“Kong, tolong dong. Satu bulaan aja Minah nggak bayar. Ayo dong, Engkong ganteng deh…” rayu Aminah, salah seorang penyewa kost ‘Melati’ yang bermasalah dalam hal iuran bulanan.
“Nggak bisa Neng, pan aturannya udah jelas dari pertama nge-kost. Silahkan angkat kaki dari sini mulai besok.” tegas lelaki udzur pemilik kost-kostan, tanpa memberi keringanan barang sedikit pun.
Seorang gadis cantik yang kamarnya tepat di sebelah sedang bersantai, asyik menguping perselisihan tersebut. Akhir dari perbincangan, Aminah, mahasiswi yang sama sekali tak menarik kaum Adam untuk melirik itu pergi sambil bersungut-sungut. Menuruni anak tangga tinggalkan si orang tua lawan bicaranya penuh dengan rasa benci.
Marjuki nama si orang tua, disapa ‘Kong Juki oleh warga sekitar. Usianya berkisar 70 tahun, namun tubuhnya masih gagah lantaran beliau adalah seorang pensiunan hansip kelurahan di kota J. Ditinggal mati istrinya 10 tahun yang lalu karena sakit. ‘Kong Juki orang Jakarta asli, memiliki harta warisan turun temurun berupa beberapa tanah kosong, baik itu girik maupun bersertifikat. Sebidang tanah di kota D, dimanfaatkannya untuk membangun sebuah tempat kost khusus wanita.
‘Kong Juki sangat keras dalam peraturan. Boleh membawa teman pria tapi pintu harus dibuka. Bayar uang kost juga harus tepat waktu, boleh minta tempo mundur dengan syarat tidak genap 1 bulan. Bila terjadi demikian, penyewa akan diusir Engkong secara tegas. Daerah sekitar kost masih jarang ditempati warga, sebagian lahan kosong. Kost-kostan belum banyak, apalagi yang bersih dan tertata apik. Ada kontrakan bagus sayang berat untuk kantung, terutama bagi mahasiswa.
Beruntungnya lagi tempat Engkong strategis, hanya dengan menyusuri jalan setapak beberapa meter, tiba di jalan raya menuju terminal sekaligus melewati pusat perbelanjaan (Mall). Dimana tak jauh dari situ terdapat warung kecil dan fasilitas umum seperti halte, warnet, wartel, salon, dekat dengan kampus serta tembus ke stasiun. Hal-hal itulah yang membuat mahasiswa ataupun pekerja kantoran tertarik untuk kost disitu.
Adapun Tanty, nama gadis penguping tersebut di atas. Seorang gadis berusia 19 th. Baru saja dirundung duka kehilangan orang tuanya di Padang karena musibah Gempa, dimana itu terjadi di tahun ke-2 kuliahnya. Saudara orang tua Tanty yang ada di Jawa tepatnya di Jakarta, memiliki ekonomi yang pas-pasan. Membuatnya tak tega untuk tinggal menetap, apalagi minta dibiayai kuliah plus uang jajan.
Kong Marjuki - Tanty
Nilai kuliah terus menerus anjlok lantaran Tanty banyak berburu pria tajir di kampus, bahkan cenderung sering gonta-ganti. Tiap kali ada yang bermateri lebih, pasti Tanty pindah ke lain hati. Untuk sementara ini keuangannya aman dalam hal bayar kost dan kuliah. Berjalan mulus masuk ke tahun berikutnya mendekati kelulusan.
Hingga suatu masalah datang menyela…
***
“Yak pas, lu kalo bayar selalu tepat waktu ya Tong..demen Engkong” ujar ‘Kong Juki tersenyum lebar, giginya yang banyak tanggal terlihat saking senangnya terima uang.
“Hahaha, Engkong bisa aja. Yaah, apa sih yang nggak buat pacar” sahut si pemuda berbangga diri.
“Jadi Tanty itu pacar lu ya?” pemuda itu tersenyum bangga. “Kirain masih sodare?” sambung Engkong.
“Bukan ‘Kong, kan saudara Tanty di Jakarta. Orang tuanya juga sudah nggak ada”.
“Iya, kalo itu Engkong tahu. Abis, banyak bener anak laki-laki seliweran di kamer Tanty. Engkong jadi kagak tahu nyang mane pacarnye, nyang penting pintu dibuka titit aeh titik !” jelas ‘Kong Juki panjang lebar. Wajah pemuda tersebut mendadak berubah, api cemburu membara di dadanya.
Dalam hati ‘Kong Juki tertawa. Berhasil memanas-manasi si pemuda. Perkataannya tadi bukan sekedar celetukan, melainkan bertujuan. Sudah lama dia perhatikan keindahan yang dimiliki Tanty. Kecantikannya.. kesintalan bodynya.. senyum manisnya.. aroma wangi tubuhnya dan lain sebagainya yang buat Engkong jadikan Tanty gadis dambaan untuk disetubuhinya. Pemuda-pemuda mahasiswa yang akrab dengan Tanty, hanyalah penghalang menurut ‘Kong Juki semata.
“Banyak ‘Kong?”, kekasih Tanty penasaran.
“Buaanyak… malah ade nyang rutin. Engkong perhatiin tuh, tiap lu pulang anter Tanty, suka ade nyang dateng. Engkong kagak bisa nyuruh entu anak pulang karena masih jam boleh kunjung”. Wajah pemuda tersebut merah menahan amarah.
“Kalo kagak percaye, kasih Engkong nomor lu deh...‘ntar kalo dateng tu anak, Engkong telpon”, pemuda itu langsung cepat-cepat meraih ponsel, ingin segera buktikan hal yang mengganjal di hati kecilnya.
Tiba-tiba muncul Tanty di depan pintu kamar Engkong, “Eh si eNon”. “Eh Engkong, aku jalan dulu yach. Yuk say..” ajak Tanty ke sang kekasih, namun sang kekasih terlihat acuh tak acuh.
Tinut! “Ok, itu nomerku ‘Kong. Tolong ya…” kata si pemuda penuh harap, sembari mengantungi HP dan memberi beberapa helai uang kertas nominal Rp. 100.000,- ke Engkong, Tanty keheranan dibuatnya. “Iya Tong, pasti. Makasih yak”.
“Sama-sama, permisi ‘Kong”, jari si pemuda menggenggam erat jemari Tanty.
Di perjalanan menuju mobil yang terparkir, Tanty menyelidik, “Buat apa sih.. kamu kasih nomer HP kamu tadi ke Engkong? nggak penting-penting amat!”.
“Itu, dia mau kasih nomer rekening Bank. Jadi kalau bayar uang kost, nggak perlu repot ketemu, cukup transfer.. terus sms..” jelas si pemuda dengan tenang, bersikap seperti tak terjadi sesuatu.
“Keren juga tuh Aki-aki ke Bank. Terus.. uang tadi buat apa?”, Tanty menyelidik lagi.
“Itu uang kost kamu bulan depan bayar dimuka, jadi sisanya aku transfer”.
“Kenapa nggak dibayar bulan depan aja sekalian, kok tumben?”, Tanty tetap curiga.
“Engkong butuh uang, dia pinjam dulu. Jadi bulan depan dipotong uang itu…bawel amat sih kamu!”, sang kekasih merengut, tak suka dengan cara Tanty memberondong pertanyaan padanya.
“Ya udah, maaf.. kirain apa...”, hati Tanty tenang, yang penting sewa kost bulanan aman pikirnya. Sementara kekasihnya jauh semakin curiga kalau hal yang diutarakan ‘Kong Juki adalah benar adanya.
Dari luar, Tanty memang dilihat kekasihnya bagai gadis yang penuh cinta pada pasangan. Selama dalam perjalanan berduaan pun, Hp Tanty hanya menerima telpon dan sms dari temannya sesama wanita. Hingga waktu bemesraan habis, tidak terlihat tindak tanduk Tanty seorang penyeleweng. Tapi… siapa bisa menebak hati wanita yang dalamnya bagai palung di lautan?.
***
Senyum manis menghias wajah Tanty disela aktivitas smsnya. Namun kesibukan itu tidak dengan pacar yang membuktikan cinta dengan talangan dana kuliah maupun sewa kost, melainkan dengan orang yang dimaksud Engkong. Siapa dia?. Dia adalah mantan kekasih Tanty, cinta pertama Tanty. Laki-laki yang pertama kali tidur seranjang tanpa busana dan merenggut kegadisannya.
Mereka putus lantaran sang mantan tak mampu memenuhi kebutuhan ‘bedak’ Tanty yang berat untuk kantung mahasiswa, mereka seringkali bertengkar masalah financial. Tanty menjalin hubungan dengan kekasihnya yang borju kini hanya karena terpaksa. Ia tak bisa melepaskan mantannya itu. Selain tampan, si pemuda tidak egois dalam bercinta, sebagaimana banyak pria yang setelah ejakulasi enggan untuk memenuhi kebutuhan pasangannya, karena memanjakan rasa lelah.
Malam sepulang dari mata kuliah praktek di lab, pacarnya yang senior satu tahun di atasnya itu mengirim sms tidak bisa jemput dan antar pulang. Dengan cekatan Tanty menghubungi mantannya tersebut untuk datang ke tempat kost. Mantannya yang kost di kostan mahasiswa tak jauh dari situ, datang selang beberapa menit.
“Malam ‘Kong..” si pemuda berlagak sopan, tak sengaja berpapasan.
“Mau ngapain Tong malem-malem begini?”.
“Ketemu Tanty ‘Kong, ada perlu masalah kuliah..boleh?”.
Engkong diam sejenak, tampak berpikir sesuatu, “Ya udah, tapi jangan lama-lama. Terus pintu dibuka yak!”. Pemuda itu mengangguk dengan hati lega, lolos dari orang yang diseganinya. Anehnya Engkong, kekasih Tanty yang punya perjanjian khusus dengannya tidak diberitahu hal ini, ada udang dibalik batu bagi ‘Kong Juki pribadi.
Setelah si pemuda masuk ke dalam kamar dengan mengganjal pintu sedikit terbuka dan menutup tirai jendela, Engkong tersenyum jahat, (Non Tanty…tak lama lagi memekmu akan menjadi milik-ku, Nguaak.. hak hak hak haaak), dalam hatinya.
# Usai pergumulan,
“Eh, say… jangan buang di kloset dong! nanti mampet!” protes Tanty ke Yayangnya, mengenai karet pelindung alias kondom bekas mereka bercinta.
“Ya udah nih aku buang disini” pemuda itu menuruti perkataan dengan nada kesal karena terpaksa mengambil kembali barang yang telah dibuangnya untuk dilempar ke tempat sampah.
Tanty tersenyum dan menggelendot manja pada pujaan hatinya yang sedang cuci tangan itu. “Jangan marah duong say, khan biar nggak diusir sama Engkong. Penyewa kamar sebelah yang diusir tempo hari soalnya bikin kloset macet terus, so.. jangan marah ya”.
Pria tampan itu mencium kening Tanty penuh kasih sayang, lalu balas tersenyum. “Ya udah. Gila tuh Aki semua diusir, kayak nggak butuh uang aja. Eh...tadi aku ketemu dia lho”.
“Oya, ngomong apa dia?”.
“Cuma nanya mau ngapain malem-malem kesini, biasa… algojo kost-kostan” Tanty tersenyum, lantas bertanya, “Terus.. kamu jawab apa?”.
“Ya..aku bilang aja mau ada perlu sama kamu masalah kuliah”. Tanty mendekap pria yang sangat disayanginya itu, sudah tampan pintar berdalih pula.
“Iya disini yang kost tinggal 4 orang. Seberangku yang kamarnya di pojok itu Indri, kerja di asuransi. Kamar bawah dekat pintu keluar Landa karyawati Bank. Satu lagi yang di pojokan bawah tangga persis, Kak Diaz SPG”.
“Lho.. berarti yang anak kuliahan cuma kamu?”.
“He-eh” sahut Tanty seraya menyandarkan kepala ke dada pujaan hatinya.
“Ya udah, banyak bergaul sama mereka supaya kamu tambah dewasa. Lebih menghargai uang yang sulit dicari dewasa ini, mikir dua kali kalau mau boros”. Tanty mencubit perut pujaan hatinya itu yang bermaksud menyindir. Pria tersebut mengaduh karenanya, lantas membelai sayang rambut Tanty.
“Tapii, bukan berarti aku paling kecil lho. Indri sama Landa seumuran kayaknya.. tahu deh, habis aku nggak begitu dekat sama mereka, jarang ketemu” jelas Tanty, obrolan pun melebar hingga malam tak terasa kian larut.
-# #-
“Yank, udah malem nih… aku pulang dulu ya. Nanti tuh Aki-aki curiga lagi”.
“Ukay-ukay, cium dulu duong!”, Tanty menunjuk pipinya dengan gaya manja, si pemuda tersenyum lantas mengabulkan permintaan belahan hatinya tersebut.
Sebelum keluar, pemuda itu mengintip dibalik tirai jendela. Kepalanya celingak-celinguk. Malas jika harus berpapasan lagi dengan Engkong. Yakin sepi, barulah dia melangkahkan kaki. Selamatkah dia dari pengawasan ‘Kong Juki hari itu…?, tentu tidak.
‘Kong Juki sang pemilik kost terjaga dari tidur. Sabar menanti kepergian mantan Tanty tersebut. Beberapa foto di kamera Hp cukup untuk penguat bukti bahwa si pemuda adalah PIL Tanty. Di foto Engkong mulai dari masuk hingga keluar kamar, tercatat beserta detik, menit dan jamnya.
***
# Hari demi hari berlalu
Kriing!, weker berdering.
Dengan rasa enggan, Tanty menggeser tubuh ke pinggir kasur untuk menekan knop agar weker tak lagi bising. Matanya yang masih 5 watt tiba-tiba terbelalak melihat catatan kecil disebelahnya yang merupakan jadwal praktikum pagi mulai semester baru. Ada tugas yang harus dikerjakan sesuai mata kuliah meski paktek pertama, yang artinya dia harus cepat datang untuk menyalin kerjaan temannya sebelum masuk lab.
Tanty segera memaksa diri untuk bangun karena tahu praktikum itu penting mendukung mata kuliah. Ia lantas pergi ke lantai paling atas, tempat semua penghuni kost menjemur pakaian. Wajahnya langsung cemberut setelah tahu sebuah celana dalam kesayangannya hilang.
Diaz Meiftiza
(Maling jemuran dari mana sih?, iiih.. rese’ deh!), Tanty membatin. Kesal tak berujung penyelesaian, ia turuni anak tangga hendak balik ke kamar untuk mandi.
Tanpa sengaja, dilihatnya Engkong berdiri di depan pintu kamar Diaz seorang penyewa kost yang dikenalnya. Insting buat Tanty sembunyi cepat-cepat untuk mengintip di balik tembok.
Rasa tak percaya menyelubungi si cantik itu tatkala melihat Engkong mengetuk pintu, pintu terbuka dan Engkong langsung mengepalkan tangan, menyelipkan jari jempol di antara jari tengah dan telunjuk ke arah si pembuka pintu yang tentu Diaz orangnya. Tanty berpikir, ada masalah apa antara Diaz dan ‘Kong Juki. Sudah begitu, Diaz pasrah saja sewaktu Engkong menyeruduk masuk sambil menciumi wajah eksotisnya penuh nafsu.
BLAAM!!!. Pintu kamar Diaz tertutup keras, Tanty makin penasaran.
Ia memang pernah dengar dari Aminah, bahwa Engkong adalah bandot muka memek. Maka dari itu Aminah dulu coba menggoda, sayang parasnya tidak memenuhi kriteria nafsu binatang Engkong.
Tanty menunda mandi, ia mengendap-endap ke depan kamar Diaz secara perlahan dan hati-hati. Telinganya coba curi dengar suara di dalam kamar. Ada alunan musik R&B, namun juga desahan… ya desahan. Desah dan erangan seorang gadis yang tak berdaya. Satunya lagi suara yang tak enak didengar telinga, lenguh parau seorang pria tua. Suara mereka, suara ‘Kong Juki si Kakek buruk rupa dan si seksi Diaz Meiftiza.
Tirai yang tak tertutup rapat mencipta celah untuk Tanty mengintip. Tanty tercekat, jantungnya serasa berhenti berdetak. Dilihatnya Diaz rebah di ranjang, kepalanya bergeleng ke kanan dan kiri menghindar dari ciuman cabul Engkong yang sedang menindihnya. Pinggul kurus Engkong menggenjot deras naik turun dimana bagian bawah mereka tak lagi berkain alias bugil. Kaus hitam berlogo Black, seolah meng-informasikan dimana Diaz bekerja sebagai SPG paruh waktu .
Ranjang itu bergolak dahsyat bagai perahu diterpa badai di lautan. Suara ‘Kong Juki semakin lama semakin berat, menyeramkan, bahkan menandingi musik dugem yang bergema. Tanpa disadari Tanty, melihat adegan seks langsung itu buatnya direlung birahi. Ia menstimulasi vaginanya sendiri. Mulutnya ternganga berdesah lirih sambil meremas payudaranya. Tanty tak pernah menyangka akan kejadian ini. Selama kuliah memang baru pernah ia mendapat jadwal praktikum pagi, biasanya shift ke-II (9.30) atau ke-III (13.00).
Tumbukan Engkong terhadap Diaz kian brutal, wajah gadis malang itu terlihat semakin kusut sekusut vaginanya. Sekilas Diaz kelihatan tersiksa, tapi kedua kakinya malah melingkar kebelakang pinggang Engkong, seakan merestui Engkong untuk lebih dalam memasuki tubuhnya.
Persenggamaan berakhir tatkala Diaz mengerang panjang dengan tubuh melengkung. Disaat yang sama, Engkong menggeram dengan tubuh bergetar nikmat, sambil menggemeratakan giginya yang jarang. Tubuh mereka terhentak-hentak nikmat, sekali.. dua kali.. tiga kali.. empat kali.. lima kali.. hingga akhirnya berhenti.
Sperma yang menyatu dengan cairan cinta meluber sewaktu Engkong menarik keluar penisnya dari liang senggama Diaz. Takut menjerit orgasme disitu, Tanty kembali ke atas. Melanjutkan masturbasinya di kamar.
-# #-
“Na, lu dimana?. Oh, ya udah…gw pengen nyontek nih, ada tugas khan biasa praktikum pertama… makanya, ya udah gw tunggu di depan lab. tapi lu jangan lama ukay?”, Tanty menekan tombol ikon telpon warna merah di Hp-nya seraya mengunci pintu kamar.
Pandangan mata Tanty masih ke layar Hp, jarinya sibuk mengetik sms. Dengan keadaan demikian, ia turuni anak tangga yang melingkar perlahan. Selangkah berhenti, selangkah jalan, lupa jikalau bawahan yang ia kenakan rok pendek bahan sejengkal di atas lutut. Jadi bisa dipastikan orang yang ada di bawah tangga bebas memandang celana dalamnya.
“Eh, Engkong..bikin kaget aja”. Tanty merapatkan paha ketika dirasa ada seseorang yang menatap nafsu dalamannya. Engkonglah orang tersebut, bandot mesum itu malah tertawa tak berdosa ketangkap basah.
“Kuliah pagi Non?” sapa Engkong disertai tatapan menelanjangi.
“Iya Kong, aku.. jalan dulu ya” sahut Tanty buru-buru melayangkan langkah. Jantungnya berdebar ingat apa yang dilakukan bandot dihadapannya pada Diaz tetangga satu kostnya.
Dirasa Tanty, pandangan ‘Kong Juki menyorot ke belakang tubuhnya. Mulai dari rambut kemerahannya, turun ke betis. Tatapan itu adalah tatapan pemburu pada mangsanya.
-# #-
Selama praktikum, fikiran Tanty tidak konsen penuh. Dihantui bayang-bayang kebuasan Engkong dalam bersetubuh. Sebagai gadis free seks, ia memang belum pernah mendapat lawan main seganas itu. Mantannya hanya sanggup menghantar dua kali orgasme saja (itupun dibantu Irex). Apalagi sang pacar, satu kali sudah syukur. Sedang orang seperti ‘Kong Juki, Tanty yakin pasti sanggup buatnya orgasme berkali-kali, dikarenakan ‘jam terbang’nya beda.
Tapi ah tak mungkin, pikir Tanty. Tak mungkin itu terjadi. Masa ia harus ajak ‘Kong Juki ML.? dimana harga dirinya. Termenungnya Tanty, memancing pengajar praktikum untuk melontarkan pertanyaan. Tanty tak sanggup menjawab, malu pun didapat. Ia keluar ruang lab seusai praktikum dengan wajah BT. Ditengah perjalanan menuju tempat kost, seorang satpam tua bertubuh tambun menggodanya. “Kenapa Non cantik hm?, cemberut aje niih.. hehehe”.
“Tau ah… Babeh rese deh” sahut Tanty yang kemudian tersenyum. Satpam itu tertawa senang karena berhasil menghibur Tanty si bunga kampus yang wajahnya tadi tertekuk.
Untuk yang kedua kali, kedua mata Tanty menjadi saksi ketidak beresan kost-kostannya. Kali ini ia melihat Engkong keluar dari kamar Landa, mereka selisihan dan bertukar pandang. ‘Kong Juki hanya cengangas-cengenges sambil berlalu keluar kost. Dari sinar wajahnya, terlihat betul kalau dia seperti habis melakukan sesuatu hal yang melelahkan, namun amat memuaskan.
Tanty kembali bertanya-tanya dalam hati, habis apa Engkong? hendak kemana dan mau apa lagi?. Bukankah ini hari kerja? kenapa Landa tidak berangkat? ada apa?.
Semua itu berkecamuk dalam diri si cantik itu. Tapi yang lebih aneh lagi, kenapa ini baru terjadi?. Baru sekarang ia melihat hal-hal aneh di kostnya. Tambahan, belakangan ia baru pernah kehilangan celana dalam. Tanty buru-buru naik ke lantai atas kamar. Mengintip di balik tembok, menanti yang terjadi dengan berbagai pertanyaan dalam benaknya.
Kembali si cantik itu dikejutkan suatu hal. Dari dalam kamar Landa, keluar Indri hanya mengenakan celana dalam dan tank top putih tanpa bra. Tampak Indri ingin naik ke atas lantai jemuran setelah mendengar Landa berteriak titip handuk. Ini bencana bagi Tanty, sebab sedari tadi ia merunduk. Jika tiba-tiba berdiri, Indri akan jatuh curiga kalau dia memata-matai.
Landa & Indri
Dengan mata terpejam Tanty berdo’a. Beruntung dia. Indri berbalik masuk dulu ke kamarnya. Waktu lowong itu digunakan Tanty sebagai kesempatan untuk masuk ke dalam kamar. Dari balik tirai jendela Tanty kembali mengintai, dilihatnya Indri ke lantai atas baru turun ke kamar Landa dengan membawa handuk. Yang mengejutkan, Engkong yang baru balik dari luar, masuk ke kamar Landa seenaknya sambil menjinjing kantung plastik. Dimana kantung itu berisi susu, telur ayam kampung, satu sachet madu dan jahe cair serta jamu Kuku Bima Pasak Bumi.
Ternyata itulah rahasia stamina kuat bersenggama Engkong, yang akan disedunya untuk menggenjot Indri serta Landa, STMJ dan Kuku Bima jamu kuat pria. Selain stamina yang dimilikinya sebagai orang kampung mantan pekerja kasar (hansip).
Gairah Tanty naik membayangkan Landa dan Indri digarap Engkong threesome. Ia nekat keluar kamar ingin kembali mencuri tahu apa yang mereka bertiga lakukan. Sebelum turun, Tanty mem-fokuskan pandangan ke jendela kamar Landa sekilas, namun..
BRAKK!!, tiba-tiba ia sekonyong-konyong melihat ada sesuatu yang bergerak di jendela kamar itu. Astaga.. ternyata Indri, dia disetubuhi dari belakang dengan posisi menghadap jendela. Tirai yang diremasnya membuat pemandangan tersebut terlihat jelas. Tubuh Indri terlonjak-lonjak ke depan hingga payudaranya menempel di kaca jendela oleh sebab atasannya telah lolos ke perut. Celana dalam turun semata kaki. Mulut mengap-mengap bagai ikan keluar dari air dan wajah meringis serta rambut awut-awutan seperti habis di jambak. Sungguh suatu pemandangan yang erotis.
Keerotisan pemandangan itu bertambah tatkala Tanty melihat Diaz keluar dari kamarnya berpakaian hitam bahan tipis menerawang. Jalan menuju kamar Landa dan masuk seakan telah terbiasa. Tanty pun mengurungkan niat untuk mendekati kamar Landa. Ia terpaksa teruskan masturbasi di kamar dengan berbagai pertanyaan.
Apa yang sesungguhnya terjadi?. Ada apa dengan Diaz, Indri dan Landa?. Mengapa mereka begitu pasrah diperkosa dan juga mengapa ia malah begitu mudahnya terangsang menyaksikan pencabulan Engkong terhadap mereka bertiga, yang notabene masuk dalam kategori perkosaan atau pemaksaan seksual?.
***
# Dua minggu berlalu…
“Kong, gimana… udah ada hasil?” bisik kekasih Tanty mengenai PIL Tanty.
“Belum Tong, abis dari mane?”.
“Ada nikahan temen SMA. Jadi… itu orang belum kelihatan?”.
“Belum Tong, mungkin Tanty curiga waktu ngeliat lu kasih Engkong uang”.
“Soal itu udah aku jelasin...ya udah deh kalo gitu, pokoknya setiap ada perkembangan, khabarin aku ya ‘Kong”.
“Beres Tong, pan Engkong udah terima uang… masa nggak Engkong jalanin. Soalnye, Engkong juga kagak suka sama ntu anak, sok ganteng” ujar Engkong, sebenarnya tidak suka lantaran mantan Tanty memiliki ‘akses’, dia tidak.
“Oke deh kalo gitu, udah malam. Saya pulang dulu ya ‘Kong”.
“Iya Tong, ati-ati di jalan..”. Seperginya pemuda tersebut, Engkong mengembangkan senyuman jahat. (Inilah saatnya…), pikir Engkong.
-# #-
Tok!, tok!, tok!.
“Yaa sebentar”, melalui jendela, Tanty melihat Engkong diri cengengesan dibalik pintu.
“Ada apa ‘Kong malem-malem begini? baru mau ganti baju” kata Tanty, curiga kalau akan ada sesuatu yang berakibat buruk menimpanya.
“Anu, hehehe…boleh Engkong masuk ? ada nyang mao Engkong omongin, penting” jawab Engkong dengan mata menelanjangi Tanty, yang makin seksi ber-gaun pesta.
“Yaa, bolehlah…ini khan rumah Engkong, aku cuma sewa” ujar Tanty menyilahkan. Ia duduk di tepi ranjang, Engkong duduk di sebuah kursi. Tanty bertanya-tanya dalam hati apa isi kantung plastik kresek hitam yang dibawa ‘Kong Juki.
Engkong mengawali percakapan, “Non Tanty, hubungan Non ama pacarnya nyang tadi gimane?” Tanty mulai mencium adanya ketidak beresan atas pertanyaan Engkong yang tidak biasanya.
“Baik-baik aja, emang kenapa ‘Kong ? ada hubungan apa sama Engkong” jawab Tanty sedikit ketus, merasa terusik masalah pribadinya dibahas.
“Oo nggak papa… terus, kalo ama nyang orangnye ganteng suka dateng kesini abis die gimane?”, ‘Kong Juki tersenyum tipis ber-aura jahat.
Sebaliknya Tanty membisu sejenak, ia tak pernah menyangka Engkong ternyata menaruh perhatian pada mantannya. “Yaa, kalau itu juga.. baik…ituu, sahabatku, emang kenapa?” Tanty coba menjawab sekenanya, sewajar mungkin.
“Oo ya nggak apa-apa, Engkong pan cuma nanya… boleh pan?”, Tanty mengangguk, merasa telah keluar dari jeratan masalah.
“Tapi.. sahabat kok diajak gituan?” tandas ‘Kong Juki dengan seringai lebar, seakan-akan itu senjata pamungkasnya untuk menang bertarung, sementara Tanty tersentak kaget mendengarnya.
“Git-gitu..gitu apa?” Tanty tergagap, wajahnya sedikit pucat. Engkong menyeringai lebar.
“Gitu ape…pake’ acara pura-pura lagi. Ngentot! nih.. bukti berbicara”, Engkong membuka kantung plastik yang ternyata berisi aneka jenis dan rasa kondom bekas dia dan mantannya ML. Pikir Tanty, benda itu harusnya ada di tempat sampah, tapi kok…?.
“Nah lu, die bengong.. Huak hak hak hak”, Engkong tertawa sinting, merasa dia menang. Tanty menggeleng kepala ke kiri dan kanan, terlukis bahwa ia tak percaya pada apa yang terjadi.
“Pacar Non entu udah bae’ loh, mao bayarin sewa kost. Masa dikhianatin, ape kate dunie Non”, Engkong terus menekan perasaan Tanty, mata Tanty berkaca-kaca karena air mata mulai menggenang di bola matanya yang bulat jelita.
“Ya udah.. kalo Engkong mau usir saya kayak orang sebelah” kata Tanty pasrah, yang penting skandal dia dan mantannya aman dari sang pacar pikirnya. Tempat kost masih bisa dicari.
“Siape yang mau ngusir”, Tanty menerka maksud pernyataan Engkong barusan, matanya menatap Engkong dengan prasangka dalam hati, (‘jangan-jangan mau luu…’).
“Gini, tempo hari pacar Non kasih uang ke Engkong itu buat mata-matain Non sama anak laki-laki entu. Jadi yaa... Engkong musti kasih tahu pacar Non masalah ini” ujar Engkong memulai pemerasan, bahkan ia menambah intimidasi dengan memperlihatkan beberapa foto mantannya yang keluar dari kamarnya malam-malam.
“Jangan ‘Kong! ‘ntar mereka berantem” Tanty memelas, Engkong tersenyum mesum, kartu As terpegang sudah. Kakek peot muka memek itu berjalan santai menutup pintu kamar, lantas duduk disamping Tanty persis.
“Ya udah, Engkong juga ‘gak mau kostan Engkong jadi tempat berantem. Malu sama tetangga…tapi, Non mau kasih apa biar Engkong tutup mulut heh heh heh heh”. Raut wajah Tanty menunjukkan kepasrahan. Ia memang sudah ada sedikit perasaan lambat laun akan mengalami hal serupa dengan wanita-wanita lain di kostannya, semenjak ‘Kong Juki akhir-akhir ini menatap beda.
Tanty membiarkan saja Engkong menatapnya lapar dari jarak dekat. Gaun pestanya yang rendah di bagian dada itu habis dilahap oleh mata. “Gimana Non, hm...bayarannya apa ?” tanya Engkong dengan mulut terbuka lebar, tak sabar ingin mencaplok gunung kembar dihadapannya yang berfisik bagai buah mangga ranum itu.
Jantung Tanty berdebar kencang, kalau boleh jujur, gairahnya naik dengan tatapan Engkong yang seakan ingin menelannya bulat-bulat. Engkong bereaksi sebelum Tanty berubah pikiran, yakin dara itu tak punya pilihan. Di-elusnya lembut lengan putih mulus Tanty. Bergerak naik turun coba merangsang. Perlahan nafas Tanty tersendat. Ia naikkan harga diri dengan mengelak dari rabaan, enggan disentuh jari Engkong yang kurus keriput berkulit hitam.
‘Kong Juki meningkatkan rangsangan dengan kecupan-kecupan kecil di pundak dan lengan Tanty, sambil terus membujuk, Cuph!. “Udeh Non, nikmatin aje... daripade pacarnye marah terus kagak mau bayarin lagi kostnye?. Bisa berabe, he he he”. Tangan Engkong meraih jepit rambut Tanty, dan tergerailah rambut panjang indah yang tadi di-sanggul.
“Non Tanty emang kece, udah lama Engkong napsu sama Non”. Tanty menghindari sosoran mulut Engkong ke pipinya, dengan tangkas dia menangkup pipi sebelahnya, ‘Cup..Hmhhh “Udah kece” wangi lagi*, Cuph… Leeeph!’. Ekspresi Tanty jijik saat lidah bandot itu menyapu pipinya.
Wajah Tanty berpaling karena bibirnya kini diincar. Mual dirasa ketika mulutnya berhasil dipagut ‘Kong Juki. Ingat akan rahasianya, Tanty terpaksa membalas kuluman meski jijik dirasa, tentu mulut Engkong berkerut hitam dan beraroma tembakau khas perokok.
Merasa disambut, Engkong maju ke tahap berikutnya. Dikibasnya ke samping rambut Tanty, gaunnya diloloskan lewat lengan. Tanpa bra, pemandangan tubuh bagian depan itu pun tersaji indah. Dengan pipi merona, Tanty menyikapi tatapan nanar Engkong dengan menyilangkan kedua tangan di depan payudaranya, namun Engkong menangkap dan melepit pergelangan tangan Tanty jadi satu. Sebelah tangannya yang bebas tugas, segera bergerilya mengerjai toket.
“Aah ‘Kong.Ahhh… eSssh”. Engkong tersenyum mesum lihat reaksi Tanty yang seakan menghindar namun menyukai perlakuannya, dia jadi makin gemas meremas. “Tetek Non montok juga yah.. sama punya Diaz kalah gede dikit. Sama ama Indri, Heh heh heh” ujar Engkong kurang ajar, membanding-bandingkan payudara orang se-enaknya.
Lelaki udzur yang kaya pengalaman mempermainkan gadis muda itu kian merajalela. Jari kurusnya memilin puting payudara Tanty seakan mencari sinyal radio. Bahkan daerah sensitive itu ditariknya hingga membuat Tanty menjerit nikmat. Bergantian puting kiri dan kanan Tanty dikerjai sambil dia tertawa sinting.
Tanty bergerak menjauh lihat mulut Engkong hendak menangkap payudaranya. “Kong jangan, stop! Ahh..Aahhhhh” Tanty pun berdesah karenanya. Dengan menebar senyum kemenangan ke arah Tanty, Engkong mengenyoti toket dengan rakus. Bahkan dia sengaja membuka lebar mulut, menangkap lalu kemudian dihisapnya kuat-kuat.
“Suka ya Non.. Engkong kenyot, Sruuuuuuuph. Udah lama Engkong ngebet sama tetek Non nyang motok ini, Sruuuuuuuuuuuph..Mmm, nyam..Sruuuuuuuuuph”, jikalau sudah begitu, Tanty spontan akan menjerit nikmat.
Lama kelamaan, rontaan mengendur. Engkong tahu Tanty telah larut dalam birahinya, dia sengaja melepas kuncian tangan. Betul saja, Tanty tidak mendorong kepala Engkong agar mulut peotnya berhenti mengenyot, jarinya malah meremas-remas sprei kasur.
“Hihihi, jinak-jinak merpati nih si Non. Nyoooot” ejek Engkong, membuat pipi Tanty merona, diakhiri sedotan kuat di payudara.
Tangan Engkong lanjut bergerilya, kini menjajah paha mulus Tanty. Wajah mahasiswi bunga kampus itu terdongak menatap langit-langit kamar dengan mulut megap-megap. Tubuhnya merendah terus diserang cumbuan Engkong yang rakus toket, hingga akhirnya pasrah rebah di ranjang. Tanty mundur ke tengah ranjang untuk menjauhi laparnya birahi Engkong tanpa menghindari kenyotan mulut di dada menggemaskannya. Lidah ‘Kong Juki bergantian menyapu puting payudara kiri dan kanan, buat kepala Tanty bergeleng ke kanan dan kiri karena geli-geli enak.
Gaun Tanty yang memiliki belahan di paha samping, mempermudah tangan ‘Kong Juki untuk berpetualang. Jari Engkong menelusup masuk bagai ular melata menuju celana dalam, si cantik itu merapatkan pahanya sebagai pertahan terakhir sebuah kehormatan wanita. Engkong jadi kesusahan ingin merangsang Tanty lebih jauh. Nafsu birahi yang telah memenuhi kepala Engkong buatnya jengkel. Dengan kasar, dilucutinya celdam Tanty dengan sebuah sentakan hingga kedua kaki si cantik itu terangkat ke atas, TASS! .
“Sssh ‘Kong, sakiit!.” keluh Tanty, paha dan betisnya panas tergesek celana dalam yang ditarik lepas secara paksa.
“Makanye.. kalo nggak mau Engkong kasar sama Non, kudu diturutin apa mau Engkong. Jangan ngelawan”, Tanty bergidik dengan tatapan galak Engkong, namun juga horny ketika lihat Engkong menghirup dan menjilati bagian dalam celdamnya bagai seorang sex maniak, penggila vagina.
“Enak Non, memeknya wangi lendirnya manis. Berarti Non Tanty udah terangsang dong yak. Huak hak hak”, wajah Tanty betul-betul merah sekali ketahuan dia horny, karena memang betul adanya. Ia jadi merapatkan pangkal pahanya, sembunyikan daerah incaran bandot mesum bau tanah dihadapannya ekstra ketat.
Engkong kesal dengan sikap Tanty yang munafik. “Bandel yah, si Non kece ini” kedua pergelangan kaki Tanty dicengkram dan diseret hingga punggungnya lekat di pinggiran ranjang. Maka mau tak mau, Tanty berpegangan di sisi ranjang. “Ayooh.. sekarang bisa apa manis? hihihi” ledek ‘Kong Juki dengan wajah menang.
Kedua belah kaki Tanty direntang lebar sampai pantatnya terangkat ke atas. “Whuaah.. memek impian” ujar Engkong, matanya yang terbelalak mendekat ke vagina tanpa bulu Tanty yang tidak tertutup sehelai benang pun. Pipi Tanty makin merah karena malunya dia, meski ada perasaan seksi ditatap lapar Engkong seperti itu. Tapi demi harga diri, Tanty meronta agar Engkong tak dapat lagi memandang nafsu vaginanya. Sebuah usaha sia-sia, yang hanya memancing amarah dan gairah Engkong saja.
Dengan gagah, Engkong menahan beban tubuh Tanty hanya dengan sebelah tangan setelah melepit kedua pergelangan kaki. Sebelah tangannya melayangkan tamparan-tamparan keras ke pantat sekal Tanty. TEPLAK ! TEPLAAK ! TEPLAKK !, Tanty mengaduh di tiap hukuman ‘spanking’ yang diterima pantatnya. Gambar telapak tangan merah terceplak di bongkah pantat putihnya.
“Perih ‘Kong.. Aaawh!, Sssh.. Aawh.. Ampun.Aaawh!”, ekspresi rasa sakit yang didera Tanty.
Mendengar itu, Engkong berhenti. Ia kembali mencengkram kedua pergelangan kaki Tanty dan merentang lebar. “Pan udah Engkong bilang, kasih yang Engkong mau!. Beres urusan” ujar ‘Kong Juki dengan tatapan galak, Tanty makin takut dengan sosok Engkong yang terlihat gagah di matanya, tengah memegang kendali atas tubuh pula.
“Iya ‘Ko-ong, maaf.. maafin akuu.Hiks.hiks… akuu, nggak akan Hiks ngelawan.. lagi”, Tanty berkata demikian seraya mengusap pipinya yang digenangi air mata.
“Nggak usah nangis Non, Engkong justru mau bikin Non enak kok heh heh heh.. Hmmhh” tiba-tiba ‘Kong Juki membenamkan wajahnya di vagina Tanty yang wangi itu, dilanjut emutan dan jilatan rakus di seluruh penjuru kewanitaan.
Tanty menggelinjang dan berdesah nikmat, baru pernah vaginanya diperlakukan begitu getol oleh sebuah mulut. “aaaaAAHHH.. heh.heh.aaaaAAHHH.. heh-heh.aaaaAAHHH.. udah.haaaAAHHH.. heh-heh.amp.aaaaAAHHH.”, berulang kali ‘Kong Juki menangkap bibir vagina mungil Tanty dengan mulutnya, lalu ditarik seakan ingin ditelan, kemudian dilepasnya bagai makan dodol.
Bagi Tanty, baru pernah ada laki-laki yang memberi kenikmatan seperti ini padanya. Engkong tersenyum menang, tahu Tanty menikmati di-jilmek dengan caranya. Tanty menatap ‘Kong Juki dengan wajah sayu kemayu. Seringaian Engkong semakin lebar, dengan gerak cepat dia celupkan lidahnya dalam-dalam ke liang vagina Tanty.
“Aahhhhh.. Yessshh...” Tanty mengekspresikan kenikmatan yang diterima tubuh, tak peduli lagi akan nilai kehormatan dan harga diri sebagai seorang mahasiswi sekaligus bunga kampus.
Ia hanya mampu menatap ‘Kong Juki yang terlihat bangga menikmati kewanitaannya dengan mulut dan lidah tanpa halangan, dilarang pun sia-sia. Disuruh berhenti, ‘Kong Juki malah menyedot rakus atau mencelupkan lidah dalam-dalam, yang tentunya akan kembali berakhir dengan derita birahi pada diri Tanty sendiri. Tidak tahan akan jilatan dan emutan ‘Kong Juki yang liar dan berulang kali dibibir vaginanya, punggung Tanty melengkung, kepalanya terdongak beralaskan kasur.
Crrrt, crrt!. “Ahah..Iyahaahhh…” Tanty melepas erangan panjang. “Huak hak hak.. banjir ooi. Hmmhh slrp, shrrrp, srup…glek glek, Aahh sruuuuuuuupph”. Kong Juki segera menyambut dengan seruputan rakus. Kedua pangkal paha Tanty dipapah di bahunya sambil menangkup pantat, sehingga Tanty tak bisa bergerak banyak.
Mata Tanty terpejam terbuka terpejam menikmati orgasme yang panjang karena mulut Engkong terus-terusan menyedot, tidak berhenti memberi kenikmatan. Usai orgasme, tubuh Tanty terkulai lemah. Nafasnya senin-kamis rambutnya awut-awutan, namun tidak mengurangi kecantikannya, justru terlihat kian seksi menggairahkan.
“Lho.. enak ya Non? jangan terus tidur dong, Heh heh heh heh. Engkong kasih enak lagi nih biar Non ketagihan” ‘Kong Juki menyelupkan jari tengahnya ke vagina Tanty, lantas mengaduk-aduknya.
“Kong amp.ahh .. ahh” Tanty sudah terlalu lelah, ia hanya pasrah liang cintanya dikocok-kocok. Sebaliknya Engkong malah tertawa mesum keras-keras melihat ketidak berdayaan Tanty. Dia girang persis anak kecil habis dibelikan mainan. Jarinya keluar masuk liang vagina dengan gencar dan mempermainkan klitoris dengan cubitan-cubitan. Tanty menggigit bibir bawah dengan mata terpejam. Kondisinya sudah payah, andaikata Engkong minta bersetubuh tanpa diperas pun, Tanty pasti bersedia.
Hanya beberapa menit, Crrt..crrrt..crrrt. Vagina Tanty kembali mencurahkan jus cintanya. “Giile lu Non.. tangan Engkong dikasih banjir banding lagi, Huak hak hak hak. Tapi.. Engkong suka, Hemmm.. cup Srrrph” Kong Juki menjilati jarinya yang belepotan jus memek Tanty dengan rakus.
“ahh.. ahh..aahh”. Tanty mendesah lembut berulang kali, karena Engkong usai menjilati jarinya sendiri, pindah melumat vaginanya. Bagai dahaga, Engkong menelan seluruh jus cinta Tanty yang ada, sambil menatap Tanty seolah-olah berkata ‘gua dapet memek lu.. gua berkuasa atas memek lu.. memek lu milik gua’, begitu kira-kira. Gilanya, Engkong kembali mengocok lagi vagina Tanty dengan jari, disertai pandangan mengejek dan tawa serak khas Kakek-kakek.
“Ayo Noon… kecritin lagi lendirnya.. biar memek Non tambah wangii, Hihihihi” ledek Engkong terus mengocok gencar, tubuh Tanty terlonjak-lonjak sambil berdesis-desis ke-enakan. Sekali lagi, Tanty memuncratkan cairan cintanya dengan deras, dan sekali lagi juga Engkong menyeruput jus vagina enak Tanty rasa stroberi hingga habis tak bersisa. Mewarisi bercak ludah di sekujur permukaan vagina.
Dalam kamus Tanty, belum pernah ada pria yang mampu buatnya demikian. Semua pria egois dan selalu meng-atas namakan cinta, sedang Engkong predator sejati. Dirasa Tanty seakan-akan kewanitaannya begitu sangat diinginkan untuk dinikmati. Jujur, tak munafik atau sembunyi dibalik kata-kata ‘Sayang’, karena semua pasti akan berakhir juga di atas ranjang.
Tanty rebah bersimbah peluh dengan kaki terkangkang. Ia diam saja ketika Engkong melucuti gaunnya, satu-satunya penutup aurat. Kini hanya ada sepasang anting bundar, kalung liontin perak berbandul ‘T’, dan gelang karet warna hitam yang tersisa di tubuh. Pandangan Engkong tak lepas dari tubuh telanjang Tanty, hal yang selama ini dia khayalkan kini menjadi kenyataan. Samar-samar, Tanty melihat Engkong melepas baju koko lengan panjang lusuhnya. Wajah Tanty terlihat pucat ketika melihat di sisi pinggang Engkong ada sebilah golok tersangkut di sarung. Engkong segera menyingkirkan benda tajam itu jauh-jauh, lantas berkata..
“Tenang Non, itu buat Engkong jaga tempat kost dari maling. Bukan buat awewe-awewe kece’ disini kok heh heh heh. Buat semua awewe, dan juga Non Tanty khususnya, Engkong kasih ‘golok’ yang lain”, Tass!!, ‘Kong Juki melepas lepitan sarung, dan terlihatlah sebuah kejantanan kurus hitam panjang dengan ujungnya bundar seperti helm ABRI telah mengacung tegak. Penis jelek berfisik aneh, sesuai dengan sosok pemiliknya.
(Ooh, tidak!), Tanty putus harapan. Ia tadi menyangka yang menonjol di tengah-tengah sarung Engkong adalah ujung dari golok, ternyata ujung ‘golok’ yang lain. Golok yang menginginkan liang cinta gadis muda cantik jelita seperti dirinya, sebagai ‘sarung’nya.
Seketika kewanitaan Tanty terasa ngilu, membayangkan penis panjang yang jauh lebih panjang dari semua milik mantan-mantan pacarnya itu masuk mengaduk-aduk liangnya. Namun di satu sisi lain hati Tanty yang ‘nakal’, penasaran ingin merasakan benda tumpul milik Engkong itu mengisi liangnya dan menjalani ‘tugas’nya, pastilah nikmat.
Ditambah kartu As-nya, Tanty memasrahkan kewanitaannya didekati kejantanan ‘Kong Juki yang datang mengancam. “Kita kenalin dulu Non, sebelum kenal lebih dalem he he he” ujar Engkong sambil menggesek-gesekan penisnya ke vagina Tanty yang sudah over basah dengan bibir merekah itu.
Dengan suara lemah dan tenaga yang ada, Tanty memohon “jangan kong… nanti.. aku.. hamil!”. Engkong tersenyum tipis licik, lantas menjawab “Tenang Non, Engkong nggak pernah punya anak. Dari bini Engkong dulu juga nggak, Engkong mandul. Jadi Non Tanty nggak perlu khawatir kalo memeknye Engkong taroin peju banyak-banyak, Huak hak hak hak”. Kegusaran Tanty cukup sirna. Siapa yang sudi punya anak, model Ayahnya macam ‘Kong Juki?. Bukan memperbaiki keturunan malah memperburuk.
Engkong mengatur kaki Tanty seperti huruf ‘V’ di sisi ranjang, masih terus gesekan penisnya ke bibir vagina Tanty. Mulut Tanty terbuka, kakinya mengayuh naik turun, menunjukkan bahwa mekinya gatal ingin di tusuk kontol. ‘Kong Juki terkekeh, semakin yakin bahwa Tanty benar-benar sudah dalam genggaman.
“Kenapa Non? nggak sabar yaa.. memeknya pengen dicoblos hihihi” ledek Engkong atas kondisi Tanty. Tanty melempar pandangannya ke samping, wajahnya merah bak kepiting rebus karena malu.
“Naah, pan udah kenal nih. Sekarang waktunya kenal lebih dal, Ohokh! legiit!” celoteh Engkong, mengomentari liang vagina Tanty yang menjepit kepala penisnya. Sementara Tanty hanya memperlihatkan raut wajah pasrah, ketika kewanitaannya mulai di-cemari kejantanan Aki-aki bau tanah pemilik kost-nya.
Engkong terus menjejali penisnya ke liang senggama Tanty, ingin menikmati jepitan di setiap penjuru. Tanty menatap sayu Engkong yang begitu bernafsu ingin menguasai miliknya. Matanya menyaksikan dengan amat sangat jelas, senti demi senti batang penis Engkong mendesak masuk vaginanya. Pahanya ditekan Engkong ke bawah agar semakin lebar mengangkang.
“Busyet! Enggkh, gilee… liat bener ni memek” ujar ‘Kong Juki berteriak puas, akhirnya berhasil menanamkan seluruh penisnya dari kepala hingga pangkal ke dalam vagina Tanty. Seketika Tanty merasa penuh di vaginanya, seperti tak ada jeda. Ia dan Engkong benar-benar sudah sempurna bersetubuh.
Engkong berdiam diri menikmati sejenak jepitan memek gadis muda idamannya, Tanty Indira Wizanti. Perlahan, dia tarik batangnya dari jepitan vagina Tanty tersisa kepalanya saja. Namun tiba-tiba, dihantamkannya keras-keras hingga tertelan semua di vagina, membuat Tanty mengerang keras, sementara tampang dia sendiri blo’on ke-enakan.
Engkong ketagihan, berniat mengulanginya lagi, “ah..ah..ah” kepala Tanty bergeleng, memelas ketika penis terulur, berharap Engkong mengurungkan niatnya, mustahil. Tentu Engkong sambut dengan seringai kemenangan, yang disambung sebuah hujaman, “angh” dan Tanty pun keras mengerang.
Berulang kali Engkong melakukan kenikmatan itu, membuat Tanty tergila-gila. Sodokan brutal itu dirasa Tanty menghantar dirinya menuju nirwana. Gerakan orang tua itu kian lama kian cepat, liang vagina Tanty sudah demikian becek, jadi di tiap-tiap sodokan terdengar bunyi kecipak yang sangat jelas. Jelas bahwa Tanty menikmati perkosaannya, menyukai pemerasan organ kewanitaannya, menghayati pemaksaan seks atas dirinya.
Crrt, Crrt, Crrtt!. Tanty lagi dan lagi orgasme, memeknya betul-betul suka dibelah kontol berkali-kali. Engkong sengaja menghentikan sodokannya, dia tertawa sinting merasakan penisnya seperti disirami air yang tentunya itu jus cinta Tanty. Engkong menarik lepas penis dari vagina Tanty, ekspresi wajahnya bangga waktu melihat penisnya mengkilap dilumuri lendir cinta vagina.
Tanty hanya pasrah ketika tubuhnya dibalik dan diangkat di bagian pinggul, nungging di pinggir ranjang. Ia rasakan ujung kepala penis Engkong mencium bibir kemaluannya dari belakang. Tanty mendesis karena Engkong menangkap bibir kemaluannya itu dan seperti orang menjewer kuping direntang lebar. Jreeb! “AnGgh!”, Tanty mengerang sedikit lebih keras kali ini, lantaran Engkong menghentak sekuat tenaga sampai buah zakar seperti menampar bibir kemaluannya, dan penis tertanam semua.
Pinggul Tanty diraih untuk kendali dari belakang, Engkong mulai menggenjot. Nafas Tanty kembali terengah-engah. Tangannya meremas sprei dengan keras hingga acak-acakan. Payudaranya yang bergelantungan terayun kesana-kemari akibat sodokan terlalu brutal. Dengan gaya doggy ini, lesakan penis masuk lebih dalam, serasa menggedor dinding rahim. Mata Tanty merem melek merasakan sensasi gila pertama dalam hidupnya, yakni digarap pemilik tempat kostnya yang berusia lanjut. Suatu hal yang jauh terbayang akan sungguh-sungguh terjadi.
Rambut Tanty makin kusut tak karuan akibat terpental-pental disodok. Rambut itu bertambah kacau tatkala dijambak kasar, sampai kepalanya terdongak. Tangan Engkong sesekali melayangkan tamparan ke pantat di sela remasan di payudara. Pandangan Tanty kabur menatap langit-langit kamar. Hujaman Engkong dirasa Tanty semakin kejam. Sebagai gadis free seks, ia tahu kalau Engkong juga mendekati klimaksnya. Ia pun menggoyang pinggul membuat Engkong merasa kontolnya seperti dicengkram dan dikocok-kocok daging memek yang legit.
Engkong menggemeratakan giginya yang jarang sambil menggeram seram, CROOTT!!, air mani muncrat berkali-kali memenuhi liang Tanty. Tubuh renta ‘Kong Juki mengejat-ngejat penuh nikmat, ejakulasi pada gadis muda dambaannya. Stop sampai disitu? bukan ‘Kong Juki namanya.
Setelah semburan-semburan sperma tidak keluar, Engkong menggesek penisnya lagi di vagina Tanty hingga kembali mengeras. Dia peluk Tanty dari belakang, mengajaknya bangun, tentu dengan penis melekat, digiring ke meja rias berkaca. Tanty yang sudah letih, ikuti saja apa mau pejantannya yang peot itu. Engkong menjatuhkan diri di bangku memangku Tanty, Tanty menjerit nikmat karena mekinya di tusuk dalam penis dengan cara itu, Engkong sendiri menjulurkan lidah dengan tampang bego karena kontolnya dimanja rasa enak dibejek memek super legit milik Tanty. Saking ketagihan akan nikmatnya, ‘Kong Juki mengulangi perbuatan cabulnya itu lima sampai tujuh kali. Berdiri-duduk memangku-berdiri-duduk memangku, sehingga Tanty dapat melihat muka memek ekspresi blo’on Engkong lima sampai tujuh kali di cermin, dengan bonus tusukan dalam penis di vaginanya lima sampai tujuh kali juga. Barulah bandot cabul itu puas.
Tanty rebah menyandarkan punggungnya ke badan Engkong. Pasrah, tatkala tubuhnya di naik turunkan melalui tangkupan di pantat, sehingga vaginanya dipaksa menumbuk penis yang tengah me-Raja di dalamnya.
Tanty tak sanggup lagi menerima kenikmatan di tubuh mudanya, Engkong Juki terlalu bergairah padanya. Ia kerahkan sisa tenaga untuk desahan keras terakhir sebelum orgasme, “Ah.. Aah.. Aaahh.. Aaaahhh.. IYAAAAAAHHHH *Crrt, Crrt, Crrt… Crrrt*”. Tanty meraih puncak kenikmatan terakhirnya dengan tubuh menggigil.
Bukan berhenti, Engkong malah semakin gahar menyodok hingga Tanty terpental-pental ke atas bagai menaiki kuda jantan yang sangat liar. Di penghujung klimaks seksnya juga, aki-aki peot gila memek itu meracau jorok, “Gile memek luu.. Gile memek luuu.. Gile memek lu, HNGKH!”, ditancapkan semprong panjangnya itu dalam-dalam, CROOTT!!!, sperma muncrat deras mengisi liang kewanitaan Tanty hingga meluap keluar tidak tertampung karena banyaknya.
Ekspresi wajah Tanty pasrah. Ia lihat dirinya di cermin terhentak-hentak akibat getaran dari si orang tua yang memangkunya, ‘Kong Juki. Liur dan hingus bandot itu meleleran, wajah jeleknya yang amburadul terlihat beribu-ribu kepuasan diraih.
Sambil tertawa menang dan senyum menyebalkan, dia berkata ke Tanty “Non, mulai detik ini.. kalo Engkong ngetok pintu, buka ya! Pintu kamer Non, sama pintu ini..” Kong Juki mengangkat Tanty melalui tangkupan di pantat. Penis layu yang menancap miliknya terlepas. Direntangnya bibir vagina lebar-lebar dan cairan putih kental dalam jumlah banyak miliknya pun meleleh keluar.
Tanty menyaksikan itu semua dari pantulan cermin meja riasnya, ditambah seringaian Engkong yang penuh kemenangan. “Engkong datengin pintu Non ini tiap hari, Engkong obrak-abrik dalemnye pake kontol tiap hari, Engkong isi peju dalemnye tiap hari. Memek Non Tanty milik Engkong… selamanyaa, Huaaak.. hak hak hak hak haak”.
Mata Tanty perlahan menutup, dipetiknya kembang tidur, kesampingkan sejenak kekalahannya.. kekalahan dirinya menjadi budak. Budak seks…
***
# Perbudakan Berlanjut,
Krucuk! krucuk! krucuk!, air jatuh menerpa tubuh telanjang Tanty dari lubang shower. Mengguyur rambutnya yang panjang.
Bangun pagi setelah malam pertamanya dengan Engkong, Tanty segera ke kamar mandi. Ia renungi tiap-tiap kejadian tadi malam tanpa membilas tubuhnya dengan sabun, ia biarkan saja hanya air yang membasuh tubuh. Alam pikiran dan alam raga tampak tak sejalan. Tanty diantara sesal dan tidak, antara suka dan benci, dirinya menjadi ‘kuil’ atau sesembahan nafsu binatang pemilik tempat kostnya, Engkong Marjuki.
Setengah hatinya tidak, tapi sisanya iya, kepuasan seks berkali-kali yang diberikan ‘Kong Juki buatnya demikian. Dalam kebimbangan hati, ia tuntaskan mandi. Setelah itu, ia kirim sms ke temannya untuk absen kuliah sehari penuh, titip absen jika ada dosen yang longgar dalam pengawasan. Ia berniat ingin mengurung diri di kamar seharian. Beberapa kali hand phonenya berdering dari teman sekelasnya langsung direject. Untuk menghibur keresahan hati, ia putar lagu dugem dengan ditemani minuman ringan bersoda dari kulkas yang telah dingin.
Ia pandangi dirinya di cermin, tubuh sintalnya yang terbalut handuk putih itu dirasa bukan sepenuhnya lagi miliknya. Tapi milik seorang lelaki udzur yang.. Tok! tok! tok!.
“Y-yaa… sia-siapa?”, jantung Tanty berdebar seketika. Ia menduga namun juga berharap salah. Semakin dekat ia berjalan ke pintu yang hendak dibukanya, semakin kencang jantungnya berdebar. Ceklek!, seringai wajah mesum yang dikhawatirkan muncul dari balik pintu, ‘Kong Juki.
“Udah mandi Non, Heh heh heh… wangi lagi dong memeknya, bisa buat Engkong nyarap, Huak hak hak hak”. Tanty menggeleng takut, berjalan mundur mengarah ke ranjang. Pintu kamarnya ditutup dan langsung dikunci oleh Engkong yang menyatakan bahwa tidak boleh ada yang mengganggu, dan Tanty tidak boleh lari. Memeknya harus siap digali.
Engkong cepat-cepat menanggalkan pakaian sambil tertawa sinting bagai anak kecil yang ingin segera loncat ke dalam kolam renang telanjang melihat kolam indah ber-air jernih. Terjerembab di kasur, Tanty terus bergerak mundur ke sandaran ranjang dengan kedua tangan menutupi kedua daerah vitalnya. Padahal jelas ia masih memakai handuk. Tatapan dan perilaku maniak Engkong-lah yang buat Tanty demikian.
“Hup”, BRUK!. Engkong menerjang ranjang dekat mata kaki Tanty, menuju sasarannya.. vagina.
Si cantik itu terus bergeleng, “Koong.. Koong..” maksudnya hentikan, jangan mendekat. Namun ia tidak berucap itu karena bagian tubuh vitalnya menghasut, ‘terus..ayo perkosa aku… Habis-habisan, sampai aku pingsan kepuasan’, begitu kira-kira.
Dengan seringai mesum, Engkong tangkap betis Tanty dan membuka jalan menuju surga untuknya. Tanty yang masih menggenggam Hp, menekan handuknya ke bawah di bagian selangkangan karena belum mengenakan celana dalam. “Kooong..” Tanty makin cepat menggeleng, wajahnya begitu ayu saat meng-iba.
“Udah-lah Non.. pan Engkong udah lihat memeknya.. udah pernah Engkong jilat.. udah pernah Engkong celupin titit malah, Heh heh heh. Apalagi yang musti dimaluin..” ujar ‘Kong Juki dengan tatapan gemas atas penolakan Tanty yang setengah-setengah. Tentu Tanty tidak melawan waktu kakinya di-atur mengangkang.
Tiba-tiba tatapan Engkong berubah galak. “Ape kasih tahu pacarnye aje nih, soal shepia-si Non”.
“Jang-jangan Kooong… jangaaaaan…” mohon Tanty lirih.
“Kalo gitu.. kasih Engkong memeknye dong”. Dengan gerak lembut Tanty mengangguk. Tangannya yang menekan handuk terangkat dikit demi sedikit.
Engkong menyingkap ke atas handuk sambil menggoda, “Ciluuuk.. bakekok, hihihihi.. kelihatan memeknya” pipi Tanty pun merona karena malu, tambah cantik mempesona saja dirinya. Ia refleks merapatkan kaki kembali.
“Eit-eit, jangan ditutup lagi dong maniis, hihihihi”. Sergah Engkong sambil mengelus-elus kemulusan paha. Masih terus menggerayang, Engkong bertanya ke Tanty dengan wajah mesum, “Naah, boleh nggak.. Engkong cium memek Non?”. Tanty menggeleng.
“Nggak boleh?”, Tanty menggeleng lagi.
“Berarti Engkong kasih tahu pacar Non dong masalah kondomnya?” tukas Engkong dengan senyum menakut-nakuti. Berulang kali Tanty hanya geleng-geleng kepala, ia tidak tahu harus bagaimana. Antara menikmati pelecehan yang akan menjadi sebuah orgasme berkali-kali dan tidak sudi dikerjai laki-laki yang seharusnya pantas menjadi Kakeknya.
Dengan wajah mesum yang menyebalkan, Engkong bergerak perlahan hendak memasukan kepalanya ke dalam handuk. Tanty meremas handuk di dadanya dengan kepala bergeleng dan tanpa sadar berkata, “Mas Iqbal.. tolong akuu”. Engkong tertawa terbahak-bahak mendengarnya, “Iya Mas.. tolongin sephianya mau Engkong cium memeknya Huaak hak hak hak. Met makan Marjukii.. Hhmmmmmmhhh”. Engkong pun pesta pora dengan membenamkan wajahnya di vagina Tanty yang baru dibilas bersih dan wangi memakai sabun perawat kewanitaan.
Tanty meremas-remas handuk di bagian selangkangan yang memumbul karena ada kepala Engkong di dalamnya. Meskipun tahu apa yang dilakukan Engkong lewat perlakuan mulut rakus memeknya, tapi ia ingin melihat langsung wajah Engkong yang pasti pandangannya melecehkan. Pelan-pelan ia beranikan diri membuka lepitan handuk.
Betul saja. senyum mesum tergurat di wajah Engkong. Kakek cabul itu dengan bangga memperlihatkan jilatan-jilatan sepanjang bibir vagina sesukanya, dimana Tanty hanya bisa melihat dan mendesah. Bahkan dia juga sengaja merentang lebar bibir vagina untuk dilihatnya dekat-dekat, lalu dengan gerak cepat menyelupkan lidah dalam-dalam. Tanty hanya pasrah, kakinya mengangkang lebih lebar seakan memberi akses untuk pelecehan berlanjut. Tangannya meremas-remas sprei sambil terus menatap Engkong yang tersenyum menang ke arahnya. Tapi sayang, aktivitas kenikmatan seks itu harus tertunda..
Tok! tok! tok!, “Taan.. Tan, lu gapapa?. Ini gua.. Diny..”, Deg!, jantung Tanty serasa berhenti.
Sebaliknya, Engkong malah menyeringai, tampak punya ide mesum jahat. Cepat-cepat dia rebut handuk Tanty dan dilemparnya jauh-jauh. “Ya-a” sahut Tanty seraya meronta karena Engkong berusaha menyetubuhinya.
“Sakit apaan lu? buka pintunya, gua mau masuk!”. Engkong berhasil menindih Tanty meski belum di-penetrasi.
Sambil berusaha sekuat tenaga menahan niat busuk Engkong, Tanty terus berbicara ke wanita di balik pintu “Lo. nggak.. praktek?”.
“Udah.. khan ujian. Gw shift pertama, makanya gw kesini mau ngasih tahu lu ‘coz masih ada kesempatan kalo lu udah enakan. Lu khan dari absen ujian shift kedua. Sakit apa sih lu?, buka dong oi…!”.
‘Mmpfh!’ Tanty menutup mulut kuat-kuat sewaktu vaginanya berhasil ditanamkan penis oleh Engkong. Bandot maniak seks itu langsung bergerak brutal memperkosa memek Tanty tanpa ampun.
“Tan.. lagi ngapain sih luu?. Buka dong Say, gua pengen masuk!”.
Tanty menahan nafas, “Lo duluan deh gue mau mandi dulu!”, ia kembali menutup mulut dan memburu oksigen.
“Ya gapapa kalee, gw tunggu aja di dalem.. ke kampusnya bareng”. Engkong melenggak lenggokan kepala tertawa cekikikan meledek Tanty sambil asyik menggenjot naik turun.
Birahi Tanty semakin tersiksa, sampai-sampai ia raih bantal untuk menutup wajah sambil menggigitnya guna meluapkan kenikmatan yang tidak bisa ia lepas lewat erangan. Ia pun terpaksa ambil jalan pintas, kembali menahan nafas dan menyingkirkan bantal untuk berbicara normal “Di..gw lagi sama cowok gw”. Wanita di balik pintu yang bernama Diny langsung membisu, Tanty berharap dia mengerti dan segera pergi. Sementara Engkong tertawa kecil mendengar dia disebut Tanty sebagai cowoknya.
Dia berhenti menggenjot lalu berbisik di kuping Tanty ‘Non.. Engkong kagak mau kalo cuman dianggap pacar, kalo suami mau hi hi hi’. Engkong merebut bantal Tanty dan melemparnya ke lantai lalu kembali bergerak brutal. Tanty terpaksa menutup kembali mulut dengan tangan sambil menggeleng, memohon agar Engkong berhenti.
“Oo, oke kalo gitu. Gua balik aja deh..yang penting gua udah kasih tahu lu ya. Salam dari Iqbal, bye” pamit wanita itu dibalik pintu, Tanty merasa Diny pasti kecewa karena diabaikan. Bagaimana lagi, ia tak punya pilihan lain.
Di sela asyik menumbuk, sempat-sempatnya Engkong mengejek “Mas Iqbaal… memek sephianya legiith hehehe, Ooohh… enaaaaakh”. Engkong menduga lewat lenguhan kalau nama yang disebut itu adalah PIL Tanty, sebab kalau pacarnya pasti langsung datang atau minimal telpon, bukan titip salam. Ditambah tadi Tanty menyebut-nyebut namanya.
Sekiranya dua menit berlalu, dan yakin Diny, sahabatnya telah pergi jauh, barulah Tanty melepas erangan yang ditahannya setengah mati. Engkong terkekeh melihat Tanty sukses dikerjainya. Dia semakin bergairah, apalagi mendengar respon erangan, tidak seperti tadi, bersetubuh tapi hening. Sekali lagi adegan mereka terganggu ketika Hp Tanty yang tergeletak di ranjang berdering, yang kali ini diketahui dari ring tone itu milik Beni, sang kekasih.
Engkong yang tidak peduli itu dari siapa, terus menggenjot. Malah kalau perlu biar orang yang menelponnya tahu bahwa Tanty sedang digagahi olehnya. Sedikit rasa lega bagi Tanty, itu hanyalah sms, yang berisi kalau kekasihnya tahu dari temannya yang Asisten Dosen pengajar praktikum bahwa dirinya tidak ikut ujian. Tapi akhir sms yang buat jantung Tanty serasa di anak panah, bahwa pacarnya bilang akan datang ke tempat kost karena khawatir dengan keadaannya.
DUNG!... DUNG!... Suara anak tangga dipijak keras seseorang, yang pastinya laki-laki. Tanty panik bukan main, Engkong menyangka itu mungkin Indri, entah tamu Indri, atau mungkin tamu Tanty. Satu hal yang pasti, dia tidak peduli. Sedang Tanty tahu, kalau itu adalah Beni.. kekasihnya yang berwajah culun tapi borju.
‘Koong... itu pacarku.. tolong berhenti!’ pinta Tanty lirih. Engkong malah menyeringai lebar. ‘Engkong kagak bakal lepas, sebelum Non bikin Engkong keluar’ kata ‘Kong Juki berbisik. Bunyi anak tangga dari seng yang ketiga terpijak, jumlah semuanya dari tangga melingkar itu ada lima belas, berarti sisa dua belas. Meski sampai di atas, harus jalan memutar karena ujung tangga adalah kamar Indri, kamar Tanty diseberang, tetap saja mengkhawatirkan.
Tanty tidak ingin Beni tahu statusnya sebagai wanita ‘gatal’ (tentu Beni akan tahu jika dengan Engkong saja mau, apalagi dengan pemuda mahasiswa yang tampan). Maka Tanty memutuskan untuk segera bertindak. Ia dorong Engkong ke samping berbalik menindihnya. Liang senggamanya yang sudah banjir memudahkan penetrasi posisi seks yang dikendalikan olehnya. Tanty bagai koboi ikut kontes Rodeo (menunggang kuda liar tidak boleh jatuh). Tubuh polosnya naik turun dengan gencar. Frustasi dijebak, galaknya Tanty keluar.
‘Bandot sialan Aarh.. muka memek lo.. seneng lo.. ngerjain daun muda kayak gw, hah?. Aaaarh.. keluarin peju lo bandot! cepe-e-et, Aarhh. Hh.. enak lo bangsat hah, enak memek gw? Aaarhh’ Tanty meracau seperti itu di depan wajah Engkong persis, sambil mempercepat tumbukan dengan volume suara dipelani.
“Hnggkh.. Hnggkh..” hanya itu yang terdengar dari Engkong, ekspresi wajahnya tidak perlu dipertanyakan, pastilah tak karuan. Tanty memperjarang tumbukan namun dalam-dalam mendengar pijakan anak tangga semakin dekat. Tumbukan itu indahnya seirama dengan suara dentuman Bas lagu dugem. Tanty dan suasana begitu erotis, Engkong tak sanggup lagi menahan laju sperma yang sudah berontak di kepala penis.
CROOOTTT! CROT CROT! CROOT!, begitu banyak mani yang dikeluarkan Engkong, muncrat berkali-kali.. bertubi-tubi di dalam vagina. Tubuh Tanty tersentak-sentak oleh getaran tubuh Engkong. Tanty sempat mengerang karena payudaranya diremas Engkong kencang yang sangat menikmati ejakulasinya.
Setelah semprotan sperma berhenti, Tanty rebah di atas tubuh Engkong, dan Engkong menyambut dengan pelukan. Ia masih bingung. Tok! tok! tok!, “Yank.. ini aku..”.
‘Gimana nih Kong?’. Tanty bertanya dengan nada manja dan mata berkaca-kaca karena takut ketahuan. Dengan tenang, Engkong berbisik ‘Kamu pake pakaian, trus buka pintu langsung tarik die ke apotik deket sini, jangan dikasih masuk. Bilang aja perut lagi sakit, lebih sakit dari biasanye karena dateng bulan’ usulnya.
‘Engkong gimana?’ tanya Tanty lagi.
‘Engkong sementara ngumpet di kamer mandi, ya… gitu aje.. gih sane’.
Tanty mengangguk dan langsung mengikuti perkataan Engkong. Ia pura-pura sedang ada di kamar mandi, baru saja selesai dan baru akan membuka pintu. Tanty tak sempat mencuci kemaluannya yang dipenuh air mani. Jadi terpaksa ia jalan keluar dengan cairan kental itu di vaginanya. Skandal mereka masih tersimpan rapih tersegel rapat.
Sejak itu, Tanty tidak kuasa menolak kemauan Engkong tiap kali mendatangi kamarnya. Tapi, apakah betul seperti itu yang diinginkan ‘Kong Juki? berbagi tubuh Tanty dengan kekasih Tanty dan sephia Tanty? tentu tidak jawabnya. Engkong ingin menguasai Tanty sepenuhnya. Di depan gadis itu, Engkong berjanji akan menyimpan aibnya dan ia boleh melanjutkan hubungan gelapnya asalkan ia bersedia melayani nafsu bejat tanpa kenal waktu dan rasa lelah. Tapi di luar itu, Engkong memutar otak mencari akal untuk hasil akhir lain maksimal.
***
# Perbudakan sesungguhnya dimulai,
Pagi-pagi, Engkong memberi tahu Tanty kalau dia akan pergi seharian dari pagi karena ada acara di kota J. Tanty tidak tahu kalau itu adalah skenario Engkong.
Malamnya…
“Yank.. mulai sekarang, kamu jangan sering-sering datang yah” ujar Tanty manja ke Iqbal, pacar gelapnya.
“Lho, kenapaa?!. Memang pacar kamu curiga?”. Tanty menyandarkan kepala di lengan pemuda itu sebelum menghela nafas panjang. Sulit untuk menjelaskan tanpa ia berdusta. Bagaimana mungkin ia bicara jujur kalau Engkong juga jadi salah seorang ‘investor’ air hina di liang cintanya.
“Iyaa.. jadi kita jaga jarak dulu, sementara..”.
“Berapa lama?”. Tanty tidak menjawab secara langsung lagi. Tentu ia bingung, pastilah perbudakan Engkong minimal sampai ia lulus kuliah.
“Hah? Berapa lama Yank?” tanya pemuda itu lagi karena Tanty tak jua menjawab.
“Nggak tahuu… aku bingung!”.
“Kok tahu-tahu kayak gini sih?. Tiba-tiba, ada suara di depan kamar Tanty… “Eh, elu Tong.. ngapain dimari malem-malem gini?”.
“Ada yang lupa mau dikasihin ke Tanty. Engkong habis darimana, rapih amat?”.
Engkong menyahut kalau ada acara dari pagi di kota J. Sementara Tanty kaget setengah mati karena tahu siapa pemilik suara yang satu lagi Beni, pacarnya.
“Kayaknya Tanty pergi deh..”. Engkong seolah-olah melindungi Tanty. Tanty tidak tahu kalau itu termasuk kebohongan yang sudah diatur.
“Ah Engkong sok teu… baru pulang aja. Ini sandal sama sepatunya, kebiasaan dia kan kalau udah mau tidur, ini semua dimasukin ke dalem. Malah ada satu lagi nih, kok kayak sandal cowok ya?”.
Tanty berbisik ‘Yank.. kamu?’, Iqbal menepuk keningnya, ‘O iya.. ketinggalan, lupa di masukin.. bego’ ujarnya dengan suara kecil. Tanty semakin khawatir.
“Ini sih sendal Engkong, Tanty pinjem buat keluar kali tadi” Engkong terus berakting, pantas mendapat Academy Award. Tanty makin yakin kalau Engkong membela sesuai perjanjian barter memek dengan aib.
“Nggak mungkin Kong, pake sandal aku aja dia nggak mau. Tanty khan pemilih orangnya.. Tan, *tok! tok! tok!*. Tan, *tok! tok! tok!*. Ini aku..mas-mu, ada siapa? aku mau masuk”. ucap Beni dengan nada csuriga.
‘Gimana niih?”. Tanty meremas-remas baju Iqbal, pacar gelapnya yang juga lagi kebingungan. ‘Yank, itu tembok belakang tembus kemana?’.
‘Lahan kosong kayaknya, tapi punya orang.. nanti kamu bisa diteriakin maling kalo ada yang lihat’.
‘Ah malem ini.. gambling aja, daripada aku berantem sama pacar kamu.. pilih mana?’. Tanty pun terpaksa mengangguk tanda setuju.
“TAN, BUKA!!. KAMU TIDUR ATAU APA SIH.. KAYAK ORANG MATI? AKU DOBRAK PINTU INI KALO KAMU NGGAK BUKA”. Beni tampak kalap, dia menghardik dengan suara keras. Diaz.. Indri dan Landa pasti tahu atas keributan itu, hanya saja tak mau ikut campur, selain sudah diperintah Engkong.
“Jangan didobrak Tong, nanti rusak pintu Engkong.. siape nyang ganti?”.
“AKU GANTI KONG GAMPANG, POKOKNYA INI PINTU MUSTI KEBUKA.. NGGAK PEDULI GIMANA CARANYA”, Beni sampai menggebrak-gebrak kaca jendela.
“Iya Yank sebentaar.. aku cuci muka dulu” sahut Tanty berdalih, padahal ia mengantar Iqbal ke pintu belakang, tempat untuk menaruh barang bekas dan sedikit jemuran.
“NGGAK USAH PAKE ACARA CUCI MUKA, HUUH..”, *DUAK!! DUAK!!* Beni menendangi pintu kamar Tanty.
‘Cepet-cepet udaah, nggak usah nengok kebelakang’ kata Tanty panik, Iqbal segera menarik sebuah meja rusak bekas dan naik ke atasnya, HUP!, ia lompat. Baru setengah badannya saja yang sampai di tembok.
BRAAK!!, Pintu terbuka. Dengan tegas, Beni bertukar mata dengan Iqbal.
“HEH, ELO RUPANYA.. MALING! MALING!!. ADA MALIING”. Reaksi cemburu Beni tiba-tiba.
Iqbal kaget setengah mati diteriaki begitu. Posisinya yang lemah buat dia menjadi panik. Tanty merasa bersalah lihat Beni melotot ke arahnya, terlihat sekali kalau ia membantu pelarian. Iqbal refleks loncat kesebelah. Malang terdengar suara dari balik tembok, “OI, TU DIE MALINGNYE.. GEBUKIIIN” *BAK! BUG! BAK! BUG!*, terdengar permohonan ampun dan jerit kesakitan Iqbal dari balik tembok. Tanty menangis histeris, takut jikalau Iqbal pisah nyawa dari raga.
Kesalahan Iqbal tadi adalah lari, seharusnya malah lebih baik dihadapi, paling dihajar Beni seorang diri, tidak dengan orang sekampung. Untung dilerai Engkong yang sudah menduga akan terjadi hal seperti ini, bersama dengan seorang hansip, dua peronda malam dan RT setempat.
Dengan wajah babak belur, Iqbal disidang tertutup di pos hansip yang dihadiri oleh Tanty dan Beni sebagai saksi juga Engkong tentunya sebagai pemilik kost. Warga sekitar yang menjadi bangun karena teriakan maling dan sempat menghakimi Iqbal, ramai merubungi tempat tersebut.
Pertama-tama, Engkong menjelaskan duduk masalahnya. Lalu bagai pahlawan di depan Tanty, dia mengusulkan damai karena memang tidak ada barang yang hilang dan Iqbal bukanlah pencuri. Iqbal sendiri tidak bisa menuntut Beni balik atas tuduhannya, karena memang tindak tanduknya yang loncat tembok itu bagai seorang maling.
Kasus ditutup, misi pertama Engkong selesai. Iqbal meminta maaf pada Engkong dan Beni karena masuk kamar pacarnya tanpa izin, kemudian dia pamit pergi tanpa berani menatap Tanty. Beni dan Tanty pulang ke tempat kost lebih dulu dari Engkong.
Setelah ruangan sepi, Pak RT sebagai Hakim tadi mulai menunjukkan jati diri, “Kong, bagi-bagi dong kalo punya anak kost cantik kayak gitu bisa dipake’ huehehe”. Engkong terkekeh.
“Iye nih Engkong.. awet muda sendirian aje” sindir si hansip juga, tawa pun merebak.
“Gue juga udah lame, kepengen ngerasain memek mahasiswi kampus sini” kata salah seorang peronda yang berkumis tebal, yang satunya lagi hanya tertawa tanpa angkat bicara.
“Kalo gue dapet kesempatan ngentotin cewek tadi.. gue suruh nungging seharian Wa kak kak kak” kata si hansip sambil menirukan gaya doggy, semua semakin keras tertawa.
“Kalo yang lain sih ade.. tapi nyang tadi jangan” Engkong memberi angin, karena dengan adanya kasus ini, para pria yang hadir di pos itu tentu tahu kalau kost-kostan Engkong ternyata bisa dipakai mesum juga.
“Bener nih ‘Kong?” penis Pak RT menegang, membayangi mahasiswi model Tanty bisa dientot.
“Iyee.. tapi inget lu pade, jangan nambah orang lagi!”.
“Beres deh ‘Kong.. inget tuh semua, Li..Man..Yan” tambah Pak RT lagi, yang lain segera manggut asal kebagian jatah.
“Sekarang bisa Kong?”. Pak RT mupeng. “Busyet, die saange...”, semua langsung tertawa mengejek Pak RT, meski mereka sama juga mupeng.
“Sabar Tong, sekarang udah pada tidurlah awewenya. Besok malem jam 7-an.. lu pade juga jangan langsung datang segambreng gini. Ngantri oi.. dua-dua, besok dua.. besoknye lagi dua” tukas Engkong bagai germo saja.
“Ya udah kalo gitu lu besok sama gua dulu Li” atur Pak RT serasa penguasa, menunjuk si hansip sebagai rekan team tag-nya.
“Yaah.. Pak RT sih pilih kasih” keluh si peronda yang berkumis tadi.
“Bukan gitu Yan.. pan kelop kalo RT sama hansip jalan. Nah, kalo elu ama Eman anggep aje lagi mau jalan kemane gitu”.
“Iye udeh gitu aje.. gue pulang dulu ye, kelamaan. Pokoknye terserah lu pade deh, nyang penting bedua-bedua.. gantian” Engkong pergi meninggalkan mereka yang masih rebutan siapa yang duluan menikmati vagina anak kost, Diaz.. Indri dan Landa.
-# #-
“Sekarang aku mau denger dari mulut kamu langsung…DIA ITU SIAPA KAMU?” tanya Beni dengan wajah sangar dan suara keras. Tanty terisak-isak karena takutnya dia, kata-kata terasa berat di lidah, lidahnya kaku.
“AYO, JAWAB!! HAH... SIAPA?” hardik Beni lagi, membuat Tanty merasa tertekan.
Ia coba membuka mulut, “Ma.. mantan..”.
“Iya aku tahu, dia itu mantan kamu.. tapi seharusnya cuma temen kan? nggak lebih, Hmm?” potong Beni dengan suara lembut, seakan badai kemarahannya telah reda.
Tanty sejenak lega. Ia menggangguk…
“KALO TEMEN NGAPAIN DUA-DUAAN DI DALEM PINTU DI KUNCI, HAH?. MENTANG-MENTANG TAHU ENGKONG PERGI… NGAPAIN AJA KALIAN?” tanya Beni lagi dengan suara tiba-tiba mengeras, Tanty kembali ciut seukuran Ibu jari.
“GITUAN YA?” Tanty merunduk saja tak berani menjawab, ia teringat akan kesalahannya membantu pelarian Iqbal, sangat fatal.
“Bagus.. bagus..”. Beni melipat kedua tangannya ke depan. Tanty menguatkan hati, “Ma-maafin aku Yank” mohon si cantik itu dengan suara bergetar.
“Maaf…? Begitu mudahnya kamu minta penyelesaian masalah yang sangat sulit buat aku. Kamu tahu.. dengan BMW itu.. aku bisa dapetin 10 cewek kayak kamu. Tapi… aku nggak mau kayak gitu lagi, dari SMA aku udah puas.. aku mau hidup lurus dan mau serius sama seorang cewek aja. Tapi, kamu kok kayak gini.. berani-beraninya ngeduain aku, mengkhianati ketulusanku. Huuh, aku benci tahu nggak” keluh Beni panjang lebar. Tanty hanya terus menangis dan meminta maaf, senjata terakhir wanita yang paling mutakhir untuk meluluhkan hati pria yang disakitinya.
“Ya sudah.. udah cukup”. Tanty merasa lega, dipikirnya Beni kembali dalam pelukan.
Namun.. “Aku nggak mau maksain sebuah Cinta.. kalau memang kamu lebih suka dia, aku..”.
“Nggak kok Yank..aku lebih sayang kamu” potong Tanty dusta sambil meremas-remas baju Beni.
“Nggak mungkin-lah.. gantengan dia daripada aku.. lagi juga logikanya, kalau kamu lebih sayang aku.. kamu nggak akan selingkuh, iya kan?” kata Beni sinis.
“Nggak kok nggak, maafin aku..” Tanty memeluk Beni erat, memohon dengan sangat.
“Ini demi kebaikan kita.. Coba kamu bayangkan, apa jadinya kalau ini terjadi saat kita udah resmi nikah, punya anak lagi?” tangis penyesalan Tanty kian histeris, sekujur pipinya mengkilap basah oleh air mata.
“Oke, take care.. salam damai buat mantan kamu itu ya” Cup!, Beni memberi kecupan terakhir perpisahan di kening. Tanty terus meremas baju Beni menahannya untuk pergi, namun Beni menepis lembut dan Tanty pun hanya bisa memandang punggung Beni yang semakin lama semakin jauh, hingga hilang dari pandangan. Sesal kemudian.. tiada berarti.
Dalam kebingungannya, Tanty meraih Hp dan menelpon Beni agar kembali, namun tidak diangkatnya. Ia telpon Iqbal, mailbox.. harus bagaimana dia?. Uang kuliah.. makan.. sewa kost-kostan?. Tiba-tiba Engkong muncul bagai Pangeran berkuda putih, sang penyelamat.
Lelaki udzur bau tanah itu mengampiri Tanty yang masih diri mematung di depan kamar kostnya. “Belum tidur Non?”, dia lontar pertanyaan seolah-olah tidak ada masalah. Tanty juga enggan menjawab, baginya kini semua kata-kata, hanya masuk kuping kanan, keluar kuping kiri.
“Tadi mas Beni titip pesen” pancing Engkong karena Tanty tak bereaksi.
“Pesen apa?” Tanty langsung bertanya, wajahnya penuh harap. Engkong tersenyum jahat.
“Die bilang gini.. mulai sekarang, die nggak bisa bayarin sewa kost Non lagi.. terus..” Engkong sengaja berhenti sengaja membuat penasaran.
“Te-terus?”, air mata Tanty mengalir deras.
“Terus katanye.. die nggak ikhlas selama ini, bayarin kost.. tapi tempatnya buat Non selingkuh. Jadi.. die mau narik uangnya lagi selama ini, sewa selama sembilan bulan”. Tanty lemas mendengarnya. Sudah jatuh tertimpa tangga.
“Sebenernye Engkong keberatan, tapi katenye.. Engkong suruh nagih ke Tanty ato sephia Non”. Tanty sudah tak mampu lagi bicara, putus sudah harapan. Pudar angan-angan menjadi Sarjana, tambahan.. darimana dia dapat uang segitu untuk mengganti. Iqbal? Hp-nya saja dinon aktifkan.
“Gimana nih Non? Engkong rugi…” dusta Engkong.
“Apaa..”, Engkong berjalan ke belakang Tanty. “Sementara.. bayar DPnya aja Hehehe”, Engkong meremas-remas dada Tanty. Tanty yang sudah pasrah hanya menggeliat, juga diam saat Engkong menggendongnya masuk ke dalam kamar dengan tawa kemenangan. Huaak.. hak hak hak hak.
Dengan ini, Tanty mutlak jatuh ke tangan Engkong, menjadi budak seks yang sesungguhnya. Sebab, Tanty tidak pernah lagi kuliah lantaran tidak ada yang membiayai. Semua teman-teman kuliah yang menghubungi ditolaknya. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Karena kesalahan kecil, rencana besar jadi berantakan. Karena sebuah kondom, Tanty menjadi budak seks Engkong selamanya. Karenanya, setiap saat setiap waktu.. Engkong bebas menidurinya.
Setiap kali minta diisi perut.. baik itu sarapan, makan siang ataupun malam, sebelum membeli.. Tanty diwajibkan Engkong menyepong dan menelan maninya. Saat makan pun juga ia harus duduk di atas penisnya yang mengacung, selesai makan digarap lagi. Begitu seterusnya.. penghinaan demi penghinaan diterima Tanty sebagai jabatan budak seks. Tanty tidak punya pilihan selain menikmatinya, karena masih lebih baik dibanding Diaz.. Indri dan Landa, yang juga menjadi tempat lampiasan nafsu binatang Pak RT, hansip dan dua peronda malam.
***
Sejak Engkong mengangkat Tanty resmi menjadi ‘Istri’ ke-empatnya, ia cepat akrab. Mereka suka curhat sewaktu Engkong mengistirahatkan barangnya yang kelelahan akibat aktif bulak-balik di kewanitaan mereka. Engkong tidak pernah lagi memanggil Tanty dengan tambahan kata ‘Non’ di depannya, hanya Tanty, layaknya istri.
Indri bercerita tentang keluarganya di Aceh yang terkena musibah banjir, satupun dari anggota keluarganya tidak ada yang selamat. Kerjaannya sebagai customer service di perusahaan asuransi mencari klien jadi sedikit banyak kacau akibat sulit berkonsentrasi. Prestasinya menurun drastis, perusahaan pun tak dapat mempertahankannya. Berakhir dengan pemecatan dirinya. Family di Jakarta menawari tumpangan. Indri yang merasa kurang dekat dengan saudaranya, ditambah sedang ingin sendiri, menolak halus tawaran tersebut. Engkong mencari celah, menghembus kasih sayang layaknya orang tua, sungguh malang ujung-ujungnya ke ranjang. Pertama kali Engkong memperlakukan Indri bagai Istri, tapi lama kelamaan malah jadi seperti budak seks. Kontranya, Indri merasa seks hancur-hancuran yang dilampiaskan Engkong padanya malah sebagai obat peredam rindu kehilangan keluarga. Sebuah keberuntungan bagi Engkong.
Giliran Landa bercerita. Sebagai karyawati Bank, pandangan orang pasti positif. Berfikir si A atau si B punya pekerjaan mapan, padahal tidak juga. Krisis moneter datang tanpa di-undang, buat beberapa Bank di likuidasi dan staf-stafnya dirumahkan. Bertambahlah pengangguran, sebuah karya Indonesia yang skor-nya tak tersaingi selain korupsi. Bank tempat Landa bekerja salah satunya, sungguh tak pernah dinyana.
Keluarga yang selalu mengandalkannya karena terkena kasus Lumpur Lapindo Brantas, PT, di Surabaya semakin kalang kabut. Ayahnya yang terbelit hutang sana sini bunuh diri, sang Ibu menyusul selang beberapa hari karena tak tahan cobaan, sedang adiknya yang masih kecil di asuh paman Landa yang hidup pas-pasan. Kebutuhan terus menuntut. Darimana uang untuk beli makan ? bagaimana dia bayar kost ?. Semua itu satu jawabnya, cukup dengan menjadi budak seks Engkong.
Sama kasusnya dengan Indri, Engkong datang sebagai pahlawan. Dengan berbekal uang pensiun dan hasil jual tanah, bandot itu menawarkan ‘perdamaian’ dalam hal sewa kost dan isi perut melalui selangkangan. Landa terpaksa meng-gadai kehormatannya pada Engkong. Ia yang merasa tidak punya siapa-siapa lagi untuk dipertahankan, pas saat itu dia berstatus single, menyerahkan diri sepenuhnya ke Engkong.
Diaz punya cerita sendiri. Sejak lulus SMA, ia sudah hunting pekerjaan. Tanpa berbekal pengalaman dan ilmu di Perguruan Tinggi, ia terpaksa bekerja yang berhubungan dengan menonjolkan bagian tertentu dari tubuh. Wajah eksotis ditambah bodynya yang bak gitar Spanyol itu memang selalu berhasil mengundang perhatian kaum Adam. Apalagi jika dibalut pakaian minim, pasti pada lengket kayak perangko.
Sayang status pekerjaannya hanya kontrak, waktu habis masa, maka, menganggurlah dia. Mulailah Diaz kesulitan dalam membayar kebutuhan-kebutuhan. Orang tuanya yang miskin hanya bisa menyuruh pulang ke kota B. Diaz yang sudah cocok tinggal di tempat kost Engkong enggan untuk beranjak pergi. Maka dia pun coba meminta keringanan pada Engkong. Sebagai SPG yang berpengalaman menggoda lelaki dan tak jarang naik turun ranjang, Diaz merelakan tubuhnya untuk dinikmati ‘Kong Juki setiap hari.
-# #-
(Tambahan) :
Diaz dan yang lain buka hal yang selalu dipertanyakan Tanty dalam hati.
“Oo, jadi gitu.. sejak celdam gw hilang itu gw udah di-incer sama Engkong. Pantes.. gw kok akhir-akhir itu mulai ngelihat lo pada dipake’ Engkong. Biasanya gak pernah khan?”.
“Iya, emang itu rencana dia. Dulu gw yang mancing Indri ‘n Landa jadi kayak sekarang ini” jelas Diaz, Tanty memanggut-manggut. Tapi Indri dan Landa tampak seperti tidak kesal dan menyesali nasibnya berakhir menjadi budak seks Engkong.
“Tan, kalau memang kamu punya jalan yang lebih baik dari ini…ya gapai aja, iya ‘gak ?” kata Diaz, meminta dukungan Landa dan Indri, yang langsung di-Amini mereka dengan anggukan.
Tanty hanya diam tak menyahut, mengepulkan asap rokok dari bibir tipisnya. Memang benar, tapi harus kemana..?. “Lu khan pernah kuliah di kampus samping nih, cari link kek.. apa kek, khan bisa. Kalo gw sih udah buntu, orang-orang deket ada di Surabaya” tukas Landa.
“Iya Tan betul.. gw setuju” sahut Indri sambil menepuk abu rokoknya ke asbak.
Perbincangan mendadak berhenti melihat Engkong berdiri di muka pintu tempat mereka bercakap-cakap. “Ayo mandi, udah sore!” suruh Engkong sambil dia berkacak pinggang. Diaz sebagai yang paling lama dan tertua disitu, meng-awali pembugilan diri. Menyusul Indri, Landa baru Tanty. Rutinitas itu berjalan setiap hari, mandi kemudian seks berlima. Dan malamnya sebelum tidur, pria bertubuh pendek gempal berselimpang sarung seperti peronda, datang menagih jatah. Eman namanya, diseretnya Diaz dan dilempar ke ranjang lalu diperkosanya habis-habisan. Sedang satunya lagi yang bernama Piyan, menggarap Indri dan Landa sekaligus tanpa ampun. Setelah cukup puas, mereka pasti bertukar pasangan. Besoknya giliran Pak RT yang memperkosa Diaz brutal. Didampingi Parli si hansip, yang mengentoti si imut Landa dan si toket montok Indri secara membabi buta hingga pingsan. Sementara Tanty, tiap malam memeknya menjadi korban keganasan G30 S kontol Engkong yang biadab. Kamar mereka berempat, jadi selalu beraroma sperma, Hueek!, menjijikkan.
***
# Bad or Nice way Out?
Kira-kira beberapa bulan setelahnya… atas perkataan Landa yang masih terngiang-ngiang di kepalanya, ia coba mendatangi kembali kampusnya, sekaligus ingin tahu keadaan disana. Tanty sempat bertemu dengan beberapa teman dan dosen, hanya sekedar obrolan ringan saja.
Di atas anak tangga kampus, Tanty termenung. Bagaimana ia menyelesaikan kuliahnya. Rindu pada teman-temannya yang sudah lulus. Saat itulah datang seorang lelaki berusia 30an. Tanty menduga dia alumnus kampus, memang betul. Dengan mudah mereka cepat akrab karena pembicaraan nyambung ke masalah kuliah.
“Oo, jadi berhenti dulu karena biaya…” kata pria itu, Tanty mengangguk dan tersenyum manis. Berharap pria itu tertarik, hubungan semakin dekat bahkan jadi sepasang kekasih dimana ia akan menuntut uang kuliah dan sewa kost.
“Lantas, aktivitas kamu sekarang apa kalau sedang cuti?” tanya pria itu.
Tanty hanya, ‘Mmm…’, tak mampu ia menjawab. Masa-kan ia harus bilang jadi budak seks Engkong, mustahil.
“Sebenarnya aku tahu siapa kamu Tanty” kata pria itu membuat Tanty dag dig dug.
“Maksud mas?”.
“Yaa, aku punya banyak mata-mata di kampus ini. Aku tahu mana mahasiswa/i yang pintar, yang bodoh, yang malas, yang kaya, yang miskin, yang nge-drugs, yang pengedar, yang nggak sanggup bayar kuliah, yang suka godain dosen bahkan sampai yang jual diri jadi ayam kampus pun aku tahu” jawab pria itu dengan yakinnya.
“Ayam kampus?”.
“Iya, Ayam kampus…kelompok mahasiswi yang jual diri buat biaya hidup dan bayar uang kuliah”. Tanty terdiam.
“Organisasi ayam kampus itu, aku yang mengelola dan beberapa alumni”, Tanty semakin kaget dibuatnya, pria yang dibayanginya akan menjadi sosok penyelamat, kandas sudah.
“Makanya aku deketin kamu, karena sayang.. dengan potensi yang kamu miliki”.
Tanty berdiri, “Eh, sorry ya.. Gw bukan cewek rendahan kayak gitu tahu!” sahut Tanty menaikkan harga diri.
“Yakin? kan udah aku bilang aku tahu semuanya. Mulai dari keluargamu yang di Padang, sampai keadaan kamu sekarang yang tinggal sama Kakek cabul di kost Melati hehehe”, Tanty tersentak kaget karena pemuda itu tahu semua belang kartu, wajahnya merunduk malas menatap si pemuda dan perlahan kembali duduk.
“Gak usah malu, makanya aku datang mau kasih penawaran. Mau terus di Melati sampai tua, apa kamu ikut aku masuk perkumpulan Ayam Kampus, dimana disitu nge-sex tapi di bayar. Bisa buat hidup, bisa buat bayar kuliah, lebih punya masa depan!” hasut si pemuda. Tanty bimbang, mulutnya serasa rekat oleh lem, tak bisa keluar kata apa-apa.
“Ya tenang aja. Aku enggak minta jawaban langsung dari kamu, karena aku juga nggak maksa, cuma kasih solusi. Jadi ayam kampus bukan hal yang mudah juga, harus siap mental karena bakal ketemu banyak orang-orang mesum. Tapi, duitnya itu nggak sedikit lho yang pasti” bujuk si pemuda.
Tanty teringat akan perkataan Diaz, Inda dan Landa. Ia berpikir, apakah benar ini jalannya? sepertinya bukan jalan yang lurus. Tapi.. perkataan pria itu ada benarnya, jika terus bersama Engkong, ia tak akan bisa menamatkan kuliahnya, dan jadi sarjana sesuai cita-cita orang tuanya.
Dengan meneguhkan hati, Tanty berkata, “Oke mas, aku mau jadi anak asuh mas sebagai Ayam Kampus”.
“Kamu yakin?!”.
“Yakin mas, tawaran mas ada benernya, aku butuh uang”, si pemuda tersenyum. “Tapi sebelumnya aku mau tanya mas, boleh ?” tambah Tanty.
“Boleh…silahkan”.
“Perkumpulan mas khan rahasia, gimana kalau setelah keluar ada yang berkhianat ngasih tahu tempat Mas biar digrebek, misalkan?”.
“Selama ini sih belum pernah, kita aman-aman aja. Lagi kan seperti yang aku bilang, ini semua nggak ada paksaan. Jadi silahkan datang dan pergi, memang ada syaratnya juga”.
“Syaratnya apa ?”.
“Setidak-tidaknya masa pengabdian kamu 3 tahun, jadi misalkan kuliah kamu selesai dimana masa abdi kamu baru dua tahun. Ya.. kamu harus sabar dulu ikut dengan kita-kita setahun lagi”.
“Tapi habis itu boleh keluar dari perkumpulan?”.
“Boleh-lah, buat apa juga kita nahan? malah pelanggan selalu minta barang baru. Ayam kampus yang ngerasa udah usang justru sebal karena dapet saingan”.
“Gak ada yang dendam ngelaporin gitu?”.
“Gak ada tuh, lagi juga…kita punya pelindung. Kita punya bekingan Polisi sama ABRI, jadi dari siapa info itu kesebar, ya orang itu siap-siap aja hehe”. Tanty cukup takut mendengarnya.
“Tapi tenang aja..yang pasti, aku selaku pengelola selalu bertindak adil. Aku dan anak asuh selalu bagi rata, pelanggan tambah sewa tempat aja, malah tips juga buat si ayam kampus. Jadi, hubungan kita semuanya harmonis. Ada juga kok yang udah lebih dari 5 tahun dan tinggal permanent”. “Ada?”.
“Ada, rata-rata dari mereka.. memang ada yang udah nge-tek. Entah profil atau cara mereka memuaskan, yang pasti.. ada client yang nggak mau kalo nggak sama dia”. Pria itu kembali meyakinkan, Tanty diam berpikir.
“Gimana.. berubah pikiran?”.
“Nggak sih, terus.. mas tahu dari mana tentang kost-ku?”.
“O, tempo hari ada yang dari situ juga, makanya aku tahu. Sekarang orangnya udah lulus dan udah keluar perkumpulan. Naah, enak khan ?” bujuk si pemuda itu lagi, Tanty cukup kaget, ternyata ada yang belum diceritakan Diaz dkk di kost. Tapi Tanty pikir, masa bodohlah.
“Ya udah deh, tapi gimana ya mas…aku punya hutang bayar kost ber-bulan-bulan sama Engkong”.
“Sekarang juga aku lunasin ke tempat kamu, berapa?”.
“Tapi, aku jadi hutang ke mas dong?”.
“Ya gapapa, nanti aku potong aja dari fee kamu. Biasanya pembagian dapet 60 : 40, yang 40 kamu bayar aja setengah, kan masih ada uang tips buat kamu dari clien selain itu ok?”.
“Ok mas, aku setuju”. Tanty menyanggupi.
“Ok, kalo gitu…selamat datang di perkumpulan ayam kampus”, mereka berjabat tangan layaknya partner kerja. Hari itu juga, Tanty ditemani si pemuda misterius itu mendatangi Engkong untuk mengutarakan maksud dan tujuannya. Engkong tidak suka dengan pria itu, ini yang kedua kali ‘korban’nya direbut. Diaz, Indri dan Landa tetap memberi semangat ke Tanty apapun pilihannya.
-# #-
The Last Day…
Pagi itu, Tanty berniat pamit pada Engkong. Malam hari sebelumnya ia digarap Engkong habis-habisan. Terhadap Diaz, Indri dan Landa.. Tanty telah pamitan. Namun baru saja ia hendak mengetuk pintu kamar Engkong, terdengar suara samar-samar..
‘Aaah.. Aanggh.. Yesshh.. Yahhh”. Tanty pikir, pasti Engkong sedang ‘olah raga pagi’, entah itu dengan Diaz.. Indri atau Landa.
Tanty yang sudah terbiasa melihat pergumulan mereka, tanpa buang waktu membuka pintu. Ceklek!. Tanty melihat seorang gadis berkulit putih, lebih putih bahkan darinya dan Indri, rambutnya sebahu pendek. Jantung Tanty berdegup, gadis yang sedang di angkat naik turun dalam pelukan Engkong berdiri itu menoleh.. DINYY…?!!.
Kenapa…? Kok bisa?. Dalam terkesimanya Tanty, Engkong mengejek, “Non.. temennye enak banget!. Memeknye lebih harum dan legit, Huak hak hak haak”.
“Di… a.. apa-apaan kamu?” tanya Tanty dengan wajah tak percaya.
“Ahhh.. Taan.. sorry.. gua.. butuhh.. tempat.. kost.Aahhh… gratis” jawab Diny terengah-engah. Engkong terbahak-bahak dan jadi makin bersemangat mengentotinya.
Diny sempat bercerita, bahwa sepulangnya dia dari kamar Tanty waktu itu, ditengah jalan ia bertemu Beni yang sedang menuju kamarnya, jadi pikir Diny.. dengan Iqbal bukan.. dengan Beni bukan.. lalu siapa lagi?. Maka dari itu, Diny mendatangi Engkong untuk menanyakan kepastiannya, lalu.. memberikan ‘penawaran’ yang sama. Mendengar pernyataan Diny, Tanty hanya diam berdiri terpaku. Tapi ia pikir-pikir, sama saja. Diny memilih menjadi budak seks Kakek pemilik kost, dia jadi ayam kampus, yang tentunya budak seks orang juga, bukan suami tercinta.
“Oookkh…Oooookhh, enaknyaahh..”, tubuh tua Engkong bergetar meresapi kenikmatan, ejakulasi di memek Diny. Sesudah itu, Engkong sengaja merentang bibir vagina mungil Diny ke hadapan Tanty dengan bangga. “Lihat nih Non.. peju Engkong ada di memek temennya, heh heh heh heh”.
Baru saja Tanty terbelalak tak percaya melihat cairan putih kental memenuhi vagina sahabatnya, seseorang mencengkram lengannya dari belakang, “Kong, berarti sekarang yang ini boleh dipake’ kan?”.
“Boleh, entot aje sepuas lu.. sampe lecet kalo perlu!” sahut Engkong dendam.
Hansip yang bernama Parli itu langsung menelanjangi Tanty di tempat, dibantu Pak RT yang juga sudah lama ‘ngebet’ dengan Tanty. Sesuai janji, hampir seharian Tanty digarap Parli dengan gaya Doggy. Saking bergairahnya dia, Tanty sampai tergencet ke dinding disodok Parli dari belakang. “Mampus lu.. akhirnye.. bisa juga gue.. ngentot memek lu” geram Parli. Disambung Pak RT yang tak kalah birahinya, kemudian dua peronda yang di-informasikan Parli kalau ini hari terakhir Tanty, dan boleh ngentot dia sesukanya. Diny sebenarnya sempat ingin menolong, namun Engkong menahan dengan merengkuhnya, “Jangan ikut campur Non.. katenye mau nge-kost gratis disini hehehe” ujar Engkong sambil meremas-remas toket Diny yang kemudian dikenyotnya gemas. Diny pun akhirnya hanya menonton Tanty diperkosa ke-enakan di depannya.
Alhasil, Tanty baru keluar tempat kost malam hari. Kewanitaannya perih serasa lecet karena terus menerus digesek benda tumpul. Ke-empat bajingan itu tertawa menang, puas melampiaskan hasratnya yang sedari dulu tertunda.
Selamat tinggal Tanty, sahabatku.. semoga sukses slalu yach ^o^ (Diny Yusvita a.k.a Vita).
Naah.. cerita Tanty di kost-kostan berakhir disini. Akan disambung ke cerita berikutnya sebagai ayam kampus untuk cerita penutup Tanty di judul, ‘Seputih kasih semerah luka’.
SEKIAN
Oleh : Novy Andhiny Yusvita.