Kini irama percumbuan sudah berganti menjadi upaya intensif untuk secepatnya meraih puncak kenikmatan. Mulutku meracau hebat menahan derita dan sekaligus siksaan yang nikmat. Pantatku naik turun menjemput jari-jari Pak Anggoro agar lebih intens mengocok nonokku. Tangan kiriku meremas belikat dan ketiak Pak Anggoro yang penuh bulu. Dan Pak Anggoro dengan tenang dan dinginnya terus melahap dadaku, payudaraku, puting-puting payudaraku sekaligus jari-jari tangan kanannya merogoh liang vaginaku dan mengorek-orek saraf-saraf pekaku di dalamnya.
Tiba-tiba perasaan ingin kencing-ku hadir. Ini hebat sekali. Kami belum melepas selembar pakaianpun dari tubuh. Tanda-tanda aku akan kembali meraih orgasmeku dimulai dengan perasaan kencingku yang seperti ini. Seperti perasaan yang sama saat aku disetubuhi Rendi, Burhan, Wijaya dan Basri kemarin, rasa ingin kencingku ini sangat mendesak-desak datang dari dalam vaginaku. Mungkinkah aku akan meraih orgasme hanya dengan ciuman dan permainan jari-jari tangan Pak Anggoro?
Pak Anggoro sangat pengertian akan apa yang sedang berlangsung pada diriku. Dan beliau pasti juga sangat tahu bagaimana cara menyelesaikannya. Beliau biarkan tangan-tanganku yang liar mencubit dan mencakar-cakar tubuhnya. Beliau bebaskan aku untuk mendesah dan merintih sekeras-kerasnya. Beliau penuhi keinginanku akan jari-jarinya agar lebih menembus lagi dalam-dalam ke liang vaginaku. Beliau tingkatkan sedotan, ciuman dan jilatannya ke ketiakku, ke dada ranumku, ke payudaraku, ke puting-putingku. Dan aku kini bak kuda betina yang penuh kelaparan dan kehausan.
Sampai dengan saat, yang pada akhirnya, orgasmeku datang, kuangkat pantatku tinggi-tinggi. Kakiku bergerak kesana kemari merangsek apapun yang bisa kujadikan tempat pijakan agar cairan birahiku bisa tumpah tanpa hambatan. Tangan kananku meraih, meremas dan nyaris merobek kemeja Pak Anggoro. Aku berteriak sekeras-kerasnya dalam kamar President Suite yang sangat mewah dan kedap suara itu. Dan akhirnya, cairanku, cairan birahiku, air mani keperempuananku meledak, membanjir panas membasahi tangan-tangan Pak Anggoro, tanpa lagi ada yang mampu membendungnya.
Yang kuingat setelahnya hanyalah aku merasakan tubuhku diangkat ke kasur dan di telentangkannya dengan kaki-kakiku tetap terjuntai ke karpet kamar mewah ini. Kulihat sepintas Pak Anggoro menjilati tangan kanannya yang basah oleh cairan birahiku. Kemudian beliau membungkukkan tubuhnya, kepalanya dia benamkan ke selangkanganku dan tenggelam ke celana dalamku. Aku rasakan kemudian mulut Pak Anggoro menyedoti basahnya celana dalamku dan menjilati cairan-cairanku. Aku biarkan, sementara sambil menikmati derasnya cairan yang belum kunjung habis, terasa nonokku mengempot-empot memompa dan memeras cairanku agar keluar dengan tuntas. Aku menarik nafas panjang. Kumaklumi bahwa Pak Anggoro masih menapaki nafsunya dan masih jauh dari puncak kenikmatannya. Aku juga ingat kata seorang temanku bahwa perempuan seperti aku bukan tidak mungkin meraih orgasme secara berturut-turut berkesinambungan, multiple orgasm.
Saat darahku sudah sedikit mereda, kesadaranku akan kehadiran Pak Anggoro telah pulih secara utuh, sementara aku yakin dengan kemungkinan multiple orgasm itu, kuraih bahu Pak Anggoro ke atas tubuhku. Kuraih tubuhnya agar menindih tubuhku. Kucoba kuraih celananya, kulepas ikat pinggang dan kancing-kancingnya. Pak Anggoro tahu keinginanku yang juga memang keinginannya pula. Dengan celananya yang masih setengah merosot hingga ke pahanya, dia mengeluarkan kontolnya dari celah celana dalamnya. Aku sempat sekilas melihatnya. Ukurannya tidak luar biasa. Biasa-biasa saja. Sedikit lebih kecil daripada kontol Basri tetapi yang pasti lebih besar daripada kontol Mas Adit suamiku. Kontol Pak Anggoro sangat tegang dan keras. Dalam usia beliau, mungkinkah dia menggunakan obat-obatan khusus agar kontolnya bisa ngaceng sebegitu rupa?
Aku merenggang melebarkan pahaku. Nonokku telah siap menerima tusukan kontol Pak Anggoro. Setelah beliau menempelkan kepalanya tepat pada lubang vaginaku dari celah celana dalamku yang sebelumnya dikuaknya, direbahkannya tubuhnya ke tubuhku. Tubuhku menggeliat hebat saat disentuh bulu-bulu yang tumbuh di sekujur tubuhnya. Tubuhku yang lembut dan halus serta relatif kecil ditindih dengan tubuh Pak Anggoro yang putih gempal penuh bulu-bulu. Perasaan merinding langsung merasuki sanubariku. Gelombang nafsu birahiku dengan cepat kembali melandaku. Kontol yang mulai didesakan ke memekku terasa menembus lubang vaginaku. Aku menjerit kecil. Selanjutnya Pak Anggoro mulai mengayun.
"Jeng Marinii.., Jeng Marinii, Jeng Marinii, Jeng Marinii..", dia mendesah dengan memangil-manggil nama asliku.
Begitu terus berkepanjangan setiap kali kontolnya dengan pelan masuk dan dengan pelan pula ditariknya keluar. Cara seperti itu terus terang sangat menyiksa birahiku. Aku meracau. Mataku membeliak-beliak. Kepalaku menggoyang ke kanan dan ke kiri menahan nikmatnya tusukan. Dan rasanya aku kembali ingin kencing. Kuisyaratkan pada Pak Anggoro agar ayunannya dipercepat. Pantatku menggelinjang-gelinjang naik turun ingin mempercepat ayunan dan pompaan kontol Pak Anggoro ke memekku. Apakah aku akan merasakan yang namanya multiple orgasm?
Genjotan Pak Anggoro semakin dipercepat. Bibirnya langsung mencaplok bibirku. Aku kembali menikmati ciuman hebat Pak Anggoro. Lidahnya yang besar itu menyeruak ke rongga mulutku, mencari ludahku, mencari lidahku. Aku berikan semuanya. Aku mengimbangi genjotannya dengan memutar-mutar pantatku dengan bayangan dan harapan bahwa kontol Pak Anggoro akan lebih menghunjam dan menikam memekku dengan lebih keras. Keinginan dan desakan kencing dari dalam vaginaku tak mampu lagi kutahan. Aku menjadi sangat haus.
"Aaahh, Pak Anggoroo.., ludahi mulutku Paakk, aku hauuss, oohh.."
Setelah sadar nanti aku tidak habis heran, dari mana keinginan mulutku untuk diludahi Pak Anggoro. Aku terus mengangakan mulutku. Aku lihat di bibirnya, Pak Anggoro membuat gumpalan-gumpalan air liur untuk diludahkan ke mulutku. Dan setiap gumpalan yang jatuh kukecapi kemudian kutelan. Berkali-kali gumpalan itu jatuh dari mulutnya dan kutelan. Birahiku meledak, meletup-letup dan mendongkrak seluruh tubuhku. Genjotan kontol Pak Anggoro serta ludah-ludahnya yang dijatuhkan ke mulutku membuatku kehilangan kendali. Orgasmeku telah kembali muncul di ambangnya. Dan Pak Anggoro sendiri kurasakan juga sudah mencapai ambangnya. Kontolnya terasa semakin sesak memenuhi rongga vaginaku. Saraf-saraf pekaku pada dinding vaginaku terus memijat dan meremas batangan kontol itu. Dan isyarat terakhirpun akhirnya muncul.
Dengan pagutan keras serta jambakan pedih pada rambutku, kontol Pak Anggoro menyemburkan lahar panas di dalam vaginaku. Kedutan-kedutan besar kurasakan memompa keluar seluruh cadangan air mani dari kandungannya. Air mani Pak Anggoro terasa sangat kental dan legit. Entah sebanyak apa yang tumpah ke kemaluanku itu. Dan yang kemudian aku rasakan sangat luar biasa hebat adalah, pada saat bersamaan, multiple orgasm-ku juga muncrat tak tertahan. Berjuta rasanya. Lebih dalam dan lebih memeras nikmat daripada yang pertama, dengan tanpa mengurangi kenikmatan yang pertama tadi.
Kukuku menancap dan telah membuat punggung Pak Anggoro sedikit terluka. Pak Anggoro tidak mempersalahkan nafsuku yang menggila itu. Kami berpacu dalam dera nikmat tak terhingga hingga nafas kami mereda. Keringatku bersimbah walaupun AC kamar mewah ini sangat dingin. Kami langsung rebah. Sepi. Kecuali nafas-nafas panjang kami.
Untunglah, akhirnya suhu dingin AC kamar mewah ini menyelimuti tubuh-tubuh kami yang baru saja terbakar, hingga dengan cepat kami merasakan kesegaran kembali. Keringatku akhirnya hilang. Kami terlelap dalam nafas dan jiwa yang sangat lega. Hening.
Aku terbangun saat kurasakan ada yang menyibakkan wajahnya di selangkanganku, di nonokku. Rupanya Pak Anggoro sedang menjilati kemaluanku. Dia menyedot cairan-cairan di dalamnya. Kali ini cairan campuran antara milikku dan miliknya sendiri. Rupanya hal demikian bukan jadi masalah bagi Pak Anggoro yang nampaknya termasuk kategori "pengejar kenikmatan" ini. Dan kulihat juga, ternyata kontolnya belum juga surut dari ereksinya. Aku jadi teringat, mungkin itu karena pengaruh obat perangsang seperti Viagra, barangkali.
Dia tahu bahwa aku terbangun. Aku mengelus kepalanya. Kubiarkan dia memuaskan dirinya. Bahkan aku membantunya dengan cara mengeluarkan desahan-desahan. Orang seusia Pak Anggoro akan peka terhadap desahan perempuan seperti aku yang usianya sama dengan usia anaknya. Itu memang fantasi seks orang-orang seumurnya. Menyetubuhi daun-daun muda dan masih mampu menunjukkan kejantanannya dan bahkan masih mampu membuat perawan mudanya blingsatan menahan nikmat.
Aku lihat kini tangannya meremas kontolnya sendiri. Ah.., aku jadi iba. Aku tiba-tiba merasa bersalah. Apakah aku belum sepenuhnya memberikan kepuasan padanya. Sementara dia telah memberikan kepuasan padaku. Aku telah dibuatnya orgasme berturut-turut sebanyak 2 kali, sesuatu yang tak pernah kudapatkan dari Mas Adit suamiku. Aku harus menolongnya. Aku mencoba beringsut menjangkau tubuhnya, kakinya. Tanpa melepas sedotan bibirnya pada vaginaku, aku berusaha menindihkan tubuhku dan mendekatkan wajahku ke selangkangannya. Aku mainkan hubungan gaya 69 untuk Pak Anggoro.
Nampaknya Pak Angoro langsung menikmati apa yang kulakukan padanya. Desahannya langsung kudengar. Desahan yang tersendat-sendat, setiap kali aku melakukan jilatan ataupun isapan pada kontolnya, pelirnya, jembutnya atau yang lain lagi di sekitar selangkangannya. Aku lakukan dengan sepenuh nikmat yang bisa kurasakan dan kudapatkan. Selangkangan Pak Anggoro yang sangat bersih, putih dengan bulu-bulu di pahanya, aromanya, sangat merangsang birahiku. Aku menciumi dan menjilati selangkangan dan kontol Pak Anggoro dengan nafsu binalku. Dan ketika saatnya datang, Pak Anggoro bangkit. Tubuhku dibangunkannya dan disenderkannya ke "back-drop" tepian ranjang hotel itu. Diberikannya bantal pada punggungku. Kemudian dia turun ke lantai mendekatkan selangkangannya kepadaku. Tepat di wajahku. Dengan kaki kirinya naik ke kasur dan kaki lainnya tetap di lantai, dia sorongkan ujung kontolnya ke bibirku. Dia menginginkanku mengulum kontolnya. Dia ingin memompa mulutku. Aku langsung melahap kontolnya. Aku ingin Pak Anggoro mendapatkan kepuasan dari layananku. Aku ingin tunjukkan padanya bahwa aku juga mampu memberikan yang terbaik dari yang terbaiknya yang pernah dia dapatkan dari orang lain.
Aku terus mengulum sambil menggenggam kontolnya agar tetap pada lubang mulutku. Kemudian sesekali kukeluarkan dan kusapu kepalanya dengan lidahku. Dengan membeliak sambil mendongakkan kepalanya ke langit-langit kamar mewah ini serta menikmati kulumanku, pantat Pak Anggoro maju mundur mendorong kontolnya untuk merespons pompaan mulutku. Desahan nikmatnya terus datang bertubi. Tangannya meraih kepalaku untuk memastikan bahwa mulutku selalu mengulum kontolnya. Tangan kananku berpegang pada pahanya yang berbulu lebat itu. Aku masih merinding setiap kali tanganku menyapu bulu-bulu itu.
Aku merasakan betapa Pak Anggoro sangat menikmati posisi ini. Beberapa kali jari-jari tangannya mengelus bibirku yang monyong karena kontolnya yang menyesaki mulutku. Dia elus-elus bibirku. Mungkin dia melihat dan menikmati keindahan yang kontras dari sebuah bibir cantik, lembut dan mungil milikku ini dengan kontol miliknya yang kaku penuh urat-urat yang dengan kasarnya menyesaki mulut itu. Akhirnya kurasakan kedutan besar dari kontol Pak Anggoro. Spermanya memancar dari kantongnya. Aku akan selalu mengenang saat-saat seperti ini. Kedutan inilah yang selalu kunantikan dan kurasakan nikmatnya pada tanganku yang menggenggamnya. Kedutan ini berasal dari saluran besar berupa pipa urat spermanya yang terpompa keluar dikarenakan desakan birahi yang sudah sampai di puncaknya. Kedutan pertama disusul dengan kedutan kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam sampai ke tujuh.
Bersambung ...