Hari-hari terus berlalu, hingga aku betul-betul merasa sehat. Malam ini adalah malam ke-5 dimana aku menginap di apartemen mewahnya Steve. Saat itu aku sedang membaca-baca buku pelajaran sekolah, agar tak ketinggalan, sambil tengkurap diranjang. Steve yang habis mandi keluar dari kamar mandi dan menimbulkan bau harum yang sensasional sekali. Aku menoleh kearah Steve, begitupun sebaliknya. Dia tersenyum manis sekali padaku. Sambil masih mengenakan lilitan handuk dipinggangnya, ia mendekatiku. Dibawah keremangan lampu baca, aku dapat melihat tubuh atletis Steve yang menawan. Memang tidak seperti Indra yang berotot bagaikan binaraga, tapi Steve memiliki lekuk tubuh yang begitu sexi dan tonjolan otot-otot yang seimbang. Tubuhnya putih mulus, bersih dan wangi sabun mahal. Otot dadanya tersembul sexi sekali, dengan puting susunya yang tegang berdiri kemerah-merahan. Ingin sekali rasanya aku meraba tubuhnya yang begitu bagus.
"Don, kok kamu bengong gitu sih ngelihat aku? Kenapa..?"
"Mmh, nggak kok nggak kenapa-kenapa", jawabku sambil membalikan badan terlentang tepat menghadap kearahnya.
"Steve.. mmh.. kamu cakep yah", kataku polos dan tak sadar dengan apa yang kuucapkan barusan.
"Kamu juga.. kalau nggak, mana mau aku bawa kamu kesini", katanya nakal.
"Kamu jangan ambil pusing dengan anak-anak badung itu ya, mereka memang kalau mengerjai orang suka agak kelewatan, dulu aku juga dibegitukan, sama seperti kamu"
"Mmh maksud kamu..?", tanyaku.
"Mereka sengaja menentukan siapa-siapa saja yang berhak menjadi anggota geng mereka, dengan catatan anak tersebut harus difucking terlebih dulu oleh mereka ber-3"
"Hah..?", kataku serasa tak percaya bahwa mereka benar-benar kelainan.
"Kamu marah sama mereka Don?", tanya Steve.
"Mmh nggak kok, sebenarnya.. mmh.. aku.. mmh, aku"
Steve hanya nyengir mendengar jawabku yang terbata-bata itu.
"Oke oke, kamu nggak perlu lanjutkan, aku sudah tahu kok. Dari cara kamu memandangku saja aku sudah tahu kalau kamu sebenarnya juga suka sama cowok kan?", tanyanya langsung menembak kesasaran.
Setelah berkata-kata itu, tiba-tiba Steve menduduki perut bawahku dengan mengangkangkan kakinya, ia mulai membuka lilitan handuk putihnya. Seperti tersihir, aku terbujur kaku menyaksikan pemandangan yang hampir-hampir aku tak percaya bahwa ini bukan mimpi. Lilitan handuk itupun terlepas, dan Steve mulai membuka lipatan sampingnya kearah selangkangannya.
"Don, kamu suka aku?"
Aku hanya bisa mengangguk kecil dan berkata, "Steve, selama ini kamu hanya hadir dalam mimpi-mimpiku, mungkinkah ini semua nyata?"
"Kita lihat saja malam ini, apakah ada chemistry antara kamu dan aku".
Sambil berkata demikian, Steve menbuka handuknya. Tersembulah keluar sebuah batang burung diantara lebatnya bulu-bulu halus disekitarnya. Jembut Steve ternyata lebih lebat dibanding punya Jo. Sama seperti Roger, Steve juga belum disunat.
Telapak tangannya diselusupkan dibalik kaos longgarku. Telapak tangannya meraba-raba perutku, dengan halus dan lembut sekali, diarahkannya ke dadaku. Dicarinya 2 buah puting kenikmatan, kemudian dirabanya dengan arah berputar. Sesekali dicubitnya putingku dengan lembut. Arghh.. arghh.. aku menggelinjang keenakan. Udara dingin AC, membuat bulu kudukku jadi merinding dan hal ini membuat birahiku tambah memuncak. Kulihat kontol Steve pun sudah mulai berdiri dari sarang jembutnya. Kuarahkan tanganku, namun tidak langsung kekontolnya, ke arah dadanya. Kupegang dadanya dengan ke-2 telapak tanganku dan kupijit lembut puting susunya.
Bagai kesetanan, Steve langsung membenamkan kepalanya masuk dalam sela-sela kaos longgarku. Arghh.. arghh.. birahiku semakin memuncak, tatkala kurasakan lidahnya mulai menjilati putingku, digerak-gerakkannya lidahnya memutar kesana kemari dan kadang diakhiri dengan gigitan lembut diputingku. Akhirnya dia membuka kaosku, celana karetku pun dipelorotkannya dengan mudah. Karena aku tidak pakai underwear, jadilah aku langsung bugil dengannya saat itu.
Steve begitu lembut dan gentle memuaskan nafsunya kepadaku. Kontolnya dan kontolku bertemu dibawah sana. Dengan gerakan agak memutar, digenjotnya pantatnya ringan, sehingga membuat gesekan halus pada kontolku. Jembutnya yang lebat dan halus itu serasa menggelitik selangkanganku.
Tanganku yang tadinya asyik memainkan puting susu dan otot perutnya, diambilnya dan diarahkannya kebawah kepalaku. Ditekannya pangkal lenganku. Dijilatinya ketiakku, disapunya dengan lidahnya dari putingku sampai ketiak. Beberapa kali dilakukannya sampai akhirnya Steve mendaratkan ciuman dahsyatnya kepadaku. Digigitnya bibir bawahku, diemutnya dan disedotnya masuk kedalam mulutnya yang hangat dan lembut itu. Lidahnya memasuki rongga mulutku, disapunya gigi, gusi dan langit-langit mulutku dengan lidahnya. Rasanya geli dan nikmat sekali. Beberapa kali dibenamkannya lidahnya jauh memasuki mulutku, hingga kurasakan lidahnya menari-nari desekitar amandelku. Pangkal lenganku masih dipegangnya dengan kuat, dan sambil menciumku, pinggang Steve juga digerak-gerakannya sehingga kontolku semakin menegang sama seperti miliknya. Aku benar-benar larut dalam permainannya yang begitu menakjubkan. Halus, lamban dan mendebarkan.
"Don, kamu mau nggak hisap punyaku?"
Tanpa jawaban, kuraih kontolnya yeng 16 cm itu dengan tanganku. Kugenggam halus dengan gerakan agak mengocok. Kontol itu sudah sangat tegang. Saat kuturunkan kulit kulupnya, ia melenguh keenakkan. Dan seperti sudah dikomando, Steve pun langsung mengangkat bokongnya yang dari tadi menduduiki perutku, dan diarahkannya kontol itu mendekati bibirku. Kujilati permukaan kepala kontolnya, kujilati lubang kencingnya, kujilati urat penutup kulitnya, bahkan beberapa kali kugigit ujung kulupnya sambil kumasukan ujung lidahku kesela-sela antara kulup dengan kepala kontolnya.
Seolah tak sabar lagi, kuangkat kepalaku dan semakin mendekat ke jembutnya yang halus. Kulumat semua kontolnya dan kumasukan seluruhnya kedalam mulutku sama seperti Indra saat memompa kontolnya kemulutku. Steve mengerang keenakan. Dan dengan gerakan maju mundur dia mulai memompa mulutku dengan kontolnya tersebut. Beberapa kali kurasakan precum nya keluar dan langsung kujilat habis.
Steve kemudian mengangkat pinggangnya dan dia berganti posisi merebahkan dirinya diatasku, sehingga membentuk posisi 69. Kami sama-sama menikmati kuluman dan kontol masing-masing. Kurenggangkan selangkanganku supaya dia dapat leluasa menjilati biji dan selangkanganku. Beberapa kali kutahan pejuku supaya jangan keluar terlebih dulu. Steve mulai menelusupkan tangannya ke bawah pantatku. Dia merenggangkan pantatku. Sambil terus menghisap kontolku, ditariknya pantatku berlawanan arah. Hal ini membuat anusku sedikit megar dan dengan ludahnya dia mulai menggosok-gosokan jarinya disana.
Kini Steve asyik memompa mulutku dengan burungnya, dan tanganya menarik pantatku kearah yang berlawanan. Sambil demikian, dijilatinya lubang anusku, mulai dari bijiku lalu turun sampai di anusku. Dengan menggunakan gel yang sudah dipersiapkannya, dioleskannya keanusku dan jari tengahnya mulai dimasukannya perlahan-lahan. Tak seperti yang kualami bersama dengan Indra, kali ini sama sekali tidak terasa sakit. Bahkan sebaliknya, aku merasakan gejolak birahi yang amat sangat.
"Arghh.. arghh", aku hanya bisa mendesah keenakkan.
"Sakit nggak Don?', tanyanya.
"Arghh.. nggak Steve, terus Steve.. terus.. arghh"
Sepertinya Steve tahu kalau aku benar-benar sudah siap untuk di fucking. Dia lantas membalikan tubuhnya, diambilnya kondom yang sudah disiapkannya dari tadi. Aku sempat melihatnya menyarungkan kondom keburungnya. Dan sambil mengangkat dan menekan pahaku, mulailah dimasukannya kontol itu kedalam anusku. Sedikit demi sedikit dan bless.. kepala kontolnya akhirnya menyeruakke dalam anusku.
"Arghh", dengan meggelinjang aku tekan pantatnya supaya dia memasukan kontolnya lebih dalam lagi ke dalam anusku.
Hahh.. hahh.. hahh.. bagaikan mesin pompa jet pump, Steve terus memompa pantatku dengan ritme yang diaturnya. Pelan, pelan, masuk dalam sekali, digenjot cepat, pelan lagi, dan seperti mau keluar dari anusku tapi tidak jadi, kemudian dimasukannya lagi lebih dalam, pelan, digenjot cepat,.. den begitu seterusnya. Steve begitu menikmatinya.
"Oh, how I love your ass, baby. It seems gonna to kill me", katanya sambil terus menggenjot.
"Come on Steve, shoot me with your cum", kataku menambah semangatnya.
Steve terus memompa anusku dengan kontolnya. Arghh.. arghh..
"Go on Steve, fuck me.. yeah.. arghh.. fuck me.. arghh"
"O yes baby.. yes baby,.. I'm fucking you.. yes.. arghh"
"Arghh.. arghh.. I'm cum in.. arghh", katanya lagi.
Dan dengan cepat Steve mencabut kontolnya dari anusku, dicopotnya kondom itu, dan dia mulai mengocok dan menggenjot mulutku. Dan..
"Arghh.. arghh.. arghh.. oh Doni", Steve mengeluarkan seluruh pejunya ke dalam mulutku.
Crott.. crott.. crott.., tembakannya begitu kencang sampai langsung masuk kedalam kerongkonganku. Sisa-sisa pejunya kujilati sampai habis, bahkan yang ada di lubang kencingnya pun tak luput kujilati bak bayi minum susu. Sisa di sekitar kulit kulupnya pun kuhirup dan kusedot lubang kencingnya, kuharap disana masih ada sisa-sisa terakhir.
Steve langsung terkulai lemah disampingku. Dipejamkannya matanya dan dirangkulnya pinggangku. Wajahnya begitu tenang dan syahdu. Tak berapa lama kemudian, tangannya mulai menggerilya tubuhku. Dirabanya sekujur tubuhku. Dan hal itu membuat kontolku tegang kembali.
Putingku kembali dijilatinya kemudian dia bilang, "Don, kamu mau nggak nembak pantatku?"
Dengan birahi tinggi namun ragu kujawab, "Mmh, mau, tapi aku nggak tahu caranya, aku kan belum pernah"
"Tenang saja, aku akan membimbing kamu. Tapi nggak usah pakai kondom ya, sayang"
Akhirnya dengan posisi doggy style, Steve menunggingkan pantatnya. Kontolku dipegangnya dari bawah selangkangannya dan dibimbingnya kontolku yang sudang ngaceng berat itu untuk memasuki liang anusnya. Ternyata anus Steve tidak sesempit punyaku. Dengan mudah aku dapat memasukan kontolku kedalamnya, bless..
Aku mulai menggenjot pantatku, maju mundur. Kugoyang-goyangkan pinggangku kanan kiri untuk memberikan sensasi yang lebih. Dan ternyata dia menyukainya.
"Come on baby, fuck me.. yeahh.. fuck me", Steve meracau keenakan.
"Ouh yes.. harder please.. yeahh.. arghh.. arghh"
Kubenamkan kontolku yang panjang itu kedalam anusnya. Meskipun kontolku agak gemuk, namun dengan mudah dapat kumasuk keluarkan dari anusnya. Dalam hatiku berpikir, mungkin ini akibat terlalu seringnya Indra mengentot anusnya Steve dan pasti anus Roger dan Jo juga sudah tidak virgin lagi. Mmh,.. aku jadi semakin penasaran dengan Indra, apakah dia masih virgin atau sudah longgar juga?
Kugenjot terus anus Steve, bagaikan mengocok, aku maju mundurkan pantatku memompa pantatnya. Sesekali kupukul pantatnya yang bputih sexy itu. Dan auw.. aku sudah tak kuat lagi menahan gejolak semburan pejuku.
"Oghf Steve,.. I like to cum in", kataku tak kuat lagi menahan peju yang ingin keluar.
"Yeah.. come on.. quickly.. let me taste your juice.. arghh.. arghh"
Dengan cepat kukeluarkan kontolku dari anusnya. Kukocok di atas tubuhnya dan crott.. crott.. crott.. pejuku membanjiri seluruh dada, leher, perutnya bahkan sampai kewajahnya. Saat aku mulai lemas, Steve mengulum kembali kontolku dan dia mulai mengocok sendiri kontolnya. Dan dengan cepat Steve pun mengeluarkan kembali pejunya, crott.. crott.. crott.. ke arah tubuhku. Arghh.. rasanya lemas, capek namun bahagia sekali.
Steve langsung membalikan tubuhku dan kini kami face to face. Sekali lagi dia mendaratkan ciuman mautnya kepadaku. Badan kami yang penuh dengan peju membuat aroma yang berbeda, seolah-olah kami bagaikan mandi peju. Dengan letih dan perasaan yang amat mendalam kami berpelukan.
"Doni, how do you feel?"
"I feel so good, Steve"
"Do you like more..?"
"Oh yes, absolutely"
"So, kamu mau jadi pacarku Don?"
"Yup, siapa takut jatuh cinta he he he!", dengan mantap kujawab dan kutarik selimut menutupi kami.
Malam itu kami tidur dengan berpelukan, rasanya aku tak ingin malam ini berakhir. Seandainya saja tak ada matahari esok yang harus membangunkan kami..
*****
Cerita ini kupersembahkan untuk Michael Teng di Jakarta, Dika di Medan.. semoga sukses selalu yah!
*****
Bagi pembaca yang ingin berkenalan dengan saya, mohon sertakan biodata lengkap dan foto kalian. Dengan senang hati saya akani menjawab semua komentar maupun pertanyaan yang kalian ajukan. Dan kalau ada yang ingin curhat, tukar pikiran atau cerita jangan ragu-ragu untuk menghubungi saya via email. Dan sekali lagi terima kasih atas tanggapan kalian. Stay in good health.
Tamat