KISAH SAAT DIPIJAT (1) : EKSEBISIONIS Kah Diriku


Kisah ini kudapat pada saat aku sedang dipijat oleh tukang pijat langgananku. Dia adalah tukang pijat yg biasa di panggil ke rumah2 di lingkunganku. Namanya MakNah, Umurnya sekitar 45 tahun lebih sedikit, punya empat orang anak yg semuanya merantau ke Jakarta, suaminya seorang mandor bangunan, yg kerjanya sering keluar kota ngerjakan pembangunan perumahan baru, jadi pulangnya bisa satu minggu sekali. MakNah memang seorang tukang pijat yg bisa dibilang handal sekali, karena kata orang banyak yg cocok dengan pijatannya.
Aku emang udah sering sekali dipijat dengan MakNah, pijatannya pas buat aku, keras gak, lunak juga tidak, jadi pas banget. aku tahu kebiasaan MakNah kalo sedang mijat, tanpa ada yg dilihat, dia akan cepet, paling banter 1,5 jam dah selesai, tapi kalo mijetnya sambil liat televisi, apalagi sinetron kesayangannya bisa ampe 2,5 jam mijetnya.
Makanya tiap mau dipijet MakNah, aku ajak dia ke ruang belakang dekat dapur, kemudian kubentangkan matras di depan televisi. Biar mijetnya lama, sampai aku ketiduram. Nah awal mula cerita ini bisa keluar dari sini. MakNah memang belum tahu kebiasaanku kalo dirumah, dengan beberapa anak kostku. Dari sinilah dia tau sedikit banyak tentang keisenganku pada anak2 kostku.
Jam 08 pagi kurang sedikit MakNah datang kerumahku setelah aku telepon dia untuk memijatku, kusuruh dia menungguku di belakang setelah menyiapkan matras, dan televise kunyalakan. Aku pamitan ke MakNah tuk ganti bajuku dengan sarung seperti kebiasaanku saat dipijat biar ga kena minyak pas dipijat nanti. Aku keluar hanya memakai sarung yg kulilitkan didadaku tanpa menggunakan apa2 didalemnya, sambil membawa bodylotion buat pijet. Aku tengkurap di atas matras, sambil menikmati pijatan MakNah. karena dipijat membuat sarung yg kupakai menjadi tidak berarti, sarungku jadi hanya seperti ikat pinggang yg melingkar di pinggangku, karena MakNah sendiri mijetnya sambil asyik nonton televise.
Ga terasa aku ketiduran karena enaknya pijatan MakNah, dan kondisiku masih seperti tadi, dengan tubuh yg polos, karena sarung yg tersingkap dan mengumpul di pinggang, sedangkan aku tidak memakai daleman sama sekali.
Aku terbangun saat MakNah membangunkanku, karena ada anak tetangga yg masuk kerumah mencariku, dengan malas2an aku buka mataku, kulirik jam dinding udah jam 9 lebih. Ternyata aku telah tertidur lebih dari satu jam. Lalu kutanya ke MakNah siapa yg mencariku, dia memberi isyarat dengan matanya, pandanganku menoleh mengikuti isyaratnya. Aku terkejut, ternyata putra tunggal Bu Pr***i tetanggaku yg rumahnya berjarak empat rumah dari rumahku yang masih duduk dikelas 1smp namanya Rona
Dia berdiri kira2 berjarak kurang dari 2 meter dibelakangku, pandangannya lekat menerawang tubuhku yg telanjang dari belakang dengan mulut yg agak ternganga keheranan. Akupun juga sempat terkejut dibuatnya, begitu pandanganku mengarah padanya, mukanya langsung tertunduk sungkan padaku, tapi aku kaget, pas liat kebawah pada celana pendeknya, ada sesuatu yang menonjol kesamping, jangan2 anak ini terangsang melihatku, sehingga membuat titit nya berdiri, tapi kok ke samping, apakah anak ini ga pake CD???
Kelihatan sekali tonjolan itu, karena emang kaosnya yg hanya sebatas pinggangnya. Tanpa merubah posisiku, kutanya maksud kedatangannya ke sini sambil terus mengamati tingkah lakunya. Dengan mencuri-curi pandang pada tubuhku dijawabnya pertanyaanku, kalo disuruh mamanya pinjam sanggul ma kebaya buat acara resepsi diluar kota besok lusa.
Kusuruh Rona duduk di kursi yang ada tepat disampingnya, sedangkan aku menyuruh MakNah terus memijatku, aku kedipkan mata ke MakNah agar terus memijat diriku, ternyata MakNah mengerti maksudku. Pijatan MakNah bergeser ke bawah di kedua kakiku dan pantatku, sehingga membuatku melebarkan kedua kakiku. Dengan begitu Rona pasti sangat tercengang melihatku dari belakang dengan kedua kaki melebar, mungkin dia secara samar2 bisa melihat garis pada belahan vaginaku.
Sanbil terus dipijat pada bagian kaki belakangku, aku ajak ngobrol Rona, agar dia terus menujukan matanya padaku.
“kamu sekarang kelas berapa rona?” tanyaku padanya.
“kelas 1smp bu Har” jawabnya.
“kok kamu yang disuruh? Mamamu mana?”
“mama lagi belanja ke tokonya Mbak S***a”
Aku sampai merasakan denyutan2 halus di vaginaku, karena merasakan sensasinya. Pastinya MakNah tahu dengan kondisiku ini karena terasa melembab pada vaginaku. lama juga aku ajak ngobrol Rona, dengan maksud untuk menggodanya, pasti matanya terus mengawasi tubuh telanjangku dari belakang, aku hanya sesekali menoleh kebelakang padanya. Kedua kakinya dirapatkan, pas aku menoleh kearahnya langsung dibuangnya pandangannya mengarah ke televise, tapi yang pasti dia dari tadi mengawasiku tanpa berkedip.
Setelah hampir dua puluh menitan, MakNah memijat tubuh belakangku. Aku disuruhnya terlentang, untuk memijat bagian depan tubuhku. Dengan kesan yang tidak vulgar, aku tarik sarungku keatas, sampai menutupi dadaku, dan kubenahi sarung bagian bawahku sampai lututku. Kemudian baru kubalikkan tubuhku terlentang.
Karena didalam aku tidak memakai apa2, alias no bra dan cd, kedua payudaraku otomatis tercetak dengan jelas dengan kedua putting yang menonjol dan pastinya juga adanya sedikit gundukan antara kedua belah paha dalamku, karena posisi kakiku yang sedikit merenggang. Dan sarung yang menutup tubuhku hanya sebatas payudara bagian tengah, otomatis sebagian bulatan payudaraku bagian atas dan garis pemisah anatara kedua payudaraku terlihat jelas. Kulirik sebentar ekspresi Rona, matanya begitu tajam menerawangi tubuhku tanpa berkedip. Bahkan bisa kurasakan kalau nafasnya tercekat untuk beberapa saat.
Aku jadi tertegun sendiri dengan ekspresi yg ditunjukan Rona saat melihatku terlentang, duduknyapun bahkan seperti tidak jenak. Aku sedikit merinding juga, ternyata anak ini begitu lugu, dan mungkin baru pertama kali ini dia melihat wanita seperti ini. wajahnyapun tampak agak pucat. MakNah sempat berkedip padaku demi melihat ekspresi Rona yang seperti itu, sepertinya MakNah berpikiran sama denganku, kalo Rona ini begitu lugu dan masih sangat hijau.
Dengan sedikit berdehem aku bertanya pada Rona.
“Rona tadi udah maem belum?”
Dengan suara yang parau dan tercekat, mungkin karena kaget atau terangsang berat, dia menjawabku dengan terbata-bata. “Uuuu….su..d..dah..bu..u…Har…”, aku dengan MakNah saling pandang mendengar jawaban Rona yang parau dan terbata-bata. Mungkin juga saat ini kami punya persamaan dalam pikiran tentang Rona yg lugu yang sangat terangsang melihat keadaanku.
“ya udah kalo kamu emang udah makan, karena bu Har pijatnya masih agak lama, kamu ga papa kan nungguin bentar?” tanyaku pada Rona.
“gapapa bu Har, Rona masih kenyang banget” jawab Rona dengan suara yang masih parau dan terbata-bata, tapi dengan pandangan diarahkan ke televise, demi melihat pandanganku yang mengarah padanya.
“kalo mo ambil minum apa makanan, ambil aja sendiri, tuh di kulkas” sambil tanganku menunjuk ke kulkas yang berada di samping kanannya.
“iya bu Har, makasih” jawab Rona, sambil pandangannya mengikuti telunjukku kearah kulkas sambil sedikit melirik tubuhku saat pandangannya berpindah dari televise ke kulkas.dengan keadaan terlentang begini, aku bisa terus mengamati tingkah laku Rona. Matanya sering mencuri-curi pandang pada tubuhku, kemudian kembali melihat televise, tapi sepertinya sangat tidak konsen pada televise yg dilihatnya, nafsnya begitu berat, seperti menahan sesuatu yang sangat berat. Bahkan duduknyapun sepertinya tidak jenak.
Saat ini memang bagian tanganku yg dipijit MakNah, jadi aku masih bisa mengajak ngobrol Rona dengan leluasa, karena kondisi tubuhku masih tertutup oleh sarung, jadi kesannya masih normal saja. Setelah pijatan pada kedua tanganku selesai, maknah berpindah pada pundak dan bagian dadaku sebelah atas. Yang aku tahu, pasti maknah akan menurunkan sarungku pada bagian dadaku sampai batas bulatan coklat yg melingkari putting susuku. Aku langsung memejamkan mataku, dengan maksud agar Rona bisa leluasa menikmati pemandangan ini, tanpa sungkan terlihat olehku. Karena posisi maknah sendiri ada di sebelah kiri menghadapku, sedangkan Rona duduk disebelah agak kanan lurus dengan kakiku agak jauh dibawahku, karena memang posisiku yg terlentang.
Saat maknah mulai memijatku, sesekali kupicingkan mataku sedikit untuk melihat seperti apa ekspresi Rona melihat sebagian payudaraku yg terbuka hampir sampai putingku. Aku benar tidak menyangka, kalo rona menatapku lekat2 tanpa berkedip, dengan mulut yang sedikit bengong. Kepalanya sampai dimajukannya untuk bisa melihat lebih jelas. Mungkin dia merasa aman, karena maknah sedang sibuk memijitku, sedangkan aku menurutnya sedang terpejam, jadi rona merasa leluasa menatapku seperti itu. Kaki rona disilangkan dengan rapat, seperti sedang menutupi penisnya yg mungkin sangat tegang.
Badanku serasa merinding dan menghangat oleh sikap rona yg sedemikian, aku merasakan sensasi yg hangat dan eksotis oleh sikap rona yg sedang mengamati tubuhku. Maknah sampai melirikku, karena kondisi badanku yg tahu2 merinding semua, sambil tersenyum kecil padaku. Aku membalas senyum kecilnya dengan sekidikit berkedip, dan maknah menyadarinya.