Pada keesokan harinya Aku membeli sebuah rumah di Pantai Indah Kapuk. Walaupun daerah itu dikuasai oleh mafia Arak Hitam, mafia Langit Merah, dan aliansi mafia China Daratan, Aku tidak tAkut terhadap mereka. Daerah perumahanku kupenuhi dengan 100 orang andalanku.
Pada suatu hari Aku datang ke lapangan basket didaerahku untuk bermain bersama Eka dan Ricky dan 10 orang lainnya. Lalu kami pun bermain pada dari jam 3 siang sampai jam 6 sore. Tak lama kemudian bola basket kami tergelincir dan jatuh bergelinding ditanah. Tiba-tiba ada satu orang datang dan menendang bola basketku dengan sepatu besarnya hingga melayang dan masuk ke parit. Orang itu ditemani 20 orang lainnya dan berjalan ke arahku dengan laga sombongnya. Ia lalu berhenti di depanku dan berkata,
"Siapa yang mengijinkan kamu main bola disini? Kalau mau main bayar 20.000 per minggu".
Dengan tenang Aku bertanya, "Kamu sendiri siapa?"
Lalu semua teman-temannya datang dan berkata "Kami geng The Master of Dominator".
Teman-temanku pun datang dan berkata "Ada apa bos?"
Lalu Aku berkata, "Hanya beberapa ABG doang".
Orang di depanku langsung mendorongku dan berteriak, "Lu mau brantem, ayo maju!"
Tak lama kemudian 50 teman-temanku tiba di lapangan itu dipimpin oleh Wijaya. Ternyata Eka menelepon Wijaya untuk membawa bala bantuan 10 menit sebelumnya. Ke 20 anak ABG di depanku langsung kaget dan tAkut.
"Kau berhadapan dengan orang yang salah".
Anak ABG yang mendorongku langsung berteriak keras-keras.
"Awas kalau kau berani maju. Ayahku ini ketua Mafia Langit Merah".
Aku hanya memberi kodeku saja dan 50 orang-orangku yang baru datang serta 10 orang dari belakangku langsung menghajar semua anak ABG itu. Kucekik anak AB di depanku dengan satu tangan dan berkata,
"Kami Macan Hokien tidak pernah tAkut pada siapapun. Kau berani menantangku bertarung, hari ini adalah hari sialmu". "Tolong, ampun. Jangan pukul Aku. Aku tidak akan berani lagi. Demi nama besar ayahku ampuni Aku". Akhirnya Aku lepaskan mereka pergi karena mereka hanyalah anak-anak SMP.
Pada malam harinya Aku ditugaskan oleh bosku, Erik Ang untuk menculik seorang direktur yang mengutang pada bosku telah lama dan tidak pernah membayar se-sen-pun. Aku pun datang ke Mega Mall, tempat dimana direktur itu merayakan hari ulang tahunnya pada hari itu. Aku datang ke tempat bowling dilantai 4 di Mall itu dengan Wijaya, Eka, dan 30 orang lainnya. Setelah masuk ke club bowling itu Aku memberi kode dengan mengangkat tangan kiriku dan menunjuk ke arah kiri, lalu Eka dan 10 orang berjalan dan mengepung ke arah kiri.
Kuangkat tangan kananku dan menunjuk ke arah kanan, lalu Wijaya dan 10 orang lainnya berjalan dan mengepung ke arah kanan. Beberapa teman lamAku dari SD melihatku dan ingin menyapAku namun karena melihat wajahku yang penuh nafsu membunuh dan orang-orang dibelakangku, maka mereka hanya terdiam saja dan menunggu apa yang akan kulAkukan. Dari jauh kulihat wajah direktur itu persis seperti difoto. Direktur itu melihat jaketku yang bertulisan Macan Hokien lalu segera kabur tanpa memperdulikan orang-orang disekitarnya.
Aku segera mengejarnya bersama teman-temanku. Direktur itu lari seperti akan kehilangan nyawa. Ia berhasil lari sampai ditempat parkir, namun sebelum ia mencapai mobilnya kakinya dihajar dengan tang besar oleh Wijaya dan 10 orang lainnya. Akupun sampai disana dan menjambak rambutnya dan menariknya masuk ke vanku yang Eka bawa ke tempat itu tepat pada waktunya. Aku membawanya ke tempat terpencil seperti yang diperintah oleh bosku. Setelah sampai disana ia sudah menungguku. Saat kutarik direktur itu kedepannya, bosku langsung menjambaknya dan berkata,
"Keparat, sudah lama kau berhutang padaku sebanyak 300 juta. Aku tidak menarik bunga 1 persen pun mengingat kau teman lamAku, namun kau malah memakan uangku".
Tanpa ngomong lama-lama lagi, Erik langsung mengeluarkan goloknya dan membacok leher direktur itu lalu meninggalkannya disana. Aku pun balik ke rumah bersama teman-temanku. Setelah sampai dirumah pintu depanku sudah rusak dan didobrak masuk. Aku segera bergegas masuk ke dalam dan menemukan seseorang duduk disofAku dan minum wisky yang baru kubeli. Dibelakang orang itu ada 80 orang lainnya memakai baju jas dan disamping orang itu ada anak ABG yang kuhajar dilapangan basket tadi siang.
"Pada saat kudengar bahwa orang-orang Macan Hokien tinggal disini, Aku sudah tahu kalau daerahku akan direbut, namun tak kusangka hari itu datang dengan cepatnya," kata orang yang duduk itu.
Akupun berkata "Aku tidak pernah berpikir untuk merebut wilayah ini ataupun mencari Gara-gara dengan kelompok Langit Merah, namun Aku bukanlah orang yang sabar. Aku pun bisa merasa marah ketika dihina ataupun ditantang oleh seseorang."
Lalu Aku melihat anak abg itu dan ia ketakutan serta tidak berani melihatku.
"Diam, Aku adalah ketua Langit Merah, tidak ada orang yang boleh macam-macam dengan keluargAku".
Aku pun tersenyum dan berbalik badan. Saat itu Eka dibelakangku dan diam-diam memberiku sebuah kapak. Aku langsung berbalik badan dan mengayunkan kapak itu dan melemparnya ke arah ketua mafia itu. Kapak itu terbang dan mendarat tepat dikepalanya. Darah mengucur deras dan ia langsung mati. Aku lalu memerintah anak buahku untuk menyeratnya keluar serta membunuh anak ABG itu. Kutugaskan juga Ricky untuk memimpin 50 orang untuk membantai keluarga mafia Langit Merah. Seluruh anggota mafia itu langsung menyerah dan bergabung dengan kelompokku.
Keesokan harinya berita dikalangan masyarakat mengatakan bahwa keluarga yang kubantai itu adalah keluarga yang kerampokan saja. Namun didunia bawah semua triad tahu kalau namAku makin membumbung ke atas. Pada keesokan harinya Vivie yang merupakan Polwan yang pernah kucumbui beberapa waktu yang lalu datang menemuiku lagi.
"Pak Sadikin ingin bertemu denganmu malam ini" katanya.
Lalu kutarik lengannya masuk ke dalam rumahku dan kututup pintu rumahku. Kupeluk dan kuciumi polwan itu. Rambut panjangnya kubelai-belai. Vivie memakai rok ketat selutut. Kunaikkan roknya dan kuraba pahanya. Paha mulus kecoklatannya itu terasa padat berisi. Lalu ia tersenyum dan membuka bajunya. Lalu Aku berlutut di depannya dan menjilati pahanya. Beberapa menit kemudian ia merasa bosan dan menjambak rambutku dan mendorongnya ke vaginanya. Kujilati celana dalam hitamnya dan kugigit
serta kukunyah sampai basah seluruh celana hitamnya. Tak lama kemudian celana dalamnya kuturunkan dan lidahku langsung menusuk masuk ke dalam vaginanya. Aku sambil membuka baju dan celanAku pada saat menjilati vagina ketatnya.
Lalu ia melangkahi kepalAku. Kaki kanannya berada dibelakangku sendangkan kaki kirinya berada di depanku. Pahanya menjepit kepalAku dan lidahku menjilati bagian tengah-tengah antara lubang pantat dan lubang vagina.
"Uh.. Uh.. " desahnya.
Lidahku membasahi semua bagian bawah Vivie. Lalu Aku menjilati lubang pantatnya dan ia menjadi lemas dan berbaring di lantai. Aku terus-terusan menjilati lubang pantatnya serta memegangi pahanya. Ia terus berbaring dan tiba-tiba Aku menusuk pantatnya dengan penisku dan kedua tanganku memijat bahunya pada saat bersamaan.
"Auw.. " desahnya kaget.
Selagi Aku bercumbu dengannya ia berbaring dilantai dan melihat kolam renang pribadiku. Ia lalu mengajakku untuk berenang bersama dan Aku menurutinya. Ia lalu mendorongku masuk ke dalam air dan tertawa. Lalu ketarik kakinya dan ia pun jatuh masuk ke dalam kolam renangku. Aku langsung memeluknya dan penisku dimasukkan ke dalam vaginanya. Kami lalu berputar-putar didalam air sambil berpelukan dan berciuman. Tiba-tiba ia berkelit dan kabur dari pelukanku.
"Ayo kejar Aku," katanya secara menggoda.
Aku pun berenang dan mengejarnya dalam air. Ia terus-terusan menyelam dalam air. Kadang-kadang Aku berhasil memegang pantat dan dadanya. Kadang-kadang Aku berhasil menarik kakinya, namun langsung terlepas dariku. Ia pun kehabisan napas dan berenang ke atas permukaan dan kembali menyelam. Aku sudah kelelahan dan hanya mengambang diatas air. Ia kemudian berenang ke arahku dan mengelilingi badanku seperti ikan.
Tiba-tiba ia memelukku dari belakang. Payudaranya langsung menempel di dadAku. Pahanya menjepit pinggangku dan lututnya menyilang diperutku. Kedua tangannya langsung memelukku. Aku berpaling kebelakang dan menciumnya. Ia lalu lepas dari ku dan berenang keluar dari kolam renang.
Aku pun berenang keluar dan mengejarnya didalam rumah. Ia terus-terusan berlari keliling ruangan dan akhirnya ia lari kelantai 2 sambil tertawa. Aku pun berlari ke atas dan masuk ke kamar bersamanya. Kami berlari mengelilingi kursi malasku, lalu Aku melompati kursi itu dan menimpa badannya. Kami jatuh tepat diatas ranjang. Lalu ku peluk tubuh seksi padatnya dan menciumnya. Penisku lalu ditusuk-tusukkan keluar masuk. Kami lalu berputar-putar diranjang dan jatuh kelantai, namun lantai itu dialasi karpetku yang tebal sehingga kami tidak merasa sakit, namun penisku terasa sakit sekali karena masih berada didalam vaginanya dan ia jatuh menimpa Aku. Lalu ia bangun dan berlari lagi.
Kami lalu lari ke dalam kamar mandiku dan Aku berkata,
"Ha, ha, kini kau tidak bisa lari lagi".
Ia lalu membuka keran air sehingga air itu memancur ke bawah seperti yang di kamar mandi hotel. Kami lalu saling berpelukan. Lalu ia menyabuni badannya dan memelukku. Sabun mandi membuat badannya licin dan enak diraba. Penisku lalu menusuk ke dalam vaginanya dengan ganas. Tanganku meraba-raba seluruh tubuh Ayu, dari pantat, paha, sampai ke payudara, punggung dan bahu. Kami saling memeluk dan menyabun. Pada saat Aku membalikkan badannya dan mencumbui pantatnya ia berdesah keras.
"Ah.. Ah.. Perih," mungkin karena sabun mandi ikut masuk ke dalam lubang pantatnya.
Aku pun teurs-terusan mencumbuinya dengan ganas. Lalu ku balik badannya dan mencumbui vaginanya lagi Kami masih dalam ke adaan berpelukan. Kedua payudara Vivie terasa licin dan menekan dadAku. Karena tubuh Vivie sangat fit, dan licin karena sabun, maka hanya dalam waktu sesaat Aku mencapai orgasme dan spermaku bercucuran keluar. Kami lalu mandi bersama.
Lalu malam pun tiba dan Aku mengantar Vivie ke kantor polisi sekalian untuk bertemu dengan kepala polisi Sadikin yang juga merupakan temanku.
"Hanya dalam beberapa hari namamu makin besar, namun kau perlu ingat sesuatu. Semakin banyak orang kau bunuh, semakin besar kasusnya. Jika daerah yang kujaga makin tidak aman. Kau terpaksa akan kutangkap" katanya.
Akhirnya Akupun sadar kalau Aku telah melangkah terlalu maju. Maka Akupun meminta maaf padanya, serta memberi sedikit hadiah berupa mobil. Akupun ngobrol lama dengannya karena Aku tidak ingin hubungan kami retak dan mendapat musibah. Tak lama kemudian Aku pamit dan berjalan kembali ke mobil.
Tiba-tiba kantor polisi itu meledak, "Duar!!"
Sadikin terluka dan dibawa kerumah sakit. Sedangkan Vivie meninggal akibat ledakan itu. Aku menangis dan memeluk Vivie pada detik-detik sebelum ia meninggal.
"Aku mencintaimu sayang" lalu ia meninggal.
"TIDAK!!" teriakku.
Eka segera datang dan membawa kami pergi agar tidak terlibat masalah yang lebih parah.
Bersambung . . .