Cerita Nafsu ini berawal dari kenakalan orang tua tiri ku dan kepasrahan diriku. Perkenalkan namaku Juita, usiaku 16 tahun. Aku sekarang duduk di kelas II SMA di Sumedang. Suatu hari aku mendapat pengalaman yang tentunya baru untuk gadis seukuranku. Oya, aku gadis keturunan Jawa dan Sunda. Sehingga wajar saja kulitku terlihat putih bersih dan satu lagi, ditaburi dengan bulu-bulu halus di sekujur tubuh yang tentu saja sangat disukai lelaki. Kata teman-teman, aku ini cantik lho.

Memang siang ini cuacanya cukup panas, satu persatu pakaian yang menempel di tubuhku kulepas. Kuakui, kendati masih ABG tetapi aku memiliki tubuh yang lumayan montok. Bila melihat lekuk-lekuk tubuh ini tentu saja mengundang jakun pria manapun untuk tersedak. Dengan rambut kemerah-merahan dan tinggi 167 cm, aku tampak dewasa. Sekilas, siapapun mungkin tidak percaya kalau akuadalah seorang pelajar. Apalagi bila memakai pakaian casual kegemaranku. Mungkin karena pertumbuhan yang begitu cepat atau memang sudah keturunan, entahlah. Tetapi yang jelas cukup mempesona, wajah oval dengan leher jenjang, uh.. entahlah.


Pagi tadi sebelum berangkat ke sekolah, seperti biasanya aku berpamitan dengan kedua orangtuaku. Cium pipi kiri dan kanan adalah rutinitas dan menjadi tradisi di keluarga ini. Tetapi yang menjadi perhatianku siang ini adalah ciuman Ayah. Seusai sarapan pagi, ketika Mama beranjak menuju dapur, aku terlebih dahulu mencium pipi Ayah. Ayah Robi (begitu namanya) bukan mencium pipiku saja, tetapi bibirku juga. Seketika itu, aku sempat terpaku sejenak. Entah karena terkejut untuk menolak atau menerima perlakukan itu, aku sendiri tidak tahu.

Ayah Robi sudah setahun ini menjadi Ayah tiriku. Sebelumnya, Mama sempat menjanda tiga tahun. Karena aku dan kedua adikku masih butuh seorang ayah, Mama akhirnya menikah lagi. Ayah Robi memang termasuk pria tampan. Usianya pun baru 38 tahun. Teman-teman sekolahku banyak yang cerita kalau aku bersukur punya Ayah Robi.
"Salam ya sama Ayah kamu.." ledek teman-temanku.

Aku sendiri sebenarnya sedikit grogi kalau berdua dengan Ayah. Tetapi dengan kasih sayang dan pengertian layaknya seorang teman, Ayah pandai mengambil hatiku. Hingga akhirnya aku sangat akrab dengan Ayah, bahkan terkadang kelewat manja. Tetapi Mama tidak pernah protes, malah dia tampak bahagia melihat keakraban kami.

Tetapi ciuman Ayah tadi pagi sungguh diluar dugaanku. Aku memang terkadang sering melendot sama Ayah atau duduk sangat dekat ketika menonton TV. Tetapi ciumannya itu lho. Aku masih ingat ketika bibir Ayah menyentuh bibir tipisku. Walau hanya sekejab, tetapi cukup membuat bulu kudukku merinding bila membayangkannya. Mungkin karena aku belum pernah memiliki pengalaman dicium lawan jenis, sehingga aku begitu terkesima.
"Ah, mungkin Ayah nggak sengaja.." pikirku.

Esok paginya seusai sarapan, aku mencoba untuk melupakan kejadian kemarin. Tetapi ketika aku memberikan ciuman ke Mama, Ayah beranjak dari tempat duduknya dan menuju kamar. Mau tidak mau kuikuti Ayah ke kamar. Aku pun segera berjinjit untuk mencium pipi Ayah. Respon Ayah pun kulihat biasa saja. Dengan sedikit membungkukkan tubuh atletisnya, Ayah menerima ciumanku. Tetapi setelah kucium kedua pipinya, tiba-tiba Ayah mendaratkan bibirnya ke bibirku. Serr.., darahku seketika berdesir. Apalagi bulu-bulu kasarnya bergesekan dengan bibir atasku. Tetapi entah kenapa aku menerimanya, kubiarkan Ayah mengulum lembut bibirku. Hembusan nafas Ayah Robi menerpa wajahku. Hampir satu menit kubiarkan Ayah menikmati bibirku.
"Baik-baik di sekolah ya.., pulang sekolah jangan keluyuran..!" begitu yang kudengar dari Ayah.

Sejak kejadian itu, hubungan kami malah semakin dekat saja. Keakraban ini kunikmati sekali. Aku sudah dapat merasakan nikmatnya ciuman seorang lelaki, kendati itu dilakukan Ayah tiriku, begitu yang tersirat dalam pikiranku. Darahku berdesir hangat bila kulit kami bersentuhan.

Begitulah, setiap berangkat sekolah, ciuman ala Ayah menjadi tradisi. Tetapi itu rahasia kami berdua saja. Bahkan pernah satu hari, ketika Mama di dapur, aku dan Ayah berciuman di meja makan. Malah aku sudah berani memberikan perlawanan. Lidah Ayah yang masuk ke rongga mulutku langsung kuhisap. Ayah juga begitu. Kalau tidak memikirkan Mama yang berada di dapur, mungkin kami akan melakukannya lebih panas lagi.

Hari ini cuaca cukup panas. Aku mengambil inisiatif untuk mandi. Kebetulan aku hanya sendirian di rumah. Mama membawa kedua adikku liburan ke luar kota karena lagi liburan sekolah. Dengan hanya mengenakan handuk putih, aku sekenanya menuju kamar mandi. Setelah membersihkan tubuh, aku merasakan segar di tubuhku.

Begitu hendak masuk kamar, tiba-tiba satu suara yang cukup akrab di telingaku menyebut namaku.

"Wit.. Wit.., Ayah pulang.." ujar lelaki yang ternyata Ayahku.
"Kok cepat pulangnya Yah..?" tanyaku heran sambil mengambil baju dari lemari.
"Iya nih, Ayah capek.." jawab Ayah dari luar.
"Kamu masak apa..?" tanya Ayah sambil masuk ke kamarku.
Aku sempat kaget juga. Ternyata pintu belum dikunci. Tetapi aku coba tenang-tenang saja. Handuk yang melilit di tubuhku tadinya kedodoran, aku ketatkan lagi. Kemudian membalikkan tubuh. Ayah rupanya sudah tiduran di ranjangku.

"Ada deh..," ucapku sambil memandang Ayah dengan senyuman.
"Ada deh itu apa..?" tanya Ayah lagi sambil membetulkan posisi tubuhnya dan memandang ke arahku.
"Memangnya kenapa Pa..?" tanyaku lagi sedikit bercanda.
"Nggak ada racunnya kan..?" candanya.
"Ada, tapi kecil-kecil.." ujarku menyambut canda Ayah.
"Kalau gitu, Ayah bisa mati dong.." ujarnya sambil berdiri menghadap ke arahku.
Aku sedikit gelagapan, karena posisi Ayah tepat di depanku.
"Kalau Ayah mati, gimana..?" tanya Ayah lagi.
Aku sempat terdiam mendengar pertanyaan itu.
"Lho.., kok kamu diam, jawab dong..!" tanya Ayah sambil menggenggam kedua tanganku yang sedang memegang handuk.

Aku kembali terdiam. Aku tidak tahu harus bagaimana. Bukan jawabannya yang membuatku diam, tetapi keberadaan kami di kamar ini. Apalagi kondisiku setengah bugil. Belum lagi terjawab, tangan kanan Ayah memegang daguku, sementara sebelah lagi tetap menggenggam tanganku dengan hangat. Ia angkat daguku dan aku menengadah ke wajahnya. Aku diam saja diperlakukan begini. Kulihat pancaran mata Ayah begitu tenangnya. Lalu kepalanya perlahan turun dan mengecup bibirku. Cukup lama Ayah mengulum bibir merahku. Perlahan tetapi pasti, aku mulai gelisah. Birahiku mulai terusik. Tanpa kusadari kuikuti saja keindahan ini.

Nafsu remajaku mulai keluar ketika tangan kiri Ayah menyentuh payudaraku dan melakukan remasan kecil. Tidak hanya bibirku yang dijamah bibir tebal Ayah. Leher jenjang yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu pun tidak luput dari sentuhan Ayah. Bibir itu kemudian berpindah ke telingaku.
"Yah.." kataku ketika lidah Ayah masuk dan menggelitik telingaku.

Ayah kemudian membaringkan tubuhku di atas kasur empuk.
" Yah.. nanti ketahuan Mama.." sebutku mencoba mengingatkan Mama.
Tetapi Ayah diam saja, sambil menindih tubuhku, bibirku dikecupnya lagi. Tidak lama, handuk yang melilit di tubuhku disingkapkannya.
"Juita, tubuh kamu sangat harum.." bisik Ayah lembut sambil mencampakkan guling ke bawah.
Dalam posisi ini, Ayah tidak puas-puasnya memandang tubuhku. Bulu halus yang membalut kulitku semakin meningkatkan nafsunya. Apalagi begitu pandangannya mengarah ke payudaraku.
"Kamu udah punya pacar, Wit..?" tanya Ayah di telingaku.
Aku hanya menggeleng pasrah.

Ayah kemudian membelai dadaku dengan lembut sekali. Seolah-olah menemukan mainan baru, Ayah mencium pinggiran payudaraku.
"Uuhh..," desahku ketika bulu kumis yang dipotong pendek itu menyentuh dadaku, sementara tangan Ayah mengelus pahaku yang putih. Puting susu yang masih merah itu kemudian dikulum.
"Yah.. oohh.." desahku lagi.

" Yah.. nanti Mamm.." belum selesai kubicara, bibir Ayah dengan sigap kembali mengulum bibirku.
"Ayah sayang Juita.." kata Ayah sambil memandangku.
Sekali lagi aku hanya terdiam. Tetapi sewaktu Ayah mencium bibirku, aku tidak diam. Dengan panasnya kami saling memagut. Saat ini kami sudah tidak memikirkan status lagi. Puas mengecup putingku, bibir Ayah pun turun ke perut dan berlabuh di selangkangan. Ayah memang pintar membuatku terlena. Aku semakin terhanyut ketika bibir itu mencium kemaluanku. Lidahnya kemudian mencoba menerobos masuk. Nikmat sekali rasanya. Tubuhku pun mengejang dan merasakan ada sesuatu yang mengalir cepat, siap untuk dimuntahkan.
"Ohh, ohh.." desahku panjang.

Ayah rupanya tahu maniku keluar, lalu dia mengambil posisi bersimpuh di sebelahku. Lalu mengarahkan tanganku ke batang kemaluannya. Kaget juga aku melihat batang kemaluannya Ayah, besar dan tegang. Dengan mata yang sedikit tertutup, aku menggenggamnya dengan kedua tanganku. Setan yang ada di tubuh kami seakan-akan kompromi. Tanpa sungkan aku pun mengulum benda itu ketika Ayah mengarahkannya ke mulutku.
"Terus Wit.., oh.. nikmatnya.." gumamnya.
Seperti berpengalaman, aku pun menikmati permainan ini. Benda itu keluar masuk dalam mulutku. Sesekali kuhisap dengan kuat dan menggigitnya lembut. Tidak hanya Ayah yang merasakan kenikmatan, aku pun merasakan hal serupa. Tangan Ayah mempermainkan kedua putingku dengan tangannya.

Karena birahi yang tidak tertahankan, Ayah akhirnya mengambil posisi di atas tubuhku sambil mencium bibirku dengan ganas. Kemudian kejantanannya Ayah menempel lembut di selangkanganku dan mencoba menekan. Kedua kakiku direntangkannya untuk mempermudah batang kemaluannya masuk. Perlahan-lahan kepala kontol itu menyeruak masuk menembus selaput dinding vaginaku.
"Sakit.. Yah.." ujarku.
"Tenang Sayang, kita nikmati saja.." jawabnya.
Pantat Ayah dengan lembut menekan, sehingga Kontol yang berukuran 17 cm dan berdiameter 3 cm itu mulai tenggelam keseluruhan.

Ayah melakukan ayunan-ayunan lagi. Kuakui, Ayah memang cukup lihai. Perasaan sakit akhirnya berganti nikmat. Baru kali ini aku merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Pantas orang bilang surga dunia. Aku mengimbangi kenikmatan ini dengan menggoyang-goyangkan pantatku.
"Terus Wit, ya.. seperti itu.." sebut Ayah sambil mempercepat dorongan Kontolnya.
"Ayah.. ohh.., ohh.." renguhku karena sudah tidak tahan lagi.
Seketika itu juga darahku mengalir cepat, segumpal cairan putih meleleh di bibir vaginaku. Kutarik leher Ayah hingga pundaknya kugigit keras. Ayah semakin terangsang rupanya. Dengan perkasa dikuasainya diriku.

Vagina yang sudah basah berulangkali diterobos Kontol Ayah. Tidak jarang payudaraku diremas dan putingku dihisap. Rambutku pun dijambak Ayah. Birahiku kembali memuncak. Selama tiga menit kami melakukan gaya konvensional ini. Tidak banyak variasi yang dilakukan Ayah. Mungkin karena baru pertama kali, dia takut menyakitiku.

Kenikmatan ini semakin tidak tertahankan ketika kami berganti gaya. Dengan posisi 69, Ayah masih perkasa. Kontol Ayah dengan tanpa kendali keluar masuk vaginaku.
"Nikmat Wit..? Ohh.. uhh.." tanyanya.
Terus terang, gaya ini lebih nikmat dari sebelumnya. Berulangkali aku melenguh dan mendesah dibuatnya.
" Yah.. Juita nggak tahan.." katakuku ditengah terjangan Ayah.
"Sa.. sa.. bar Sayang.., ta.. ta.. han dulu.." ucap Ayah terpatah-patah.
Tetapi aku sudah tidak kuat lagi, dan untuk ketiga kalinya aku mengeluarkan mani kembali.
"Okhh.. Ohkk.. hh..!" teriakku.
Lututku seketika lemas dan aku tertelungkup di ranjang. Dengan posisi telungkup di ranjang membuat Ayah semakin belingsatan. Ayah semakin kuat menekan Kontolnya. Aku memberikan ruang dengan mengangkat pantatku sedikit ke atas. Tidak berapa lama dia pun keluar juga.
"Okhh.. Ohh.. Ohk.." erang Ayah.
Hangat rasanya ketika mani Ayah menyiram lubang vaginaku.

Dengan peluh di tubuh, Ayah menindih tubuhku. Nafas kami berdua tersengal-sengal. Sekian lama Ayah memelukku dari belakang, sementara mataku masih terpejam merasakan kenikmatan yang baru pertama kali kualami. Dengan Kontol yang masih bersarang di vaginaku, dia mencium lembut leherku dari belakang.
"Wit, Ayah sayang Juita. Sebelum menikahi Mamamu, Ayah sudah tertarik sama Juita.." ucap Ayah sambil mengelus rambutku.

Mama dan adikku, tiga hari di rumah nenek. Selama tiga hari itu pula, aku dan Ayah mencari kepuasan bersama. Entah setan mana yang merasuki kami, dan juga tidak tahu sudah berapa kali kami lakukannya. Terkadang malam hari juga, walaupun Mama ada di rumah. Dengan alasan menonton bola di TV, Ayah membangunkanku, yang jelas perbuatan ini kulakukan hingga sekarang.

Semua berawal pada suatu ketika dimana akudan istriku pindah ke sebuah rumah kost di sebuah kota besar, sebut saja kotaX, dimana aku harus pindah ke kota itu karena tempat kerjaku menugaskan akuuntuk menjadi kepala cabang di kantor yang baru. Kost yang kami tempati inimemang khusus untuk karyawan dan juga keluarga oleh sebab itu kost ini sangatlengkap mulai dari dapur hingga kamar mandi dalam semua ada. Sudah sebulan kamitinggal disini, aku dan istriku sudah mulai terbiasa bergaul dengan para tetanggakost kami.
“Pagi mas Ridwan. Berangkat kerja?” sapa seorang perempuan. Diaadalah istri tetangga kost kami yang bernama Susno, perempuan ini sendiribernama SaFarah. “Iya nih mbak. Mau bareng?” tanyaku kepada SaFarah atau mbakFarah begitu kami biasa menyapanya. Memang lokasi kerjanya berdekatan dengankantorku. Mbak Farah lalu mengangguk tanda setuju, “Boleh mas. Tapi nggakapa-apa nih nebeng di mobilnya mas Ridwan? Ntar mbak Nia marah lagi.” Kata mbakFarah kepadaku. Aku hanya tertawa karena saat itu Nia, istriku juga beradadisampingku. Nia ikut tertawa mendengar candaan mbak Farah.
Aku dan Nia memang pasangan baru. Kami baru menikah 1 tahun laludan belum dikaruniai seorang anak. Istriku Nia berusia 27 tahun, 2 tahun lebihmuda dariku. Sementara itu pasangan Susno dan SaFarah berusia sekitar 32 tahundan 29 tahun. Jadi bisa dibilang mbak Farah itu seumuran denganku. Suaminya,Susno memang tidak bekerja karena sudah satu tahun ini dia di PHK, makluksedang krisis ekonomi jadi banyak PHK dimana-mana. Dulunya dia bekerja diperusahaan plastik sementara istrinya bekerja sebagai pegawai perusahaankeuangan yang cukup terkenal di Indonesia walaupun dia hanya sebagai bawahan.Sesampainya di kantor aku berpisah dengan mbak Farah yang memang berjalan kakidari kantorku menuju kantor tempat dia bekerja.
Beberapa karyawan melirik kearah kami dan aku yakin merekabertanya-tanya siapa sebenarnya perempuan yang dibawa atasannya itu. Aku sihtidak ambil pusing karena memang pada dasarnya SaFarah memang cukup cantikwalaupun tidak secantik istriku. Namun body nya memang lebih yahud dan berisi.

Terutama buah dadanya yang sedari tadi kuperhatikan sekitarF-Cup jauh lebih besar dibandingkan istriku yang cuman C-Cup. Ah ada apa dengandiriku ini? Kenapa aku malah kepikiran mengenai tubuh istri orang. Akhirnya akumasuk juga ke gedung kantorku sambil berusaha melepaskan pikiran mesum itu dariotakku. Hari demi hari berlalu dan aku sering sekali berangkat bareng denganmbak Farah, memang sih baik istriku maupun suami mbak Farah tidak pernah cemburuatau keberatan. “Kasihan mbak Farah mas kalau sendirian jalan.” Kata istrikusaat aku bilang apa dia keberatan kalau aku berangkat bareng dengan mbak Farah.Memang sih dari tempat kost kami untuk mencapai daerah tempat kerjaku harusjalan sekitar 100 meter menuju jalan besar yang kemudian harus naik angkotsebanyak dua kali agar bisa sampai ke daerah tujuan kami. Aku bisa membayangkankalau Mbak Farah berangkat kerja sebelum ada aku dulu seperti apa susahnya.Pagi hari itu aku seperti biasa bersiap untuk ke kantor dan istriku membawakanaku bekal makan siang.
Nia memang juru masak yang handal. Selama ini aku tidak menolaktiap kali dia membawakan bekal karena memang masakannya luar biasa enak, maklumsetahun kursus masak waktu kuliah dulu. “Mas, maaf udah nungguin lama yah?Habisnya mas Susno tadi rewel terus minta dilayanin sih. Maaf ya kalo kelamaannunggunya.” Kata mbak Farah ramah. Aku kaget juga melihat penampilan mbak Farahkali ini. Memang dia mengenakan pakaian kerja tetapi rok nya kulihat lebihpendek dari biasanya begitu juga dengan kerah bajunya seperti lebih lebar danterkesan lebih turun. Mbak Farah lalu mengenakan sepatunya dengan posisisetengah menungging. Aku yang saat itu sedang berdiri didepannya, kontan sajamelihat pemandangan aduhai dari depan. Sepasang payudara mbak Farah sepertimenggelantung seolah ingin melepaskan dirinya dari bra warna ungu yangmembungkusnya. Besar dan bentuknya indah sekali, batinku dalam hati. Mas Susnobenar-benar beruntung memiliki istri seperti mbak SaFarah.
Sudah cantik, bodynya bagus, dadanya juga besar, pastilah hebatsaat bermain diranjang. Sesaat aku membandingkan dengan istriku. Penyesalanmuncul dibenakku. Akh, lelaki macam apa aku ini, membayangkan istri orang lainsementara aku sendiri sudah beristri dan istrikupun juga selalu setiaterhadapku. Bahkan akhir-akhir ini setidaknya seminggu belakangan ini istrikuterasa lebih hangat dari sebelumnya. Kami menjadi seperti pasangan suami istribaru lagi. Tadi malam saja dia minta untuk bercinta sampai dua kali padahalsebelumnya paling tiga atau empat hari sekali. Entah apa yang mempengaruhihasrat seksualnya sekarang ini. “Wah kok macet ya? Padahal kalau lewat jalanini nggak macet tuh jam segini.” Celetukku pelan. Mbak Farah tersenyum terusmeneruskan membaca buku laporan keuangan yang dia pegang. Sesekali aku melirikkearah pahanya yang tersingkap karena mobilku ini memang tempat duduknya cukuprendah jadi aku bisa melihat paha mulus mbak Farah dengan jelas.
“Eh mas. Sepertinya ada demo deh disana? Waduh bakalan telat kalo gini.” Mbak Farah kelihatan mulai khawatir. Memang benar ada demo dipersimpangan jalan didepan kami. Entah apa topik demonya karena aku juga tidakbegitu peduli lagi, yang kupedulikan hanyalah pekerjaanku di kantor dankesempatan lirik-lirik paha mbak Farah. Lumayan buat selingan, batinku. Habis sudah rasa penyesalanku tadi. Untungnya kami sampai kantor tepat pada waktunya.Kali ini sampai di kantor ada kejutan yaitu temanku waktu kuliah dulu yangsekarang bekerja sebagai manager sebuah perusahaan kimia swasta berkunjung.“Wah, Rid, sekarang kamu udah sukses ya. Sudah jadi pimpinan cabang sekarang.Hahaha…” seloroh sobatku yang satu ini. Aku hanya membalasnya ringan, akumemang bukan tipe orang yang suka memamerkan prestasi sih. “Eh, cewek yang tadibareng sama kamu itu siapa sih? Kece juga tuh cewek. Bodynya keren dan wajahnyajuga mantap punya tuh. Siapa sih? Kenalin donk!” goda Iwan temanku ini.
Aku hanya tersenyum simpul saja tapi dia malah semakin penasarandan membombardirku dengan berbagai pertanyaan susulan. “OK, OK, gua jawab. Diatuh tetangga kost gua. Dia tinggal di kamar sebelah kamar kost gua. Lagian diakerja didekat sini maka dari itu gua anterin dia kesini barengan ma gua. Andsekedar informasi, dia udah punya suami bro.” kataku menjelaskan daripada nantidi berondong pertanyaan lagi. “Heh? Emangnya istrimu nggak cemburu tuh? Kaliankhan pasangan muda, biasanya istri suka cemburu kalau suaminya bareng ceweklain yang cantik. Khan bawaan dari masa pacaran masih ada hahaha…” Iwan kembalimenggodaku sambil melihat-lihat foto-foto di dinding ruang kantorku. Aku hanyamenghela nafas saja, “Istriku nggak seperti itu lagi. Dia orangnya kagakpencemburu. Dia juga yang nyuruh gua buat nganterin mbak Farah dari pada ntardia jalan sendiri khan kasihan.” Kataku padanya. Iwan tertawa lagi, “Wah bolehjuga tuh. Kalo ntar aku punya istri aku pengin kaya istrimu tuh, orangnya nggakcemburuan.
Nggak kaya pacarku sekarang ini, cemburuannya minta ampun. Tiap jam telepon terus kalau nggak ya sms. Dikira aku pembantunya apa yah…”selorohnya sambil tertawa. Memang sih pacar Iwan pencemburu berat padahal sudahpacaran selama 3 tahun lebih. “Tapi Rid…” Iwan menimpali lagi, “Memangnya kamunggak ada rasa tertarik sama mbak Farah itu? Dia cantik lho dan seksi lagi.Bayangin aja kalau kamu di ranjang dilayanin dia sama istrimu…pasti serutuh…hahahaha….threesome gitu.” Katanya lagi. Aku memang tidak kaget dengarucapan itu dari Iwan karena sejak waktu kuliah dulu memang mulutnya seringmengeluarkan ucapan-ucapan seronok apa adanya. Dia paling gemar berbicara soalseks walaupun tidak pernah berhubungan seks dengan perempuan manapun selamaini. “Halah…lo ini ngomong apaan sih. Mana mau istri gua diajakin threesome.Dia orangnya konvensional kok.” Kataku pada Iwan. Memang selama ini istrikuselalu konvensional dalam bermain cinta. Selama satu tahun ini kami hanyabermain cinta menggunakan gaya-gaya yang itu-itu saja.
Kecuali dua hari terakhir ini dimana kami berdua menggunakan gaya baru sama sekali dalam bercinta dan memang efeknya dahsyat. Aku sendiritidak tahu dari mana dia mendapatkan gaya tersebut. Sesiang ini aku memikirkanucapan sahabatku itu. Threesome, sepertinya menarik tapi mana mau istrikumelakukannya. Lagipula mana mau mbak Farah melakukannya karena didekat kami juga terdapat suaminya. Tentu saja resiko sangat tinggi jika suaminya sampaitahu mengenai hal ini. Sore harinya aku mendapat kejutan keduaku. Mbak Farahdatang berkunjung ke kantorku. Memang kala itu kantorku sudah tutup dan tinggalaku bersama dengan dua orang satpam diluar dan dua orang petugas cleaningservice. “Lho, mbak Farah belum pulang? Ini khan sudah jam 5 sore. Bukannyambak Farah selesai kerja jam 4 tadi?” kataku sambil mempersilakan perempuancantik ini masuk kantor kerjaku. Mbak Farah tersenyum manis, “Iya nih mas. Tadisaya telat pulang karena pembukuan akhir bulan masih menumpuk lalu saya kerjainaja sekalian biar besok lebih senggang waktunya. Kirain mas Ridwan belumselesai kerjanya ternyata sudah ya…”
“Akh, ini mbak, biasa tender dengan klien sudah selesai danrapatnya diundur tiga hari lagi karena klien yang satunya berhalangan hadir.Sebenarnya sih jadwalnya pulang jam 6 nanti tapi kalau sudah tidak ada yangdikerjakan ya mau apalagi.” Kataku menjelaskan. Memang para karyawan sudahpulang sejak jam 4 tadi sementara aku tetap disini karena menghindari macet danbiasa mulai pulang jam 7 atau setengah 7 untuk menghindari kemacetan. “Ohhgitu. Kirain sedang ada apa. Wah berarti saya mujur dong karena nggakketinggalan hehehe…” kata mbak Farah bercanda. Dalam hatiku sih akusenang-senang saja malam ini dia pulang bareng denganku karena malam ini diapakai pakaian yang sangat seksi. Kenapa harus dilewatkan, iya khan? Kami lalungobrol berdua di ruangan kantorku sambil minum sereal hangat yang kubuat.Sesekali mbak Farah mengalihkan silangan kakinya dari kiri ke kanan saat itulahaku bisa melihat jelas celana dalam mbak Farah karena kami dudukberhadap-hadapan.
Pahanya yang mulus putih itu semakin lama membuatku semakin takkuasa menahan rasa ingin memeluknya dan mencumbu perempuan cantik ini danmengabaikan kalau dia ini istri orang lain. Jam sudah menunjukkan pukul 6malam. Masih tersisa waktu setengah jam lagi untuk kami berduaan. Serasa hatikuini tidak rela untuk pulang dan ingin berlama-lama dengan wanita didepanku ini.Aku tahu ini salah tetapi hasrat sebagai seorang lelaki membuatku tak dapatberpikir jernih. “Mas, gimana kalau sambil menunggu jam tujuh kita makan dulu.Didepan kantor ada warung makan yang enak.” Usul mbak Farah kepadaku. Aku sihsetuju-setuju saja. Lagipula perutku juga sudah mulai lapar. Padahal biasanyaaku betah-betahin untuk menahan lapar sehingga sampai dirumah nanti bisa makanmasakan istriku. Tetapi kali ini berbeda. Jadi juga akhirnya kami berdua makandi warung makan itu. Walaupun tidak begitu besar tetapi bersih dan masakannyajuga enak walaupun tidak seenak masakan istriku tentunya. “Sudah jam 7 kurang15 menit.
Kita masuk mobil saja dulu sepertinya jalanan sudah mulai longgar tuh.” Kataku pada Mbak Farah. Perempuan ini mengangguk setuju danakhirnya kami masuk ke mobil sedanku. Sebuah peristiwa tak terduga terjadisecara tak sengaja. Mbak Farah tersandung saat akan masuk kedalam mobil.Tubuhnya terhempas kedepan dan menindih akuyang sudah duduk di kursi. Untung saja kepalanya tidak terantuk setir mobilku.Namun yang membuatku gugup adalah kepalanya pas sekali ambruk di atasselangkanganku. Tanganku juga tak sengaja tertindih payudaranya yang besar itu.Entah apa yang merasukiku, tanganku tanpa dapat kukendalikan lagi meremaspayudara perempuan ini. Mbak Farah melenguh pelan lalu bangkit dariterpuruknya. Wajahnya memerah sepertinya menahan malu. Aku sendiri juga malusetelah sadar kalau batang kemaluanku ternyata sudah tegang saat wajah mbakFarah tanpa sengaja menyentuh selangkanganku ini. Kami berdua terdiam cukuplama di dalam mobil ini. Aku mencoba membuka percakapan dan saat itulah kamibertatapan muka. Pandangan kami beradu cukup lama.
Entah apa yang mempengaruhiku, aku mulai berani mendekatkanwajahku kepadanya. Sesaat kemudian bibir kami saling bersentuhan. Setan apayang mendorongku aku sendiri juga tidak tahu. Yang jelas selang beberapa detiksaja kami sudah saling melumat bibir satu sama lain. Mobil itu menjadi saksibetapa panasnya ciuman kami berdua, diluar dugaan Mbak Farah sangat mahir dalamberciuman. Dia juga tidak sungkan ketika aku menggunakan lidahku dalamberciuman. Tidak cukup hanya itu, tanganku sudah mulai meraba payudara MbakFarah lagi yang saat itu masih berbalutkan pakaian kerja. Aku copot jaskerjanya lalu satu demi satu kancing kemeja Mbak Farah aku lepaskan hinggasekarang tinggal bra warna krem-lah yang menjadi penghalang mataku denganpayudara indah wanita cantik ini. Remasan-remasan tanganku sepertinya sudahberhasil membangkitkan gairah terpendam milik Mbak Farah. Dia semakin liarsaja. Bahkan tangannya sudah berani mengusup kedalam celana panjangku dan hanyabutuh waktu beberapa detik saja sebelum akhirnya dia berhasil menemukan batangpenisku yang memang bukan hanya sudah tegang tetapi sudah basah.
Mbak Farah tersenyum begitu tahu kalau aku juga terangsangberat. Lalu dia merebahkan kursinya dan mencopot bra yang dia pakai sehinggaaku bisa dengan leluasa menikmati pemandangan indah tersebut. Buah dada MbakFarah memang benar-benar besar. Sesuai dengan dugaanku yaitu F-Cup. Aku taksabar ingin meremas dan menciumi payudara indah tersebut beserta puting susunyayang sudah tegang menantang itu. Sesekali tubuh Mbak Farah membusung tiap kaliaku menghisap puting susunya yang mancung itu. Tanganku meraba vagina wanitacantik ini dan ternyata celana dalamnya sudah basah sekali. Tanpa pikir panjangsegera ku singkap rok mininya itu sehingga tersingkap keatas lalu kutarikcelana dalamnya hingga lepas. Sekarang bukan cuma payudara Mbak Farah yangterlihat jelas tetapi juga vaginanya dapat jelas kulihat. Perempuan ini masihsedikit malu-malu ketika aku berhasil melucuti celana dalamnya. Sebelahtangannya berusaha untuk menutupi vaginanya yang tercukup rapi itu. Namun akutak ambil pusing, jemariku segera bekerja disana.
Jari telunjuk dan jari kelingkingku membuka bibir vagina MbakFarah yang sudah basah itu sementara jaru tengan dan jari manisku kuarahkankedalam vaginanya. Dengan gerakan menusuk-nusuk membuat mbak Farah semakinkalang kabut dibuatnya. Desahan demi desahan tak terhindarkan lagi keluar darimulutnya. “Akhh..Mas..jangan disitu…akhhh…” desahnya lagi saat jemarikuberkarya di liang kewanitaannya. Cairan pelumas segera kembali melubermembasahi bibir vagina wanita cantik ini. Memang soal permainan jari aku sudahahli. Istriku saja sampai kubuat orgasme dengan jari saja. Klitorisnya mulaimenegang dan tanda dia akan orgasme semakin dekat saja. Beberapa menit kemudianberkat permainan jemariku di vaginanya ditambah dengan cumbuan tangan dan bibirbeserta lidahku di sepasang payudaranya, Mbak Farah mencapai klimaksnya. Diamendesah cukup keras sambil menahan jeritan nikmat. Bibir bawahnya dia gigitsendiri menahan sensasi kenikmatan yang meluap dari dalam dirinya. Tubuhnyamengejang sesaat lalu setengah menit kemudian dia lemas.
Peluh membasahi tubuh seksi dan montok wanita ini. Mbak Farahakhirnya mencapai klimaksnya hanya dengan petting saja. Aku tersenyummelihatnya terduduk lemas di bangku mobilku yang sudah disandarkan. “Mbak Farahbenar-benar hebat. Mas Susno beruntung punya istri secantik dan seseksi mbakFarah.” Pujiku. “Aku sebenarnya sudah lama suka dengan mbak Farah hanya saja selalukutahan, sekarang aku sudah puas bisa bermesraan dengan wanita secantik mbakini.” Pujiku lagi. Wajah mbak Farah memerah entah karena pergumulan tadi ataukarena menahan malu karena sudah menyerahnya separuh dirinya padaku padahal diapunya seorang suami yang menunggunya dirumah. “Mas Ridwan ini memujinya koktinggi banget sih? Ntar aku jadi ke ge-er-an lho. Lagian mas Ridwan khan jugapunya istri cantik. Pasti mbak Nia juga setiap malam merasakan keahlian tanganmas Ridwan ini, beruntungnya mbak Nia ya…” ujar Mbak Farah. Aku tersanjungdibuatnya karena dia mengakui kehebatan jemariku ini. Belum sempat aku bicaratiba-tiba tangan Mbak Farah menyentuh penisku lalu dengan cekatan dia mengocoknya perlahan.
Batang kejantananku yang sebelumnya sudah setengah tiang sekarang kembali perkasa hanya dengan sedikit sentuhan dan rangsangan dari MbakFarah. Lalu tanpa kuduga Mbak Farah mengarahkan bibirnya ke ujung penisku danmenciumnya perlahan lalu lidahnya bermain di ujung penisku itu dan padaakhirnya seluruh batang kemaluanku itu dilumatnya masuk kedalam mulut wanitacantik ini. Rasanya bagaikan di awang-awang. Disertai dengan rangsangan tangannyapada buah zakarku, mulut Mbak Farah maju mundur seolah mengocok penisku sembaridari dalam, lidahnya tak henti-hentinya melumat batang kemaluanku ini. “MbakFarah…akhhh…” desahku menahan rasa nikmat. Tak butuh waktu lama sampai akhirnyaaku merasa akan mencapai klimaks. Lalu Mbak Farah mencabut penisku darimulutnya begitu dia tahu kalau aku sudah nyari ejakulasi. Aku lalu mengarahkanpenisku ke belahan payudaranya.
Mbak Farah lalu menggunakan himpitan sepasang payudaranya untukmengocok batang penisku ini. “Keluarin aja semua mas. Aku pengen mas Ridwanjuga merasakan nikmat seperti yang aku rasakan tadi.” Kata Mbak Farah sambil sesekali menjilatiujung kemaluanku.
“Akhh..mbak…aku keluar…akhhh…” racauku sambil kedua tangankumenekan pundak Mbak Farah. Batang kemaluanku berdenyut sangat cepat lalu cairanputih kental menyembur membasahi sepasang buah dada wanita cantik ini bahkanbeberapa sempat menyemprot kearah wajah Mbak Farah. “Maaf mbak. Tadi nggaksempet aku kontrol. Wajah mbak jadi kotor deh.” Kataku meminta maaf. Mbak Farahhanya tersenyum sambil membersihkan wajahnya dengan tissue sementara akumembantu membersihkan payudaranya dengan tissue juga. “Nggak apa-apa kok. Kalaumas Susno sering nakal sih menyemprotkan didalam mulut tanpa bilang-bilangpadahal saya nggak suka dengan rasanya, jadi pengen muntah mas.” Sahutnyapelan. “Mungkin karena belum biasa aja kali mbak.” Kataku. Padahal istrikusendiri juga tidak pernah mau menelan spermaku. Dia selalu marah-marah ketikaaku tanpa sengaja atau sengaja menyemprotkan cairan maniku kedalam mulutnya ketikamelakukan oral seks. Akibatnya dia sering kali menolak melakukan oral sekstersebut. Jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam.
Kami lalu merapikan diri dan bergegas pulang. Sepanjangperjalanan aku tak henti-hentinya meraba-raba payudara Mbak Farah yang sudahterbungkus oleh bra itu. Wanita cantik itu hanya tersenyum melihat ulahku. Diasempat membalas dengan meraba dan mengocok kembali penisku namun karena akunyaris kehilangan kendali atas setir mobilku maka niatan itu dia hentikan.Sesampainya dirumah, Mbak Farah langsung masuk kamarnya sementara aku sudahditunggu istriku. “Mas, kok baru pulang? Macet ya?” tanya istriku, aku hanyamengiyakan saja. Seandainya dia tahu kalau aku habis petting habis-habisandengan Mbak Farah entah apa yang akan dia lakukan. Malam itu istriku tumbentidak meminta jatah malamnya. Tapi bagiku tidak masalah karena aku sudahmendapatkan dari Mbak Farah walaupun hanya sebatas blow job saja. Dua harikemudian, tepat akhir pekan, pekerjaanku sepertinya sudah selesai semua dan akumempunyai waktu luang cukup banyak. Semua laporan dan pembukuan sudah ditanganidan sejak jam 12 siang aku sudah bebas dari pekerjaan.
Sebenarnya aku bisa saja pulang namun aku iseng ingin kembalimengulang kebersamaanku dengan mbak Farah tempo hari. Iseng-iseng aku teleponMbak Farah lewat telepon kantorku dan dia menyahutnya. Ternyata Mbak Farah jugasedang senggang. Lalu kami makan siang berdua. “Wah kebetulan mas, saya jugasedang nggak ada kerjaan. Maklum selama dua hari terakhir ini selalu lemburjadi semua laporan sudah selesai. Mas sendiri habis ini mau kemana?” tanya MbakFarah diselang makan siang kami. “Hmmm, nggak tahu yah. Tapi kalau Mbak Farahmemang udah nggak ada kerjaan gimana kalau kita keluar aja. Kebetulan tadi adaselebaran promo mengenai tempat karaoke yang baru. Tempatnya nggak begitu jauhdari sini dan katanya sih lumayan eksklusif gitu.” Ajakku. Dalam hati akuberharap agar dia setuju. Mbak Farah menghabiskan minumannya lalu beranjakberdiri. “Boleh juga tuh mas. Ayo! Lagi pula dari pada bengong di kantor.” Diasetuju dan dengan hati gembira penuh pengharapan aku melajukan mobilku kearahtempat tujuan kami. Ternyata tempat karaoke itu benar-benar eksklusif, jadiwajar saja kalau promonya juga besar-besaran di perkantoran.
Aku lalu memesan kamar untuk kami berdua selama dua jam. Pelayandisana lalu menyajikan menu minuman dan makanan ringan untuk teman karaokekami. Setelah selesai administrasinya kami langsung menuju ke kamar yang dimaksud. “Wah, gede juga yah. Ini sih bisa untuk delapan sampai sepuluh orangmas.” Kata Mbak Farah kepadaku. Memang sih kamarnya cukup besar dengan televisiLCD ukran 30 Inchi dan sound lengkap. Sofanya yang besar juga empuk bahkan pasbuat tidur sekalipun….tidur? Ya, pikiran itu terbersit di otakku baru saja.Selama lima belas menit pertama kami hanya berkaraoke berdua sambil sesekalimenenggak minuman dalam botol. Aku tahu minuman itu mengandung alcohol sekitar5% namun Mbak Farah sepertinya tidak sadar dan menganggap kalau muniman ituhanyalah soft drink biasa. Setelah hampir dua botol minuman itu habis kamitenggak, aku mulai melihat Mbak Farah sudah mulai tipsy walaupun belumsepenuhnya mabuk. Bicaranya mulai sedikit ngelantur. Aku mempergunakannya untukmendekatinya.
Sengaja aku mendekatkan wajahku dengan wajahnya dan sesuaidugaanku tak butuh waktu lama untuk akhirnya kami berdua berciuman dengan mesraatau lebih tepatnya dengan panas. Nafsu sudah sampai diujung kepala dan taktertahankan lagi. Baik aku maupun Mbak Farah masing-masing saling melucuti bajupasangannya. Sejak awal memang aku sudah mengunci pintu kamar ini sehingga akusudah bebas kekhawatiran jika ada orang masuk. Sekarang dihadapanku adalah MbakFarah yang sudah bugil total. Dia tidak mengenakan sehelai benangpun ditubuhnyabegitu juga denganku. Kami lalu berpagutan mulut kembali. Lidah kami berduasaling melilit dan menjilat satu sama lain sementara kedua tangan kamibergerilya ke area rawan pasangan masing-masing. Tangan Mbak Farah mulaimengocok penisku sementara tangan yang satunya mengelus dadaku yang bidang ini.Sementara itu dia membiarkan kedua payudaranya aku mainkan malah dengantangannya dia mengarahkan sebelah tanganku yang satu lagi untuk menstimulsivaginanya yang sangat basah itu. Kembali Mbak Farah merasakan kenikmatanpermainan tanganku yang memang pernah membuatnya orgasme dua hari lalu.Sekarang tidak ada lagi bunyi orang bernyanyi yang ada hanya bunyi desahan kamiberdua yang sedang berpacu dengan kenikmatan.
Aku lalu merebahkan tubuh Mbak Farah ke sofa yang lebar itu lalumengangkat kedua tungkai kakinya dan menyandarkan kedua tungkai kakinyatersebut ke pundakku. Perlahan aku mengarahkan penisku kearah vagina Mbak Farahnamun Mbak Farah sepertinya sadar hal tersebut dan dengan kedua tangannyaberusaha untuk menutupi vaginanya agar aku tidak bisa penetrasi. “Mas Ridwan,jangan! Aku masih belum siap. Aku nggak mau mengkhianati mas Susno lebih dariini.” Ujar Mbak Farah sambil berusaha mencegahku. Namun nafsuku sudah sampai diubun-ubun membuatku tidak peduli lagi. Aku lalu menindih tubuhnya sambil keduatanganku menarik tangannya keatas kepala Mbak Farah dan mencekalnya supayatidak berontak lagi sambil bibirku terus menjelajah bibir, leher dan payudarawanita cantik ini. Akhirnya Mbak Farah kehabisan tenaga untuk melawan, mungkinjuga karena dia sudah tipsy sebelumnya. Wanita cantik itu hanya menyerah begitusaja ketika ujung penisku mulai menyentuh bibir vaginanya yang merah merekahitu. Dengan sedikit dorongan akhirnya kepala penisku masuk juga kedalam liangsenggamanya diiringi dengan desahan yang keluar dari mulut perempuan seksi ini.“Mas Ridwan…akhhh…” desahnya sambil memalingkan mukanya kesamping mungkin MbakFarah malu karena penisku sekarang sudah menjebol batas kesetiaannya kepadasuaminya. Sekarang penis pria yang bersarang di vaginanya bukanlah miliksuaminya melainkan milik orang lain.
“Mbak Farah, ternyata vagina mbak Farah masih sempit ya. MasSusno pasti senang tiap hari dapat jatah dari Mbak Farah.” Ujarku dan MbakFarah semakin malu dibuatnya. Wajahnya memerah dan tak ada satu patah katapunterucap dari bibir manisnya itu. “Akhhh…pelan mas…” ujar Mbak Farah ketika akumulai kembali mendorong masuk batang penisku yang tersisa. Apa mungkin penisku inilebih besar dari milik Mas Susno atau memang vagina Mbak Farah yang memangsempit. Perlahan tapi pasti akhirnya aku berhasil melesakkan seluruh bagianpenisku kedalam vagina Mbak Farah. Pelan-pelan aku mulai menyodok-nyodokpenisku yang bersarang di liang kewanitaan perempuan cantik ini. Sekarang MbakFarah seolah tergolek tak berdaya di depanku. Aku menindihnya dengan nafsu yangterus bertambah. Pompaanku yang semula pelan sekarang sudah mulai cepat. Entahberapa kali pompaanku berhasil membuat ujung penisku menyodok dinding rahimMbak Farah. “Akhh..mas..pelan-pelan!” ucap Mbak Farah lirih diiringi desahansuaranya.
Suara seksi desahan yang keluar dari mulut wanita ini bercampurdengan bunyi kecipak cairan kedua kemaluan kami yang saling beradu. Suara khasorang bercinta ini memenuhi seluruh ruangan. Untungnya ruangan ini kedap suarakarena jika tidak maka bisa terdengar diluar sana. Aku mengangkat tubuh MbakFarah hingga kami sekarang duduk berhadap-hadapan sementara tubuhnya aku pangkudengan pahaku. Aku tak henti-hentinya mengangkat-angkat pantatnya agar peniskutetap bisa memompa vagina Mbak Farah sambil sesekali menggoyangnya kekiri dankekanan sehingga ujung penisku ini bisa menelusuri dinding liang senggama istriMas Susno ini. Namun tak butuh waktu lama sampai Mbak Farah mulai terhanyutdalam permainanku dan dia dengan sukarela menaik turunkan selangkangannyasendiri sehingga sekarang aku tinggal menikmati pelayanan Mbak Farah ini.Dengan gaya women on top perempuan ini semakin beringas saja. Aku bisa melihatpayudaranya bergoyang kesana kemari karena ukurannya yang besar sehinggamenjadikan pemandangan seksi sekali bagiku karena milik istriku tidak sampaisehebat itu berguncangnya.
Sambil tanganku meremas-remas buah dadanya aku ikut membombardirvagina Mbak Farah dari bawah. Cairan kemaluan keluar deras dari vagina MbakFarah disertai tubuhnya yang mengejang. Ternyata Mbak Farah sudah mencapaiklimaksnya kali ini. Namun aku masih belum puas, lalu aku kembali menindihwanita cantik ini dan kembali menumpangkan kedua tungkai kakinya di bahuku danmenindih tubuh seksinya itu sehingga lutut Mbak Farah sekarang menyentuh buahdadanya sendiri. Lalu dengan tak kalah beringas aku memompa penisku didalamvaginanya dengan cepat hingga beberapa menit kemudian aku merasakan peniskumulai berkedut keras dan akhirnya menyemburkan cairan putih kental di dalamrahim Mbak Farah. Tak ada nada protes dari mulut Mbak Farah walaupun kala itudia tahu kalau didalam rahimnya telah penuh cairan spermaku. Beberapa bahkanmengalir keluar lewat bibir vaginanya. Tak ada pikiran takut akan resikohamilnya Mbak Farah nanti. Kami berdua hanya memikirkan kepuasan hasrat kamisaja.
Sepuluh menit kemudian kami lalu merapikan diri dan menyudahiacara karaoke ini walaupun baru satu jam kurang lebih kami menggunakan ruangantersebut. Setelah menyelesaikan urusan administrasi kami segera cabut daritempat itu dan pulang kerumah. Hanya ada diam selama di dalam mobil yang melajukala itu. Mbak Farah terdiam begitu juga dengan aku. Mungkin Mbak Farahmenyesali semua keputusannya yang menyerahkan kesetiaan cintanya akan sangsuami dengan hasrat seksualnya denganku. Aku sendiri diam karena bingung harusngomong apa dengannya. Sesampainya dirumah kost, sepertinya rumah masih sepidan seluruh penghuni kost tidak ada dirumah. Maklumlah karena semua penghunikost merupakan karyawan dan jika ada pasangan suami istri tinggal disana jugaadalah pasangan muda yang baik lelaki maupun perempuannya bekerja dan pulangbiasanya jam 5 sore atau malam malahan. Berarti tinggal ada istriku Nia dansuami Mbak Farah, batinku dalam hati. Ketika kami berdua melangkah danmendekati kamar kami yang bersebelahan, aku mendengar suara rintihan dandesahan dari kamar Mas Susno dan Mbak Farah.
Sepertinya Mbak Farah juga mengetahui hal tersebut dan memintakuagar berjalan perlahan. Bagaikan maling yang mengincar barang berharga, kamiberdua mengendap-endap mendekati jendela kamar Mbak Farah. Karena jendelabagian depan kamar tertutup rapat maka kami memutuskan untuk mengintip daribagian belakang. Bagian belakang kamar mereka memang terdapat lubang kecildengan ukuran sekitar 30cm-40cm yang dulu merupakan bekas exhause fan namunsekarang hanya tinggal lubangnya saja. Semakin dekat dengan lubang itu akusemakin mendengar jelas desahan yang keluar dari kamar itu. Itu jelas-jelasdesahan seorang wanita tetapi siapa? Semakin dekat aku semakin jelas dantiba-tiba terbersit dalam benakku kalau desahan dan rintihan wanita itu sepertimilik istriku, Nia. Desahan tersebut sangat mirip sekali dan begitu akumengintip lewat lubang tersebut benar saja aku kaget bukan kepalang. Akumelihat Nia, istriku sedang disetubuhi oleh Mas Susno. Keduanya sudah dalamkeadaan telanjang. Suara televisi yang di nyalakan tidak dapat mengelabui suaradesahan yang keluar dari mulut mereka berdua. Mereka sedang bercinta.
Istriku dengan posisi merangkak sedang Mas Susno dibelakangnyaterus membombardir vagina istriku dengan sodokan-sodokan penisnya. Tubuhistriku yang langsing dan putih mulus berkebalikan dengan tubuh Mas Susno yangcokelat kehitaman dan sedikit gemuk. Mbak Farah menahan rasa terkejutnyamelihat suaminya bermain cinta dengan wanita lain. “Akhh…masSusno…terusss…masss..” desah istriku. Aku tak percaya istriku meminta Mas Susnoagar terus menyetubuhinya. “Enak ya dik dientotin sama mas Susno? Kalau sampaiMas Ridwan tahu gimana coba…hehe…” ujar Mas Susno sambil menyodok vaginaistriku dengan keras. Istriku menjerit kecil, “Akhh…nggak apa-apa. Mas Ridwanjuga jarang dirumah pulang baru…akhhh…nanti malam…” ujarnya kemudian keduanyaberciuman hangat. Brak!!! Keduanya kaget ketika pintu dibuka oleh Mbak Farah.Memang Mbak Farah mempunyai kunci duplikat untuk jaga-jaga seandainya diapulang pas Mas Susno sedang pergi. Keduanya kelimpungan mencari kain untuk menutupitubuh mereka yang telanjang. Namun selimut yang diraih Mas Susno sudahburu-buru di serobot oleh Mbak Farah.
Dalam kebingungan, istriku hanya menangis lalu menghamburkearahku dan bersujud dikakiku sambil berlinang air mata. Segala macam ucapanpermintaan maaf keluar dari bibirnya. Dadaku sesak melihat istriku yangtelanjang ini telah habis di garap oleh orang lain selain diriku. Namun terbersit ucapan Iwan tempo hari mengenai variasi seks lalu aku mencegah saatMbak Farah akan melabrak suaminya. Lalu meng-kode-nya agar dia tenang dan sepertinya dia tahu maksudku. Lalu setelah menutupi tubu bugil Mas Susno danistriku kami menutup pintu kamar dan menanyai hubungan mereka berdua. Darisemua pengakuan mereka ternyata hubungan Mas Susno dengan istriku baruberlangsung dua hari yang lalu ketika aku telat pulang kantor. Sementara ituistriku sudah terlanjur minum obat perangsang. Itu menjelaskan mengapahari-hari sebelumnya dia begitu hangat, ternyata dia meminum obat perangsangdosis tinggi sehingga dia selalu minta jatah berulang kali padaku dan dua harilalu dia malah tidak minta sama sekali, ternyata dia sudah memperoleh jatahnyadari Mas Susno, suami Mbak Farah. Bahkan sampai 4 kali dalam dua jam.
Aku lalu bertanya apakah mereka menggunakan pelindung waktu itudan mereka menjawab tidak karena istriku mengatakan dia sudah meminum pil KBsebelum dan sesudah berhubungan intim tersebut. Dia sama sekali tidak sengajabercinta dengan Mas Susno jika bukan karena pengaruh obat tersebut. Karenawaktu itu Mas Susno sedang datang untuk meminjam tang untuk memotong kawatsementara istriku tidak tahu tempat penyimpanannya sehingga mereka berduadikamar mencarinya. Kala itu istriku hanya mengenakan daster untuk tidur karenamemang dia rencananya akan menyambut kepulanganku. Tak disangka yang menuaimalah Mas Susno. Sore itupun mereka berdua bercinta habis-habisan. Danperistiwa barusan juga karena istriku dan Mas Susno berunding agar hal itutidak terjadi lagi namun karena rayuan Mas Susno akhirnya istriku takluk jugauntuk kedua kalinya. Dan mereka berdua bercinta habis-habisan lagi, hanya sajakali ini sudah ketahuan terlebih dahulu. Dengan berlagak marah aku dan MbakFarah menghakimi mereka. Baik istriku maupun Mas Susno sama-sama meminta maafberulang kali dan tidak ingin bercerai.
Bahkan Mas Susno sampai menyembah-nyembah kami berdua agarmemaafkannya. Sebuah ide yang sudah lama tertanam diotakku langsungkukeluarkan. “OK kalau begitu. Karena kalian berdua sudah sering bercinta makasebagai balasannya aku dan Mbak Farah akan bercinta juga. Bukan cuman itu tapikami akan berhubungan intim didepan kalian berdua.” Ucapku. Mas Susno protesnamun karena Mbak Farah kembali menakannya maka dia hanya pasrah. Akhirnya jadijuga aku bercinta dengan Mbak Farah. Siang itu aku kembali memompa vagina MbakFarah kali ini dengan posisi doggy style seperti yang dilakukan istriku denganMas Susno. Aku sengaja memeperlihatkan ekspresi wajah Mbak Farah didepansuaminya yang masih bugil itu (baik Mas Susno maupun Nia tidak diijinkan untukmemakai pakaian mereka kala itu). Aku tertawa dalam hati melihat penis MasSusno yang menegang melihat istrinya aku kerjai. Tak puas hanya menggarap MbakFarah sekarang aku memanggil Nia agar bergabung. Sekarang Nia, istriku akuminta untuk berbaring terlentang sementara diatasnya aku minta Mbak Farah dalamposisi merangkak.
Sekarang didepanku terpampang dua vagina siap sodok. Di bagianatas Mbak Farah vaginanya yang sempit dan basah itu sementara itu di bawahnyaterdapat bibir vagina Nia istriku yang berbulu agak lebat itu. “Akkhhh…masRidwan…ekkhhh…” desah Mbak Farah ketika aku menusukkan lagi batang peniskukedalam vaginanya. Lalu setelah beberapa kali pompaan aku lalu mencabutnya danmengarahkan penisku ke vagina Nia istriku dan melesakkannya kedalam vaginanya.Bergantian istriku dan Mbak Farah merasakan kenikmatan sodokan penisku. Mungkinkarena aku sudah berejakulasi sebelumnya sehingga permainanku kali ini jauhlebih lama. Bergantian kedua perempuan ini mencapai klimaks mereka. Istrikumencapai orgasmenya lebih dulu lalu setelah beberapa detik kemudian segera akualihkan sodokanku ke vagina Mbak Farah dan kami berdua mencapai orgasmebersama. Sebagian spermaku menyembur di vagina mbak Farah lalu dengan cepatkucabut dan kumasukkan kedalam liang kemaluan Nia istriku dan menghabiskan sisaspermaku disana. Mbak Farah lalu terkulai lemas di atas tubuh istriku.
Aku puny ide tambahan lagi meminta mereka berdua berciuman.Adegan lesbi yang menggairahkan lalu aku minta supaya keduanya kembalimelayaniku walaupun kali ini aku tidak sampai orgasme. Aku melihat Mas Susnoyang termenung melihat polah istrinya yang disetubuhi orang lain. Aku kemudianmenghentikan gerakan sodokanku di vagian Mbak Farah. “Mas. Kalau mas Susno mausilakan pakai aja Nia untuk sementara ini. Dari pada bengong, aneh juga kalaupas ngentotin cewe ada yang nonton.” Ujarku kepadanya. Mas Susno bingung tapisetelah itu sebuah senyuman tersungging di bibirnya. Akhirnya kami menutuptragedy itu dengan sebuah swing party antara aku, istriku, Mbak Farah dan MasSusno. Sesekali aku melihat Mas Susno yang sedang asik menggarap tubuh molekistriku yang dibaringkan terlentang disamping tubuh Mbak Farah yang memangsedang kutindih. Kami berdua berlomba mengerjai istri lawan kami masing-masing.Sengaja atau tidak tapi aku melihat istriku mencium mesra mas Susno lalu MbakFarah membalasnya dengan menciumku lebih panas lagi.
Seperti lomba saja jadinya, hanya saja lomba kali ini adalahlomba seks. Entah sudah berapa kali sperma tumpah di tubuh istriku atau ditubuh Mbak Farah. Baik vagina maupun bagian perut mereka berdua sudahdiselimuti cairan sperma baik dari milikku maupun Mas Susno. Beberapa kali akubertukar posisi dengan Mas Susno, dan baik Mbak Farah maupun Nia sepertinyamerasakan kenikmatan tersendiri ketika pergantian penis tersebut. Percintaanitu kami akhiri dengan pasangan resmi kami masing-masing. Mas Susnomenyemprotkan hasil ejakulasinya yang ketiga sore itu di dalam vagina istrinya,Mbak Farah. Sementara itu aku menumpahkan sisa spermaku yang mulai encer itukedalam rahim Nia, istriku. Lalu kami berpelukan dengan pasangan masing-masing.Walaupun beberapa kali tangan Mas Susno mencoba bermain-main dengan putingistriku. Entah petualangan kali ini apakah akan berlanjut ke hal yang lebihseru atau tidak karena aku dan Mbak Farah jelas tidak ingin menyudahikenikmatan ini.

foto Nuri - Cerita Ngentot ABG - Cerita Dewasa Hot Tukar Pasangan
Cerita Ngentot ABG - Cerita Dewasa Hot Tukar Pasangan ini melanjutkan kembali perjumpaan kita setelah lama blog cerita19tahun.blogspot.com ga update cerita-cerita fresh dan terbaru buat para pembaca cerita seks sekalian. Ga usah basa-basi langsung aja nikmati kisah ngentot antara ABG dan Om-om ini.

Aku terbangun karena telpon genggamku berdering.Kulihat Fifine, anak ABG yang entot semalem, masih terlelap. Payudaranya yangmontok bergerak seiring dengan tarikan napasnya. Pengen aku menggelutinya lagi,tetapi temanku Erick sedang menunggu diujung hp. Aku keluar kamar supaya Fifine gak terganggu dengan pembicaraanku.
“Baru bangun ya”, terdengar suara Erick diujung sana.
“Iya, mau ngapain pagi gini dah nelpon, masih ngantuk”, jawabku.
“Gini hari baru bangun, udah jam 10 nih. Pasti ngegarap abg ya”.
“La iya lah”, jawabku. “Ada apa”.
“Tukeran abg yuk, aku semalam main ama pembantu sebelah”.
“Pembantu? emangnya gak ada cewek yang lain”, kataku, rada kesel. Masak Fifine mau dituker ama pembantu.
“Tunggu dulu, biar pembantu Nuri cantik kaya anak gedongan. Bodinya montok banget dan napsunya gede banget, maunya terus2an main. Kamu pasti puas lah main ama dia”.
“Masak sih, kalo cewekku Fifine, anak skolahan, montok dan binal kalo di ranjang”, jawabku lagi.
“Ya udah, kita tukeran aja, mau enggak. Kalo mau aku ama Nuri cabut kerumahmu sekarang”.
Aku tertarik juga dengan tawaran, pengen juga aku ngeliat kaya apa sih pembantu yang katanya kaya anak gedongan, “Ok, datengaja”. Pembicaraan terhenti. Aku kembali ke kekamar. Fifine udah bangun.
“Ada apa om, mau maen lagi gak”, katanya sambiltersenyum.
“Belum puas semalem ya Fin. Temen om tadi nelponngajakin om tuker pasangan. Fifine mau gak maen ama temennya om. Dia juga ahlikok nggarap cewek abg kaya Fifine”, jawabku.
“Kalo nikmat ya Fifine sih mau aja”, Fifinebangun dari tempat tidur dan masuk kamar mandi.
Aku menyusulnya. Sebenarnya aku napsu lagingeliat Fifine yang masih telanjang bulat, tetapi karena Nuri mau dateng ya akutahan aja napsuku. Kita mandi sama sambil saling menyabuni sehingga kontol kungaceng lagi.
“Om, kontol nya ngaceng lagi tuh, maen lagi yuk”,ajak Fifine sambil ngocok kontolku.
“Kan Fifine mau maen ama temennya om, nanti ajamaennya. Temen om ama ceweknya lagi menuju kemari”, jawabku.
Sehabis mandi, kita sarapan dulu. Fifine tetepaja bertelanjang bulat sementara aku cuma pake celana pendek saja. Selesaimakan aku menarik Fifine saung dipinggir kolam renang yang ada dibelakangrumahku. Fifine kupeluk dan kuciumi sementara tanganku sibuk meremes2 payudaramontoknya. Fifinepun gak mau kalah, kontol ku digosok2nya dari luar celana ku.

Sedang asik, Erick dan Nuri datang. Erick sudahbiasa kalo masuk rumahku langsung nyelonong aja kedalem, karena kami punyakunci rumah masing2. Nuri ternyata cantik juga, seperti bintang sinetronberdarah arab yang aku lupa namanya. Nuri make pakean ketat, sehingga payudaranyayang besar tampak sangat menonjol. Pantatnya yang besar juga tampak sangatmenggairahkan. Nuri terkejut melihat Fifine yang bertelanjang bulat.Kuperkenalkan Fifine pada Erick, Erick langsung menggandeng Fifine masuk kerumah.
“Ri, Erick bilang dia nikmat banget ngentot samakamu, Memek kamu bisa ngempot ya, aku jadi kepingin ngerasain diempot juga”,kataku sambil mencium pipinya.
“Ri, kamu napsuin banget, Toket besar dan pantatjuga besar”.
 “Fifinekan juga napsuin pak”, jawabnya sambil duduk disebelahku di dipan.
 “Janganpanggil pak dong, panggil om. Kan saya belum tua”, kataku sambil memeluknya.
Kucium pipinya sambil jemariku membelai-belaibagian belakang telinganya. Matanya terpejam seolah menikmati usapan tanganku.Kupandangi wajahnya yang manis, hidungnya yang mancung lalu bibirnya. Tak tahanberlama-lama menunggu akhirnya aku mencium bibirnya. Kulumat mesra lalukujulurkan lidahku. Mulutnya terbuka perlahan menerima lidahku. Lama akumempermainkan lidahku di dalam mulutnya. Lidahnya begitu agresif menanggapipermainan lidahku, sampai-sampai nafas kami berdua menjadi tidak beraturan.Sesaat ciuman kami terhenti untuk menarik nafas, lalu kami mulai berpagutanlagi dan lagi. Kubelai pangkal lengannya yang terbuka. Kubuka telapak tangankusehingga jempolku bisa menggapai permukaan dadanya sambil membelai pangkallengannya.

Bibirku kini turun menyapu lehernya seiring telapak tanganku meraup payudaranya.Nuri menggeliat bagai cacing kepanasan terkena terik mentari. Suara rintihanberulang kali keluar dari mulutnya di saat lidahku menjulur menikmati lehernyayang jenjang. “Om….” Nuri memegang tanganku yang sedang meremas payudaranyadengan penuh napsu. Bukan untuk mencegah, karena dia membiarkan tangankumengelus dan meremas payudaranya yang montok.
”Ri, aku ingin melihat payudaramu”,ujarku sambil mengusap bagian puncak payudaranya yang menonjol. 
Dia menatapku. Nuriakhirnya membuka tank top ketatnya di depanku. Aku terkagum-kagum menatap payudaranyayang tertutup oleh BH berwarna hitam. Payudaranya begitu membusung, menantang,dan naik turun seiring dengan desah nafasnya yang memburu. Sambil berbaring Nurimembuka pengait BH-nya di punggungnya. Punggungnya melengkung indah. Akumenahan tangan Nuri ketika dia mencoba untuk menurunkan tali BH-nya dari ataspundaknya. Justru dengan keadaan BH-nya yang longgar karena tanpa pengaitseperti itu membuat payudaranya semakin menantang.
“payudaramu bagus, Ri”, aku mencoba mengungkapkankeindahan pada tubuhnya.
Perlahan aku menarik turun cup BH-nya. Mata Nuriterpejam. Perhatianku terfokus ke putingnya yang berwarna kecoklatan.Lingkarannya tidak begitu besar sedang ujungnya begitu runcing dan kaku. Kuusapputingnya lalu kupilin dengan jemariku. Nuri mendesah. Mulutku turun inginmencicipi payudaranya.
“Egkhh..” rintih Nuri ketika mulutku melumat putingnya.
Kupermainkan dengan lidah dan gigiku.Sekali-sekali kugigit putingnya lalu kuisap kuat-kuat sehingga membuat Nurimenarik rambutku. Puas menikmati payudara yang sebelah kiri, aku mencium payudaraNuri yang satunya yang belum sempat kunikmati. Rintihan-rintihan dan desahankenikmatan keluar dari mulut Nuri. Sambil menciumi payudara Nuri, tangankuturun membelai perutnya yang datar, berhenti sejenak di pusarnya lalu perlahanturun mengitari lembah di bawah perut Nuri. Kubelai pahanya sebelah dalamterlebih dahulu sebelum aku memutuskan untuk meraba Memeknya yang masihtertutup oleh celana jeans ketat yang dikenakan Nuri. 

Aku secara tiba-tiba menghentikan kegiatanku laluberdiri di samping dipan. Nuri tertegun sejenak memandangku, lalu matanyaterpejam kembali ketika aku membuka jeans warna hitamnya. Aku masih berdirisambil memandang tubuh Nuri yang tergolek di dipan, menantang. Kulitnya yangtidak terlalu putih membuat mataku tak jemu memandang. Perutnya begitu datar.Celana jeans ketat yang dipakainya telihat terlalu longgar pada pinggangnyanamun pada bagian pinggulnya begitu pas untuk menunjukkan lekukan pantatnyayang sempurna. Puas memandang tubuh Nuri, aku lalu membaringkan tubuhkudisampingnya. Kurapikan untaian rambut yang menutupi beberapa bagian padapermukaan wajah dan leher Nuri. Kubelai lagi payudaranya. 

Kucium bibirnya sambilkumasukkan air liurku ke dalam mulutnya. Nuri menelannya. Tanganku turun kebagian perut lalu menerobos masuk melalui pinggang celana jeans Nuri yangmemang agak longgar. Jemariku bergerak lincah mengusap dan membelaiselangkangan Nuri yang masih tertutup CDnya. jari tengah tanganku membelaipermukaan CDnya tepat diatas Memeknya, basah. Aku terus mempermainkan jaritengahku untuk menggelitik bagian yang paling pribadi tubuh Nuri. Pinggul Nuriperlahan bergerak ke kiri, ke kanan dan sesekali bergoyang untuk menetralisirketegangan yang dialaminya.
aku menyuruh Nuri untukmembuka celana jeans yang dipakainya. Tangan 

kanan Nuri berhenti pada permukaankancing celananya. Nuri lalu membuka kancing dan menurunkan reitsliting celanajeansnya. CD hitam yang dikenakannya begitu mini sehingga jembut keriting yangtumbuh di sekitar Memeknya hampir sebagian keluar dari pinggir CDnya. Akumembantu menarik turun celana jeans Nuri. Pinggulnya agak dinaikan ketika akuagak kesusahan menarik celana jeans Nuri. Akupun melepas celana pendekku.Posisi kami kini sama-sama tinggal mengenakan CD. Tubuhnya semakin seksi saja.Pahanya begitu mulus. Memang harus kuakui tubuhnya begitu menarik dan memikat,penuh dengan sex appeal. Kami berpelukan. Kutarik tangan kirinya untukmenyentuh kontol ku dari luar CD ku. “Oh..” Nuri menyentuh kontol ku yangtegang.
“Kenapa, Ri?” tanyaku.
Nuri tidak menjawab, malah melorotkan CD ku.Langsung kontol ku yang panjangnya kira-kira 18 cm serta agak gemuk dibelai dandigenggamnya. Belaiannya begitu mantap menandakan Nuri juga begitu piawai dalamurusan yang satu ini.
“Tangan kamu pintar juga ya, Ri,”´ ujarku sambilmemandang tangannya yang mengocok kontol ku.
“Ya, mesti dong!” jawabnya sambil cekikikan.
“Om sama Fifine semalem maen berapa kali?”tanyanya sambil terus mengurut-urut kontol ku.
“Kamu sendiri semalem maen berapa kali sama Erick?”aku malah balik berrtanya.
Mendapat pertanyaan seperti itu entah kenapanafsuku tiba-tiba semakin liar. Nuri akhirnya bercerita kalau Erick napsusekali tadi malem menggeluti dia. Mau berapa kali Arif meminta, Nuri pastimelayaninya. Mendengar perjelasan begitu jari-jariku masuk dari samping CDlangsung menyentuh bukit Memek Nuri yang sudah basah. Telunjukku membelai-belaii tilnya sehingga Nuri keenakan.
“Kamu biasa ngisep kan, Ri?” tanyaku. Nuritertawa sambil mencubit kontol ku. Aku meringis.
“Kalo punya om mana bisa?” ujarnya.
“Kenapa memangnya?” tanyaku penasaran.
“Nggak muat di mulutku,” selesai berkata demikianNuri langsung tertawa kecil.
“Kalau yang dibawah, gimana?” tanyaku lagi sambilmenusukkan jari tengahku ke dalam Memeknya.
Nuri merintih sambil memegang tanganku. Jarikusudah tenggelam ke dalam liang Memeknya. Aku merasakan Memeknya berdenyutmenjepit jariku. Ugh, pasti nikmat sekali kalau kontol ku yang diurut, pikirku.Segera CD nya kulepaskan.

Perlahan tanganku menangkap payudaranya danmeremasnya kuat. Nuri meringis. Diusapnya lembut kontol ku keras banget.Tangannya begitu kreatif mengocok kontol ku sehingga aku merasa keenakan. Akutidak hanya tinggal diam, tanganku membelai-belai payudaranya yang montok.Kupermainkan putingnya dengan jemariku, sementara tanganku yang satunya mulaimeraba jembut lebat di sekitar Memek Nuri. kuraba permukaan Memek Nuri. Jaritengahku mempermainkan i tilnya yang sudah mengeras. kontol ku kini sudah siaptempur dalam genggaman tangan Nuri, sementara Memek Nuri juga sudah mulaimengeluarkan cairan kental yang kurasakan dari jemari tanganku yangmengobok-obok Memeknya. Kupeluk tubuh Nuri sehingga kontol ku menyentuhpusarnya. 

Tanganku membelai punggung lalu turun meraba pantatnya yang montok. Nurimembalas pelukanku dengan melingkarkan tangannya di pundakku. Kedua telapaktanganku meraih pantat Nuri, kuremas dengan sedikit agak kasar lalu aku menaikitubuhnya. Kaki Nuri dengan sendirinya mengangkang. Kuciumi lagi lehernya yangjenjang lalu turun melumat payudaranya. Telapak tanganku terus membelai danmeremas setiap lekuk dan tonjolan pada tubuh Nuri. Aku melebarkan kedua pahanyasambil mengarahkan kontol ku ke bibir Memeknya. Nuri mengerang lirih. Matanyaperlahan terpejam. Giginya menggigit bibir bawahnya untuk menahan lajubirahinya yang semakin kuat. Nuri menatap aku, matanya penuh nafsu seakanmemohon kepadaku untuk memasuki Memeknya.
”Aku ingin mengentotmu, Ri” bisikku pelan,sementara kepala kontol ku masih menempel di belahan Memek Nuri.
Kata ini ternyata membuat wajah Nuri memerah. Nurimenatapku sendu lalu mengangguk pelan sebelum memejamkan matanya. akuberkonsentrasi penuh dengan menuntun kontol ku yang perlahan menyusup ke dalam MemekNuri.

Terasa seret, memang, nikmat banget rasanya.Perlahan namun pasti kontol ku membelah Memeknya yang ternyata begitu kencangmenjepit kontol ku. Memeknya begitu licin hingga agak memudahkan kontol kuuntuk menyusup lebih ke dalam. Nuri memeluk erat tubuhku sambil membenamkankuku-kukunya di punggungku hingga aku agak kesakitan. Namun aku tak peduli.
“Om, gede banget, ohh..” Nuri menjerit lirih.
Tangannya turun menangkap kontol ku. “Pelan om”.Soalnya aku tahu pasti ukuran kontol Erick tidaklah sebesar yang kumiliki.Akhirnya kontol ku terbenam juga di dalam Memek Nuri. Aku berhenti sejenakuntuk menikmati denyutan-denyutan yang timbul akibat kontraksi otot-ototdinding Memek Nuri. Denyutan itu begitu kuat sampai-sampai aku memejamkan matauntuk merasakan kenikmatan yang begitu sempurna. Kulumat bibir Nuri sambilperlahan-lahan menarik kontol ku untuk selanjutnya kubenamkan lagi. Akumenyuruh Nuri membuka kelopak matanya. Nuri menurut. Aku sangat senang melihatmatanya yang semakin sayu menikmati kontol ku yang keluar masuk dari dalam Memeknya.
“Aku suka Memekmu, Ri.. Memekmu masih rapet”ujarku sambil merintih keenakan. Sungguh, Memek Nuri enak sekali.
“Kamu enak kan, Ri?” tanyaku lalu dijawab Nuridengan anggukan kecil. Aku menyuruh Nuri untuk menggoyangkan pinggulnya. Nurilangsung mengimbangi gerakanku yang naik turun dengan goyangan memutar padapinggangnya.
“Suka kontol ku, Ri?” tanyaku lagi. Nuri hanyatersenyum. kontol ku seperti diremas-remas ditambah jepitan Memeknya.
“Ohh.. hh..” aku menjerit panjang. Rasanya begitunikmat. 
Aku mencoba mengangkat dadaku, membuat jarak dengan dadanya denganbertumpu pada kedua tanganku. Dengan demikian aku semakin bebas dan leluasauntuk mengeluar-masukkan kontol ku ke dalam Memek Nuri.

Kuperhatikan kontol ku yang keluar masuk daridalam Memeknya. Dengan posisi seperti ini aku merasa begitu jantan. Nurisemakin melebarkan kedua pahanya sementara tangannya melingkar erat dipinggangku. Gerakan naik turunku semakin cepat mengimbangi goyangan pinggul Nuriyang semakin tidak terkendali.
“Ri.. enakbanget, kamu pintar deh.” ucapku keenakan.
“Nuri juga, om”, jawabnya.
Nuri merintih dan mengeluarkan erangan-erangankenikmatan. Berulang kali mulutnya mengeluarkan kata, “aduh” yang diucapkanterputus-putus. Aku merasakan Memek Nuri semakin berdenyut sebagai pertanda Nuriakan mencapai puncak pendakiannya. Aku juga merasakan hal yang sama dengannya,namun aku mencoba bertahan dengan menarik nafas dalam-dalam lalu bernafaspelan-pelan untuk menurunkan daya rangsangan yang kualami. Aku tidak ingin segeramenyudahi permainan ini hanya dengan satu posisi saja. Aku mempercepatgoyanganku ketika kusadari Nuri hampir nyampe. Kuremas payudaranya kuat serayamulutku menghisap dan menggigit putingnya. Kuhisap dalam-dalam.
“Ohh.. hh.. ooommmmmmmmmmm..” jerit Nuri panjang.
Aku membenamkan kontol ku kuat-kuat ke Memeknyasampai mentok agar Nuri mendapatkan kenikmatan yang sempurna. Tubuhnyamelengkung indah dan untuk beberapa saat lamanya tubuhnya kejang. Kepalakuditarik kuat terbenam diantara payudaranya. Pada saat tubuhnya menyentak-nyentakaku tak sanggup untuk bertahan lebih lama lagi.
“Ri, aakuu.. keluaarr, Ohh.. hh..” jeritku.
Nuri yang masih merasakan orgasmenya menguncipinggangku dengan kakinya yang melingkar di pinggangku. Saat itu juga akumemuntahkan peju hangat dari kontol ku. Kurasakan tubuhku bagai melayang.secara spontan Nuri juga menarik pantatku kuat ke tubuhnya. Mulutku yang beradadi belahan dada Nuri kuhisap kuat hingga meninggalkan bekas merah padakulitnya. Telapak tanganku mencengkram payudara Nuri. Kuraup semuanyasampai-sampai Nuri kesakitan. Aku tak peduli lagi. Pejuku akhirnya muncratmembasahi Memeknya. Aku merasakan nikmat yang tiada duanya ditambah dengangoyangan pinggul Nuri pada saat aku mengalami orgasme. Tubuhku akhirnya lunglaitak berdaya di atas tubuh Nuri. kontol ku masih berada di dalam Memek Nuri. Nurimengusap-usap permukaan punggungku.
“Nuri puas sekali di Entot om,” katanya. Akukemudian mencabut kontol ku dari Memeknya. Dari dalam Erick keluar sudahberpakaian lengkap.
“Pulang yuk Ri, sudah sore”, ajaknya.
***
Jangan kemana-mana dulu! Cerita Ngentot ABG - Cerita Dewasa Hot Tukar Pasangan ini masih ada lanjutannya. Kita belum tau gimana kehebatan si-Fifine, so stay tune on Cerita Dewasa Nafsu Birahi!

Yessica
Kisah ini terjadi dua tahun yang lalu yaitu ketika masih umur 22 tahun dan masih kuliah di tahun ke-tiga. Dalam libur Natal selama seminggu, sepupu jauhku (anak dari sepupu mamaku) dari Semarang datang berkunjung ke sini untuk menghadiri undangan pernikahan sekalian mengisi liburan. Namanya Yessica, dia lebih muda dua tahun dariku dan sedang kuliah tahun kedua di sebuah PTS di kotanya. Setelah lama tidak bertemu, hampir tujuh tahunan aku sendiri agak pangling ketika menjemputnya di bandara, soalnya penampilannya sudah jauh berbeda. Dia yang dulunya pemalu dan konservatif kini telah menjadi seorang gadis belia yang modis dan mempesona setiap pria, tubuhnya putih langsing dengan perut rata, rambutnya juga hitam panjang seperti gadis Sunsilk. Dia tiba di sini sekitar pukul tujuh malam, dari bandara aku langsung mengajaknya makan malam di sebuah kafe. Ternyata dia enak juga diajak ngobrol karena kami sama-sama cewek gaul, padahal waktu kecil dulu kami tidak terlalu cocok karena waktu itu dia agak tertutup.

Keesokan harinya aku mengajaknya jalan-jalan menikmati kota Jakarta serta sempat berkenalan dengan Ratna dan cowoknya yang kebetulan bertemu waktu lagi shopping di TA. Royal juga saudaraku yang satu ini, belanjaannya banyak dan semuanya bermerk, aku saja sampai geleng-geleng kepala melihatnya. Malamnya sepulang dari undangan yang diadakan di sebuah restoran mewah di ibukota, aku langsung menjatuhkan diri ke kasur setelah melepaskan gaun pestaku dan menyisakan celana dalam pink saja. Aku rebahan bugil di ranjang merenggangkan otot-ototku sambil menunggu Yessica yang sedang memakai kamar mandi, dia tadi minum alkohol lumayan banyak, kemungkinan dia muntah-muntah di dalam sana kali pikirku.

"Yes, sekalian ambilin kaos gua di gantungan baju di dalam dong," pintaku ketika dia keluar limabelas menit kemudian, matanya nampak sayu karena pengaruh alkohol dan kelelahan.

Dia memberikan kaos itu padaku lalu memintaku membantu melepaskan kait belakang gaun malamnya. Setelah memakai kaos, aku membuka kait dan menurunkan resleting gaunnya. Yessica pun memeloroti gaunnya sehingga nampaklah dadanya yang montok, ukurannya tidak beda jauh dengan milikku, cuma putingnya lebih kecil sedikit dari punyaku. Hanya dengan bercelana dalam G-string dia berjongkok di depan kopornya mencari pakaian tidur.

"Kenapa Ci? Kok ngeliatin gua terus, jangan-jangan lu..?" katanya nyengir karena merasa kulihat terus tubuhnya sambil membanding-bandingkan dengan tubuhku.
"Yee.. Nggak lah yaw!! Dasar negative thinking aja lo ah!" ujarku sambil tertawa.

Malam itu, sambil berbaring kami ngobrol-ngobrol, pembicaraan kami cukup seru dari masalah fashion, kuliah, cinta dan sex sehingga bukannya tertidur, kami malah larut dalam obrolan dan canda-tawa. Terlebih lagi ketika memasuki topik seks dan aku menceritakan secara gamblang kehidupan seksku yang liar, dia terkagum-kagum akan keliaranku dan kelihatannya dia juga terangsang.

Namun ketika gilirannya bercerita, suasana jadi serius, di sini dia menceritakan dirinya sedang ribut besar dengan pacarnya yang selingkuh dengan cewek lain, aku dengan penuh perhatian mendengarnya curhat padaku. Nampak matanya berkaca-kaca dan setetes air mata menetes dari matanya yang sipit, dia memeluk bantal lalu menangis tersedu-sedu dibaliknya. Sebagai wanita yang sama-sama pernah dikhianati pria, aku juga mengerti perasaannya, maka kurangkul dia dan kuelus-elus punggungnya untuk menenangkannya. Aku berusaha keras menghiburnya agar tidak terlalu larut dalam kesedihan dan memberikan air putih padanya.

Beberapa saat kemudian tangisnya mulai mereda, dengan masih sesegukan dia memanggil namaku.

"Hh-mm.. Apa?"
"Ci, tadi lu bilang lu pernah bikin film bokep pribadi kan ya
"Mm.. Iya, so what?" jawabku sambil mengangguk.
"Boleh gua liat nggak, hitung-hitung penghilang stress.. Boleh ya?"
"Ehh.. Eh.. Gimana ya? Sekarang?" aku bingung karena risih juga kalau film pribadiku dilihat orang lain.

Akhirnya karena didesak terus dan mengingat sama-sama cewek ini, akupun menyerah. Kunyalakan komputer di seberang ranjangku dan mengambil VCD-nya yang kusimpan di lemari. Yessica adalah orang pertama di luar geng-ku yang pernah menonton vcd ini. Gambar di layar komputer memperlihatkan diriku sedang dikerjai para tukang bangunan, serta adegan seks massal dimana Verna juga belakangan ambil bagian didalamnya membuat jantung kami berdebar-debar. Yessica nyengir-nyengir ketika melihatku yang tadinya berontak akhirnya takluk dan menikmati diperkosa oleh empat kuli bangunan itu.

"Hi... hi... hi... Malu-malu mau nih yee!" godanya yang kutanggapi dengan mencubit pahanya.

Aku merasakan vaginaku becek setelah menonton film yang kubintangi sendiri itu, kurasa hal yang sama juga dialami oleh Yessica karena waktu nonton tadi dia sering menggesek-gesekkan pahanya.

"Ci, gua juga mau dong bikin bokep pribadi kaya lu" pintanya yang membuatku kaget.
"Ngaco lu, jangan yang nggak-nggak ah, nanti gua dibilang ngerusak anak orang lagi, nambah-nambah dosa gua aja!" aku menolaknya.
"Aahh.. Ayolah Ci, lagian gua juga sudah nggak perawan ini, sudah basah jadi tanggung sekalian aja mandi"
"Jangan Yes, gua nggak enak ke lu"
"Ayolah, gua cuma mau ngebales aja kok, Napoleon juga membalas berselingkuh waktu tahu istrinya selingkuh, itu baru adil, ya kan" katanya sok sejarah.
"Ya.. illah.. Napoleon aja sampai dibawa-bawa, kalaupun gua mau, bikinnya sama siapa, cowoknya mana?"
"Di villa aja Ci, penjaga villa lu masih kerja di sana kan? Sekali-kali gua mau coba gimana rasanya kontol kampung nih, please"

Karena didesak terus dan dia sendiri yang minta, maka akupun terpaksa menyetujuinya, lagian aku sendiri sudah lama tidak berkunjung ke sana, pasti Pak Joko dan Taryo senang apalagi aku ke sana membawa 'barang baru'.

Kami tidur sekitar jam duabelas dan bangun jam delapan pagi. Setelah sarapan, kami mengemasi barang bawaan, lalu pamit pada mamaku memberitahukan bahwa kami akan ke villa. Aku memakai baju untuk suasana rileks berupa halter neck merah yang memperlihatkan punggungku dipadu dengan celana pendek jeans yang ketat. Yessica memakai gaun terusan mini yang menggantung sejengkal di atas lutut, rambutnya yang panjang diikat ke belakang dengan jepit rambut Tare Panda. Kami berangkat dari Jakarta sekitar jam sepuluh dan tiba di tujuan jam satu lebih, gara-gara liburan yang menyebabkan jalan agak macet.

"Sudah siap lu Yes? Kalau mau berubah pikiran belum telat sekarang, tapi kalau mereka sudah ngerjain lu, gua nggak bisa apa-apa lagi" tanyaku ketika sudah mau dekat.
"I'm ready for it, lagian gua juga mau tahu rasanya diperkosa itu kaya apa" katanya yakin.

Kamipun sampai ke villaku, Pak Joko membuka pintu garasi beberapa saat setelah kubunyikan klakson.

"Waduh Neng, sudah lama kok nggak ke sini.. Bapak kangen nih!" sapanya menyambut kami.
"Iya Pak.. habis Citra sibuk banget sih di Jakarta, kalau libur baru bisa main," kataku, "O.. Iya Pak, kenalin itu sepupu Citra, namanya Yessica"

Pak Joko terkagum-kagum memandang Yessica yang baru saja turun dari mobil, Yessica juga mengangguk dan tersenyum padanya. Kusuruh Yessica meletakkan dulu tasnya di kamar sementara kami mengeluarkan barang, setelah dia masuk, Pak Joko berbicara dengan suara pelan padaku.

"Eh.. Neng, Neng Yessica itu boleh dientot apa nggak, habis nge-gemesin banget sih, ayunya itu loh"
"Idih, Bapak jorok ah.. Dateng-dateng langsung mikirnya gitu"
"Duh, maaf-maaf Neng kalau nggak boleh, Bapak khilaf Neng"
"Nggak kok Pak, Bapak nggak salah, justru dia yang ngajak ke sini minta digituin, malah minta disyuting lagi Pak, Bapak mau kan disyuting, tenang aja Pak buat koleksi pribadi kok"

Pria setengah baya itu menunjukkan ekspresi senang mendengar jawabanku, dia langsung bergegas mau menemui Yessica untuk langsung mulai. Tapi buru-buru kutahan dengan menarik lengannya.

"Eh.. Sabar-sabar Pak nanti dulu dong, kita harus cari suasana dulu biar lebih hot, lagian kita lapar nih mau makan siang dulu, Bapak sekalian ikut makan aja yah" kataku sambil menyerahkan sekotak ayam goreng KFC dan menyuruhnya menyiapkan nasi.
"O iya Pak, si Taryo ada nggak? Mau manggil dia juga nih" tanyaku pada Pak Joko yang sedang beres-beres.
"Wah kurang tahu tuh Neng, telepon aja dulu"

Aku pun lalu menelepon vila sebelah, baru kujawab teleponnya setelah beberapa kali di sana bilang 'halo.. Halo.. Siapa ini?' untuk mengenali suaranya. Setelah yakin itu suara Taryo aku lalu mengundangnya ke sini dan mengutarakan maksudku. Tentu dia senang sekali ditawari seperti itu, tapi dia cuma bisa menemani hari ini saja karena dia bilang besok siang majikannya mau datang berlibur. Ketika kututup telepon, dibelakangku Yessica baru saja turun dari tangga lantai atas.

"Ngapain aja lu, lama amat beresin barang, yuk makan dulu, lapar nih!" kataku.
"Duh sori tadi sakit perut, kepaksa setor dulu ke WC deh"

Aku memberi usul bagaimana kalau kita makan di taman belakang dekat kolam renang saja, mumpung cuaca juga bagus, juga kusuruh Pak Joko menggelar tikar seperti piknik. Ketika lagi beres-beres bel berbunyi, itu pasti Taryo pikirku. Aku menyuruh Pak Joko meneruskan beres-beres sementara aku ke depan membukakan pintu.

Taryo, si penjaga villa tetangga, muncul di depan pintu dan langsung memelukku begitu pintu kututup. Kami berpelukan dengan bibir saling berpagutan, tangannya mengelusi punggungku turun hingga berhenti di pantat, di sana dia remas bokongku yang montok. Serasa sepasang kekasih yang sudah lama tidak bertemu dan saling melepas rindu saja deh, what.. Taryo jadi kekasihku? Nggak lah yaw.. Just as sex partner!

"Mmhh.. Jangan sekarang ah, mau makan dulu, yuk sekalian gua kenalin sama sepupu gua!" aku melepaskan pelukannya sebelum dia bertindak lebih jauh lagi mau memelorotkan celanaku.
"Ehehehe.. habis kangen banget sama neng sih, apalagi neng tambah cantik kalau rambutnya kaya sekarang" katanya sambil mengomentari rambutku yang sudah lebih panjang dari yang dulu (kini sudah menyentuh bahu) dan kembali kuhitamkan.

Aku memberikan piring dan sendok garpu padanya dan mengajaknya ke taman. Disana Pak Joko dan Yessica juga baru menyendok nasi dan fried chicken ke piringnya. Kami mulai makan dalam suasana santai, obrolan nakal mereka meramaikan suasana, malah sekali aku hampir tersedak karena tertawa. Taryo menenangkan dengan menepuk-nepuk punggungku dan dadaku, ujung-ujungnya tetap meremas payudaraku.

"Apa sih pegang-pegang malah tambah kesedak tahu!" omelku sambil menepis tangannya.

Pelan-pelan Yessica mulai terbiasa dengan suasana seperti ini, dengan keudikan kedua orang ini, bahkan dia pun mulai berani jawab waktu ditanya aneh-aneh oleh mereka.

"Tuh, pahanya satu lagi, habisin aja Pak!" tawarku.
"Paha? Mana paha?" celoteh si Taryo pura-pura bego sementara tangannya meraih pahaku.

Langsung kutampik lagi tangannya dan disambut gelak-tawa. Setelah semua selesai makan limabelas menit kemudian kusuruh Pak Joko dan Taryo membersihkan perangkat makan dan mencucinya dahulu sekalian menunggu makanan di perut turun.

"Dah nggak risih lagi kan, habis ini kita action nih, siap nggak?" tanyaku pada Yessica.
"Siapa takut, lagian gua seneng bisa ngebales si brengsek itu, biar dia tahu cewek juga bisa selingkuh, apalagi gua selingkuhnya sama orang yang nggak pernah dia duga" tegasnya.
"Tuh mereka sudah beres Yes, showtime" kataku melihat kedua penjaga villa itu keluar, "Pak Joko, tolong handycamnya masih di meja dalam"

Pak Joko pun masuk lagi dan keluar membawa handycamnya. Kami duduk melingkar di tikar, aku memberi instruksi bak seorang sutradara. Kuperingatkan pada kedua pria itu agar tidak menyentuhku dulu selama aku mensyuting, agar hasilnya maksimal, tidak goyang seperti hasil syuting Verna.

Setelah semua siap, keduanya merapatkan duduk mereka pada Yessica, terlihat dia agak nervous dibuatnya.

"Santai aja Yes, ntar juga enjoy kok" saranku.

Kamera kunyalakan, tanpa disuruh lagi keduanya sudah mulai duluan. Pak Joko meletakkan tangannya di paha Yessica yang duduk bersimpuh, tangan itu merabai pahanya secara perlahan dan menyingkap roknya. Taryo di sebelah kanan meremas payudaranya, sepertinya agak keras karena Yessica meringis dan mendesah lebih panjang. Sementara lidahnya menjilati leher jenjang Yessica, ke atas terus menggelikitik kupingnya dan menyapu wajahnya yang mulus.

Tangan Pak Joko sudah masuk ke dalam rok Yessica yang tersingkap, diremasinya kemaluannya yang masih tertutup celana dalam putih tipis yang memperlihatkan bulu kemaluannya. Pria kurus itu juga membuka resleting celananya hingga penisnya yang sudah tegak menyembul keluar, lalu tangan Yessica digenggamkan padanya dan disuruh mengocoknya. Bibir mungilnya dipagut oleh Taryo, mereka berciuman dengan hot, lidah mereka keluar saling jilat dan belit. Sambil berciuman Taryo menurunkan resleting punggung Yessica lalu memeloroti bajunya lewat bahu, juga disuruhnya Pak Joko memeloroti yang sebelah kiri, setelahnya bra-nya mereka lucuti pula. Kini payudara montok saudaraku yang cantik ini terekspos sudah.

Pak Joko langsung mencaplok susu kirinya dengan liar dan ganas, pipinya sampai kempot menyedot benda itu, aku mendekatkan handycam untuk lebih fokus ke momen itu.

"Gimana Pak? Manis nggak susunya?" tanyaku sambil mensyuting.
"Mantap neng, ini baru pas susunya!" dia melepas sebentar emutannya untuk berkomentar lalu kembali menyusu dan mengorek-ngorek kemaluannya, tangan lainnya mengelusi punggung Yessica.

Taryo masih terus menciuminya, lidahnya terus menyapu rongga mulutnya, begitu pula Yessica juga dengan liar beradu lidah dengannya. Jempol Taryo menggesek-gesek putingnya diselingi pencetan dan pelintiran. Yessica sendiri makin intens mengocoki penis Pak Joko sehingga penjaga villaku ini terpaksa menghentikannya karena tidak mau buru-buru keluar. Kini dia suruh sepupuku merunduk (sehingga posisinya setengah berbaring ke samping) dan mengoral penisnya. Dengan bernafsu, Yessica melayani penis Pak Joko dengan mulut dan lidahnya, mula-mula dia jilati buah pelir dan batangannya dengan pola naik-turun, sampai di kepalanya sengaja dia gelitik dengan lidahnya dan dikulum sejenak. Pemiliknya sampai mengerang-ngerang keenakan sambil meremasi payudaranya yang menggantung.

Taryo menarik gaun itu ke bawah hingga lepas, menyusul celana dalamnya. Setelah menelanjangi Yessica, dia melepaskan bajunya sendiri. Diobok-oboknya vagina Yessica dengan jari-jarinya, liang itu pun semakin becek akibat perbuatannya, cairannya nampak meleleh keluar dan membasahi jarinya.

"Enngghh.. Uuuhh.. Uhh!" desah Yessica disela-sela aktivitas menyepongnya.

Kemudian Pak Joko rebahan di tikar dan dia suruh Yessica naik ke wajahnya, rupanya dia mau menjilati vaginanya. Gantian sekarang Taryo yang dikaraoke, penisnya yang hitam berurat dan lebih besar dari Pak Joko dikocok-kocok oleh Yessica yang sedang mengemut pelirnya. Dia menyentil-nyetilkan lidahnya pada lubang kencingnya sehingga Taryo mengerang nikmat.

"Ayo dong Neng, masukin aja, jangan cuma bikin geli gitu" kata Taryo sambil menekan penis itu masuk ke mulutnya, lalu wajahnya pun dia tekan dalam-dalam saking tidak sabarnya sehingga mata Yessica membelakak karena sesak. Dia meronta ingin melepaskan benda itu dari mulutnya, tapi tangan Taryo yang kokoh menahan kepalanya.

"Sudah dong Tar, jangan sadis gitu ah, bisa mati tercekik dia, kontol lu kan gede" bujukku agar Taryo memberinya sedikit kelegaan.
"Non Yessicanya seneng kok Neng, tuh buktinya!" tangkis Taryo memperlihatkan Yessica yang kini malah memaju-mundurkan kepalanya mengoral penisnya, tapi kepalanya tetap dipegangi sehingga tidak bisa lepas.

Kamera kudekatkan ke wajah Yessica yang tengah asyik mengulum penis Taryo, mulutnya penuh terisi oleh batang besar itu sehingga hanya terdengar desahan tertahan. Kemudian kuarahkan ke bawah mengambil adegan Pak Joko sedang melumat vaginanya, dia menjulurkan lidahnya menyapu bibir vaginanya. Tangan kanannya mengelus-elus pantat dan pahanya yang mulus, tangan kirinya dijulurkan ke atas memijati payudaranya.

Ekspresi keenakan Yessica terlihat dari gerak pinggulnya yang meliuk-liuk. Lidah Pak Joko menjilat lebih dalam lagi, dipakainya dua jari untuk membuka bibir vaginanya dan disapunya daerah itu dengan lidahnya. Kemaluannya jadi tambah basah baik oleh ludah maupun cairan vaginanya sendiri. Walaupun terangsang berat aku masih tetap mensyuting mereka sambil sesekali meremas payudaraku sendiri, kemaluanku juga sudah mulai lembab.

"Emmh.. Emmhh.. Angghh!" Yessica mendesah tertahan dengan mata merem-melek, tangannya meremasi rambut Pak Joko di bawahnya.

Cairan bening meleleh membasahi vaginanya dan mulut Pak Joko. Pak Joko makin mendekatkan wajahnya ke selangkangannya dan menyedot vaginanya selama kurang lebih lima menit, selama itu tubuh Yessica menggelinjang hebat dan sepongannya terhadap penis Taryo makin bersemangat. Puas menikmati vagina, Pak Joko menarik keluar kepalanya dari kolong Yessica. Dia mengambil posisi duduk dan menaikkan Yessica ke pangkuannya. Tangannya yang satu membuka lebar bibir vaginanya sedangkan yang lain membimbing penisnya memasuki liang itu.

Taryo cukup mengerti keadaannya dengan membiarkan Yessica melepas penisnya yang sedang dioral untuk mengatur posisi dulu. Yessica menurunkan tubuhnya menduduki penis Pak Joko hingga penis itu melesak ke dalamnya diiringi erangan panjang. Pak Joko juga melenguh nikmat akibat jepitan vagina Yessica yang kencang itu. Aku mendekatkan kamera ke selangkangan mereka agar bisa meng-close-up adegan itu. Yessica mulai naik-turun di pangkuannya, payudaranya diremasi dari belakang oleh Pak Joko.

Kembali Taryo memasukkan penisnya ke mulut Yessica yang langsung disambut dengan jilatan dan kuluman. Kurang dari lima belas menit, Taryo sudah mengerang tak karuan sambil menekan kepala Yessica.

"Hhmmpphh.. Oohh.. Keluar Neng!" demikian erangnya panjang.

Pipi Yessica sampai kempot mengisapi sperma Taryo, namun hebatnya belum nampak setetespun cairan itu meleleh keluar dari mulutnya, padahal di saat yang sama Pak Joko juga sedang menggenjotnya dari bawah. Hingga erangan Taryo berangsur-angsur mereda, dia pun mulai melepas penis itu dan menjilati sisa-sisa sperma di batangnya. Penis Taryo kelihatan sedikit menyusut setelah menumpahkan isinya.


"Wuihh.. Gile bener sepongan Neng Yessica nggak kalah dari Neng Citra" komentarnya.

Kamera kudekatkan ke wajah Yessica yang sedang menjilati sisa-sisa sperma di penis Taryo dengan rakus. Sambil men-charge penisnya, Taryo bermain-main dengan payudara Yessica, kedua bongkahan kenyal itu dia caplok dengan telapak tangannya dan dihisapi bergantian. Kulit payudara yang putih itu sudah memerah akibat cupangan Taryo. Suara erangan sahut-menyahut memanaskan suasana.

Yessica terus menaik-turunkan tubuhnya dengan bersemangat, semakin lama makin cepat dan mulutnya menceracau tak karuan.

"Oohh.. Aauuhh.. Aahh!" lolongnya dengan kepala mendongak ke langit bersamaan dengan tubuhnya yang mengejang, didekapnya kepala Taryo erat-erat sehingga wajahnya terbenam di belahan payudaranya. Momen indah ini terabadikan melalui handycamku dan terus terang aku sendiri sudah terangsang berat dan ingin segera bergabung, tapi sepertinya belum saatnya, nampaknya mereka berdua sedang getol-getolnya menggarap Yessica sebagai barang baru daripada aku yang sudah sering mereka kerjai.

Yessica ambruk di atas tubuh Pak Joko dengan penis masih tertancap. Pak Joko mendekapnya dan mencumbunya mesra, lidah mereka berpaut dan saling menghisap. Kini Taryo yang senjatanya sudah di reload meminta gilirannya. Pak Joko pun menurunkan Yessica dari tubuhnya dan ke dalam mengambil minum. Kedua pergelangan kaki Yessica dipegangi Taryo lalu dia bentangkan pahanya lebar-lebar. Setelah menaikkan kedua betisnya ke bahu, Taryo menyentuhkan kepala penisnya ke bibir vaginanya.

Walaupun vagina itu sudah basah, tapi karena penis Taryo termasuk besar, lebih besar dari Pak Joko, Yessica meringis dan mengerang kesakitan saat liang senggamanya yang masih rapat diterobos benda hitam itu, tubuhnya tegang sambil meremasi tikar di bawahnya, mungkin dia belum terbiasa dengan penis seperti itu. Taryo sendiri juga mengerang nikmat akibat himpitan dinding vaginanya

"Uuuhh.. Uhh.. Sempit banget sih, asoy!" erangnya ketika melakukan penetrasi.

Aku sebagai juru kamera sudah terlalu menghayati sampai tak sadar kalau tangan kiriku menyelinap lewat bawah bajuku dan memijiti payudaraku sendiri, kuputar-putar putingku yang sudah mengeras dari tadi. Taryo mulai menggerakkan penisnya perlahan yang direspon Yessica dengan rintihannya. Pak Joko kembali dari dalam, dia bersimpuh di samping mereka lalu meletakkan tangan Yessica pada penisnya. Dia menikmati penisnya dipijat Yessica sambil meremas payudaranya.

Taryo menaikkan tempo permainannya, disodoknya Yessica sesekali digoyangnya ke kiri dan kanan untuk variasi, tak ketinggalan tangannya meremasi pantatnya yang montok. Yessica semakin menggeliat keenakan, desahannya pun semakin mengekspresikan rasa nikmat bukan sakit. Pak Joko merundukkan badannya agar bisa menyusu dari payudaranya, diemut-emut dan ditariknya puting itu dengan mulutnya.

Sekitar limabelas menit kemudian mereka berganti posisi karena Pak Joko juga sudah mau mencoblos lagi. Kali ini tanpa melepas penisnya Taryo mengangkat tubuh Yessica, dia sendiri membaringkan diri di tikar sehingga Yessica kini diatasnya. Kemudian Pak Joko menyuruhnya agar mengangkat pinggulnya, Yessica lalu mencondongkan badannya ke depan sehingga pantatnya menungging dan payudaranya tepat di atas wajah Taryo.

"Bapak tusuk di pantat yah Neng, tahan yah kalo agak sakit" kata Pak Joko meminta ijin.
"Jangan terlalu kasar yah Pak, saya takut nggak tahan" kata Yessica dengan suara lemas.
"Engghh.. Pak!" erangnya saat Pak Joko memasukkan telunjuknya ke anusnya, lalu dia masukkan juga jari tengahnya sambil diludahi dan digerak-gerakkan untuk melicinkan jalan bagi penisnya.

Setelah merasa cukup, Pak Joko mulai memasukkan barangnya ke sana, kelihatannya cukup susah sehingga dia harus pakai cara tarik ulur, keluarin satu senti masukkan tiga senti sampai menancap cukup dalam dan setelah setengahnya lebih dengan sedikit tenaga dia hujamkan hingga mentok.

"Akkhh.. Sakit..!!" erangannya berubah jadi jeritan ketika pantatnya dihujam seperti itu.

Kedua penjaga villa ini bagaikan kuda liar menggarap kedua liang senggama sepupuku, kedua tubuh hitam yang menghimpit tubuh putih mulus itu seperti sebuah daging ham diantara dua roti hangus, mereka sudah bermandikan keringat dan nampak sebentar lagi akan mencapai puncak. Aku sejak tadi sibuk berpindah sana-sini untuk mencari sudut yang bagus.

Yessica mulai mengejang dan mengerang panjang menandai klimaksnya. Tapi kedua penjaga villa itu tanpa peduli terus menggenjotnya hingga beberapa menit kemudian. Mereka mencabut penisnya dan menelentangkan Yessica di tikar. Mereka cukup mengerti permintaan Yessica agar tidak membuang di dalam karena sedang masa subur, Pak Joko menumpahkan ke wajah dan mulutnya, sedangkan Taryo ke perut dan dadanya. Meskipun masih lemas, Yessica tetap menggosokkan sperma itu ke badannya. Ketiganya rebahan dan mengatur kembali nafasnya.

"Gimana Yes, puas nggak?" tanyaku.
"Aduh Ci.. Lemes banget, kayak nggak bisa bangun lagi rasanya deh!" jawabnya lemas dengan sisa tenaganya.
"Gimana Bapak-Bapak, masih kuat nggak? Gua belum dapat nih!" kataku pada kedua orang itu.
"Iya ntar Neng, harus isi tenaga dulu nih!" jawab Pak Joko.
"Ya sudah istirahat aja dulu, gua mau minum nih haus!" kataku meninggalkan mereka dan menuju ke dalam.

Aku menuangkan air dingin dari kulkas dan meminumnya. Setelah menutup pintu kulkas dan membalik badan tiba-tiba Taryo sudah di belakangku, kaget aku sampai gelas di tanganku hampir jatuh.

"Duh.. Ngagetin aja lu Tar, dateng nggak kedengeran gitu kaya setan aja!" omelku, "Ngapain? Mo minum?"

Tanpa berkata-kata dia mengambil gelas yang kusodorkan dan meminumnya. Aku melihat tubuhnya yang telanjang, penisnya dalam posisi setengah tegang, pelirnya menggantung di pangkal pahanya seperti kantung air. Setelah berbasa-basi sejenak aku mendekati dan memeluknya, berpelukan mulut kami mulai saling memagut, lidah bertemu lidah, saling jilat dan saling belit, kugenggam penisnya dan kupijati. Elusannya mulai turun dari punggungku ke bongkahan pantatku yang lalu dia remasi.

Kemudian kuajak dia ke ruang tengah lalu kupersilakan dia duduk di sofa. Aku berdiri di hadapannya dan melepas pakaianku satu persatu hingga tak menyisakan apapun di badanku dengan gerakan erotis. Aku berhenti tepat di depannya yang sedang duduk, nampak dia terbengong-bengong menyaksikan keindahan tubuhku, tangannya merabai paha dan pantatku.

"Neng cukur jembut yah, jadi rapih deh hehehe.." komentarnya terhadap bulu kemaluanku yang beberapa hari lalu kurapihkan pinggir-pinggirnya hingga bentuknya memanjang.

Menanggapinya aku hanya tersenyum seraya mendekatkan kemaluanku sejengkal dan sejajar dari wajahnya, seperti yang sudah kuduga, dia langsung melahapnya dengan rakus.

"Eemmhh.. Yess!" desahku begitu lidahnya menyentuh vaginaku.

Kurenggangkan kedua pahaku agar lidahnya bisa menjelajah lebih luas. Sapuan lidahnya begitu mantap menyusuri celah-celah kenikmatan pada kemaluanku. Aku mendesah lebih panjang saat lidahnya bertemu klitorisku yang sensitif. Mulutnya kadang mengisap dan kadang meniupkan angin sehingga menimbulkan sensasi luar biasa. Sementara tangannya terus meremas pantatku dan sesekali mencucuk-cucuk duburku. Aku mengerang sambil meremas rambutnya sebagai respon permainan lidahnya yang liar. Puas menjilati vaginaku, dia menyuruhku duduk menyamping di pangkuannya. Dengan liarnya dia langsung mencaplok payudaraku, putingnya dikulum dan dijilat, tangannya menyusup diantara pahaku mengarah ke vagina. Selangkanganku terasa semakin banjir saja karena jarinya mengorek-ngorek lubang vaginaku.

Selain payudaraku, ketiakku yang bersih pun tak luput dari jilatannya sehingga menimbulkan sensasi geli, terkadang dihirupnya ketiakku yang beraroma parfum bercampur keringatku. Tanganku merambat ke bawah mencari penisnya, benda itu kini telah kembali mengeras seperti batu. Kuelusi sambil menikmati rangsangan-rangsangan yang diberikan padaku. Jari-jarinya berlumuran cairan bening dari vaginaku begitu dia keluarkan. Disodorkannya jarinya ke mulutku yang langsung kujilati dan kukulum, terasa sekali aroma dan rasa cairan yang sudah akrab denganku.

Tubuhku ditelentangkan di meja ruang tamu dari batu granit hitam itu setelah sebelumnya dia singkirkan benda-benda diatasnya. Nafasku makin memburu ketika penis Taryo menyetuh bibir vaginaku.

"Cepet Tar, masukin yang lu dong, nggak tahan lagi nih!" pintaku sambil membuka pahaku lebih lebar seolah menantangnya.

Karena mejanya pendek, Taryo harus menekuk lututnya setengah berjinjit untuk menusukkan penisnya. Aku menjerit kecil merasa perih akibat cara memasukkannya yang sedikit kasar. Selanjutnya kami larut dalam birahi, aku mengerang sejadi-jadinya sambil menggelengkan kepala atau menggigit jariku. Kini dia berdiri tegak memegangi kedua pergelangan kakiku, sehingga pantatku terangkat dari meja. Payudaraku terguncang-guncang mengikuti irama goyangannya yang kasar.

Dalam waktu duapuluh menit saja aku sudah dibuatnya orgasme panjang sementara dia sendiri belum menunjukkan tanda-tanda akan keluar.

Sekarang dia merubah posisi dengan menurunkan setengah tubuhku dari meja, dibuatnya aku nungging dengan kedua lututku bertumpu di lantai, tetapi badan atasku masih di atas meja sehingga kedua payudaraku tertekan di sana. Dia kembali menusukku, tapi kali ini dari belakang, posisi seperti ini membuat sodokannya terasa makin deras saja.

Aku ikut menggoyangkan pantatku sehingga terdengar suara badan kami beradu yaitu bunyi plok.. plok.. tak beraturan yang bercampur baur dengan erangan kami. Tak lama kemudian aku kembali orgasme, tubuhku lemas sekali setelah sebelumnya mengejang hebat, keringatku sudah menetes-netes di meja.

Namun sepertinya Taryo masih belum selesai, nampak dari penisnya yang masih tegang. Aku cuma diangkat dan dibaringkan di sofa, lumayan aku bisa beristirahat sebentar karena dia sendiri katanya kecapekan tapi masih belum keluar. Kami menghimpun kembali tenaga yang tercerai-berai.

"Yessica sama Pak Joko mana Tar? Kok nggak masuk-masuk?" tanyaku pelan.
"Nggak tahu juga Neng, mungkin sudah mulai ngentot lagi di luar, kita lihat aja yuk!"
"Oo... kalo gitu ntar aja deh, masih lemas"

Namun sebagai jawabannya Taryo malah menggendong tubuhku dan membawaku ke kebun. Di sana Yessica maupun Pak Joko sudah tidak ada lagi yang ada hanya baju mereka yang berceceran di atas tikar. Sayup-sayup terdengar suara desahan tak jauh dari sini, tepatnya dari kolam renang.

Dengan menggendongku, Taryo berbelok ke kanan menuju ke kolam. Di sana kami melihat di kolam daerah dangkal Pak Joko sedang asyik menggenjot sepupuku dari belakang dengan doggy style. Yessica mendesah-desah dan sesekali menjerit kecil menerima sodokan Pak Joko, rambut panjangnya kini basah oleh air dan terurai karena ikat rambutnya sudah dilepas.

"Neng, kita nyebur juga yuk, biar seger" ajak Taryo.

Aku menganggukkan kepala menyetujuinya, diapun melangkah turun ke air, di sana tubuhku dia turunkan hingga terendam air. Hmm.. Rasanya dingin dan menyegarkan, sepertinya keletihanku agak terobati oleh air.

"Masih kuat juga Pak Joko, sejak kapan mulai lagi nih?" sapa Taryo.
"Kuat dong, buat neng-neng cantik ini kapan lagi," sahut Pak Joko di tengah aktivitasnya.

Air kolam merendamku hingga dada ke atas, aku sandaran pada dinding kolam mengendurkan otot-ototku. Taryo kembali menghampiri dan menghimpit tubuhku. Diciumnya aku dibibir sejenak lalu ciumannya merambat ke telinga dan leher sehingga aku menggeliat geli. Penisnya kugenggam lalu kukocok di dalam air. Dia angkat satu kakiku dan mendekatkan penisnya ke vaginaku. Dengan dibantu tanganku dan dorongan badannya, masuklah penis itu ke vaginaku.

Air semakin beriak ketika dia memulai genjotannya yang berangsur-angsur tambah kencang. Kakiku yang satunya dia angkat sehingga tubuhku melayang di air dengan bersandar pada tepi kolam. Aku menengadahkan wajah menatap langit yang sudah mulai senja dan mengeluarkan desahan nikmat dari mulutku. Mulutnya melumat payudaraku dan mengisapnya dengan gemas membuatku semakin tak karuan.

Aku menoleh ke sebelah untuk melihat Yessica yang berada sekitar lima meter dari kami, sekarang mereka sudah berganti posisi, Yessica duduk di atas pangkuan Pak Joko menggoyang-goyangkan tubuhnya di atas penis Pak Joko yang disaat bersamaan sedang mengenyot payudaranya. Tangan kiri Pak Joko bergerilya mengelusi punggung dan pantatnya. Taryo memang sungguh perkasa, padahal kan sebelumnya dia sudah menggarap Yessica sampai orgasme berkali-kali. Aku sendiri sudah mulai kecapekan dan setengah sadar karena sodokan-sodokan brutalnya. Gesekan-gesekan penisnya dengan dinding vaginaku seperti menimbulkan getaran-getaran listrik yang membuatku gila. Mataku mebeliak-beliak keenakan hingga akhirnya aku klimaks lagi bersamaan dengan Taryo. Spermanya yang hangat mengalir mengisi rahimku.

"Neng.. Neng keluar nih saya!" erangnya panjang sambil meringis.

Rasanya sungguh lemas, badan seperti mati rasa, mataku juga makin berat. Mungkin karena kecapaian di perjalanan atau Taryo yang terlalu bersemangat, akupun tak sadarkan diri, padahal jarang sekali aku pingsan setelah bersenggama. Aku masih sempat merasakan diriku digendong Taryo lalu dibaringkan di pinggir kolam, juga menyaksikan Yessica sedang mengoral Pak Joko yang berdiri berkacak pinggang, nampaknya mereka juga sudah mau selesai, tapi entahlah karena aku keburu tidak sadar.

Aku terbangun ketika langit sudah gelap di kamarku, masih telanjang dan terbaring di ranjang. Yessica lah yang membangunkanku dengan mengguncangkan tubuhku. Dia juga masih telanjang, cuma ada kami berdua di kamar ini. Aku mengucek-ngucek mataku sambil menggeliat.

"Jam berapa Yes?" tanyaku dengan pelan.
"Setengah tujuh, mandi yuk, gua juga baru bangun!" ajaknya.
"Entar ah, masih lemes sepuluh menit lagi deh!" jawabku dengan malas dan menarik selimut menutup tubuh bugilku.
"Ci, handycamnya mana? Lihat dong hasilnya, bagus nggak?"
"Mm.. Di ruang tengah kali, terakhir gua taro sana, coba lihat aja"
"O iya, Yes.. Sekalian buatin air hangat yah, tinggal buka krannya aja kok, itu otomatis!" pintaku sebelum dia keluar dari kamar.

Dia kembali tak lama kemudian dengan membawa handycam dan segelas air putih. Kugeser tubuhku duduk bersandar ke ujung ranjang. Dia minta aku menyalakan alat itu karena tidak mengerti. Kami menyaksikan hasil rekamanku tadi melalui layar kecil pada alat itu.

"Hot juga lu Yes mainnya, bakat jadi bintang bokep nih!" godaku melihat keliarannya, "By the way, gimana perasaan lu sesudah ngeliat ini?"
"Lega Ci, gua akhirnya bisa juga ngebales cowok brengsek itu, biar tahu rasa dia ceweknya main sama orang-orang kaya gini, putus ya putus, gua dah nggak peduli lagi kok" katanya berapi-api.
"Sudah dong jangan nafsu gitu Yes, serem ah liatnya!" kataku sambil mengelus-elus punggungnya menenangkan.
"Eh.. Gimana airnya, bisa tumpah nih!" kataku mendadak baru ingat limabelas menit kemudian gara-gara asyik ngobrol sambil menonton rekaman itu.

Kami buru-buru ke kamar mandi dengan berlari kecil dan benar saja airnya sudah meluap tapi sepertinya belum lama karena lantainya belum terlalu banjir. Terpaksa harus kubuang sedikit airnya, lalu kutaburi buble bath dan mengocoknya hingga berbusa. Kusuruh Yessica agar membawa saja handycamnya ke sini agar bisa nonton sambil berendam. Hhmm.. Segarnya berendam di air hangat berbusa itu, sepertinya segala beban seharian hilang sudah oleh kesegarannya.

Di bathtub kami saling menggosok punggung kami sambil menonton handycam yang diletakkan di tepi bak yang agak lebar, aku juga membantu Yessica mengkramas rambutnya yang panjang itu. Setelah dua puluh menitan kamipun menyelesaikan mandi kami, kuguyur badanku dengan air membersihkan busa-busa yang menempel lalu mengelap badan dengan handuk. Yessica ke kamar dahulu karena aku mau buang air kecil dulu. Aku keluar dari kamar mandi sambil mengikat tali pinggang kimonoku, di ruang tengah aku berpapasan dengan Pak Joko yang juga baru masuk dari pintu yang menuju kolam.

"Eh Bapak, Taryo mana Pak, kok nggak keliatan?" sapaku.
"Oo.. Tadi katanya mau pulang dulu ke rumahnya, ndak tahu deh ngapain," jawabnya, "Tapi nanti katanya mau ke sini lagi sekalian bawain makanan"

Aku lalu meninggalkannya dan masuk ke kamarku, di sana Yessica yang masih memakai gulungan handuk di kepalanya sedang mengoleskan body lotion pada pahanya. Tak lama kemudian terdengar bel berbunyi, Taryo datang membawa empat bungkus nasi uduk, dia bilang tadi dia menengok istri dan orang tuanya dulu di desa tak jauh dari sini. Kami makan di meja makan, tidak terlalu enak sih, tapi lumayan lah buat sekedar ganjal perut.

Di tengah makan, terdengarlah suara dering HP dari kamarku.

"HP lu tuh Yes, sana gih terima dulu!" kataku padanya.

Yessica bergegas ke kamar meninggalkan makannya yang belum habis sementara kami bertiga meneruskan makan. Taryo selesai paling awal, saat itu Yessica masih belum kembali juga, lama juga neleponnya pikirku.

"Saya panggilin Neng Yessi dulu yah!" kata Taryo setelah meminum airnya seraya melangkah ke kamarku.

Pak Joko sudah selesai makan, sedangkan aku tidak habis karena nasinya kebanyakan, tak enak pula jadi sisanya kubuang. Kami berdua membereskan sendok-garpu dan gelas ke bak cucian, serta membuang kertas pembungkus ke tempatnya.

"Yes, ini makannya habisin dulu dong, dingin nanti!" teriakku padanya, "Wah jangan-jangan si Taryo dah mulai lagi tuh, habis belum keluar-keluar sih"

Kami berdua pun segera ke kamarku dan benar juga apa kataku tadi. Taryo sudah telanjang, duduk selonjoran di ranjang dan mendekap Yessica yang duduk membelakanginya bersandar pada tubuhnya. Kimono putih bermotif bunga-bunga kuningnya tersingkap kemana-mana, payudara kirinya yang terbuka dipencet-pencet dan dimainkan putingnya oleh Taryo. Pahanya terbuka lebar dan dipangkalnya tangan Taryo bermain-main diantara kerimbunan bulunya, mengelusi dan mengocok dengan jarinya.

Tak ketinggalan bahu kirinya yang terbuka dicupangi olehnya. Yessica hanya mendesah dengan ekspresi wajah menunjukkan kepasrahan dan rasa nikmat.

Pak Joko yang terangsang sudah mulai grepe-grepe pantatku dan mulai menyingkap bagian bawah kimonoku. Namun kutepis tangannya.

"Ntar dong Pak, baru juga makan, masih penuh nih perutnya, nggak enak"
"Ya sudah nggak apa-apa pemanasan aja dulu neng, boleh ya" jawabnya sambil membuka bajunya sendiri.

Dia menyuruhku jongkok di depan penis hitamnya yang setengah ereksi. Akupun menggenggam penis itu dan mulai memainkan lidahku, kuawali dengan menjilati hingga basah kepala penisnya, lalu menciumi bagian batangnya hingga pelirnya. Kantong bola itu kuemut disertai mengocok batangnya dengan tanganku.

Perlahan tapi pasti benda itu ereksi penuh karena teknik oralku. Desahan Yessica tidak terdengar lagi, kulirikan mataku melihatnya, ternyata, keduanya sedang asyik berfrech-kiss. Posisi mereka tidak berubah, Yessica hanya menengokkan kepalanya ke samping saja agar bisa saling memagut bibir dengan Taryo.

Pak Joko menikmati sekali permainan lidahku, dia terus merem-melek dan mendesah tak henti-hentinya saat penisnya kukulum dan kuhisap-hisap. Lama juga aku mengkaraokenya, sampai mulutku pegal, akhirnya dia suruh aku berhenti agar tidak cepat-cepat keluar. Saat itu Taryo dan Yessica sudah ber-posisi 69 dengan pria di atas. Yessica masih mengenakan kimononya yang sudah terbuka sana-sini memainkan penis Taryo yang menggantung dengan mulutnya. Sedangkan Taryo sibuk melumat vagina Yessica, klitorisnya dijilati sehingga tubuh Yessica menegang kenikmatan. Kulihat paha mulusnya menegang dan menjepit kepala Taryo.

Setelah berdiri Pak Joko memagut bibirku yang kubalas dengan tak kalah hot, aku memainkan lidahku sambil tanganku memijat penisnya. Tangannya meraih tali pinggangku dan menariknya lepas hingga kimonoku terbuka. Sambil terus berciuman tangannya menggeser kain yang menyangga pada kedua bahuku maka melorotlah kimono itu, ditubuhku pun sudah tidak menempel apapun lagi.

Aku melepas ciuman untuk mengajaknya ke ranjang agar lebih nyaman. Di sebelah Yessica dan Taryo yang masih ber-69 kutelungkupkan tubuh telanjangku dan menaruh kepalaku di atas kedua lengan terlipat seperti posisi mau dipijat, dari sini dapat kulihat jelas ekspresi wajah Yessica yang meringis menikmati vaginanya dilumat Taryo, sementara dia memainkan penis yang menggantung di atas wajahnya. Pak Joko menaikiku lalu mencium juga mengelusi punggungku, aku mendesah merasakan rangsangan erotis itu. Ciumannya makin turun sampai ke pantatku, disapukannya lidahnya pada bongkahan yang putih sekal itu, diciumi, bahkan digigit sehingga aku menjerit kecil.

Mulutnya turun ke bawah lagi, menciumi setiap jengkal kulit pahaku. Betis kananku dia tekuk, lalu dia emuti jari-jari kakiku. Beberapa saat kemudian dia menekuk paha kananku ke samping sehingga pahaku lebih terbuka. Aku mulai merasakan jari-jarinya menyentuh vaginaku, dua jari masuk ke liangnya, satu jari menggosok klitorisku. Rambutku dia sibakkan dan aku merasakan hembusan nafasnya terasa dekat wajahku. Leher dan tengukku digelikitik pakai lidahnya, juga telingaku, aku tertawa-tawa kecil sambil mendesah dibuatnya. Aku suka rangsangan dengan sensasi geli seperti ini.

Sementara di sebelah kami semakin seru karena Taryo sudah menindih Yessica dan memacu tubuhnya dengan cepat. Yessica menggelinjang dan mengerang setiap kali Taryo menyentakkan pinggulnya naik-turun, tangannya kadang meremasi sprei dan kadang memeluk erat si Taryo. Pak Joko mengangkat pantatku ke atas, kutahan dengan lututku dan kupakai telapak tangan untuk menyangga tubuh bagian atasku. Sesaat kemudian aku merasakan benda tumpul menyeruak ke vaginaku.

Seperti biasa aku meringis dengan mata terpejam menghayati moment-moment penetrasi itu. Aku tak kuasa menahan desahanku menerima hujaman-hujaman penisnya ke dalam tubuhku. Sensasi yang tak terlukiskan terutama waktu dia memutar-mutar penisnya di vaginaku, rasanya seperti sedang dibor saja, aku tak rela kalau sensasi ini cepat-cepat berlalu, makannya aku selalu mendesah:

"Terus.. Terus.. Jangan pernah stop!"

Yessica dan Taryo berguling ke samping sehingga kini Yessica yang berada di atas dan lebih memegang kendali. Dengan liarnya dia menggoyangkan tubuhnya di atas Taryo, diraihnya tangan Taryo untuk meremas payudaranya. Wow.. Kali ini dia bahkan lebih binal dan agresif dari tadi siang, di tengah erangannya dia memaki-maki pacarnya yang menyakiti hatinya.

"Randy anjing.. Ahh.. Lu kira aku uuhh.. nggak bisa.. Nyeleweng apa! Engghh.. Terus Bang.. Entot gua buat ngebales.. Aahh.. Cowok sialan itu!!"

Kocokan Pak Joko padaku bertambah cepat dan kasar, otomatis eranganku pun tambah tak karuan, sesekali bahkan aku menjerit kalau sodokannya keras. Karena sudah tak bisa bertahan lagi, aku mengalami orgasme dahsyat, sementara Pak Joko dia tak mempedulikan kelelahanku, justru semakin gencar menyodokku. Tanpa melepas penisnya dia baringkan tubuhku menyamping dan menaikkan kaki kiriku ke pundaknya, dengan begini penisnya menancap lebih dalam ke vaginaku. Selangakanku yang sudah basah kuyup menimbulkan bunyi kecipak setiap menerima tusukan.

Dalam posisi ini aku bisa menyaksikan Taryo dan Yessica tanpa menoleh. Payudaranya yang berayun-ayun akibat goyangan badannya mendapat kuluman Taryo, beberapa kali kulumannya lepas karena Yessica menggoyangkan tubuhnya dengan kencang, namun dengan sabar Taryo menangkapnya dengan mulut dan mengulumnya lagi.

"Yahh.. Entot aku Bang.. Sedot susuku sampai puas.. Ahh.. Perlakukan aku sesukamu.. Biar bajingan itu tahu rasa!!" erangnya terengah-engah melampiaskan dendamnya

Sambil terus menggenjot, Pak Joko menyorongkan kepalanya ke payudaraku, putingnya ditangkap dengan mulut kemudian digigit dan ditarik-tarik, aku merintih dan meringis karena nyeri, namun juga merasa nikmat. Sementara situasi di sebelah nampaknya makin seru, kalau tadi siang Yessica didominasi oleh mereka berdua, kini sebaliknya Yessicalah yang lebih mendominasi permainan dan justru Taryo dibuat ngos-ngosan oleh keliarannya. Setelah menggelinjang dan mendesah ketika mencapai klimaks, dia mencabut penis itu dari vaginanya, lalu menggeser dirinya ke bawah dan menjilati serta mengulum penis itu seperti orang kelaparan. Taryo sampai merem-melek dan mendesah-desah dibuatnya.

Dalam jangka waktu lima menitan cairan putih kentalnya sudah menyemprot bagaikan kilang minyak, bercipratan membasahi wajah Yessica, Yessica terus mengocok dengan tangannya, mulutnya dibuka membiarkan cipratan itu masuk ke mulutnya, rambutnya yang panjang itu juga terkena cipratan sperma. Setelah semprotannya reda, dia menjilati sisanya yang masih menetes, kepala penis Taryo yang seperti jamur hitam itu disedot-sedot. Sesudahnya dia mengelap cipratan di wajahnya dengan jarinya, dihisapnya jari-jarinya yang belepotan sperma itu, sisanya dibalurkan merata di wajahnya. Kemudian dia rebahan di atas tubuh Taryo, kepalanya bersandar di dadanya, keduanya berpelukan seperti sepasang kekasih.

Aku merasakan sebentar lagi giliran aku klimaks, dinding vaginaku makin berdenyut.

"Ayoo.. Pak, terus.. Citra sudah mau..!" desahku dengan nafas tersenggal-senggal.

Tak lama kemudian aku merasakan tubuhku makin terbakar, aku menggeliat sambil memeluk guling erat-erat. Desahan panjang menandakan orgasmeku bersamaan dengan mengucurnya cairan cintaku membasahi selangkanganku. Dia melepas penisnya dan menurunkan kakiku, spermanya dikeluarkan di dadaku, setelah itu dia ratakan cairan kental itu ke seluruh payudaraku hingga basah mengkilap.

Belum habis rasa lelahku, dia sudah tempelkan kepala penisnya di bibirku, menyuruh membersihkannya. Dengan sisa-sisa tenaga aku genggam benda itu dan menyapukan lidahku dengan lemas, kujilat bersih dan sisa-sisa spermanya kutelan saja. Akhirnya kami pun terbaring bersebelahan, keringatku bercucuran dengan deras, dadaku naik-turun dengan cepat karena ngos-ngosan.

"Ck.. Ck.. Ck.. What a naughty girl you are, Ci!" terdengar Yessica berkata dari sebelahku.

Aku menoleh ke arahnya yang masih berbaring di tubuh Taryo, dan membalasnya tersenyum. Kami masih sempat ngobrol-ngobrol beberapa menit sebelum satu-persatu tertidur kecapekan.

Pagi jam sembilan aku terbangun dan menemukan diriku telanjang tertutup selimut, tidak ada siapapun di kamar semua sudah pergi. Jendela sudah terbuka sehingga sinar matahari menerangi kamar ini, dari luar terdengar suara kecipak air. Aku turun dari ranjang dan melihat ke luar jendela, di kolam Yessica sedang berenang sendirian, tanpa sehelai benangpun.

"Yes.. Ooii!" sapaku sedikit teriak sambil melambai, "Mana tuh dua orang itu!?"

Dia menoleh ke asal suara dan balas melambai, "Nggak tahu tuh, kalau Pak Joko tadi lagi nyapu di depan, sini Ci, segar loh renang pagi gini!"

Aku keluar dari kamar dan menyusulnya ke kolam. Baru turun dari tangga, aku hampir bertabrakan dengan Pak Joko yang muncul di sebelah dengan memegang sapu, dia baru masuk ke sini setelah selesai membersihkan halaman depan.

"Aduh, Bapak, ngagetin aja.. Hampir deh!" kataku sambil mengelus dada, "O ya, Taryo hari ini nggak bisa ke sini ya katanya?"
"Haduh.. Bapak juga kaget Neng nongolnya mendadak gini.. Taryo ya, tadi pagi dia pulang ke kampungnya lagi, tapi memang dia bilang hari ini nggak bisa ke sini soalnya entar siang majikannya datang!"

Kebetulan dia ingin minta ijin padaku untuk menengok cucunya yang baru sembuh di desa, tapi sesudah makan siang dia berjanji akan kembali. Setelah dia pergi tinggallah kami dua gadis di villa ini.

Hampir sejam lamanya kami berenang dan mengobrol di kolam. Setelah mandi bersih aku memasak dua bungkus mie Korea untuk sarapan. Habis makan aku mengajaknya jalan-jalan mengelilingi kompleks sekalian menikmati suasana pegunungan yang tenang dan sejuk. Sepanjang jalan, hampir semua orang yang kami temui (terutama pria) memperhatikan kami, bahkan beberapa sempat menggoda dengan kata-kata. Tidak heran sih, karena aku memakai pakaian kemarin yang seksi itu, sedangkan Yessica memakai rok mini warna hitam dengan atasan kaos u can see kuning yang ketat sehingga mencetak bentuk badan dan payudaranya yang menantang. Untung hari ini tidak banyak angin, kalau tidak rok yang bahannya lembut itu sudah tertiup angin kemana-mana.

Kami sih berlagak cuek aja dengan tatapan-tatapan nakal mereka. Siapa sangka justru penjaga villa yang biasa kurang dianggap malah lebih beruntung dibanding om-om dan pemuda kaya yang kami temui. Ketika pulang kami melihat di villa sebelah sudah terparkir dua buah mobil dan beberapa anak-anak asyik bermain di balik pagar. Majikan Taryo dan familinya sudah datang, berarti dia tidak bisa menemani kami lagi karena sibuk melayani mereka.

Di rumah, Yessica meminta kalau nanti ML lagi agar kembali disyuting, dia juga menyayangkan kenapa aku tidak mensyutingnya semalam, padahal menurut dia semalam itu sangat hot adegannya. Iya juga sih pikirku, tapi kan waktu itu nafsu sudah diubun-ubun sampai lupa mau mensyuting juga.

Jam tigaan, setelah Pak Joko kembali, Yessica memintaku mensyutingnya lagi. Kali ini settingnya di ruang tengah tempat Taryo menggarapku kemarin. Yessica dan Pak Joko duduk bersebelahan di sofa, begitu kuberi aba-aba, mereka berpelukan, Pak Joko melumat bibir Yessica dan lidah mereka mulai beradu. Sambil berciuman tangan Pak Joko meraba-raba paha mulusnya semakin ke atas menyingkap roknya yang pendek, Yessica pun tidak kalah aktif, dia meremasi selangkangan Pak Joko dari luar celananya. Kemudian Pak Joko menjatuhkan tubuhnya ke depan menindih Yessica. Mereka mulai saling melucuti pakaian pasangannya sampai bugil.

Yessica dua kali orgasme di atas sofa, selanjutnya kami pindah ke kamar mandi, mereka bercinta di bawah siraman shower, Yessica menyandarkan tangannya di tembok menerima sodokan Pak Joko dari belakangnya. Sambil menggenjot, Pak Joko menyuruhku mengambil sabun cair dekat bathtub, dia menuangkannya ke tangannya lalu membalurinya ke tubuh Yessica. Tangannya yang kasar itu menggosok seluruh tubuhnya, paha, pantat, perut, naik ke payudaranya, lama-lama tubuh sabun cair itu semakin berbusa di tubuh Yessica.

Usai menyabuni Yessica, dia membalik tubuhnya menghadapnya. Kaki kanannya diangkat sepinggang, penisnya diarahkan memasuki lubang senggamanya. Dengan gencarnya dia mengocok sepupuku dalam posisi berdiri. Tak lama kemudian Yessica menengadah dan mengerang panjang mengalahkan suara shower.

"Oohh.. Keluar Pak!!" sambil mempererat pelukannya.

Yessica berlutut dan menerima semprotan sperma Pak Joko di wajahnya. Adegan di kamar mandi ini menyudahi persenggamaan siang ini. Malam harinya kami main threesome di kamarku. Pak Joko berbaring sambil menikmati vagina Yessica yang naik ke wajahnya, sementara aku sibuk melayani penisnya dengan mulut dan lidahku. Semakin kukulum semakin keras dan berdenyut benda itu, kulakukan itu sepuluh menit lamanya. Sayang sekali kalau cepat-cepat orgasme sedangkan aku belum mencapai kepuasanku. Akupun naik ke selangakangannya dan memasukkan benda itu ke vaginaku.

"Uuugghh..!" desahku saat benda itu menusuk ke dalam.

Di sela-sela kegiatan menikmati vagina sepupuku, dia juga mendesah merasakan jepitan vaginaku terhadap penisnya. Liarnya goyanganku membuatnya makin liar memperlakukan Yessica, jilatan-jilatannya nampak lebih seru sampai suara menyeruput cairannya pun terdengar. Tangannya dijulurkan ke atas meraih kedua payudaranya, meremasnya sambil terus menyedot vaginanya.

"Ahh.. Ohh.. Pak!" desah Yessica sambil menggeliat-geliat.

Setelah Yessica mencapai orgasme, Pak Joko mengajak ganti posisi. Kali ini aku nungging di atas Yessica dengan gaya 69, kembali Pak Joko menusukku dari belakang, sesekali kurasakan lidah Yessica pada vaginaku, di bawah sana dia sedang menjilati vagina dan penis Pak Joko yang sedang keluar masuk. Sebagai responnya, aku juga menjilati vaginanya yang basah oleh cairan orgasme dan ludah. Aku menjilati bibir vaginanya hingga klitorisnya yang merah itu. Hhmm.. Dia memakai pembersih kewanitaan dengan merek yang sama seperti punyaku, aku sudah hafal dengan aromanya.

Tangan Pak Joko mulai merayap di payudaraku, memilin putingnya dan memijatinya. Aku tidak bisa menahan lebih lama lagi sesuatu yang mau meledak dalam diriku, aku mengerang panjang saat mencapai puncak. Genjotannya masih berlangsung beberapa menit ke depan sehingga memberiku kenikmatan lebih lama. Selesai membawaku ke puncak, kini dia mengincar Yessica. Dia rebahan lalu menyuruh Yessica menaiki penisnya yang masih mengacung tegak, benda itu basah mengkilap berlumuran lendirku. Dia mengisi vaginanya dengan penis itu diiringi desahan, setelah berhasil menancapkannya tanpa buang waktu lagi dia menggoyangkan tubuhnya. Pak Joko sendiri turun menyentak-nyentakkan pinggulnya ke atas merespon goyangan badannya.

Birahiku mulai naik lagi, maka aku menaiki wajah Pak Joko dalam posisi berhadapan dengan Yessica. Tanpa diminta lagi, lidahnya sudah beraksi menyusuri organ kewanitaanku, jilatannya diselingi kocokan jari tangan yang bergerak liar di dalam vaginaku, desahanku pun semakin menjadi-jadi. Kedua telapak tanganku saling genggam dengan Yessica. Rasa nikmatku kulampiaskan dengan memagut bibir sepupuku, lidah bertemu lidah lalu saling jilat. Lidah Pak Joko bukan saja menjilati vaginaku, duburku pun tidak luput darinya.

"Yeeaah, gitu Pak.. Terus.. Yahh.. Jilati aku sepuasmu!" demikian desahku menghayati setiap jilatannya.

Orgasmeku hanya lebih beberapa detik dari Yessica, tubuh kami menggelinjang di atas tubuh Pak Joko diiringi erangan yang sahut-menyahut. Cairan yang meleleh dari vaginaku dilahapnya dengan rakus sekali sampai terdengar suara menyeruputnya. Yessica mencabut penis itu dari vaginanya kemudian rebahan di antara paha Pak Joko mengoral penisnya. Aku juga merundukkan badanku ke depan mendekati penis yang masih tegak itu. Berdua kami melayani Adik kecilnya dengan kocokan, jilatan, dan hisapan selama lima menit hingga isinya muncrat ke wajah kami. Kami masih terus mengocok-ngocoknya hingga tetes terakhir, pemiliknya sampai berkelejotan dan melenguh nikmat akibat perbuatan kami. Maninya sudah tidak sebanyak kemarin sehingga kami sedikit berebutan untuk mendapatkannya.

Kami terkulai lemas, tubuh kami sudah berkeringat, nafas pun sudah putus-putus.

"Hebat juga ya Bapak ini, bisa tahan segitu lama sama dua cewek" pujiku.
"Ahh.. Neng ini, sebenernya sih berkat jamu tadi sore hehehe!" katanya dengan tersipu malu.
"Oo.. Pantes tadi nafasnya bau gitu, tapi hebat juga ya jamunya Pak" sahut Yessica sambil merapat dan menyandarkan kepalanya pada dadanya.

Sungguh seperti kaisar saja Pak Joko malam itu, tidur diapit dua gadis muda dan cantik, suatu hal yang membuat banyak cowok iri tentunya. Dia juga berterima kasih pada kami karena telah membuatnya merasa muda kembali di usianya. Besoknya jam sebelas kami sudah berangkat kembali ke Jakarta. Tidak lupa kami memberi ciuman perpisahan padanya, Yessica pipi kiri dan aku pipi kanan, lalu dibalasnya dengan menepuk pantat kami bersamaan.

Hari itu juga, sore harinya kami membawa rekaman handycam itu ke Verna untuk ditransfer dalam bentuk vcd (komputer Verna memang paling lengkap walau sebenarnya milik adiknya yang sedang kuliah di luar negeri). Cd masternya dibawa Yessica sebagai koleksi pribadinya, copy-nya untuk kami, tentunya hanya untuk kalangan kita-kita saja. Dia mengabariku seminggu setelah kepulangannya bahwa dia telah memutuskan hubungan dengan pacarnya setelah sebelumnya dia mengajak cowoknya menonton bersama rekaman di villa itu sebagai pembalasannya. Kata-kata terakhir pada cowoknya sebelum berpisah adalah...

"Kalau lu bisa main gila, gua juga bisa bikin yang lebih gila!"

Sekarang ini dia sudah mempunyai pacar baru yang lebih muda empat tahun darinya, sifatnya juga lembek, biar lebih gampang dikendalikan katanya. Duh.. Dasar Yessica, jadi woman rule nih ceritanya. O, ya met skripsi juga Yes, good luck and success.