Fall of the Princess 2: Siti Nurhaliza


Siti Nurhaliza


Terdiam, antara ketakutan dan rasa sakit yang mendera tubuhnya, Siti Nurhaliza mulai menggeliat. Teror yang dialaminya sepanjang malam membuatnya nyaris tidak bisa berbuat apa-apa. Pikirannya kosong seperti ruangan yang saat ini ditempatinya. Ruangan itu kosong, hanya ada sebuah ranjang tua dari besi, disitulah Siti Nurhaliza sekarang terbaring. Tubuh mulusnya yang menjadi impian liar banyak pria sekarang hanya terbungkus sehelai baju yang sudah acak-acakan seperti tidak niat dipakaikan pada tubuhnya sehingga dengan jelas memperlihatkan sepasang paha dan betis putih yang elok, padat dan sempurna. Mata indah sang biduan itu sekarang terlihat sembab karena banyak mengeluarkan air mata, meski tidak memudarkan kecantikannya barang sedikitpun. Sambil terisak Siti mencoba berdiri. Tubuhnya terasa begitu letih seperti baru saja berlari sejauh ribuan kilometer. Rasanya begitu lama, meskipun baru semalam dia menjalani kehidupannya yang sama sekali baru, kehidupan yang telah membawanya ke lembah paling hina bagi seorang wanita. Kehidupan seolah sudah terjungkir bagi Siti, dari seorang selebritis yang dikagumi dan dihormati banyak orang menjadi seorang wanita yag nyaris tidak punya harga diri lagi. Padahal baru beberapa hari yang lalu dia menikmati bulan madunya berdama Sang Datuk. Tapi siapa yang menyangka perjalanan itu justru menjadi akhir bagi kehidupannya selaku selebritis dan menjadi awal malapetaka yang tidak berkesudahan. Masih diingatnya dengan jelas saat suaminya menghendaki mereka berlibur menggunakan kapal pesiar pribadi di seputar perairan Laut Cina Selatan. Perjalanannya berjalan lancar. Siti begitu menikmati pengalaman barunya bepergian ke laut lepas dengan akomodasi mewah. Suaminya yang kaya memang terlihat memanjakan Siti. Akan tetapi dalam dua hari, segalanya tiba-tiba berbalik. Awan hitam gelap berputar-putar dengan cepat dari arah depan dan bergerak dengan kecepatan tinggi mendekati kapal mereka. Dlam sekejap cuaca yang tadinya cerah berubah menjadi gelap. Badai datang tanpa diduga sebelumnya. Pengawas pantai yang selama ini menjadi pemandupun tidak pernah memperkirakan ini. Seolah badai ini adalah sebuah pertanda akan terjadinya peristiwa besar. Kapal Siti terombang-ambing ibarat sepotong sabun di dalam mesin cuci. Kekuatan alam itu dengan cepat menyeret kapal pesiar itu menjauhi garis batas perairan Malaysia. Mereka terombang-ambing memasuki perairan yang sama sekali asing. Tanpa bantuan, sendirian. Putus komunikasi dari manapun. Ibaratnya sekarang mereka adalah orang yang tidak pernah eksis.

“Macam mana ini Pak Besar?” Siti bertanya pada suaminya dengan gugup. Cuaca yang gelap membuat segalanya jadi buram. Datuk K hanya menggeleng, dia sendiri sudah buntu menghadapi fenomena alam yang datang secara tiba-tiba. Tapi belum lagi Datuk K memberikan jawaban, tiba tiba intercom berdering.
“Tuan, ada sebuah kapal mendekat!” teriak suara dari ujung intercom.
“Kapal?” Datuk K terkejut. Dia tidak pernah berpikir ada kapal yang berani menembus badai seperti ini. Sebelum sempat menjawab, tiba-tiba sebuah guncangan yang mengiringi suara benturan keras mengguncang kapal pesiar. Siti dan Datuk K terlempar ke lantai. Seketika mereka melihat ke arah jendela. Sebuah benda hitam besar yang mirip lunas kapal membelah sebagian lantai kapal pesiar mereka dan mendorongnya dengan gila-gilaan, sekali lagi keduanya terlempar dan jatuh terlentang. Saat itulah terengar suara gedebukan seperti suara benda jatuh. Sosok-sosok bayangan hitam mulai bergerak mendekat.
“DUAR!” terdengar suara gedoran disertai serentetan tembakan dan teriakan. Suasana seketika berubah menjadi kacau. Siti menjerit ketakutan. Seumur hidupnya belum pernah dia mengalami kejadian ini. Dia beringsut mundur tepat ketika sebuah gedoran keras mengguncang pintu kompartemen mereka. Dua kali gedoran membuat pintu kompartemen yang terbuat dari kayu itu berantakan. Sosok-sosok bayangan hitam bergerak dalam keremangan. Suara bising segera memenuhi kompartemen.
“Jangan!”Terdengar suara Datuk K. “Siti! Cepat pergi! Cepat Pergi!”
“Diam!” terdengar suara berat membentak diiringi suara gedebuk keras. Siti yang bersembunyi di balik meja tidak berani melihat apa yang terjadi. Dia hanya bisa menangis ketakutan. Dia tahu sekarang bayangan yang bergerak tadi jelas tidak bermaksud baik.
“Jangan!” teriakan Datuk K terdengar seperti tersumbat sesuatu. Siti mendengar beberapa orang tertawa sambil mengeluarkan serentetan kata-kata, yang Siti yakin adalah kata-kata makian, dalam bahasa Cina.
Tiba-tiba Siti merasakan sebuah cengkeraman menjambak rambutnya dan menyentaknya ke atas. Siti menjerit kesakitan sambil meronta. Sebuah tangan kokoh mencengkeram rambutnya. Sosok seram sekarang sudah berdiri di hadapannya. Sosok itu tinggi besar dengan wajah kasar dan hitam. Cambang dan kumisnya tebal melintang dengan beberapa bekas luka di wajahnya. Matanya merah seperti orang mabuk.

“Jangan..!” Jangan pengapakan Siti! Ampun Pakcik!” Siti meronta sambil menjerit ketakutan. Dari sudut matanya mulai menggenang air mata yang perlahan bergulir membasahi pipinya yang mulus. Beberapa anak buah Pria itu menatap Siti dengan tatapan lapar. Siti merasa seolah mereka sedang memindai setiap jengkal kulit tubuhnya. Salah satu dari mereka berbisik pada pimpinannya. Sesaat mereka bicara dalam bahasa yang tidak Siti pahami.
“Astaga..” itu suara pertama yang didengar Siti dari Pria yang mencengkeram rambutnya.
“Aku tahu siapa kamu ini..” Ujar pria hitam besar itu sambil tertawa seram. “Siti Nurhaliza, benar kan..?”
Beberapa orang yang bersama pria itu ikut tertawa, senang, seperti mendapatkan sesuatu yang sudah lama mereka inginkan.
 Siti mencoba memalingkan wajahnya saat pria itu bicara. Bau mulutnya menebarkan uap alkohol yang menguar kuat.
“Hari yang hebat rupanya...” Kata pria itu lagi. “Kita dapat tamu penanyi terkenal..”
Siti mencoba meronta sekali lagi, tapi sentakan kuat pada rambutnya menghentikan usahanya.
“Jangan melawan Sayangku.. atau kamu mau seperti dia?” bentak pria hitam besar itu sambil menunjuk ke arah Datuk K yang sudah terkapar di tanah. Siti menjerit ngeri melihat keadaaan Datuk K yang lemah. Beberapa orang, yang Siti tahu adalah anak buah si pria hitam besar, terlihat mengerubungi Datuk K.
“Jangan sakiti dia! Please.. Jangan..” Siti memohon dengan suara memelas.
“Tak akan..Kecuali kalau kalian coba-coba berbuat sesuatu yang tak kusuka,” kata si Pria hitam besar lagi.
“Ampun Pakcik.. Siti tak akan coba lakukan itu.. ampuni Siti Pakcik..” Siti memohon. Air matanya makin deras mengalir.
“Jadi kamu nak menurut padaku?” tanya si Pria lembut, meski tetap saja menyeramkan.
Siti hanya mengangguk pelan seolah pasrah dan tidak punya daya untuk melawan.
Pria hitam besar itu tertawa, suaranya menggema. Tiba-tiba Siti merasa ini adalah akhir dari kehidupannya.

***

Siti hanya bisa duduk sambil memeluk lututnya. Matanya sembab akibat terllau banyak menangis. Air matanya seolah sudah kering. Tubuh dan jiwanya begitu letih mengalami bermacam kejadian menyeramkan yang baru saja diterimanya. Dia berada di dalam sebuah ruangan yang lembab berukuran sedang, sekitar 3 kali 3 meter, dindingnya terbuat dari kayu masif, sedangkan lantainya terbuat dari papan kayu tebal dilapisi sejenis bulu binatang. Bau kain tua segera tercium di hidung Siti . Dia kemudian menyadari kalau dirinya terbaring di atas sebuah ranjang kayu kasar yang dilapisi kasur usang berupa lapisan-lapisan kain tua yang disusun secara rapi. Ranjang berukuran double itu terletak di tengah ruangan, berhimpitan dengan dinding. Tepat di atas ranjang terdapat sebuah jendela besar berteralis baja tanpa daun jendela, hanya ditutupi tirai usang yang terbuka sampai setengahnya, membuat cahaya matahari yang mulai tenggelam leluasa masuk. Sebuah meja dan kursi sederhana yang juga terbuat dari kayu masif terletak di sudut kiri ruangan.
Kebingungan Siti terbuyarkan oleh suara derit pintu kayu berat yang terbuka ke arah dalam. Siti serentak menoleh ke arah pintu yang tepat berada di depannya. Dilihatnya sosok pria tinggi besar memasuki ruangan. Pria yang menculiknya. hanya memakai celana panjang dengan pistol terselip di pinggangnya. Pria itu mendekati Siti dan menatapnya dengan tatapan liar. Siti merasa seolah tatapan itu siap menelannya hidup-hidup.
“Benar-benar perempuan yang cantik. “Pria itu berujar dengan suara berat. “Namaku Johan, aku adalah pemimpin tertinggi di sini,”katanya memperkenalkan diri. Siti tidak mempedulikan ucapan pria bernama Johan itu.
“Siti memang benar-benar sangat cantik.“ kata Johan. “Sudah lama saya ingin bertemu dengan Siti, Diva paling popular di Asia tenggara ini”
Siti tercekat mendengar ucapan Johan. Artinya Johan tidak buta informasi.
“Kenapa kamu menculik Siti? Apa salah Siti padamu?” Siti memberanikan diri bicara meskipun diiringi dengan isak tangis. Johan tersenyum, dingin.
“Tidak ada salah Siti padaku, “jawabnya. Johan mendekati Siti, Siti langsung beranjak mundur tapi Johan memojokkan dia sampai merapat ke dinding. Wajahnya berada sangat dekat dengan wajah Siti.
“Mana Datuk..? Di mana suami Siti..?” tanya Siti di tengah ketakutannya. Johan tersenyum menghina.
“Jadi Datuk itu suamimu..?” tanya Johan sinis. “Astaga, siapa sangka wanita secantik Siti mau dijadikan istrinya..”

“Di mana suami Siti?” Siti berteriak mengejutkan, bahakan Siti sendiri kaget oleh suaranya, meskipun beberapa saat kemudian Siti menjadi ketakutan.
“Dia sejauh ini tidak apa-apa.. atau kita anggap saja begitu,” kata Johan dingin. “Tapi dia akan menjadi sangat menderita tentu saja, kalau Siti tidak mau bekerja sama denganku.”
Siti tercekat mendengar perkataan Johan.
“Apa maksud kamu?” tanya Siti di sela ketakutannya.
“Yah..” Johan tersenyum. “Nasib suami Siti sekarang berada di tangan Siti sendiri. Kalau Siti menurut, maka semuanya akan baik-baik saja.”
Siti bergidik mendengar ucapan itu, diucapkan dengan nada tidak senonoh.
 “Dan Siti tahu, sudah lama sekali saya tidak merasakan kehangatan wanita, apalagi yang secantik Siti...” kata Johan.
Siti langsung lemas mendengar ucapan itu. Dirinya tidak dapat membayangkan akan diperkosa oleh pria seperti Johan. Dia bergidik ngeri membayangkan bila Johan menggagahinya.
" Jangan Pakcik... Jika tidak Siti akan teriak..." jawab Siti sambil menutupi bagian dadanya yang menonjol.
"Ayolah Siti..... Jangan marah begitu... Silakan berteriak sekerasnya... Tidak ada yang akan menolong Siti di sini..." jawab Johan sambil mendekat ke arah Siti.
”Polis akan mencari Siti, merka tahu kemana Siti pergi..!” kata Siti mencoba menakut-nakuti. Tapi johan tidak terpengaruh sedikitpun.
”Polis..??” Johan tertawa dengan nada menghina. ”Mereka tidak akan mencari siapapun, kecuali bangkai kapal kalian, karena kami sudah menenggelamkannya.”
Siti terkejut mendengarnya, seolah tak percaya dia menggeleng.
”Tak mungkin! Mereka akan mencari!” Siti berteriak panik.
”Hehehehe..” Johan terkekeh. ”Silakan saja Siti bilang begitu, tapi Siti tahu kan, di sini jauh dari manapun.. Siti bahkan bisa dianggap sudah tidak ada lagi..”
Siti terpucat mendengarnya, dia tahu kata-kata Johan mengandung kebenaran. Tapi dia bertahan dan mundur dan terus berusaha menghindari Johan. Keringat dinginnya muncul meskipun saat itu cuaca dingin dan hujan. Keringatnya keluar karena menyadari akan bahaya yang segera ia hadapi. Namun Johan pun terus mendesak penyanyi cantik itu ke pinggir ranjang.
"Jangan... Pakcik.. Saya mohon!... Jangan sentuh Siti...." Siti memohon pada perompak itu.
"Ingat Siti, keselamatan suami Siti tergantung pada Siti sendiri,” Johan mulai melancarkan ancaman. ”Apa Siti mau ketemu lagi dengan suami Siti?" tanya Johan. Siti langsung terdiam. Kalimat itu adalah vonis mati baginya. Dia tahu dirinya sekarang sudah sepenuhnya ada dalam kekuasaan Johan.

Jangan Pakcik.. jangan lakukan itu pada Siti.. ampuni Siti Pakcik..” ujar Siti sambil tersedu, dia tidak rela tubuhnya dijamah oleh laki-laki jahat itu, dia tidak rela kehormatannya dirampas oleh perompak brutal seperti Johan. Tapi segala permohonan Siti sia-sia, bahkan tangisan Siti ibarat nanyian menggoda yang makin meningkatkan nafsu Johan. Segala permohonan Siti tidak digubris. Johan terus mendesak Siti hingga berhasil ia rangkul. Saat-saat yang menegangkan itu pun lalu berjalan sesuai rencana Johan. Ia lalu meraih tangan Siti dan membawa Siti ke arah tubuhnya untuk dipeluknya. Siti terpaksa menurut karena tak bisa melawan. Dalam pelukan perompak brewok itu, Siti menangis karena bencana yang ia alami. Lalu Johan meraih dagu Siti dan mengulum bibirnya yang kecil mungil. Siti berusaha mengatupkan bibirnya agar tidak bisa dikulum si perompak brewok. Namun segala upayanya sia-sia. Johan mendekap tubuh Siti begitu eratnya. Secara spontan, wanita itu pun berusaha melepaskan dirinya. Apa daya, rontaan tubuh Siti di dalam pelukan perompak itu malah semakin memberikan kenikmatan pada perompak itu dan menaikkan birahinya. Johanpun berhasil mengulum dan membelit lidah Siti. Siti pasrah dan berusaha melepaskan belitan lidah si brewok. Siti merasa sangat jijik dan terus berusaha melepaskan diri dari betotan tubuh si pria. Ia harus menahan bau tubuh si pria dan kasarnya tangan-tangan si pria yang terus berusaha memilin dan meremas payudaranya yang masih terbungkus baju. Namun apalah daya seorang wanita yang lemah di samping ia pun sudah lemah secara psikis karena suaminya menghilang ditambah beban mental menghadapi upaya perkosaan terhadap dirinya.
Siti hanya bisa menangis sesenggukan. Ia tidak rela diperkosa dan dicemari       rahimnya oleh laki-laki laknat itu. Ingin rasanya ia bunuh diri saat itu juga.... namun alam bawah sadarnya masih mengingatkannya untuk tidak melakukan hal tercela itu.
Siti mencoba meronta dan berusaha untuk tetap sadar tapi sentuhan demi sentuhan Johan membuatnya terhanyut. Tanpa sadar Siti mulai mendesah merasakan kenikmatan sentuhan Johan. Johan makin buas. Dengan paksa dirobeknya baju Siti dan dibuangnya baju itu sehingga sekarang tubuh bagian atas Siti hanya ditutupi oleh BH berwarna putih transparan. Payudaranya yang putih mulus terlihat mencuat menantang. Johan menelipkan tangannya yang besar ke dalam mangkuk BH Siti dan mulai meremas-remas payudara Siti. Siti merasakan sebuah sensasi yang sangat hebat melanda tubuhnya, sesuatu yang belum pernah dia alami sebelumnya bahkan di saat bersama dengan suaminya sekalipun.

Johan makin buas, dia segera merobek BH Siti sehingga payudara Siti yang mulus dan montok itu sekarang telanjang. Bentuknya sangat bagus dan masih kenyal dengan puting susu yang merah segar. Tidak sabar Johan mulai meremas-remas dan menjilati payudara Siti , lalu bibir Johan berganti-ganti melumat dan mengulum puting susu Siti . Siti mengejang mendapat perlakuan itu. Kesadarannya mulai hilang, dirinya sekarang sudah dikuasai oleh dorongan seks yang makin kuat, karena itu dia diam saja saat Johan mulai melepas celananya. Maka di hadapan Johan sekarang tampak sepasang paha yang panjang dan mulus yang berakhir pada celana dalam putih berenda. Lalu dengan kasar Johan menarik celana dalam Siti sampai lepas. Dan Siti sekarang benar-benar sempurna telanjang bulat di depan Johan. Johan memandangi kemulusan tubuh telanjang Siti  dengan takjub.
“Ohh.. tidak saya sangka ternyata Siti lebih cantik jika ditelanjangi seperti ini,“ kata Johan dangan deru nafas memburu.
Lalu Johan mulai menelusuri sekujur tubuh telanjang Siti dengan bibir dan tangannya. Bibir Siti yang merah segar tidak henti-hentinya dilumat oleh Johan sementara tangan Johan tidak berhenti menggerayangi dan meremas payudara Siti. Siti hanya bisa pasrah dikerjai oleh Johan. Johan lalu menjilati bagian perut Siti yang rata dan licin. Kemudian dia membuka paha Siti lebar-lebar hingga terkuaklah liang vagina Siti yang licin tak berbulu. Rupanya Siti secara rutin selelu mencukur rumbut kemaluannya. Johan perlahan mendekatkan wajahnya pada vagina Siti, lalu dengan menggunakan bibir dan lidahnya Johan mulai menjliati vagina Siti . Dan jari-jari tangan Johan perlahan mulai mengorek-korek vagina Siti . Siti langsung mengejang ketika vaginanya dikerjai oleh Johan. Dirangsang sedemikian rupa membuat pertahanan Siti akhirnya runtuh apalagi ditambah pengaruh minuman tradisional yang tadi diminumnya.
“Oohhh... aahhh... oohhhh .... aahssss... ehhsss...” Tanpa sadar Siti mulai mendesah merasakan kenikmatan. Johan mengetahui Siti mulai terangsang makin buas menggeluti tubuh yang putih mulus itu. Dia mengangkangkan kaki Siti dan membenamkan wajahnya ke vagina Siti . Bibir dan lidahnya terus-menerus mengorek liang kemaluan Siti, sementara tangannya yang kekar dan berbulu meremas-remas payudara mulus Siti. Tak tahan lagi Siti akhirnya mengalami orgasme, tubuhnya mengejang sesaat sebelum akhirnya melemas lagi, dari vaginanya mengucur cairan bening kewanitaan. Johan segera menelan cairan vagina Siti dengan buas sambil menjilati sekitar kemaluan Siti karena berdasarkan keyakinannya, keperkasaan pria akan bertambah jika dia bisa meminum cairan vagina dari perempuan yang akan dia setubuhi.

Siti terbaring terengah-engah di ranjang, dia baru saja mengalami orgasme yang luar biasa, tubuhnya yang putih mulus sampai berkeringat padahal udara teramat dingin. Johan memandangi tubuh yang mulus itu dengan tatapan buas, matanya menatap ke arah payudara Siti yang naik turun, begitu putih mulus. Dia lalu mendekati Siti yang terbaring pasrah di ranjang. Perlahan dia melepaskan celana yang dia pakai dan seketika penisnya yang hitam dan berukuran besar mencuat di depan wajah Siti. Siti yang dalam keadaan terangsang hanya memandangi penis itu. Penis itu berukuran besar, panjangnya mungkin sekitar 20 senti dengan diameter empat atau lima senti.
Johan lalu menaiki ranjang kayu itu. Dengan kedua tangannya, dibukanya kedua kaki Siti sehingga terbuka mengangkang. Perompak itu menempati posisi di tengah, di antara kedua kaki Siti. Kini Siti bisa melihat dengan jelas tubuh Johan yang kekar, liat dan legam terbakar matahari. Berbagai macam tato menghiasi sekujur tubuhnya  mulai dari pinggang hingga pangkal lengannya. Kini di atas ranjang dua tubuh telanjang berlainan jenis telah siap melakukan persetubuhan. Yang wanita adalah Siti Nurhaliza, seorang penyanyi ternama yang kini terbaring tak berdaya setelah diculik. dengan tubuh yang langsing, kulit putih mulus dan wajah cantik rupawan. Sedangkan si pria di atasnya yang siap menyetubuhinya adalah seorang perompak brewok dengan tubuh hitam kekar penuh dengan bekas luka dan tato. Perlahan-lahan, Johan lalu menaikkan kedua kaki Siti yang masih mengangkang sehingga melingkari pinggulnya yang legam dan kekar. Siti melihat kedua pahanya kini mengapit tato menghiasi bagian perut Johan. Kemudian Johan menggosok-gosokkan penisnya ke kemaluan Siti. Lambat laun batang itu pun tumbuh semakin mengeras dan tegak. Siti merasakan kemaluan Johan yang  menyentuhi kemaluannya. Setelah penis Johan mengeras sepenuhnya, perompak itu lalu mengarahkan kemaluannya yang panjang dan hitam Legam itu ke arah bibir kemaluan Siti. Siap untuk dibenamkan ke dalamnya. Bibir kemaluan Siti masih rapat dan belum bisa menerima benda asing yang akan memasukinya saat itu. Lalu dengan jari tangannya Johan membuka bibir itu dan menyelipkannya di tengahnya. Merasa batang penisnya telah siap lalu si perompak pun mendorongnya hingga masuk ke dalam lubang kelamin penyanyi cantik itu.
"Ahhh........... Ampuuun..." jeritnya halus mengiba belas kasihan kepada perompak itu. Johan masih mendorong penisnya untuk masuk terus hingga dasar kemaluan Siti. Siti pun terus menangis dan air matanya menetes membasahi pipinya yang putih. Tubuhnya pun terguncang-guncang di bawah tubuh kekar Johan.

Mengetahui tangisan Siti saat menerima penisnya masuk, Johan lalu memeluk Siti dengan ketat dengan posisi tetap di atas tubuh putih Siti. Ia peluk Siti dan diciuminya bibir Siti seakan tidak ingin terpisahkan. Johan ingin bibir mereka juga menyatu seperti bagian bawah tubuh mereka yang telah menyatu saat itu. Rasa sakit dan perih di tubuh Siti diungkapkannya dengan menekan bahu si perompak yang kekar dengan kukunya yang runcing. Ia terus sesenggukan dan membenamkan kukunya di bahu bidang itu. Semua tindakan Siti itu apalah artinya bagi pria yang terbiasa merampok itu. Jangankan kuku, golok pun telah ia rasakan. Bahkan respons yang didapatnya saat menyetubuhi Siti benar-benar membuatnya merasa nikmat. Ia tahu Siti adalah istri orang. tapi menyetubuhinya sama seperti memerawani seorang gadis yang lugu dan belum berpengalaman. Sesaat kemudian, Johan sudah menggoyangkan pinggulnya, mula-mula gerakannya perlahan, tapi makin lama kecepatannya makin meningkat. Siti benar-benar tidak kuasa menahan erangan setiap kali Johan penis Johan menghujam. Gesekan demi gesekan yang timbul dari gesekan alat kelamin mereka menimbulkan rasa nikmat yang menjalari seluruh tubuh Siti sehingga matanya membeliak-beliak dan mulutnya mengap-mengap mengeluarkan rintihan. Johan lalu mengangkat paha kirinya sepinggang agar bisa mengelusi paha dan pantat Siti sambil terus menggenjot vagina Siti. Johan menikmati semua itu sambil terus mengulum bibir Siti dan menjilati bagian belakang telinganya yang basah oleh keringat. Dari tengkuk Siti jilatannya terus berpindah kearah bahu yang putih bersih hingga menampakkan aliran merah darah dari urat-urat Siti. Nafsu Johan terus terpacu karena wangi tubuh Siti yang juga masih tercium aroma parfum yang telah bercampur dengan keringatnya saat itu. Setelah puas di bahu, lalu ia turun ke arah payudara Siti. Di payudara Siti mulut pria yang penuh oleh cambang dan kumis itu terus bermain-main dengan puting dan belahan susu itu. Jejak cupangan merah mulai banyak menghiasi kedua payudara yang putih dan mulus itu. Ia telah membuat Siti seakan lupa daratan. Siti terus memejamkan matanya tidak ingin melihat kelakuan pria asing yang baru dikenalnya itu di atas tubuhnya. Perlahan Siti mulai terhanyut dengan perlakuan Johan, meskipun masih malu dan berusaha menahan diri. Bagaimanapun Siti belum berani menunjukkannya sehingga ia pun memejamkan kedua matanya. Sementara kedua tangannya tergeletak ke samping sambil meremas-remas seprei kumal yang sudah tak jelas warnanya.

Kedua insan itupun terus memacu untuk mencapai kenikmatan seksual yang sama-sama belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Siti perlahan mengakui kalau suaminya belum pernah memberikan kenikmatan seksual seperti yang dialaminya saat ini. Untuk beberapa saat yang terdengar hanya dengus nafas dan erangan kedua insan yang sedang bersetubuh itu. Menit demi menit berlalu, Johan masih bersemangat menggenjot Siti. Sementara Siti sendiri sudah mulai kehilangan kendali diri, dia kini sudah tidak terlihat sebagai seseorang yang sedang diperkosa lagi, melainkan nampak hanyut menikmati ulah perompak  itu. Remasan dan gigitan Johan yang terkadang kasar menyebabkan Siti merintih kesakitan. Namun dia merasakan sesuatu yang lain dari persenggamaan ini, lain dari yang dia dapat dari suaminya, keliaran Johan justru menciptakan sensasi yang khas baginya yang belum pernah dia dapatkan sebelumnya. Setelah sekitar limabelas menit, Johan secara tiba-tiba bangkit sambil tetap mendekap tubuh bugil Siti . Dipaksanya Siti duduk berhadap-hadapan dengannya. Ditatapnya wajah Siti  yang cantik itu, wajah itu terlihat sangat memelaskan tapi tidak membuat Johan merasa iba, dia justru merasa kenikmatannya bertambah bila melihat Siti  tersiksa.
“Sekarang Siti yang goyang ya.. seperti kalau Siti menari di panggung,” kata Johan.
Siti hanya bisa mengangguk, lalu mulai menggerakkan pantatnya maju mundur sambil melingkarkan kaki mulusnya ke pinggang Johan. Johan mengimbanginya dengan mencengkeram pantat Siti dan mendorong pantatnya maju mundur. Sementara bibirnya sibuk menyusu pada payudara Siti sambil sesekali mengulum dan menjilati puting payudara Siti. Diperkosa sedemikian rupa akhirnya pertahanan Siti jebol juga. Dengan rintihan panjang, Siti merasakan sensasi kuat menjalari sekujur tubuhnya. Tubuhnya menegang dan melengkung ke belakang, tangannya dengan kuat mencengkeram punggung Johan. Vaginanya berdenyut kuat sekali seperti meremas penis Johan. Di ambang klimaks, tanpa sadar Siti memeluk Johan dan dibalas dengan pagutan di mulutnya. Mereka berpagutan sampai Siti mendesis panjang dengan tubuh mengejang, tangannya mencengkeram erat-erat lengan kokoh Johan.
“Aahhhhhhkkkhhhhh.... Oohhhhhhh....” Siti mengejang dan merintih keras, orgasmenya meledak menghantam seluruh syaraf kenikmatan seksualnya. Sesaat kemudian tubuhnya melemas kembali dan tergolek di ranjang. Nafasnya memburu membuat payudaranya naik turun. Sungguh dahsyat orgasme pertama yang didapatnya, namun ironisnya hal itu bukan dia dapat dari suaminya melainkan dari seorang pria mesum yang memanfaatkan situasi tidak menguntungkan ini. Setelah dua menitan tubuhnya kembali melemas dalam pelukan Johan. Tapi Johan segera menarik tubuh mulus itu dan mendekapnya erat-erat. Siti yang belum pulih sepenuhnya disuruhnya menungging di ranjang.

“Oohh…ampun Pakcik, Siti sudah tak kuat, ampuun!” ujar Siti memelas dengan lirih. Air matanya membasahi pipinya yang mulus, tapi mendengar itu, Johan cuma nyengir saja, dia merenggangkan kedua paha Siti dan menempelkan penisnya pada bibir kemaluannya.
“Uugghh…oohh !” desah Siti dengan mencengkeram seprei dengan kuat saat penis itu kembali melesak ke dalam vaginanya. Tangan Johan memegang dan meremas pantatnya sambil menyodok-nyodokkan penisnya, cairan yang sudah membanjir dari vagina Siti menimbulkan bunyi berdecak setiap kali penis itu menghujam. Suara desahan Siti membuatnya semakin bernafsu, sambil menggenjot vagina Siti, Johan juga meremas-remas payudara Siti yang tergantung begitu bebas dan bergoyang seirama goyangan pantatnya. Siti mendesah-desah setiap kali vaginanya digenjot.
“Ayo.. teruss.. terus Siti... terusss...” Johan makin kuat menggenjot vagina Siti dengan penisnya, badan Siti sampai tersentak-sentak setiap kali vaginanya digenjot.
“Akhhh.. ahhh... ohhh... shitt... shittt...” Siti mulai meracau karena merasakan gelombang birahinya meledak dan akhirnya kembali Siti mengalami orgasme meskipun tidak sehebat sebelumnya, kembali vaginanya berdenyut kencang. Tapi Johan belum selesai, kali ini dibalikkannya tubuh Siti hingga terlentang, lalu kedua paha Siti diangkat dan disampirkannya ke bahunya kemudian kembali digenjotnya vagina Siti dengan penisnya sambil memegangi paha mulus Siti karana khawatir Siti akan melepaskan penis itu dari vaginanya. Kali ini Siti sudah tidak berdaya lagi, dia hanya bisa merintih setiap kali digenjot, payudaranya yang putih mulus bergoyang seirama genjotan Johan. Air mata Siti seolah sudah kering untuk menangis, Siti hanya bisa menggigit bibirnya merasakan penderitaan sekaligus kenikmatan yang dia alami sampai akhirnya dia mengalami orgasme untuk kali ketiga, barulah setelah Siti tiga kali orgasme Johan menyudahi pemerkosaannya pada Siti. Diiringi erangan dahsyat Johan menyemburkan spermanya di dalam vagina Siti. Siti merasakan dunianya sudah hancur, dirinya sudah tidak ada harganya lagi setelah diperkosa oleh Johan.  Penyanyi yang sangat dihormati itu sekarang merasa tidak berbeda dengan seorang pelacur. Siti pun kembali menangis tersedu-sedu mengingat penderitaan yang dia alami. Tapi Johan tidak peduli pada nasib Siti. Seorang Siti  baginya tidak beda dengan wanita-wanita lain yaitu sebagai pemuas nafu seksualnya. Johan merasa sangat puas telah berhasil menyetubuhi Siti Nurhaliza. Dia merasa menjadi pria paling beruntung di dunia ini karena berhasil menikmati indahnya tubuh penyanyi cantik itu, sesuatu yang hanya ada dalam impian paling liar dari setiap pria yang pernah mengenal sosok Siti Nurhaliza. Untuk sesaat kembali dipeluknya tubuh Siti yang masih telanjang sambil dikecupnya bibir Siti seolah ingin mengucapkan terima kasih. Siti tidak berdaya untuk menolak ciuman itu.

Kemudian Johan membaringkan kembali tubuh Siti sambil mengelus-elus beberapa bagian tubuh Siti yang mulus itu sambil kemudian dia merebahkan diri di samping tubuh Siti, kedua tubuh telanjang itu terbaring sambil berpelukan. Sementara itu, Siti yang telah pulih kembali pikiran dan akal sehatnya yang sebelumnya tertutup oleh hawa nafsu hanya bisa menangis. Ia merasa berdosa telah mengkhianati suaminya. Ia merasa dirinya kotor. tak ada bedanya seperti pelacur. Kalut dengan hal yang akan dialaminya setelah ini akhirnya membuat Siti jatuh pingsan. Ketika sadar dari pingsannya, Siti menemukan dirinya, masih dalam keadaan telanjang bulat, terbaring sendirian di kamar. Siti merasakan tubuhnya seperti remuk seperti dilindas rombongan banteng. Dengan sisa tenaganya, dia mencoba berdiri dan mencoba mencari pakaiannya. Siti menenukan pakaiannya terserak di lantai. Tapi baru sempat Siti memakai BH dan celana dalam, tiba-tiba pintu menjeblak terbuka. Johan terlihat berdiri di ambang pintu. Siti buru-buru memakai baju yang masih dipegangnya meskipun tidak sempat mengancingkannya secara sempurna. Dalam sekejap saja Johan sudah berdiri di depannya. Tiba-tiba Siti tersentak ke depan. Sebuah sentakan kasar merenggut pergelangan tangan Siti membuat Siti meringis kesakitan, rupanya selain mencengkeram tangan Siti kuat-kuat, Pimpinan perompak itu juga membenamkan kuku kukunya yang kehitaman ke kulit tangan Siti yang putih.
“Ampun Pakcik..! Jangan pengapakan Siti..!” Siti menangis sambil meronta-ronta. Tapi Johan sang kepala perompak tidak menghiraukannya. Dengan kasar dia menyeret Siti Nurhaliza menuju ke sebuah ruangan besar. Ruangan itu dibuat mirip seperti panggung hiburan puluhan kursi berderet menghadap sebuah panggung yang lebih tinggi setengah meter dari lantai. Sebuah tirai hitam dan kumal menjadi backdrop dari panggung membuat kesan seram terasa begitu kental.  Panggung itu sendiri tidak seberapa besar. Berbentuk setengah lingkaran berukuran sekitar tiga meter. Beberapa lampu sorot menerangi lantai panggung dengan cukup terang. Johan menarik Siti menaiki panggung dan menyuruh Siti berdiri di tengah-tengah. Sorot lampu yang terang itu menembus baju Siti yang tipis sehingga pakaian dalamnya terbayang dengan cukup jelas. Siti memalingkan mukanya antara malu bercampur takut. Sekilas dia sempat melihat kursi yang berjejer menghadap ke panggung tempatnya berdiri sudah dipenuhi oleh beberapa laki-laki yang hampir semuanya bertampang sangar, dengan kumis, janggut dan rambut yang awut-awutan tidak terawat. Banyak dari mereka yang mungkin sudah berhari-hari tidak tersentuh air. Siti ingat beberapa dari mereka adalah anak buah Johan yang berada di kompartemennya saat dirinya dan Datuk K diculik.

Melihat sesosok perempuan cantik bertubuh mulus yang hanya mengenakan pakaian sehelai baju tipis membuat semua yang duduk di depan panggung serentak bergumam dengan suara berdengung seperti lebah. Suara yang merupakan campuran antara kagum dan nafsu ketika mereka melihat sosok perempuan yang berdiri di depan mereka. Bagi mereka hal itu adalah sebuah hiburan yang sangat luar biasa istimewa, karena mereka sudah berhari-hari, atau mungkin berminggu-minggu tidak pernah menyalurkan hasrat kelelakian mereka. Apalagi saat mereka mengetahui siapa sosok perempuan mulus yang ada di hadapan mereka itu.
“Astaga,, itu kan Siti Nurhaliza..!!” teriak salah satu dari mereka.
“Benar.. itu dia.. Woi.. itu Siti Nurhaliza..!!” teriak yang lain. Serentak seisi ruangan menjadi gempar oleh teriakan-teriakan yang bernada tidak senonoh. Akan tetapi banyak juga dari mereka yang tidak percaya itu Siti Nurhaliza, tapi kemudian mereka menjadi yakin saat Johan memaksa Siti untuk bicara.
“Ayo bicara ke mereka...!” kata Johan sambil mendorong punggung Siti. “Tunjukkan siapa dirimu yang sebenarnya.”
Siti diam saja, karena malu dan takut. Dia tidak bisa berkata barang sepatahpun, suasana ruangan sejenak menjadi hening, yang terdengar hanyalah suara tangis Siti yang tersedu pelan.
“Ayo.. ngomong..” Johan menjambak rambut Siti sampai wajahnya menegadah. Siti mengeduh pelan sambil menarik-narik tangan Johan yang kekar mencoba menahannya agar tidak terlalu keras menarik rambutnya.
“Bilang kalau kamu ingin menghibur mereka,” kata Johan di dekat telinga Siti. Siti merinding merasakan hembusan nafas Johan yang berbau alkohol.
“Iya Pakcik.. ampuni Siti.. Siti nak cakap..” kata Siti tersedu. Johan tersenyum puas, kemudian dia melepaskan jambakannya. Siti akhirnya maju selangkah mendekati penonton yang menonton tubuhnya yang mulus yang hanya bertutupkan Bra dan celana dalam putihnya.

“Eh.. apa kabar semua..?” kata Siti terbata dengan logat Melayunya yang khas. Siti mencoba tersenyum meskipun saat itu hatinya sudah serasa teriris sembilu.
“Saya Siti Nurhaliza, ingin memberikan persembahan bagi para peminat semua.” kata siti sedikit terisak. “Apa yang kalian mahu Siti nak lakukan..”
“Woi Siti.. kami mau kau menyanyi sambil menari..” teriak salah satu dari mereka.
“Ya.. benar.. ayo mulai..” teriak yang lain. Keheningan yang sempat tercipta seketika pecah bak kerusuhan yang meledak secara tiba-tiba.
“Menyanyi sambil menari....?” Siti tercekat dan bergidik ngeri membayangkannya. Selama ini dia dikenal orang sebagai seorang penyanyi yang santun dalam berbusana. Sekarang dia dipaksa untuk mempertontonkan tubuhnya di depa puluhan laki-laki yang semuanya kasar dan brutal. Tangisannya kembali pecah. Dia menggelengkan kepalanya  kuat-kuat seolah berusaha meyakinkan kalau ini hanya sebuah mimpi buruk. Tapi ketika dia sadar, dia tahu ini bukanlah mimpi. Ini sebuah kenyataan pahit yang harus dihadapinya. Siti akhirnya berusaha pasrah dan tegar. Lagipula dia merasa dirinya sudah kotor setelah diperkosa oleh Johan beberapa jam yang lalu. Akhirnya Siti mengangkat mukanya dan menyeka air matanya. Kembali dia tersenyum dan berdiri tegak.
“Yah.. baiklah.. malam ini Siti nak menghibur peminat semua dengan lagu dan tari.” katanya pelan. Seketika pecah kembali sorak penonton yang sudah setengah mati menahan nafsunya.
“Tunggu dulu!” Johan tiba-tiba menghentikan Siti yang sudah siap menyanyi. Siti tidak mengertiapa maksud Johan menghentikannya. Dia hanya menatap Johan seolah meminta kejelasan.
“Silakan Siti menyanyi. Tapi..” Johan, yang sekarang berdiri di belakang Siti secara tiba-tiba merenggut baju tipis Siti dan menyentaknya ke bawah. Seketika baju itupun robek di bagian depannya, dan satu sentakan lagi membuat baju itu lepas dari tubuh Siti, membuat Siti sekarang hanya berbalut selembar BH dan celana dalam putih tipis. Serentak semua yang menyaksikannya langsung melongo penuh ketakjuban. Selama ini, tubuh Siti Nurhaliza yang mulus hanya ada di dalam fantasi liar mereka, sekarang tubuh itu terbentang di hadapan mereka dengan begitu bebas, seolah memang disediakan untuk mereka nikmati. Tidak henti hentinya mereka mangagumi kemulusan tubuh Siti. Perhatian mereka terpusat pada sepasang payudara indah  yang selama ini menjadi angan-angan kaum laki-laki untuk bisa menjamahnya, dan sepasang paha putih mulus dan ramping yang berakhir pada segitiga daerah kemaluan Siti Nurhaliza yang masih tertutup celana dalam.

“Dan satu lagi..” kata Johan. ”Supaya bisa menyanyi dengan bebas, maka..” Johan memeluk Siti dari belakang, semantara tangan Johan meraih mangkuk BH Siti. Lalu tangan nakal itu menyentak mangkuk BH itu ke bawah membuat payudara Siti secara spontan keluar dari mangkuk BH nya dan menggantung bebas, diiringi suara “OOOOOH” dari para penonton. Siti terpekik ngeri dan maul saat payudaranya mencuat telanjang. payudara berukuran sedang yang sangat mulus itu bagaikan sebuah gunung kembar yang sangat indah, terlihat sempurna dan serasi dengan wajah Siti yang cantik.
“Ampun Pakcik.. ampuun..” Siti memohon menghiba sambil menutupi payudaranya yang lembut. Payudara itu terlihat menonjol dibalik himpitan kedua belah lengan Siti seolah meronta ingin keluar dari dekapannya.
“Ampuni Siti Pakcik.. Siti tak boleh melakukannya..” kata Siti. Tak boleh dalam bahasa malaysia artinya tidak bisa.
“Siapa yang bilang tak boleh..?” kata Johan dengan tatapan bernafsu. “Siti boleh melakukannya, bahkan Siti harus melakukannya.”
Siti menunduk malu sambil mendekap payudaranya yang telanjang. Dia kembali menangis sesenggukan, tapi tangisan Siti tidak membuat Johan menjadi iba, justru membuatnya menjadi makin bernafsu. Secara tiba-tiba ditariknya tangan Siti yang menutupi payudaranya dan diremasnya payudara Siti yang menantang itu dengan kekuatan penuh.
“Aww... ahhkh..” Siti mengaduh keras merasakan sakit pada payudaranya. Dia kembali menangis, karena malu dan karena sakit.
“Kalau kamu tidak mau, terpaksa aku suruh mereka memperkosamu beramai-ramai.” Kata Johan dengan seringai penuh ancaman. Sekaetika Siti tersentak mendengarnya.
“Ampun Pakcik!!” Siti menjerit ketakutan. Trauma saat dirinya diperkosa oleh Johan belum lagi selesai, dia sudah berhadapan dengan sesuatu yang lebih mengerikan yang bahkan dalam mimpipun tidak pernah dibayangkannya diperkosa beramai-ramai oleh laki-laki sebanyak itu.
“Jangan Pakcik.. jangan.. Baiklah.. Siti nak lakukan apa yang Pakcik minta.. Siti nak lakukan..” katanya terisak.
Johan tertawa penuh kemenangan, baginya adalah sebuah prestasi tersendiri ketika dia berhasil memaksa Siti Nurhaliza menyerahkan semua kehormatan dan harga diri sebagai seorang wanita baik-baik pada dirinya. Siti segera maju mendekati ujung panggung dan menatap ke arah para pria yangmemelototi tubuh dan terutama payudaranya yang telanjang dengan tatapan bak srigala lapar melihat seekor anak domba. Siti menatap ke seluruh penjuru ruangan, mataya menatap ke arah kerumunan pria yang memelototi tubuhnya yang nyaris telanjang. Dilihatnya johan sudah bergabung dengan para penonton yang lain dan duduk dengan santainya, seolah sedang menyaksikan sebuah pertunjukan, dan memang pertunjukan itu sebentar lagi akan dimulai.

Siti terdiam bebrapa saat ditundukkannya wajahnya yang bersimbah air mata. Pelan pelan Siti menarik nafas dalam-dalam, mengatur perasaannya yang tidak karuan, seperti sedang menghimpun keberanian untuk melakukan sesuatu yang sama sekali tidak pernah dilakukannya, bahkan dalam angan-angannya yang paling liar sekalipun. Kemudian Siti menghela nafas panjang, saat itu dia merasakan ada sebuah energi menghampiri tubuhnya, sebuah energi yang membisikkan kata-kata jahat padanya, menguatkannya untuk melakukan hal yang sebelumnya tidak bisa dilakukannya.
“Nah.. baiklah..” kata Siti, tersendat oleh tangisnya. “Macam mana kalau Siti mulai?” kata Siti dengan berusaha tersenyum.
“Ya.. ya.. ayo Siti.. cepat mulai..” teriak para laki-laki kasar tersebut. Beberapa diantaranya berteriak-teriak seperti di tengah hutan.
”Ayo Ayam cantik.. cepat menari.” teriak beberapa dari mereka. Kata Ayam sendiri dalam bahasa slang Malaysia artinya adalah pelacur. Siti merasa terhina dengan ucapan kotor itu. Seorang penyanyi terhormat seperti dirinya dipaksa untuk jatuh ke level hina sehina seorang pelacur. Tapi siti tidak punya daya untuk melawan, Siti tahu dirinya sudah dikuasai sepenuhnya oleh gerombolan perompak dari tengah lautan itu. Maka dengan sekuat tenaga dia berusaha tegar dan menguatkan dirinya. Dia kemudian bahkan berpikir kalau nasibnya memang harus berakhir menjadi pelacur yang harus melayani gerombolan perompak liar dan tidak beradab itu. Karena itulah saat lantunan musik dari sebuah tape recorder kecil mulai bergema, dia mulai melakukan tugasnya, digerakkannya tubuhnya dengan gerakan gemulai yang biasanya diperagakan di atas panggung. Siti kemudian merasa terbiasa dengan keadaan dirinya yang nyaris telanjang. Pela-pelan Siti kemudian merasa ini hanya seperti menyanyi di panggung saat melakukan konser, hanya bedanya dia harus melakukannya dalam keadaan telanjang dan ditonton oleh puluhan pria kasar. Siti Nurhaliza mulai meliukkan tubuhnya dengan gerakan-gerakan yang sebelumnya sama sekali belum pernah dilakukannya. Tangannya diangkat ke atas kepala dan pinggulnya bergoyang goyang ke kiri ke kanan membuat pantatnya bergoyang dengan erotis.

Seluruh penonton terkesima melihat tontonan langka tersebut. Sebuah tontonan yang sangat membangkitkan nafsu yang selama ini hanya ada dalam mimpi mereka. Bagaimana seorang Siti Nurhaliza menari di depan mereka nyaris tanpa busana. Hasrat kelelakian mereka seketika melonjak yang kalau diukur dengan meteran, maka jarum pengukurnya pasti akan mentok ke tingkat maksimum.Beberapa diantara mereka bahan nekad membuka celananya dan beronani di tempat. Sementara Siti kemudian mulai melantunkan suara seksinya sambil terus menari dengan gerakan erotis. Payudaranya yang terbuka bergerak-gerak seirama dengan goyangan tubuhnya. Beberapa kali bahkan Siti mulai melakukan remasan-remasan pada payudaranya sendiri. Melihat Siti yang makin panas, penonton mulai nekad. Mereka berteriak meminta Siti untuk melepas BH dan celana dalam yang masih dipakainya.
“Ayo Siti.. lepaskan BH dan celana dalamnya..” teriak mereka sambil bertepuk tangan. “Ayo telanjang, jangan tanggung-tanggung!”
Siti mulai kembali meneteskan air matanya, dirinya kali ini benar-benar harus bertelanjang bulat di hadapan para laki-laki liar itu. Tapi sekali lagi Siti sadar posisinya yang sangat terjepit. Maka dia mencoba menguatkan dirinya.
“Baiklah.. Siti nak berbogel, khas buat peminat Siti semua..” kata Siti sambil menelan ludah. Ditelannya segala kejijikan dan rasa malunya. Perlahan dilepasnya BH yang sudah tidak menutupi payudaranya. BH itu dilemparkan ke penonton dan langsung jadi rebutan. Penonton yang mendapatkan BH Siti Nurhaliza tersebut menciumnya dengan penuh suka cita. Lalu, dengan sebuah gerakan yang sangat menggemaskan, Siti menggoyangkan pantatnya sambil tangannya memelorotkan celana dalamnya sendiri. Seketika celana dalam Siti melorot sampai ke lutut, memperlihatkan vagina Siti yang bersih dan mulus, membuat semua penonton terkesima. Untuk pertama kalinya mereka bisa melihat seorang artis yang sedemikian cantik dan terhormat bersedia bertelanjang bulat di hadapan mereka. Seketika mereka bersuit suit dengan penuh nafsu.
“Kalian nak lihat Siti berbogel..?” katanya sambil berusaha tersenyum manis. Serentak para penonton mengiyakan sambil bersorak kegirangan.
“Siti.. awak nak perkosa dirimu..” teriak beberapa dari mereka. Yang lainnya juga meneriakkan ucapan-ucapan kotor yang seumur hidup belum pernah didengar oleh Siti. Siti menunduk malu untuk beberapa sat, tapi kemudian dia kembali pada ketabahannya. Dia kembali tersenyum pada penonton seolah ucapan-ucapan mesum terhadap dirinya adalah sambutan yang sangat menyenangkan. Dia kembali meneruskan nyanyiannya yang sensual dan tarian erotisnya.

Kali ini Siti berpura-pura melakukan onani di tengah pangggung, persis yang pernah dilihatnya di VCD porno yang diperlihatkan oleh Johan sebelum memperkosa dirinya. Siti meremas-remas payudaranya sambil mengaduk-aduk liang vaginanya dengan jari dan mendesah-desah  sambil terus menari. Gerakan sensualnya makin liar dan tidak teratur, Siti hanya mengikuti nalurinya semata dalam melakukan tarian telanjang tersebut. Tidak terasa sudah setengah jam Siti menghibur penonton dengan tubuh mulusnya yang telanjang. Tubuh Siti sudah basah oleh keringat yang mengucur dengan deras, tubuhnya sekarang seperti berkilau ditimpa cahaya lampu sorot. Siti kemudian mengakhiri tariannya dengan mengangkat tangannya tinggi tinggi ke atas dan melebarkan kedua kakinya lebar-lebar, menciptakan huruf X besar dengan tubuh bugilnya yang putih mulus. Suitan dan tepuk tangan penonton seketika menggema seolah mengangkat atap ruangan begitu Siti mengakhiri tarian sensualnya. Siti seketika memalingkan mukanya masih dalam posisi tangan dan kaki tertentang. Dia tahu saat itu seluruh tubuhnya sedang dijadikan tontonan seperti sebuah obyek wisata yang menarik. Dan memang penonton sangat menikmati keindaan tubuh Siti yang putih dan mulus itu, apalagi mereka tahu Siti sebagai seorang penyanyi yag tidak pernah mempertontonkan tubuhnya secara terbuka, karena itu mereka merasakan suatu sensasi lebih, sensasi yan terasa sangat menantang  dan mendorong gejolak seksual mereka melebihi dari yang pernah mereka rasakan sebelumnya. Dan Johan tahu hal itu, dia tahu persis dari tatapan para penonton yang seperti singa lapar siap menerkam mangsanya, karena itu dengan sigap dia segera naik ke panggung dan berdiri di belakang Siti, dipeluknya tubuh telanjang Siti dengan tangannya yang kokoh, membuat tubuh Siti berhimpit dengan tubuhnya. Kemudian tangan Johan yang kekar itu menarik lengan Siti yang sedianya digunakan untuk menutupi bagian dada dan selangkangannya. Ditariknya tangan Siti ke belakang punggungnya dan ditelikung sedikit keras, membuat Siti terhenyak dan meringis kesakitan. Didorongnya punggung Siti membuat payudaranya yang putih kenyal jadi mencuat membusung tegak mengundang selera, putingnya yang pink segar terlihat mencuat menggairahkan sementara kedua kaki Siti dipaksa mengangkang lebar membuat belahan vaginanya sedikit melebar. Siti mencoba meronta melepaskan cengkeraman Johan, tapi semakin Siti meronta, semakin sakit tangan Johan mencengkeramnya, akhirnya Siti pasrah dan membiarkan payudara dan vaginanya yang telanjang dipampang di depan banyak orang.

“Nah..” johan berujar sambil menyapukan pandangannya ke seluruh penonton yang menatap tubuh Siti Nurhaliza yang telanjang bulat dengan tatapan liar penuh nafsu. “Malam ini adalah malam istimewa buat kalian, karena malam ini aku putuskan akan ada tiga orang yang beruntung, Siti Nurhaliza akan menyerahkan tubuhnya untuk bersenggama dengan tiga orang dari kalian.”
Seketika Siti terkesiap, bagaikan disambar petir, Siti terloncat dari tempatnya. Dia tidak menyangka kebinatangan Johan sudah sampai sejauh itu. Johan tidak hanya menyekapnya untuk dinikmati sendiri, tapi dia bahkan hendak memberikan Siti untuk diperkosa beramai-ramai.
“Jangan Pakcik.. jangan.. Siti tak mau Pakcik.. Siti mau melakukannya bersama Pakcik, tapi tak mau bersama mereka..” Siti menangis tersedu-sedu dengan sangat memelaskan. Tapi Johan tidak mempedulikan tangis dan permohonan Siti. Seketika disentakkannya tangan Siti lalu Johan membalikkan tubuh Siti sehingga keduanya saling berhadapan sekarang. Dengan kasar Johan mendekatkan tubuh bugil Siti ke tubuhnya sendiri sampai dempet dan dipeluknya tubuh mulus penyanyi itu erat-erat. Siti meronta kehabisan nafas, tapi Johan menjambak rambutnya hingga wajah Siti  mendongak. Johan merapatkan tubuhnya dengan tubuh Siti makin ketat, wajah Siti yang mendongak sekarang berdekatan dengan wajah Johan.
“Siti harus mau melakukannya, karena kalau tidak, aku akan buat suami Siti menderita..” kata Johan kalem, kemudian tanpa terduga, Johan mendaratkan sebuah ciuman ganas pada bibir Siti, bibir mungil itu dilumatnya dengan kasar dan penuh nafsu, Siti meronta-ronta mencoba menghindar, tapi Johan menekan wajahnya dengan rapat, beberapa detik lamanya kedua bibir yang berbeda kasta itu saling merapat. Johan berkali-kali mengecup dan mengulum bibir Siti. Bibir Siti dipagutnya sambil sesekali lidahnya ikut bermain mendorong dan membuka mulut Siti, Siti sendiri kemudian merasakan suatu sensasi tersendiri dari ciuman Johan dan akhirnya dia ikut pula menikmati ciuman itu. Pelan-pelan dia mulai menerima saat lidah Johan menari-nari di dalam mulutnya.
Setelah beberapa lama berciuman, Johan akhirnya melepaskan pagutannya.
“Nah.. bagaimana Siti sayang..?” tanya Johan dengan wajah puas. Siti memalingkan mukanya dengan sangat malu sambil mengusap bibirnya dengan punggung tangan.
“Iya.. baik Pakcik.. Siti mahu, Siti nak lakukan..” kata Siti sambil terisak pelan.
“Bilang ke mereka, jangan padaku..” kata Johan, masih dengan nada yang sama kalemnya dengan sebelumnya.
Siti kembali menarik nafas dalam-dalam lalu dihembuskannya kuat-kuat, mencoba mengusir ketakutan dan rasa malunya. Dicobanya untuk tersenyum.
“Siti rasa seronok sekali kalau kalian mahu bersenggama dengan Siti..” kata Siti akhirnya sambil tersenyum, ucapan Siti itu membuat para penonton bersorak kegirangan. Mereka segera berebutan mengajukan diri sehingga suasana berubah menjadi gempar. Tapi Johan buru-buru menengahi. John menjentikkan tangannya ke arah belakang panggung. Salah satu wanita anak buah Johan datang dengan membawa sebuah kardus berukuran sedang.

“Kawan-kawan, biar adil, kita biarkan Siti yang memilih, siapa diantara kalian yang berhak menidurinya.” Kata Johan buru-buru.
“Di dalam kardus ini ada nama-nama kalian yang tadi kalian tulis pada tiket kalian. Siti akan mengambil tiga nama, dan siapapun yang namanya muncul, maka dialah yang berhak meniduri Siti.”
Siti terdiam. Ini bukan pilihan, ini keterpaksaan. Memilih sesuatu yang sama sekali tidak dikehendaki adalah sebuah petaka. Dan itulah yang harus dihadapi oleh Siti. Untuk beberapa lama Siti tidak bisa berkata apa-apa. Dia hanya berdiri terdiam di atas panggung.
“Pilih..” Johan akhirnya berbisik ke telinga Siti. Siti menggeleng pelan sambil memejamkan mata, dia merasa kakinya goyah mendengar ucapan itu.
“Siti tak tahu nak pilih siapa Pakcik..” kata Siti jujur.
“I don’t care how you choose, but you have to choose three of them!” Johan berbisik dengan nada penuh ancaman. Siti kembali menggeleng lemah, dia sudah benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya dengan keterpaksaan yang luar biasa, Siti memasukkan tangannya ke dalam kardus, seperti seorang yang mengundi pemenang sayembara, yang hadiahnya adalah tubuhnya sendiri.
Dengan tangan gemetar Siti menarik satu nama. Dilihatnya sebentar tulisan cakar ayam yang tertera pada kertas kecil di tangannya.
“Bar.. Barda..” Siti membaca nama yang tertulis di kertas tersebut dengan terbata-bata. Seketika itu seorang pria berteriak “Yes” dengan nyaring. Siti langsung menoleh ke arah suara tersebut. Siti terpucat melihat pria yang bernama Barda itu. Pria itu tidak seberapa tinggi, mungkin tingginya sama dengannya yang 163 cm, tapi orang itu kekar sekali, otot lengannya terlihat menonjol dari bajunya yang ketat. Wajahnya hitam terbakar dengan rambut panjang dan gimbal, ikat kepala lusuh yang melingkari kepalanya menjaga rambut itu tidak berantakan. Kumis dan cambangnya kasar dan tidak terawat, matanya merah meradang seperti orang mabuk. Barda kemudian tersenyum pada Siti, memamerkan giginya yang kekuningan. Barda segera naik ke atas panggung, dia menatap tubuh telanjang Siti dengan penuh nafsu. Kemudian dia mendekati Siti dan mendaratkan sebuah ciuman ke arah pipi Siti. Siti melengos cepat mencoba menghindar, tapi Barda menarik tangan Siti dan merapatkan tubuhnya ke tubuh Siti. Dengan terpaksa Siti merelakan pipinya diciumi oleh pria kasar itu, bau alkohol terasa menusuk hidung Siti membuatnya sedikit pusing.

“Pilih lagi.. pilih lagi..” terdengar suara penonton yang tidak sabar menunggu. Siti berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Barda, tapi Barda tidak mau melepaskannya. Akhirnya Siti melakukan undian sambil pipinya terus menerus diciumi oleh Barda. Kali ini Siti mengambil dua nama sekaligus.
“Herman... Godon....” Siti membaca nama-nama yang tertera di kertas yang dipegangnya. Serentak dua orang lagi maju dan naik ke atas panggung. Herman, pria berambut agak pirang berwajah agak bule, kurus dan pucat, dengan rambut yang panjang diekor kuda, wajahnya seram, ada bekas luka memanjang diagonal seperti membelah wajah itu menjadi dua, kumisnya panjang dan tidak teratur dengan janggut yang tumbuh jarang-jarang. Sementara Godon, pria gemuk berkulit hitam dengan kepala botak, wajahnya tidak jauh beda dengan pantat kuali saking hitamnya, kumis dan brewoknya menyatu dan dibiarkannya tumbuh lebat. Perutnya agak buncit menonjol ke depan. Keduanya menyeringai menatap tubuh Siti yang telanjang itu. Siti gemetar ketakutan, melebihi ketakutannya saat dirinya diperkosa oleh Johan. Betapa buruk nasib yang akan dihadapinya, dirinya seorang wanita terhormat, tiba-tiba berbalik 180 derajat menjadi lebih rendah dari seorang pelacur hina.
“Nah..” Johan berujar. “Untuk satu hari ini, dia milik kalian..” katanya sambil mendorong tubuh Siti ke arah ketiga orang itu. Siti terjerembab dan jatuh ke dalam pelukan Barda. Payudaranya yang lembut menekan tubuh Barda, Barda langsung memeluk tubuh yang lembut dan hangat itu dengan penuh nafsu.
“Ayo Siti manis.. sekarang kamu jadi istri kami..” kata Barda sambil mencium bibir Siti.
Siti meronta sekuat tenaga, tapi melawan tiga pria sekaligus, perlawanannya tidak berarti sama sekali. Ketiga orang itu menyeret Siti ke tempat lain, diiringi gerutuan kecewa dari mereka yang tidak terpilih. Siti sempat mendengar Johan berteriak-teriak menenangkan mereka yang kecewa.

Siti dibawa ke sebuah ruangan berdinding papan tanpa jendela. Penerangannya yang berupa lampu kecil membuat suasana menjadi agak suram. Ruangan itu sempit dan pengap, berukuran mungkin sekitar 3 kali 3 meter. Pada dindingnya tertempel beberapa lembar poster wanita dalam pose setengah telanjang, bahkan ada yang berpose telanjang bulat. Sebuah ranjang kayu besar terdapat di tengah-tengahnya, membuat ruangan jadi terasa makin sempit. Ranjang itu berlapis kasur apak dengan lapisan seprei tua berwarna merah pudar. Sebuah kursi kayu kasar terdapat di dekat ranjang. Sepertinya ruangan itu memang didesain untuk digunakan bagi pelacur-pelacur yang melayani tamu-tamunya karena Siti sempat melihat beberapa deret ruangan serupa di dekat situ terutama saat Siti ingat ada banyak perempuan di sarang perompak tersebut. Mereka kemudian menyuruh Siti berdiri di dekat ranjang, dan untuk beberapa saat lamanya, ketiga perompak itu hanya memandangi tubuh Siti yang putih mulus yang mati-matian berusaha ditutupi dengan kedua belah tangannya.
“Ck.. ck.. ck..” Barda berdecak kagum. “Ini bukan mimpi kan? Bagaimana mungkin seorang Siti Nurhaliza mau berbugil ria di hadapan kita..?”
“Kan kau sudah dengar tadi dia menyanyi, mana ada penyanyi yang punya suara seperti dia selain Siti Nurhaliza.” Herman menukas dengan logat agak terdengar seperti orang bule.
“Iya.. ya..” Barda mengangguk-angguk tolol. Dia menatap Siti dari ujung rambut sampai ujung kaki, mengagumi kemulusan tubuhnya, terutama pada bagian dada dan pahanya yang bening.
“Nah.. Siti, sekarang kau tahu tugasmu bukan..?” kata Barda dengan nada dibuat-buat, sok sopan. Siti menggeleng dengan air mata berderai.
“Tidak tahu?” Barda mengangkat alis. “Cantik cantik kok bodoh. Tugasmu di tempat ini buat melayani kami, buat memberi kepuasan pada kami. Tugasmu adalah untuk ditiduri.”
“Ampuni Siti Pakcik, jangan pengapakan Siti..” Siti menggeleng sambil tersedu.
“Ah.. tak apa Siti,” Godon menjawab dengan logat Malaysia yang sama. “Awak tak akan menyakiti Siti, asal Siti tak berlaku teruk pada kami. Siti faham kah?”
Siti terdiam beberapa saat,  dia merasa benar-benar tidak berdaya sama sekali menolak keinginan tiga pria kasar di depannya. Siti tersedu sesaat, kemudian dia mencoba menguatkan dirinya. akhirnya Siti mengangguk pelan.
“Ah.. baguslah itu,” kata Godon sambil tertawa puas, berhasil menaklukkan Siti Nurhaliza. “Nah, sekarang naiklah Siti ke atas tempat tidur.”
Siti pelan-pelan menurut. Dia mulai meletakkan pantatnya ke atas ranjang. Kemudian Godon meyuruhnya duduk. Siti duduk di atas ranjang dengan tangan menumpu ke belakang, kakinya terlipat ke depan.

“Sekarang Siti buka kaki Siti, selebar mungkin.” Perintah Godon lagi. Siti terhenyak dari tempatnya, dia dipaksa untuk memamerkan vaginanya, tapi sekali lagi Siti merasa tidak kuasa menolak, akhirnya Siti membuka kakinya selebar mungkin dengan posisi menekuk ke samping. Posisi Siti sekarang mengangkang, seperti orang akan melahirkan, masih dengan tangan menumpu ke belakang. Ketiga pria kasar itu memelototi daerah kemaluan Siti yang bersih.
“Uoohhh... vagina seorang selebritis, cantik sekali...” ujar Barda. Tanpa banyak bicara lagi, Barda langsung berlutut di hadapan vagina Siti yang terkuak lebar, lalu dibenamkannya wajahnya ke vagina Siti lalu lidahnya mulai menjilati vagina Siti.
“Oohh..” Siti merintih tertahan saaat lidah Barda mulai menyentuh bibir vaginanya, lidah barda dengan lincah menari di daerah sensitif itu, sesekali lidah itu menjulur masuk ke liang vagina Siti dan menyerang daerah klitoris Siti.
“Ahhh... aahh..” Siti mengerang lirih saat daerah paling sensitif dari tubuhnya disentuh. Tanpa sadar Siti merenggangkan kakinya, membuat Barda makin leluasa menjilati vaginanya, sesekali Barda juga mengelus-elus paha Siti bagian dalam dan juga meremas-remas pantat Siti yang sekal.
Pemandangan itu membuat godon dan Herman tidak tahan, mereka ikut naik ke atas ranjang, lalu keduanya mulai menikmati  sepasang payudara Sitiyang menggantung bebas. Herman menyerang payudara Siti sebelah kiri, sedang Godon menyerang payudara Siti yang kanan. Kedua belah payudara itu diremas-remas dan dibelai-belai dengan gerakan campuran antara nafsu dan gemas, Siti beberapa kali meringis kesakitan saat Godon dan Herman terlalu keras meremas payudaranya. Sambil memencet payudara Siti, Herman juga mulai menjilati puting payudara Siti yang mencuat. Puting yang berwarna pink segar itu dijilatinya dengan penuh nafsu, sesekali ujung lidahnya juga menyentil-nyentil dan memain-mainkan ujung puting yang sensitif itu. Siti melenguh-lenguh merasakan serangan dahsyat pada titik-titik seksualnya. Sensai libido yang pernah didapatkannya dari Johan tiba-tiba meledak lagi seperti truk raksasa yang menggilas tubuhnya.
“Ohhh... aahhh... oohh.. nnhh... nnhh.” Siti mulai kehilangan kendali atas tubuhnya, dia mengerang penuh kenikmatan sambil tubuhnya menggeliat liar, bibirnya bergetar-getar sensual, membuat Godon tidak tahan lagi untuk menciumnya, sambil tangannya menyerang payudara Siti, bibirnya dan bibir Siti juga bertautan lengket. Godon mengulum bibir sensual Siti dengan gerkan penuh nafsu, kemudian lidahnya mulai mendesak masuk ke dalam mulut Siti, tanpa sadar, Siti juga merespon usaha Godon, Siti membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya. Kedua lidah berbeda kasta itu saling belit dan saling bertaut.

Sementara di bawah, Barda masih dengan liar manikmati keindahan vagina Siti Nurhaliza. Dipegangnya kedua belah pantat Siti dengan lengannya sambil sesekali diremasnya pantat Siti. Wajahnya kuat menekan daerah selangkangan Siti.
“Ahhhh..... Ohhhhh..........” desahan-desahan Siti yang tadinya tertahan sekarang mulai terasa bebas, meskipun dia berusaha sekuat tenaga untuk tidak terhanyut dalam dorongan birahinya, tapi pada saat yang bersamaan, dorongan itu begitu kuat membetot setiap simpul syarafnya membuatnya terlena. Siti mulai merasakan tubuhnya seperti akan meledak dihantam oleh rangsangan yang tiada hentinya merasuki tubuhnya. Pelan-pelan Siti mulai bisa menerima perlakuan mereka, tubuhnya bergerak seirama dengan permainan ketiga pria kasar itu. Dan ketiga pria itu tahu Siti sudah terangsang hebat, akrena itu mereka makin gencar melancarkan rangsangan pada tubuh Siti. Akhirnya, sekuat apapun Siti bertahan, dia tidak mampu menahan desakan liar di tubuhnya yang bagaikan singa merobek tubuhnya dari dalam, tubuhnya melengkung ke belakang membuat payudaranya membusung tegak.
”Ooooohhhhkkhhhhhhhhh... Aaahhhh....” tubuh Siti akhirnya mengejang kuat sambil menjerit keras, kakinya menggelepar-gelepar seperti ayam disembelih. Dengan sekuat tenaga, Siti melepaskan orgasme pertamanya. Seketika cairan bening mengucur dari kemaluan Siti. Cairan itu langsung dijilati oleh Barda dengan rakus. Tubuh Siti menegang dengan begitu hebat, sampai-sampai Herman dan Godon kewalahan menahannya. Tubuh mulus itu menegang selama beberapa detik sebelum kemudian melemas lagi di dalam pelukan Herman dan Godon.
Siti terkulai lemas setelah orgasme yang begitu hebat, tubuhnya yang putih mulus menjadi berkilau karena basah oleh keringat. Nafas Siti terengah-engah seolah baru saja menyelesaikan lomba lari jarak jauh, membuat payudaranya yang telanjang dan membusung bergerak-gerak menggemaskan. Godon meremas payudara Siti beberapa kali saking gemasnya. Siti hanya bereaksi denganb sedikit menggeliat merasakan sentuhan tangan Godon pada payudaranya, gelombang orgasme dahsyat sudah terlanjur menguasainya dengan sangat kuat. Karena itu Siti juga diam saja saat Barda menarik kedua kakinya dan melebarkannya mengangkang dan menekuknya sedikit. Posisi yang sangat sempurna bagi wanita untuk melakukan persetubuhan.
Barda mengamati tubuh mulus Siti sejenak, sambil menempatkan dirinya di antara kedua belah paha Siti yang mulus itu. Dielusnya paha Siti bagian dalam dengan gerakan lembut, seolah ingin meresapi kemulusan setiap inci kulit paha Siti. Lalu perlahan Barda mulai menempatkan tubuhnya menindih tubuh Siti. Payudara Siti yang kenyal menekan dada Barda dengan lembut, seolah ada bantal yang mengganjal. Pelan-pelan Barda mulai mengarahkan penisnya ke kemaluan Siti sambil sesekali menciumi bibir Siti dan mengulumnya lembut. Siti kembali meneteskan air mata merasakan desakan benda tumpul pada kemaluannya.

“Ehhkkhh...” Siti merintih lirih saat penis Barda mulai menerobos masuk ke dalam liang vaginanya, Siti memejamkan mata sambil menggigit bibir menahan sakit pada lang vaginanya yang terasa penuh terisi oleh penis Barda. Barda sendiri mendengus-dengus bak kuda liar merasakan jepitan dan cengkeraman kuat dari vagina Siti, vagina Siti seolah melakukan perlawanan ketat saat penis Barda memasukinya, denyutan dinding vagina Siti seolah cengekraman tangan yang meremas penis Barda.
Selama beberapa saat Barda membiarkan penisnya tertanam di dalam liang vagina Siti, mencoba menyerap seluruh kenikmatan dari denyutan vagina penyanyi jelita itu.
“Ohh..ohh.. ohh..” Barda mengerang sesaat merasakan kenikmatan luar biasa dari jepitan vagina Siti.
Untuk menambah kenikmatan itu, Barda kemudian kembali menciumi bibir Siti dan mengulumnya ketat. Lalu dipeluknya tubuh putih Siti dengan erat. Perlahan Barda mulai menggerakkan pantatnya maju mundur, untuk mengocok penisnya di dalam liang vagina Siti. Siti merintih-rintih setiap kali vaginanya digenjot. Tapi rintihannya teredam oleh kuluman dan cumbuan Barda di bibirnya. Siti hanya bisa menggelepar-gelepar merasakan genjotan-demi genjotan pada liang vaginanya yang dirasakannya makin lama makin cepat. Barda sendiri bergerak makin liar, disodoknya vagina Siti kuat-kuat sampai tubuh Siti tersentak-sentak liar. Kaki Siti terlihat menendang-nendang ke samping dengan liar. Tapi meskipun dalam keadaan diperkosa, tapi mau tidak mau, akibat orgasme pertamanya yang begitu hebat, Siti mulai ikut merasakan kenikmatan dalam setiap genjotan penis Barda di vaginanya. Pelan-pelan gerakan tubuh Siti mulai teratur seirama dengan gerakan Barda yang liar, bahkan kadang, saat Barda menghentikan genjotannya, Siti menggerak-gerakkan pantatnya sendiri naik turun supaya penis barda tetap mengocok vaginanya. Lenguhan-lenguhan Siti mulai terdengar sangat menikmati setiap gerakan yang mereka berdua lakukan.
Sepuluh menit kemudian, Barda, sambil memeluk erat tubuh Siti, bangkit dari posisi tidurnya dan sekarang duduk sambil tetap mendekap tubuh Siti, Posisi keduanya sekarang saling berhadapan dengan kedua alat kelamin mereka tetap menyatu. Barda kemudian membiarkan tubuh Siti terkulai ke belakang, membuat Diva Pop Malaysia itu harus menggunakan tangannya untuk menahan agar tubuhnya tidak jatuh ke belakang. Dengan posisi itu, Barda leluasa mencengkeram pantat Siti dengan kedua tangannya, diremasnya bongkahan pantat yang padat itu sesaat. Lalu Barda memaksa pantat Siti bergerak maju mundur dengan dua tangannya membuat Siti seolah-olah menggoyangkan pantatnya untuk mengocok penis Barda yang tertanam di dalam liang vaginanya.

“Ahhss.. ahhss.. oohh... oohh... Fuckkk.. mee.. aahhh.. Fuck mee.. “ Siti mulai meracau, tubuhnya sekarang sudah sepenuhnya dikuasai gelombang seksual, membuat pikirannya tidak bekerja. Tubuhnya hanya bergerak mengikuti nalurinya yang paling dasar. Kerena itulah kemudian Siti dengan sukarela menggerakkan pantatnya sendiri maju mundur mengocok penis yang mengisi vaginanya. Bunyi gesekan vagina dan penis terdengar berirama, menambah gairah sepasang anak manusia berbeda kasta yang sedang melakukan persetubuhan tersebut.
Dan selama sepuluh menit kemudian, sepasang tubuh yang sangat kontras itu terus bersatu dalam gelombang seksual yang menggebu. Siti kemudian kembali merasakan desakan yang sama seperti yang dia rasakan sebelumnya, tubuhnya seperti diledakkan dari dalam.
“Ahh.. ahh.. Siti nak keluar Pakcik.. Siti nak keluar.. ahhhh... oohhh... ooohhh..” Siti berujar lirih, tatapan matanya terlihat sayu sambil menggigit bibir bawahnya. Goyangan tubuhnya makin liar dan genjotan pantatnya makin cepat. Kemudian tubuh itu kembali melengkung ke belakang, sampai wajah cantik Siti mendongak ke atas, tubuh itu menegang kuat bagai tersengat aliran listrik.
“Oooooohhkkkkkkkkhhhhhh.......... Aaaaaahhhhh....” Siti mengerang kuat-kuat sambil menunpahkan seluruh tenaganya untuk kembali mencapai orgasme.
Pada saat yang bersamaan, Barda merasakan denyutan vagina Siti makin keras dan kuat meremas-remas penisnya, membuatnya tidak tahan lagi. Akhirnya diiringi lolongan penuh kenikmatan keduanya mengalami orgasme yang sangat hebat. Barda melenguh-lenguh saat spermanya menyembur mengisi rahim Siti dengan derasnya. Akhirnya keduanyapun ambruk ke arah yang berlawanan dan terkapar di atas ranjang sambil terengah-engah. Ledakan orgasme yang dialami Siti membuat tubuhnya tidak lagi bisa dikendalikan oleh akal sehatnya. Penyanyi cantik itu hanya menurut ketika Godon menarik tubuhnya dan memaksanya berlutut tepat di depan selangkangan Godon.
“Nah.. sekarang Siti pegang punya Abang nie..” kata Godon sambil menyorongkan penisnya ke wajah Siti. Untuk sesaat Siti memalingkan wajahnya, tidk tahan menatap penis yang hitam dan besar milik Godon. Tapi Godon menarik tangan Siti dan memaksa Siti untuk memegangnya. Siti tidak bisa menolak lagi, pelan-pelan jari-jarinya yang lentik mulai melingkari penis itu, besarnya pas segenggaman tangan Siti yang mungil.

“Ayo Sayang.. “ Godon mengangguk saat Siti menatap wajahnya seolah minta konfirmasi untuk tindakan selanjutnya.
Akhirnya Siti menurut, pelan-pelan tangannya mulai bergerak mengocok penis perompak itu dengan gerakan lembut. Siti takut kalau tangannya menyakiti penis Godon pastilah Godon akan marah dan menyakitinya. Karena itulah Siti memperlakukan penis itu dengan sangat lembut, kocokannya bergerak dengan sangat teratur membuat Godon serasa melayang merasakan sentuhan tangan artis cantik itu.
“Ohhh... yess.. ahh.. Tak sangka, Siti cakap kali lakukan nie..” kata Godon sambl mengerang. Siti mendaegar penghinaan itu, tapi dia diam saja dan terus mengocok penis Godon. Godon mengerang-erang penuh kenikmatan, rasanya seperti mimpi kalau penisnya dilayani oleh seorang artis yang selama ini hanya bisa dilihatnya lewat layar kaca. Melihat itu Herman tidak tahan untuk ikut ambil bagian, dia berlutut di belakang Siti, lalu disusupkannya kedua tangannya ke bawah ketiak Siti, Jari-jarinya yang kasar kemudian mencengkeram kedua belah payudara Siti dengan ketat.
“Ahh.. “ Siti mengerang kecil saat Herman mulai membelai-belai dan meremas-remas payudaranya dari belakang. Herman mencengkeram payudara lembut itu dengan kekuatan penuh, membuat Siti sedikit kesulitan bergerak, apalagi Herman juga merapatkan dadanya dengan punggung Siti, seolah meresapi kehangatan punggung mulusnya. Kemudian tangan kanan Herman mulai bergerak turun, menyusuri perut Siti yang rata, dan turun ke daerah kemaluan Siti.
“Ohh... “ Siti mendesah sambil menggeliat saat jari-jari Herman mulai mengaduk-aduk daerah kemaluannya. Dipermainkannya vagina Siti dengan jarinya, membuat Siti tiba-tiba kembali tersengat oleh rangsangan, membuat tubuhnya yang tadi begitu kaku mendadak menjadi rileks, kedua kaki Siti mulai rileks, Siti bahkan makin melebarkan kedua kakinya dan membiarkan jari-jari Herman semakin leluasa keluar masuk vaginanya yang sudah basah itu. Tubuh Siti mulai mengikuti gerakan jari-jari Herman pada vaginanya.
“Mmhh... oohhh... oohh..” Siti tanpa sadar mendesah-desah merasakan rangsangan pada daerah kemaluannya, apalagi saat jari-jari Herman menemukan klitorisnya, sentuhan jari-jari Herman pada daerah sensitif tersebut membuat Siti meremang, dorongan seksualnya mendadak melonjak dengan cepat. Hal itu membuatnya bergerak liar, dikocoknya penis Godon dengan gerakan cepat, membuat Godon meleguh-lenguh. Dia merasakan perubahan pada tubuh Siti, yang mengalir pula ke tubuhnya melalui tangan halus itu.

“Ahh.. ahh..” Godon merintih-rintih. “Masukkan ke mulut Siti.. masukkan ke mulut, ‘Godon meraih kepala Siti dan mendorongnya maju. Siti yang sudah terangsang bertindak bak seorang pelacur murahan.
Tanpa ragu lagi dia membuka mulutnya, dan seketika penis besar Godon meluncur masuk ke mulutnya. Siti merasakan sesuatu tidak enak di mulutnya, tapi desakan seksualnya terlalu kuat untuk mempedulikan hal itu. Dia hanya mengikuti nalurinya saja, digerakkannya kepalanya maju mundur untuk mengocok penis itu di mulutnya, bibirnya yang mungil, yang biasanya melantunkan lagu-lagu merdu, digunakannya untuk mengulum dan mengenyoti penis besar itu. Perlakuan Siti pada penis Godon membuat Godon mengerang-erang menahan desakan sensasi yang kian menghebat. Tubuh Godon mengejang keras, seolah akan meledak, desakan libidonya mengumpul menjadi satu dan kian mengeras terpusat pada penisnya yang berkedut-kedut. Di lain pihak, Siti yang juga tengah dirangsang hebat oleh sentuhan tangan Herman pada payudara dan vaginanya kian bernafsu menggarap penis Godon, kulumannya makin kuat, sesekali Siti mengeluarkan penis itu dari mulutnya dan mengecup-ngecup ujung penis yang bagaikan topi baja itu sambil sesekali menjilatinya, cairan bening mulai menetes dari ujung penis Godon yang kian menegang yang langusng dijilati oleh lidah Siti, Siti juga kembali mengocok-ngocok penis yang terasa kian licin di tangannya. Godon yang sudah tidak tahan akhirnya memaksa Siti untuk mengulum penisnya  kembali. Siti pun menurut saja, kembali penis hitam itu memenuhi mulutnya kemudian dikenyot dan dikulumnya sengan penuh nafsu. Godon makin liar, akhirnya ditekannya wajah Siti sampai rapat ke selangkangannya, membuat Siti meronta-ronta kehabisan nafas.
“Oohh.. nggghhh... aahhkkkhhhh...” Godon mengejang dan mengerang kuat, wajahnya mendongak sambil mengernyit, sepertinya wajah itu akan meledak berkeping-keping, dan dengan satu dorongan terakhir, ditumpahkannya spermanya ke dalam mulut Siti. Siti membeliak merasakan cairan hangat dan kental menyembur deras memenuhi kerongkongannya. Nyaris Siti muntah merasakan cairan sperma bauitu, tapi cengekraman Godon membuatnya  menelan sperma itu sampai tuntas. Pada saat yang bersamaan, rangsangan-rangsangan yang diberikan oleh Herman pada payudara dan vagina Siti membuatnya terangsang tinggi, akhirnya tubuh Siti ikut-ikutan menegang sampai merapat ke tubuh Herman, Herman langsung memeluknya ketat sambil terus menggerayangi payudara dan vagina Siti. Siti menggeliat merasakan sensasi sekualnya kian meninggi menyengat seluruh titik syaraf kenikmatannya. Tubuh Siti menggelepar keras sambil kakinya menendang-nendang. Tidak tahan menerima perlakuan Herman, Siti akhirnya memuntahkan orgasmenya untuk yang ketiga kali.
“Ooooohhhhhhhhhkkhhhhhhh..........” Sambil menggeliat kuat-kuat, Siti menjerit keras, orgasmenya meledak luar biasa seolah ada seekor singa merobek tubuhnya dari dalam. Tubuh mulus penyanyi cantik itu menegang beberapa saat, sebelum akhirnya melemas sambil terengah-engah di dalam pelukan Herman.

Kemudian Herman menunggingkan Siti dan menarik pantat Siti agak tinggi. Herman melebarkan paha Siti sehingga vagina Siti sedikit terkuak. Herman yang sekarang juga sudah telanjang bulat pelan-pelan mendekatkan penisnya pada bibir vagina Siti. Pelan-pelan didorongkannya penis itu ke dalam liang vagina Siti.
“Oohhhkk..” Siti melolong lirih saat penis Herman meluncur mulus ke dalam vaginanya berkat cairan vaginanya yang sudah membanjir.
“Ampuun Pakcik.. Siti tak kuat lagi.. oohh..” Siti merintih pelan saat Herman mulai menggerakkan pantatnya untuk menggenjot vagina Siti.
Siti tersentak maju-mundur setiap kali Herman mendesakkan penisnya ke dalam vagina Siti. Vagina Siti yang masih sempit mulai licin dan lancar meskipun masih sangat menjepit. Herman melakukan persetubuhan dengan gerakan yang liar, kadang pelan dan lembut, kadang kasar dan sangat cepat seperti dikejar setan. Gerakan-gerakan liar itu membuat Siti makin tersapu oleh sensasi liar di dalam tubuhnya. Setelah mengalami beberapa kali orgasme, desakan seksualnya menjadi makin liar membuatnya terlihat sangat menikmati persetubuhannya dengan Herman. Setelah hampir sepuluh menit mereka bersatu, Siti tidak tahan lagi, dorongan nafsu seksualnya sudah mangalahkan akal sehatnya, diapun mengerang dan mendesah seirama gerakan penis Herman yang menggenjot vaginanya.
"AAAAhhhhhh….."Siti mengerang keras, dia kembali mengalami orgasme, meskipun tidak sehebat sebelumnya, tapi cukup kuat untuk membuat vaginanya berdenyut kencang. Tahu Siti mengalami orgasme, Herman makin bersemangat memompakan penisnya di dalam liang vagina Siti. Hal itu membuat Siti semakin larut dengan permainan Herman  pada vaginanya. Herman memompa vagina Siti dengan cepat kemudian melambat dan cepat lagi, begitu seterusnya. Hal ini membuat Siti semakin mendesah-desah kenikmatan, lelehan cairan kewanitaannya sudah keluar dan membasahi kedua paha bagian dalam Siti. Saking larutnya dalam permainan, dengan tidak sadar Siti yang menggerakan pinggulnya apabila Herman dengan sengaja menghentikan genjotan penisnya pada vagina Siti. Kemudian kembali Herman membuat gerakan maju mundur mendesakkan penisnya ke dalam vagian gadis cantik itu. Siti yang sudah dipengaruhi orgasmenya tidak kuasa melawan, dia bahkan menikmati genjotan penis Herman di dalam vaginanya.
"Ooohh...... akkhh... ooohhh......." Siti mendesah-desah sambil mengejang, tangannya      mengepal keras, desahannya perlahan mulai taratur seirama dengan genjotan Herman pada vaginanya.

Herman terus memompa batang kemaluannya masuk ke dalam liang vagina Siti. Herman kemudian melebarkan kaki Siti dan terus memompa masuk dengan buas sambil tangannya meremas-remas payudara Siti. Siti makin terangsang dengan perlakuan Herman yang liar itu, kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan sambil menggeliat-geliat penuh kenikmatan. Kocokan demi kocokan terus menghujam vaginanya. Cairan vagina Siti terkocok sampai tuntas dan mengucur membanjiri selangkangannya. Dengan penuh nafsu Herman mempercepat genjotannya pada vagina Siti, sesekali dia kembali menghentikan pompaannya, dan secara refleks kembali Siti ganti menggoyangkan pantatnya maju mundur. Hal itu terjadi berkali-kali, bahkan saat Herman mendorong tubuh Siti hingga batang kemaluannya keluar dari liang kemaluan Siti. Secara refleks diluar kemauan Siti, dia menggerakkan pantatnya sendiri.  Kali ini permainan menjadi amat bergairah. Siti sudah mulai terbiasa menerima sodokan penis Herman di kemaluannya. Kali ini keduanya sudah seperti pasangan yang serasi. sudah seirama dan saling beradaptasi dalam persetubuhan itu. Siti pun tak melakukan perlawanan sama sekali terhadap Herman. Dibiarkannya begal itu membimbingnya mendaki puncak kenikmatan bersama. Siti yang wanita baik-baik dan seorang selebritis terkenal serta masih berstatus sebagai istri orang kadang masih berusaha membuat kesan ia tidak begitu menikmati persetubuhan itu. Namun yang sebenarnya terjadi, Siti benar-benar menikmatinya. Kemaluannya pun menerima kocokan demi kocokan penis dari banyak anggota perompak sepertinya sudah merelakan tubuhnya untuk dijadikan pelampiasan nafsu seksual mereka. Setelah bersetubuh beberapa puluh menit lamanya, tampak tubuh Siti berkelonjotan dan menegang, kedua kakinya, dengan otot paha dan betisnya mengejang, jari-jari kakinya menutup, dan nafas Siti menjadi tak teratur sambil terus merintih keras dan panjang,
"Ohhh... Akkkhhh... Ooohhh...!" Siti mengerang keras membuat Herman semakin mempercepat gerakannya hingga akhirnya membuat Siti merintih panjang, seluruh tubuh Siti kembali menegang dan menggelinjang selama beberapa detik.
"Oouuuuuuh..." jerit Siti menikmati orgasmenya yang bertubi-tubi dan memabukkan.
“AAGGHHHHHHHH... ” Herman melenguh keras, sensasi yang sedari tadi ditahan akhirnya dilepaskan dengan sangat dahsyat sambil memuncratkan spermanya ke dalam vagina Siti. Keduanya kembali lemas setalah mengalami orgasme secara bersamaan.

Herman untuk sesaat menekan penisnya dalam-dalam di vagina Siti menikmati cengkeraman vagina Siti sampai tuntas. Lalu perlahan dia menarik tubuh Siti berdiri di dalam dekapannya. Dipeluknya tubuh putih mulus itu dengan erat sambil sesekali bibirnya menciumi bibir Siti seolah tidak pernah puas merasakan sentuhan bibir merah Siti. Dan sepanjang malam, sampai menjelang fajar, Siti dipaksa terus menerus merelakan tubuhnya dijadikan sarana pelampiasan nafsu seksual ketiga perompak itu. Ketiganya menyetubuhi Siti dengan berbagai macam gaya yang bisa mereka praktekkan. Siti sendiri tidak ingat sudah berapa kali ketiganya memperkosa dirinya karena hampir tiap jam mereka memaksanya untuk bersenggama secara bergiliran. Dirinya tidak ubahnya sebuah piala bergilir yang dipakai untuk memuaskan nafsu binatang ketiga orang itu. Siti yang seorang wanita terhormat dan selebritis yang sangat dikagumi banyak orang sekarang dipaksa untuk menjadi lebih hina daripada seorang pelacur

***
Sepasang tubuh terlihat sedang bergumul di atas ranjang dalam keadaan telanjang. Pasangan itu terlihat sangat berbeda, yang satu seorang wanita yang sangat cantik dengan tubuh putih mulus, sedang satunya lagi pria hitam kasar dengan wajah brewokan menyeramkan. Desah kenikmatan meluncur dari keduanya, tubuh pria hitam itu menindih tubuh sang wanita cantik dan menggenjot daerah kemaluannya dengan gerakan kasar.
“Ohh.. Ohh.. Ohh..” Suara si pria yang tidak lain adalah Johan pimpinan perompak terdengar mendengus tiap kali dia menggenjot kemaluan wanita cantik yang sedang disetubuhinya.
“Bagaimana Siti.? Siti suka dengan perkawinan kita ni..??” Tanya Johan di tengah usahanya menyetubuhi wanita cantik yang tidak lain adalah Siti Nurhaliza itu. Wajah Siti yang cantik merah padam, meski begitu Siti sama sekali tidak menunjukkan perlawanan, bahkan terlihat sekali kalu Siti sedang menikmati persetubuhannya dengan perompak seram itu.
“Egh.. oohh.. “ Siti mengerang halus, “Iya..Bang.. Ohh.. Siti suka ..Siti rasa senang bisa bersetubuh dengan Abang..” ujar Siti manja sambil tangannya memeluk punggung Johan yang kokoh.
Hari ini adalah tepat seminggu Johan menculik Siti dan Datuk K. Sepanjang seminggu itu Siti terus-menerus dipaksa untuk menjadi budak seksualnya. Di bawah ancaman Johan yang akan mencelakakan Datuk K, Siti terpaksa menuruti keinginan Johan. Setiap hari Siti dipaksa melakukan persetubuhan oleh Johan, bahkan tak jarang penyanyi cantik itu dipaksa melakukan hubungan seksual dengan anak buah Johan. Siti sendiri merasa nasibnya saat ini memang sudah ditakdirkan untuk menjadi pelacur bagi Johan dan anak buahnya karena itu dia tidak berani menolak setiap keinginan Johan. Hal itu dilakukannya juga demi keselamatan suaminya.
“Ohh.. bagus sekali Sayangku..” Johan memeluk tubuh mulus penyanyi cantik itu erat-erat sambil terus menggenjot kemaluan Siti kuat-kuat. Siti mengerang merasakan genjotan itu merangsang syaraf seksualnya, tubuhnya perlahan mengejang, pelukannya ke punggung Johan makin ketat, sampai akhirnya bibir Siti yang mungil mendesis.

“Oooohhhhhhhhhhh........” Siti menggeliat, orgasmenya meledak, dan hal ini yang membuat Siti bingung, kenapa setiap kali bersetubuh dengan Johan dan anak buahnya justru dirinya mendapatkan kepuasan yang sangat luar biasa yang tidak pernah diperolehnya dari Datuk K.
Hal inilah yang membuat Siti benci tapi juga butuh pada Johan dan perlahan membuatnya tergantung pada sosok seram perompak itu. Sedangkan Johan sendiri tentu saja menganggap Siti adalah sesuatu yang sangat berharga. Siti sendiri sampai detik ini tidak keberatan saat dirinya dijadikan pelacur oleh Johan. Tapi tentu hal itu adalah usahanya untuk menyelamatkan suaminya dari cengkeraman para perompak. Johan merasakan ketatnya vagina Siti menggenggam penisnya, sudah berhari-hari dia menggagahi Siti tapi tetap saja vagina Siti terasa begitu ketat dan lembut, Akhirnya Johan pun tak tahan lagi, dengan erangan kuat, dia menekan kemaluan Siti dengan penisnya sampai mentok, dan kemudian dia menyemprotkan spermanya di dalam vagina Siti. Entah sudah berapa kali Johan menyiram rahim Siti dengan spermanya, Johan tidak pedulikan hal itu, karena berkat bantuan salah satu tawanan yang lain, seorang dokter ahli Ginekologi, di dalam rahim Siti sudah dipasang IUD anti hamil, dengan demikian berapa banyakpun sperma yang mengisi rahim Siti, Siti tidak akan bisa hamil, meski begitu Johan berharap suatu saat dirinya bisa menghamili Siti Nurhaliza, dengan demikian dirinya akan mendapatkan keturunan dari seorang wanita yang sangat cantik dan diidolakan banyak orang. Setelah puas menyetubuhi Siti, Johan pun berbaring di samping Siti sambil memeluk tubuh bugil penyanyi cantik itu.
“Siti..” kata Johan setelah agak lama, Siti menoleh, wajahnya yang cantik kini bertatapan dengan wajah Johan yang seram.
“Apa Bang..?” kata Siti sambil tersenyum.
“Aku punya idea ni, tapi Hanya Siti yang bisa melakukan idea aku ini,” jawab Johan.
“Idea apa Bang, kalau Siti boleh, akan Siti lakukan,” jawab Siti masih dengan senyum manisnya.
“Aku inginkan sebuah pertunjukan, dimana dalam pertunjukan itu, Siti menjadi penari telanjang,” kata Johan enteng.
“Apa?” Siti terperanjat dan terbangun dari rebahannya. “Siti, Abang minta Siti menari telanjang?”
“Oh bukan hanya itu, Siti juga aku minta untuk melakukan persetubuhan di atas panggung dengan beberapa orang yang aku pilih..” kata Johan datar, seolah mengatakan sesuatu yang biasa saja.
Siti terkesiap pucat, dirinya tidak menyangka akan dijadikan komoditi mesum semacam itu, dalam mimpi sekalipun Siti tidak pernah membayangkan hal itu.
“Tidak Bang.. jangan lakukan itu pada Siti Bang, Abang sila perkosa Siti sepuas Abang, Abang sila jadikan Siti pelacur bagi tamu Abang, tapi jangan pinta Siti lakukan itu Bang..” Siti terisak.
“Kalau Siti tak mau, tak apa, tapi jangan lupa.......”
“Jangan Bang!” Siti menjerit. Dia tahu apa yang akan dikatakan Johan. “Baik Bag, Siti akan lakukan itu..” jawab Siti  sambil tertunduk. Sekali lagi ancaman Johan untuk mencelakakan Datuk K berhasil.
***

Ruangan itu adalah ruangan yang sama yang pernah dipakai Johan saat memaksa Siti melakukan tarian seksualnya yang pertama kali. Tapi kali ini tamu yang datang lebih banyak dari waktu itu. Kursi berjajar memanjang ke belakang dan diisi penuh. Sekitar empatpuluhan orang, semuanya pria dan rata-rata bertampang sangar, duduk dengan gelisah. Selang beberapa puluh menit, lampu utama dipadamkan. Penonton menunggu dengan gelisah apa yang akan terjadi selanjutnya. Kemudian dari belakang panggung, muncullah bintang yang sudah ditunggu-tunggu oleh mereka.
Siti Nurhaliza berjalan menuju ke tengah panggung. Seketika lampu sorot menerangi tubuhnya, yang sudah berganti pakaian, pakaian yang Siti pakai saat ini hanyalah sebuah long dress pink tipis, dengan model tanpa punggung, hanya semacam kain penutup dada yang diikatkan ke lehernya yang sekarang menutupi payudaranya, belahan dada memanjang dari leher sampai pusar membuat kulit dadanya yang putih terlihat berkilau ditimpa lampu sorot. Sementara belahan paha dari pinggang terus ke bawah hingga setiap kali Siti berjalan pahanya yang mulus tersingkap lebar. Meskipun pakaian tersebut menutupi kedua payudara Siti dan bagian bawah Siti, namun karena tipisnya bahan pakaian tersebut dan ditambah dengan lampu sorot panggung yang sangat terang, sangat terlihat bahwa Siti hanya tinggal memaki celana dalam model G-String saja sehingga bayangan kedua puting payudara Siti dan bayangan kedua paha Siti sangat jelas terlihat. Meskipun terlihat habis menangis, Siti masih terlihat sangat cantik, apalagi terlihat jelas bahwa Siti telah didandani dengan baik, diberi make up yang sesuai dan dengan rambutnya yang telah diatur sedemikian rupa sehingga seperti kelihatan baru keluar dari salon. Seketika itu decak kagum bergema di ruangan itu. Rupanya semua yang hadir di tempat itu sudah tahu siapa bintang pertunjukannya, dan rata-rata dari merekapun tahu siapa Siti Nurhaliza, tentu saja mereka adalah orang yang sangat mengagumi kecantikan Siti.
Tak berapa lama Johan naik ke panggung, didekapnya tubuh Siti erat-erat dan sesekali dia menciumi wajah Siti.
“Nah.. para tamu semuanya, tentu kalian sudah tahu siapa prempuan ini.. Siapa dia.?? Tanya Johan pada penonton. Serntak semua menjawab lantang.
“SITI NURHALIZA....!!”
“Nah, macam mana kalau malam ini kita suruh dia menghibur kita semuanya..?”
“SETUJU.!!”
Johan kemudian memandang Siti dengan tatapan garangnya.

“Bagaimana Siti? Apa Siti mau menghibur mereka?” tanya Johan
“Iya Bang.. Siti mau..” jawab Siti.
“Siti mau menari telanjang buat mereka?”
“Siti Mau Bang..” jawab Siti menahan tangis. Johan tertawa penuh kemenangan mendengar jawaban Siti.
“Kalau begitu mari kita mulai pestanya..!!” kata Johan.
Siti menatap kerumunan pria yang sudah tidak karuan di hadapannya.
“Apa kabar semua?” Siti mencoba tersenyum. Dan melempar salam. “Bagaimana kalau hari ini Siti menghibur anda semua dengan satu tarian..” sontak seluruh perompak yang tidak pernah melihat wanita secantik Siti  bersorak.
“Bagaimana kalau Siti buka baju?” kata Siti lagi. Serentak semua menjawab setuju. Siti lalu melepaskan lilitan kain yang menutupi tubuhnya. Seketika semua yang melihatnya langsung melotot melihat tubuh yang begitu putih dan mulus terpampang di depan mereka. Saat itu terdengar alunan musik dari sebuah speaker yang ada di atas panggung. Lagu CINDAI menggema di dalam ruangan.
Siti lantas mulai menggoyangkan tubuhnya yang nyaris bugil itu dengan gerakan gerakan erotis mengikuti irama lagu yang pernah membawanya pada ketenaran sebagai seorang penyanyi. Tangannya diangkat ke atas lalu pinggulnya digoyang-goyangkan membuat seluruh tubuhnya berguncang. Seluruh penonton bersuit-suit melihat goyangan pinggul dan pantat Siti. Payudara Siti yang tergantung telanjang begitu putih mulus dan kencang. Payudara itu berguncang seirama gerakan Siti. Melihat payudara yang begitu mulus itu telanjang, penonton makin liar dan berteriak meminta Siti membuka celana.
“Buka ! Buka! Buka!” teriak mereka sambil terus memelototi Tubuh Siti yang bergoyang erotis. Siti mulai meneteskan air mata mengalami penghinaan serendah itu. Tapi dia mancoba menguatkan dirinya demi keselamatan suaminya yang masih ditahan oleh Johan.
“Kalian mau lihat pula vagina Siti?” tanya Siti, lalu Siti mulai memelorotkan celananya dan melemparkannya ke arah penonton, lagi-lagi penonton berebut mengambil celana itu. Sekarang Siti sudah sempurna telanjang bulat di hadapan para perompak yang makin brutal. Siti meneruskan tariannya dengan berbagai gaya yang diingatnya. Pantat Siti yang montok dan mulus bergoyang-goyang secara erotis. Sesekali Siti juga berpura-pura melakukan onani dengan meremas payudaranya sendiri sambil merintih-rintih dan mendesah-desah seperti orang yang terangsang nafsu seksualnya.

Entah berapa lama Siti menari, rasanya sudah seperti berjam-jam, dia baru berhenti setelah Johan menyuruhnya berhenti. Semua yang  sedang menikmati tarian telanjang dari Siti Nurhaliza kontan menggerutu.
“Tenang.. tenang..” kata Johan kalem. “Hiburannya tetap akan dilanjutkan. Kalian mau kan?”
Serentak semua menjawab mau.
“Kerena itulah maka Siti Nurhaliza akan memberikan hiburan yang lebih hot lagi,” Kata Johan lagi, Siti terkejut dengan ucapan itu, jantungnya kembali berdebar menanti kelanjutan kalimat Johan. Johan menoleh ke arah Siti.
“Siapa saja yang tebakannya tepat, dia kuijinkan untuk menyetubuhi Siti Nurhaliza di atas panggung!” kata Johan. Seketika Siti terperanjat mendengar ucapan itu. Air matanya merebak karena ketakutan.
“Ampun Bang..!! Jangan lakukan itu pada Siti Bang.. Jangan..!!” Siti menangis terisak sambil mendekap bagian-bagian tubuhnya yang masih bisa dia tutupi dengan kedua tangannya.
“Siti nak melawan..?? Siti nak Menolak..??” Johan menatap dengan wajah garang. Siti memalingkan wajahnya. Dia tahu apa arti ucapan Johan itu. Dengan lemah Siti terpaksa menggeleng.
“Nah.. begitu... Jadilah wanita yang penurut..” Johan berkata riang. Dia menarik Siti supaya mendekati pinggir panggung.
“Sekarang tebakannya.. “ Johan menarik tangan Siti yang menutupi payudaranya ke belakang sehingga payudara itu mencuat ke depan dan membulat sempurnya seloah Siti sedang memamerkan keindahan payudaranya pada para perompak di hadapannya.
“Silakan tebak berapa ukuran payudara Siti Nurhaliza ini, siapapun yang jawabannya benar kuijinkan untuk menyetubuhinya..” kata Johan.
Maka seketika ruangan menjadi gaduh oleh teriakan para perompak. Mereka meneriakkan tebakan ukuran payudara Siti, beberapa diantaranya nekad meraba dan meremas-remas payudara Siti untuk mengukur seberapa besar payudara Diva cantik itu. Siti hanya bisa menangis pasrah diperlakukan seperti binatang oleh mereka. Dia sungguh tidak berdaya di bawah ancaman Johan.
Ternyata ada empat orang yang benar tebakannya. Siti merinding melihat tampang orang-orang yang akan memperkosanya. Keempatya bertampang brutal dan dekil seolah tidak pernah mandi selama berminggu-minggu.

“Nah Siti.. bagaimana.. Siti mau kan kalau mereka berempat menyetubuhi Siti..?” tanya Johan tenang.
“Terserah Abang saja...,” kata Siti sambil menyapu air matanya menggunakan punggung tangan.
“Kok terserah Abang..?  Bukankah Siti yang mau bersetubuh?,” jawab Johan santai. “Apa Siti mau bersetubuh dengan mereka atau tidak? Tanya Johan lagi.
“Iya Bang.. Siti mau..,” jawab Siti akhirnya.
“Mau apa? bilang!,” Johan bertanya lagi.
“Siti mau bersebadan dengan mereka!” jawab Siti dengan lantang.
Seketika itu pula Johan dan keempat orang itu tertawa.
Keempat perompak itupun mulai mendekati Siti yang telanjang bulat. Decak kagum dan siulan-siulan tanda kagum bergema dari mereka. Jelas sekali mereka merasa sangat senang, impian mereka yang selama ini hanya ada dalam fantasi paling liar sekarang terwujud. Perompak-perompak itu kemudian melucuti pakaian mereka masing-masing. Tubuh mereka terlihat begitu hitam dan jorok, dan banyak diantara mereka berbulu sangat lebat. Sangat kontras dengan tubuh Siti yang langsing dan mulus itu. Mereka kemudian menuntun Siti turun dari panggung, seolah mereka ingin mengajak perompak yang lain ikut menikmati persetubuhan mereka dengan sang Diva. Kemudian mereka menyuruh Siti untuk berlutut sambil mengangkangkan kaki. Salah satu mereka berlutut di belakang Siti kemudian menarik rambut Siti dan mencium bibir Siti. Terlihat sekali Siti membalas ciuman tersebut dengan mesra, mereka saling beradu lidah.
“Ohh... mmhh.. mmhh..” Siti merasakan sentuhan bibir dan lidah perompak itu di bibir dan mulutnya. Siti berusaha untuk menikmati setiap sentuhan dari para perompak itu. Siti sudah memasrahkan dirinya dan merelakan tubuhnya dijadikan pelampiasan nafsu seks para perompak itu. Kemudian Tangan dari perompak itu mulai menggerayangi vagina Siti dari belakang dan kemudian mengusap-usap bibir vagina Siti sambil sesekali memasukkan jarinya ke dalam vagina Siti.
“Ohh..” Siti menjerit kecil saat saat perompak itu memasukkan jari-jarinya ke vagina Siti.
“Jangan Tuan..” Siti merintih, tapi rintihan Siti ibarat perangsang bagi si perompak dan kawan-kawannya, dia makin liar menggesekkan jarinya ke selangkangan Siti bahkan dia juga meremas-remas gundukan vaginanya.

Siti merintih. Tubuhnya mengejang mendapat perlakuan itu. Sementara perompak yang lain mulai menciumi, menjilat dan menggigit kecil kedua payudara Siti, sedangkan kedua tangan Siti disuruh mengocok penis perompak yang lain secara bergantian. Siti merasakan sentuhan tangan itu seperti membangkitkan monster birahi yang tidur di dalam tubuhnya. Seketika Siti merasa tubuhnya bergerak dengan gelisah dam menggelinjang tak terkendali. Sesekali kakinya menggeliat kecil seperti menahan sesuatu yang akan keluar dari dalam tubuhnya.
“Ahhhh..... Ohhhhh..........” Siti mulai mengeluarkan desahan-desahan tertahan, dia berusaha sekuat tenaga untuk tidak terhanyut dalam dorongan birahinya, tapi pada saat yang bersamaan, dorongan itu begitu kuat membetot setiap simpul syarafnya membuatnya terlena. Para perompak itu tahu Siti sudah terangsang karena itu mereka makin gencar melakukan serangan di setiap jengkal kemulusan tubuh Siti.
Sementara semua mata yang menyaksikan permainan tersebut menahan nafas dan gejolak birahi mereka menyaksikan betapa tubuh yang begitu putih, mulus dan sexy milik Sang Diva dalam keadaan telanjang bulat sedang digeluti oleh beberapa pria bertubuh legam dan berwajah seram. Beberapa diantara mereka yang tidak tahan bahkan mulai melakukan masturbasi dengan mengocok penisnya sendiri. Tidak tahan dengan serangan-serangan pada daerah sensitifnya, tubuh Siti mendadak meregang kuat. Desakan dari dalam tubuhnya membuat tubuh Siti menghentak kuat, tubuh Siti kemudian melengkung ke atas seperti busur yang ditarik membuat payudaranya yang membukit itu makin tegak menantang.
“Ohhhkkhhhhhhhhhhhhh.... Aaaaaahhhhhh....” Siti mengejang dan mengerang keras dengan tangan dan kaki menggelepar. Dari vaginanya mengucur cairan bening, Rangsangan-yang dilakukan para perompak itu rupanya berhasil membuat tubuh Siti orgasme dengan begitu kuat. Kemudian salah satu dari mereka yang rupanya disegani mengangkat tubuh telanjang Siti dan dibaringkannya tubuh Sang Diva pada sebuah meja yang ada di dekat situ. Diterlentangkannya tubuh Siti sampai membentuk huruf X yang luar biasa indah, tangan dan kaki Siti dipegangi oleh beberapa perompak lainnya. Siti yang sudah terangsang hebat hanya bisa pasrah menerima perlakuan itu. Meskipun dirinya tidak rela kalau akan diperkosa bergiliran tapi Siti hanya bisa menunggu nasib buruk yang akan menimpanya itu sambil berharap perkosaan terhadap dirinya tidak terlalu menyakitkannya. Siti melihat perompak itu mulai melepaskan pakaiannya sampai benar-benar telanjang. Penisnya yang hitam panjang dipenuhi bulu lebat mencuat begitu garangnya.

Si perompak perlahan mulai menempatkan tubuhnya di atas tubuh mulus Siti. Kemudian dia mendaratkan sebuah ciuman di bibir Siti dan melumat bibir lembut itu berulang-ulang. Siti hanya menggeleng lemah sambil menangis, tapi perompak yang sudah terangsang berat itu tidak mempedulikan penolakan Siti. Perlahan ditindihnya tubuh bugil Siti yang putih mulus itu. Lalu pelan-pelan Perompak itu menekan penisnya ke liang vagina Siti.
“Sshhh…sakit, aahhh…!!” Siti mengerang lirih  ketika penis si perompak yang besar itu menerobos vaginanya.
Siti meringis dan merintih menahan rasa sakit pada vaginanya,  vagina Siti melawan dengan liat membuat Perompak itu makin bernafsu mendorongkan penisnya. Setelah beberapa saat menarik dan mendorong akhirnya masuklah seluruh penis itu ke vaginanya, saat itu airmata Siti meleleh lagi merasakan sakit pada vaginanya. Lalu Perompak itu mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur, mula-mula pelan, tapi setelah beberapa saat gerakannya makin teratur, Vagina Siti yang masih sempit mulai licin dan lancar meskipun masih sangat menjepit. Siti tidak tahan lagi, dorongan nafsu seksualnya sudah mangalahkan akal sehatnya, diapun mengerang dan mendesah seirama gerakan penis Perompak itu yang menggenjot vaginanya. Gesekan penis di dalam vaginanya memberikan sensasi luar biasa pada sekujur tubuh Siti membuatnya mengejang dan bergerak liar.
“Ohhh... aahhh... oohhh... aahhh..” Siti mendesah-desah penuh kenikmatan setiap kali penis Perompak itu menghentak vaginanya. Siti kali ini tidak melawan lgi, dia bahkan bergoyang seirama dengan genjotan Perompak itu  dengan lenguhan dan desahan penuh nikmat.
Hampir 10 menit lamanya perompak itu menyetubuhi Siti. Siti merasakan desakan seksualnya makin meninggi seperti meledakkan tubuhnya. Desakan itu membuatnya sungguh lupa diri. Rupanya kepasrahannya yang total saat mendapati dirinya akan diperkosa justru menciptakan sebuah sensasi khusus dalam dirinya. Hormon kewanitaannya seperti dipacu dalam sekejap sehingga dirina bisa menikmati setiap detik persetubuhannya meskipun itu dilakukan oleh seorang yang sama sekali tidak dikehendakinya. Siti yang sudah sedemikian terangsang hanya bisa melenguh dan mendesah-desah merasakan sensasinya yang setiap saat siap meledak. Dan beberapa saat kemudian tubuh Siti kembali mengejang.
“Ohhhhkkhhhhh... Aahhhhhhhhh..!!!” Siti mengerang keras, wajahnya merah padam, tubuhnya mengejang dan bergetar dengan kuat seolah akan melemparkan Perompak itu dari atas tubuhnya. Sekali lagi Siti mengalami orgasme. Si perompak yang menindih tubuh mulus Siti berusaha menahan agar tidak buru-buru ejakulasi, dia menghentikan gerakannya dan membiarkan Siti bergerak liar. Seluruh tubuh Perompak itu juga menegang, bedanya, Perompak itu sedang berusaha menahan ejakulasinya agar spermanya tidak buru-buru dimuntahkan.

Kemudian dia mendekap tubuh mulus itu dan kembali melanjutkan genjotannya di vagina Siti. Mendapat serangan kembali di vaginanya membuat erangan-erangan Siti semakin keras, badan dan kepala Siti semakin bergoyang-goyang tidak beraturan menahan nikmat di dalam vaginanya. Kadang kala Siti dan Perompak itu terlibat dalam ciuman-ciuman lembut, beberapa kali bibir Siti yang lembut itu dikulum oleh bibir si perompak. Badan  Siti  bergoyang erotis mengikuti setiap genjotan penis Perompak itu pada vaginanya. Terlihat sekali Siti sedang menikmati permainan tersebut, Siti menjadi tidak peduli dengan sekelilingnya. Siti sudah tidak mempedulikan lagi persetubuhannya dijadikan tontonan begitu banyak orang. Siti sudah sepenuhnya dikuasai oleh nafsu birahinya yang kian lama kian memuncak. Siti menggelinjang liar dan erotis, tubuhnya dibiarkan mengikuti apa mau laki-laki tua yang sedang menyetubuhinya. Sampai akhirnya Siti tidak tahan lagi.
“AAAAAAAHHHHHKKKKHHHH... OOOHHHHH...!!!!!” Siti menumpahkan segenap tenaganya untuk meledakkan orgasmenya yang seolah menghancurkan tubuhnya dari dalam.
Vaginanya sedemikian kuat mencengkeram penis si Perompak. Dan beberapa detik berikutnya Siti merasakan semburan cairan hangat memenuhi rongga vaginanya. Perompak itu telah menyiramkan spermanya ke dalam rahim Siti. Sekarang Siti melihat satu orang perompak yang bertubuh gemuk pendek yang mengambil gilirannya. Perompak gemuk itu sudah sedari tadi bertelanjang bulat sambil mengocok-ngocok penisnya sendiri. Begitu sampai gilirannya, dia menarik Siti yang terbaring memaksa Siti untuk menegakkan badan. Kemudian dia menyodorkan penisnya ke wajah Siti.
“Ayo Siti, sekarang Siti harus ngocokin punya saya.” Katanya sambil menyorongkan penisnya. Siti hanya diam saja, tubuhnya masih belum sepenuhnya pulih dari orgasme, karena itu dia hanya menurut saja perintah Perompak itu, penis itu terasa penuh dalam genggaman Siti. Kemudian dengan gerakan lembut, Siti mulai mengocok penis itu naik turun, semula gerakannya pelan, tapi lama lama makin cepat. Perompak itu  merasakan sensasi yang berbeda pada kocokan tangan Siti yang lembut dibandingkan dengan tangannya sendiri. Perompak itu  mulai mengerang-erang menikmati permainan jari lentik Siti pada penisnya.
“Kocokan gadis cantik memang beda..” kata perompak gemuk itu  sambil membelai-belai rambut Siti. Perlahan tangannya menyusur turun menyentuh payudara Siti dan mulai meremasinya penuh nafsu. Sentuhan dan remasan tangan perompak itu  pada payudaranya membuat Siti kembali terangsang gairahnya, dia makin bersemangat mengocok-ngocok penis besar dan hitam itu.

“Sekarang masukkan ke mulut Siti..” perintah Perompak itu . Siti yang sudah mulai terbangkitkan gairahnya tidak malu-malu lagi. Diapun mulai memasukkan kepala penis itu ke mulutnya. Perompak itu  mendesah merasakan kehangatan mulut Siti, sentuhan lidahnya memberi sensasi nikmat padanya.
“Eeenngghh…aahh…aahh !” terdengar desahan Perompak itu  saat penisnya sedang dikenyot-kenyot oleh Siti. Sesekali Siti mengeluarkan penis itu dari mulutnya untuk dikocoknya pelan, kemudian dikulumnya lagi. Penis itu semakin mengeras dan berkedut-kedut di dalam mulut Siti. Penis yang besar mengerikan itu tidak muat seluruhnya ke dalam mulutnya yang mungil, maka sesekali Perompak itu  menekan kepalanya agar bisa masuk lebih dalam lagi.
“Aggh..aggh... .” suara Siti terdengar tersedak oleh penis Perompak itu . Tangan Siti berusaha menahan pinggul Perompak itu  agar Perompak itu  tidak bisa memompa penisnya ke dalam mulut Siti.
Salah satu perompak yang lain yang rupanya sudah tidak tahan lagi melihat adegan oral seks Siti dengan temannya mulai bangkit dari tempatnya dan berlutut di belakang punggung Siti. Tangan perompak yang berkepala agak botak itu kemudian meraba-raba payudara Siti dengan lembut, kemudian payudara Siti mulai diremas-remas dan diputar-putar, sesakali dia juga mencubiti kedua puting susu Siti dan menarik-narik puting payudara Siti dengan jari-jari kasarnya. Diperlakukan seperti itu, dimana Perompak yang gemuk memompa paksa penisnya yang besar ke dalam mulut Siti sementara jari-jari perompak satunya dengan lihainya mempermainkan kedua belah payudaranya, terlihat reaksi Siti mulai berubah, dari yang tadinya tegang dan meronta-ronta, sekarang mulai rileks
Yang dirasakan oleh Siti sekarang hanyalah rangsangan hebat pada sekujur tubuhnya, rasa nikmat pada vaginanya dan rasa ingin bersetubuh lagi. Tubuh Siti mulai mengikuti gerakan Perompak itu. Sekarang malah Siti dengan sukarela mengulum penis Perompak itu  yang besar dan menggerakkan kepalanya maju mundur melahap penis Perompak itu.

Beberapa menit kemudian Si Perompak gemuk menghentikan pompaan penisnya pada mulut Siti, sedangkan perompak yang ada di belakang Siti mulai menarik tubuh Siti dan membaringkannya terlentang di lantai, Perompak itu  kemudian membuka kaki Siti lebar-lebar, sehingga posisi Siti telentang di atas lantai dengan kaki mengangkang lebar. Semua yang melihat adegan itu terkagum-kagum melihat tubuh sang diva yang sangat mulus itu siap untuk disetubuhi. Perompak yang berkepala agak botak itu  kemudian langsung menindih tubuh Siti sambil mengarahkan penisnya yang besar itu ke vagina Siti.
“Aagghh... ” erang Siti ketika penis besar Perompak itu  mulai memasuki vaginanya.
Perompak itu  dengan kasar langsung memasukkan penisnya ke dalam vagina Siti yang sudah basah itu. Karena besarnya diameter penis Perompak itu, vagina Siti terlihat tertarik dan penuh dan menjadi berbentuk bulat melingkar ketat di penis Perompak itu. Perompak itu  mulai memompa penisnya dengan cepat keluar masuk vagina Siti. Siti yang belum pernah vaginanya dipompa oleh penis sebesar penis Perompak itu  hanya bisa mengerang-erang.
“Aaahhhh... ooohhhh... aaahhh... oohhhh...” Siti mendesah-desah setiap kali Perompak itu  menggenjot vaginanya sambil menggelinjang-gelinjang dan kedua tangannya mengepal kuat.
Perompak itu  semakin cepat memompa vagina Siti dengan penisnya. Siti tanpa sadar mengangkat kedua kakinya dan melingkarkannya di pinggang perompak itu  sehingga vaginanya mekar melebar dan memudahkan perompak itu  untuk memompa vagina Siti dengan lebih cepat lagi.
“Aaahh...... oohhh... .” Siti mulai meracau dengan mata tertutup dan tangannya semakin keras mengepal. Semua mata yang menonton setiap adegan persetubuhan antara Siti dan perompak itu  melotot dan terangsang hebat melihat bagaimana seorang pria dekil hitam legam sedang menyetubuhi seorang penyanyi yang sangat cantik lagi terkenal. Perompak itu kemudian mendekap tubuh mulus itu dan berguling sehingga posisinya sekarang bertukar, tubuh putih Siti sekarang berada di atas tubuh Perompak itu  dengan posisi agak melengkung karena perut Siti tertekan oleh perut Perompak yang buncit. Dengan posisi seperti itu, Perompak itu  memegang pinggang Siti dengan kedua tangannya, lalu memaksa Siti untuk bergerak sehingga penisnya yang masih membenam di dalam vagina Siti kembali terkocok.

Semula Siti hanya mengikuti tarikan dan dorongan tangan Perompak itu , tapi lama-lama, Siti yang sudah terangsang hebat mulai menggerakkan tubuhnya sendiri sehingga saat Perompak itu  menghentikan gerakannya, secara refleks Siti melenguh dan mulai menggerak-gerakan pantatnya sendiri agar vaginanya tetap dikocok oleh kemaluan Perompak itu . Si Perompak tertawa melihat reaksi Siti, lalu sambil memeluk tubuh Siti, tangannya mengelus-ngelus punggung putih mulus Siti. Siti tidak mempedulikan ejekan Perompak itu . Dia terus menggerakkan pantatnya naik turun memompa penis Perompak itu  pada vaginanya. Mendadak perompak lainnya maju mendekat. Dipegangnya pantat Siti sambil sesekali diremasnya bongkahan pantat yang mulus itu. Siti terkejut ketika tangan kasar si perompak yang mencengkeram pantatnya mulai membuka celah pantatnya. Sesaat kesadarannya pulih.
“jangan Pakciik.. ampuun.. jangan di situ..” Siti menggeliat mencoba berontak, tapi tangan Perompak yang sedang memompa vagina Siti secara refleks segera mendekap tubuh mulus Siti dengan erat membuatnya tidak bisa bergerak dalam pelukan Perompak itu. Siti meronta sekuat tenaga mencoba melawan tapi pelukan itu sangat kuat membuat perlawanan siti seperti sia-sia.
“Jangan Paak......” tangis Siti mulai pecah lagi, dia tersedu-sedu merasakan tangan kotor si perompak pada pantatnya. Perompak itu  tidak membiarkan Siti berontak, dekapannya makin erat membuat Siti terhimpit oleh dua pria sekaligus. Perompak itu  merentangkan kedua paha Siti sampai terbuka lebar-lebar,
“Jangan... jangan... .” tangis Siti semakin keras.
Seakan-akan tidak mendengarkan tangisan Siti, kemudian perompak itu memegang kedua bongkahan pantat Siti. Tarikan Pak Hasan pada pantat Siti itu mengakibatkan lubang pantat Siti menjadi terlihat dan sedikit terbuka seakan-akan siap menerima penis si perompak yang besar.
“AAAHHHKKHHH....” Tiba-tiba terdengar jeritan Siti. Rupanya si perompak  mulai memasukkan penisnya yang besar ke dalam lubang pantat Siti.
“Jangaaan... ampuun... saaaakiiittt..” teriak Siti ketika secara perlahan tapi pasti penis si perompak masuk ke dalam lubang pantatnya. Perompak itu kemudian mengangkat pantat Siti sedikit sehingga sekarang posisi Siti makin menungging, di lubang pantatnya terbenam seluruh penis si perompak yang besar. Untuk sesaat tidak ada pergerakan baik dari Hasan, Siti maupun dari kedua perompakyang menyetubuhinya, Rupanya mereka sedang memberikan waktu supaya Siti terbiasa dengan keadaan dimana dua batang penis Hasan yang besar berada didalam lubang pantat dan di vaginanya.

“Aaagg... aaggghhh... ” jerit pelan Siti ketika si perompak berambut panjang  mulai menarik penisnya secara perlahan dari lubang pantat Siti sampai tinggal kepala penisnya saja yang masih terbenam dalam lubang pantat Siti.
Siti kembali menjerit dengan keras ketika secara tiba-tiba perompak itu memasukkan kembali seluruh penisnya ke dalam lubang pantat Siti. Sementara Perompak yang gemuk juga mulai menggerakkan pantatnya sehingga penisnya kembali menyodok vagina Siti. Kemudian kedua perompak itu  mulai secara kompak memompa penisnya masing keluar masuk vagina dan lubang pantat Siti. Pompaan mereka semakin lama semakin cepat, membuat tubuh Siti tergoncang-goncang. Kepala Siti bergoyang tidak beraturan karena nikmat yang dirasakannya. Kedua payudara Siti dijilati oleh Perompak itu  dari bawah. Kedua tangan Perompak itu  memainkan puting Siti seperti orang mencari sinyal radio. Selama hampir limabelas menit Kedua laki-laki itu menghimpit tubuh Siti, tubuh putih mulus itu seperti daging dalam jepitan roti hamburger. Semua mata menyaksikan tanpa berkedip bagaimana tubuh putih  mulus Sang Diva terhentak-hentak di tengah jepitan dua perompak hitam dan dekil itu. Di tengah tengah pergumulan seru antara  Siti dan dua perompak, si perompak yang tadi penisnya dioral oleh Siti kembali menyodorkan penisnya ke wajah Siti. Siti yang paham maksudnya mulai mengulum penis itu dan memajumundurkan kepalanya sehingga penis si perompak terkocok di dalam mulutnya. Bibir Siti yang mungil seperti membentuk huruf O melingkari dengan ketat penis si perompak gendut. Kocokannya menimbulkan bunyi berkecipak lirih. Meski begitu hal itu justru membuat Siti makin bersemangat. Dikenyotnya penis itu dengan bertenaga sehingga membuat si perompak mengejan menahan kenikmatan setiap kuluman bibir Siti pada penisnya. Genjotan demi genjotan penis kedua laki-laki itu pada anus dan vaginanya benar-benar memaksa Siti untuk kembali mengalami orgasme, tubuhnya mengejang-ngejang kuat, kedua tangan dan kakinya kembali meronta-ronta liar.
tubuh mulus itu benar-benar sudah kepayahan,
‘Ohhgghhh... amm.. puunn. Pakciikk... oohh.. amm.. puuunnn.. sudaaah... oohh.. tak tahaaaannn... ahhh.....” Siti merintih-rintih putus asa di tengah usahanya mengulum penis perompak yang ada di depannya. Tpi ketiganya terus-menerus menggenjot Siti yang sudah lemas. Tubuh Siti sekarang tidak ubahnya sebuah boneka kain yang terhentak-hentak dalam himpitan dua laki-laki tua yang sedang menyetubuhinya sementara di depannya seorang lagi memaksa Siti untuk melakukan oral seks.

Siti benar benar tak berdaya, tubuhnya sudah sepenuhnya dikuasai dorongan seksual. Siti menggelinjang liar dan erotis, tubuhnya dibiarkan mengikuti apa maunya ketiga laki-laki itu. Banyak dari penonton yang beronani sampai menyemburkan spermanya di tempat karena tidak tahan menyaksikan tubuh penyanyi cantik yang begitu putih, mulus dan sexy itu dihimpit dua tubuh laki-laki tua berbadan gemuk dan hitam dan dipaksa beroral seks.
“Aaaahhhhhkkhhhh... Oohhhhhhhh...!!!” Akhirnya Siti tidak tahan lagi, dia mengerang keras sambil tubuhnya menegang keras bagaikan patung batu, tangannya mengepal kuat-kuat, kepalanya sampai terdongak menengadah. Dari vaginanya kembali mengucur deras cairan kewanitaannya. Pada saat yang bersamaan para perompak yang mengerjai Siti juga mengejang. Ketiganya menekan keras penis mereka kuat-kuat ke dalam vagina , mulut dan lubang pantat Siti.
“Ohhhhkk... Ahhh...” Diiringi desah penuh kenikmatan, ketiga perompak itupun menyemburkan sperma mereka ke dalam vagina, mulut dan anus Siti, ketiganya mencapai puncak orgasme mereka secara hampir bersamaan. Siti merasakan lelehan sperma hangat memenuhi vagina, anus dan mulutnya. Sebagian sperma yang memenuhi ronggga mulutnya terpaksa dia telan dan sebagian lainnya meleleh keluar melalui sudut bibirnya.
Tubuh Siti tergolek lemas di lantai kayu yang dingin, setelah disetubuhi oleh empat orang, tenaganya benar-benar habis. Siti merasa seluruh tulang di tubuhnya seperti rontok dari sendinya, badannya terasa sakit sekali, seolah baru saja dilindas oleh rombongan gajah. . Tubuhnya serasa sudah mati, hanya rintihan lirih yang keluar dari bibir Siti sementara dia hanya bisa terbaring lemas. Siti pun tidak mampu berbuat apa-apa ketika Johan mengumumkan, bagi siapapun yang tidak bisa menahan nafsunya dibolehkan untuk menyemprotkan spermanya ke tubuh Siti ang terbaring telanjang. Maka berbondong-bondong, para perompak yang memang sejak tadi tidak kuat menahan ejakulasinya secara bergantian mengocok-ngocok penis mereka di atas tubuh Siti, lalu mereka menyemprotkan spermanya ke sekujur tubuh Siti, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Setelah selesai acara itu, tubuh Siti sudah benar-benar tidak berdaya, sekujur tubuhnya yang putih mulus dan telanjang itu penuh berlumuran sperma, seolah Siti baru saja mandi sperma. Siti hanya bisa menangis setelah kesadaranya kebali pulih. Penderitaan yang dialaminya semalam telah menghancurkan dirinya luar dalam, dia merasa benar-benar hina, lebih hina dari pelacur yang paling rendah, dunia seolah sudah terbalik baginya dari posisi sebagai seorang Diva yang terhormat, berubah menjadi wanita pemuas nafsu seks yang tidak punya kehormatan sedikitpun. Dan Siti merasa kalau penderitaan yang sebenarnya belum lagi dimulai.

***


“Ohhh.. Ohhh... Ohh..” Desah-desah manja terdengar menggema di kamar.
Terlihat di ranjang Johan sedang menggeluti tubuh mulus Siti Nurhaliza yang telanjang bulat. Posisi Siti menungging seperti seekor anjing sedangkan Johan ada di belakangnya sambil menggenjotkan pantatnya pada daerah kemaluan Siti. Suara berdecak-decak akibat gesekan kemaluan mereka yang bersatu membuat suasana menjadi semakin romantis. Setelah beberapa minggu menjadi budak seksual Johan, Siti mulai menyerahkan dirinya seutuhnya pada sang pimpinan perompak yang menyeramkan itu. Siti malah merasa bahwa masa depannya memang ditakdirkan untuk menjadi pemuas nafsu seksual laki-laki itu. keduanya sudah seperti pasangan yang serasi. sudah seirama dan saling beradaptasi dalam persetubuhan itu. Sitipun tak lagi melakukan perlawanan terhadap Johan. Dibiarkannya pimpinan perompak itu membimbingnya mendaki puncak kenikmatan seksual bersama.
"Oouuuuuuh..." jerit Siti menikmati orgasmenya yang bertubi-tubi dan memabukkan.  Johan terkejut sesaat.
”Apa aku menyakitimu Sayangku..?” tanya Johan di tengah usahanya menyetubuhi Siti. Siti menggeleng di tengah desakan orgasmenya.
”Ti.. tidak Bang.. Ooohhhh... Oohhh... Siti rasa senang bisa bersetubuh dengan Abang..” ujar Siti manja sambil ikut menggoyangkan pantatnya ke depan dan ke belakang.
Setelah agak lama Johan menarik tubuh Siti dan memintanya kembali untuk terlentang. Johan kembali menindih tubuh mulus sang Diva dan terus menyetubuhinya. Persetubuhan antar dua insain yang berbeda kasta itu terus berlangsung semalaman. Entah berapa kali keduanya mengalami orgasme. Siti sendiri tidak bisa menghitung berapa kali rahimnya terisi oleh sperma pria laknat itu.
Keduanya terbaring lemas setelah semalaman melakukan hubungan seksual dengan penuh gairah. Johan sendiri terdengar mendengkur, dia tertidur karena kelelahan menyetubuhi Siti. Entah kenapa, tiba-tiba Siti bangkit dari tidurnya, masih dalam keadaan telanjang bulat dan sperma berceceran di sekitar kemaluannya. Siti tertatih mengenakan pakaian yang bisa dia kenakan. Kemudian dia mengambil pakaian Johan. Dirabanya pakaian itu beberapa saat. Kemudana dia menemukan sesuatu yang selama ini dicarinya. Segepok kunci logam.

Dengan keberanian dipaksakan, Siti mendekati pintu dan mencoba membuka kuncinya dengan tergesa-gesa. Beberapa kunci yang dicobanya gagal sampai akhirnya dia menemukan kunci yang tepat. Dibukanya pintu kamar dengan sangat pelan, lalu Siti menyelinap keluar dengan hati-hati. Suasana koridor tempatnya berdiri remang-remang hanya diterangi lampu pijar kecil. Lalu Siti menyusuri koridor dengan mengendap-endap. Siti kemudian berjalan menyusuri tempat itu, sambil berharap tidak ada yang memerggokinya. Dia melangkah menuju ke sebuah tempat yang berpintu kayu tebal. Perlahan Siti mencoba kunci yang di tangannya untuk membuka pintu. Beberapa saat dia mencoba, akhirnya dia berhasil membuka pintu itu. Ruangan itu lebih gelap dari ruangan sebelumnya. Hanya ada lampu tempel yang dipasang di dinding batu. Ruangan itu berbau seperti jerami basah menyesakkan. Beberapa terali besi terlihat berderet di sepanjang lorong yang dilewati Siti. Siti melihat ada beberapa gerakan di balik terali besi itu, entah apa yang ada di dalamnya, Siti tidak mau memikirkannya. Tujuannya Cuma satu. Menemukan kembali suaminya. Dia berhasil membujuk Johan untuk mengatakan dimana suaminya disekap setelah merayu pimpinan perompak itu selama beberapa hari. Dari keterangan Johan dia bisa menemukan tempat ini sekarang.
Siti terpaku di depan sel yang menjadi tempat suaminya disekap. Air mata Siti mengalir melihat Datuk K terbaring lemah di lantai kotor, tubuh Datuk K menggigil seperti orang demam.
"Pak Besar..." Seiti memanggil dengan suara lirih. Dilihatnya Datuk menggeliat lemah dan berusaha mengangkat kepalanya. Siti merasa sakit melihat kondisi Datuk yang lemah. Bekas-bekas penyiksaan terlihat pada wajahnya yang lebam.
"Sit..?” Datuk K berkata lemah. Meski begitu sinar kehidupan yang semula hilang dari matanay kembali menyala redup. Seperti mendapat kekuatan baru, Datuk K berusaha berdiri. Sesaat keduanya saling bertangisan.
“Macam mana keadaan Pak Besar?" tanya Siti di sela tangisnya. Datuk menggeleng.
“Tak usah kau khawatirkan aku Siti, Segeralah Siti pergi dari sini..” kata Datuk lemah.
"Tidak Pak Besar.. kita pergi bersama,” Siti menunjukkan kunci yang dicurinya dari Johan. Siti lalu membuka sel tahanan. Beberapa menit kemudain mereka untuk pertama kalinya berpelukan setelah berhari-hari menjadi tawanan. Lalu keduanya berjalan keluar dari ruang tahanan.
“Lihat! Para penjaganya tak ada," kata Siti setelah melihat keadaan di sekelilingnya.
Datuk memperhatikan sekelilingnya dan ia terkejut ternyata Siti benar. Tidak ada seorang pun penjaga yang terlihat. Ia memandang kembali pada Siti dan langsung dapat menebak pikirannya. Mereka akan berusaha melarikan diri. Maka dengan tergesa-gesa keduanyapun segera meninggalkan tempat terkutuk itu.

Setelah beberapa saat nafas Datuk makin berat dan terputus-putus. Kondisinya amat lemah membuatnya tidak kuat berjalan lama, apalagi setelah mereka berdua masuk ke hutan. Semakin masuk ke dalam hutan, semakin sulit keduanya berlari dengan cepat. Pepohonan yang lebat dan berduri-duri membuat goresan luka di tubuh mereka. Di pipi Siti yang putih tergurat garis darah berwarna merah. Makin lama, pakaian yang dikenakan mereka berdua semakin terkoyak-koyak karena tersangkut dahan dan akar. Akhirnya, karena letih dan kehabisan nafas mereka berdua jatuh tersungkur di bawah pohon yang besar. Selama beberapa menit mereka hanya bisa terengah-engah menarik nafas sementara keringat membanjir keluar dari sekujur tubuh mereka. Siti berbaring telentang, dan buah dadanya yang mengacung bergerak naik turun seirama dengan nafasnya yang tersengal-sengal.
"Kita boleh keluar dari tempat itu.." kata Lia dengan senyum penuh kemenangan. Wajahnya lebih berseri, walaupun ada darah yang menetes dari dahi dan pipinya.
"Siti benar..." kata Datuk lega.
Tapi baru sesaat mereka menikmati kebebasannya, tiba-tiba saja beberapa ledakan peluru menggema. Siti terkejut bukan main saat sebuah peluru meledak diantara kakinya sampai dia terjengkang ke belakang. Tiba-tiba saja mereka sudah dihadang oleh sekelompok penjaga, dan setiap kelompok memegang senjata api. Siti dan Datuk langsung jatuh berlutut ketakutan. Usaha mereka untuk melarikan diri gagal total.
"Betul juga kata komandan!" kata salah seorang penjaga.
"Yang dua ini pasti berusaha lari!"
"Ya benar, kita semua pasti dapat hadiah malam nanti!" kata yang lain.
"Ikat mereka lalu seret balik ke penjara." Kata yang lain. Siti berusah ameronta sementara Datuk berteriak ketakutan menyuruh Siti lari.
“Jangan Pakcik.. Ampuni kami.. ampuni kami..” Siti yang bercucuran air mata berlutut memohon-mohon dengan memelaskan. Tapi perompak-perompak itu hanya tertawa. Mereka segera mengikat Siti dan Datuk kemudian menyeret mereka berdua kembali ke tahanan. Dari kejauhan Siti sudah melihat sosok Johan yang tinggi besar berdiri di depan rumahnya, rumah penyekapan Siti. Tampangnya campuran antara murka dan puas yang meledak-ledak. Rombongan perompak yang berhasil menangkap Siti dan Datuk K langsung menyerahkan keduanya pada Johan. Joahn menggelengkan kepala penuh kemarahan.

“Aku memberi Siti kebebasan dan kepercayaan..” kata Johan menggeram menahan kemarahannya. Dijambaknya rambut Siti sampai wajah Siti mendongak. “Tapi Siti rupanya mengkhianati aku.”
Siti menggeleng ketakutan, dia ngeri membayangkan apa yang akan dilakukan Johan padanya. Mungkinkah Johan akan memperkosanya seperti sebelumnya, ataukah sesuatu yang lebih mengerikan, Siti tidak berani memikirkannya.
Johan lalu menoleh ke arah Datuk K yang terkapar lemah.
“Bawa dia kembali ke penjara dan jangan diberi makan!” perintahnya. Siti menjerit memohon pada Johan untuk melepaskan Datuk.
“Jangan Pakcik! Ampuni suami Siti Siti nak lakukan apa saja Pakcik.. Siti nak lakukan apa saja..!” Siti menjerit seperti orang gila sambil meronta dan menangis.
‘Oh ya.. itu pasti Siti.. aku akan pastikan Siti melakukan hal itu.. “ kata Johan dingin. “Tapi sementara itu, Siti tetap akan mendapat hukuman karena coba melarikan diri.”
Johan memberi isyarat pada anak buahnya. Empat orang penyamun segera menyeret Siti menjauh. Mereka mambawa Siti ke tengah lapangan dimana banyak orang berlalu-lalang jika siang hari. Keempat orang itu kemudian menelanjangi Siti hingga bugil. Kemudian tubuh telanjang Siti diterlentangkan di tengah lapangan, pergelangan tangan dan kaki Siti diikat pada tiang pancang dan direntangkan sampai membentuk huruf X besar warna merah muda. Huruf X yang sangat indah karena terbuat dari tubuh seorang wanita telanjang bulat, apalagi wanita itu adalah seorang penyanyi yang amat dikagumi banyak orang. Johan tahu-tahu sudah berdiri di atas Siti sambil membawa sesuatu. Semula Siti menyangka Johan akan memperkosanya, tapi tidak. Johan hanya memandangi tubuh telanjang sang Diva dengan tatapan bernafsu.
“Hukuman buat Siti adalah ini..” Johan menunjukkan benda di tangannya, sebuah papan kayu lebar bertuliskan sesuatu. Siti menjerit ketakutan membaca tulisan di papan itu.
“Jangan Pakcik! Ampun Pakcik! Jangan lakukan itu Pakcik!” Siti meronta-ronta membuat tubuhnya yang indah bergoyang-goyang.
“Jangan bergoyang dulu Siti.. nanti akan ada saatnya Siti bergoyang. “ Johan tertawa seram. Kemudian Johan memasang papan di tangannya tidak jauh dari tubuh Siti terbaring.


Dan dimulailah hukuman mengerikan itu. Sepanjang hari Siti terus-menerus diperkosa secara bergantian. Tanpa belas kasihan Johan menerapkan hukuman yang sangat kejam pada Siti. Satu-satunya belas kasihan Johan barangkali hanyalah dengan mengijinkan memasang atap terpal di atas tubuh telanjang Siti sehingga tubuh mulus itu tidak langsung terpanggang sinar matahari. Siti tak tahu berapa banyak lagi vaginanya harus menerima penis para perompak. Setap ada perompak yang lewat situ bisa dipastikan dia, atau mereka, akan menyempatkan diri menyetubuhi Siti yang terbaring tak berdaya. Ada yang bahkan berkali-kali menyetubuhi Siti. Banyak diantara perompak itu yang menyemprotkan spermanyadi dalam mulut Siti, begitu banyaknya sperma yang masuk ke mulut Siti sampai Siti tidak mampu menelannya sehingga sebagian meleleh keluar dari sudut bibirnya yang merekah, Siti merasa perutnya penuh terisi sperma membuatnya muak ingin muntah, Ada pula yang nekad menyemprotkan spermanya di wajah dan tubuh Siti sehingga tubuh mulus Siti penuh berlumur cairan kental lengket itu. Berjam-jam lamanya Siti diperkosa secara bergiliran dengan begitu brutal. Mereka baru selesai memperkosa Siti saat matahari mulai turun ke arah barat. Mereka yang puas melampiaskan nafsu seksualnya pada Siti  meninggalkan Siti yang tergolek telanjang bulat di lapangan itu, sekujur tubuhnya bahkan rambutnya basah oleh cairan kental sperma seperti baru saja mandi dengan cairan sperma. Siti hanya bisa menangis mendapatkan perlakuan begitu brutal. Hidupnya seperti tidak berharga lagi. Tapi apa dayanya, ancaman Johan yang akan mencelakakan suaminya membuatnya harus terus kuat menahan penderitaan yang seolah tak akan pernah berakhir.

END