
Kika menemaniku sambil mengobrol selama aku bekerja, sehingga kami cepat akrab. Keakraban ini yang membuat sikapnya santai dan cuek dengan duduk seenaknya di pinggir meja komputer, sehingga terkadang memancing mataku untuk memandang kemulusan pahanya yang mulus di balik rok mininya yang super pendek itu. Peniskupun mulai berontak di balik celana, dan cukup membuat konsentrasiku agak buyar. Namun aku berusaha menutupinya dengan mempercepat pekerjaanku.
Setelah selesai kupersilakan Kika duduk di kursi untuk mencoba komputernya, sementara aku mengambil kursi dan duduk di sampingnya sambil memberi instruksi cara mengeceknya. Cukup sabar dan serius Kika mengecek satu persatu software yang ada sambil meng-copy kembali file-file dari disket backup ke hard disk yang membuatnya cukup berkeringat, apalagi AC di ruangan tsb sudah mati sejak semua karyawan pulang. Aku kemudian memberanikan diri utk menawarkan memijat bahunya.
"Kika mau nggak dipijat"?, kataku sambil menggeser kursiku ke belakangnya.
"Dari tadi kek nawarinya.., ayo cepet mulai..", jawab Kika sambil menegakkan badannya. Kedua tanganku kunaikkan dan mulai memijat pelan bahunya.
"Enak banget deh pijetan Mas.., komputernya khan udah di service, nah sekarang orangnya dong di service..", canda Kika.
"Iya deh.., mau service plus juga boleh..", kataku lagi.
"Apa tuh service plus?".., kasih contohnya dong..", pintanya.
"Wah kesempatan nih", pikirku sambil lebih mendekatkan tubuhku ke kursinya. Tanganku mulai kuturunkan ke samping lengannya dan terus menelusuri tangannya, bukan dengan pijatan tapi dengan menggeser halus jari-jari tanganku.
"Sssh.., geli deh Mas", rintih Kika yang membuatku makin bernafsu. Apalagi dari jarak yang makin dekat tercium harum tubuhnya yang alami itu. Segera kugeser kursiku ke sampingnya, kuangkat tangannya dari mouse dan mulai kudaratkan bibirku di jari-jarinya yang ramping terus bergeser ke atas. Kika nampak pasrah menyerahkan tangannya kuciumi sambil menggeliat pelan. Penisku kembali menegang merasakan kehalusan kulitnya yang putih bersih dan berbulu tipis itu. Kika menggelinjang hebat ketika ciumanku sampai di siku bagian dalamnya. Belum lagi Kika berhenti mendesah, langsung kupindahkan bibirku ke pipinya dan terus bergeser ke belakang telinganya. Sementara itu, posisiku yang kembali berada di belakangnya memudahkan tanganku bergerilya kembali. Melalui samping badannya, kedua tanganku bergerak perlahan ke depan hingga menyentuh kedua bukit dadanya.
"Mmh.., mmh..", rintih Kika ketika jari-jari tanganku kuputar-putar di sekitar buah dadanya yang masih terbungkus lengkap. Dari situ saja bisa kubayangkan bentuk buah dadanya yang indah. Tidak begitu besar tapi terasa kencang, bulat padat dan masih tegak. Sambil lalu kuremas-remas lembut kedua bukitnya, bibirku kuturunkan lagi ke samping lehernya yang jenjang. Kulitnya yang berkeringat melicinkan jalannya bibir dan hidungku menelusuri hingga ke tengkuknya yang bebas karena rambutnya yang diikat ke belakang. Harum parfum bercampur keringatnya di kulit tengkuknya yang halus dan berambut tipis itu kuhirup habis-habisan, sehingga membuat Kika makin sering menggeliat kegelian.