Dengan posisi memunggungi sang tamu, istriku rebah di pangkuannya dengan tangan-tangannya meraih leher lelaki itu. Dengan posisi macam itu hal yang paling gampang dilakukan sang tamu adalah merogoh blus, merangkulnya sambil tangan-tangannya memerasi susu putih lembut istriku.
Duduk berpangkuan macam itu memang tidak untuk diam, tenang. Duduk macam itu menuntut tubuh selalu bergerak merubah posisi agar keseimbangan tubuh terjaga. Istriku selalu menggeser pantatnya ke kanan atau kekiri atau maju atau mundur. Situasi macam itu, ditambah aroma parfum yang mengalirkan imajinasi erotis dari tubuh halus mulus, tangan yang menikmati empuknya buah dada perempuan haus, musik romantis sungguh menjadi katrol yang paling efektif untuk mendongkrak nafsu birahi si tukang madu. Dia menciumi ketiak istriku. Tangannya bergerak turun dan meremasi bibir vaginanya yang rasanya semakin mengencang.
Kontol lelaki itu tak bisa di tahan lagi. Celana pendeknya yang membuat terasa menjadi sempit dan menyakitkan dilepaskan kancing dan resluitingnya, sehingga barangnya langsung mencuat keluar menantang langit-langit ruang tamu. Istriku memang menantikan semua ini. Dia sigap turun dari pangkuan. Dia rebahkan tubuhnya untuk menjangkau dada lelaki itu. Bibirnya langsung menciumi dan menggigiti daging-daging gempalnya. Puting susunya disedoti dan jilat hingga kuyup oleh ludahnya. Lelaki itu mengerang-erang. Istriku semakin liar. Jilatannya naik ke ketiaknya. Hidungnya yang menyergap bau ketiak dia benamkan dalam cekungan berbulu milik sang tamu. Tak pelak lagi desah dan rintihan tukang madu bersahutan dengan desah dan suara-suara clup, clup, clup dari kecupan bibir istriku.
Mereka sudah memasuki ambang kenikmatan. Tangan kiri istriku memegang tongkat panas di selangkangan tukang madu dan mengocoknya. Daging panjang dan keras ini telah menjadi obsesi istriku yang mampu membuang kesetiaan pada suaminya yang telah dia pertahankan sepanjang lebih 20 tahun. Tetapi sekaligus yang juga membuktikan bisa memberikan kepuasan hingga menghadirkan 8 kali orgasme sejak 18 jam terakhir. Kali ini dia harapkan meraihnya kembali sebelum tukang madu ini pergi meninggalkannya.
Ya, 20 tahun dan 18 jam, sungguh tak bisa diperbandingkan. Selama ini orgasme baginya hanyalah semacam dongeng dari negeri tetangga, negeri teman gosip. Dia nggak mengimpikan untuk benar-benar meraihnya, mewujudkannya. Tetapi 18 jam terakhir ini .., sofa ini menjadi saksi, kamar mandi, dapur, kamar tidur, pakaian suaminya, makanan dari lemari es dan lainnya yang ada di dalam rumah ini bisa menjadi saksi. Orgasme itu bukan lagi impian. Orgasme itu telah menjadi kenyataan. Sekarang perselingkuhan istriku dengan tukang madu memasuki 19 jam. Mungkin dia akan meraihnya lagi hingga mencapai 10, 11 atau 12 kali sampai saatnya sang tamu pulang nanti.
Kali ini sang tamu sudah nggak bisa sabar. Dan inilah dambaan istriku, "lelaki yang menyerang". Diangkatnya tubuh istriku kepangkuannya menghadap punggungnya. Kulotnya yang telah lepas sejak tadi memudahkan lelaki ini menemelkan kepala kontolnya langsung ke lubang vagina istriku. Dan tidak terlampau sulit, bless.., kontol yang panjang itu langsung membenam. Dan istriku langsung merasakan adanya daging panas menembusi kemaluannya yang langsung saraf-saraf birahi dalam dinding vaginanya mencengkeram. Rasa kegatalan menjalar pada seluruh dinding itu. Dan saraf-saraf itu setiap kali memperketat cengkeramannya hingga sang tukang madu merasakan kontolnya seperti ditarik-tarik disedoti. Wwaadduuhh.., enak bangeett.., begitu yang dia desahkan.
Semua yang sedang berlangsung mendesak sang tamu untuk menyodoki kemaluan itu. Dari arah samping nyata banget bagaimana pantatnya berirama naik turun mengangkat beban pantat bahenol istriku yang juga demikian keenakkan hingga desahan dan rintihannya tak terbendung.
Genjotan yang terus menerus dan makin cepat mengocok dinding birahi dalam vagina membuat orgasme istriku hadir kembali untuk yang kesekian kali. Teriakkannya nggak bisa dicegah. Dengan wajah seperti kemasukkan setan, rambut yang awut-awutan dan tubuh yang terus menaik dan turunkan pantatnya mulutnya tak henti-henti meracau meneriakkan enaknya kontol lelaki itu.
Tapi kali ini sang tamu nggak lagi memberikan ampun. Pada kesempatan menjelang dia mesti keluar dari rumah ini dan kembali ke jalanan menjajakan madunya, dia justru mendapatkan dorongan nafsunya menggelora bagai gelombang tsunami yang menyerang pantai-pantai indah di lautan Teduh. Kontolnya terus dirangsang kegatalan yang amat. Dia masih jauh dari orgasmenya. Suara-suara istriku tidak menggoda untuk secepatnya menumpahkan air maninya. Dia terus memompa. Bahkan saat istriku meneriakkan tumpahnya cairannya, lelaki ini dengan cepat merubah posisi. Dia bangkit, istriku di tengkurepkan ke sofa kemudian ditindihnya. Tangannya langsung meraba kemaluan istriku untuk mengarahkan kontolnya kelubangnya. Dan kena. Kemudian kembali dia memompa. Cepat, makin cepat. Seluruh tubuh istriku bergoncang. Sofa itu juga bergoncang. Teriakan aduh-aduh istriku dia abaikan. Dialah sekarang yang kemasukkan setan.
Perilaku lelaki asing penjual madu ini sangat menyakitkan lubang vagina istriku. Tetapi aneh, pada kondisi macam itu tiba-tiba orgasme berikutnya datang. Dan menjelang kedatangannya itu, rasa pengin kencing yang mendesak telah menghapus semua rasa perih di dinding vagina. Kembali kenikmatan dia songsong dengan kembali menunjukkan goyangnya pada pantat dan pinggulnya. Kemudian dia cengkeram kuat-kuat kulit jok sofa. Orgasme itu meledak. Vaginanya membanjir. Bibir-bibir vaginanya berbusa oleh cairan yang terpompa keluar mengikuti keluar masuknya kontol lelaki itu. Diantara keringat yang membanjir dan sodokkan yang belum juga reda, istriku masih bisa mengingat, ini adalah orgasmenya yang ke sepuluh.
Tahu bahwa istriku kembali mendapatkan orgasmenya, sementara dia masih jauh dari kemungkinan menyemprotkan spermanya, diangkatnya pantat istriku.
Kini istriku nungging. Kepalanya bersandar pada bantalan sofa. Jari-jarinya berpegangan pada tepi jok dimana terletak lipatan jahitan kulit yang cukup tebal untuk dicengkeram. Terlintas ada kecemasan pada wajah istriku. Posisi macam ini tadi sewaktu bangun pagi sudah dilakukannya. Pada posisi begini hampir dia kehilangan kesadaran karena menahan kesakitan. Kini lelaki ini kembali menarik pantatnya agar dia nungging seperti tadi pagi.
Sepintas lelaki itu menjilati anusnya. Kemudian meludah. Diludahinya anus itu. Tak pelak lagi, dia akan menembusi duburku lagi, begitu batin istriku. Dia berusaha menolaknya, berontak dan menggeliat-geliat, keluar suara ketakutannya yang disertai permohonan untuk tidak melakukan pada lubang itu. Tapi mana mau dengar ..
Dijambak dan tariknya rambut istriku seperti menarik tali kekang kuda. Dan kata-kata itu meluncur; 'Diam anjing! Diam pelacur, perempuan murahan!!', sambil menarik lebih kuat lagi rambut istriku hingga lehernya mendongak persis anjing kampung yang kena jerat hansip. 'Kamu khan mau rasakan kontol gedeku, nih!', sambungnya. Dan dia lakukan itu. Nggak pakai gerakkan lambat lagi. Kali ini seperti menumjamkan pedang, kontol gede panjang itu langsung menembus dubur istriku.
Rasanya, istriku benar-benar kelengar. Mungkin hanya sekitar 3 detik. Saat duburnya menerima tusukkan kontolnya, rasanya seperti besi panas membara yang menembus pada lubang itu. Sepertinya ada suara trocos, trocos, trocos pada dinding analnya. Itu kemungkinan putusnya saraf-saraf lembut pada dinding peka itu.
Selanjutnya dia rasakan besi panas itu memompa menusuki anusnya. Dengan rambut yang menjadi tali kekang, lelaki itu ngentotin pantat istriku penuh kenikmatan. Suaranya terus mencaci dan mengumbar kata-kata kotor dan menghinakan. Dalam posis itu istriku masih bisa berfikir. Bukankah dia mau yang seperti ini?! Bukankah saat dia berdandan tadi hal seperti ini justru yang dia harapkan, dambakan. Dan sekarang sedang dia alami. Dihina, dicaci, dientot pantatnya. uuhh.. panasnya, pedihnya, pedasnya. Tapi saat-saat mendengar ucapan-ucapan kotor lelaki itu, ada yang dia merasa tidak mau dikalahkan. Dia merasa tidak mudah dikalahkan. Bukankah dulu dia biasa menghadapi tantangan?! Bukankah dia memang memiliki jiwa yang suka tantangan? Jiwa petualangan? Mana jiwa itu?
Ahh, yang berkembang berikutnya justru aneh. Cacian, hinaan dan rasa sakit pada dubur itu pelan-pelan dia terima. Dia terima sebagai tantangan. Dia terima sebagai hal yang seharusnya bisa dinikmati. Tiba-tiba adrenalinnya mengalir. Rasa takut dan sakitnya berubah menjadi semacam syarat yang memang sudah disiapkan sebelumnya untuk mencapai nafsu petualangannya. Kali petualangan seksual, penyelewengan dan pengkhianatan pada hal-hal yang selama ini dia cintai dan hormati sempurna sudah. Pada dasarnya dia melawan dirinya sendiri. Dan yang kemudian terjadi adalah sama sekali diluar jangkauan nalarnya. 'Ooo, amppunn..', lenguhnya hampir nggak terdengar. Dia mendapatkan orgasmenya yang ke sebelas. Kemudian menjatuhkan seluruh tubuhnya ke sofa saat lepas dari pegangan lelaki itu hingga tubuhnya merosot ke lantai.
Istriku benar-benar lemas sesudah orgasmenya yang terakhir ini. Dia betul-betul pasrah. Antara rasa kalah dan menang itulah adanya. Yang tersisa adalah lubang pantat yang tetap perih dan pandangan matanya seperti ngantuk yang berat sekali. Segalanya samar-samar. Terasa ada keringat yang mengalir dari dahinya, turun ke mata, kehidung, kemulut, dia jilat sedikit, kemudian tidak ingat lagi. Semuanya gelap, tenggelam dalam ketidak sadaran. Kantuk karena kelelahan dan kesakitan yang amat sangat menyerangnya membuat istriku langsung tertidur.
Ada tangan yang meraih wajahnya, dan suara itu, 'Ayoo, mbaakk, telann.. Minum pejuhku.., makan spermaku.., ayoo', terasa ada tangan yang menampari pipinya dan kemudian ada daging keras membulat yang mendorong-dorong ke bibirnya. Heran pada saat-saat seperti itu mulut itu masih siap menganga. Dalam keadaan setengah sadar itu istriku masih dikuasai obsesinya untuk menelan sebanyak mungkin sperma yang keluar dari lelaki tukang madu. Kecuali rasa hangat-hangat panas, mulutnya tidak lagi menangkap rasa lainnya. Dalam keadaan setengah sadar itu pula, lidahnya masih menari-nari menjilati ceceran sperma disekitar mulutnya dengan rakus. Bukankah setiap hal yang keluar dari tubuh pemilik kontol gede selalu bisa dinikmati, begitu samar-samar keyakinan dalam pikiran istriku saat itu. Sesudahnya, tangan-tangan yang meraih wajahnya tadi melepas begitu saja, hingga tubuh cantik itu rubuh ke lantai. Istriku kembali tertidur.
*****
Pukul 09.35, Rabu
Nggak tahu berapa lama ia merasa seperti tertidur dengan kelahan yang amat sangat. Masih menggeletak di lantai saat seseorang menggoyang-goyangkan tubuhnya, 'Mbak, mbaakk.., bangun makk.., saya mesti pulangg..'.
Dengan kelopak yang tetap memberat istriku bangun, melayang, dan samar-samar melihat tukang madu itu telah berpakaian lengkap. Dan itu adalah pakaiannya saat dia datang kemarin. Baju kotak-kotak dengan celana khakinya.
Dia jadi ingat semuanya. Pikirannya cepat kembali utuh. Dia bangkit pelan-pelan sambil yangannya bertumpu ke meja sofa, 'Ahh, sorry mass, aku ketiduran .., bentar ya mas..'.
Nampak terseok, istriku bangun dan bergegas ke belakang. Kekamar mandi untuk sekedar mengusap mukanya agar mendapatkan kesegaran dan matanya melek, kemudian ke kamar tidurnya.
Dia ambil beberapa lembaran uang dari dompetnya. Mencari amplop dari laci meja kerjaku dan memasukkan uang tadi kedalamnya. Kedepan menemuai tamunya, menyodorkan amplop itu. 'Ini mas, tinggal saja 5 botol untuk persediaan saya', 'Terima kasih ya, mau nemenin disini.. Mudah-mudahan madunya laris'. Begitulah istriku, pada saat seperti itu dia bisa saja tiba-tiba menjadi orang asing banget bagi siapapun. Dengarkan omongannya tadi. Tanpa emosi, tanpa basa-basi. Seakan nggak pernah terjadi apa-apa di antara mereka. Kering.
Untung tukang madu inipun cepat menyesuaikan diri. Dia juga sudah siap kembali ke dunia nyatanya. Diterima amplop itu, dihitungnya, uuhh.., ternyata jauh lebih dari harga yang semestinya, 5 lembar 100 ribuan. Tetapi dia ingin jujur saja, 'Bu, ini lebih.., cuma 100 ribu saja koq?!', 'Iyaa, nggak pa pa, buat nambahin ongkos jalan'. Sempat geli juga istriku, lelaki ini ternyata cepat kembali ke statusnya, dia kembali memanggil 'bu'. Dan pikirannya melintas sesaat, '19 jam kami saling menggumuli, nggak terlintas sedikitpun untuk saling tanya nama. Keasyikkan syahwat ternyata lebih merampas pikiran mereka. Tenggelam dalam nafsu birahi macam hewan, liar dan tak terkendali jauh lebih nikmat dari nama-nama. Perasaan tetap asing antara mereka sadar atau tanpa sadar mereka rawat. Dan kondisi macam itulah yang memberikan kekuatan mereka untuk berpacu dalam impian erotik tanpa batas.
Istriku sebentar menengok jalanan dari kaca jendela, sepi. Orang-orang pada ke kantor, para istri di dapur. 'Ok, mas, selamat jalan.., mumpung sepi nihh..!'. Tukang madu itu paham, bergegas, diraihnya botol madu sisanya, keluar, kejalanan. Sebentar dia tengok ke kaca jendela. Dia nggak bisa lihat ke dalam silau. Kemudian dia melihat ke depan. Pikirannya langsung kembali, rumah berikutnya mana yang mau ditawarin madu hari ini?! Ahh, sebaiknya dia cari makan dulu. Kerja keras sejak kemarin belum diimbangi makan yang cukup. Makanan orang gedongan nggak membuatnya kenyang.
*****
Pukul 09.45, Rabu
Dan istriku dengan langkah-langkah terseok menuju ke kamar tidur dan langsung melemparkan tubuhnya ke kasur. Berharap rasa pedih pada vagina dan duburnya sudah sembuh saat bangun nanti. Masih sempat berhitung sebelum terlena, edan, 20 tahun nggak bias kuraih dari suami, 19 jam dengan lelaki tak kukenal kudapatkan 11 kali orgasmeku. Wajah lembut itu pipinya menyentuh bantal lembut, dari bibirnya menyungging senyum memasuki mimpinya.
Jakarta, Maret 2003