Dada Hyakinthos yang bidang dan berotot itu bergerak naik-turun, mengambil napas dengan cepat. Kontolnya yang tegang bergoyang-goyang sambil mengeluarkan precum. Sementara itu, kedua bolanya bergelantungan dan bergoyang-goyang akibat sodokan kontol Apollo yang perkasa. Oohh.. Nikmatnya bercinta.
Boreas yang malang hanya dapat menyaksikan semuanya dari jarak jauh. Namun apa yang terjadi di bawah sana cukup jelas baginya. Dengan pandangan cemburu dan amarah, dia menyaksikan dan mendengar bagaimana Hyakinthos mengerang dalalm birahinya. Dia mendengarkan dengan telinganya sendiri bahwa sang pangeran itu meminta Apollo untuk mengentotnya terus-menerus tanpa henti. Dia juga mendengar desahan nikmat Apollo saat kontolnya memompa lubang dubur Hyakinthos. Semuanya mengobarkan nafsu birahi Boreas, sekaligus amarahnya. Kontolnya diremas-remas lebih keras, memeras setiap cairan precum yang dapat diperasnya.
"Oohh.. Hhooh.. Aahh.."
"Oohh.. Wahai dewaku.. Hhoohh.. Apollo.. Aahh.. Aku hampir.. Hhoosshh.. Uuhh.. Sampai.. Aarrgghh.." erang Hykinthos, mencoba menyeimbangkan dirinya.
Apollo mengentotnya dengan begitu keras hingga Hyakinthos hampir saja jatuh ke depan. Kedua lengan dan lututnya bergetar, berusaha menyokong tubuhnya. Apollo tidak pernah melambatkan ritme ngentotnya. Malah, semakin lama, semakin cepat. Desahan napas mereka berbaur dan menjadi satu. Apollo merasakan kontraksi otot dubur Hyakinthos menjadi semakin ketat. Dia sadar bahwa kekasihnya itu akan ngecret sebentar lagi. Sambil tersenyum, Apollo membayangkan reputasinya sebagai dewa yang tak pernah gagal dalam memberikan orgasme kepada semua kekasihnya. Kontolnya sanggup menyerang anus seorang pria dan memaksanya untuk ngecret tanpa menyentuh kontol pria itu sama sekali.
"AARRGGH..!!" erang Hyakinthos.
"Hhohh.. Hyakinthos akan ngecret.. Hhoosshh.. Aku ingin melihat.. Oohh.. Pejuhnya.. Hhoosshh.."
Sadar akan orgasme Hyakinthos yang akan datang sebentar lagi, Boreas memeras kontolnya lebih keras. Dia ingin ejakulasi bersamaan dengan Hyakinthos. Boreas meraih putingnya dengan sebelah tangannya dan memilin-milinnya.
"Hhooh.. Ngecret.. Oohh.. Pejuh.. Aahh.. Hyakinthos.. Hhoohh.. HhyyaakkiinnttTTHHOOSS..!!"
CCROOTT!! CRROOTT!! CCRROOTT!! Tak ayal lagi, kontol Boreas pun berdenyut-denyut dengan penuh amarah, memuntahkan pejuhnya ke mana-mana. Sebagian melumuri tubuhnya, dan sisanya jatuh ke atas tanah.
"AARRGGHH!! UUHH!! HHOOHHSSHH!! AAHH!!" erangnya sementara otot-otot tubuhnya berkontraksi keras, memompa pejuh keluar dari kontolnya.
Bersamaan dengan ejakulasi Boreas, Hyakinthos pun tiba pada klimaks-nya.
"Hhohh.. AARRGGHh!! UUHH!! OOHH!!" Tuybuh Hyakinthos mengejang-ngejang tak karuan.
CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOT!! Apollo harus memegangnya seperti mengendalikan kuda jantan liar. Dengan sekuat tenaganya, Apollo menahan tubuh Hyakinthos agar dia tak melukai dirinya sendiri dalam orgasmenya yang luar biasa itu. Kontol Hyakinthos menyemprotkan pejuhnya ke mana-mana, sebagian besar jatuh ke atas hamparan rumput. CCRROOTT!! CCRROTT!! CCROOTT!! Keringat bercucuran dari wajah dan tubuhnya, Hyakinthos letih sekali.
Pada saat otot anus Hyakinthos berkontraksi hebat, mencekik batang kontol Apollo, Apollo merasakan bahwa orgasmenya sendiri kembali mneghampirinya.
"Hhoohh.. HhOOHH!! AARRGGHH!!"
Dan CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! Kontol sang dewa meluncurkan pejuhnya, menyemprotnya jauh ke dalam liang tubuh Hyakinthos sementara Hyakinthos sendiri masih diguncang orgasmenya. Apollo tetap menyodomi Hyakinthos sementara kontolnya menembakkan sperma. Dipeluknya tubuh Hyakinthos erat-erat dari belakang, sambil bernapas tersengal-sengal.
Berdua, mereka saling mengerang dan mengejang-ngejang. Kenikmatan yang mereka rasakan tak dapat dilukiskan dengan kata-kata! Seusai orgasme yang menakjubkan itu, Apollo dan Hyakinthos jatuh ke atas tanah berumput; tubuh Hyankinthos tertimpa tubuh Apollo. Kontol mereka yang berlumuran sperma mulai menciut. Untuk beberapa saat, mereka hanya berbaring di sana, menormalkan napas mereka. Apollo yang pertama kali pulih.
"Kekasihku, mari kita bermain lempar cakram? Apakah kau mau?" tanyanya sambil membelai-belai tubuh Hyakinthos yang basah dengan keringat.
Dewa itu paling suka melihat dada Hyakinthos yang berotot, terutama kedua putingnya yang berwarna coklat itu. Sebagai pecinta olahraga, Hyakinthos mengiyakannya.
Beberapa menit kemudian, masih bertelanjang ria, keduanya telah melumuri tubuh masing-masing dengan sperma bekas hubungan seks mereka tadi. Biasanya, setiap atlet melumuri tubuhnya dengan minyak. Tapi berhubung minyak tak tersedia, mereka memakai sperma mereka. Masing-masing sangat menikmati saat-saat intimasi mereka ketika mereka menjelajahi tubuh-tubuh masing-masing dan melumurinya dengan sperma. Mm.. Erotis sekali. Dan sesuai tradisi, para atlet bertanding tanpa mengenakan sehelai benang pun. Mereka selalu bertanding TELANJANG BULAT dengan kontol NGACENG! Dari tradisi itulah, muncul istilah 'gymnasium' yang berarti TELANJANG!
Pertandingan mereka cukup sehat. Tak ada yang kalah. Mereka berdua ahli melempar cakram. Tibalah giliran Apollo untuk kembali melempar cakram itu. Dengan sekuat tenaga, dewa perkasa itu melemparkan cakram perunggu itu ke atas langit. Benda itu pun terlempar tinggi, tinggi, dan semakin tinggi. Pada saat itulah Boreas bertindak. Dengan kekuatan anginnya, Boreas meniup cakram itu ke bawah kuat-kuat, ke arah Hyakinthus! Bagai kilat, dengan kecepatan peluru, cakram itu jatuh kembali dan menembus awan-awan yang menghalangi jalannya. Hyakinthos melihatnya dan mencoba untuk menangkapnya. Tapi dia gagal!
Cakram itu mendarat seperti meteor. Tapi berhubung, benda itu jatuh dari ketinggian yang laur biasa, cakram itu memantul seperti bola. Tragis sekali, cakram itu meluncur ke arah Hyakinthos dan membentur kepalanya tanpa ampun.
"AARRGGHH..!!" Hyakinthos menjerit sekeras-kerasnya.
Jeritan itu benar-benar jeritan murni karena rasa sakit yang teramat sangat. Tak ayal lagi, pangeran tampan itu jatuh tersungkur bersimbah darah. Apollo, panik dan sedih, berlari mndapati kekasihnya yang malang itu. Darah merah segar mengalir deras dari luka Hyakinthos tanpa henti, memerahkan rambut hitamnya yang indah. Dengan hati-hati sekali, Apollo mendudukan Hyakinthos dan meletakkan kepala pangeran malang itu di atas pahanya. Sambil menangis, Apollo mencoba untuk menyembuhkan Hyakinthos dengan kekuatan dewanya. Namun sia-sia saja sebab lukanya terlalu parah.
Wajah Hyakinthos mulai memucat dan memutih. Kehangatan tubuhnya mulai menghilang dan digantikan dengan rasa dingin yang mengerikan. Kemudian mata Hyakinthos berhenti bersinar. Hyakinthos telah meninggal dunia. Kematian telah merenggutnya dari Apollo.
"TTIIDAAKK!!" teriak Apollo keras-keras.
Teriakannya membahaana dan terdengar ke seluruh penjuru dunia. Bahkan gunung Olympus pun sampai terguncang karena teriakannya. Berduka, Apollo meratap.
"Kematian telah merenggutmu dariku, wahai kekasihku. Sedih hatiku menyaksikanmu meninggal di pangkuanku. Seharusnya saya tak mengajakmu bermain cakram. Siapa yang harus disalahkan? Apakah cakram itu? Ataukah cintaku yang terlalu besar untukmu? Oh, kalau saja saya dapat menemanimu turun ke alam baka yang dingin. Oh kenapa saya dikutuk untuk hidup abadi? Kenapa saya tak dapat meninggal bersamamu, kekasihku?"
Air mata terus menerus berlinang, membasahi wajah Apolo yang tampan. Rasa bersalah menghantui dirinya. Dengan sedih, Apollo memeluk tubuh Hyakinthos yang tak bernyawa ke dadanya. Dia tak ingin meninggalkan kekasihnya itu. Hyakinthos telah meninggal dan rohnya akan melayang ke alam kematian yang dikuasai pamannya, Hades.
"Tidak! Hades tak boleh memilikimu! Kau akan bersamaku selamanya, Hyakinthos!" Apollo membungkukkan badannya dan berbisik di dalam telinga Hyakinthos.
"Dalam hatiku, kau akan tetap hidup untuk selamanya, Hyakinthos-ku yang tampan. Semoga kenangan akan dirimu juga akan tetap hidup di antara para manusia."
Begitu Apollo selesai mengucapkan kalimat itu, sekuntum bunga tiba-tiba muncul dari belahan luka Hyakinthos. Bunga itu harum sekali dan berwarna merah, semerah darah Hyakinthos. Kita menamakan bunga itu 'Hyacinth' dalam bahasa Inggris. Pada kelopak bunganya, terukir tulisan 'Ay', desah kesakitan yang keluar dari dalam dada Apollo saat melihat kekasihnya tergeletak tak bernyawa.
Kenangan Hyakinthos hidup di antara para pria Sparta di masa itu. Setiap pertengahan musim panas, para pria Sparta akan berkumpul dalam sebuah festival untuk mengenang kepergian sang pangeran Hyakinthos, yang mampu merebut hati dewa tertampan di Olympus, Apollo.
Tamat