Namaku adalah Anthony Tan, lahir di Jakarta dan merupakan keturunan orang Tiong Hoa. Keluargaku telah lama tinggal di negeri ini selama 5 generasi. Aku bukanlah orang yang sukses. Aku putus sekolah dan diusir dari keluarga karena menolak untuk dikawinkan dengan wanita yang aku tidak kenal sama sekali. Akhirnya karena aku tidak mempunyai tempat tinggal, maka aku bergabung dengan kelompok gangster yang bernama Macan Hokien.
Kelompok ini telah lama berdiri dan membaur dikalangan masyarakat. Kelompok ini menguasai seluruh wilayah Jakarta Utara. Hampir semua bar, night club, dan restoran dimiliki oleh Macan Hokien. Setiap negara didunia ini memang harus dijalankan oleh dua bagian. Yang pertama adalah dunia atas yang dijalankan oleh pejabat pemerintahan, dan yang kedua adalah dunia bawah. Banyak orang bilang kalau membangun sebuah organisasi gelap memang mudah, namun untuk mempertahankannya tidaklah semudah yang dikira. Setelah memasuki abad ke 21, Presiden baru kita mengijinkan warga dari negara Republik Rakyat China untuk datang dan menjadi warga negara Indonesia. Tentu saja itu akan mempersulit kedudukan Macan Hokien karena banyak mafia dan kelompok gangster lain akan datang untuk merebut kekuasaan. Badan kepolisian yang dulunya merupakan sekutu baik dengan kelompok kami, namun sekarang sudah menjadi sekutu bagi para pendatang dari negara China, atau biasanya kami sebut"orang daratan". Aku hanya sadar satu hal, yaitu bahwa hidup di Dunia Bawah bukanlah hal yang mudah.
Pada hari senin, aku mendapat panggilan lewat handphoneku. Saat kuangkat bosku, Erik Ang memberi tahu aku agar bersiap-siap untuk bergabung dengan teman-teman di bawah jembatan glodok pada pukul 11 malam. Maka tepat pukul 11 malam, aku berkumpul bersama teman-temanku dengan berbekal tongkat pemukul kasti berwarna hitam. Semua anggota kami memakai jaket berwarna coklat tua dengan gambar seekor kepala macan dan ada tulisan bahasa mandarin"Fu Cien Lau Hu" dan dibawahnya ada tulisan"Macan Harimau".
Tepat pukul 11:30 malam bosku datang dengan sebuah mobil van, dan lalu turunlah ia dari mobil itu ditemani tangan kanannya Andy Ang, yang juga merupakan adiknya. Andy bertubuh besar dan gendut. Tingginya mencapai 192 cm. Sedangkan bosku Erik Ang berbadan kekar dengan tinggi 185 cm. Setelah semua teman-teman bertemu, kelompok kami semua berjumlah sekitar 42 orang. Jam sudah menunjukkan pukul 11:30, bosku pun menjelaskan misi kami.
"Kelompok orang daratan sekarang mulai berani dan menduduki wilayah kita. Sekarang dibelakang daerah ini telah direbut orang orang daratan untuk berjualan vCD dan majalah. Ini adalah wilayah kita, dan kita harus tunjukan bahwa orang-orang Macan Hokien bukan orang-orang yang bisa diperdaya".
Setelah itu kami semua pun berjalan sampai daerah belakang gang. Terlihatlah lebih dari 20 orang dari China Daratan berjualan vCD dan majalah. Kami langsung lari ke arah mereka dengan senjata yang kami bawa dan menghancurkan semua vCD serta merobek majalah yang mereka jual. Beberapa diantaranya berusaha melawan kami dengan tongkat panjang dan golok yang mereka sediakan, namun karena serangan kami terlalu tiba-tiba dan brutal, beberapa diantara mereka sudah kabur sebelum perang.
Akhirnya kami berhasil menangkap 5 orang daratan. Kami lalu mengikat mereka dan membakar semua vCD serta majalah di depan mereka. Lalu kami juga merampas seluruh penghasilan mereka dan mengancam jikalau mereka masih merebut wilayah kami, maka hasilnya akan lebih parah. Andy Ang langsung menjambak salah seorang dari mereka dan meninju hidungnya. Darah pun bercucuran dan hidung itu retak. Lalu kami pun segera cabut dari tempat itu, karena polisi akan datang dalam waktu cepat. Setelah misi berhasil bosku kembali ke mobil van bersama beberapa anak buah dan Andy lalu mereka pulang. Aku masih belum mengantuk pada saat itu, maka aku pergi ke night club bersama Tono, Wijaya, Eka, dan Ricky. Kami semua selalu pergi dan bertarung bersama. Kami mendapat julukan Si Lima Sekawan.
Di club kami berdansa dengan gilanya karena mabuk. Aku melihat seorang wanita penari keturunan China tersenyum padaku dan mengajakku untuk menari bersama. Wanita itu memakai gaun pendek sehingga pahanya yang mulus terlihat jelas. Buah dadanya yang besar itupun terlihat 3/4. Gerakannya yang erotis dan menggairahkan itu membuat penisku naik. Entah berapa kali aku menyentuh lengan, punggung, bahu, dan wajahnya saat menari. Lagu trance yang besar dan menggema didalam night club itu membuat keadaan makin menggila. Ia hanya tersenyum dan menari, lalu setelah itu ia menari membelakangiku, sehingga aku bisa menyentuh punggung dan bahunya lebih dari sebelumnya. Lalu ia menari sambil menggerakkan badannya setengah jongkok sehingga penisku yang sudah naik itu menyentuh pantatnya.
Gaun yang dipakainya sangat ketat sehingga penisku serasa menempel pada pantatnya. Setelah agak lama menari akhirnya dia mengajakku pergi ke toilet bersama. Akhirnya aku pergi bersama dalam keadaan mabuk. Sesampai ditoilet ia menarikku untuk masuk bersama ke dalam ruang toilet. Didalamnya aku segera memeluk dan menciumnya. Ia pun membalas ciumanku secara hangat. Setelah lima menit aku mulai membuka bajunya. Ia pun membuka seluruh jaket dan baju t-shirt ku. Kami berdua langsung berpelukan sambil beradu lidah dalam keadaan telanjang dada. Payudaranya yang besar kuraba dan menempel erat didadaku. Rambut panjangnya kuelus-elus. Lalu tanganku yang tadinya meraba pundak dan punggungnya sekarang mulai bergerak ke arah pantatnya.
Celana ketatnya yang mini dan berwarna hitam sangat enak dipegang. Wanita itu lalu menangkat pahanya dan menjepit perutku. Saat kami dilepas, terlihatlah air liur yang menempel diseluruh bibir kami. Aku lalu menjilati payudaranya yang lembut dan halus. Ia lalu mendesah. Penisku bertambah naik dan tak terkontrol. Aku terus-terusan menggosok-gosokkan penisku ke celana hitamnya yang ketat itu. Tanganku terus meraba pantatnya dan mendorongnya ke arahku agar vaginanya makin terasa saat kugosok. Tanganku mengelus pahanya dan mulai masuk ke dalam celana mini ketatnya. Tereluslah celana dalam halus yang terbuat dari sutra halus. Aku menjadi tersadar dalam mabuk. Ku gesek-gesek mataku agar bisa melihat wajahnya lebih jelas.
Dari wajah wanita itu terlihat seperti bukan berasal dari daerah manapun di Indonesia. Aku pun mulai bertanya nama dan dari mana ia berasal. Ia hanya tergagap-gagap dan tidak bisa berkata bahasa Indonesia secara lancar. Lalu ia kemudian berusaha menutup-nutupinya dengan berkata bahwa ia berasal dari kota Medan dan berbicara bahasa Hokien padaku, namun bahasa Hokien yang ia pakai beraksen Hokien asli atau dengan kata lain bukan bahasa Hokien Indonesia. Lalu ia berusaha mencium leher dan mengelus kepalaku. Celananya langsung ia tanggalkan berserta celana dalamnya. Lalu ia kembali menciumku dan membuka tali pinggang dan resletingku.
Aku langsung menahan kedua tangannya dan langsung memakai baju T-shirt serta jaketku. Aku langsung berlari keluar dari toilet dan terlihat 2 orang dengan tinggi 188 cm dan berwajah orang daratan berusaha menahanku. Kurebut botol bir hitam dari meja makan dan menghajar salah satu kepala orang itu. Beberapa wanita disekitar itu langsung berteriak. Aku langsung mengangkat kursi dan menghajar orang satunya lagi. Aku berteriak memanggil teman-temanku namun mereka tidak terlihat. Malahan sekitar 5 orang daratan lainnya muncul.
Aku langsung lari keluar dari club itu. Dari tengah-tengah kumpulan orang daratan itu muncullah bosnya. Badannya pendek gendut dan bernama Mao San.
"Hmm.. Orang yang cerdik. Dari ke empat temannya yang tolol hanya dia yang berhasil kabur dari jebakanku."
Setelah itu ia kembali ke barnya. Malam itu juga aku menghubungi bosku lewat telepon dan menginformasi apa yang baru terjadi. Bosku langsung menghubungi semua teman-teman untuk berkumpul ditempatnya. Aku pun datang dan merasa kaget karena sebagian anggota juga terkena jebakan yang sama. Kami semua hanya berjumlah 20 orang.
Lalu bosku menjadi marah karena taktik orang daratan lebih cerdik. Maka akupun berpendapat agar kita melakukan serangan balasan pada malam itu juga. Kami tidak tahu dari mana harus mulai menyerang namun karena aku melihat bos musuhku di bar tempat aku hampir terjebak. Lalu kami pun berangkat dengan senjata golok yang disembunyikan dibelakang jaket kami. Kami turun dibelakang bar itu dan membacok penjaga bar itu secara diam-diam. Lalu kami menyerang ke dalam. Beberapa koki masak kaget, namun mereka tidak berani bersuara karena ancaman kami.
Setelah itu kami naik ke lantai teratas direstoran itu dan menyerang semua penjaga disana serta mendobrak masuk pintu office. Terlihatlah Mao San sedang menikmati makanan bebek peking dan ada 2 wanita daratan yang hanya berpakaian kutang dan celana dalam sutra menari-nari di depannya dengan musik techno. Mao San kaget dan tidak bisa kabur. Kedua wanita itu berteriak, namun aku mengijiNkan mereka untuk kabur.
Lalu Erik Ang langsung membacok kaki Mao San, lalu bertanya dimana ia menahan teman-teman kami. Mao San hanya berteriak kesakitan. Bosku lalu memotong tangan kirinya. Mao San berteriak tambah keras. Erik lalu mengarahkan goloknya yang sudah penuh darah itu ke penis Mao San. Lalu Mao San segera berteriak bahwa teman-teman kami ditawan di gudang bawah tanah restoran. Setelah itu Erik berkata,
"Macan Hokien bukanlah kelompok yang ramah"
Lalu ia menusukkan golok itu ke dalam leher Mao San dan ia mati seketika. Kami lalu segera menyerbu ke bawah tanah. Saat kami sampai tampaklah beberapa anggota kami telah mati karena disiksa. Kami langsung menyerang membabi buta. Seluruh geng orang daratan mati terbacok. Kami segera menggotong semua anggota kembali ke van dan kabur. Teman baikku Tono mati terbunuh. Sejak saat itu aku makin dendam dengan kelompok aliansi China daratan yang dipimpin oleh mafia Beijing dengan beranggotakan mafia Beijing, Shanghai, Macao, Shan Dong, dan Hong Kong. Berita itu segera tersebar keseluruh Asia Timur dan tenggara bahwa kelompok Beijing diserang dan Mao San yang menjabat sebagai wakil dari kepala cabang mati dibunuh oleh kelompok Macan Hokien.
Pada hari keesokannya bosku Erik Ang diajak bernegoisasi dengan kelompok aliansi China daratan. Acara itu pun dilangsungkan di warteg tempat jual bakmi ayam. Tempat itu adalah tempat teraman untuk melakukan negoisasi karena bebas dari polisi dan merupakan wilayah Macan Hokien. Utusan aliansi kelompok daratan pun datang dengan berbekal 20 orang. Bosku pun menyuruh pelayan untuk menyediakan bir bintang. Akhirnya negoisasi pun dilaksanakan dan tidak berjalan mulus karena kelompok musuh menawarkan harga yang sangat rendah untuk membeli wilayah kami. Akhirnya mereka berkata dengan keras.
"Mau duit nggak, kalau nggak mau nanti saya ambil saja deh".
Bos ku langsung marah dan dengan satu sapuan, semua gelas jatuh dari meja dan pecah.
"Brengsek, mau ngelawan Macan Hokien yah!" teriak bosku.
20 orang China daratan langsung menyingkap lengan panjang mereka dan siap meninju siapapun yang menghalang mereka. Utusan mereka bertambah angkuh dan berkata,
"Kalau mau berkelahi ayo saja, jangan kira kami takut sama orang Hokien sini".
Semua tangan kami lalu masuk kebawah meja makan dan menarik keluar golok yang sudah kami siapkan. Dari dalam warteg anggota kami langsung menyerang keluar dengan membawa golok. Para orang daratan itu pada lari ketakutan, namun kami berhasil membacok 10 orang termasuk utusan mereka dan menariknya ke dalam warteg lalu mengantar mayat mereka lewat van ke tempat jauh untuk dibuang.
Malam itu juga adik bosku, Andy Ang diutus bersama 5 orang termasuk aku untuk ke tanah abang guna melakukan diskusi dengan kelompok geng disana yang bernama Satria Betawi. Setelah sampai disana kami pun menemui ketua mereka yang bernama Ali Sastro. Tinggi badannya setinggiku dan tidak begitu kekar. Orangnya bodoh namun memiliki banyak anak buah sehingga sangat bagus sekali untuk diajak bersekutu.
Ia sedang duduk di warteg nasi goreng. Gayanya sangat angkuh. Pada saat Andy Ang ingin bertemu dengannya, ia menolak dengan sombongnya dengan alasan ia tidak ingin diganggu saat makan. Akhirnya kami harus menunggu selama 10 menit. Setelah itu ia menanyai keuntungan untuk bersekutu dengan kelompokku yang dinilai lemah. Andy langsung marah dan dengan sekali tendang, meja makan Ali melayang. Ia lalu berdiri dan marah. Andy langsung berjalan kehadapannya dan berkata,
"Setelah kelompok kami mengusir orang daratan, kelompok kamu akan menjadi target berikutnya." Setelah itu kami lalu beranjak dari tempat itu karena anggota mereka mulai berdatangan.
Bersambung . . . .