Kalau tidak salah, malam itu adalah malam minggu, kebetulan pada waktu itu aku lagi bersiap-siap untuk keluar. Tiba-tiba telpon di rumahku berbunyi, ternyata dari Deni yang mau pinjam motorku untuk menjemput temannya di stasiun kereta api. Dia juga bilang nitip sebentar tunangan kakaknya, karena di rumah lagi tidak ada siapa-siapa. Aku tidak bisa menolak, lagi pula aku ingin tahu tunangan temanku itu seperti bagaimana rupanya.
Tidak lama kemudian Deni datang, karena rumahnya memang tidak begitu jauh dari rumahku dan langsung menuju ke kamarku.
“Hei Rick..! Aku langsung pergi nih.. mana kuncinya..?” kata Deni.
“Tuh.., di atas meja belajar.” kataku, padahal dalam hati aku kesal juga bisa batal deh acaraku.
“Oh ya Rick.., kenalin nih tunangan kakakku. Aku nitip sebentar ya, soalnya tadi di rumah nggak ada siapa-siapa, jadinya aku ajak dulu kesini. Bentar kok Rick..,” kata Deni sambil tertawa kecil.
“Erick..,” kataku sambil menyodorkan tanganku.
“Indi..,” katanya sambil tersenyum.
“Busyeett..! Senyumannya..!” kataku dalam hati.
Jantungku langsung berdebar-debar ketika berjabatan tangan dengannya. Bibirnya sensual sekali, kulitnya putih, payudaranya lumayan besar, matanya, hidungnya, pokoknya, wahh..! Akibatnya pikiran kotorku mulai keluar.
“Heh..! Kok malah bengong Rick..!” kata Deni sambil menepuk pundakku.
“Eh.. oh.. kenapa Den..?” kaget juga aku.
“Rick, aku pergi dulu ya..! Ooh ya Ndi.., kalo si Erick macem-macem, teriak aja..!” ucap Deni sambil langsung pergi.
Indi hanya tersenyum saja.
“Sialan lu Den..!” gerutuku dalam hati.
Seperginya Deni, aku jadi seperti orang bingung saja, serba salah dan aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Memang pada dasarnya aku ini sifatnya agak pemalu, tapi kupaksakan juga akhirnya.
“Mo minum apa Ndi..?” kataku melepas rasa maluku.
“Apa aja deh Rick. Asal jangan ngasih racun.” katanya sambil tersenyum.
“Bisa juga bercanda nih cewek, aku kasih obat perangsang baru tau..!” kataku dalam hati sambil pergi untuk mengambil beberapa minuman kaleng di dalam kulkas.
Akhirnya kami mengobrol tidak menentu, sampai dia menceritakan kalau dia lagi kesal sekali sama Edi tunangannya itu, pasalnya dia itu sama sekali tidak tahu kalau Edi pergi keluar kota. Sudah jauh-jauh datang ke Bandung, nyatanya orang yang dituju lagi pergi, padahal sebelumnya Edi bilang bahwa dia tidak akan kemana-mana.
“Udah deh Ndi.., mungkin rencananya itu diluar dugaan.., jadi Kamu harus ngerti dong..!” kataku sok bijaksana.
“Kalo sekali sih nggak apa Rick, tapi ini udah yang keberapa kalinya, Aku kadang suka curiga, jangan-jangan Dia punya cewek lain..!” ucap Indi dengan nada kesal.
“Heh.., jangan nuduh dulu Ndi, siapa tau dugaan Kamu salah,” kataku.
“Tau ah.., jadi bingung Aku Rick, udah deh, nggak usah ngomongin Dia lagi..!” potong Indi.
“Terus mau ngomong apa nih..?” kataku polos.
Indi tersenyum mendengar ucapanku.
“Kamu udah punya pacar Rick..?” tanya Indi.
“Eh, belom.. nggak laku Ndi.. mana ada yang mau sama Aku..?” jawabku sedikit berbohong.
“Ah bohong Kamu Rick..!” ucap Indi sambil mencubit lenganku.
Seerr..! Tiba-tiba aliran darahku seperti melaju dengan cepat, otomatis adikku berdiri perlahan- lahan, aku jadi salah tingkah. Sepertinya si Indi melihat perubahan yang terjadi pada diriku, aku langsung pura-pura mau mengambil minum lagi, karena memang minumanku sudah habis, tetapi dia langsung menarik tanganku.
“Ada apa Ndi..? Minumannya sudah habis juga..?” kataku pura-pura bodoh.
“Rick, Kamu mau nolongin Aku..?” ucap Indi seperti memelas.
“Iyaa.., ada apa Ndi..?” jawabku.
“Aku.., Aku.. pengen bercinta Rick..?” pinta Indi.
“Hah..!” kaget juga aku mendengarnya, bagai petir di siang hari, bayangkan saja, baru juga satu jam yang lalu kami berkenalan, tetapi dia sudah mengucapkan hal seperti itu kepadaku.
“Ka.., Kamu..?” ujarku terbata-bata.
Belum juga kusempat meneruskan kata- kataku, telunjuknya langsung ditempelkan ke bibirku, kemudian dia membelai pipiku, kemudian dengan lembut dia juga mencium bibirku. Aku hanya bisa diam saja mendapat perlakuan seperti itu. Walaupun ini mungkin bukan yang pertama kalinya bagiku, namun kalau yang seperti ini aku baru yang pertama kalinya merasakan dengan orang yang baru kukenal.
Begitu lembut dia mencium bibirku, kemudian dia berbisik kepadaku, “Aku pengen bercinta sama Kamu, Rick..! Puasin Aku Rick..!”
Lalu dia mulai mencium telinganku, kemudian leherku, “Aahh..!” aku mendesah.
Mendapat perlakuan seperti itu, gejolakku akhirnya bangkit juga. Begitu lembut sekali dia mencium sekitar leherku, kemudian dia kembali mencium bibirku, dijulurkan lidahnya menjalari rongga mulutku. Akhirnya ciumannya kubalas juga, gelombang nafasnya mulai tidak beraturan. Cukup lama juga kami berciuman, kemudian kulepaskan ciumannya, kemudian kujilat telinganya, dan menelusuri lehernya yang putih bak pualam.
Ia mendesah kenikmatan, “Aahh Rick..!”
Mendengar desahannya, aku semakin bernafsu, tanganku mulai menjalar ke belakang, ke dalam t- shirt-nya. Kemudian kuarahkan menuju ke pengait BH-nya, dengan sekali sentakan, pengait itu terlepas.
Kemudian aku mencium bibirnya lagi, kali ini ciumannya sudah mulai agak beringas, mungkin karena nafsu yang sudah mencapai ubun- ubun, lidahku disedotnya sampai terasa sakit, tetapi sakitnya sakit nikmat.
“Rick.., buka dong bajunya..!” katanya manja.
“Bukain dong Ndi..,” kataku.
Sambil menciumiku, Indi membuka satu persatu kancing kemeja, kemudian kaos dalamku, kemudian dia lemparkan ke samping tempat tidur. Dia langsung mencium leherku, terus ke arah puting susuku.
Aku hanya bisa mendesah karena nikmatnya, “Akhh.., Ndi.”
Kemudian Indi mulai membuka sabukku dan celanaku dibukanya juga. Akhirnya tinggal celana dalam saja. Dia tersenyum ketika melihat kepala kemaluanku off set alias menyembul ke atas.Indi melihat wajahku sebentar, kemudian dia cium kepala kemaluanku yang menyembul keluar itu. Dengan perlahan dia turunkan celana dalamku, kemudian dia lemparkan seenaknya. Dengan penuh nafsu dia mulai menjilati cairang bening yang keluar dari kemaluanku, rasanya nikmat sekali. Setelah puas menjilati, kemudian dia mulai memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya.
“Okhh.. nikmat sekali,” kataku dalam hati, sepertinya kemaluanku terasa disedot-sedot.
Indi sangat menikmatinya, sekali- sekali dia gigit kemaluanku.
“Auwww.., sakit dong Ndi..!” kataku sambil agak meringis.
Indi seperti tidak mendengar ucapanku, dia masih tetap saja memaju-mundurkan kepalanya.
Mendapat perlakuannya, akhirnya aku tidak kuat juga, aku sudah tidak kuat lagi menahannya,”Ndi, Aku mau keluar.. akhh..!”
Indi cuek saja, dia malah menyedot batang kemaluanku lebih keras lagi, hingga akhirnya, “Croott.. croott..!”
Aku menyemburkan lahar panasku ke dalam mulut Indi. Dia menelan semua cairan spermaku, terasa agak ngilu juga tetapi nikmat.
Setelah cairannya benar-benar bersih, Indi kemudian berdiri, kemudian dia membuka semua pakaiannya sendiri, sampai akhirnya dia telanjang bulat. Kemudian dia menghampiriku, menciumi bibirku.
“Puasin Aku Rick..!” katanya sambil memeluk tubuhku, kemudian dia menuju tempat tidur.
Sampai disana dia tidur telentang. Aku lalu mendekatinya, kutindih tubuhnya yang elok, kuciumi bibirnya, kemudian kujilati belakang telinga kirinya.
Dia mendesah keenakan, “Aahh..!”
Mendengar desahannya, aku tambah bernafsu, kemudian lidahku mulai menjalar ke payudaranya. Kujilati putingnya yang sebelah kiri, sedangkan tangan kananku meremas payudaranya yang sebelah kiri, sambil kadang kupelintir putingnya.
“Okkhh..! Erick sayang, terus Rick..! Okhh..!” desahnya mulai tidak menentu.
Puas dengan bukit kembarnya, badanku kugeser, kemudian kujilati pusarnya, jilatanku makin turun ke bawah. Kujilati sekitar pangkal pahanya, Indi mulai melenguh hebat, tangan kananku mulai mengelus bukit kemaluannya, lalu kumasukkan, mencari sesuatu yang mungkin kata orang itu adalah klitoris. Indi semakin melenguh hebat, dia menggelinjang bak ikan yang kehabisan air. Kemudian aku mulai menjilati bibir kemaluannya, kukuakkan sedikit bibir kemaluannya, terlihat jelas sekali apa yang namanya klitoris, dengan agak sedikit menahan nafas, kusedot klitorisnya.
“Aakkhh.. Rick..,” Indi menjerit agak keras, rupanya dia sudah orgasme, karena aku merasakan cairan yang menyemprot hidungku, kaget juga aku.
Mungkin ini pengalaman pertamaku menjilati kemaluan wanita, karena sebelumnya aku tidak pernah. Aku masih saja menjilati dan menyedot klitorisnya.
“Rick..! Masukin Rick..! Masukin..!” pinta dia dengan wajah memerah menahan nafsu.
Aku yang dari tadi memang sudah menahan nafsu, lalu bangkit dan mengarahkan senjataku ke mulut kemaluannya, kugesek-gesekkan dulu di sekitar bibir kemaluannya.
“Udah dong Rick..! Cepet masukin..!” katanya manja.
“Hmm.., rupanya ni cewek nggak sabaran banget.” kataku dalam hati.
Kemudian kutarik tubuhnya ke bawah, sehingga kakinya menjuntai ke lantai, terlihat kemaluannya yang menyembul. Pahanya kulebarkan sedikit, kemudian kuarahkan kemaluanku ke arah liang senggama yang merah merekah. Perlahan tapi pasti kudorong tubuhku.
“Bless..!” akhirnya kemaluanku terbenam di dalam liang kemaluan Indri.
“Aaakkhh Rick..!” desah Indi.
Kaget juga dia karena sentakan kemaluanku yang langsung menerobos kemaluan Indi.
Aku mulai mengerakkan tubuhku, makin lama makin cepat, kadang- kadang sambil meremas- remas kedua bukit kembarnya. Kemudian kubungkukkan badanku, lalu kuhisap puting susunya.
“Aakkhh.., teruss.., Sayangg..! Teruss..!” erang Indi sambil tangannya memegang kedua pipiku.
Aku masih saja menggejot tubuhku, tiba- tiba tubuh Indi mengejang, “Aaakkhh.. Eriicckk..!”
Ternyata Indi sudah mencapai puncaknya duluan.
“Aku udah keluar duluan Sayang..!” kata Indi.
“Aku masih lama Ndi..,” kataku sambil masih menggenjot tubuhku.
Kemudian kuangkat tubuh Indi ke tengah tempat tidur, secara spontan, kaki Indi melingkar di pinggangku. Aku menggenjot tubuhku, diikuti goyangan pantat Indi.
“Aakkhh Ndi.., punya Kamu enak sekali.” kataku memuji, Indi hanya tersenyum saja.
Aku juga heran, kenapa aku bisa lama juga keluarnya. Tubuh kami berdua sudah basah oleh keringat, kami masih mengayuh bersama menuju puncak kenikmatan. Akhirnya aku tidak kuat juga menahan kenikmatan ini.
“Aahh Ndi.., Aku hampir keluar..,” kataku agak terbata-bata.
“Aku juga Rick..! Kita keluarin sama-sama ya Sayang..!” kata Indi sambil menggoyang pantatnya yang bahenol itu.
Goyangan pantat Indi semakin liar. Aku pun tidak kalah sama halnya dengan Indi, frekuensi genjotanku makin kupercepat, sampai pada akhirnya, “Aaakkhh.., Ericckk..!” jerit Indi sambil menancapkan kukunya ke pundakku.
“Aakhh, Indii.., Aku sayang Kamuu..!” erangku sambil mendekap tubuh Indi.
Kami terdiam beberap saat, dengan nafas yang tersenggal-senggal seperti pelari marathon.
“Kamu hebat sekali Rick..!” puji Indi.
“Kamu juga Ndi..!” pujiku juga setelah agak lama kami berpelukan.
Kemudian kami cepat- cepat memakai pakain kami kembali karena takut adik tunangannya Indi keburu datang.


Hari ini adalah hari pertamaku tinggal di kota Bandung. Karena tugas kantorku,
aku terpaksa tinggal di Bandung selama 5 hari dan week end di Jakarta. Di kota
kembang ini, aku menyewa kamar di rumah temanku. Menurutnya, rumah itu hanya
ditinggali oleh Ayahnya yang sudah pikun, seorang perawat, dan seorang pembantu.
"Rumah yang asri" gumamku dalam hati. Halaman yang hijau, penuh tanaman dan
bunga yang segar dikombinasikan dengan kolam ikan berbentuk oval. Aku mengetuk
pintu rumah tersebut beberapa kali sampai pintu dibukakan. Sesosok tubuh
semampai berbaju serba putih menyambutku dengan senyum manisnya. "Pak Rafi ya.."
"Ya.., saya temannya Mas Anto yang akan menyewa kamar disini..Lho, kamu kan
pernah kerja di tetanggaku?" jawabku surprise. Perawat ini memang pernah bekerja
pada tetanggaku di Bintaro sebagai baby sitter. "Iya.. saya dulu pengasuhnya
Aurelia. Saya keluar dari sana karena ada rencana untuk kawin lagi. Saya kan
dulu janda pak.. tapi mungkin belum jodo.. ee dianya pergi sama orang lain.. ya
sudah, akhirnnya saya kerja di sini.." Mataku memandangi sekujur tubuhnya. Tati
-- nama si perawat itu -- secara fisik memang tidak pantas menjadi seorang
perawat. Kulitnya putih mulus, wajahnya manis, rambutnya hitam sebahu, buah
dadanya sedang menantang, dan kakinya panjang semampai. Kedua matanya yang
bundar memandang langsung mataku, seakan ingin mengatakan sesuatu. Aku tergagap
dan berkata "Ee.. Mbak Tati, Bapak ada?" "Bapak sedang tidur. Tapi Mas Anto
sudah nitip sama saya. Mari saya antarkan ke kamar..". Tati menunjukkan kamar
yang sudah disediakan untukku. Kamar yang luas, ber AC, tempat tidur besar,
kamar mandi sendiri, dan sebuah meja kerja. Aku meletakkan, koporku di lantai
sambil meliat berkeliling, sementara Tati merunduk merapikan sprei ranjangku.
Tanpa sengaja aku melirik Tati yang sedang menunduk. Dari balik baju putihnya
yang kebetulan berdada rendah, terlihat dua buah dadanya yang ranum bergayut di
hadapanku. Ujung buah dada yang berwarna putih itu ditutup oleh BH berwarna
pink. Darahku terkesiap. Ahh.. perawat cantik, janda, di rumah yang relatif
kosong..
Sadar melihat aku terkesima akan keelokan buah dadanya, dengan tersipu-sipu Tati
menghalangi pemandangan indah itu dengan tangannya. "Semuanya sudah beres Pak..
silakan beristirahat.." "Ee.. ya.. terima kasih" jawabku seperti baru saja
terlepas dari lamunan panjang.
Sore itu aku berkenalan dengan ayah Anto yang sudah pikun itu. Ia tinggal
sendiri di rumah itu setelah ditinggalkan oleh istrinya 5 tahun yang lalu.
Selama beramah tamah dengan sang Bapak, mataku tak lepas memandangi Tati. Sore
itu ia menggunakan daster tipis yang dikombinasikan dengan celana kulot yang
juga tipis. Buah dadanya nampak semakin menyembul dengan dandanan seperti itu.
Di rumah itu ada seorang pembantu berumur sekitar 17 tahun. Mukanya manis,
walaupun tidak secantik Tati. Badannya bongsor dan motok. Ani namanya. Ia yang
sehari-hari menyediakan makan untukku.
Hari demi hari berlalu. Karena kepiawaianku dalam bergaul, aku sudah sangat
akrab dengan orang-orang di rumahku. Bahkan Ani sudah biasa mengurutku dan Tati
sudah berani untuk ngobrol di kamarku. Bagi janda muda itu, aku sudah merupakan
tempat mencurahkan isi hatinya. Begitu mudah keakraban itu terjadi hingga
kadang-kadang Tati merasa tidak perlu mengetuk pintu sebelum masuk ke kamarku.
Sampai suatu malam, ketika itu hujan turun dengan lebatnya. Aku, karena sedang
suntuk memasang VCD porno kesukaanku di laptopku. Tengah asik2nya aku menonton
tanpa sadar aku menoleh ke arah pintu, astaga.. Tati tengah berdiri disana
sambil juga ikut menonton. Rupanya aku lupa menutup pintu, dan ia tertarik akan
suara-suara erotis yang dikeluarkan oleh film produksi Vivid interactive itu.
Ketika sadar bahwa aku mengetahui kehadirannya, Tati tersipu dan berlari ke luar
kamar. "Mbak Tati.." panggilku seraya mengejarnya ke luar. Kuraih tangannya dan
kutarik kembali ke kamarku. "Mbak Tati.. mau nonton bareng? Ngga apa-apa kok.. "
"Ah, ngga Pak.. malu aku.." katanya sambil melengos. "Lho.. kok malu.. kayak
sama siapa saja.. kamu itu.. wong kamu sudah cerita banyak tentang diri kamu dan
keluarga..dari yang jelek sampai yang bagus.. masak masih ngomong malu sama
aku??" Kataku seraya menariknya ke arah ranjangku. "Yuk kita nonton bareng
yuk.." Aku mendudukkan Tati di ranjangku dan pintu kamarku kukunci. Dengan
santai aku duduk di samping Tati sambil mengeraskan suara laptop ku.
Adegan-adegan erotis yang diperlihatkan ke 2 bintang porno itu memang
menakjubkan. Mereka bergumul dengan buas dan saling menghisap. Aku melirik Tati
yang sedari tadi takjub memandangi adegan-adegan panas tersebut. Terlihat ia
berkali-kali menelan ludah. Nafasnya mulai memburu, dan buah dadanya terlihat
naik turun. Aku memberanikan diri untuk memegang tangannya yang putih mulus
itu.. Tati tampak sedikit kaget, namun ia membiarkan tanganku membelai telapak
tangannya. Terasa benar bahwa telapak tangan Tati basah oleh keringat. Aku
membelai-belai tangannya seraya perlahan-lahan mulai mengusap pergelangan
tangannya dan terus merayap ke arah ketiaknya. Tati nampak pasrah saja ketika
aku memberanikan diri melingkarkan tanganku ke bahunya sambil membelai mesra
bahunya. Namun ia belum berani untuk menatap mataku. Sambil memeluk bahunya,
tangan kananku kumasukkan ke dalam daster melalui lubang lehernya. Tanganku
mulai merasakan montoknya pangkal buah dada Tati. Kubelai-belai seraya sesekali
kupencet dagung empuk yang menggunung di dada bagian kanannnya. Ketika kulihat
tak ada reaksi dari Tati, secepat kilat kusisipkan tangganku ke dalam BH nya..
ku angkat cup BH nya dan… kugenggam buah dada ranum si janda muda itu.
"Ohhh..Pak.. jangan.." Bisiknya dengan serak seraya menoleh ke arahku dan
mencoba menolak dengan menahan pergelangan tangan kananku dengan tangannya.
"Sshh..ngga apa-apa mbak..ngga apa-apa.. " "Nnanti ketauanhh.." "Nggaa..jangan
takut.." Kataku seraya dengan sigap memegang ujung puting buah dada Tati dengan
ibu jari dan telunjukku, lalu kupelintir-pelintir ke kiri dan kanan. "Ooh..hhh..
Pak.. Ouh..jj..jjanganhh..ouh.." Tati mulai merintih-rintih sambil memejamkan
matanya. Pegangan tangannya mulai mengendor di pergelangan tanganku. Saat itu
juga, kusambar bibirnya yang sedari tadi sudah terbuka karena merintih-rintih.
"Ouhh..mmff..cuphh.. mpffhhh.." Dengan nafas tersengal-sengal Tati mulai
membalas ciumanku. Kucoba mengulum lidahnya yang mungil, ketika kurasakan ia
mulai membalas sedotanku. Bahkan ia kini mencoba menyedot lidahku ke dalam
mulutnya seakan ingin menelannya bulat-bulat. Tangannya kini sudah tidak menahan
pergelanganku lagi, namun kedua-duanya sudah melingkari leherku. Malahan tangan
kanannya digunakannya untuk menekan belakang kepalaku sehingga ciuman kami
berdua semakin lengket dan bergairah. Momentum ini tak kusia-siakan. Sementara
Tati melingkarkan kedua tangannya di leherku, aku pun melingkarkan kedua
tanganku di pinggangnya. Aku melepaskan bibirku dari kulumannya, dan aku mulai
menciumi leher putih Tati dengan buas. "Aaahh..Ouhh.." Tati menggelinjang
kegelian dan tanganku mulai menyingkap daster di bagian pinggangnya. Kedua
tanganku merayap cepat ke arah tali BH nya dan.. tasss.. terlepaslah BH nya dan
dengan sigap kualihkan kedua tanganku ke dadanya. Saat itulah lurasakan betapa
kencang dan ketatnya kedua buah dada Tati. Kenikmatan meremas-remas dan
mempermainkan putingnya itu terasa betul sampai ke ujung sarafku. Penisku yang
sedari tadi sudah menegang terasa semakin tegang dan keras. Rintihan-rintihan
Tati mulai berubah menjadi jeritan-jeritan kecil terutama saat kuremas buah
dadanya dengan keras. Tati sekarang lebih mengambil inisiatif. Dengan napasnya
yang sudah sangat terengah-engah, ia mulai menciumi leher dan mukaku. Ia bahkan
mulai berani menjilati dan menggigit daun telingaku ketika tangan kananku mulai
merayap ke arah selangkangannya. Dengan cepat aku menyelipkan jari-jariku ke
dalam kulotnya melalui perut, langsung ke dalam celana dalamnya. Walaupun kami
berdua masih dalam keadaan duduk berpelukan di atas ranjang, posisi paha Tati
saat itu sudah dalam keadaan mengangkang seakan memberi jalan bagi jari jemariku
untuk secepatnya mempermainkan kemaluannya.
Hujan semakin deras saja mengguyur kota Bandung. Sesekali terdengar suara guntur
bersahutan. Namun cuaca dingin tersebut sama sekali tidak mengurangi gairah kami
berdua di saat itu. Gairah seorang lajang yang memiliki libido yang sangat
tinggi dan seorang janda muda yang sudah lama sekali tidak menikmati sentuhan
lelaki. Tati mengeratkan pelukannya di leherku ketika jemariku menyentuh
bulu-bulu lebat di ujung vaginanya. Ia menghentikan ciumannya di kupingku dan
terdiam sambil terus memejamkan matanya. Tubuhnya terasa menegang ketika jari
tengahku mulai menyentuh vaginanya yang sudah terasa basah dan berlendir itu.
Aku mulai mempermainkan vagina itu dan membelainya keatas dan kebawah. "Ouuhh
Pak..ouhhh.. aaahhh..g..g.ggelliiihh…" Tati sudah tidak bisa berkata-kata lagi
selain merintih penuh nafsu ketika clitorisnya kutemukan dan kupermainkan.
Seluruh badan Tati bergetar dan bergelinjang. Ia nampak sudah tak dapat
mengendalikan dirinya lagi. Jeritan-jeritannya mulai terdengar keras. Sempat
juga aku kawatir dibuatnya. Jangan-jangan seisi rumah mendengar apa yang tengah
kami lakukan. Namun kerasnya suara hujan dan geledek di luar rumah
menenangkanku. Benda kecil sebesar kacang itu terasa nikmat diujung jari
tengahku ketika aku memutar-mutarnya. Sambil mempermainkan clitorisnya, aku
mulai menundukkan kepalaku dan menciumi buah dadanya yang masih tertutupi oleh
daster. Seolah mengerti, Tati menyingkapkan dasternya ke atas, sehingga dengan
jelas aku bisa melihat buah dadanya yang ramun, kenyal dan berwarna putih mulus
itu bergantung di hadapanku. Karena nafsuku sudah memuncak, dengan buas kusedot
dan kuhisap buah dada yang berputing merah jambu itu. Putingnya terasa keras di
dalam mulutku menandakan nafsu janda muda itu pun sudah sampai di puncak. Tati
mulai menjerit-jerit tidak karuan sambil menjambak rambutku. Sejenak kuhentikan
hisapanku dan bertanya "enak mbak ??". Sebagai jawabannya, Tati membenamkan
kembali kepalaku ke dalam ranumnya buah dadanya. Jari tengahku yang masih
mempermainkan clitorisnya kini kuarahkan ke lubang vagina Tati yang sudah
menganga karena basah dan posisi pahanya yang mengangkang. Dengan pelan tapi
pasti kubenamkan jari tengahku itu ke dalamnya dan… "Auuhhh… P.Paaaak..hhhh"
Tati menjerit dan menaikkan kedua kakinya ke atas ranjang "terrusshh..auhh.."
Kugerakkan jariku keluar masuk di vaginanya dan Tati menggoyangkan pingggulnya
mengikuti irama keluar masuknya jemariku itu. Aku menghentikan ciumanku di buah
dada Tati dan mulai mengecup bibir ranum janda itu. Matanya tak lagi terpejam,
tapi memandang sayu ke mataku seakan berharap kenikmatan yang ia rasakan ini
jangan pernah berakhir. Tangan kiriku yang masih bebas, membimbing tangan kanan
Tati ke balik celana pendekku. Ketika tangannya menyentuh penisku yang sudah
sangat keras dan besar itu, terlihat ia agak terbelalak karena belum pernah
melihat bentuk yang panjang dan besar seperti itu. Tati meremas penisku dan
mulai mengocoknya naik turun naik turun.. kocokan yang nikmat yang membuatku
tanpa sadar melenguh "Ahhh.. mbaaak.. enaknya…terusin..". Saat itu kami berdua
berada pada puncaknya nafsu. Aku yakin bahwa Mbak Tati sudah ingin secepatnya
memasukkan penisku kedalam vaginanya. Ia tidak mengatakannya secara langsung,
namun dari tingkahnya menarik penisku dan mendekatkannya ke vaginanya sudah
merupakan pertanda. Namun, di detik-detik yang paling menggairahkan itu terdegar
suara si Bapak tua berteriak "Tatiiii.. Tatiiii…". Kami berdua tersentak. Ku
keluarkan jemariku dari vaginanya, Tati melepaskan kocokannya dan ia membenahi
pakaian dan rambutnya yang berantakan. Sambil mengancingkan kembali BH nya ia
keluar dari kamarku menuju kamar Bapak tua itu. Sialan !! kepalaku terasa
pening. Begitulah penyakitku kalau libidoku tak tersalurkan.
Beberapa saat lamanya aku menanti siapa tahu janda muda itu akan kembali ke
kamarku. Tapi nampaknya ia sibuk mengurus orang tua pikun itu, sampai aku
tertidur. Entah berapa lama aku terlelap, tiba-tiba aku merasa napasku sesak.
Dadaku serasa tertindih suatu beban yang berat. Aku terbangun dan membuka
mataku. Aku terbelalak, karena tampak sesosok tubuh putih mulus telanjang bulat
menindih tubuhku. "Mbak Tati ?.." Tanyaku tergagap karena masih mengagumi
keindahan tubuh mulus yang berada di atas tubuhku. Lekukan pinggulnya terlihat
landai, dan perutnya terasa masih kencang. Buah dadanya yang lancip dan montok itu menindih dadaku yang masih terbalut piyama itu. Seketika, rasa kantukkuhilang.

Mbak Tati tersenyum simpul ketika tangannya memegang celanaku dan
merasakan betapa penisku sudah kembali menegang. "Kita tuntaskan ya mbak ?"
Kataku sambil menyambut kuluman lidahnya. Sambil dalam posisi tertindih aku
menanggalkan seluruh baju dan celanaku. Kegairahan yang sempat terputus itu,
mendadak kembali lagi dan terasa bahkan lebih menggila. Kami berdua yang sudah
dalam keadaan bugil saling meraba, meremas, mencium, merintih dengan keganasan
yang luar biasa. Mbak Tati sudah tidak malu-malu lagi menggoyangkan pinggulnya
diatas penisku sehingga bergesekan dengan vaginanya. Tidak lebih dari 5 menit,
aku merasakan bahwa nafsu syahwat kami sudah kembali berada dipuncak. Aku tak
ingin kehilangan momen lagi. Kubalikkan tubuh Tati, dan kutindih sehingga
keempukan buah dadanya terasa benar menempel di dadaku. Perutku menggesek nikmat
perutnya yang kencang, dan penisku yang sudah sangat menegang itu bergesekan
dengan vaginanya. "Mbak.. buka kakinya.. sekarang kamu akan merasakan sorganya
dunia mbak.." bisikku sambil mengangkangkan kedua pahanya. Sambil
tersengal-sengal Tati membuka pahanya selebar-lebarnya. Ia tersenyum manis
dengan mata sayunya yang penuh harap itu. "Ayo Pak.. masukkan sekarang…" Aku

menempelkan kepala penisku yang besar itu di mulut vagina Tati. Perlahan-lahan
aku memasukkannya ke dalam, semakin dalam, semakin dalam dan…"Aaa..
Aooohh..Pp.paakh…..aaaahh.." rintihnya sambil membelalakkan matanya ketika
hampir seluruh penisku kubenamkan ke dalam vaginanya. Setelah itu "Blesss…"
dengan sentakan yang kuat kubenamkan habis penisku diiringi jeritan erotisnya
"Ahhhhh…besarnyah…ennnakk ppaak..". Aku mulai memompakan penisku keluar masuk
keluar masuk. Gerakanku makin cepat dan cepat. Semakin cepat gerakanku, semakin
keras jeritan Tati terdengar di kamarku. Pinggul janda muda itu pun
berputar-putar dengan cepat mengikuti irama pompaanku. Kadang-kadang pinggulnya
sampai terangkat-angkat untuk mengimbangi kecepatan naik turunnya pinggulku.
Buah dadanya yang terlihat bulat dalam keadaan berbaring itu bergetar dan
bergoyang kesana kemari. Sungguh menggairahkan !! Tiba-tiba aku merasakan
pelukannya semakin mengeras. Terasa kuku-kukunya menancap di punggungku.
Otot-ototnya mulai menegang. Nafas perempuan itu juga semakin cepat. Tiba-tiba
tubuhnya mengejang, mulutnya terbuka, matanya terpejam,dan alisnya merengut
"Aaaaahhhhhhh.." Tati menjerit panjang seraya menjambak rambutku, dan penisku
yang masih bergerak masuk keluar itu terasa disiram oleh suatu cairan hangat.
Dari wajahnya yang menyeringai, tampak janda muda itu tengah menghayati
orgasmenya yang mungkin sudah lama tidak pernah ia alami itu. Aku tidak
mengendurkan goyangan pinggulku, karena aku sedang berada di puncak kenikmatanku
"Mbak.. goyang terus mbak.. aku juga mau keluar.." Tati kembali menggoyang
pinggulnya dengan cepat dan beberapa detik kemudian, seluruh tubuhku menegang
"keluarkan di dalam saja pak…" bisik Tati "aku masih pakai IUD…" Begitu Tati
selesai berbisik, aku melenguh "Mbak..aku keluar..aku keluarr….aaahhhh.." dan..
crat..crat.. craaaat.. kubenamkan penisku dalam-dalam di vagina perempuan itu.
Seakan mengerti, Tati mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi sehingga puncak
kenikmatan ini terasa benar hingga ke tulang sum-sumku.
Kami berdua terkulai lemas sambil memejamkan mata. Pikiran kami melayang-layang
entah kemana. Tubuhku masih menindih tubuh montok Tati. Kami berdua masih saling
berpelukan dan aku pun membayangkan hari-hari penuh kenikmatan yang akan kualami
sesudah itu di Bandung.
Sejak kejadian malam itu, kesibukan di kantorku yang luar biasa membuatku sering
pulang larut malam. Kepenatanku selalu membuatku langsung tertidur lelap.
Kesibukan ini bahkan membuat aku jarang bisa berkomunikasi dengan Tati. Walaupun
begitu, sering juga aku mempergunakan waktu makan siangku untuk mampir ke rumah
dengan maksud untuk melakukan sex during lunch. Sayang, di waktu tersebut
ternyata Ayah Anto senantiasa dalam keadaan bangun sehingga niatku tak pernah
kesampaian. Namun suatu hari aku cukup beruntung walaupun orang tua itu tidak
tidur. Aku mendapat apa yang kuinginkan. Ceritanya sebagai berikut: Tati diminta
oleh Ayah Anto untuk mengambil sesuatu di kamarnya. Melihat peluang itu, aku
diam-diam mengikutinya dari belakang. Kamar ayah Anto memang tidak terlihat dari
tempat di mana orang tua itu biasa duduk. Sesampainya di kamar kuraih pinggang
semampai perawat itu dari belakang. Tati terkejut dan tertawa kecil ketika sadar
siapa yang memeluknya dan tanpa basa-basi langsung menyambut ciumanku dengan
bibirnya yang mungil itu sambil dengan buas mengulum lidahku. Ia memang sudah
tidak malu-malu lagi seperti awal pertemuan kami. Janda cantik itu sudah
menunjukkan karakternya sebagai seorang pecinta sejati yang tanpa malu-malu lagi
menunjukkan kebuasan gairahnya. Kadang aku tidak mengerti, kenapa suaminya tega
meninggalkannya. Namun analisaku mengatakan, suaminya tak mampu mengimbangi
gejolak gairah Tati di atas ranjang dan untuk menutupi rasa malu yang terus
menerus terpaksa ia meninggalkan perempuan muda itu untuk hidup bersama dengan
perempuan lain yang lebih 'low profile'. Aku memang belum sempat menanyakan pada
Tati bagaimana ia menyalurkan kebutuhan biologisnya disaat menjanda. Aku
berpikir, bawa masturbasi adalah jalan satu-satunya.
Kami berdua masih saling berciuman dengan ganas ketika dengan sigap aku
menyelipkan tanganku ke balik baju perawatnya yang putih itu. Sungguh terkejut
ketika aku sadar bahwa ia sama sekali tidak memakai BH sehingga dengan mudahnya
kuremas buah dada kanannya yang ranum itu. "Kok ngga pakai BH mbak..?" Sambil
menggelinjang dan mendesah, ia menjawab sambil tersenyum nakal "supaya gampang
diremas sama kamu.." Benar-benar jawaban yang menggemaskan! Kembali kukulum
bibir dan lidahnya yang menggairahkan itu sambil dengan cepat kubuka kancing
bajunya yang pertama, kedua, dan ketiga …. Lalu tanpa membuang waktu kutundukkan
kepalaku, dengan tangan kananku kukeluarkan buah dada kanannya dan kuhisap
sedemikian rupa sehingga hampir setengahnya masuk ke dalam mulutku. Tati mulai
mengerang kegelian "Ouhhh..geli mas.. geliii.. ahhh.." Sejak kejadian malam itu,
ia memang membiasakan dirinya untuk memanggilku mas. Sambil menggelinjang dan
merintih, tangan kanan Tati mulai mengelus-elus bagian depan celana kantorku.
Penisku yang terletak tepat di baliknya terasa semakin menegang dan menegang.
Jari-jari lentik perempuan itu berusaha untuk mencari letak kepala penisku untuk
kemudian digosok-gosoknya dari luar celana. Sensasi itu membuat nafasku semakin
memburu seperti layaknya nafas kuda yang tengah berlari kencang. Seakan tak mau
kalah darinya, tangan kiriku berusaha menyingkap rok janda muda itu dan dengan
sigap kugosokkan jari-jemariku di celana dalamnya. Tepat diatas vaginanya,
celana dalam Tati terasa sudah basah. Sungguh hebat! Hanya dalam beberapa menit
saja, ia sudah sedemikian terangsangnya sehingga vaginanya sudah siap untuk
dimasuki oleh penisku. Tanpa membuang waktu kuturunkan celana dalam tipis yang
kali ini berwarna hitam, kudorong tubuh montok perawat itu kedinding, lalu
kuangkat paha kanannya sehingga dengkulnya menempel dipinggangku. Dengan sigap
pula kubuka resleting celanaku dan kukeluarkan penisku yang sudah sangat tegang
dan besar itu. Tati sudah nampak pasrah. Ia hanya bersender di dinding sambil
memejamkan matanya dan memeluk bahuku.
"Tatiii.. mana minyak tawonnya.. kok lama betuul…". Suara orang tua itu
terdengar dengan keras. Sungguh menjengkelkan. Tati sempat terkejut dan nampak
panik ketika kemudian aku berbisik "Tenang mbak.. jawab aja.. kita selesaikan
dulu ini.. kamu mau kan ?" Ia mengangguk seraya tersenyum manis "Sebentar Pak.."
teriaknya "Minyak tawonnya keselip entah kemana.. ini lagi dicari kok…" Ia
tertawa cekikikan, geli mendengar jawaban spontannya sendiri. Namun tawanya itu
langsung berubah menjadi jerikan erotis kecil ketika kupukul-pukulkan kepala
penisku ke selangkangannya. Perlahan-lahan kutempelkan kepala penisku itu di
pintu vaginanya. Sambi kuputar-putar kecil kudorong pinggulku perlahan-lahan.
Tati ternganga sambil terengah-engah "Aaahhh..aaahh.. ouhhh..mas..besar
sekali..pelan-pelan mas..pelan-pelanhh.." dan.. "Aaaa…" Tati menjerit kecil
ketika kumasukkan seluruh penisku ke dalam vaginanya yang becek dan terasa
sangat sempit dalam posisi berdiri ini. Aku menyodokkan penisku maju mundur
dengan gerakan yang percepatannya meningkat dari waktu ke waktu. Tubuh Tati
terguncang-guncang, buah dadanya bergayut ke kiri dan kanan dan jeritannya
semakin menjadi-jadi. Aku sudah tak perduli kalau ayah Anton sampai mendengarkan
jeritan perempuan itu. Nafsuku sudah naik ke kepala. Janda muda ini memang
memiliki daya pikat sex yang luar biasa. Walaupun ia hanya seorang perawat,
namun kemulusan dan kemontokan badannya sungguh setara dengan perempuan kota
jaman sekarang. Sangat terawat dan nikmat sekali bila digesek-gesekkankan di
kulit kita. Gerakan pinggulku semakin cepat dan semakin cepat. Mulutku tak
puas-puasnya menciumi dan menghisap puting buah dadanya yang meruncing panjang
dan keras itu. Buah dadanya yang kenyal itu hampir seluruhnya dibasahi oleh air
liurku. Aku memang sedang nafsu berat. Aku merasakan bahwa sebentar lagi aku
akan orgasme dan bersamaan dengan itu juga tubuh Tati menegang. Kupercepat
gerakan pinggulku dan tiba-tiba "Aaahh..mas..masss…aku keluarrr……..
aaaaaahhhh…." Jeritnya. Saat itu juga kusodokkan penisku ke dalam vagina janda
muda itu sekeras-kerasnya dan….. craaat..craatt.craaaaaat….. "Ahhh…mbaaak…"
erangku sambil meringis menikmati puncak orgasme kami yang waktunya jatuh
bersamaan itu.


Pokoknya natal tahun itu semarak banget, semua keluarga gue
yang di indonesia dan manca negara pada dateng. Ditengah-tengah pesta natal itu,
gue ketemu sama salah satu tante sepupu gue, dia anaknya adek kakek gue dari
bokap,namanya wiwi umurnya kira-kira 31 tahun. Dulu waktu gue SD dia udah SMA
kelas satu, dia pernah pacaran sama salah satu oom ade nyokap gue. Dulu dia
emang terkenal karena kecantikannya. Tapi emang keluarga bokap gue terkenal
CW-nya cakep-cakep, dan tante wiwi adalah salah satu dari yang terbaik, artinya
cantik muka dan body-nya. Dan sekarang waduh, makin ciamik, dada melimpah gue
kira-kira 36-C, pinggang ramping dan pinggulnya kalo kata orang kampung gue
songgeng alias montok dan nongol, lehernya jenjang, kulit kuning langsat,
rambut ikal sebahu warna hitam legam, alis tebal, dan yang bikin gue lherrrrrrr
adalah bulu di tangan dan kakinya, mmmmmhhhhhhh.
ogeh, siapaya namanya oc..eeeeeeeeococ.oiya dede ya ? waduh apa kabar, selamat natal
ya !oh, sapanya. itulah sapaan pertama yang gue dapat dari tante wiwi. ogbaik
tante, selamat natal juga !oh, jawab gue, dan kami saling ber salaman dan sun
pipi, serrrrr wangi parfum dan halus kulitnya tercium jelas sama gue. ogiya
makasih ya, sekarang udah selesai belum kuliahnya ? tante sekarang pindah ke
Indonesia lho !oh.ohmulai kapan dan kenapa tante, emang oegak kerasan tinggal di
Belgi ?oh, tanya gue. ogjanuari ini, bukan gak kerasan tapi kamu tahu dong, tante
sampe sekarang kan belum punya anak, kata dokter oom dan tante kecapean, jadi
tante sama oom sepakat untuk sementara kami ke indonesia dulu, ya oc.itung-itung
istirahat lah.oh. ogo gitu, iya lah tante, biar lebih semarak kalo ada si kecil.oh,
jawab gue. Belagu ya gue, kaya orang tua ! ogde, sepulang ke jakarta nanti bisa
engga kamu bantu tante nyari rumah ? soalnya oom kan masih sibuk ngurus ke
pulangan kami, jadi kemungkinan sehabis tahun baru oom kembali lagi ke Belgi,
kamu ada mobil kan ?oh.ohboleh tante, kalo soal kendaraan sih ada.oh.ohok, maksih ya
sebelumnya.oh, jawab tante wiwi.
Singkat cerita, gue balik ke jakarta oen gue janjian sama tante wiwi buat nyari
rumah. Gue jemput dia di rumah salah satu tante gue, dan kami jalan. ogkemana nih
kita tante ?oh, tanya gue. ogenaknya kemana ya de, tante dan oom pengen yang
suasananya oegak terlalu rame, yang tenang gitu, dan kalo bisa udaranya masih
bersih dan aksesnya gampang.oh. ogwah kalo gitu dideket tempat iwan aja tante, di
cibubur kan banyak perumahan tante, apalagi di sebrang toll.oh. ogya udah, kita
kesana aja.oh. gue arahin mobil gue kearah toll menuju lokasi. Cari-cari seharian
akhirnya tante wiwi naksir di salah satu komplek-nya ciputra group. oggimana de
menurut kamu ?of. ogya terserah tante dong, bagusnya tante tanya oom dulu.oh, ogiya
deh nanti malem tante tanyaain.oh. gue anterin tante wiwi pulang.ohentar tante
hubungi kamu ya de, soalnya kalo jadi rumah yang ma oper kredit tadi, kita
kayaknya kudu nyari furnitur dan kelengkapan rumah, gak ganggu kamu kan ?oh.
ogenggak lah tante, lagian kuliah juga masih kosong. ogmakasih ya.oh, jawab si
tante sambil sun pipi gue, serrr.
Pagi jam 7 telfon berdering dan tante wiwi kabarin kalo suaminya setuju dengan
rumah pilihan kemarin, dan dia ngajakin nyari peralatan rumah tangga, karena
akad jual beli baru dilaksanain senin minggu depan. Kami jalan ke arah jl.
Fatmawati, karena di sana emang banyak toko dan show room meubel. Siangnya kami
makan siang sambil ngobrol-ngobrol. oggimana tante menurut penilaian tante ?oh,
tanya gue.ohgimana ya, bagus-bagus semua sih, tapi kan tante udah pegang
referensinya, jadi kalo nanti tante mutusin pilih, tante tinggal telfon.oh.
ogo..oh,jawab gue singkat.ohde, jumofat besok kamu ikut week-end ya, soalnya tante
een ngajakin, refreshing katanya, ajak iwan juga.oh.ohboleh juga tuh tan, tapi
kalo iwan diajak di rumah kelamaan kosong tan, khawatir !oh. ogterserah deh kamu
atur aja.oh
Besoknya kami berangkat ke puncak buat week-end. Iwan ditinggal. Di villa yang
cukup gede dengan 4 kamar, halaman luas. Kolam renang, plus tempatnya yang masuk
kedalam dan dibukit itu membuat suasana asyik banget. Jam 10 malem selesai makan
di simpang raya kami langsung kembali ke villa. Gue pake jacket, sambil
ngerokok, gue duduk di teras belakang. Gak lama muncul tante wiwi pake kimono
handuk, abis mandi keliatannya. ogdingin-dingin gini koq mandi sih tan ?oh, tanya
gue.ohiya abis lengket sih, lagian kan ada water heater.oh.katanya sambil
ngeringin rambut dia angkat satu kakinya dan dinaikin ke kakinya yang lain. Ala
mak, gue bisa ngeliat paha mulusnya. Setelah kering rambutnya tante wiwi masuk,
gue ngikutin di belakangnya. Gue ke dapur buat bikin kopi. Abis bikin kopi gue
bawa kopi ke ruang tengah. Pas lewat depan kamar tante wiwi gue ngeliat
pemandangan yang sangat aduhai. Pintunya yang ngebuka dikit bikin gue bisa
ngintip, bener-bener yang gue ceritain tadi diatas dia yang lagi siap-siap pake
baju, baru pake CD sementara dadanya masih terbuka membuat toketnya yang gede
bebas terpampang. Buru-buru gue berlalu, dan bergabung sama tante een dan oom
bambang serta anak-anaknya yang lagi nonoton tv. Ngobrol sebentar tante een
minta izin buat ngelonin anak-anaknya, sementara oom bambang minta izin buat
istirahat. Wal hasil tinggal gue yang nonton tv, gue pindah duduk ke kursi
panjang yang tadi didudukin sama oom bambang dan tante een biar gue nontonya gak
miring.
Kira-kira 5 menit gue nonton sendiri, tante wiwi keluar sambil bawa segelas
jeruk panas dan duduk di samping gue. Mhhhh aroma wangi tante wiwi segera
menyeruak memenuhi seisi ruangan. Tante wiwi saat itu pake kimono sutra warna
merah cerah, yang bikin gue horny adalah dadanya nampak oegak pake apa-apa di
dalemnya. Kira-kira jam 12 malem gue pamit istirahat. ogya udah, di matiin aja
tv-nya tante juga mau istirahat.oh. kami jalan beriringan menuju kamar
masing-masing, kamar gue depan-depanan sama kamar tante wiwi dibagian belakang,
kamar gue dibelakang kamar anak-anaknya tante een sementara tante wiwi
dibelakang kamar tante een. Pas ngelewatin kamar tante een terdengar suara-suara
aneh. Gue noleh kearah tante wiwi, dan tante wiwi naro telunjuknya di depan
bibirnya. ogSsssttttt, jangan berisik, kamu ambil kursi organ kesini, kita
intip.oh Katanya sambil senyum. Gue anggukin kepala. Gue ambil kursi itu dan gue
taruh perlahan-lahan di depan pintu kamar. Tante wiwi diluar dugaan segera naik
untuk menyaksikan adegan apa yang tengah berlangsung, dan gue yang di bawah
dengan jelas dan gamblang menyaksikan kemulusan betis tante wiwi plus bulu-bulu
halus-nya yang lebat. Tititgue gak kuat dan pelan tapi pasti mulai ngaceng.
Tante wiwi gak lama mulai meletakkan tangannya didepan permukaan selangkangannya
dan mengusap-usapkan telapak tangannya disana. Ngeliat gelagat begitu gue gak
buang-buang kesempatan, gue raba betis indahnya, dan diluar dugaan tante wiwi
gak bereaksi, malahan dia ngerenggangin kakinya dan gue liat tangannya mulai
dengan agak kasar ngusap permukaan selangkanggannya sambil mulutnya mengeluarkan
suara desisan,ohsssssssssssssssshhhhhhhhoh.
Ngeliat tante wiwi mualai naik gak cuma tangan gue yang ngusap betis indahnya,
tapi juga bibir dan lidah gue. Gue telusuri betisnya turun kebawah, sampe
punggung kaki nya, gue pindahin ke kakinya yang lain dan gue jelajahi juga.
Desisan tante wiwi mulai berubah jadi erangan, dan tangannya enggek cuma beraksi
di permukaan selangkangannya, tapi juga tangannya yanglain mulia ngeremes
toketnya sendiri. Sementara aksi gue gak cuma di betis kepala gue udah mulai
menyusup kebalik kimononya, jadilah aksi gue sekarang menelusuri daerah pahanya.
Setelah aksi bibir dan lidah gue mendekati daerah selangkanganya, tangan tante
wiwi yang tadi dipake ngegosok selangkangannya sekarang pindah ke kepala gue.
Dia teken kepala gue dan usap-usap rambut gue, sesekali dia jambak rambut gue
sambil ngerapetin kakinya. Gue jilatin buah pantatnya yang ranum sambil kedua
tangan gue beraksi ngeremas buah pantat doi yang lain sementara tangan gue
satunya lagi gue pake buat ngebelai daerah selangkangannya. Gue pindahin aksi
gue buat ngegarap buah pantatnya yang lain. Gue sibakin CD mini tante wiwi, gue
renggangin kakinya, dan gue nikmati belahan pantatnya.
Setelah gue mulai sesak napas oen kegerahan gue keluarin kepala gue dari balik
kimononya. Gue geserin kaki tante wiwi supaya dia bisa geser, dan gue naik.
Sejurus kemudian terpampang didepan mata gue pemandangan yang bikin gue makin
horny. Tente wiwi dibawah lagi megap-megap sambil narik-narik rambutnya sendiri,
dia angkat kedua kakinya dipundak oom bambang, sementara oom bambang asyik mompa
tante een dari atas sambil mulutnya menikmati toket tante een yang lumayan
bagus, meskipun udah punya anak dua. Gua gak mau tinggal diem, gue lingkerin
tangan gue kepundak tante wiwi, dan langsung gue usap-usap bagian dadanya. Gak
lama tangan gue yang kiri myusul, gue susupin kebalik kimononya dan segera gue
dapetin segunduk daging yang teramat kenyal rasanya di tangan gue, dan tante
wiwi bales dengan gigit-gigit kuping gue. Lagi asyik ngetune putting toket kiri
tante wiwi tante wiwi beranjak turun. Dan ternyata yang dilakukan tante wiwi
adalah ngelepasin iket pinggang gue,ngelapas kancing celana jeans gue dan
nurunin zipper-nya. Dia tarik jeans gue selutut, tapi cuma jeansnya doang. Gak
lama terasa hangat permukaan CD gue, dan terasa juga lidah bermain di permukaan
CD gue naik turun, terasa juga titit gue digigitin naik turun, kayak oppi
andaresta main harmonika. Udah itu terasa CD gue diturunun juga sementara di
dalam kamar posisi sudah berganti, tante een memegang kendali naik turun sambil
kedua tangannya megangin tangan oom bambang yang lagi asyik ngeremesin toket
gede tante een.
Hangat dan lembab terasa di palkon gue, pas pandangan gue turunin ternyata tante
wiwi lagi asik jilatin palkon gue, terus turun kebatang kontol gue naik turun,
dan akhirnya biji peler gue dikulumnya juga. Dikemotnya kedua biji peler gue.
ada perasaan mules sewaktu kedua biji peler gue di emut sama tante wiwi, abis
mulut tante wiwi itu mungil banget, jadi kalo disekaligusin jadi beradu satu
sama lainnya. Bosen ngulumin biji peler gue tante wiwi masukin batang peler gue
kemulutnya, di emutnya, disedotnya kenceng banget. Lalu tante wiwi maju mundurin
mulutbya, sambil tangankirinya maenin biji peler gue, sementara tangan kanannya
meremas buah pinggul gue. Tante wiwi lepasin isapanya, tapi palkon gue langsung
jadi sasaran, kali ini palkon gue di garuk-garuk pake gigi atasnya. Waduh,
rasanya sangat luar biasa ! geli, gatel, dan laen-laen rasa enak semuanya campur
jadi satu. Dari dalam kamar tante een dan oom bambang mengerang sangat keras,
dan rupanya mereka baru saja mencapai puncak gunung bersama-sama.
Gak kuat gue kelamaan berdiri, gue angkat kepala tante wiwi, gue turun dan gue
benerin posisi celana gue, gue tarik tante wiwi gue dekap dia dipelukan gue dan
langsung gue serbu bibir mungilnya yang udah merekah menantang buat di gasak.
Tante wiwi bales serbuan gue dengan gak kalah semangatnya. Lidah kami menjelajah
rongga mulut masing-masing lawan. Waktu lidah tante wiwi menjelajah rongga mulut
gue lidah itu gue gigit, gitu juga sebaliknya. Ternyata tante wiwi udah kecapean
dari tadi,ohde, kita pindah kekamar yo !oh, ajaknya. Gue sih nurut aja. Gue serbu
lagi bibirnya, gue angkat tubuhnya gue gotong kekamarnya. Gue taruh dia diatas
kasur, dan tanpa buang waktu gue lucutin pakean gue sendiri. Selanjutnya setelah
gue bugil gue naek ke ranjang dan bibir tante wiwi kembali gue nikmati. Tangan
tante wiwi gak tinggal diam digenggamnya kontol gue sambil diusap dan di kocok
perlahan dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya peluk gue. Gitu juga
gue gak mau kalah, sementara tangan kiri gue nyanggah beban tubuh gue, tangan
yang kanan gue ajak buat jalan-jalan diatas dada tante wiwi. Didalam kamar baru
tahu gue bahwa tante wiwi adalah jenis manusia yang seang melepaskan perasaan
horny-nya dengan sebebas-bebasnya. Buktinya sewaktu toketnya gue remes dan
putingnya gue pilin dari mulut yang masih gue kulum, gumamannya terdengar sangat
keras.ohmmmmmmmmmmhhhhhhhocococ.mmmmhhhhhhhhhgggggggoh. apalagi sewaktu lidah gue
bermain di belakang telinganya, erangannya makin menjadi.
Tante wiwi dengan tangannya ngebimbing gue untuk menikmati permukaan lehernya
yang jenjang dan ada sedikit lipatan lemaknya. Gue jilat dan gue kecup bagian
leher tante wiwi sampe gak ada jengkal yang tersisa, oguuuuhhhhhh
ococ..sssssssssshhhhhhhococ..mmmmmmhhhhhhoh. Sekarang gantian. Tangan kanan gue
dipake nyangga tubuh gue sementara tangan kiri gue gue pake buat
membelai,meremas dan memilin bukit tante wiwi yang munjung dan udah keras dari
tadi. Sekarang sasaran gue adalah pundak tante wiwi, dan kedua siku gue gue pake
buat nahan berat badan gue, supaya kedua toket tante wiwi bisa gue remes bareng.
Pada saat jelajah lidah gue udah nyampe di ujung selepetan bima-nya, gue sibakin
kimono tante wiwi bagian dadanya, dan ococeng-ing-eng jelaslah sekarang didepan
mata gue sepasang toket terindah yang pernah gue liat, karena sebelumnya tokrt
CW-CW gue kalah bagus sama toket tante wiwi. Gue gak sabar gue langsung gigit
putting-nya yang sebelah kanan dan tante wiwi berteriak
ogaaaaaaahhhhhhhhkkococ..ssssshhhhhocococaadddduuuhhh oceeennnnhhhaaaaakkkkhh.oh . gue
sedot pentil itu dengan keras, semakin keras gue sedot semakin menjadi erangan
dan teriakan tante wiwi. Habis sudah kedua permukaan toket tante wiwi gue garap,
tante wiwi dekap kepala gue di belahan toketnya, sementara kedua lengannya
nyanggah toketnya, hal ini membuat muka gue tenggelam disela-sela toket-nya yang
indah. Yang paling mengesankan adalah sewaktu gue bikin cupang di bawah putting
kiri tante wiwi, tante wiwi berteriak sambil ngejewer kedua kuping
gue.ohhahocococooooohhhhhhhhh ocococggggggghhhhhhhocococuuuussssssssoc..aaaaaaaahhhhhhhoh.
sehabis itu jelaslah bekas cupangan gue di toketnya.
Setelah puas aku garap kedua bueh toketnya, tante wiwi mwnurunkan kepala gue,
gua jilati permukaan perutnya, pas nyampe puser gue kecup dan gue jilat pusernya
sementara kedua tangan gue gue susupin dibelakang pinggul nya dan segera gue
remes abis kedua bongkah pantatnya. ogadddduuuuhhhhhhh dddeeeoc.kkamu koq kayaknya
uudaaaaaahhhh ppppeeengalamannnnn banget sssiiihhhhhoh, begitu erangan tante wiwi
kira kira sewaktu gue kecup dan gue jilatin pusernya. Jilatan gue terus turun
kebawah, sebelim mulutgue nyampe di selangkangannya, CD mini tante wiwi gue
turunin pake kedua tangan gue, gue tarik lepas CD itu. Ya tuhan rumput yang
tumbuh disitu begitu lebatnya, sehingga gue nyaris gak bisa lihat belahan
memeknya !
Yang pertama kali adalah gue merumput disitu, gue jilatin jembut itu sampe rapi,
karena dari fakta yang gue liat kayaknya tante wiwi adalah salah satu jenis
manusia yang senang membiarkan jembutnya tumbuh dengan sendirinya tanpa adanya
campur tangna dari luar. Setelah jembut itu rapi, aku kuakkan jembut yang berada
disekitar bibir memek tante wiwi, barulah sekarang gue liat belahan bibir memek
tante wiwi. Bibir memek itu ternyata masih bersih, belum menghitam. Ngeliat
pemandangan kayak gitu, kontan tangan dan bibir gue kompakan buat ngerubutin
tante wiwi punya memek.
ogaaaaaaaahhhhhhhococ..aaaddddduuuuhhhhhhhococ..ssssshhhhhhococ.aaaaaggggghhhhhhhococ.
yyeeeeessssssoc..ttteruuuuuuuuuuussssssshhhhhhgggggghhhhhhhoh.
tante wiwi teriak-teriak sewaktu gue masukin jari tengah gue ke memeknya dan ibu
jari gue menggesek itilnya dan lidah gue jilatin permukaan bibir memek
nya.ohuuuuhhhhhhhococ..uuuuhhhhhhhococ..yyyaaaaaaaaaococ..ssssshhhhhhhhhhoc..oh. desahan
dan erangan tante wiwi semakin menjadi ketika dengan ganas gue gigit-gigit
itilnya. Dan dengan gak kalah ganas tante wiwi ngejambak rambut gue , dia
desekin ke selangkangannya, sementara pinggulnya diangkat tinggi-tinggi sambil
bikin gerakan memutar.ohmmmmmmhhhhhhhyyyyyyymmmmmmm ocococsssssshhhhhhhhhhh ococ..
yyyyyaaaaaaaa ococoh.begitu terus dan terus tante wiwi berputar dan
berteriak.ogdeoc.hhhhhhoc..sini titit kamu kasih tante ococ.oh, pintanya, dan
terjadilah pertempuran 69 yang sangat seru, karena tante wiwi dan aku sama-sama
rakus. Setelah 8 menitan bertempur 69 tante wiwi mengejan dan berteriak dengan
sangat keras,ohdeeeeeeee ococ.aaaahhhhhh ocococ aaadddddduuuuuhhhhh ocococ.
Tanttttttttteeeeeeee ococ.gak ococ.. kuattttthhhhh ococ.. og, jeritan tante wiwi
disertai dengan merapatnya kedua paha, serta dicakar-cakarnya buah pantat gue. 1
½ menit tante wiwi menjepit kepala gue, sampe akhirnya dia terkulai, sementara
aku terus dengan aksiku menjilati setiap tetes air yang mengalir dari lubuk
vagina tante wiwi.oh De udah sayanggggghhhhh ococ. Addddduuuhhhhhh
ococ.geliiiiiiiiiii ococoh

Tante wiwi manjatuhkan diri dan terlentang pasrah sambil narik napas panjang
pandangan matanya menerawang ke langit-langit kamar. ogDe, kamu udah sering
melakukan yang kayak begini ya ?oh, tanyanya sambil ngelirik ke gue. ohAh, enggak
juga tante, mungkin udah dari sononys kali.oh, jawab gue sekenanya. oggak mungkin,
buktinya kontol kamu tante sedot kenceng banget koq kontol kamu tenang-tenang
aja.oh, sanggahnya. ogoh jadi tante pengen saya cepet nyampe klimax ?of. ogya enggak
juga sih, ococ. Ih kamu nakal ya !oh, katanya sambil memiringkan badan dan
ngegelitikin gue. Lama kami bercanda sambil bergumul kayak anak kucing, capek,
kita berdua masing-masing diem sambil tarik napas dalem-dalem.
Ngeliat tante wiwi terlentang dengan kedua lengan dan paha terbuka, Gue yang
emang udah kesetanan gak tahan, gue kangkangin dia dan langsung gue arahin rudal
gue ke lobang memeknya, gue entot ! Kontol gue gue selipin disela-sela bibir
memeknya, perlahan-lahan gue tusuk dan ococ. ogoooohhhhhhhhhggg ococ..ehhhhhhhh ocococ.
og. Kontol gue perlahan tapi pasti mulai amblas. Setelah amblas seluruhnya gue
tarik napas dalam-dalam dan kembali bibir tante wiwi gue lumat, sambil gue grepe
kedua toketnya. Setelah tenang aku mulai angkat perlahan-lahan batang kontol
gue, pas tinggal kepalanya doang yang nyisa gue teken lagi, oguuuuhhhhh ococ og,
kembali tante wiwi mendesah. Lama-lama kayuhan gue semakin lancar, maju mundur,
kadang-kadang gue puterin kayak orang lagi ngebor, dan tante wiwi mengerang
keras og hhhhhhhhhhmmmmmmm ococ..oooooouuuuuuuuughhhhhhhhhhh og. rupanya dia
menyukainya. Gue terus goyang, pas gue capek, tante wiwi ambil inisiatip. Dia
peluk gue erat dan berguling kesisi kanan. Sekarang dia naek turun diatas gue,
ogooooohhhhhhh oc. Aaddddddduuuuuhhhhh taaaannnntttthhhhh oc. Ttteeeerrrrruuussssoh,
erang gue sambil tangan gue remes toket dia keras banget. oguhhh oc.. uuuuuhhhh oc.
Uuuhhhh oc. Yyyyyeeeeessss oc. Yyyyyeeeessss oe, jeritnya sambil kedua tangannya
ngejambak-jambak rambutnya sendiri. Leleah naik turun tante wiwi peluk gue
sambil kiss gue, gue lingkerin tangan gue ke belakang, gue jamah bongkahan
pantatnya dan gue mulai tusuk dia dari bawah. og mmmmmmhhhhh oc. Mmmmhhhhoh, gue
tusuk terus. Gak lama tante wiwi bangkit dan kembali naik turun. Dia cengkeram
lengan gue kenceng banget, ngeliat keadaan kayak gitu gue langsung pro-aktif,
gue juga gak mau kalah, tusukan gue dari bawah gue tambah frekwensinya, dan
hasilnya ocococ.. gak lama tante wiwi menggenjot pantatnya dengan gila sambil
teriak-teriak, ogaaaaaaahhhhh oc.. oooohhhh oc.. ooooohhhhh oc. Tante mau
sssssssssaaaaammmmppppp ococ..oh, belum selesai ngomong gitu tante wiwi teken
keras-keras pantatnya kebawah, terasa otot-otot memeknya berkontraksi dengan
sangat keras, dia jatuhkan diri diatas badan gue. Dengan napas masih memburu dia
kecup dan lumat bibir gue, oghhhhuuuhhhh, kamu hebat banget sih de, sama CW kamu
atau sama perek kamu biasanya hah ?oh.ohenggak koq tante, ya baru sama tante aja
sekarang.oh. ogalah, sama setiap CW yang kamu tidurin juga jawabanya pasti sama.oh,
katanya sambil ngeloyor ke kamar mandi, setelah selesai bersih-bersih tante wiwi
masuk lagi kekamar.
Didepan pintu kamar mandi gue sergap dia, gue angkat satu pahanya dan gue tusuk
sambil gerdiri.ohaduh kok ganas banget sih kamu !oh, katanya setengah membentak.
Gue gak mau tahu, gue dorong dia ke dinding gue hajar terus memeknya dengan
rudal gue. mUlutnya gue sumbat, gue lumat dalem-dalem. Setelah tante wiwi mulai
terdengar lenguhannya, gue gendong dia sambil pautan kontol gue tetep di
pertahankan. Gue bawa dia ke meja rias yang berbentuk Consol, gue letakan
tantatnya diatas meja itu. Sekarang gue bisa lebih bebas ngentot dia sambil
menikmati toketnya. Sambil gue ayun, mulut gue dengan sistematis menjelajah
bukit didadanya, dan seperti biasanya (dan ini juga yang biasanya dilakukan CW)
dia teken belakang kepala gue ke dadanya, dan gue turutin, abis emang enak dan
nikmat banget. ogaaaaaahhhh ocococ.. ssssssshhhhh ococ. Oooohhhhh ococ uuuuuuuuggggghhhh
ococ mmmmmhhhh.oh, tante wiwi terus meracau.
Bosen sengan posisi gitu gue cabut kontol gue dan gue suruh tante wiwi nungging.
Sambil kedua tangannya megangin bibir meja. Dalam keadaan nungging gitu tante
wiwi keliatan lebih aduhai ! bongkahan pantatnya yang kuning dan mulus itu yang
bikin gue gak tahan. Gue pegang kontol gue dan langsung gue arahin memeknya. Gue
gesekin ke itilnya, dan dia mulai mengerang nikmat. Gak sabar gue tusukin
sekaligus. Langsung gue kayuh, dan dalam posisi ini tante wiwi bisa lebih aktif
memberikan perlawanan, bahkan sangat sengit.ohaaaahhhhhh ddddeeeeee
ttttaaaaannnnnteeeee mmmmoooo oc.. kkkeeeee lllllluuuuarrrrr lagggiiiiococ. og,
racaunya. Tante wiwi goyangnya menggila dan gak lama tangan kananya menggapai
kebelakang, dia tarik pantat gue supaya menusuk lebih keras lagi. Gue layani
dia, sementara gue sendiri emang kerasa udah deket. Tante wiwi mwngwrang dengan
sangat keras sambil jepit tool gue dengan kedua pahanya. Gue tetep dengan aksi
gue. Gue raih badannya yang keliatan udah mulai mengendur. Gue peluk dari
belakang, gue taruh tangan gue dbawah toketnya, dengan agak kasar gue urut
toketnya dari barwah ke atas dan gue remes dengan keras.oheennngghhhhh
oc..oooohhhhh ococohhhhhhh ococ.aaaaaaahhhhhhhhhoh, gak lama setelah itu bendungan gue
jebol, gue tusuk keras banget, dan peju gue nyemprot lima kali didalem.

Pertama-tama perkenalkan nama saya Harnowo, berasal dari sebuah kota J di Jawa Tengah. Sekarang ini saya bekerja di sebuah perusahaan di Jakarta. Adapun kisah ini terjadi kurang lebih 6 tahun yang lalu saat saya masih kuliah tingkat akhir di kota yang sama.

Sebagaimana kebiasaan kota-kota di Jawa Tengah dimana masyarakatnya hidup saling membantu, demikian juga dengan keluarga saya. Sebagai salah seorang yang memiliki kedudukan relatif tinggi di kantor-nya, bapak saya memiliki beberapa anak buah, yang pada saat ada acara-acara keluarga seperti syukuran, arisan, dll datang ke rumah untuk membantu tanpa diminta sekalipun.



Dari beberapa anak buah bapak saya yang sering berkunjung itu ada seseorang yang sering saya perhatikan, sebutlah namanya Mbak Ati yang berusia kurang lebih 8 tahun diatas saya. Orangnya biasa-biasa saja, tidak terlalu cantik bahkan, tetapi menurut saya memiliki sex appeal yang tinggi. Perawakannya, menurut istilah Jawa lencir, artinya badan agak kurus namun tinggi semampai dengan buah dada tidak begitu besar tetapi mengkal. Dari beberapa kedatangan ke rumah saya itulah saya semakin akrab dengan Mbak Ati, yang untungnya juga sangat supel untuk bergaul dengan siapa saja, mungkin juga karena saya anak boss-nya.

Sebagai informasi, Mbak Ati berasal dari kota B yang berjarak 50 km dari kota saya, sehingga di kota J itu dia ngekos dan setiap akhir minggu harus bolak-balik untuk menjenguk suami dan anaknya yang terpaksa ditinggal di kota B. Adapun suaminya bekerja di sebuah perusahaan ekspedisi, dan di kota B suami dan anak Mbak Ati tinggal bersama dengan orang tua Mbak Ati.

Kejadian antara saya dengan Mbak Ati berawal dari kedatangan Mbak Ati bersama salah seorang teman kantornya, yang terus terang saya lupa namanya ke rumah. Hari dan tanggal-nya juga saya lupa, cuma yang saya ingat adalah hari itu adalah selang beberapa hari setelah lebaran. Pada siang itu saya sedang sendirian berada di rumah, dimana saudara-saudara dan orang tua saya sedang bepergian. Maklumlah saat itu saya sedang melakukan penulisan skripsi sehingga banyak waktu di rumah.

"Bapak-Ibu ada Mas" tanya Mbak Ati
"Enggak ada Mbak" jawab saya, sambil menerangkan bahwa kedua orang tua saya sedang pergi semenjak pagi, sehingga mungkin siang ini sudah pulang.
"Apa mau ditunggu?" tawar saya kepada mereka.
Mereka lalu mengangguk setuju dengan asumsi orang tua saya akan pulang +/- 1 jam lagi.

Kemudian mereka masuk dan duduk lesehan di ruang keluarga rumah saya. Sebagai seorang tuan rumah yang baik, saya tinggal mereka sebenatar untuk membuatkan minuman dan menyuguhkan makanan ringan. Setelah itu kami ngobrol ngalor-ngidul sambil nonton TV yang berada di ruangan tsb.

Selang 15 menit kemudian teman Mbak Ati pamit untuk ke belakang sebentar, sehingga tinggallah kami berdua. Sebagai seseorang laki-laki yang udah lama memperhatikan dan ada kesempatan berdua dengan Mbak Ati, saya keluarkanlah segala kenekatan saya. Sampai sekarang saya selalu tersenyum sendiri mengingat hal tsb. Saya dekati Mbak Ati dengan deg-degan.
"Mbak?" tanya saya,
"Apa?" jawab Mbak Ati
terus diam sebentar, setelah itu ..
"Boleh cium enggak?" kata saya tiba-tiba,
saat itu Mbak Ati diam aja, ya udah saya anggap berarti boleh.
Kemudian saya cium pipinya kanan kiri berulang kali.
Mbak Ati cuman berkata "ati-ati kalau kelihatan temen lho, khan gak enak".
Demi kehati-hatian pula saya lalu ke belakang untuk memantau aktivitas temen Mbak Ati. Setelah merasa aman, karena temen itu buang air besar maka saya kembali lagi ke ruang keluarga.
"Aman kok Mbak" terang saya sambil menjelaskan keadaan.

Kemudian saya ciumin lagi pipinya sekali lagi, setelah itu saya tingkatkan mencium bibirnya. Seperti biasa, pertama-tama ada perlawanan dari Mbak Ati mungkin karena kaget. Namun demikian setelah itu bibir dan lidah kami saling berpagutan. Yang saya ingat waktu itu adalah lipstik yang dikenakan Mbak Ati nempel di bibir saya, sehingga saya harus membersihkan dengan kaos saya hahahaha.

Sambil mengungkapkan kekaguman saya akan bentuk tubuhnya yang lencir, tidak lupa tangan saya kemudian menjelajahi buah dadanya dari luar. Ukurannya tidak begitu besar, mungkin 34A, namun masih mengkal. Tidak puas dengan itu, tangan kanan kemudian saya masukkan ke dalam BH-nya sambil memilin-milin putingnya. Karena ini pengalaman pertama, memang rasanya sulit untuk dilukiskan. Pokoknya benar-benar baru memegang sesuatu yang empuk dan kenyal.

Mengingat kami harus berati-hati agar tidak ketahuan teman-nya Mbak Ati, maka saya memutuskan untuk menghentikan serangan. Saya anggap hal tsb. cukup sebagai awalan, yang penting Mbak Ati enggak menolak kalau saya cium dan pegang buah dadanya.

Setelah menunggu selama 1 jam, dimana kedua orang tua saya juga belum kembali, maka Mbak Ati dan temannya memutuskan untuk pulang sambil berpesan agar menyampaikan kepada ortu bahwa mereka berdua tadi telah datang berkunjung.

Selang beberapa waktu setelah kejadian itu, Mbak Ati masih sering berkunjung ke rumah saya untuk sekedar membantu acara keluarga atau kantor, maupun sekedar main-main. Oh iya Mbak Ati memiliki hobi fitnes di sebuah tempat yang berjarak 200 meter dari rumah saya, sehingga setelah selesai sering main ke rumah.

Selang beberapa bulan kemudian baru ada kejadian yang kurang lebih sama dengan kejadian diatas. Hal itu dimulai dengan hampir berakhirnya masa berlaku SIM saya. Mengingat ada saudara Mbak Ati yang bekerja di kepolisian, maka pada saat mengurus perpanjangan SIM, saya meminta bantuan Mbak Ati. Dan Mbak Ati-pun menyetujuinya.

Beberapa urusan yang berkaitan dengan administrasi telah diselesaikan oleh saudara-nya Mbak Ati, dimana saya hanya perlu datang untuk pengambilan foto saja. Karena saya belum kenal dengan saudara-nya itu, saya datang bersama dengan Mbak Ati dengan terlebih dahulu saya jemput dia dengan mobil ke kantornya. Setelah foto, Mbak Ati meminta bantuan saya untuk mengantar dia ke suatu tempat yang lumayan jauh untuk suatu urusan yang penting, mumpung ada mobil katanya. Adapun SIM yang hampir jadi nanti akan diantarkan oleh dia sendiri ke rumah.

"Wah kesempatan lagi nih" pikir saya agak nekat lagi. Kemudian saya ajak ngobrol mengenai kejadian yang telah kami lakukan beberapa bulan sebelumnya. Dia mengatakan enggak apa-apa. Jawaban lain yang saya peroleh malah tidak saya duga, dimana dia mengatakan memiliki beberapa koleksi majalah porno. Tidak saya sia-siakan tawaran itu, kemudian kami ke kos Mbak Ati terlebih dahulu mengambil majalah tsb. Didalam mobil sambil menyetir saya melihat-lihat majalah tsb. Mbak Ati melihat sambil senyum-senyum. Namun karena saya pikir melihat majalah-nya dapat dilakukan di rumah saja, maka sebaiknya saya lebih memanfaatkan kesempatan berdua yang ada.

Sehingga tangan kiri saya mulai saya tempelkan ke paha Mbak Ati. Karena tidak ada penolakan, maka saya teruskan sampai daerah pangkal pahanya. Yang saya inget waktu itu Mbak Ati mengenakan 2 buah celana dalam secara bersamaan. Sehingga serangan saya agak tersendat. Setelah dijelaskan, bahwa dia memakai 2 CD, maka dengan leluasa tangan saya dapat menyentuh daerah kewanitaannya. Selama perjalanan tangan kiri saya banyak berkutat di daerah tsb. sehingga semakin lama semakin basah. Kadang-kadang saya tarik untuk sekedar ganti persneling atau mencium bau daeah kewanitaan. Woow seperti ini ya baunya vagina. Rasanya kayak nano-nano, ramai campur aduk.
Setelah selesai urusannya, Mbak Ati saya antar kembali ke kantornya. Suatu pengalaman baru telah bertambah lagi.

Malam harinya, Mbak Ati datang ke rumah saya mengantarkan SIM yang telah jadi, sesuai dengan janjinya pada siang tadi. Selang beberapa waktu setelah Mbak Ati datang, saya juga tidak mengerti mengapa semua serba kebetulan, kedua orang tua saya akan pergi ke acara kondangan. Sehingga yang ada dirumah tinggal saya, Mbak Ati dan seorang adik saya yang masih kecil. Meneruskan acara siang tadi, setelah orang tua saya pergi, Mbak Ati saya tarik ke dalam kamar saya. Pada saat itu adik saya sedang belajar di kamarnya. Dengan sedikit protes, namun tidak saya hiraukan, kami kemudian berciuman bibir dengan hebat. Teknik tarik menarik lidah diperkenalkan oleh Mbak Ati kepada saya. Rasanya benar-benar sangat mengasyikkan.
Sambil melakukan ciuman lidah, tangan saya bergerilya ke sekitar buah dada yang tiada bosan-bosannya saya pegang dan kemudian juga sekitar daerah selangkangannya.

Selang beberapa menit kemudian, tanpa pernah ada kata-kata yang keluar, saya lepaskan seluruh pakaian yang menempel pada tubuh Mbak Ati. Benar-benar suatu pemandangan yang sangat indah. Yang menjadi perhatian utama saya adalah bentuk vagina-nya. Benar-benar mengejutkan, tanpa ada bulu yang menempel sedikitpun. Waktu saya tanya, dia menjawab semenjak kecil memang tidak tumbuh bulu sedikitpun di daerah vaginanya. Karena penasaran saya teliti detail daerah vagina-nya. Setelah puas baru saya ciumin bagian dalemnya. Mbak Ati cuman merintih-rintih namun tidak bersuara. Baunya benar-benar kayak nano-nano, sulit untuk digambarkan. Saya yakin para pembaca pernah mengalaminya sendiri. Namun untuk memperoleh yang vaginya tanpa bulu sedikitpun, saya pikir itu adalah pengalaman yang langka. Setelah puas menciumi vaginanya, saya meminta Mbak Ati untuk melakukan oral terhahap kemaluan saya. karena itu adalah pengalaman pertama rasanya benar-benar sangat mengasyikkan. Sehingga dalam hitungan menit pertahanan saya jebol. Kejadian yang tidak saya duga adalah Mbak Ati melahap semua air mani saya.

Mengingat karena Mbak Ati belum puas banget, sedangkan saya sudah lemas, maka saya kemudian menciumi lagi daerah vagina Mbak Ati yang sangat antik tsb. Kurang lebih 20 menit saya ciumin dan akhirnya dengan lamat-lamat setelah Mbak Ati mengucapkan "Ahh" saya akhiri oral sex tsb.

Sadar bahwa kami tidak sendirian di rumah, maka untuk sementara kami cukupkan acara pada malam itu sambil saling berbisik untuk melakukan hal-hal yang lebih asyik pada kesempatan lain.

*****

Demikianlah pengalaman saya. Mungkin bagi temen-temen tidak ada istimewanya, apalagi saya menuliskannya tanpa desikripsi "oh uh" dengan jelas. Namun ya begitulah pengalaman saya yang pertama dengan seorang wanita, asyiknya menciumin vagina yang tidak berbulu. Bagi temen-temen yang ingin berkenalan dan memberikan komentar mengenai tulisan ini dapat melayangkan email kepada saya. Dan bagi cewek-cewek yang ingin dioral saja juga saya tunggu emailnya, dijamin lama deh. Terima kasih.

TAMAT

sering ku termenung,.
kehidupan seks aku dengan pasangan boleh dibilang bagus dan sangat "hot"
meski demikian, masih saja ada fantasi-fantasi terpendam yang sangat menggoda.
aku pengen lihat cewekku ngentot sama cowok lain. pengen tahu bagaimana reaksinya saat bercinta dengan pria lain. apakah dia juga akan menikmati sedahsyat saat kami bercinta???
jujur aku ingin tahu apakah penis yang lebih besar dan lebih panjang dari punyaku juga bisa memuaskannya?
mungkin terdengar aneh, tapi inilah fantasi seks yang juga dimilki oleh banyak pria di dunia
mungkin suatu saat nanti akan terwujud, di hadapanku mereka bercinta. oohh
:D

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMlcLEJkEAvp-RLFa8CF0nJIdL5xDBEbhFDzmspT6EjlZnjdP7Y6QVX1JkgR0DnNdwH4TrWHUtqkqGE-2FGZ03GulIFhfoSmGXNqpa2Y7iJpH34ktstIKu6p7O3zjPEWyTg7zCrRYKFE0/s200/Narita+Citra+facebook+cantik+03.jpg
Aku seorang lajang dan bekerja sebagai asisten manager pada sebuah perusahaan swasta. Aku mempunyai pengalaman menarik pada saat aku sedang berakhir pekan di Anyer, Banten beberapa waktu lalu. Biasanya akhir pekan kuhabiskan dengan clubbing dengan teman-temanku. Tapi kali ini aku ingin sendirian menikmati hari libur yang hanya singkat itu. Nah, sewaktu disana aku ceroboh saat bermain di pinggir pantai hingga hp kesayanganku nyemplung di air laut hingga mati total. Gara-gara itulah aku mendapatkan pengalaman menyenangkan yang tak terduga.

Singkat cerita esoknya hari Sabtu aku jalan-jalan menuju pusat perbelanjaan yang berada di pusat kota Cilegon untuk membeli pengganti ponselku yang rusak. Sesampainya disana aku langsung menuju ke lantai atas yang merupakan lokasi pusat perdagangan hp disana. Setelah cari merek dan model terbaru yang memang sudah kuincar dari kemarin akhirnya kudapatkan disalah satu gerai yang cukup besar disitu. Sambil duduk, kucoba-coba fitur yang ada pada ponsel yang baru kubeli. Saat asyik mengutak-utik barang baru tersebut, sales gerai yang berada dihadapanku sekonyong-konyong berucap,”Cari apa mbak?”. Refleks kepalaku menoleh samping. Sosok yang disapa tadi berdiri disamping agak kebelakang. Seorang gadis berseragam hem putih lengan panjang dengan rok abu-abu panjang semata kaki mengenakan jilbab putih. Yang disapa hanya menjawab,”Ah, nggak mbak. Cuma lihat-lihat”, sambil tersenyum kecut. Sekilas dari pengamatanku sosok gadis tersebut mempunyai tinggi 160cm dan berwajah cukup manis dan cantik. Sepertinya ia tertarik pada ponsel yang baru kubeli ini. Aku tahu itu karena pada saat melihatnya, dia seperti sedang berdiri memperhatikan hp yang sedang kuutak-utik.

Tak lama kemudian gadis itu beranjak pergi. Entah kenapa aku jadi ingin melihat sosoknya sekali lagi. Sambil bergaya seperti hendak menelpon dengan hp baru, kutolehkan kepalaku sedikit.
“Wah! Boleh juga nih cewek”, ujarku dalam hati. Walau siswi itu berbusana serba tertutup namun karena seragam yang ia kenakan itu nampak ketat membalut maka setiap lekuk tubuhnya nampak jelas terpampang. Pinggulnya ramping sedangkan pantatnya bulat dan sekal. Pikiran nakalpun mulai singgah di kepalaku membangkitkan libidoku. Sekalian ingin mencoba kemampuan hp baru, kuarahkan kameranya untuk memotret siswi itu walau hanya nampak dari belakang. Pertama aku kupotret seluruh badan dan yang kedua sengaja aku zoom bagian pinggul dan pantatnya.
“Wow, bohai bener nih pantat! garis cd-nya aja keliatan”, ujarku dalam hati begitu melihat hasil jepretan kamera ponsel.

Setelah beres urusan hp, aku segera menuju food court yang ada di lantai bawah untuk makan siang. Sambil menunggu makanan yang kupesan datang iseng kubuka lagi file foto yang kujepret tadi. Melihat foto itu fantasi liarku mulai melayang jauh. Entah kenapa baru kali ini aku merasa begitu terangsang oleh penampilannya. Padahal selama ini aku biasa-biasa saja melihat setiap gadis berjilbab. Mungkin selama ini aku tidak menyadari seperti ada daya tarik tertentu dari wanita yang berpakaian seperti itu. Kubayangkan diriku sedang leluasa menjamah dan menikmati tubuh siswi berjilbab itu. Lagi asyik-asyiknya aku melamun, pelayan food court yang mengantarkan makan siangku membuyarkan itu semua. Buru-buru kusimpan ponselnya ke saku celana.

Baru saja mau makan, tiba-tiba mataku menangkap sosok yang kubayangkan tadi berada tidak jauh dari tempatku duduk. Nampaknya ia sedang asyik melihat-lihat pernak-pernik dan asesori perhiasan yang berada di counter dekat food court ini. Segala gerak gerik gadis itu tak lepas dari pengamatanku. Saat tubuhnya berbalik hendak beranjak meninggalkan gerai tersebut, tiba-tiba pandangannya beradu dengan tatapanku. Nampaknya ia sedikit kaget melihat keberadaanku. Seakan malu melihatku, kepalanya langsung ditundukkan menghindari tatapanku. Tapi seakan penasaran tidak yakin yang dilihatnya itu aku, sekali lagi ia menoleh sedikit kearahku. Kulemparkan senyumku sambil melambaikan tangan kearahnya seakan menggoda sikapnya yang malu-malu kucing. Gadis itu seakan menjadi kikuk atas sikapku kepadanya. Ia hanya tersenyum malu lalu menundukkan pandangannya kebawah seakan tidak berani beradu pandang denganku. Beberapa saat ia hanya berdiam disitu sambil kepalanya celingak-celinguk seakan takut ada yang mengenalinya berada disekitarnya.

Perlahan aku bangkit dari duduk dan kuhampiri dia. Siswi berjilbab itu kulihat semakin salah tingkah dan grogi ketika aku mulai mendekat.
“Halo dik, ketemu lagi kita disini. Lagi ngapain? Mau belanja asesoris?”, sapaku. Yang disapa hanya tersenyum simpul dengan kepala sedikit tertunduk malu sedangkan tangannya memegang erat tas ransel dipunggungnya. Perlahan dengan suara pelan ia menjawab,
“Ah, nggak om cuman liat-liat aja koq”, dengan pandangan menunduk kebawah.
Lalu dengan segala keramahan kucoba mengajaknya makan siang bersamaku. Mula-mula ia tampak sedikit ragu atas ajakanku. Tapi akhirnya dengan sedikit bujuk rayuku ia mau juga.

Setelah berbasa-basi, kami berkenalan. Namanya Erni Widyaningsih berumur 16 tahun duduk di kelas 2 salah satu SMK swasta disana. Setelah itu kami lanjutkan perkenalan ini dengan santap siang. Disini mengalir bermacam-macam obrolan mulai dari dirinya sampai unek-unek dan permasalahan yang ia hadapi saat ini. Dia adalah anak pertama dari 4 bersaudara. Bapaknya pegawai honorer pemda sedangkan untuk membantu menambah penghasilan keluarga ibunya bekerja sebagai karyawan sebuah toko. Erni sengaja masuk SMK (SMEA) karena begitu lulus ingin bisa langsung kerja membantu orang tuanya. Namun keinginannya itu bisa kandas ditengah jalan karena sekarang keuangan orangtuanya yang sedang sulit sehingga ia masih menunggak SPP. Sedangkan teguran dari sekolah hampir tiap hari diterimanya. Bahkan hari ini ia dipaksa pulang lebih awal dari sekolah karena masih belum . Yang membuatnya sakit hati yaitu sikap beberapa teman kelasnya yang terus mengejek dan menyindir keadaan sulit yang sedang dialaminya. Dia merasa heran dan bingung karena beberapa siswi yang suka mengejeknya justru berkeadaan sama dengan dirinya. Meskipun begitu penampilan mereka justru layaknya seperti orang yang berkecukupan. Mulai dari tas, sepatu bahkan hp bagus mereka punya. Di depan Erni mereka selalu bergaya memamerkan barang-barang tersebut. Terus terang terkadang ia merasa iri dengan mereka. Sampai disitu, kutanyakan padanya apakah dia tahu bagaimana teman-temannya itu mampu membeli barang-barang tersebut. Mendengar pertanyaanku itu sejenak ia diam sambil menunduk seakan tahu tapi malu menjawabnya. Setelah kudesak secara halus akhirnya keluar pengakuan bahwa ia pernah mendengar kabar bahwa teman-temannya itu menjual diri demi mendapatkan materi. Mulanya ia tidak mempercayainya tapi kemudian secara tidak sengaja ia memergoki salah seorang rekannya itu sedang digaet pria berumur sewaktu pulang sekolah. Mendengar pengakuannya sambil tersenyum kutanyakan pendapatnya tentang perilaku teman-temannya itu. Sambil diam sejenak kemudian ia berkata kalau sebenarnya kesal juga sedikit iri dengan mereka yang mengambil jalan pintas untuk mendapatkan uang.
“Lha kalau nggak begitu, mungkin mereka juga akan mengalami nasib yang sama dengan kamu. Habis mau gimana lagi minta sama orang tua sulit, yah satu-satunya cara mungkin yang seperti kamu bilang itu.”, ujarku sembari menunggu reaksinya. Siswi berjilbab itu hanya diam tertunduk mendengar kata-kataku. Nampaknya pernyataanku menusuk kedalam sanubarinya.

Melihat ia yang masih diam saja yang tidak membantah atau mengiyakan pernyataanku tadi, otakku mulai berputar mencari siasat untuk menggiring gadis yang sedang dalam kesempitan ini kearah yang kumau. Dengan lembut kutanya, “Erni, kamu masih mau sekolah kan?”. Dia hanya mengangguk pelan mengiyakan.
“Kalau om tolong bayarin SPP-mu kamu mau nggak?”, tanyaku lanjut.
“Ah, yang benar? Masak sih om?”, sahut Erni sambil memandangku dengan tatapan kaget seolah tidak percaya.
“Ya iya dong. Om serius mau ngebantu kamu. Masak bercanda?”, jawabku berusaha meyakinkannya. Terkesima akan tawaranku gadis itu berkata heran,
“Aduh om baik sekali! Koq mau nolongin Erni? Om kan baru kenal sama Erni”.
“Saya nggak tega kalau kamu putus sekolah. Kasian kan kalau cita-cita kamu kandas di tengah jalan. Kasihan orang tua Erni yang punya harapan besar sama”, ujarku sambil tersenyum. Sejenak ia terdiam.
“Kenapa? Kamu masih nggak percaya?”, tanyaku.
Lalu ia menjawab, “Bukan begitu om, tapi rasanya Erni nggak bisa membalas kebaikan hati om. Rasanya bantuan yang diberikan om terlalu besar buat Erni. Kayaknya terima kasih aja nggak cukup buat membalas semuanya.”, dengan wajah sedikit bingung.
“Ah, kamu nggak usah bingung. Kalau pengen balas budi gampang koq, asal kamu ngerti caranya.”, timpalku sambil tersenyum penuh arti. Dengan pandangan penuh tanda tanya ia berkata.
“Caranya gimana om?”, seolah penasaran ingin tahu kemauanku.
“Er, di dunia ini tidak ada yang gratis. Kalau ingin mendapatkan sesuatu kita harus berusaha. Begitu juga dengan teman-temanmu. Mereka tahu kalau hanya mengandalkan orang tua segala keinginan yang terpendam tidak akan mereka dapatkan. Jadi walau banyak yang tidak suka cara mereka, mungkin termasuk kamu, mereka ambil jalan yang paling gampang. Caranya ya itu tadi yang seperti kamu ceritakan. Jadi… kalau kamu ingin membalas kebaikan om, yah caranya seperti yang seperti teman-temanmu itu”, paparku sambil tersenyum penuh arti. Sekilas raut wajah remaja putri itu kaget sekaligus gelisah mendengar penjelasanku tadi. Ia cuma terdiam sambil tertunduk. Wajahnya yang manis nampak penuh kebimbangan.

Melihatnya dalam keadaan bimbang kulancarkan rayuan sambil mengiming-iminginya untuk membelikan segala macam barang bagus. Sekilas kemudian sambil menatapku dengan tatapan bimbang ia bertanya dengan suara pelan,
“Tapi om kalau… saya nanti hamil gimana?”.
“Oh.. itu sih gampang. Kamu nggak mungkin sampe hamil. Banyak cara buat mencegahnya koq. Tenang, om ngerti caranya.”, jawabku tersenyum seraya meyakinkan dirinya yang sedang bimbang. Gadis itu kemudian menurunkan pandangannya ke atas meja sambil menaruh kedua tangannya diatas meja. Jemari kanannya meremas jemari kirinya pertanda ia sedang berpikir keras.

Setelah membiarkannya sejenak untuk berpikir, kulancarkan kalimat pamungkas untuk meruntuhkan kebimbangannya. Seraya memandang tajam wajahnya perlahan tanganku menyentuh jemarinya sambil berkata,
“Om tidak akan memaksa Erni. Kalau kamu mau om senang sekali, tapi kalau nggak ya nggak apa-apa. Tapi coba pikirkan sekali lagi, apa ada cara yang lebih baik lagi buat menyelesaikan masalah kamu sekarang….. hmmm”, seakan mengarahkan pikirannya kalau tidak ada cara lagi selain yang kutawarkan tadi. Erni hanya bisa memandangku dengan tatapan sayu seakan pasrah mengiyakan ucapanku. Beberapa saat kami saling bertatapan seraya kedua tanganku meremas kedua jemarinya. Gadis itu seolah sudah berada dalam genggamanku karena ia tidak menolak jemarinya yang halus diremas olehku. Merasa semua sudah berjalan dengan rencanaku, kuajak ia berlalu dari situ.

Singkat cerita, selama dalam perjalanan menuju bungalow tempatku menginap pandangan dan pikiranku tidak lepas dari sosok siswi SMK disampingku ini. Tangan kiriku tidak henti-hentinya bergerilya mengelus pipi, dagu, tangan dan bahkan pahanya. Namun karena sudah pasrah ia diamkan saja perlakuanku itu. Rasanya tidak sabar lagi untuk segera beraksi. Kularikan kendaraanku secepat mungkin agar cepat sampai tujuan.

Sampai ditujuan keluar dari mobil, bagai sepasang kekasih kurangkul pundaknya dengan tangan kiriku. Kubawa ia menuju kamar tidur utama. Kemudian setelah menutup pintu kamar kutarik kedua lengannya dan kuletakkan diatas pundakku. Sedangkan kedua tanganku mendekap erat tubuhnya. Wajah kami saling berhadapan amat dekat. Wajah yang cantik manis dengan tatapan sayu serta bibirnya yang mungil agak sedikit terbuka seperti meminta untuk dilumat. Segera kucium dan kulumat bibirnya dengan gemas sedangkan kedua tanganku mulai beraksi mengelus punggung dan pinggangnya bergantian.

Beberapa saat kemudian tanganku beralih turun kepantatnya. Kuelus dan kuraba terasa kenyal dan padat bongkahan pantat gadis ini. Dengan gemas kuremas-remas pantatnya sambil sesekali mencengkram dan mendorongnya ke arah selangkanganku. Wajah Erni mengernyit kaget dengan perlakuanku itu. Apalagi dia merasakan benda aneh yang keras dari balik celanaku menekan-nekan selangkangannya. Puas melumat bibirnya ciumanku perlahan turun ke dagu kemudian leher menuju payudaranya. Sepasang payudara yang montok menggelembung padat meyembul dari balik hem putih lengan panjangnya. Segera kupagut dan kukulum payudara yang masih tertutup oleh kemeja putih seragamnya. Tangan kananku segera meraih dan meremas payudara kirinya sedangkan tangan kiriku masih asyik meremas pantatnya. “Ohh…. mmmhhh”, kepala siswi berjilbab itu mendongak sambil melenguh menikmati perlakuanku. Kedua tangannya meremas-remas kepalaku.

Perlahan tangan kananku mulai membuka kancing baju seragamnya satu persatu sambil menarik bawahan kemeja itu dari balik roknya. Terpampang dihadapanku sepasang buah dada yang montok berukuran 33 dengan BH yang nampak kekecilan untuk menampungnya. Lalu kulucuti hem putih lengan panjang beserta BH yang masih dikenakannya itu. Kini Erni hanya tinggal mengenakan rok abu-abu panjang semata kaki dengan jlbab putihnya. Sengaja kubiarkan begitu karena bagiku hal tersebut merupakan sesuatu yang amat menggairahkan.

Melihat pemandangan yang indah ini segera kulanjutkan aksiku dengan menghisap dan menjilati sepasang puting susu miliknya yang sudah menegang dengan rakus. Terkadang tanganku ikut bermain dengan memiting dan memilin puting yang berwarna coklat muda itu.
“Ouhh… ahhh… ahhh”, desah bibir mungil yang setengah terkatup sambil meremas kepala dan pundakku.
Nafasnya naik turun menahan nikmat. Semakin lama desahannya semakin kencang membuatku semakin bergairah. Sambil membalikkan tubuh ABG ini hingga membelakangiku segera kulepas semua pakaian yang kukenakan tinggal celana dalamku. Kemudian sambil memeluk dari belakang kuraih wajahnya dan kulumat kembali bibir mungilnya, sementara kugesek-gesek penisku yang sudah menegang di dalam cd-ku kearah pantatnya. Sedang tangan kiriku asyik memilin puting dan meremas buah dadanya bergantian, jari tengah tangan kananku mulai mengorek-ngorek kemaluan Erni dari luar rok abu-abu panjangnya.
“Emmhh… mmhh..”, desahnya tertahan oleh ciumanku sedangkan kedua tangannya pasif memegangi tangan-tanganku yang sedang bereksplorasi seakan mengikuti permainan ini.

Beberapa menit kemudian kusuruh Erni membungkuk sambil tangannya memegang pinggiran meja hias yang ada di depannya. Lalu kusingkap roknya keatas sampai sepinggang. “Wauw indah sekali…”, desahku perlahan melihat pemandangan yang ada dihadapanku ini. Pantat yang bulat sekal ditopang sepasang paha dan betis mulus dan bersih. Kutarik celana dalamnya kebawah. Mataku menatap kagum keindahan pantatnya yang putih mulus. Sejenak kuelus dan kuremas bokong indah itu sambil sesekali menciuminya dengan gemas. Erni hanya bisa menundukkan kepalanya. Tubuhnya sedikit bergetar mendapat perlakuan seperti itu.

Setelah itu kurentangkan sedikit kedua pahanya dan kulihat vagina yang ditumbuhi bulu-bulu halus menebarkan baunya yang khas. Kusibakkan vagina gadis ini dan dengan jari tengahku kukorek-korek.
“Emmmhh….”, tiba-tiba tubuhnya menggelinjang hebat sambil pahanya bergerak seolah hendak menjepit tangan kananku yang sedang memainkan liang surganya.

Terus kukorek-korek sampai jariku mulai kebasahan oleh cairan kewanitaan yang keluar dari sana. Nafas dan desah kecilnya memburu membuat gairahku meningkat. Kurasa ini saat yang tepat untuk mulai beraksi karena penisku sudah menuntut untuk dimasukkan. Kutarik jariku, lalu kurebahkan tubuhnya ke ranjang. Matanya menatap sayu kearahku yang tinggal bercelana dalam.

“Ihhh..!!”, pekiknya pelan sambil menutup wajahnya begitu melihat kemaluanku yang besar tegak mengacung didepannya. Perlahan kudekati Erni sembari menarik kedua belah tangannya.
“Kenapa sayang?”, tanyaku sambil tersenyum.
“Takut om, punya om besar sekali. Nanti sakit.”, ujarnya ketakutan.
“Tenang sayang nggak sakit koq. Cuma kayak digigit semut sebentar”, jawabku sembari mencium bibirnya untuk meredakan ketakutannya.

Kedua tanganku tidak ketinggalan memainkan payudara dan liang vaginanya.
“Mmmhh.. cupp.. cupp”, desahnya tertahan oleh ciumanku. Sedangkan nafas gadis ini mulai memburu pertanda ia semakin terangsang. Tak lama kemudian kurasakan ujung jariku semakin basah oleh cairan yang keluar dari kemaluannya.
“Ah, ini dia saatnya”, ujarku dalam hati lalu kurentangkan kedua pahanya lebar-lebar. Lalu sambil bertumpu dengan lengan kiriku, tangan kananku membimbing sang penis memasuki kemaluannya.
“Ouhh… sshhh..!”, desisnya sambil menyeringai menahan rasa sakit saat penisku perlahan memasuki liang kenikmatannya. Kedua tangannya menggenggam erat seprei ranjang seakan bersiap untuk menerima kejutan lebih lanjut. Luar biasa! Penisku terasa kesulitan menembus vaginanya. Perlahan senti demi senti kemaluanku menembus lubang sempit siswi SMK ini. Akhirnya aku berhasil membenamkan seluruh batang kejantananku kedalamnya. Kurasakan nikmat luar biasa ketika penisku terasa seperti diurut oleh denyutan dinding kemaluan gadis ini. Sesaat bisa kurasakan kalau ada sesuatu yang menetes keluar dari kemaluannya. Nampaknya keperawanan gadis ini jebol sudah.

Kemudian perlahan kupompa maju mundur. Paras cantik Erni nampak mengernyit menahan sakit sambil menggigit bibir bawahnya. Namun lama kelamaan seiring dengan makin lancarnya genjotan penisku, mimik wajahnya berubah seperti mulai menikmati permainan ini.
“Shhh.. hehh.. hhhh”, desah kecil bibir mungilnya sembari kedua tangannya mencengkeram erat lenganku yang sedang bertumpu disamping tubuhnya.

Melihat wajah yang cantik sedang berdesah ini membuatku semakin bergairah. Segera kulumat bibir itu sambil memainkan lidahku di dalamnya dan ternyata ia juga membalas dengan memainkan lidahnya.
“Mmmhh… cupp… cupp…”, bunyi ciuman kami berdua yang diselingi permainan lidah.

Semakin lama semakin cepat genjotanku dan secara refleks Erni melingkarkan kedua kakinya ke pinggulku. Hampir sepuluh menit lamanya kami bersenggama dengan posisi ini dan tidak lama kurasakan lubang senggamanya semakin basah.
“Ouuhhh…. ohhhh…. Omm…. Err.. nnii.. mo.. pipisss..”, getar suaranya menahan suatu dorongan luar biasa dari tubuhnya. Nampaknya dara bertubuh sintal ini akan mencapai klimaksnya. Dan benar saja, tubuhnya bergetar melengkung ke belakang sedangkan pahanya yang melingkar di pinggulku menjepit erat. Terasa sesuatu yang hanyat menyemprot keluar dari dalam vaginanya membasahi penisku. Sejenak kuhentikan genjotan sambil mencabut penisku dari liang senggama dara montok ini.

Nampak penisku dibasahi oleh cairan vagina bercampur darah. Begitu juga vaginanya dan dengan secarik tisu kubersihkan kemaluan kami berdua. Beberapa menit kemudian kurangsang Erni kembali untuk menuntaskan hasrat birahiku yang belum tuntas. Tak lama kemudian vaginanya mulai basah pertanda dia sudah kembali terangsang.

Kemudian dengan mesra kuajak ia turun dari ranjang. Lalu kusuruh dia agar membungkuk membelakangiku. Tangannya bertumpu dipinggir ranjang sedangkan kedua kakinya menjejak ke lantai. Rok abu-abu panjangnya yang sempat terjurai kebawah kuangkat lagi sampai sepinggang. Sambil mencengkeram pantatnya yang montok dengan tangan kiriku, tangan yang kanan mengarahkan penis yang tegak mengacung ke arah vaginanya. Sejenak kugesek-gesekkan di bibir kemaluannya yang mulai basah tadi.
“Ohhh…”, desahnya pelan sambil menundukkan kepala sambil tangannya meremas-remas seprei.

Kini ujung penisku benar-benar terasa basah oleh cairan kewanitaan yang mengucur dari dalam kemaluannya. Perlahan dengan bantuan tangan kanan aku mulai melakukan penetrasi. Tidak seperti tadi, sekarang walau masih terasa sempit kemaluanku dengan lancarnya menerobos masuk sampai pangkal penisku menyentuh bokongnya. Kubiarkan penisku yang terbenam penuh didalam liang senggama gadis ini sejenak. Lalu dengan perlahan kumaju mundurkan selangkanganku. Kulakukan dengan tempo lambat untuk beberapa saat lalu secara bertahap kupercepat sodokanku.

“Ahhh… ahhh… uhhh… uhhh”, desah Erni yang semakin lama semakin kencang. Tubuhnya terguncang-guncang karena sodokanku yang makin lama makin cepat. Sambil menyetubuhinya dari belakang kedua tanganku beraksi meremas dan mencengkeram pantatnya.
“Plakkk… plakkk…”, bunyi selangkanganku saat berbenturan dengan bokongnya. Terkadang kuremas kedua buah dadanya dari belakang

“Ohhh… Errrnnniii… sayyyanggg… ennakk… khammuu… memang… nikmaatt.. sshhh..”, racauku sembari menggenjot pantatnya dengan cepat.
“Emmmhhh… ohhh… omm… mmhh”, desah siswi berjilbab itu seakan merespon racauanku sembari kepalanya bergoyang kanan kiri terkadang menunduk kebawah menahan nikmat. Tubuh kami berdua kini benar-benar basah kuyup bermandikan keringat. jilbab dan rok sekolah yang melilit dipinggang Erni juga ikut basah karenanya.

Tak terasa lebih dari 10 menit kami berdua bersetubuh dalam posisi ini. Lama kelamaan dorongan berejakulasi tidak dapat kutahan lagi. Sedangkan gadis yang sedang kugenjot ini juga mulai menampakkan tanda-tanda akan orgasme.
“Ouhh… omm… Errrhhh… nnnii… mauh… pipisss lagihhh…”, kata dara manis ini dengan nafas terengah-engah.
“Ssshh… tahhann… sedikitt… llagii… sayyyaaangg. Ommh… jugga… mo.. nyampee..”, ujarku sembari mempercepat laju sodokanku.

“Ohhhh….”, erang Erni dengan tubuh menegang dengan kepala mendongak seraya vaginanya megucurkan cairan. Bersamaan dengan orgasmenya Erni akupun mencapai klimaks. Lalu kupeluk pinggangnya erat-erat sembari membenamkan penisku dalam-dalam.
Dan,”Ahh….!”, lenguhku nikmat seraya memuntahkan air maniku. Liang senggamanya sekarang dipenuhi oleh campuran spermaku dan cairan vaginanya. Kemudian kami berdua terkulai lemas sisi ranjang dengan posisi aku menindihnya dari belakang. Kubiarkan sejenak kemaluanku yang masih tegang didalam vaginanya.

Hari menjelang sore, tak terasa kami terlelap puas. Saatnya aku mengantar Erni pulang. Tak lupa sebelumnya kuberi dia pil pencegah kehamilan. Dan sesuai dengan janjiku padanya tadi, kami mampir dulu di pusat perbelanjaan dan kuberikan semua yang ia mau plus uang untuk kebutuhan sekolahnya.

Dalam perjalanan mengantarkannya pulang aku sempat menikmati tubuhnya sekali lagi. Di tempat yang sepi dan gelap jauh dari keramaian kutepikan sedanku. Sembari menyuruh Erni pindah kepangkuanku kugeser mundur tempatku duduk. Sambil ia duduk membelakangiku kusingkap rok abu-abu panjangnya dan kusibak celana dalamnya. Lalu bersetubuhlah kami sampai klimaks. Setelah puas kulanjutkan perjalanan mengantarnya pulang. Sebelum sampai ditujuan aku berjanji padanya untuk meghubunginya kembali bila aku cuti atau libur.