malam. Kebetulan sekali, perutku memang sudah lapar. Sambil makan kami mengobrol kesana kemari, sampai Mbak ella menceritakan kehidupan pribadinya. Ternyata ia adalah seorang istri nahkoda kapal. Tapi entah kenapa sudah 5 tahun lebih suaminya tak memberi kabar apapun. Selesai makan kami kembali ke ruang tamu.
“Wan, Mbak merasa kesepian. Maukah kamu menolong Mbak?” Bagai disambar petir aku kaget sekali dengan kata-katanya itu, walaupun aku sudah faham maksudnya.
“Menolong gimana maksud Mbak?”
“Ya mengobati rasa sepi Mbak, kamu mau kan Wan, please?”
“Iya, tapi bagaimana ya Mbak, saya belum pernah melakukannya, saya gak bisa”
“Gak usah khawatir, nanti akan Mbak ajarkan.”
Sambil berkata begitu ia langsung menghampiriku dan mulai mencium bibirku. Sebagai lelaki normal, akupun langsung membalas ciumannya. Bibir kami saling berpagut, lidah kami saling menggigit, saling sedot. Cukup lama kami menikmatinya.
“Ayo puaskan Mbak sayang.. ah.. ah.” suaranya hanya mendesis ketika ciumanku berpindah ke pipi, kening, turun ke leher dan telinganya.
Akupun gak mau ketinggalan. Tangan kiriku mulai menjalar di pahanya. Kusingkapkan dasternya, benar-benar mulus sekali pahanya. Kuremas-remas sampai ke pangkal pahanya. Ketika sampai ke CD-nya, kumasukkan kedua jariku, dan ku garuk-garuk memeknya.
“Ah sayang. Kamu nakal ya”
Aku tidak menghiraukannya. Sementara itu tangan kananku memeras halus buah dadanya dari luar. Tangannya pun tak mau ketinggalan memegang bahkan mencengkram keras kontolku dari luar. Terasa sakit tapi aku menikmatinya.
Tapi tiba-tiba ia melepaskan pelukannya dan memegang tanganku.
“Jangan disini, gak enak kalo terlihat pembantuku, di kamarku aja.”
Setelah menutup pintu kamar, ia langsung menarikku dan menjatuhkanku di ranjangnya. Dengan ganasnya ia menciumiku, seperti seekor macan yg sedang melahap mangsanya. Terus ke bawah dan ke bawah. Setiap jengkal tubuhku tak luput dari ciumannya. Kemudian ia membuka resleting celanaku dan langsung mencengkram rudalku.
“Wan, punya kamu boleh juga. Apa ada wanita lain yg pernah memegang kontol kamu ini Wan?”
“Belum Mbak, kecuali ibuku waktu kecil dulu. Apa Mbak mau..”
Belum selesai kata-kataku, ia telah mengulum, menghisap, kadang meremas kontolku. Pintar sekali ia memainkan adik kecilku. Beberapa menit kemudian, aku sudah merasakan seperti ada lahar panas yg mau keluar.
“Mbak, aku mau keluar.. ohh.. ohh.. ahh.. nikmat sekali Mbak”.
Aku pegang kepalanya dan aku tahan agar ia tidak melepaskan kulumannya. Crot.. crot.. crot keluarlah air pejuku di dalam mulutnya.
“Terus sayang, terus.. ah.. Peju kamu enak sekali, keluarin terus, ah peju kamu asin tapi uenak tenan”
Dengan rakusnya ia meminum habis pejuku. Kemudian kami istirahat sejenak.
“Mbak, sekarang giliran saya yg akan puaskan Mbak” Kemudian akupun langsung menerkam tubuhnya.
“Sabar sayang, buka bajunya dulu donk.”
Kamipun membuka pakaian kami masing-masing. Setelah telanjang bulat, langsung kubaringkan ia. Kuciumi senti demi senti tubuh mulusnya. Dari atas ke bawah sampai kepada memeknya. Kurenggangkan kedua pahanya.
“Ayo sayang.. puaskan.. Mbak.. ya.. ohh.. oohh.” Kata-katanya terus meracau, apalagi ketika aku melahap habis memeknya dengan mulutku, kadang kusedot, kuhisap, dan kugigit dengan lembut itilnya.
“Ah.. ennak ssayang.. kamu ppinnttarr.. ohh.. oohh”
Aku sudah tidak mempedulikan kata-katanya. Aku makin asyik dengan mainan baruku. Kumasukkan kedua jariku kedalam lubang memeknya. Kukocok perlahan lahan. Tubuhnya meronta-ronta seperti orang kesetanan, kedua teteknya bergoyang kencang. Aku pun meraih teteknya itu. Dengan tangan kiriku, aku pelintir puting susunya yg sebelah kiri dan mulutku kini menggigit halus puting kanannya. Sementara kedua jari tangan kananku tetap mengocok lubang memeknya. Semakin cepat kocokanku, semakin cepat pula ia meronta. Kedua kakinya ia jepitkan diatas tubuhku. Sampai akhirnya ia menggelinjang hebat, kedua tangannya mencengkram keras kepalaku. Akhirnya ia mencapai orgasmenya. Ia terkulai lemas. Ditekan-tekannya kepalaku. Aku mengerti maksudnya.
Sekarang giliranku meminum cairan kenikmatannya. Kutelan habis semuanya dan dengan lidahku, kubersihkan daerah memeknya. Kemudian aku naik keatas dan mulai mencium bibir, leher dan telinganya. Akupun turun menghisap kedua susunya. Terkadang kugigit putingnya bergantian. Ia hanya mengeluh merasakan nikmatnya. Beberapa menit kemudian ia sudah terangsang lagi.
“Ayo sayang. Aku sudah tak tahan lagi. Masukin sayang, Masukin yah please..”
“Iya Mbak, aku juga sudah tidak sabar ingin merasakan memek Mbak yg nikmat ini”
Ia mengangkangkan kedua pahanya, dan membimbing burungku memasuki sarangnya. Perlahan lahan kontolku masuk, sampai..bless. Aku berhenti sejenak ketika seluruh kontolku masuk ke memeknya.Oh hangatnya.
“Ayo sayang, goyang sayang ohh.. ohh” Kedua tangannya memegang pantatku dan membantu gerakan pinggulku.
Cukup lama aku mengocoknya, akhirnya kupercepat kocokanku ketika kurasakan lahar panas akan keluar lagi dari kontolku.
“Mbak, oh..aku mau keluar. Di keluarin dimana nih ohh.. oohh”
“Mbak juga mau keluar, ohh.. oohh sama-sama ya sayang.. ohh.. di dalam aja gak apa-apa. Ohh barengan yah.” Akhirnya bersama-sama kami mencapai orgasme.
Tubuhku kurebahkan disampingnya. Ia memelukku dan menciumku.
“Terima kasih ya sayang. Kamu benar-benar hebat.”
“Mbak juga hebat. Terima kasih Mbak telah mengajarkan saya. Mbak, kalo boleh saya tau, kenapa Mbak memilih saya? Bukankah banyak gigolo diluar sana yg lebih hebat dari saya?”
“Ha.. ha.. Mbak pilih kamu karena Mbak suka kamu. Kamu mempunyai daya tarik sendiri yg aneh Wan. Mbak juga yakin kamu pasti bersih”
Ia tersenyum kemudian menciumku dan merebahkan kepalanya di dadaku. Malam itu kami masih melakukannya lagi beberapa kali sampai pagi. Bahkan ketika paginya kami mandi bersama-sama. Mbak Ella benar-benar kagum dengan keperkasaan dan permainan ranjangku. Padahal, itu adalah pengalaman pertamaku. Mungkin karena aku sering nonton film BF, karena yg aku lakukan hanya meniru apa yg aku tonton. Tapi kuakui, aku juga banyak belajar dari Mbak Ella. Dialah yg telah merenggut keperjakaanku.
Kemudian kami sarapan bersama. Sekali lagi ia mengucapkan banyak terima kasih padaku. Akupun pamit pulang.
Jam 12 siang HPku berdering, ada SMS masuk. Oh ternyata Mbak Ella.
“Hai sayang, Mbak pergi dulu yah, gak lama kok. Jaga diri baik-baik yah. Sampai ketemu lagi. Daag”
Bagiku seminggu adalah waktu yg lama. Aku benar-benar merindukannya.

Cerita Dewasa Tante Girang
Cerita Dewasa Tante Girang ini merupakan sebuah cerita panas tante girang yang menarik dan menggairahkan untuk dibaca dan diresapi. Cerita dewasa tante girang Merupakan sebuah pengalaman seks dewasa yang luar biasa menggelora dan bikin nafsu kita naik sampai ke ubun-ubun.Info selengkapnya langsung simak cerita dewasa tante girang terbaru berikut ini!

Cerita Dewasa yang akan saya ceritakan kali ini mengenai Cerita Dewasa pengalaman seks dan juga petualangan sex ku bersama para tante girang. Tidak biasanya jam segini perasaan ku tidak enak,karena sudah beebrapa hari ini magku kambuh.Keseringan pulang malam dan telat makan itulah penyebabnya,Untuk hal ini aku juga sering keluar masuh dokter periksakan kesehatan lambung.Jaga-jaga kalau-kalau ada sesuatu.Dalam bebarapa hari akhirnya aku bisa mnyelesaikan semua aktivitasku seperti biasa.kembali bekerja dengan semangat dan penuh energik.Setelah bangun dari tidur dan beranjak ke sebuah kantor yang tak jauh dati tempat tingglku.kebetukan,Hari itu aku sedang sibuk menyelesaikan salah satu proyekku untuk sebuah perusahaan tekstil. Iseng-iseng untuk refreshing, aku buka e-mailku, dan membalas e-mail yang masuk. Ada beberapa e-mail ucapan terimakasih dari mereka yang telah sukses mengikuti langkahku menggeluti bisnis wiraswasta ini. Ada juga e-mail dari calon pelanggan meminta proposal. Juga ada beberapa e-mail joke dari teman-temanku.

Sedang asyik-asyiknya membaca dan membalas e-mail, tiba-tiba HPku berbunyi..

“Yang.., sedang apa nih? Aku kangen..” suara Monika pacarku terdengar di ujung sana.
“Hai Mon.., biasa sedang nyelesaiin kerjaan nih. Kamu masih kuliah ya?”
“Iya.. Lagi nunggu kelas berikutnya. Nanti malam jadi khan?”
“Pasti donk.. Aku juga kangen banget sama kamu..” jawabku mesra.
“Iya deh.. Udah dulu ya yang.. Dosennya udah datang.. Bye..”

Aku pun kemudian melanjutkan membalas e-mail. Setelah itu, kututup program e-mailku, dan akupun kembali mengerjakan proyekku. Lagi-lagi HP-ku berbunyi. Kulihat di layar, ternyata tante Sonya menelponku.

“Halo Wan.., apa kabar sayang?”
“Baik tante..”
“Kamu kok udah beberapa hari ini nggak main ke sini? Sedang sibuk ya?”
“Iya tante..”
“Sombong ya.. Mentang-mentang banyak proyek lupa sama tante..”
“Nggak tante.. Kan..”

Belum sempat aku menyelesaikan perkataanku, tante Sonya sudah memotong pembicaraanku..

“Wan.. Tante punya teman.. Dia katanya punya proyek buat kamu. Kamu hubungi dia hari ini ya..”
“Baik tante..”

Tante Sonyapun kemudian memberikan nama dan alamat serta nomor telepon temannya.

“Asal jangan lupa kamu harus ke sini besok. Tante sudah kengen..”
“OK tante.. Terimakasih ya. Besok pasti Wawan ke sana. Kangen juga sama tante yang seksi abis..” jawabku bercanda.
“Ih.. Kamu nakal ya.. Awas ya besok..” jawabnya sambil tertawa kecil.

Memang aku sudah ketagihan berhubungan seks dengan tante Sonya. Semenjak bertemu saat membeli mobilnya dulu, seringkali kami tetap bertemu dan saling memuaskan birahi masing-masing. Sebagai lelaki normal, siapa juga yang akan menolak diajak berselingkuh dengan tante secantik itu.

Sambil memegang secarik kertas berisi nama teman tante Sonya, akupun berpikir apakah aku masih punya waktu untuk menerima proyek baru lagi. Sebab setelah proyek untuk perusahaan tekstil ini masih ada dua proyek lagi yang harus aku selesaikan. Tetapi kupikir aku terima saja, nanti kalau tidak bisa mengerjakannya sendiri, aku bisa minta tolong temanku yang dulu mengenalkanku pada bisnis ini untuk membantu. Alternatif lain, aku bisa minta deadline yang agak panjang dari teman tante Sonya ini.

Singkat cerita, sore itu aku segera bergegas menuju alamat sebuah gallery di kawasan Kemang. Setelah mengutarakan maksud kedatanganku pada satpam yang membuka pintu, akupun memasukkan mobilku ke dalam pekarangan gallery yang luas itu.

“Sore.. Saya ingin bertemu dengan ibu Yulia..”
“Oh.. Ya silakan tunggu dulu ya Mas.. Namanya siapa darimana?” jawab resepsionis di gallery itu.
“Wawan.. Saya sudah punya janji kok”

Resepsionis itupun kemudian menelepon, dan setelah itu berujar..

“Mari Mas, saya antar ke dalam”

Kamipun menuju ruang kantor ibu Yulia sambil melewati ruang gallery. Gallery tersebut indah sekali dengan banyaknya lukisan yang bagus-bagus diterpa lampu sorot sehingga menambah keindahannya.

“Permisi Bu.. Ini Mas Wawan” kata si resepsionis setelah kami memasuki ruangan kantor ibu Yulia.

Kuperhatikan ternyata ibu Yulia ini masih muda, mungkin sekitar 30 tahunan. Wajahnya cantik dan berkulit putih mulus. Saat itu dia memakai gaun dengan tali tipis di pundaknya, serta syal yang melingkar indah di lehernya yang jenjang. Gaun itu tampak tak sanggup menahan payudaranya yang membusung padat. Ditambah dengan gaun mininya yang memperlihatkan kakinya yang mulus, menambah darah mudaku bergejolak melihatnya.

“Hai Wawan.. Saya Yulia”

Kurasakan tangannya yang lentik itu halus menjabat tanganku.

“Ayo silakan duduk..” katanya mempersilakanku duduk di sofa dalam ruangan kantornya.

Ibu Yuliapun kemudian duduk di seberangku. Kamipun berbincang basa-basi sebentar. Ternyata dia adalah teman fitness tante Sonya. Tante Sonya telah bercerita banyak tentangku termasuk bisnisku.

Kamipun kemudian berbincang lebih serius mengenai bisnisku. Untuk melihat penjelasanku yang menggunakan notebook, ibu Yuliapun pindah duduk di sebelahku. Tubuhnya menyebarkan wangi parfum yang lembut, menambah bergejolaknya nafsu kelelakianku. Sambil berbincang, sesekali kulihat belahan payudaranya yang putih mulus tersembul dari gaunnya. Ingin rasanya kuremas payudaranya yang menggemaskan itu, tetapi aku tentu harus bersikap professional.

Singkat kata, ibu Yulia tertarik dan menyetujui harga yang kuminta. Iapun memintaku untuk menyiapkan kontrak kerja untuk disetujui bersama.

“Tapi saya minta sedikit kelonggaran waktu ya Bu.. Soalnya saya masih ada beberapa proyek yang harus diselesaikan” kataku.
“Oh.. Begitu ya.. Berapa lama punya saya selesainya?”
“Kira-kira satu bulan ya Bu..”
“Ok deh.. Nggak apa..” katanya
“Oh ya kamu mau minum apa Wan?”
“Apa aja deh..”

Ibu Yulia pun kemudian menelepon pembantunya dan meminta dua orange juice.

“Kamu masih kuliah ya Wan”
“Masih Bu.. Tahap akhir”
“Oh.. Kamu jangan panggil saya Bu.. Saya masih muda lho.. Panggil saja tante”
“Oh iya tante”

Akupun terenyum dalam hati. Persis pengalamanku dengan tante Sonya dulu yang tidak mau dipanggil ibu. Pembantu tante Yulia kemudian masuk menyajikan minuman.

“Ayo diminum Wan” kata tante Yulia saat si pembantu beranjak pergi.

Tante Yulia lalu bangkit mengikuti pembantunya kemudian menutup pintu ruang kantor dan menguncinya. Kembali tante Yulia duduk di sebelahku sambil meminum orange juicenya. Pahanya yang putih mulus tampak begitu menggoda saat dia menumpangkan kakinya. Akupun tak tahan untuk tidak melihat pemandangan indah itu.

“Sedang lihat apa Wan?” katanya sambil tersenyum manis.
“Oh nggak kok tante..”
“Ayo kamu sedang mikir yang jorok ya..” katanya lagi menggoda.
“Nggak kok tante.. Cuma kagum aja.. Habis tante cantik banget..”
“Ih.. Kamu genit juga ya.. Pinter merayu” godanya lagi.

Tangannya kemudian meraih tanganku dan diletakkannya di atas pahanya.

“Kamu pengin ini kan?” sambil berkata begitu tante Yulia mendekatkan wajahnya dan mencium bibirku.

Tak kuat menahan nafsu yang sedari tadi telah bergolak, kubalas ciuman tante Yulia dengan penuh gairah. Sambil berciuman, kuremas dan kuusap pahanya yang mulus itu, sementara tanganku yang lain mengusap-usap rambutnya.

“Ehh..” erang tante Yulia ketika tanganku menyentuh celana dalamnya yang telah basah.

Erangannya makin menjadi-jadi ketika tanganku menyibakkan celana dalam itu dan menemukan klitorisnya. Kuusap-usap klitoris tante cantik ini, dan cairan vaginanya semakin mengucur deras.

“Ahh.. Enak Wan.. Memang betul kata Sonya kamu hebat.. Terus Wan” erangnya lebih lanjut.

Sementara tanganku masih mengusap-usap vaginanya, akupun menciumi pundak putih tante Yulia. Kemudian kuturunkan tali gaunnya sehingga payudaranya tampak meskipun masih terbungkus BH. Kuturunkan cup BH-nya dan payudaranya yang padat meloncat keluar seperti menantangku untuk menghisapnya. Langsung kuterkam payudara kenyal itu dan kuisap serta kujilati putingnya yang berwarna merah muda.

“Ahh.. Yess.. I like it.. Oh god..” erangan tante Yulia semakin menjadi memenuhi ruangan kantor itu.

Terus kujilati puting yang semakin mengeras itu, dan tanganku yang satu masih terus memberikan kenikmatan pada klitorisnya.

“Oh Wan.. Yes.. Terus wan.. Oh.. God” racau tante Yulia merasakan nikmat yang kuberikan.

Setelah itu aku menghentikan sejenak aktifitasku. Tampak wajah tante menampakkan kekecewaannya

“Wan.. Don’t stop please.. Ayo terusin wan..” pintanya
“Takut ketahuan tante.. Emang nggak ada siapa-siapa nih?” kataku sambil menciumi wajahnya yang cantik.
“Nggak ada.. Cuma pembantu sama satpam aja.. Mereka juga nggak akan tahu.”
“Suami tante?”
“Nggak ada.. Sedang ke luar negeri.. Ayo Wan.. Puasin tante ya sayang..” katanya sambil mendorong kepalaku ke arah payudaranya yang montok itu.

Kuisap dan kukulum puting payudara tante Yulia. Bergantian kuhisap sepasang payudaranya. Tante Yulia kembali mengerang dan badannyapun menggeliat menahan nikmat.

Setelah puas menikmati payudara montok tante Yulia, akupun mengangkat gaunnya sehingga tampak celana dalam mininya yang seksi berenda. Kulepas celana dalam itu, sehingga tampak vaginanya yang bersih tak berbulu sedikitpun. Langsung kujilati dan kuciumi vagina tante Yulia, sehingga tubuhnya agak melonjak dari sofa.

“Ahh.. Wan.. Yes.. Ohh..” erang tante Yulia. Sambil mengerang, tubuhnya tampak sedikit melengkung ke belakang menahan nikmat. Tangannya tampak meremas-remas payudaranya sendiri.

Kubuka lebih lebar paha tante Yulia, dan kujilati dan kadang kugigit perlahan klitorisnya. Sementara tanganku menggantikan tangannya untuk meremas-remas sepasang payudaranya yang kenyal itu. Ruangan semakin dipenuhi oleh erangan tante Yulia, dan juga bunyi sofa karena gerakan tubuhnya yang mengeliat-geliat nikmat.

Tiba-tiba HP tante Yulia berbunyi. Kamipun tak mempedulikannya dan aku terus memberikan kenikmatan oral pada tante yang cantik ini. Tetapi bunyi HP terus berbunyi..

“Shit.!!” maki tante Yulia.
“Sebentar ya Wan.”

Tante Yulia pun bangkit dari sofa dan berjalan ke meja kerjanya. Diraihnya HP dan dijawabnya dengan nada kesal.

“Ya.. Ada apa?”
“Aku baik-baik aja dear.., sedang sibuk untuk pameran minggu depan” jawabnya sambil kembali duduk di sofa.
“Kamu sendiri gimana di Kuala Lumpur?” sambil berkata begitu tangan tante Yulia meraih kepalaku yang masih berjongkok di depan sofa dan mendorong ke arah tubuhnya.

Akupun mengerti kemauannya. Kembali kusibakkan gaunnya dan mulutku kembali menciumi dan menghisapi bibir vaginanya. Kemudian kutelusuri vaginanya dengan lidahku, untuk kemudian kuhisap-hisap kembali klitorisnya.

“Iya dear.. Hmm.. Udah dulu ya.. Aku banyak kerjaan nih.. I love you..” sambil berbicara tangannya mengusap-usap rambutku.

Kulihat tante Yulia menggigit bibirnya sendiri menahan erangannya, agar suaminya di ujung telepon tidak curiga.

“Iya.. Nggak apa.. Aku bisa jaga diri kok.. Ok.. Bye dear..” setelah menutup HP-nya, erangan tante Yulia yang tadi terpaksa ditahannya langsung meledak.
“Oh.. God.. Terus Wan.. Yes..” Semakin cepat kujilati klitoris tante Yulia.
“Ahh.. Wan.. Kamu hebat.. Aku keluar Wan.. Ohh..my godd..”

Tubuh tante Yulia mengelinjang hebat dan cairan vaginanya semakin mengucur banyak. Terus kuhisap dan kuciumi vagina indah tante Yulia yang cantik ini, sampai tubuhnyapun lemas terhempas di atas sofa. Kuraih tisu di atas meja dan kubersihkan mulutku dari cairan nikmat tante Yulia. Kemudian kuhabiskan sisa orange juiceku, dan kuambil dan kuberikan orange juicenya.

“Minum dulu tante” kataku.
“Thank you Wan.., aduh belum pernah tante orgasme kayak tadi.. Kamu benar-benar laki-laki Wan..” Lalu diteguknya orange juicenya sampai habis.
“Sekarang giliran kamu ya..” katanya

Dimintanya aku berdiri di depannya. Tante Yulia yang masih duduk di sofa lalu membuka celana panjangku. Aku pun membuka kemejaku, dan tak lama akupun tinggal bercelana dalam di depannya.

“Kata Sonya punyamu besar ya Wan” katanya sambil tersenyum menggoda.

Tangannya kemudian menanggalkan celana dalamku, dan penisku yang memang lumayan besar itupun mencuat keluar dengan gagahnya sampai hampir mengenai wajahnya yang cantik.

“Oh.. God.., besar banget Wan.., I like it..” katanya sambil mengelus-elus kemaluanku dengan jemari tangannya yang lentik.

Sambil mengocok perlahan penisku, wajah tante Yulia mendekat dan tak lama lidahnya telah menjilati batang penisku.

“Ah.. Tante..” erangku ketika kepala penisku dijilatinya.

Sambil menjilati kepala penisku, tante Yulia meremas-remas buah zakarku sambil matanya menatapku nakal menggoda. Kemudian dibukanya mulut mungilnya dan dikulumnya penisku. Rasa nikmat menjalar ke seluruh tubuhku ketika tante Yulia menggerakkan kepalanya maju mundur menghisapi penisku. Kuremas-remas kepalanya sambil merasakan kehangatan mulut tante muda yang cantik ini.

Tampak tante Yulia begitu menikmati penisku. Dihisap, dijilati dan diremasnya penisku dengan penuh gairah. Sesekali gumaman nikmat terdengar dari mulutnya saat dia mengulum penisku. Sedangkan erangankupun semakin keras terdengar memenuhi ruangan kantor gallery itu.

“Now.. Please fuck me Wan.. Aku pengin ngerasain barangmu yang gede itu.” katanya sambil bangkit berdiri.

Dia pun kemudian berbalik membelakangiku. Kuciumi lagi pundaknya dan kuremas payudaranya. Kemudian tante Yulia memposisikan dirinya sehingga dia menungging di atas sofa tamu. Kusibakkan gaunnya dan kuarahkan penisku ke liang vaginanya.

“Oh.. God..” erangnya ketika kepala penisku mulai masuk menyesaki liang vaginanya yang sempit. Kudorong tubuhku sehingga peniskupun masuk lebih dalam, dan mulai kupompa vagina tante muda ini.
“Ahh.. Yes.. Fuck me.. Fuck me.. Yes.. Yes..” erang tante Yulia setengah menjerit. Payudaranya tampak bergoyang-goyang menggemaskan karena gerakan tubuhnya. Jepitan vagina sempit tante Yulia terasa begitu nikmat di sepanjang penisku. Sambil memompa tubuhnya, sesekali kuremas payudaranya yang menggantung menggemaskan.

Setelah beberapa menit kami bersetubuh dengan doggy-style, akupun kemudian duduk di sofa. Tante Yulia segera menaiki tubuhku dan kami kembali bersetubuh dengan duduk saling berhadapan. Dengan posisi ini, aku leluasa untuk kembali menikmati payudaranya yang montok itu. Tante Yulia menaik-turunkan tubuhnya di pangkuanku, dan tanganku meremas-remas pantatnya yang bulat dan padat.

“Wan.. Wan.. Aku hampir keluar lagi wan.. Oh.. God..” erang tante cantik ini.

Aku lalu kembali menghisapi payudaranya sambil tanganku mendekap erat punggungnya. Sambil tanganku yang lain memegang erat pantatnya, aku lalu menggenjot cepat penisku dalam liang vaginanya.

“Ahh.. Ahh.. God.. God.. Ahh..” jerit tante Yulia mendapatkan orgasmenya yang kedua.

Butir keringat tampak mengalir membasahi wajahnya yang cantik dan sebagian menetes ke payudaranya yang indah. Akupun terus menggenjot tubuhnya dan tak lama akupun merasa akan segera menyemburkan spermaku dalam liang vaginanya.

“Hmmhh..” erangku tertahan saat orgasme, karena mulutku masih menghisapi payudara tante Yulia.

Banyak sekali spermaku yang menyembur ke dalam vagina tante Yulia. Mungkin karena aku begitu terangsang melihat wajahnya yang cantik serta bodynya yang seksi. Setelah itu akupun melepaskan dekapan eratku di tubuh tante cantik pemilik gallery ini. Tubuhnyapun rubuh lemas di samping tubuhku.

“Tante puas banget Wan.. Belum pernah dapat yang seperti tadi dari suami tante”
“Wawan juga puas banget tante. Tante cantik banget sih”
“Ih.. Kamu bisa aja” jawabnya sambil mencubit tanganku.

Kami pun beristirahat beberapa saat, sebelum aku pamit pulang karena ada janji dengan pacarku. Aku pun berjanji akan mengirim draft surat kontraknya lewat e-mail sesegera mungkin.




Sejak tinggal dirumah nenek, aku bener-bener dimanja soal sex, juga soal duit. Sampai suatu ketika rumah nenek kedatangan tamu dari Manado, namanya Tante Wine. Menurut nenek Tante Wine ini tinggalnya di desa jadi agak kolot gitu. Tapi pas pertama dikenalkan, aku tidak melihat wajah desa dari Tante Wine. Raut muka yang cantik (nggak berbeda jauh dengan nenek Elsa) dengan postur yang semampai lagipula putih bersih membuat orang tidak mengira kalau Tante Wine adalah wanita desa. Satu-satunya yang bisa meyakinkan kalau Tante Wine orang desa adalah logat bahasanya yang bener-bener medok.


Akupun langsung akrab dengan Tante Wine karena orangnya lucu dan suka humor. Bahkan aku sering ngeledek karena dialeknya yang ngampung itu. Wajahnya keliatan agak Indo dengan tinggi kutaksir 162 cm. Pinggangnya langsing, lebih langsing dari nenek Elsa, dan yang bikin pikiran kacau adalah buah dadanya yang lumayan gede. Aku nggak tau persis ukurannya tapi cukup besar untuk menyembul dari balik daster.



Pikiran kotorku mulai bermain dan mengira-ngira. Apakah Tante Wine haus sex seperti kakaknya? Kalau kakaknya mau kenapa adiknya nggak dicoba? Akan merupakan sebuah pengalaman sex yang seru kalo aku bisa menidurinya. Pikiran-pikiran seperti itu berkecamuk dibenak kotorku. Apalagi dengan bisanya aku tidur dengan nenekku, (dan banyak wanita STW) rasanya semua wanita yang umurnya diatas 35 kuanggap akan lebih mudah ditiduri, hanya dengan sedikit pujian dan rayuan.



Dirumah, nenek Elsa sudah beberapa kali wanti-wanti padaku jangan sampe aku perlakukan Tante Wine sama sepertinya, rupanya Elsa cemburu karena ngeliat kemingkinan itu ada. Sampai suatu ketika nenek sedang pergi dengan kakek ke Surabaya selama dua hari. Sehari sebelum berangkat aku sempat melampiaskan nafsuku bersama Elsa di sebuah motel deket rumah, biar aman. Disana sekali lagi nenek Elsa wanti-wanti. Aku mengiyakan, aku bersusaha meyakinkan.



Setelah nenek dan kakek berangkat aku mulai menyusun rencana. Dirumah tinggal aku, Tante Wine dan seorang pembantu. Hari pertama niatku belom berhasil. Bebeapa kali aku menggoda Tante Wine dengan cerita-cerita menjuurus porno tapi Tante nggak bergeming. Saking nggak tahan nafsu ingin menyetubuhi Tante Wine, malamnya aku coba mengintip saat dia mandi. Dibelakang kamar mandi aku meletakkan kursi dan berencana mengintip dari lubang ventilasi.



Hari mulai malam ketika Tante Wine masuk kamar mandi, aku memutar kebelakang dan mulai melihat aktifitas seorang wanita cantik didalam kamar mandi. Perlahan kulihat Tante Wine menanggalkan daster merah jambunya dan menggantungkan di gantungan. Ups! Ternyata Tante Wine tidak memakai apa-apa lagi dibalik daster tadi. Putih mulus yang kuidam0idamkan kini terhampar jelas dibalik lubang fentilasi. Pertama Tante Wine membasuk wajahnya. Sejenak dia bengong dan tiba-tiba tangannya mengelus-elus lehernya, lama. Perlahan tangan itu mulai merambah buah dadanya yang besar. Aku berdebar, lututku gemetaran melihat adegan sensual didalam kamar mandi. Jemari Tante Wine menjeljah setiap jengkal tubuhnya yang indah dan berhenti diselangkangannya. Badan Tante Wine bergetar dan dengan mata mengatup dia sedikit mengerang ohh! Dan tubuhnya kelihatan melemas. Dia orgasme. Begitu cepatkah? Karena Mr. Happy-ku juga sudah menggeliat-geliat, aku menuntaskan nafsuku dibelakang kamar mandi dengan mata masih memandang ke dalam. Nggak sadar aku juga mengerang dan spermaku terbang jauh melayang.



Dalam beberapa detik aku memejamkan mata menahan sensasi kenikmatan. Ketika kubuka mata, wajah cantik Tante Wine sedang mendongak menatapku. Wah ketahuan nih. Belum sempat aku bereaksi ingin kabur, dari dalam kamar mandi Tante Wine memanggilku lirih.
“Andy, nggak baik mengintip,” kata tante Wine.
“Ma ma maafin,” jawabku gagap.
“Nggak apa-apa, dari pada disitu mendingan..,” kata Tante Wine lagi sambil tangannya melambai dan menunjuk arah ke dalam kamar mandi.
Aku paham maksudnya, dia memintaku masuk kedalam. Tanpa hitungan ketiga aku langsung loncat dan berlari memutar kedalam rumah dan sekejab aku sudah stand by di depan pintu kamar mandi. Smataku sedikit melongok sekeliling takut ketahuan pembantu. Hampir bersamaan pintu kamar mandi terbuka dan aku bergegas masuk. Kulihat Tante Wine melilitkan handuk ditubuhnya. Tapi karena handuknya agak kecil maka paha mulusnya jelas terlihat, putih dan sangat menggairahkan.



“Kamu pake ngitip aku segala,” ujar Tante Wine.
“Aku kan nggak enak kalo mau ngomong langsung, bisa-bisa aku di tampar, hahaha,” balasku.
Tante Wine memandangku tajam dan dia kemudian menerkam mulutku. Dengan busanya dia mencumbuku. Bibir, leher, tengkuk dan dadaku nggak lepas dari sapuan lidah dan bibirnya. Melihat aksi ini nggak ada rasa kalo Tante Wine tuh orang desa. Ternyata keahlian nge-sex itu tak memandang desa atau kota ya.



Sekali sentak kutarik handuknya dan wow! Pemandangan indah yang tadi masih jauh dari jangkauan kini bener-bener dekat, bahkat menempel ditubuhku. Dalam posisi masih berdiri kemudian Tante Wine membungkuk dan melahap Mr. happy yang sudah tegak kembali. Lama aku dihisapnya, nikat sekali rasanya. Tante Wine lebih rakus dari nenek Elsa. Atau mungkin disinilah letak ‘kampungan’nya, liar dan buas. Bebrapa detik kemudian setelah puas mengisapku, tante Wine mengambil duduk dibibir bak mandi dan menarik wajahku. Kutau maksudnya. Segera kusibakkan rambut indah diselangkangannya dan bibir merah labia mayora menantangku untuk dijilat. Jilatanku kemudian membuat Tante Wine menggelepar. Erangan demi erangan keluar dari mulut Tante Wine.



“Andi kamu hebat, pantesan si Elsa puas selalu,” cerocos Tante Wine.
“Emangnya Tante Wine tau?” jawabku disela aktifitas menjilat.
“Ya nenekmu itu cerita. Dan sebelum ke Surabaya dia wanti-wanti jangan menggodaku, dia cemburu tuh,” balas Tante Wine.
Ups, rupanya rahasiaku sudah terbongkar. Kuangkat wajahku, lidahku menjalar menyapu setiap jengkal kulit putih mulus Tante Wine.
“Sedari awal aku sudah tau kamu mengintip, tapi kubiarkan saja, bahkan kusengaja aja tadi pura-pura orgasme untuk memancingmu, padahal sih aku belum keluar tadi, heheh kamu tertipu ya, tapi Ndy, sekarang masukin yuk, aku bener-bener nggak tahan mau keluar,” kata Tante Wine lagi.
Aku sedikit malu juga ketahuan mengintip tadi.



Masih dalam posisi jongkok di bibir bak mandi, kuarahkan Mr. happy ke vaginanya. Tante Wine mengerang dan merem melek setiap kuenjot dengan batang kemaluanku yang sudah besar dan memerah. Lama kami bertarung dalam posisi ini, sesekali dia menarik tubuhku biar lebih dalam. Setelah puas dengan sensasi ini kami coba ganti posisi. Kali ini dalam posisi dua-duanya berdiri, kaki kanannya diangkat dan diletakkan diatas toilet. Agak sedikit menyamping kuarahkan Mr. Happy ke vaginanya. Dengan posisi ini kerasa banget gigitan vaginanya ketiga kuenjot keluar masuk. Kami berpelukan dan berciuman sementara Mr. Happy masih tetep aktif keluar masuk.



Puas dengan gaya itu kami coba mengganti posisi. Kali ini doggie style. Sambil membungkuk, tante Wine menopangkan tangan di bak mandi dan dari belakangnya kumasukkan kemaluanku. Uhh terasa nikmatnya karena batang Mr. Happy seakan dijepit dengan daging yang kenyal. Kutepuk tepuk pantatnya yang mulus dan berisi. Tante Wine mendesis-desis seperti kepedesan. Lama kami mengeksplorasi gaya ini.



Dalam beberapa menit kemudian Tante Wine memintaku untuk tiduran di lantai kamar mandi. Walaupun agak enggan, kulakuin juga maunya, tapi aku tidak bener-bener tiduran karena punggungku kusenderkan didinding sementara kakiku selonjoran. Dan dalam posisi begitu aku disergapnya dengan kaki mengangkangi tubuhku. Dan perlahan tangan kanannya memegang Mr. Happy, sedikit dikocoknya dan diarahkan ke vagina yang sudah membengkak. Sedetik kemudian dia sudah naik turun diatas tubuhku. Rupanya Tante Wine sangat menikmati posisi ini. Buktinya matanya terpejam dan desisannya menguat.



Lama kubiarkan dia menikmati gaya ini. Sesekali kucium bibirnya dan kumainkan pentil buah dadanya. Dia mengerang nikmat. Dan sejenak tiba-tiba raut mukanya berubah rona.
Dia meringis, mengerang dan berteriak.
“Ndy, aku mau nyampe nih, oh, oh, oh, ah, ah nikmatnya,” erangnya.
Tangannya meraih tubuhku dan aku dipeluknya erat. Tubuhnya menggeliat-geliat panas sekali.
“Ohh,” ditingkah erangan itu, kemudian tubuhnya melemah dipangkuanku.



Dalam hatiku curang juga nih Tante, masak aku dibiarkan tidak tuntas. Masih dalam posisi lemas, tubuhnya kutelentangkan di lantai kamar mandi tanpa mencabut mr happy dari vaginanya. Dan perlahan mulai kuenjot lagi. Dia mengerang lagi mendapatkan sensasi susulan. Uh tante Wine memang dahsyat, baru sebentar lunglai sekarang sudah galak lagi. Pinggulnya sudah bisa mengikuti alur irama goyanganku. Lama kami menikmati alunan irama seperti itu, kini giliranku mau sampai.
“Tante aku mau keluarin ya”, kataku menahan gejolak, bergetar suaraku.
“Sama-sama ya Ndy, aku mau lagi nih, ayo, yok keluarin, yok, ahh”.
Dibalik erangannya, akupun melolong seperti megap-megap. Sejurus kemudian kami sudah berpelukan lemas dilantai kamar mandi. Persetan dengan lantai ini, bersih atau nggak, emangnya gue pikirin. Kayaknya aku tertidur sejenak dan ketika sadar aku segera mengangkat tubuh Tante Wine dan kamipun mandi bersama.



Selesai mandi, kami bingung gimana harus keluar dari kamar mandi. Takut Bi Ijah tau. Kubiarkan Tante Wine yang keluar duluan, setelah aman aku menyusul kemudian. Namun bukannya kami kekamar masing-masing, Tante Wine langsung menysul ke kamarku setelah mengenakan daster. Aku yang masih telanjang di kamarku langsung disergapnya lagi. Dan kami melanjutkan babak babak berikutnya. Malam itu kami habiskan dengan penuh nafsu membara. Kuhitung ada sekitar 7 kali kami keluar bersama. Aku sendiri heran kenapa aku bisa orgasme sebanyak itu. Walaupun di ronde-ronde terakhir spermaku sudah tidak keluar lagi, tapi rasa puas karena multi orgasme tetap jadi sensasi.


Selama 2 hari nenek Elsa di Surabaya, aku habiskan segala kemampuan sexualku dengan Tante Wine. Sejak kejadian itu masih ada sebulan tante Wine tinggal dirumah nenek Elsa. Selama itu pula aku kucing-kucingan bermain cinta. Aku harus melayani nenek Elsa dan juga bermain cinta dengan Tante Wine. Semua pengalaman itu nyata kualami. Aku nggak merasa capek harus melayani dua wanita STW yang dua-duanya punya nafsu tinggi karena aku juga menikmatinya


Sejak Bapak meninggal tujuh tahun lalu dan Ibu meninggal enam tahun yang lalu, aku tinggal bersama kakak sulungku, Mbak Mira. Rumah orang tuaku di Madiun terpaksa dijual. Uangnya kami bagi bertiga, Mbak Mira, Mbak Mona, dan aku, Mila.

Rumah waris itu hanya laku Rp. 6,5 juta. Waktu itu aku masih duduk dibangku kelas tiga SMA. Masing-masing kebagian Rp. 2 juta, sisa Rp.500 ribu dimasukkan ke bank untuk memperbaiki makam kedua orang tua dan biaya keselamatan.

Ketika menerima uang waris Rp. 2 juta, aku sengaja menyimpan Rp. 1 juta sebagai deposito ke sebuah bank, sedangkan sisanya kubelikan sebuah TV. Sebab aku ingin punya TV sendiri dikamar tidurku.

Begitu lulus, aku pergi berduaan ke Sarangan bersama Anton, pacarku yang sekelas denganku. Ditempat rekreasi yang sejuk itulah aku memadu kasih dengan Anton. Entah bagaimana mulanya, setelah aku dicium dan diremas-remas payudaraku, aku seperti terhipnotis dan terbuai dengan segala rayuannya, sehingga aku menuruti saja ketika Anton mengajakku memasuki kamar hotel di Sarangan, aku tidak menolaknya.

Bahkan ketika di dalam kamar tidur, Anton mulai kembali dengan cumbuannya dan remasan-remasan hangatnya yang benar-benar membuatku tak berdaya dan diam saja saat Anton mulai melepas satu demi satu seluruh pakaian yang menempel ditubuhku, aku hanya bisa merasakan desah nafasku yang semakin tidak beraturan dan seluruh tubuhku benar-benar di luar kendaliku. Saat tangan Anton semakin bergerak leluasa ke bagian-bagian sensitif tubuhku, aku semakin pasrah dan menikmati seluruh kecupan hangat,remasan-remasan yang luar biasa nikmatnya, hingga akhirnya seluruh pertahananku jebol setelah penis Anton dengan cepatnya masuk dan merenggut keperawananku dengan sekali hentakan saja. Namun semuanya tak kupikirkan terlalu lama karena aku benar-benar sangat menikmatinya saat penis Anton mulai bergerak maju-mundur, turun-naik, sehingga membuat liang vaginaku mengeluarkan cairan kenikmatan yang terasa hangat saat tubuhku terhempas ke ranjang karena puncak orgasme yang kurasakan saat itu. Lemas, mataku berat, dan akhirnya aku tertidur di dalam pelukan dada Anton kekasihku itu.

Noktah merah yang seharusnya kupersembahkan buat suamiku, akhirnya keberikan lebih awal kepada Anton, pacarku sekaligus calon suamiku kelak. Aku ingat persis Anton kembali melakukan persetubuhan denganku hingga lebih dari tiga kali pada hari itu, aku benar-benar dibuat takluk dengan keperkasaan seksualnya.
“Tak udah memikirkan keperawanan. Jaman sudah maju, manusia tidak membutuhkan keperawanan, melainkan kesetiaan”, kata Anton setelah berhasil mengambil keperawananku. Aku juga masih ingat persis ketika Anton memberiku uang Rp.10 ribu.
“Ini untuk beli jamu”, katanya singkat. Hampir saja aku melempar uang itu ke wajahnya. Tetapi Anton keburu mencium pipiku, keningku dan tengkukku sehingga aku tidak bisa marah atas sikapnya tadi.

Benar dugaanku. Setelah peristiwa itu Anton tidak muncul-muncul. Hampir dua minggu aku menunggu, tak kelihatan juga batang hidungnya. Akhirnya aku memaksakan untuk datang ke rumahnya di jalan Borobudur. Betapa terkejutnya aku, ketika ibunya bilang Anton sudah berangkat ke Jakarta, untuk mengadu nasib di sana. Niat hati ingin menyampaikan masalah ini kepada ibunya bahwa aku dan Anton telah berbuat hal layaknya suami istri. Tetapi mulutku tidak bisa bersuara. Aku hanya menahan nafas dan mengehembuskannya dalam-dalam.

Saat paling membuatku berdebar-debar adalah saat aku tidak mengalami menstruasi. Aku kalut, Beberapa macam pil yang disebut orang-orang bisa untuk menggugurkan kandungan, kuminum. Tetapi, aku tetap terlambat datang bulan. Aku makin kalut. Apalagi aku harus hengkang dari rumah, karena rumah kami sudah laku dijual. Aku harus ke Surabaya, tidak ada jalan lain.

Bulan kedua aku lewati dengan mengurung diri di kamar di ruman Mbak Mira, kakak sulungku. D rumah ini tinggal juga suaminya, Mas Sancaka, dan anak tunggalnya Sarma, yang masih balita. Selain itu pula ada pula Mas Sudrajat, adik Mas Sancaka, yang hingga kini masih hidup membujang.

Sebulan dirumah Mbak Mira, aku sudah tidak bisa menyembunyikan diri lagi. Ketika Mbak Mira tidur aku mengutarakan permasalahanku ini kepada Mas Sancaka, dan berharap dia bisa memeberikan jalan keluar terbaik bagi diriku.
“Besok kamu ikut aku. Kita harus menggugurkan anak haram itu”, kata Mas Sancaka, “Dan Mbak Mira tidak perlu tahu musibah ini”, tambahnya. “Kamu masih punya uang simpanan?”, katanya.
“Satu juta”, jawabku singkat.
“Besok pagi kita ambil, kekurangan uangnya biar aku yang tanggung”, kata Mas Sancaka.

Keesokan pagi harinya aku dibawa ke dokter yang ada dikawasan lokalisasi di Surabaya. Di tempat yang tidak terlalu luas itu, kandunganku digugurkan. “Biayanya Rp. 1,6 juta, itu belum termasuk biaya kamar, biaya perawatan, dan obat-obatan. Siapkan saja uang sekitar Rp. 2 juta”, kata dokter yang merawatku kepada Mas Sancaka.

Aku memandangi Mas Sancaka untuk meminta reaksi atas ucapannya tadi malam. “Ya, Dok. Ini kami membawa uang Rp. 1 juta, nanti saya akan ambil uang di ATM untuk melengkapi seluruh biayanya”, kata Mas Sancaka kepada dokter yang akan menggugurkan kandunganku, sembari melirikku. Lega rasanya aku dibantu kakak iparku. Dibenakku aku punya harapan untuk kuliah kembali, agar jadi ‘orang’. Uang Rp. 1 juta kuserahkan, dan dalam waktu sepuluh menit aku sudah tidak sadarkan diri. Ketika aku bangun, aku telah berada di ruangan yang sama sekali tidak aku kenal. Ada seorang perawat disini. “Jangan banyak bergerak dahulu ya jeng”, kata perawat itu yang kira-kira berusia 40 tahun. dia kemudian menyeka keringatku dan meneyelimuti tubuhku dengan baju putih.

Tak lama kemudian Mas Sancaka datang dan membawa buah-buahan untukku. Aku tersenyum kepadanya. Diapun membalas senyumku. Diusapnya rambutku, dan diciumnya keningku.
“Sus, meski kami menggugurkan kandungannya, tetapi kami ingin tetap menikah. Kami hanya merasa belum siap saja. Saya ingin Mila menjadi istri kedua”, kata Mas Sancaka kepada perawat itu, tanpa meminta persetujuanku kalau aku pura-pura jadi WIL-nya.
Sehari kemudian aku pulang. Tetapi aku tidak diijinkan untuk pulang ke rumah Mbak Mira oleh Mas Sancaka, Aku justru dibawanya kesebuah hotel. “Kenapa disini, Mas?” tanyaku.
“Kamu masih kelihatan pucat. Jangan pulang dulu, kamu tidur disini sekitar 3 sampai 4 hari dulu, nanti baru pulang. Lagian Mas Sancaka sudah bilang ke Mbak Mira, bahwa kamu balik sementara ke Bandung untuk keperluan menjenguk saudara”, katanya. Aku mengikuti saja sarannya tersebut.

Hari-hari pertama Mas Sancaka bersikap sopan kepadaku, Dia tampak mengasihiku. Tetapi, pada hari kedua, Mas Sancaka mulai berubah, setelah berbaringan di sebelah tubuhku, Mas Sancaka secara mengejutkan memintaku untuk memegang ’senjatanya’.
“Aku nggak kuat, Mila. Tolong kamu pegang-pegang penisku sampai ‘keluar’, agar kepalaku tidak pusing. Mbakyumu sedang mestruasi. Jadi aku tidak melakukan hubungan badan selama dua hari ini, biasanya kami melakukannya setiap hari”, begitu kata Mas Sancaka beralasan kepadaku.

Ingin rasanya aku menolak, tetapi bagaimana lagi? Mas Sancaka telah begitu berbaik hati kepadaku. Kupikir tidak ada salahnya aku melakukannya sekali ini untuk membalas kebaikan-kebaikan Mas Sancaku kepadaku selama ini, khususnya saat-saat seperti ini. Dengan malu-malu aku melakukan apa yang dimintanya, Kulihat penis Mas Sancaka masih tertidur, panjangnya lumayanlah, aku mulai mengusap-usap batang penis Mas Sancaka secara lembut. Sedikit demi sedikit aku mulai melihat reaksinya, Penis Mas Sancaka sedikit demi sedikit mulai mengembang dan membesar, tanganku merasakan penisnya yang bergerak-gerak hingga akhirnya tidak bisa bergerak lagi, karena seluruh batang penisnya telah tegang dengan sangat kerasnya.

Mas Sancaka kulihat memejamkan matanya menikmati permainan ini, aku semakin berani untuk memain-mainkan penisnya, kuusap, kugosok-gosok dengan jariku dan terakhir aku mulai mengocok-ngocok penis Mas Sancaka secara turun naik, kulihat tubuh Mas Sancaka kadang-kadang menggeliat merasakan kenikamatan ini, sampai akhirnya tiba-tiba tubuh Mas Sancaka tiba-tiba mengejang, penisnya terasa panas sekali, kulihat kepala penisnya kini berubah warnanya menjadi sangat merah sekali dan berdenyut-denyut.

Tiba-tiba Mas Sancaka memejamkan matanya sangat erat, bibirnya seperti menggigit menahan sesuatu yang amat luar biasa, tidak lebih dalam hitungan dua detik, tiba-tiba aku melihat cairan kental menyemprot deras keluar dari batang penisnya Mas Sancaka, cairan spermanya muncrat banyak sekali seiring dengan itu tubuhnya berkelejat-kelejat sampai pada akhirnya spermanya habis, tubuhnya jatuh lunglai dan kulihat wajah Mas Sancaka tersenyum puas. Perlahan-lahan aku membersihkan tubuh Mas Sancaka yang belepotan spermanya, kubersihkan dengan perlahan-lahan sambil memijat-mijat tubuh Mas Sancaka, hingga akhirnya Mas Sancaka tertidur di ranjangku.

Di hari kedua aku benar-benar tidak mampu menolak permintaannya, saat aku sedang mandi tiba-tiba pintu kamar mandiku diketok oleh Mas Sancaka, ketika kubukakan, tiba-tiba Mas Sancaka menerkamku dengan buasnya. “Kalau kamu tidak melayaniku, maka kasus pengguguran ini akan kuberitahukan kepada Mbak Mira”, ancamnya.
Maka, aku tidak mampu menolak keinginannya ini, Semalaman itu aku harus melayani Mas Sancaka ronde demi ronde. Sejak saat itu aku semakin tidak punya keberanian untuk menolak keinginan Mas Sancaka untuk mencicipi kehangatan tubuhku yang masih sintal, dan rapatnya liang vaginaku, karena aku memang belum pernah melahirkan. Perbuatannya ini tidak hanya dilakukan di hotel saja, tetapi sudah mulai berani dilakukan di rumah Mbak Mira, Hampir Setiap tengah malam menjelang pukul 3 pagi, Mas Sancaka selalu mengendap-endap menuju kamarku dan mengetuk kamar tidurku untuk meminta jatahnya, karena aku takut suatu waktu akan ketahuan akibat Mas Sancaka mengetuk pintuku maka aku setiap tidur tidak pernah mengunci kamar tidurku.

Yang membuatku semakin tertekan adalah tiba-tiba pada suatu hari tubuhku serasa terindih sesuatu, ketika aku membuka mataku alangkah kagetnya aku, karena yang menindih tubuhku adalah Mas Sudrajat, adik Mas Sancaka, aku ingin berteriak, tetapi Mas Sudrajat menutup mulutku sambil mengancamku. “Awas, kamu tidak perlu berteriak, Jika tidak saya akan melaporkan perselingkuhan kamu dengan Mas Sancaka kepada Mbak Mira. Aku telah mengetahui kejadian ini sejak minggu lalu, lalu apa salahnya jika kamu melakukannya kepadaku juga”, ancamnya.
Sejak saat itu aku menilai Mas Sudrajat sama bejatnya dengan Mas Sancaka. Hingga mulai saat itu hampir setiap hari aku melayani dua pria. Antara pukul 12 malam sampai denga pukul 1.30 pagi aku melayani Mas Sudrajat, dan Antara pukul 3 pagi sampai dengan pukup 4 pagi aku harus kembali bergumul dengan Mas Sancaka. Tubuhku benar-benar sebagai pelampiasan nafsu kedua saudara-saudara iparku.

Bahkan menurutku Mas Sudrajat adalah orang paling bejat didunia ini, ia bahkan menceritakan perselingkuhan kami kepada Mas Suwono yang tinggal di jakarta. Ketika suatu saat Mas Suwono menginap di rumah Mbak Mira berkaitan dengan tugas kantornya. Dia tidak tidak sungkan-sungkan masuk kekamar tidurku malam hari bersama dengan Mas Sudrajat untuk kembali merasakan kehangatan tubuhku, malah pernah suatu kali ketiganya tiba-tiba berkumpul di kamarku dan benar-benar menguras seluruh tenagaku, hingga aku pernah pingsan menahan kenikmatan yang datang bertubi-tubi tanpa hentinya dari ketiga saudara iparku yang menggilir aku secara bergantian. Hingga akhirnya puncak dari seluruh kenikmatan tersebut adalah kelelahan yang luar biasa, aku knock out alias KO!

Lebih celaka lagi ketika suatu saat Mbak Mira pada siang hari datang ke kamarku dan menemukan 




celana dalam suaminya ada di kamarku. Aku sangat yakin Mbak Mira mengetahui kalu suaminya sering masuk ke kamarku. Mbak Mira hanya diam saja. Dia hanya melemparkan celana dalam suaminya itu kewajahku. Dan, sejak itulah Mbak Mira jarang mengajakku bicara. Ketika kuceritakan kejadian ini kepada Mas Sancaka, Diluar dugaan di berkata, “Mila, Mbak Mira sudah tidak kuat lagi melayani nafsuku, pernah kusampaikan aku punya pacar seorang janda muda, dia diam-diam saja”, kata Mas Sancaka.

Aku tercenung. Napasku terasa berhenti di tenggorokan. Kasihan Mbak Mira. Tetapi siapa yang menaruh rasa belas kasihan kepadaku? Aku telah melayani nafsu biadab ketiga saudara iparku. Ingin rasanya aku lari minggat dari rumah Mbak Mira, Tetapi kemana aku harus menetap? aku tidak ingin menjadi seorang Wanita Tuna Susila, dan aku sudah tidak memiliki uang pula untuk menyambung hidup jika aku minggat.
Sampai akhirnya sedikit demi sedikit keberanianku benar-benar hilang sama-sekali, dan hingga sampai ini aku masih harus tetap melayani nafsu binatang ketiga lelaki iparku.



Aku terbangun. tak tahu jam berapa sekarang. terbaring, telanjang. lampu redup menyala disamping tempat tidur menerangi tubuhku yang dilimuti oleh bekas sperma yang mengering dan keringat. aku bisa mendengar suara andre dan teman2nya di luar, tertawa sambil menceritakan pengalaman mereka saat mereka menyetubuhi diriku. aku melihat ke sebelah kananku, ke arah pakaianku yang tersebar. ingin ku mengambilnya dan memakainya, tapi tubuhku lemas tak berdaya. kakiku terasa sangat berat. kepalaku pusing dan merasa perih nan geli di vaginaku.

aku merasa jijik. aku ingin menangis. tapi ada perasaan kecil dalam batinku yang mengatakan bahwa aku menikmati dijadikan budak seks oleh Vanya. ah, kemana pula sopan santunku, aku belum memperkenalkan diriku. sebut saja namaku Imelda, dan berumur 18 tahun. aku saat ini duduk di kelas 3 sma di sebuah sekolah swasta di daerah pejaten. kenapa aku bisa di posisi seperti ini, kuceritakan dulu awalnya.

aku masuk kelas 3 sma sebagai anak baru yang pintar, secara fisik bisa dibilang manis juga, dengan rambut pendek separuh leher, kulit hitam manis dan walaupun mungil, badanku cukup atletis karena aku suka sekali dengan ekskul dance. dan walau aku tidak diberkati dengan dada yang extravaganza, bagian pinggul dan pantatku termasuk menjadi nilai plus ku. aku adalah penyendiri yang kurang percaya diri. teman2ku rata – rata berasal dari geng anak pintar nan kutu buku. pernah beberapa kali pacaran, namun nggak sampai meniru2 adegan film porno, yang menjelaskan bahwa aku masih perawan ting ting. aku adalah juara kelas. hasil ulanganku selalu mendapatkan nilai 80 keatas. kehidupanku mulai menjadi neraka seksual berkat teman sekelasku yang bernama Vanya.

Vanya adalah anak orang kaya yang luas pergaulannya. dia kerap masuk kelas dengan kantung mata yang besat karena party – party di malam sebelumnya. dia juga merupakan kembang sma ku. cowok2 baik yang sekelas sampai para senior berebut akan perhatiannya. dia selalu tampak up to date dengan blackberry nya yang paling baru, pakaian dan sepatu dengan merek yang paling trendy, dan juga ketat dan seksi. tapi kecuekannya terhadap pelajaran sekolah itulah yang membuatku seperti ini sekarang.

aku ingat benar, waktu itu pelajaran matematika, dan sedang ujian. Vanya, sebagai teman sebelahku yang baik, menyenggol lenganku, ingin melihat lembar jawabanku yang sudah hampir selesai kukerjakan. sebagai anak yang bangga dengan hasilku sendiri dan menghargai kejujuran, tentu aku tidak memperlihatkan jawabanku kepadanya. Vanya terdiam, menutup mukanya dengan tangannya, lalu memukul meja dengan keras dan meninggalkan kelas tanpa memperdulikan ujian yang berlangsung. aku kaget & takut, tapi aku harus teguh pada pendirianku.

saat beristirahat aku bertemu dengannya, dia menyapaku dan meminta maaf karena sudah bersikap seperti itu tadi. dia bilang bahwa dia menghormati keputusanku untuk tidak memberikannya contekan karena itu jadi menyadarkannya tentang pentingnya belajar. lalu mengobrol2 kecil denganku. keesokan harinya, dia mengajak aku pergi kerumahnya untuk berenang bersama teman2nya yang lain. pada mulanya aku menolaknya dengan alasan harus belajar dan ada les balet, tapi dia meyakinkan aku untuk pergi karena ada senior cowok lucu yang aku suka juga datang ke acara itu.

sesampainya disana, aku melihat banyak teman2 gaulnya, dan juga beberapa cowok senior yang termasuk jajaran the top boys di sma ku, yaitu andre, joe, willy, dan anton. mereka adalah atlit basket sekolahku dan memiliki banyak penggemar. salah satunya adalah diriku. setelah menikmati minuman ice lemon tea menyegarkan yang diberikan Vanya, aku pun mulai berenang2, dan ternyata Andre berenang menghampiriku. dia bertanya2 mengenai diriku, dan kenapa dia tak pernah melihatku. aku menjawabnya dengan tidak konsen. mataku sering melenceng ke dadanya yang bidang dan perutnya yang six pack. entah kenapa kepalaku berasa ringan. aku merasakan keinginan yang amat sangat untuk menciumi dan melahap cowok ganteng didepanku ini, memegang kontolnya yang besar, menjilatinya sekujur tubuhnya, dan menelan spermanya. di sisi lain, aku merasa pusing seperti mabuk laut di kala kapal tengah badai. aku merasa berputar. (baru setelah beberapa lama aku tahu bahwa ice tea yang diberikan Vanya pecun itu telah dicampur dengan obat perangsang extra banyak dan pil ecstasy yang telah ditumbuk, dan dicampur dengan dosis obat penenang yang besar)

Andre melihat gelagatku yang pusing dan menawarkan aku untuk ke pinggir. Vanya membantuku naik dan menawarkan aku tidur dikamarnya. Andre dan Vanya membantuku berjalan sampai ke kamar Vanya, lalu Vanya meninggalkan kami berdua sementara Andre menemaniku tiduran. aku berbarang dengan posisi terlentang dengan bikini pinjaman dari Vanya yang cukup minim, sedangkan disampingku ada seorang cowok keren setengah telanjang, berbaring sambil menghadap ke diriku. dia mengelus2 rambutku, sambil sesekali menyentuh leherku. dia berkata bahwa dia sangat suka denganku, dan akan memberikan pijatan khusus sehingga aku cepat sembuh. diapun membuka tali bikini bagian dadaku, dan membelai sambil memijat payudaraku. aku mengerang keenakan. tangan cowok pujaanku sedang meraba diriku! mimpi apa aku! diapun mulai menciumi payudaraku sambil menurunkan tangannya keantara selangkanganku dan melakukan gerakan2 mistis yang membawa eranganku keluar.

aku menutup mataku. aku berada di nirwana. sejuta kembang api menyala saat aku bergetar dengan orgasme. aku menginginkannya lagi dan lagi, tapi aku tak kuat bergerak. belakangan aku tahu bahwa obat yang diminumkan kepadaku memiliki efek membius sehingga aku setengah sadar, dan bergairah mampus sampai2 aku tak memperdulikan sekelilingku. dan hal itulah yang dimanfaatkan oleh Vanya. setelah Andre meledakan orgasme pertamaku, beberapa orang lelaki masuk kedalam kamar. mereka adalah pembantu – pembantu dan sopir Vanya yang total berjumlah 3 orang. aku telah dibius kenikmatan dan terlena dengan nafsu seks yang hebat, tidak perduli dengan siapa yang ada disitu, setahu aku, Andrelah yang menyetubuhiku dan mengambil keperawananku dengan kenikmatan. setahu aku, Andrelah yang sedang kusedoti penisnya dengan bersemangat. Andrelah yang menggerakan tanganku untuk mengocoki penisnya. dan tanpa sepengetahuan & kesadaranku, Vanyalah yang mengabadikan kodak moment dimana aku sedang digencet oleh para mas – mas itu dengan digital camcordernya. dia mengambil jelas mukaku secara close up, ekspresiku kesakitan & kenikmatanku saat digenjot sang sopir, dan hasrat buasku saat menelan sperma dan penis sang pembantu.

aku bangun jam 2 siang keesokan harinya dengan kepala sakit, badan pegal dan masih mengenakan baju renangku. seseorang menutupi aku dengan selimut, dan membiarkan aku tidur di kamar Vanya dengan tenang. pintu terbuka, dan Vanya masuk, membawakan aku segelas teh panas. katanya aku pingsan karena darah rendah dari kemarin sore. dia juga membawakan makanan dan menawarkan sopirnya untuk mengantarkan aku pulang, jadi aku langsung pulang dari rumah Vanya.

sore setelah kelas keesokan harinya, aku diajak menemani Vanya ke kamar mandi sebentar. waktu menunjukkan pukul 15.00, saat anak2 ekskul sudah mulai pulang dan sekolah menjadi sangat sepi. sesampainya disana, rupanya ada geng cewek gaulnya Vanya, yang terdiri dari Anne, Chazie, Yasmin dan Reyna, tampak sedang menunggu sesuatu. Vayna menutup pintu kamar mandi, lalu ia memperlihatkan sesuatu dari ipod touchnya, yaitu film saat aku sedang menjadi binatang seks yang buas dan diganyang oleh 3 mas – mas yang menjijikan. “Ini adalah balasan karena lu gak ngasih gue contekan! Nilai gue nol gara2 lo! Sekarang lu mesti nurutin gue, atau lu bisa yakin, film ini bakalan muncul di forum2 internet, facebook lo dan email anak – anak satu sekolah!”

aku shock. masih tak percaya dengan apa yang kulihat. yang menyadarkanku dari shock ku adalah tamparan Yasmin yang keras. rupanya mereka mendapat kebebasan untuk terserah nyuruh aku ngapain aja oleh Vanya, sementara dia mau pulang duluan. Reyna mendekapku dari belakang, dan Chazie nampak sibuk melucuti pakaianku. aku ingin memberontak. aku ingin berteriak. tapi gambaran akan kebejatanku tersebar satu jakarta menahanku. apa kata teman – temanku… Imel si pelacur, si bispak, ngentot ama mas2! ah! tidaaaak!

aku pun telanjang bulat kecuali untuk kaos kaki dan sepatu yang masih melekat. Chazie menyodorkanku baby oil dan menyuruh aku menggosokannya ke seluruh badanku. setelah badanku licin dan mengkilap, Yasmin meraba pantat dan vaginaku. dia sangat menyukai pantatku yang moleh ini rupanya. Reyna ternyata memiliki pemikiran yang lain. dia menyuruh aku untuk masturbasi sambil melakukan gerakan – gerakan erotis. akupun melakukannya dengan berat hati, dan gemetaran. tiba2 pintu terbuka, dan masuklah Andre, Joe, Willy & Anton kedalam kamar mandi. aku pun refleks menutupi tubuhku, yang membuat Reyna dengan secepat kilat menendang perutku sehingga aku terbungkuk kesakitan. “Siapa yang suruh berenti?! Tunjukin kepecunan lu ke kita semua!” katanya sambil menjambak rambutku dan mencucukan kaki bersepatunya kedalam vaginaku. akupun menurut. aku menggerakan tubuhku dengan gerakan erotis, meraba sekujur tubuhku sambil menggosok2 vaginaku. rasa malu yang amat sangat menguasaiku. Andre dan cowok2 ganteng itu menontoniku melakukan gerakan – gerakan nista ini! hancur sudah harga diriku. setelah 5 menit, Joe & Willy pun membuka celana mereka dan menyuruhku menghisap penis mereka yang terjulur keras. jangan sampai aku bercerita bagaimana rasa & baunya penis cowok yang baru main basket dan tidak mengganti celana dalam mereka. amis, asin, kecut, sebut saja. semuanya ada. dan semua harus kujilat bersih.

Chazia, Reyna dan Yasmin hanya tertawa – tawa saat melihatku menguras penis Willy & Joe. mereka puas saat muka tersiksaku dilapisi oleh sperma remaja yang terlalu banyak makan protein (agak kuning & amisnya minta ampun) suatu pikiran terlintas dikepalaku, “kalau begitu, 2 cowok berikutnya pasti minta bagian juga” lalu kulihat Andre dengan malu, ternyata dia sedang memegang handphone berkameranya kearahku dan berkata, “yak, cut!”… gilaaaa!!! sinjiiiiinggg!!! gue direkam lagi! gue, cewek nista ini, terekam lagi2 dalam bentuk digital, siap buat jadi bahan cowok2 masturbasi atau dipertontonkan ke teman2 dekatnya!! tidaaaak!!

Andre lalu mendekatiku, membawakan bajuku, dan berkata “tenang mel. kamu sekarang pake baju, lalu kamu ikut aku. aku pulangin kamu. nanti aku kasih file yg di hapeku ini ke kamu.” aku menangis sambil memakai pakaianku lagi dan mengikutinya kearah mobilnya. hancur aku! aku tak pernah dipermalukan seperti ini seumur hidupku! paling tidak, sampai saat ini. yang ternyata, tidak ada apa – apanya dibanding yang berikutnya terjadi denganku.

Ok teman teman, bersambung ceritaku kali ini, aku masih capek dan kadang malas menginat cerita masa laluku, tapi harus aku share sebagai pelajaran buat yang lain. Sampai sekarang aku amsih sedih karena perawanku harus hilang, mahkota wanita yang sangat berharga bagiku, yaitu sebuah keperawanan.