Harry sedang asyik bekerja di ruang gelapnya ketika tiba-tiba terdengar dering telephone. Diangkatnya telephone tersebut. Ternyata dari rekannya sesama fotografer, Agung, yang entah mengapa sering disapa dengan sebutan HL. Selain berprofesi sama, mereka berdua juga menjadi dekat karena sama-sama merupakan cowok gay. Hanya saja kedekatan mereka tidak berkembang ke arah yang lebih intim karena kebetulan keduanya sama-sama 'top'. Mereka sering saling menghubungi terutama untuk bertukar informasi soal cowok. Kebetulan selera mereka berdua sama: cowok cute bertubuh ramping dan mulus (tidak terlalu berotot). Sudah beberapa kali mereka berdua meniduri cowok-cowok model mereka.
"Hello, Harry di sini."
"Hi Har! It's me."
"Hi what's up Man?"
"Good! Listen, kamu masih ingat cowok imut yang dua akhir pekan lalu kita lihat di mall? Yang duduk sendirian di cafe?"
"Sure! Ada apa dengan dia?"
"Dia ada di studioku saat ini. Aku bertemu dengannya lagi kemarin sore, hanya saja aku lupa memberitahumu. Aku berhasil membujuknya untuk menjadi modelku. Believe it or not, aku tidak perlu terlalu meyakinkannya, dia tampak antusias dengan tawaranku menjadi modelnya. Aku tidak heran if he turns out to be.."
"Jangan terlalu yakin Man! Bisa jadi dia adalah intel yang menyamar yang justru sedang berusaha menjeratmu. Anyway, better be careful than sorry! Dia juga belum tentu seperti dugaanmu."
"Don't worry, I know what must be done. I won't make the first move. Tapi aku yakin aku tidak salah. Aku mempercayai naluri gayku dan selama ini naluriku belum pernah menyesatkanku. Lagipula jika cowok secute dia straight, mungkin sudah saatnya kita pensiun dari dunia kita. Ya sudahlah, aku cuma mau memberitahu dirimu soal ini. Oh, ya, namanya Gideon, by the way."
"OK, have fun with him! Talk to you later," ujar Harry menyudahi pembicaraan tersebut.
HL menyiapkan peralatan fotografinya segera setelah pembicaraan lewat telephone tersebut usai. Sementara itu di ruang sebelah Gideon sedang memilih-milih kostum yang tersedia.
"Kostum mana yang harus kukenakan?" gumamnya pada diri sendiri.
"Aku tidak boleh salah memilih kostum atau aku akan memberi kesan bahwa aku mudah didapat."
"Are you ready?" terdengar suara HL berseru dari ruang sebelah.
"Just a minute!" balas Gideon.
"Hmm.. Bagaimana dengan football shirt warna kuning itu? Dan celana pendek warna putih ini? Sporty look, hope he likes it."
Sebelum melanjutkan cerita ada baiknya kita mengetahui bagaimana rupa tokoh-tokoh kita. Gideon bertubuh sedang, tidak begitu tinggi, namun kelihatan fit, ini mungkin disebabkan kegemarannya berolah tubuh. Kulitnya putih dan licin, hampir tak ada bulu yang tumbuh di tubuhnya. Sebaliknya HL bertubuh tinggi besar. Kulitnya yang gelap ditambah cambang yang tumbuh di wajahnya membuat penampilannya macho namun menimbulkan kesan garang pada yang memandangnya. Dia senang mengenakan pakaian ketat yang dapat menonjolkan lekuk-lekuk kejantanannya.
Gideon keluar dari kamar mengenakan kostum yang dipilihnya. Jantungnya berdegup keras memikirkan bahwa dia hanya berdua dengan HL di ruangan itu. Dia menyadari bahwa setiap saat, sesuatu yang erotik dapat terjadi antara dirinya dengan fotografer macho di hadapannya. HL sendiri dalam hati mengagumi penampilan Gideon yang fit sekaligus cute. Tidak ada kesan feminin dalam diri Gideon walaupun wajahnya imut.
"Bisa kita mulai sekarang sesi pemotretan kita? Anda sudah pernah menjadi model sebelumnya?" tanya HL.
"Belum, tapi saya sudah lama menanti tawaran seperti ini jadi saya bersedia mempelajari hal-hal baru dan siap jika nanti diminta berpose yang sulit," jawab Gideon.
"Kalau begitu kita mulai sekarang. Relax saja, jika anda tegang hasilnya tidak akan maksimal. Coba pose anda yang paling relax," HL memberi pengarahan.
Mereka berdua asyik bekerja. HL terus memberikan pengarahan sementara Gideon berusaha mengikuti petunjuk yang diberikan HL. Setelah beberapa kali pengambilan, HL menyuruh Gideon menanggalkan pakaiannya. Agar terlihat lebih seksi, begitulah alasan yang diberikan HL. Gideon menurut meskipun perasaannya agak jengah harus bertelanjang dada di hadapan cowok semacho HL yang menarik hatinya.
Pengambilan gambar kembali berjalan. Kali ini justru lebih lancar karena Gideon sudah merasa lebih relax daripada sebelumnya. Pose-pose sulit yang diminta oleh HL dapat dilakukannya. HL juga lebih bersemangat melakukan pemotretan. Dia menikmati ke'fit'an tubuh Gideon yang dipertontonkan kepadanya. Pose demi pose diambilnya sambil otaknya terus berputar mencari jalan agar dapat melakukan pendekatan lebih jauh pada Gideon agar dapat bermain cinta dengannya. Dia memang sudah bertekad meniduri Gideon apa pun resikonya.
Setelah beberapa saat HL meminta Gideon menanggalkan juga celana pendeknya. Dia meminta Gideon berpose telanjang. Gideon tentu saja tertegun mendengar permintaan ini, namun karena sudah menduganya (dan memang sedikit mengharapkannya), dia pasrah saja menuruti permintaan sang fotografer.
Gideon berdiri telanjang di hadapan HL. Dia berusaha tetap bersikap relax. Tidak ditutup-tutupinya penisnya yang tergantung setengah tegak di tempatnya. HL sendiri juga tidak menunjukkan perubahan sikap. Dia terus mengambil gambar Gideon.
"Ya bagus, tetap pada posisi seperti itu!" kata HL seraya mengacungkan jempolnya memuji pose yang dipilih Gideon.
Gideon berganti pose. Kali ini dia menonjolkan pantatnya. HL kembali memberikan pujian atas pose tersebut (dan atas pantatnya, namun dilakukannya dalam hati). Lama kelamaan HL menjadi tergiur oleh pose-pose yang diberikan oleh Gideon. Tubuhnya berkeringat menahan gejolak birahi dalam dirinya. Ada tonjolan besar menyembul dari balik celana jinsnya yang ketat. Akhirnya dia mengambil tindakan.
"Bagaimana jika saya oleskan baby oil pada tubuh anda agar pose anda terlihat lebih menarik lagi?" tanya HL. Saat itu Gideon menyadari sesuatu yang erotik akan segera terjadi.
"Silakan!" Gideon memberi izin kepada HL.
HL mengambil baby oil dan mendekati Gideon. Dituangkannya baby oil itu ke telapak tangannya dan mulai menggosok dan memijit tubuh cowok tersebut. Gideon diam saja, menikmati sentuhan-sentuhan yang diberikan HL. Sesaat kemudian, entah siapa yang memulai, Gideon dan HL tampak asyik berciuman, berpagutan bibir. Mereka saling menjulurkan lidah ke dalam mulut masing-masing. Mereka berciuman mencurahkan perasaan masing-masing. HL melepas kaus putih yang membalut ketat tubuhnya. Dalam keadaan bertelanjang dada dengan bulu-bulu yang tumbuh di dadanya, HL tampak sangat gagah dan perkasa di mata Gideon.
Mereka meneruskan bermesraan. HL memeluk pinggang Gideon dari belakang, bibirnya menciumi bagian belakang telinga, leher, punggung, dan bahu Gideon. Gideon memejamkan matanya menikmati perlakuan tersebut. Cambang HL yang menyentuh kulitnya yang telanjang menggelitik dan menimbulkan sensasi yang nikmat. Dilingkarkannya tangannya pada leher HL. Dia menengadahkan kepalanya. HL kembali menciumi bibirnya.
Gideon membalikkan tubuhnya. Kini mereka saling berhadapan dan tetap berciuman. Tangan HL mengelus kedua bongkahan pantat Gideon. Mereka berdua sama-sama menikmati ciuman tersebut. Gideon menikmati ciuman tersebut karena inilah kali pertama seorang pria (dan pria yang tampan) mendekatinya secara seksual. HL menikmatinya karena memang sudah mengincar Gideon sejak pertama melihatnya.
"Hmm.. Bibirmu memang nikmat untuk dicium, Sayang," bisik HL.
"Dan ciumanmu sungguh seksi," balas Gideon.
Gideon mendorong tubuh HL sampai terduduk di kursi. Kini giliran dia memeluk HL dari belakang. Diremas-remasnya dadanya yang keras berisi. Bibirnya mendaratkan ciuman pada leher dan punggung HL. Sesekali dipilinnya tetek HL. HL mengerang setiap kali Gideon melakukan hal ini.
HL menyenderkan tubuhnya ke belakang dan tangannya memeluk leher Gideon. Sepasang ketiaknya yang berbulu lebat, selebat cambangnya, terbuka lebar. Mata homo Gideon terbelalak menyaksikan pemandangan yang sedemikian indah. Timbul hasratnya untuk menciumi dan menjilati sepasang ketiak itu. Mula-mula ditariknya bulu-bulu ketiak HL. Kemudian dia berbisik di telinga HL..
"Sayang, boleh ya aku mengerjain ketiakmu?"
"Anything you like, Honey," jawab HL.
Mendapat lampu hijau dari HL, Gideon segera bertindak. Dibenamkannya wajahnya pada lipatan ketiak HL. Keringatnya yang beraroma jantan dan tajam menusuk hidung Gideon hingga membuatnya mabuk kepayang. Lidah Gideon menyapu membasahi lipatan ketiak HL. Digigit-gigitnya bulu-bulu yang tumbuh lebat di sana bagaikan domba yang merumput. HL melenguh hebat.
"Goddamn it! You really know what you're doing," erang HL mengerang menahan rasa nikmat yang merayapi tubuhnya.
Puas menggarap ketiak HL, Gideon beralih mengerjai kedua teteknya yang mencuat tegang. Dihisapnya kuat-kuat puting HL yang berbulu bergantian kiri dan kanan. Lidahnya memulas-mulas sambil sesekali menggigit kecil tetek HL.
"Oww Baby! Suck my nip (nipple = tetek), suck it hard!" HL kembali mengerang.
Gideon mengisap tetek HL sampai cukup lama. Ketika dia selesai, tetek HL membengkak dan berwarna kemerahan. HL merasa agak sakit ketika Gideon memilinnya, namun kenikmatan yang diterimanya membuat rasa sakitnya tertahankan. Mereka kembali berciuman.
"Now for a real treat." ujar HL sambil melepaskan ikat pinggangnya.
Bersambung . . . . .