Aku berusia 30 tahun, sebut saja namaku Pento, Indri istriku Berusia 29 Tahun. Kami baru dikaruniai seorang anak lelaki yang lucu yang ku beri nama Piko, berusia 2,5 tahun. Pada hari yang sudah kami tentukan aku sekeluarga berangkat ke Kota S. Penumpang kereta Argo Lawu tidak terlalu penuh! Mungkin, dikarenakan hari libur masih beberapa hari lagi, jadi aku istri dan anakku lebih leluasa beristirahat selama dalam perjalanan.
Jam 5:30 pagi kereta tiba di stasiun kota S, Kami di jemput Ibu mertuaku dan pakde Man sopir keluarga Mertuaku. Ibu mertuaku begitu bahagianya dengan kedatangan kami, anak kami Piko pun langsung dipeluk dan diciumi, maklum anak kami Piko cucu lelaki pertama bagi keluarga bapak dan Ibu mertuaku.
Akhirnya, kami sampai juga di desa GL tempat tinggal mertuaku, suasana desa yang cukup tenang langsung terasa, ditambah lagi rumah mertuaku yang begitu besar, hanya dihuni oleh Bapak dan Ibu mertuaku saja. kelima anak bapak dan Ibu mertuaku semuanya perempuan, dan sudah pada menikah semua! kecuali Adik iparku yang paling bungsu saja yang belum menikah! dan saat ini sedang menuntut ilmu di salah satu perguruan tinggi negri di kota Y.
Bapak mana Bu? Tanya Indri istriku.
Bapakmu lagi kerumah Bupati, Biasalah paling-paling ngomongin proyek!, Jawab Ibu mertuaku.
Ibu mertuaku seorang wanita yang berumur kurang lebih 48 tahun, kulitnya putih bersih. Bapak dan Ibu mertuaku menikah disaat usia mereka masih remaja, namun begitu, Ibu mertuaku masih tetap terlihat cantik walaupun usianya hampir memasuki kepala lima. Istriku sendiri anak kedua dari 5 bersaudara.
Setelah mandi dan beristirahat kamipun makan pagi bersama. Kami bercerita kesana kemari sambil melepas lelah dan rasa rindu kami, tanpa terasa haripun sudah menjelang sore .
Selepas mahgrib bapak mertuaku kembali dari rumah bupati, kami pun kembali bertukar cerita, semakin malam semakin sepi padahal baru jam 8 malam. Maklumlah didesa!.
Ini minum wedang buatan Ibu! Biar kalian segar saat bangun pagi harinya.
Aku, istriku dan bapak mertuaku pun langsung memimum wedang buatan Ibu mertuaku.
Enak sekali Bu! apa ini Tanya Indri istriku .
Itu wedang ramuan Ibu sendiri! Gimana, seger kan?.
Kamipun melanjutkan obrolan kami kembali, kurang lebih setengah jam kami ngobrol, rasanya mata ini kok berat sekali. Istiku pamit menyusul anak kami yang sudah duluan tertidur. Aku mencoba bertahan dari rasa ngatuk! dan melanjutkan cerita kami, namun apa daya! rasa ngantuk ini sudah terlalu berat. Akupun pamit tidur pada bapak dan Ibu mertuaku.
Sambil menguap aku berjalan menuju kamar tidur kami yang cukup besar, kulihat istri dan anakku sudah tertidur dengan nyenyaknya. Tumben dia nggak nungguin aku? Akupun langsung merebahkan diri karena rasa ngantuk yang begitu berat. Tak lama aku pun langsung tertidur.
Entah sudah berapa lama aku tertidur, aku merasakan seperti ada yang menciumku, membelaiku, aku mencoba untuk membuka mataku, namun aku tetap tidak sanggup untuk membuka mataku ini. Rasanya seperti ada yang mengganjal dimataku, yang membuat aku terus tertidur.
Aku juga merasakan nikmat saat berejakulasi. Dan Aku berangapan bahwa semua ini hanya mimpi basah saja. Ketika pagi harinya aku terbangun, kulihat istri dan anakku masih lelap tertidur, aku ke kamar mandi untuk kencing! begitu aku melihat kemaluanku, ada bekas sperma kering? Kupegang kemaluanku dan jembutku kok lengket? ketika kucium, aku mengenal betul bau yang begitu kas, bau dari lendir kemaluan perempuan.
Aku berpikir kok mimpi basah ada bau lendir perempuannya?, apa semalam aku diperkosa setan? Saat kami semua sarapan pagi, aku hendak menceritakan peristiwa yang kualami semalam, tapi aku malu, takut ditertawakan, jadi aku diamkan saja peristiwa semalam.
Hari kedua disana, aku, istri dan anakku tamasya ke daerah wisata, kami pulang sudah malam. Seperti hari kemarin, setelah ngobrol-ngobrol dan istirahat Ibu mertuaku memberi kami wedang buatannya, aku dan istrikupun langsung meminumnya. Herannya kurang lebih 30 menit setelah aku menghabiskan wedang buatan Ibu mertuaku, rasa ngantuk kembali menyerang aku dan istriku.
Karena sudah tidak sanggup lagi menahan rasa ngantuk yang begitu sangat, kami berdua pamit hendak tidur, untungnya anak kami sudah tertidur dalam perjalanan pulang.
Mas aku ngantuk! selamat tidur ya Mas!.
Langsung istriku merebahkan badan dan tertidur dengan pulasnya. Akupun ikut tertidur. Apa yang kemarin malam terjadi, malam ini terulang kembali. Pagi harinya setelah aku melihat bekas sperma dan bekas lendir perempuan yang sudah mengering dan membuat kusut jembutku, aku bertanya tanya dalam hatiku?, apa yang sebenarnya terjadi?
Hari ketiga, aku tidak ikut pergi jalan jalan!, hanya istri anak serta Ibu mertuaku saja yang pelesir ke tempat sanak pamily keluarga istriku. Aku hanya rebahan ditempat tidur sambil melamun dan mengingat kejadian yang kualami selama 2 malam ini. Apa ada mahluk halus yang memperkosaku disaat aku tidur? Kenapa setiap habis meminum wedang, aku jadi ngantuk? apa karena suasana desa yang sepi? Padahal aku biasanya kuat begadang, atau karena wedang?
Nanti malam aku coba untuk tidak meminum wedang buatan Ibu, batinku. Berbagai pertanyaan muncul dalam benakku, karena lelah akhirnya akupun tertidur. Saat malam menjelang, kami sekeluarga berkumpul dan berbincang bincang. Seperti hari kemarin-kemarin pula, Ibu mertuaku memberi kami wedang buatannya. Istri dan bapak mertuakupun sudah menghabiskan minumannya, sementara aku belum meminumnya.
Kok nggak diminum Mas wedangnya, tanya Ibu mertuaku?.
Aku memang mencoba untuk tidak meminum wedang tersebut, walaupun badan segar saat bangun tidur! namun aku berniat untuk tetap tidak memimumnya. Karena aku penasaran dengan apa sudah aku alami beberapa hari ini. Saat aku hendak meminumnya aku berpura pura sakit perut, sambil membawa wedang yang seolah olah sedang kuminum aku berjalan kearah dapaur menuju toilet. Padahal sesampainya dikamar mandi, aku langsung membuang wedang tersebut.
Aku berkumpul kembali ke ruang keluarga, kurang lebih tiga puluh menit! kulihat istiku dan bapak mertuaku sudah mengantuk dan berniat untuk tidur. Namun hal itu tidak terjadi denganku, apa karena aku tidak meminum wedang tersebut? Aku masih segar dan belum mengantuk. Aku pun berpura-pura seperti orang mengantuk, kami berdua pamit dan masuk kekamar, istrikupun mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu tidur yang cukup nyaman dimata.
Mas aku ngantuk sekali! Kamu nggak kepengen kan? Besok aja ya Mas! aku ngantuk sekali Mas
Kukecup kening istriku dan dia pun langsung tertidur.
Aku masih melamun, kenapa hari ini aku tidak mengantuk seperti biasanya? Apa karena aku tidak meminum wedang buatan Ibu? Hampir setengah jam setelah istriku terlelap, tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki menghampiri kearah kamarku!. Langsung aku pura-pura tertidur. Kulihat ada yang membuka pintu kamarku, saat kubuka sedikit kelopak mataku ternyata Ibu mertuaku! Mau apa beliau? Aku terus pura-pura tertidur. Untung lampu tidur dikamar kami remang-remang jadi ketika aku sedikit membuka kelopak mataku tidak terlihat oleh Ibu mertuaku.
Deg.. jantungku berdebar saat Ibu mertuaku menghampiriku, langsung mengelus elus burungku yang masih terbungkus celana pendek. Aku hendak menegurnya, namun rasa penasaran dengan apa yang terjadi 2 hari ini dan apa yang akan dilakukan Ibu mertuaku membuat aku terus berpura-pura tertidur. Ibu mertuaku pun langsung menurunkan celana pendek serta celana dalamku tanpa rasa canggung atau takut kalau aku dan istri ku terbangun, atau mungkin juga mertuaku sudah yakin kalau kami sudah sangat nyenyak sekali.
Blass lepas sudah celanaku! Aku telanjang, jantungkupun makin berdebar, aku terus berpura-pura terdidur dengan rasa penasaran atas perbuatan Ibu mertuaku. Aku menahan napas saat Ibu mertuaku mulai menjilati dan mengulum kemaluanku, hampir aku mendesih, aku mencoba terus bertahan agar tidak mendesis dan membiarkan Ibu mertuaku terus melanjutkan aksinya. Kemaluanku sudah berdiri dengan tegaknya, Ibu mertuaku dengan asiknya terus mengulum kemaluanku tanpa tahu bahwa aku tidak tertidur. Jujur aku akui, bahwa aku juga sebenarnya sudah sangat terangsang sekali. Ingin rasanya saat itu juga, aku bangun, langsung menerkam, mencumbu dan menyetubuhi Ibu mertuaku.
Kutahan semua gejolak birahiku, dan ku biarkan Ibu mertuaku terus melanjutkan aksinya. Tiba-tiba Ibu mertuaku melepas kulumannya dan bangkit berdiri, aku terus memperhatikannya, dan bless.. mertuaku melepas dasternya, ternyata dibalik daster tersebut mertuaku sudah tidak memakai BH dan celana dalam lagi.
Aku sangat berdebar, dag.. dig.. dug suara jantungku saat menyaksikan tubuh telanjang Ibu mertuaku, apalagi ketika Ibu mertuaku mulai naik ketempat tidur, langsung mengangkangiku tepat diatas burungku, makin tak karuan detak jantungku.
Digemgamnya kemaluanku, diremas halus sambil dikocok-kocok perlahan, kemudian di gesek-gesekan ke memek Ibu mertuaku.
Aku sudah tidak tahan lagi! Ingin rasanya langsung kumasukan kontolku!. Sambil berjongkok, burungkupun diarahkannya kelubang surga Ibu mertuaku! perlahan-lahan sekali beliau menurunkan pantatnya memasukan burungku ke memeknya! sambil memejamkan mata menikmati mili demi mili masuknya burungku ke sarangnya.
Ahh.. ahh nikmat, jerit mertuaku, saat semua burungku telah amblas masuk tertelan memek Ibu mertuaku.
Sambil terus berpura-pura tertidur aku menahan gejolak birahiku yang sudah memuncak.
Ahh.. Ibu mertuaku menjerit tertahan saat beliau mulai naik turun bergoyang menikmati rasa nikmat yang beliau rasakan.
Ibu mertuaku terus menjerit, mendesah, tanpa takut aku, istri dan anakku atau bapak mertuaku terbangun.
Ibu mertuaku terus bergoyang naik turun. Belum beberapa lama menaik turunkan pantatnya, tubuh Ibu mertuaku mengejang.
Ahh nikkmatt, jerit panjang Ibu mertuaku.
Rupanya Ibu mertuaku baru saja mendapatkan orgasmenya.
Ibu mertuaku langung rebah menindih tubuhku mencium bibirku membelai kepalaku seperti, seorang istri yang baru saja selesai bersetubuh dengan suaminya, aku langsung membuka mataku.
Jadi selama ini aku tidak bermimpi! dan tidak pula tidur dengan mahluk halus!.
Ibu mertuaku bangkit karena kaget
Mass ka.. mu ndak ti.. dur? kamu nggak meminum wedang yang Ibu bikin?.
Tidak Bu! aku tidak meminumnya, Ibu mertuaku salah tingkah dan serba salah! mukanya memerah tanda beliau mengalami malu yang sangat luar biasa.
Aku bangkit dan duduk ditepi ranjang,
Mass.., Ibu mertuaku menangis sambil duduk dan memeluk kakiku.
Ammpuni Ibu, Mass.
Aku merasa kasihan melihat Ibu mertuaku seperti itu, karena aku sendiripun sudah sangat terangsang akibat permainan Ibu mertuaku tadi.
Bu aku belum tuntas!, aku angkat mertuaku, aku peluk, kucium bibirnya.
Sudah Bu, jangan menangis!, aku juga menikmatinya kok Bu!.
Kulepas bajuku, kami berdua sudah telanjang bulat, kupeluk Ibu mertuaku dan kamipun berciuman dengan buasnya.
Ahh Mas.. nikmat.. Mas.., saat kuhisap dan kuremas tetek mertuaku yang sudah kendur..
Ah.. Mas nikmat.., kutelusuri seluruh tubuhnya, dari teteknya, terus kuciumi perutnya yang agak gendut.
Ahh Mass, jeritnya, saat kuhisap kemaluannya, kujilati itilnya sambil ku gigit gigit kecil.
Dua jarikupun terbenam di dalam memek ibu mertuaku, jeritan mertuaku makin tak terkendali, apalagi disaat dua jariku mengocok dan menari-nari dilubang memeknya dan lidahku menari nari di itilnya.
Ahh.. Mass Ibu mau keluar lagi.. ahh! Ibu keluarr!, aarrgghh, jerit ibu mertuaku.
Tanpa sadar kaki mertuaku menjepit kepalaku! Sampai sampai aku tidak bisa bernapas.
Enak Bu?
Enak sekali Mas. Kucium kembali mertuaku.
Bu.. apa Indri nanti nggak bangun?
Tenang Mas! Wedang itu merupakan obat tidur buatan Ibu yang paling ampuh!
Tidak berbahaya Bu?
Tidak Mas
Kugeluti kembali mertuaku.. kucium.. kuhisap teteknya. Kucolok-colok memeknya dengan dua jari saktiku.
Oohh Mass masukin Mass Ibu sudah nggak tahan lagi.. Mas.
Dengan gaya konvensional langsung kuarahkan kontolku ke lubang surga Ibu mertuaku, dan akhirnya masuk sudah.
Oh.. Mas nikmat sekali...
Iya Bu.. aku juga nikmat.. memek Ibu nikmat sekali.., goyang terus Bu...
Kamipun terus berpacu dalam nikmatnya lautan birahi. Aku mendayung naik turun dan Ibu mertuaku bergoyang seirama dengan bunyi kecipak-kecipak dari pertemuan dua alat kelamin kami.
Ohh Mas.. Ibu mau keluar lagi...
Rupanya Ibu mertuaku orang yang gampang meraih orgasme dan gampang kembali pulihnya, aku pun tak mau kehilangan moment.
Tahan Buu!, sedikit lagi akuu juga keluarr.., sambil kupercepat goyangan keluar masuk kontolku.
Akk Mass, Ibu sudah nggak kuatt.
Dan serr serr aku merasakan kemaluanku seperti di siram air yang hangat rasanya. Akupun sudah tak kuat lagi menahan ejakulasiku!
Ibuu aacchh, cret.. cret.. cret.., akupun rubuh memeluk Ibu mertuaku.
Bu!, jadi yang yang kemarin-kemarin itu Ibu yang melakukannya?
Iya Mas, maafin Ibu! Ibu jatuh cinta sama Mas pento sejak pertama kali Ibu melihat Mas. Apalagi Bapak sudah lama terserang impotensi.
Kenapa harus seperti pencuri Bu?.
Ibu takut ditolak Mas! lagi pula Ibu malu, sudah tua kok gatel.
Apa semua mantu Ibu, Ibu perlakukan seperti ini?.
Sambil melotot Ibu mertuaku berkata, Tidak Mas! Mas pento adalah lelaki kedua setelah bapak, Mas lah yang Ibu sayangi. Kucium kembali mertuaku, kupeluk.
Mulai besok Ibu jangan pakai wedang lagi, untuk Ibu, aku siap melayani, kapanpun Ibu mau.
Kamipun bersetubuh kembali, tanpa mempedulikan bahwa di sampingku, istri dan anakku tertidur dengan pulasnya. Tanpa istriku tahu! didekatnya aku dan ibunya sedang menjerit jerit mereguk nikmatnya persetubuhan kami. Saat ayam berkokok dan jam menunjukan pukul 3:30 kami menyudahi pertarungan yang begitu nikmat, lalu Ibu mertuaku dengan santai berjalan keluar dari kamar kami sambil berkata, Mas Pento terima kasih!.
Bersambung . . . . . .