Singkat cerita, wanita tersebut ingin ketemu denganku di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Surabaya. Setelah beberapa saat aku duduk sambil meminum sofdrink yang aku pesan, seorang wanita sebaya berjalan menghampiri tempat dudukku.
“Dandy ya..?” sapa wanita tersebut.
“Iya, maaf anda siapa ya?” balasku bertanya.
“Namaku Ambar” kata wanita itu mengenal diri.
“Silahkan duduk Mbak” kataku mempersilahkan wanita tersebut duduk.
Setelah memesan minuman American float, kami berdua terhanyut dalam obrolan-obrolan yang terkadang membuat kami tertawa bersama. Umur 33 tahun tidak memperlihatkan tubuh Ambar mengendur sedikitpun. Tubuh Ambar memang tidak seberapa tinggi, perkiraan aku 165/50. Bibirnya yang sedikit sensual dan dipadu wajahnya yang manis, membuat wanita tersebut kelihatan lebih dewasa. Pinggulnya yang indah dengan style bagaikan gitar spanyol, membuat nafasku naik turun tidak beraturan. Tonjolan bongkahan daging kembar di dadanya yang menurut tebakanku berukuran 34, semakin memperlihatkan sempurnanya wanita tersbut.
Mbak Ambar |
“Dandy, kenapa kok bengong?” tanya Ambar.
“Ngg.. nggak kok Mbak, aku cuman terpana aja dengan Mbak” godaku
“Akh kamu bikin aku GR saja” katanya tersenyum.
“Oya Mbak kemarin kok bisa langsung PV nickname aku?” tanyaku.
“Iya ada seseorang yang kasih nickname kamu, kata temanku kamu orangnya asyik aja” jelas Ambar.
“Emang siapa sih Mbak nama teman nya?” tanyaku selidik.
“Sudah deh Dandy, maaf aku nggak bisa kasih namanya. Yang penting aku sudah ketemu kamu sekarang” kata Ambar menjelaskan.
Kami berdua cerita tentang kehidupan kita masing-masing, dan ternyata Ambar termasuk single parent. Itu karena beberapa tahun yang lalu, suaminya pergi entah kemana. Dengan wajah yang sedikit suram, Ambar menceritakan kisahnya sampai dia harus bercerai dengan suaminya.
Ada guratan kesedihan yang nampak jelas diwajahnya, aku seperti tersihir dengan ceritanya. Sehingga membuat aku sering menarik nafas panjang. Ambar menceritakan kalau di Surabaya ini tinggal dengan kakak perempuannya. Sebut saja kota pinggiran kota Surabaya tinggalnya.
Hampir 1 jam penuh kami ngobrol tanpa terasa, sampai akhirnya aku menawarkan untuk mengakhiri pertemuan tersebut.
“Ambar, sudah malam nih” kataku
“Iya” jawabnya lirih.
“Mas, aku dianter pulang ya?” pinta Ambar.
“Oke, tapi mobilku jelek lho” kataku merendah.
“Jelek-jelek kan beli sendiri, lagian aku butuh orangnya kok” goda Ambar.
‘DEG’ jantungku terasa berhenti seketika walaupun dengan secepat itu pula aku berusaha mengontrol keadaan diriku yang mulai ngeres. Aku berusaha menerjemahkan apa arti sebenernya perkataan Ambar tersebut. Betapa bahagianya diriku jika memang dia mau kencan denganku. Seiring obrolan yang sedikit membuat nafasku sesak, kami berdua suadah berada dalam mobil dan segera meluncur untuk mengantar Ambar. 45 menit kemudian, kami sudah berada di sebuah rumah yang tidak sebegitu besar tetapi view nya sangat mengagumkan.
“Dandy, mampir dulu ya?” ajak Ambar.
“Aduh maaf deh, sepertinya ini sudah malam” kataku.
“Sebentar aja, sekalian aku buatin kopi” pinta Ambar menggebu.
Tangannya yang lentik menarikku supaya turun dari mobil dan akhirnya aku memarkir mobilku di depan rumahnya. Ketika aku masuk ruang tamu, bau semerbak bunga sedap malam menyengat hidungku dan menambah suasana romantis.
“Dandy, silahkan diminum,” kata Ambar.
“Iy–iya..” jawabku gugup.
Entah berapa lama aku menikmati suasana sekeliling, karena tanpa terasa Ambar sudah membawa 2 buah cangkir yang berisi kopi dan teh. Aku langsung meminum kopi hangat yang sudah dihidangkan Ambar.
“Mmm, kok sepi memang kakak kamu dimana?” tanyaku.
“Nggak tahu tuh Dandy, mungkin lagi keluar” jawab Ambar.
Malam itu memang Ambar kelihatan sangat menggairahkan, dengan u can see warna cream dipadu dengan rok mini warna merah muda membuat kakinya yang jenjang semakin nampak indah. Sesekali aku melirik pahanya yang putih mulus sehingga membuat ‘adik kecilku’ mulai berontak.
“Dan, kenapa kok bengong?” tanya Ambar mengagetkan lamunanku.
“Tidak apa-apa kok” kataku.
“Dany, aku mau tanya sesuatu boleh nggak?” tanya Ambar.
“Silahkan Mbak” jawabku.
“Mmm, kata temanku kamu sering menulis pengalaman sex kamu di internet ya?” tanyanya.
“Iy–iya sih Mbak” jawabku dengan wajah memerah.
“Terus apa yang kamu ceritakan itu benar kisah nyata kamu?” tanyanya kembali.
“Iya Mbak, aku sengaja tuangkan di situs itu karena aku belum menemukan sosok yang pas buat aku ajak share tentang masalah sex,” jelasku.
“Apa istri kamu tahu?” tanya menyelidik.
“Ya pasti nggaklah Mbak” jawabku.
“Aku sudah baca semua karya tulis kamu dan aku tertarik dengan style kamu saat bercinta dengan wanita setengah baya. Sepertinya kamu perfect banget dalam urusan yang satu itu” puji Ambar.
“Akh, biasa aja kok Mbak.. ” jawabku datar.
Kami membicarakan hal-hal mengenai sex dengan jelas dan terbuka, sehingga tanpa terasa jam sudah menunjukkan pk.20.30 malam.
“Mbak sudah malam nih, aku mau pulang dulu ya?” pintaku.
“Iya deh dan tapi.. ” Ambar tidak meneruskan pembicaraanya.
Ambar langsung berdiri dan menghadap tepat di depan wajahku dan sesaat kemudian Ambar sudah berada diatas pangkuanku.
“Dandy, aku ingin bukti kehebatan kamu dalam bercinta” pintanya.
“Mbak nanti ada orang.. ” jawabku ragu
Tanpa bisa meneruskan rasa kekhawatiranku, bibir Ambar langsung menyumbat bibirku. Tangannya melingkar di leherku sehingga lumatan bibir Ambar seakan menyesakkan nafasku. Kami berdua saling melumat dan mengadu lidah, sehingga lambat tapi pasti birahiku mulai terusik untuk bangkit. Rok mini Ambar yang tadinya rapi, sekarang sudah terangkat ke atas. Celana berenda warna pink semakin menambah kesempurnaan pinggul Ambar. U can see cream Ambar sudah terlepas semua kancingnya sehingga bra nya yang berwarna pink nampak jelas dihadapanku.
Sesekali tubuhnya meliuk-liuk diatas pangkuanku, seakan-akan memberikan indikasi bahwa dia sudah mulai gatal.
Sesaat kemudian Ambar berdiri dan mengkangkangi wajahku, naluriku segera menggerakan wajahku untuk medekati selangkangannya. Bibirku yang sudah mulai nakal, menjilati lutut, paha dan sampailah di tengah selangkangan Ambar. Aku melihat CD warna pink yang tadinya masih bersih, sudah mulai banjir dengan lendir yang membasahi permukaan nonoknya.
“Ohhk.. Dandy.. teruss..” desah Ambar.
Dengan lihai, tanganku yang kiri mendorong pantat Ambar supaya lebih maju dan tangan kiriku menyibak CD yang dikenakan Ambar. Lidahku dengan mudah mendarat pada lubang nonok Ambar yang tampak rimbun ditutupi oleh rambut-rambut kemaluan yang hitam pekat. Bagaikan menjilat es cream, aku semakin berani mengoyak nonoknya dengan lidahku.
“Aoowww.. Daannddyy.. nikmat sekali sayaangg” desah Ambar.
“Dannddy.. aku.. keeluuarr.. aaakhh” Ambar mendesah panjang dan bersamaan dengan rintihan tersebut, cairan hangat keluar dari lubang nonoknya. Dengan liarnya aku segera menjilati seluruh cairan birahi yang meleleh itu, dan aku segera berdiri dari tempat dudukku semula.
Hanya dengan menyibak rok Ambar, aku membimbing tubuh Ambar untuk setengah menunduk. Tangannya menopang tubuhnya pada sandaran tempat duduk. Sedetik kemudian aku sudah mengeluarkan batang kontolku, hanya aku buka resletingku, kontolku sudah berdiri tegak keluar. Ambar hanya menunduk pasrah dengan apa yang akan aku lakukan. Tanganku segera melorotkan CD Ambar sampai sebatas lutut, aku segera menggesek-gesekan kepala kontolku pada lubang Ambar.
“Uggh.. Danddy.. gelii.. ” rintih Ambar.
“Sudah sayang.. masukkan.. aku nggak tahan.. please” pinta Ambar.
Setelah berkata demikian, Ammbar segera menekan pinggulnya sehingga batang kontolku mulai mengoyal bibir nonoknya.
“Aooaa.. beesaarr seekali Danddy..” kata Ambar.
Hanya sekali tekan saja, seluruh batang kemaluanku sudah terbenam dalam lubang nonoknya, kedua tanganku menahan pinggul Ambar agar mengikuti iramaku.
Aku sengaja tidak menggerakkan keluar masuk kontolku, akan tetapi aku menggoyang pinggulku. Gerakan berputar membuat Ambar menggerinjang hebat. Dengan santainya aku memainkan gejolak birahinya, sehingga beberapa saat kemudian tangan Ambar yang pertamnya menopang tubuhnya pada sandaran tempat duduk, sekarang berganti menekan pantatku untuk tidak melepaskan kontolku saat Ambar mencapai orgasme yang kedua.
“Dan.. teruuss.. jangann berhenti saayanng..” rintih Ambar.
Mendengar rintihan Ambar dan gelagat akan orgasmenya Ambar, aku segera menggoyang cepat pinggulku dan sesekali menekan dalam kontolku pada lubang kewanitaanya.
“Amppunn.. kkaamuu.. memang.. hheebbaatt..” rintih Ambar.
Beberapa saat kemudian.
“Danddyy.. aakuu nggak tahann.. oookkhh.. teruss.. sayang.. Danddyy..” Ambar merintih panjang saat aku merasakan cairan hangat membasahi batang kontolku dan jujur saja hal itu membuat birahiku mendekati pucaknya..
“Ccreekk.. Crekk.. Creekk.. ” suara batang kontolku keluar masuk pada lubang nonoknya yang sudah membanjir.
Tubuh Ambar tidak lagi menunduk, tubuh kamu berdiri berbelakangan. Tanganku menggapit perut Ambar dari belakang, pantat Ambar yang sexy menjorok kebelakang dan mendempet sepenuhnya dengan perutku. Tangan Ambar memainkan kedua belah payudaranya, posisi ini memudahkan aku untuk melakukan ‘tusukan-tusukan’ kontolku yang lebih mentok dalam lubang nonoknya.
“Mbaak.. aku.. mau.. keluar..” rintihku.
“Iyaa.. Danndydyy akuu jugaa maau laagii..” rintih Ambar.
“Mbaak.. kita keluarr.. barengg..” kataku.
“Iyaa.. sayangg.. oookkhh” Ambar semakin panjang rintihannya.
Gerakan kami semakin cepat dan tanpa sadar kami melakukannya di ruang tamu rumah Ambar. Batang kontolku semakin senut-senut menahan semburan pejuku yang sudah berada di ujung kontolku.
“Daanddydy.. aku.. kkeell.. uuuaarr aakhh” rintih Ambbar.
“Iyaa.. aaku juggaa Mbaakk.. ” rintihku panjang.
“Aakkhh.. ” kami berdua merintih panjang saat semburan pejuku dalam nonok Ambar.
“Crrutt.. Crut.. Crut.. Crutt.. ” entah berapa kali semburan pejuku muncrat dalam nonok Ambar. Dan disaat aku masih menikmati sisa-sisa kenikmatan persetubuhan tersebut, Ambar seketika merubah posisinya dan duduk. Wajahnya tepat di depan batang kontolku yang masih mengencang.
“Mmm.. ” bibirnya yang mungil segera melumat batang kontolku. Lidahnya menjilati sisa-sisa tetesan peju yang keluar dari ujung kontolku.
“AAkkh.. Mbaakk.. nikmat sekali.. ” rintihku.
Batang kontolku ditelan habis oleh mulut Ammbar yang sensual, hal itu membuat aku semakin terbang saja dan sedikit demi sedikit kontolku mulai melembek dan ‘tidur’ seperti semula.
“Ihh Dandy, punya kamu memang luar biasa. Apa yang selama ini hanya aku dengar dari teman-teman, sekarang aku sudah buktikan” puji Ambar.
Aku hanya menengadahkan wajahku ke atas langit-langit karena sambil memuji Ambar masih saja mengulum, mengocok dan menjilati kontolku. Dentangan jam dinding berbunyi sepuluh kali, aku segera membenahi pakaianku yang amburadul.
“Mbak sudah malam nih, aku mau balik dulu?” kataku.
“Muuacchh..” Ambar mengecup kontolku dan kembali memasukkan kontolku dalam CD, serta merapikan celanaku.
Ambar bangkit dari duduknya dan berhadapan dengan tubuhku, tangannya merangkul leherku.
“Dandy.. ma kasih ya kamu telah memberikan kepuasan untukku” kata Ambar.
“Sama-sama Mbak.. ” kataku lirih.
“Kapan-kapan bisa kan kita ulangi lagi?” tanya Ambar.
“Bisa Mbak, atur aja waktunya” jawabku pasti.
Bersamaan dengan itu bibir Ambar melumat bibirku, 5 menit lamanya Ambar melumat bibirku. Setelah kecupan romantis tersebut, aku segera beranjak menuju mobil starletku. Sambil kembali memandang Ambar yang berdiri di depan pintu melambaikan tangannya, aku segera menekan gas mobilku untuk meninggalkan rumah wanita tersebut.
Malam itu benar-benar membuat aku tidak bisa melupakan dengan apa yang aku alami, Ambar seorang wanita yang anggun ternyata bisa takluk di atas ranjang oleh keperkasaanku.